bab iv_relevansi pendidikan akhlak ibn sina dengan pendidikan nasional.pdf
TRANSCRIPT
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
1/16
86
BAB IV
RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA
DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL
Pendidikan nasional berbasis pendidikan budaya dan karakter bangsa ini
merupakan langkah antisipatif dan solusi dari fenomena demoralisasi masyarakat
Indonesia saat ini. Dengan mengembangkan nilai-nilai kebajikan berdasarkan
nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia, diharapkan dapat
membentuk kepribadian diri warga yang baik. Upaya ini sangat diharapkan dapat
membangun profil atau figur pendidik yang bermoral, professional dan
berkompeten di bidangnya, juga dapat melahirkan pribadi tangguh yang menjadi
simbol kebangkitan bangsa dan mempertahankan keaslian nilai luhur budaya
Indonesia.
Berbagai macam upaya dilakukan untuk mensosialisasikan hal tersebut,
baik melalui sekolah-sekolah, media komunikasi, seminar, sarasehan dan
sebagainya. Dan langkah aplikatif juga telah dimulai melalui pengembangan
kurikulum di sekolah, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum
yang kuat, dan undang-undang negara. Disini, penulis akan memberikan
alternatif lain berupa sumbangsih pemikiran tokoh klasik dan pakar-pakar
pendidikan yang telah diakui kreadibilitasnya selama berabad-abad. Selain dapat
menjadi bahan masukan dan evaluasi, minimal, profil dan pemikiran mereka
dapat menjadi tauladan dan penyemangat hidup untuk tetap optimis meraih cita-
cita besar bangsa Indonesia.
86
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
2/16
87
Beliau adalah Ibn Si>na>, tokoh multi talenta yang memiliki kecerdasan
tinggi ini adalah seorang dokter, filosof, ilmuwan, psikolog dan ahli filsafat
pendidikan. Terbukti dengan karya-karya fenomenal beliau selama berabad-abad
menjadi inspirasi tokoh-tokoh besar di dunia. Pemikiran Ibn Si>na>tentang
pendidikan lebih bersifat teoretis dan konseptual, sehingga dapat menjadi lebih
relevan untuk kondisi Indonesia sekarang. Beberapa metode yang dipaparkan Ibn
Si>na>juga masih relevan untuk diaplikasikan di Indonesia.
A Relevansi secara filosofis
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik
secara optimal, baik itu potensi intelektual, jasmani dan rohani. Tentu saja ini
tidak bisa lepas dari lingkungan dimana anak didik berada, yaitu rumah,
sekolah dan masyarakat (Tri Pusat Pendidikan). Disamping juga pihak-pihak
terkait yang berperan dalam proses pelaksanaan pendidikan memiliki
tanggung jawab moril untuk merealisasikan tujuan pendidikan tersebut.
Melihat realitas masyarakat saat ini, tuntutan mengembangkan aspek
rohani anak didik dipandang perlu untuk ditingkatkan, salah satunya melalui
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Mewujudkan misi
pendidikan budaya dan karakter bangsa ini harus berangkat dari landasan
filosofis yang kuat, untuk menjaga konsistensi pengembangan visi dan misi
yang sudah ditetapkan. Tanpa itu, pendidikan karakter akan mengalami
kemunduran karena berbagai faktor yang tidak prinsipil, seperti terlalu
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
3/16
88
disibukkan dengan program jangka pendek, dan terlalu dibebani tugas-tugas
administratif sehingga lalai untuk meningkatkan kualitas diri.
Maka, dalam rangka mengembangkan pendidikan budaya dan karakter
bangsa ini landasannya adalah bahwa lingkungan dimana anak didik itu hidup
tidak akan pernah lepas dari kaidah-kaidah budaya yang ada dalam
lingkungan tersebut. Sebab secara naluriah, manusia sebagai makhluk sosial
tidak dapat hidup terasing di tengah-tengah masyarakatnya sendiri.
Sebaliknya, tidak akan ada sebuah komunitas yang tidak diikat oleh ikatan
batin antar anggota komunitas, sebagai implementasi dari budaya dan nilai
yang telah menjadi karakter komunitas tersebut. Di Indonesia sendiri, budaya
masyarakat yang ada sangat menjunjung tinggi nilai-nilai norma dan moral
yang dikenal sebagai budaya ketimuran. Nilai-nilai toleransi, kerja sama dan
etika adalah hal yang sangat esensial dalam budaya masyarakat Indonesia.
