Transcript
  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    1/16

    86

    BAB IV

    RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA

    DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL

    Pendidikan nasional berbasis pendidikan budaya dan karakter bangsa ini

    merupakan langkah antisipatif dan solusi dari fenomena demoralisasi masyarakat

    Indonesia saat ini. Dengan mengembangkan nilai-nilai kebajikan berdasarkan

    nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia, diharapkan dapat

    membentuk kepribadian diri warga yang baik. Upaya ini sangat diharapkan dapat

    membangun profil atau figur pendidik yang bermoral, professional dan

    berkompeten di bidangnya, juga dapat melahirkan pribadi tangguh yang menjadi

    simbol kebangkitan bangsa dan mempertahankan keaslian nilai luhur budaya

    Indonesia.

    Berbagai macam upaya dilakukan untuk mensosialisasikan hal tersebut,

    baik melalui sekolah-sekolah, media komunikasi, seminar, sarasehan dan

    sebagainya. Dan langkah aplikatif juga telah dimulai melalui pengembangan

    kurikulum di sekolah, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum

    yang kuat, dan undang-undang negara. Disini, penulis akan memberikan

    alternatif lain berupa sumbangsih pemikiran tokoh klasik dan pakar-pakar

    pendidikan yang telah diakui kreadibilitasnya selama berabad-abad. Selain dapat

    menjadi bahan masukan dan evaluasi, minimal, profil dan pemikiran mereka

    dapat menjadi tauladan dan penyemangat hidup untuk tetap optimis meraih cita-

    cita besar bangsa Indonesia.

    86

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    2/16

    87

    Beliau adalah Ibn Si>na>, tokoh multi talenta yang memiliki kecerdasan

    tinggi ini adalah seorang dokter, filosof, ilmuwan, psikolog dan ahli filsafat

    pendidikan. Terbukti dengan karya-karya fenomenal beliau selama berabad-abad

    menjadi inspirasi tokoh-tokoh besar di dunia. Pemikiran Ibn Si>na>tentang

    pendidikan lebih bersifat teoretis dan konseptual, sehingga dapat menjadi lebih

    relevan untuk kondisi Indonesia sekarang. Beberapa metode yang dipaparkan Ibn

    Si>na>juga masih relevan untuk diaplikasikan di Indonesia.

    A Relevansi secara filosofis

    Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik

    secara optimal, baik itu potensi intelektual, jasmani dan rohani. Tentu saja ini

    tidak bisa lepas dari lingkungan dimana anak didik berada, yaitu rumah,

    sekolah dan masyarakat (Tri Pusat Pendidikan). Disamping juga pihak-pihak

    terkait yang berperan dalam proses pelaksanaan pendidikan memiliki

    tanggung jawab moril untuk merealisasikan tujuan pendidikan tersebut.

    Melihat realitas masyarakat saat ini, tuntutan mengembangkan aspek

    rohani anak didik dipandang perlu untuk ditingkatkan, salah satunya melalui

    pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Mewujudkan misi

    pendidikan budaya dan karakter bangsa ini harus berangkat dari landasan

    filosofis yang kuat, untuk menjaga konsistensi pengembangan visi dan misi

    yang sudah ditetapkan. Tanpa itu, pendidikan karakter akan mengalami

    kemunduran karena berbagai faktor yang tidak prinsipil, seperti terlalu

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    3/16

    88

    disibukkan dengan program jangka pendek, dan terlalu dibebani tugas-tugas

    administratif sehingga lalai untuk meningkatkan kualitas diri.

    Maka, dalam rangka mengembangkan pendidikan budaya dan karakter

    bangsa ini landasannya adalah bahwa lingkungan dimana anak didik itu hidup

    tidak akan pernah lepas dari kaidah-kaidah budaya yang ada dalam

    lingkungan tersebut. Sebab secara naluriah, manusia sebagai makhluk sosial

    tidak dapat hidup terasing di tengah-tengah masyarakatnya sendiri.

