bab i.xxxxdocx
TRANSCRIPT
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam bidang ilmu mikrobiologi ada suatu hal mendasar yang juga perlu
diperhatikan yaitu analisia kuantitatif terhadap suatu bahan. Suatu analisis ini
sangat penting untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada pada suatu
sampel tertentu (Fardiaz, 1992). Enumerasi adalah metode perhitungan jumlah
mikroba yang terkandung pada suatu sampel. Terdapat berbagai macam metode
enumerasi antara lain: metode pengenceran, metode perhitungan langsung dalam
ruang hitung (hemasitometer), membrane filter, metode berat kering dan volume
sel, metode MPN (Most Probable Number) dan lain sebagainya (Kawuri
dkk,2007).
Isolasi adalah suatu proses pemindahan suatu mikroba yang diinginkan atau
yang diteliti dari media asal agar terpisah dari mikroba lainnya (kontaminan)
(Purwaningsih 2004). Pada proses isolasi ada dua metode yang sering digunakan
yaitu penanaman pada lempeng agar dan metode pengenceran (Jewetz.et
al.,1996).Metode pengenceran dilakukan dengan menggunkan seri pengenceran
dari sampel yang ditanam pada suatu media. Media dengan sampel diinkubasi dan
koloni yang tumbuh dapat dihitung dengan asumsi bahwa satu koloni yang tumbuh
berasal dari satu sel. Pengenceran biasanya dinyatakan dalam pangkat negatife
(Kawuri dkk, 2007). Cawan yang nantinya dipilih untuk perhitungan koloni adalah
yang mengandung antara 30-300 koloni (Kawuri dkk,2007).
1.2 Tujuan
1.Untuk mengetahui metode – metode yang digunakan dalam menghitung jumlah
mikroba.
2.Untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor pengenceran terhadap jumlah
mikroba yang terdapat pada sampel
3.Untuk mengetahui jumlah sel bakteri yang terkandung dalm tiap-tiap sampel.
1
BAB II. MATERI DAN METODE
Praktikum enumerasi mikroba dilakukan dengan menggunkan metode
pengenceran. Sampel yang digunakan yaitu jenis sampel padat antara lain hati ayam,
kulit ayam, daging ayam, usus ayam, ampela ayam, dan jantung ayam. Masing-
masing sampel ditimbang sebanyak 10 gram kemudian dimasukkan ke dalam botol
yang berisi 90 ml air steril (pengenceran 10 kali/10-1). Sampel kemudian dikocok
sampai homogen. Kemudian diambil sebanyak 1 ml dari botol dengan pipet ukur, dan
dipindahkan kedalam 9 ml air steril pada tabung reaksi (pengenceran 100 kali/10 -2).
Tabung yang berisi sampel kemudian dikocok pad vortex. Dipipet lagi 1 ml sampel
pada tabung pertama tadi dan dipindahkan ke tabung kedua yang juga berisi 9 ml air
steril (pengenceran 1000 kali/10-3). Perlakuan tersebut terus diulang hingga
didapatkan faktor pengenceran hingga 1000.000/ 10-6. Sampel yang telah diencerkan
10.000 kali (10-4), 100.000 kali (10-5), dan 1000.000 kali (10-6) masing-masing
dimasukkan ke dalam cawan petri, baru kemudian diisi media NA cair, proses
dilakukan di dekat api bunsen untuk meminimalisir kontaminan. Media kemudian
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam,dan dihitung jumlah koloni yang ada pada
media.
Isolasi mikroba dilakukan dengan mengambil salah satu koloni dari salah satu
cawan petri dengan menggunkan kawat yang sebelumnya telah dibakar guna
mensterilkan kawat. Kemudian dilakukan Streak for single colony pada media NA
yang telah membeku.
2
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL Terlampir
3.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum enumerasi dan isolasi digunakan metode pengenceran karena
metode ini mudah dan cepat pengerjaannya serta tidak memerlukan banyak alat, serta
mempermudah pengamatan koloni suatu bakteri. Jumlah mikroba dapat dihitung
dengan mengalikan jumlah koloni yang tumbuh dengan faktor pengenceran (Kawuri
dkk,2007). Penghitungan jumlah koloni dilakukan pada cawan yang mengandung
koloni dengan rentang 30-300 (Kawuri dkk,2007).