Sehingga budaya luar yang masuk ke tengah-tengah masyarakat Indonesia
dan tidak sesuai dengan norma-norma yang ada akan dinilai kontroversial
meski dianggap sebagai suatu kemajuan atau perkembangan era kontemporer.
Selain itu, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 disusun untuk
mempertahankan kemurnian karakter budaya bangsa. Maka kemanusiaan
yang adil dan beradab sangat substansial untuk menjaga persatuan Indonesia.
Artinya, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 juga memiliki landasan
yang sama untuk kemudian diaplikasikan dalam semua aspek kehidupan.
Berangkat dari landasan ini, maka, yang dibutuhkan setiap individu
adalah mengembangkan seluruh potensi diri sebagai anggota masyarakat dan
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
4/16
89
bangsa, seperti yang tertulis dalam UU Sisdiknas tentang fungsi utama
pendidikan, ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.1Ini berarti, tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi akal,
jasmani dan jiwa setiap individu agar terbentuk karakter kuat yang tidak
mudah dipengaruhi oleh pihak luar, dan mempersiapkannnya terlibat
langsung di tengah-tengah masyarakat melalui profesi yang sesuai dengan
bakat yang dimiliki.
Hal ini juga yang menjadi landasan pemikiran Ibn Si>na>tentang tujuan
pendidikan secara umum yaitu: Pengembangan potensi anak secara holistik
mencakupi potensi akal, jiwa dan jasmani, lalu mempersiapkannya untuk
hidup dan terlibat di tengah-tengah masyarakat melalui pekerjaan yang sesuai
dengan bakat dan keterampilannya.2 Artinya kedua definisi ini memiliki
cita-cita yang sama yaitu mendidik dan mempersiapkan seseorang menjadi
warga negara yang baik. Sebab untuk membangun sebuah bangsa, tidak
hanya membutuhkan karakter dan kepribadian individu yang baik, akan
tetapi, perlu juga mengarahkannya pada suatu pekerjaan, baik itu pekerjaan
akademis/teoretis maupun pekerjaan skill/praktis, yang sesuai dengan
bakatnya agar dapat bermanfaat membangun masyarakat nanti dan menjadi
warga negara yang baik.
Karena pentingnya hal ini, Ibn Si>na>juga mencantumkan pendidikan
filosof sebagai salah satu dari tujuan pendidikan yang mempersiapkan anak
usia remaja menjadi ahli filsafat, dikarenakan besarnya tuntutan masyarakat
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
5/16
90
dan pengaruh tren keilmuan yang ada pada saat itu. Sehingga tidak heran jika
pada zaman itu muncul banyak tokoh filosof muslim yang namanya
mendunia, diantaranya Ibn Si>na>, Ibn Miskawaih, Ibn Rusyd dan Imam al-
Ghaza>li>.
Ini merupakan bentuk aplikasi dari salah satu metode pendidikan
akhlak yang telah dibahas pada bab dua, yaitu menentukan prioritas.3Dalam
hal ini, menentukan prioritas pencapaian tidak hanya berupa nilai-nilai moral
tertentu yang dianggap penting demi merealisasikan visi sebuah lembaga
pendidikan, tetapi juga arah dan tujuan dari pendidikan di lembaga tersebut
harus jelas dan konkret. Contohnya, pondok-pondok pesantren yang visinya
mencetak calon dai dan guru yang nantinya akan berdakwah di tengah-tengah
masyarakat tentunya akan mengarahkan dan memberikan pelatihan kepada
siswanya sesuai dengan visi tersebut, baik itu berupa latihan pidato, latihan
mengajar, latihan organisasi maupun lainnya. Begitupun juga yang dilakukan
oleh SMK-SMK atau sekolah-sekolah kejuruan yang banyak tersebar di
Indonesia, ada teknik, kelautan, pariwisata, perhotelan, design dan banyak
lagi. Tujuannya tidak lain adalah menciptakan bibit-bibit unggul yang dapat
berperan, terlibat langsung memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam
rangka pembangunan dan pengembangan.