    Sebaliknya, tidak akan ada sebuah komunitas yang tidak diikat oleh ikatan

    batin antar anggota komunitas, sebagai implementasi dari budaya dan nilai

    yang telah menjadi karakter komunitas tersebut. Di Indonesia sendiri, budaya

    masyarakat yang ada sangat menjunjung tinggi nilai-nilai norma dan moral

    yang dikenal sebagai budaya ketimuran. Nilai-nilai toleransi, kerja sama dan

    etika adalah hal yang sangat esensial dalam budaya masyarakat Indonesia.

    Sehingga budaya luar yang masuk ke tengah-tengah masyarakat Indonesia

    dan tidak sesuai dengan norma-norma yang ada akan dinilai kontroversial

    meski dianggap sebagai suatu kemajuan atau perkembangan era kontemporer.

    Selain itu, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 disusun untuk

    mempertahankan kemurnian karakter budaya bangsa. Maka kemanusiaan

    yang adil dan beradab sangat substansial untuk menjaga persatuan Indonesia.

    Artinya, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 juga memiliki landasan

    yang sama untuk kemudian diaplikasikan dalam semua aspek kehidupan.

    Berangkat dari landasan ini, maka, yang dibutuhkan setiap individu

    adalah mengembangkan seluruh potensi diri sebagai anggota masyarakat dan

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    4/16

    89

    bangsa, seperti yang tertulis dalam UU Sisdiknas tentang fungsi utama

    pendidikan, ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

    peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

    bangsa.1Ini berarti, tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi akal,

    jasmani dan jiwa setiap individu agar terbentuk karakter kuat yang tidak

    mudah dipengaruhi oleh pihak luar, dan mempersiapkannnya terlibat

    langsung di tengah-tengah masyarakat melalui profesi yang sesuai dengan

    bakat yang dimiliki.

    Hal ini juga yang menjadi landasan pemikiran Ibn Si>na>tentang tujuan

    pendidikan secara umum yaitu: Pengembangan potensi anak secara holistik

    mencakupi potensi akal, jiwa dan jasmani, lalu mempersiapkannya untuk

    hidup dan terlibat di tengah-tengah masyarakat melalui pekerjaan yang sesuai

    dengan bakat dan keterampilannya.2 Artinya kedua definisi ini memiliki

    cita-cita yang sama yaitu mendidik dan mempersiapkan seseorang menjadi

    warga negara yang baik. Sebab untuk membangun sebuah bangsa, tidak

    hanya membutuhkan karakter dan kepribadian individu yang baik, akan

    tetapi, perlu juga mengarahkannya pada suatu pekerjaan, baik itu pekerjaan

    akademis/teoretis maupun pekerjaan skill/praktis, yang sesuai dengan

    bakatnya agar dapat bermanfaat membangun masyarakat nanti dan menjadi

    warga negara yang baik.

    Karena pentingnya hal ini, Ibn Si>na>juga mencantumkan pendidikan

    filosof sebagai salah satu dari tujuan pendidikan yang mempersiapkan anak

    usia remaja menjadi ahli filsafat, dikarenakan besarnya tuntutan masyarakat

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    5/16

    90

    dan pengaruh tren keilmuan yang ada pada saat itu. Sehingga tidak heran jika

    pada zaman itu muncul banyak tokoh filosof muslim yang namanya

    mendunia, diantaranya Ibn Si>na>, Ibn Miskawaih, Ibn Rusyd dan Imam al-

    Ghaza>li>.