Perhitungan jumlah koloni dilakukan pada pengenceran 10.000 kali (10-4),
100.000 kali (10-5), dan 1000.000 kali (10-6). Sedangkan pada pengenceran 10-1
sampai 10-3 sampel dianggap masih cukup padat sehingga sukar diperoleh biakan
yang murni. Perhitungan jumlah koloni yang valid secara statistik adalah pada cawan
yang mengandung 30-300 koloni (Madigan,1997). Namun pada sampel kulit ayam
dan daging ayam diperoleh angka yang lebih dari 300 koloni, yaitu pada pengenceran
10.000 kali. Hal ini mungkin disebabkan karena kulit dan daging ayam lebih sering
kontak dengan lingkungan, sehingga banyak terdapat mikroba. Dari hasil data
pengamatan ditemukan pula jumlah koloni yang jumlahnya kurang dari 30 yaitu pada
hati, ampela dan jantung. Hal ini mungkin disebabkan karena sampel yang dibawa
tidak segar lagi dan bakterinya sudah banyak yang mati sebelum diuji. Akibat dari
jumlah koloni yang kurang dari 30 dan tidak masuk dalam rentan antara 30-300,
maka penghitungan jumlah koloni sulit untuk ditentukan. Maka dari itu digunakan
rumus dibawah ini untuk sampel yang jumlah koloninya kurang dari 30.
Σ x= x (10 4 )+x (10 5 )+x(10 6 )
3
3
Sehingga didapatkan jumlah total sel pada masing-masing sampel adalah : pada
hati ayam terdapat 2 x 106 CFU/ml, pada kulit ayam 130 x 106 CFU/ml, pada daging
ayam 127 x 105 CFU/ml, pada usus ayam 46 x 105 CFU/ml, pada ampela ayam 2 x
106 CFU/ml dan pada jantung ayam 1 x 106 CFU/ml. Dari data yang diperoleh juga
dapat diketahui bahwa umumnya semakin tinggi pengenceran maka jumlah koloni
mikroba semakin berkurang, sehingga jumlah koloni pada pengenceran 10.000 kali
lebih banyak dari pengenceran 100.000 kali dan koloni paling sedikit terdapat pada
pengenceran 1000.000 kali. Hal ini disebabkan karena sampel yang dipindahkan pada
tabung dengan pengenceran lebih tinggi, jumlah mikrobanya semakin sedikit. Namun
pada sampel usus ayam dan ampela terdapat penyimpangan karena jumlah mikroba
pada pengenceran 100.000 kali lebih banyak dari pada pengenceran 10.000 kali. Hal
ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengocokan sehingga mikroba tidak
merata pada larutan, atau mungkin dikarenakan mikroba pada saat dipindahkan ke
media, ada beberapa yang mati karena terkena media cair NA yang masih panas.
Setelah dilakukan proses penghitungan koloni, dilakukan isolasi mikroba pada
masing-masing sampel. Koloni yang paling menarik dan bagus bentuknya diambil
dan dilakukan streak for single colony pada media tegak.
4
BAB IV. KESIMPULAN
1. Metode enumerasi yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba
pada sampel diantaranya metode pengenceran, metode perhitungan langsung dalam
ruang hitung (hemasitometer), metode membrane filter, metode berat kering dan
volume sel, dan metode MPN. Pada metode pengenceran satu koloni yang tumbuh
diasumsikan berasal dari satu sel, dan jumlah mikroba dihitung dengan mengalikan
faktor pengenceran dengan jumlah koloni yang tumbuh pada sampel.
2. Pengenceran berpengaruh terhadap jumlah mikroba yang terdapat pada
sampel, semakin tinggi faktor pengencerannya jumlah bakteri yang tumbuh pada
media semakin sedikit dan begitu sebaliknya.
3. Jumlah total bakteri yang terdapat pada masing-masing sampel yaitu pada hati
ayam terdapat 2 x 106 CFU/ml, pada kulit ayam 130 x 106 CFU/ml, pada daging
ayam 127 x 105 CFU/ml, pada usus ayam 46 x 105 CFU/ml, pada ampela ayam 2 x
106 CFU/ml dan pada jantung ayam 1 x 106 CFU/ml. Dapat dilihat bahwa jumlah
bakteri paling banyak terdapat pada kulit dan daging ayam.
5