Kiranya pemerintah juga perlu mendirikan sekolah berbasis karakter,
seperti mencetak calon pemimpin jujur dan bermoral, agar generasi muda
bangsa kelak bersih dari para koruptor, dan mencetak mereka menjadi
pemimpin-pemimpin rakyat yang amanah dan bisa menjadi suri tauladan
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
6/16
91
yang baik, berdiri di atas dan untuk semua golongan, dan tidak
mementingkan kepentingan pribadi atau organisasi tertentu saja. Tampaknya
upaya ini mulai dilakukan oleh Ratna Megawangi selaku pendiri The
Indonesian Heritage Foundation (IHF), yaitu suatu badan wakaf yang
bergerak dalam bidang pendidikan karakter yang mengembangkan model
pendidikan karakter pada siswa-siswi TK sampai SMP.4
Dalam hal ini, program pendidikan nasional mulai mengembangkan
nilai-nilai yang menjadi landasan pendidikan budaya dan karakter ini melalui
berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah, contohnya,
melalui pelajaran Geografi, diharapkan bisa menanamkan nilai-nilai yang
berkenaan dengan lingkungan dimana anak itu dan bangsa hidup, kemudian
melalui pelajaran Sosiologi, anak akan diajarkan system sosial yang berlaku
dan sedang berkembang, juga bahasa Indonesia dan cara berpikirnya.
Sehubungan dengan hal ini, Ibn Si>na>juga mengaplikasikan landasan
filosofisnya ke dalam materi belajar, diantaranya al-Qura>n dan syair-syair,
keduanya sarat akan nilai-nilai bahasa, sastra, akhlak, dan budaya yang ada
pada waktu itu. Begitu juga dengan menceritakan kisah-kisah para nabi, hal
ini menunjukkan adanya kesamaan dengan kurikulum sekolah yang
mengajarkan sejarah Indonesia dan perjuangan para pahlawan bangsa dalam
merebut kemerdekaan dan menjaga harkat dan martabat bangsa di depan
penjajah.
Sehingga dengan berangkat dari landasan pemikiran ini, dibutuhkan
proses matang dan terencana untuk mengembangkan nilai-nilai dasar
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
7/16
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
8/16
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
9/16
94
B Relevansi secara metodologis
Nord dan Haynes menyebutkan bahwa pendidikan moral adalah suatu
kesepakatan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dengan
tujuan untuk mengarahkan generasi muda kepada nilai-nilai (values) dan
kebajikan (virtues) yang akan membentuknya menjadi manusia yang baik
(good people).7Semua nilai-nilai moral yang menjadi dasar dari pendidikan
dan budaya karakter ini kemudian menjadi materi dan kurikulum wajib di
lembaga-lembaga pendidikan dalam setiap jenjangnya. Hal ini sejalan dengan
program pendidikan nasional saat ini yang mengintegrasikan nilai-nilai
budaya dan moral ke dalam mata pelajaran yang ada dalam kurikulum
sekolah.
Sebagai langkah aplikatif, pemerintah membuat perencanaan
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui integrasi
mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. Artinya, dalam hal
ini, perlu adanya sinergitas antara faktor internal dan eksternal dari seluruh
komponen pendidikan yang memiliki pengaruh besar dan juga ikut andil
dalam pelaksanaan proses pendidikan budaya dan karakter ini. Komponen
tersebut adalah pendidik, anak didik dan lingkungan.
Mengenai program pengembangan diri yang dicanangkan pendidikan
nasional adalah melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari,
berupa kegiatan sekolah, kegiatan spontan, keteladanan dan pengkondisian.8
Ke empat aspek ini merupakan sebagian faktor eksternal yang sangat urgen
dan memiliki peran penting dalam merealisasikan tujuan pendidikan. Hal ini
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
10/16
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
11/16
96
juga harus melalui aplikasi langsung dalam kehidupan sehari-
hari.10
Pada dasarnya, konsep ala Ibn Si>na>ini tidak hanya berlaku bagi anak
didik saja, tetapi juga orang tua, guru dan para aparat negara, selaku pendidik
langsung ataupun tidak langsung. Karena dengan metode ini, secara otomatis,
akan muncul keteladanan dari para pendidik kepada anak didiknya. Tentunya
sebelum mendidik orang lain seorang pendidik harus bisa mendidik diri
sendiri terlebih dahulu.11
Namun, hal ini tidak cukup hanya dengan keteladanan dan lingkungan
edukatif saja, sebab pengetahuan tentang mana yang baik dan buruk juga
sangat penting. Dalam artian, dibutuhkan kesinergisan antara ilmu dan amal
dalam proses menanamkan nilai budaya dan karakter bangsa. Sehingga
dengan ilmu, akal akan mempertimbangkan, menganalisa dan memutuskan
sebuah tindakan apakah baik untuk dilakukan atau tidak. Kemudian ketika
dilanjut dengan praktek, maka tindakan yang muncul akan menjadi baik jika
didasari kesadaran moral yang tinggi. Hal ini yang menjadi pemikiran Ibn
Si>na>dalam mendidik dan membentuk akhlak anak sejak dini.