    Ini merupakan bentuk aplikasi dari salah satu metode pendidikan

    akhlak yang telah dibahas pada bab dua, yaitu menentukan prioritas.3Dalam

    hal ini, menentukan prioritas pencapaian tidak hanya berupa nilai-nilai moral

    tertentu yang dianggap penting demi merealisasikan visi sebuah lembaga

    pendidikan, tetapi juga arah dan tujuan dari pendidikan di lembaga tersebut

    harus jelas dan konkret. Contohnya, pondok-pondok pesantren yang visinya

    mencetak calon dai dan guru yang nantinya akan berdakwah di tengah-tengah

    masyarakat tentunya akan mengarahkan dan memberikan pelatihan kepada

    siswanya sesuai dengan visi tersebut, baik itu berupa latihan pidato, latihan

    mengajar, latihan organisasi maupun lainnya. Begitupun juga yang dilakukan

    oleh SMK-SMK atau sekolah-sekolah kejuruan yang banyak tersebar di

    Indonesia, ada teknik, kelautan, pariwisata, perhotelan, design dan banyak

    lagi. Tujuannya tidak lain adalah menciptakan bibit-bibit unggul yang dapat

    berperan, terlibat langsung memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam

    rangka pembangunan dan pengembangan.

    Kiranya pemerintah juga perlu mendirikan sekolah berbasis karakter,

    seperti mencetak calon pemimpin jujur dan bermoral, agar generasi muda

    bangsa kelak bersih dari para koruptor, dan mencetak mereka menjadi

    pemimpin-pemimpin rakyat yang amanah dan bisa menjadi suri tauladan

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    6/16

    91

    yang baik, berdiri di atas dan untuk semua golongan, dan tidak

    mementingkan kepentingan pribadi atau organisasi tertentu saja. Tampaknya

    upaya ini mulai dilakukan oleh Ratna Megawangi selaku pendiri The

    Indonesian Heritage Foundation (IHF), yaitu suatu badan wakaf yang

    bergerak dalam bidang pendidikan karakter yang mengembangkan model

    pendidikan karakter pada siswa-siswi TK sampai SMP.4

    Dalam hal ini, program pendidikan nasional mulai mengembangkan

    nilai-nilai yang menjadi landasan pendidikan budaya dan karakter ini melalui

    berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah, contohnya,

    melalui pelajaran Geografi, diharapkan bisa menanamkan nilai-nilai yang

    berkenaan dengan lingkungan dimana anak itu dan bangsa hidup, kemudian

    melalui pelajaran Sosiologi, anak akan diajarkan system sosial yang berlaku

    dan sedang berkembang, juga bahasa Indonesia dan cara berpikirnya.

    Sehubungan dengan hal ini, Ibn Si>na>juga mengaplikasikan landasan

    filosofisnya ke dalam materi belajar, diantaranya al-Qura>n dan syair-syair,

    keduanya sarat akan nilai-nilai bahasa, sastra, akhlak, dan budaya yang ada

    pada waktu itu. Begitu juga dengan menceritakan kisah-kisah para nabi, hal

    ini menunjukkan adanya kesamaan dengan kurikulum sekolah yang

    mengajarkan sejarah Indonesia dan perjuangan para pahlawan bangsa dalam

    merebut kemerdekaan dan menjaga harkat dan martabat bangsa di depan

    penjajah.

    Sehingga dengan berangkat dari landasan pemikiran ini, dibutuhkan

    proses matang dan terencana untuk mengembangkan nilai-nilai dasar

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    7/16

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    8/16

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    9/16

    94

    B Relevansi secara metodologis

    Nord dan Haynes menyebutkan bahwa pendidikan moral adalah suatu

    kesepakatan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dengan

    tujuan untuk mengarahkan generasi muda kepada nilai-nilai (values) dan

    kebajikan (virtues) yang akan membentuknya menjadi manusia yang baik

    (good people).7Semua nilai-nilai moral yang menjadi dasar dari pendidikan

    dan budaya karakter ini kemudian menjadi materi dan kurikulum wajib di

    lembaga-lembaga pendidikan dalam setiap jenjangnya. Hal ini sejalan dengan

    program pendidikan nasional saat ini yang mengintegrasikan nilai-nilai

    budaya dan moral ke dalam mata pelajaran yang ada dalam kurikulum

    sekolah.