Disamping itu juga, gagasan Ibn Si>na>tentang penggunaan
penghargaan (thawa>b) dan hukuman (iqa>b) dapat bermanfaat dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak/moral yang baik kepada anak. Perhargaan
dalam hal ini berupa pujian ketika anak berbuat baik, bersikap positif
terhadap anak, tidak pilih kasih, merestui semua perilaku baiknya dan
mendukungnya untuk melakukan hal baik yang sama di lain waktu.
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
12/16
97
Sedangkan hukuman bagi anak hanyalah alternatif dalam mendidik, artinya,
ancaman, pengabaian ketika ia menunjukkan hal-hal yang tidak baik dan
pukulan ringan yang tidak melukai anak. Yang perlu ditekankan disini adalah
pukulan tersebut merupakan peringatan agar muncul kesadaran untuk tidak
mengulangi hal yang sama sampai anak tersebut sadar dan tidak megulangi
perbuatannya lagi. Seperti pukulan pada tangan dan kaki. Ibn Si>na>sangat
melarang pukulan ke daerah kepala.12
Kemudian pengintegrasian dari segi kurikulum.13 Kurikulum yang
benar adalah kurikulum yang mengacu pada tiga potensi dasar manusia; akal,
jasmani dan jiwa. Sebuah proses internalisasi dan pengembangan nilai-nilai
budaya, karakter dan moral tidak bisa hanya dicantumkan dalam silabus dan
RPP saja. Tetapi perlu metode dan tehnik-teknik konkret agar tujuan dari
proses ini dapat tercapai dengan baik. Tidak hanya mementingkan salah satu
dari aspek kognitif dan afektif saja, namun juga perlu melibatkan aspek
psiko-motorik dengan memasukkan hal-hal yang mengandung unsur-unsur
edukatif.
Dalam hal ini, pemikiran Ibn Si>na>sangat menarik untuk dikaji,
terutama dalam hal memilih bidang-bidang studi yang menjadi favorit para
anak didik, sebagai berikut:
a.
Kegiatan olah raga dan aneka permainan, kegiatan ini juga dapat
mengandung unsur-unsur edukatif dengan berpura-pura atau
bermain drama menjadi guru atau dokter. Hal ini dimaksudkan
agar tidak ada kebosanan dalam diri anak, sehingga muncul
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
13/16
98
semangat baru untuk mempelajari hal-hal yang baru dalam hidup
mereka. Kegiatan ini tidak berlaku bagi balita saja, termasuk juga
anak-anak pra, masa sekolah, bahkan masa remaja sesuai dengan
porsi masing-masing.14
b. Mengajarkan syair-syair yang merupakan hasil kekayaan budaya
bangsa dan kisah-kisah yang menyanjung ilmu dan moral, juga
sejarah perjuangan para pejuang daluku kala, akan sangat
merangsang aspek emosional anak.
c. Mengajarkan musik dan sastra dapat melatihsenseseni, kepekaan
terhadap lingkungan sekitar dan mempertajam rasa pada anak.
Seluruh materi dasar di atas bisa disisipkan nilai-nilai moral dan budaya yang
menjadi program pemerintah dalam mengembangkan pendidikan budaya dan
karakter bangsa. Jika karakter terbentuk dengan baik sejak kecil, maka hal itu
dapat menjadi pegangan hidupnya sampai akhir, seperti yang dialami tokoh-
tokoh fenomenal dunia.
Dan khusus kepada anak yang sudah beranjak dewasa agar mulai
diarahkan dan dilatih untuk mendalami bakat dan keterampilan yang ia punya
sebagai persiapan hidup di masyarakat dan bekerja mengabdi pada negara.
Karena bagi Ibn Si>na>, akhlak dan karakter adalah hasil dari sebuah proses
atau sebuah pencapaian, dan bukan bawaan lahir manusia. Karenanya, butuh
latihan dan pembiasaan diri untuk menganalisa, mempertimbangkan dan
membandingkan mana yang baik dan mana yang buruk, lalu
mengaplikasikannya dalm kehidupan sehari-hari. Latihan dan pembiasaan diri
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
14/16
99
inilah yang kurang ditekankan oleh pemerintah dalam mencanangkan
pendidikan nasional saat ini. Hal ini perlu, terutama sejak usia remaja,
dimana ia mulai berpikir dan belajar mengambil sebuah keputusan yang dapat
ia pertanggung jawabkan secara moral.