    Sebagai langkah aplikatif, pemerintah membuat perencanaan

    pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui integrasi

    mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. Artinya, dalam hal

    ini, perlu adanya sinergitas antara faktor internal dan eksternal dari seluruh

    komponen pendidikan yang memiliki pengaruh besar dan juga ikut andil

    dalam pelaksanaan proses pendidikan budaya dan karakter ini. Komponen

    tersebut adalah pendidik, anak didik dan lingkungan.

    Mengenai program pengembangan diri yang dicanangkan pendidikan

    nasional adalah melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari,

    berupa kegiatan sekolah, kegiatan spontan, keteladanan dan pengkondisian.8

    Ke empat aspek ini merupakan sebagian faktor eksternal yang sangat urgen

    dan memiliki peran penting dalam merealisasikan tujuan pendidikan. Hal ini

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    10/16

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    11/16

    96

    juga harus melalui aplikasi langsung dalam kehidupan sehari-

    hari.10

    Pada dasarnya, konsep ala Ibn Si>na>ini tidak hanya berlaku bagi anak

    didik saja, tetapi juga orang tua, guru dan para aparat negara, selaku pendidik

    langsung ataupun tidak langsung. Karena dengan metode ini, secara otomatis,

    akan muncul keteladanan dari para pendidik kepada anak didiknya. Tentunya

    sebelum mendidik orang lain seorang pendidik harus bisa mendidik diri

    sendiri terlebih dahulu.11

    Namun, hal ini tidak cukup hanya dengan keteladanan dan lingkungan

    edukatif saja, sebab pengetahuan tentang mana yang baik dan buruk juga

    sangat penting. Dalam artian, dibutuhkan kesinergisan antara ilmu dan amal

    dalam proses menanamkan nilai budaya dan karakter bangsa. Sehingga

    dengan ilmu, akal akan mempertimbangkan, menganalisa dan memutuskan

    sebuah tindakan apakah baik untuk dilakukan atau tidak. Kemudian ketika

    dilanjut dengan praktek, maka tindakan yang muncul akan menjadi baik jika

    didasari kesadaran moral yang tinggi. Hal ini yang menjadi pemikiran Ibn

    Si>na>dalam mendidik dan membentuk akhlak anak sejak dini.

    Disamping itu juga, gagasan Ibn Si>na>tentang penggunaan

    penghargaan (thawa>b) dan hukuman (iqa>b) dapat bermanfaat dalam

    menanamkan nilai-nilai akhlak/moral yang baik kepada anak. Perhargaan

    dalam hal ini berupa pujian ketika anak berbuat baik, bersikap positif

    terhadap anak, tidak pilih kasih, merestui semua perilaku baiknya dan

    mendukungnya untuk melakukan hal baik yang sama di lain waktu.

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    12/16

    97

    Sedangkan hukuman bagi anak hanyalah alternatif dalam mendidik, artinya,

    ancaman, pengabaian ketika ia menunjukkan hal-hal yang tidak baik dan

    pukulan ringan yang tidak melukai anak. Yang perlu ditekankan disini adalah

    pukulan tersebut merupakan peringatan agar muncul kesadaran untuk tidak

    mengulangi hal yang sama sampai anak tersebut sadar dan tidak megulangi

    perbuatannya lagi. Seperti pukulan pada tangan dan kaki. Ibn Si>na>sangat

    melarang pukulan ke daerah kepala.12

    Kemudian pengintegrasian dari segi kurikulum.13 Kurikulum yang

    benar adalah kurikulum yang mengacu pada tiga potensi dasar manusia; akal,

    jasmani dan jiwa. Sebuah proses internalisasi dan pengembangan nilai-nilai

    budaya, karakter dan moral tidak bisa hanya dicantumkan dalam silabus dan

    RPP saja. Tetapi perlu metode dan tehnik-teknik konkret agar tujuan dari

    proses ini dapat tercapai dengan baik. Tidak hanya mementingkan salah satu

    dari aspek kognitif dan afektif saja, namun juga perlu melibatkan aspek

    psiko-motorik dengan memasukkan hal-hal yang mengandung unsur-unsur

    edukatif.

    Dalam hal ini, pemikiran Ibn Si>na>sangat menarik untuk dikaji,

    terutama dalam hal memilih bidang-bidang studi yang menjadi favorit para

    anak didik, sebagai berikut:

    a.

    Kegiatan olah raga dan aneka permainan, kegiatan ini juga dapat

    mengandung unsur-unsur edukatif dengan berpura-pura atau

    bermain drama menjadi guru atau dokter. Hal ini dimaksudkan

    agar tidak ada kebosanan dalam diri anak, sehingga muncul

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    13/16

    98

    semangat baru untuk mempelajari hal-hal yang baru dalam hidup

    mereka. Kegiatan ini tidak berlaku bagi balita saja, termasuk juga

    anak-anak pra, masa sekolah, bahkan masa remaja sesuai dengan

    porsi masing-masing.14

    b. Mengajarkan syair-syair yang merupakan hasil kekayaan budaya

    bangsa dan kisah-kisah yang menyanjung ilmu dan moral, juga

    sejarah perjuangan para pejuang daluku kala, akan sangat

    merangsang aspek emosional anak.

    c. Mengajarkan musik dan sastra dapat melatihsenseseni, kepekaan

    terhadap lingkungan sekitar dan mempertajam rasa pada anak.

    Seluruh materi dasar di atas bisa disisipkan nilai-nilai moral dan budaya yang

    menjadi program pemerintah dalam mengembangkan pendidikan budaya dan

    karakter bangsa. Jika karakter terbentuk dengan baik sejak kecil, maka hal itu

    dapat menjadi pegangan hidupnya sampai akhir, seperti yang dialami tokoh-

    tokoh fenomenal dunia.

    Dan khusus kepada anak yang sudah beranjak dewasa agar mulai

    diarahkan dan dilatih untuk mendalami bakat dan keterampilan yang ia punya

    sebagai persiapan hidup di masyarakat dan bekerja mengabdi pada negara.

    Karena bagi Ibn Si>na>, akhlak dan karakter adalah hasil dari sebuah proses

    atau sebuah pencapaian, dan bukan bawaan lahir manusia. Karenanya, butuh

    latihan dan pembiasaan diri untuk menganalisa, mempertimbangkan dan

    membandingkan mana yang baik dan mana yang buruk, lalu

    mengaplikasikannya dalm kehidupan sehari-hari. Latihan dan pembiasaan diri

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    14/16

    99

    inilah yang kurang ditekankan oleh pemerintah dalam mencanangkan

    pendidikan nasional saat ini. Hal ini perlu, terutama sejak usia remaja,

    dimana ia mulai berpikir dan belajar mengambil sebuah keputusan yang dapat

    ia pertanggung jawabkan secara moral.

    Lebih dari itu, Ibn Si>na>tidak hanya bertumpu pada pendidikan akhlak

    di sekolah-sekolah seperti yang menjadi program pendidikan nasional, akan

    tetapi pendidikan di rumah dan lingkungan masyarakat juga menjadi

    perhatiannya.15

    Diantaranya tugas orang tua terhadap anak di rumah adalah:

    1. Tidak mengolok-olok anak dengan sebutan yang tidak terpuji

    2. Tidak memukul anak kecuali untuk sebuah kesalahan yang sangat

    besar, itupun hanya sekedar peringatan, tidak pada daerah wajah dan

    tidak melukai.

    3.

    Orang tua harus menjadi suri tauladan, kedalaman cita kedua orang

    tua, sebab hal ini akan mentranfer kepada anak.