Lebih dari itu, Ibn Si>na>tidak hanya bertumpu pada pendidikan akhlak
di sekolah-sekolah seperti yang menjadi program pendidikan nasional, akan
tetapi pendidikan di rumah dan lingkungan masyarakat juga menjadi
perhatiannya.15
Diantaranya tugas orang tua terhadap anak di rumah adalah:
1. Tidak mengolok-olok anak dengan sebutan yang tidak terpuji
2. Tidak memukul anak kecuali untuk sebuah kesalahan yang sangat
besar, itupun hanya sekedar peringatan, tidak pada daerah wajah dan
tidak melukai.
3.
Orang tua harus menjadi suri tauladan, kedalaman cita kedua orang
tua, sebab hal ini akan mentranfer kepada anak.
4. Mengahargai perasaan anak. Hal ini akan merekatkan hubungan
batin dan cinta dalam keluarga.
5. Seorang ibu harus mengurus anaknya sendiri dan tidak bergantung
kepada para pembantu. 16
Semua hal yang disebut di atas adalah metode yang membutuhkan
latihan, konsistensi dan disiplin yang tinggi. Alasannya adalah karena akhlak
dan karakter adalah sebuah pencapaian atau hasil dari sebuah proses, lahir
dari pembiasaan diri, bukan ada secara instan dan bukan bawaan lahir
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
15/16
100
manusia sejak dalam kandungan. Maka jika seseorang ingin berakhlak baik ia
harus berusaha berlatih membiasakan diri menjadi orang baik. Sebaliknya,
tanpa Itikad yang baik, seseorang akan berpikir berdasarkan kepuasan
egonya semata tanpa melihat kepentingan masa depan, apalagi orang lain.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pemikiran Ibn Si>na>
relevan untuk diaplikasikan dalam program pendidikan nasional yang
berbasis pendidikan budaya dan karakter bangsa secara filosofis dan
metodologis. Lebih dari itu, pemikiran Ibn Si>na>dapat memberikan masukan
pengembangan nilai dan sistem yang lebih baik untuk kemajuan ke depan.
Penulis menilai konsep pendidikan akhlak Ibn Si>na>ini sangat komprehensif,
sebab ia berangkat dari penguasaannya terhadap multi keilmuan yang
mendasar dalam dunia pendidikan, yaitu ilmu filsafat, psikologi dan
kedokteran. Sehingga kedalaman pemikirannya mampu menjadi inspirasi bagi
insan-insan pendidikan di seluruh dunia.
-
8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf
16/16
101
Catatan:
1Kementerian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
(Jakarta: Kemendiknas, 2010),5-6.
2Abd al-Rah}ma>n al-Naqi>b, Falsafat al-Tarbi>yah Ind Ibn Si>na>(Kairo: Da>r Thaqa>fah, 1984), 105.
3Lihat Bab II dari tesis ini, 19.
4Keterangan lebih lengkap lihat www.ihf.or.id
5Kementerian Pendidikan Nasional,Pengembangan Pendidikan,8.
6Ibn Si>na>, Kita>b al-Siya>sah, Louis Maaluf (Ed.) (Kairo: Majalla>t al-Sharq, 1906), 1074.
7Warren A. Nord dan Charles C. Haynes, Taking the Curriculum Seriously,The Educational
Forum, Vol. 66, (Winter, 2002), ISBN 0-87120-318-9.
8Kementerian Pendidikan Nasional,Pengembangan Pendidikan,15-17.
9Lihat bab tiga dari tesis ini, Metode dan model pendidikan akhlak menurut Ibn Si>na>, 71-76.
10Ibn Sina, Kita>bal-Siya>sah,Bab Manajemen diri sendiri, 240.
11Kementerian Pendidikan Nasional,Pengembangan Pendidikan,15-17.
12Ibn Si\>na>, al-Shifa,Vol. II, 565.
13Kementerian Pendidikan Nasional,Pengembangan Pendidikan, 18.
14Ibn Si>na>, al-Qa>nu>n, J ilid I, 159. dan Abd al-Rah}ma>n al-Naqi>b, Falsafat al-Tarbi>yah,123-125.
15Abd al-Ami>r Z. Sham al-Di>n,al-Madhhab al-Tarbawi,151-152
16Mah}mu>d abd al-Lat}i>f, al-Fikr al-Tarbawi>Ind Ibni Si>na>(Damaskus: Hayah Su>riyah, 2009),
104-105.