    4. Mengahargai perasaan anak. Hal ini akan merekatkan hubungan

    batin dan cinta dalam keluarga.

    5. Seorang ibu harus mengurus anaknya sendiri dan tidak bergantung

    kepada para pembantu. 16

    Semua hal yang disebut di atas adalah metode yang membutuhkan

    latihan, konsistensi dan disiplin yang tinggi. Alasannya adalah karena akhlak

    dan karakter adalah sebuah pencapaian atau hasil dari sebuah proses, lahir

    dari pembiasaan diri, bukan ada secara instan dan bukan bawaan lahir

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    15/16

    100

    manusia sejak dalam kandungan. Maka jika seseorang ingin berakhlak baik ia

    harus berusaha berlatih membiasakan diri menjadi orang baik. Sebaliknya,

    tanpa Itikad yang baik, seseorang akan berpikir berdasarkan kepuasan

    egonya semata tanpa melihat kepentingan masa depan, apalagi orang lain.

    Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pemikiran Ibn Si>na>

    relevan untuk diaplikasikan dalam program pendidikan nasional yang

    berbasis pendidikan budaya dan karakter bangsa secara filosofis dan

    metodologis. Lebih dari itu, pemikiran Ibn Si>na>dapat memberikan masukan

    pengembangan nilai dan sistem yang lebih baik untuk kemajuan ke depan.

    Penulis menilai konsep pendidikan akhlak Ibn Si>na>ini sangat komprehensif,

    sebab ia berangkat dari penguasaannya terhadap multi keilmuan yang

    mendasar dalam dunia pendidikan, yaitu ilmu filsafat, psikologi dan

    kedokteran. Sehingga kedalaman pemikirannya mampu menjadi inspirasi bagi

    insan-insan pendidikan di seluruh dunia.

  • 8/9/2019 BAB IV_RELEVANSI PENDIDIKAN AKHLAK IBN SINA DENGAN PENDIDIKAN NASIONAL.pdf

    16/16

    101

    Catatan:

    1Kementerian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

    (Jakarta: Kemendiknas, 2010),5-6.

    2Abd al-Rah}ma>n al-Naqi>b, Falsafat al-Tarbi>yah Ind Ibn Si>na>(Kairo: Da>r Thaqa>fah, 1984), 105.

    3Lihat Bab II dari tesis ini, 19.

    4Keterangan lebih lengkap lihat www.ihf.or.id

    5Kementerian Pendidikan Nasional,Pengembangan Pendidikan,8.

    6Ibn Si>na>, Kita>b al-Siya>sah, Louis Maaluf (Ed.) (Kairo: Majalla>t al-Sharq, 1906), 1074.

    7Warren A. Nord dan Charles C. Haynes, Taking the Curriculum Seriously,The Educational

    Forum, Vol. 66, (Winter, 2002), ISBN 0-87120-318-9.

    8Kementerian Pendidikan Nasional,Pengembangan Pendidikan,15-17.

    9Lihat bab tiga dari tesis ini, Metode dan model pendidikan akhlak menurut Ibn Si>na>, 71-76.

    10Ibn Sina, Kita>bal-Siya>sah,Bab Manajemen diri sendiri, 240.

    11Kementerian Pendidikan Nasional,Pengembangan Pendidikan,15-17.

    12Ibn Si\>na>, al-Shifa,Vol. II, 565.

    13Kementerian Pendidikan Nasional,Pengembangan Pendidikan, 18.

    14Ibn Si>na>, al-Qa>nu>n, J ilid I, 159. dan Abd al-Rah}ma>n al-Naqi>b, Falsafat al-Tarbi>yah,123-125.

    15Abd al-Ami>r Z. Sham al-Di>n,al-Madhhab al-Tarbawi,151-152

    16Mah}mu>d abd al-Lat}i>f, al-Fikr al-Tarbawi>Ind Ibni Si>na>(Damaskus: Hayah Su>riyah, 2009),

    104-105.


Top Related