bab iv2

Download BAB IV2

If you can't read please download the document

Upload: herperian-ari

Post on 07-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

iv2

TRANSCRIPT

IV

32

IV. PEMBAHASAN

Studi kasus dilakukan pada pasien perempuan usia 45 tahun yang didiagnosis Hipertensi esensial grade II. Diputuskan untuk dilakukan binaan terhadap keluarga dengan alasan :

Penyakit pada pasien tergolong penyakit menahun dan dipengaruhi oleh pola hidup. Oleh karenanya perlu dilakukan pembinaan terhadap keluarga agar anggota keluarga dapat ikut serta dalam pengelolaan penyakit hipertensi. Sesuai dengan konsep pelayanan kedokteran keluarga maka bentuk pelayanan yang dilaksanakan harus memenuhi kriteria :HolistikKomprehensif/TerpaduMemandang pasien sebagai bagian dari keluarganyaMenyelesaikan semua keluhanMempertimbangkan kemampuan sosialMelakukan konsultasi/rujukan pada ahli yang tepatSemua didukung oleh pengetahuan kedokteran dan praktis klinis terkini

Pembahasan Pasien

Pada pasien ini didiagnosis penyakit hipertensi esensial grade II karena pada anamnesa ditemukan sakit kepala yang dirasakan memberat terutama setiap bangun tidur di pagi hari sejak 1 minggu sebelum datang ke puskesmas. Sakit kepala terutama dirasakan di bagian belakang kepala. Keluhan juga disertai rasa berat pada tengkuk. Sakit kepala yang dirasakan ini bersifat hilang timbul dan semakin memberat jika sedang banyak pikiran. Selanjutnya pada pemeriksaan fisik ditemukan Tekanan Darah 180/100 mmHg dan nadi 78x/menit. Pasien mengaku mengetahui hipertensi sejak 2 tahun yang lalu ketika memeriksakan diri ke puskesmas dengan keluhan yang sama.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. menurut JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg. Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi. Pada pasien ini faktor risiko yang paling mungkin ialah konsumsi obat anti hipertensi yang tidak teratur, pola makan yang tinggi natrium, kebiasaan olahraga yang masih minim, manajemen dan stress yang kurang baik. Dari keterangan yang disampaikan oleh pasien, pasien datang ke puskesmas bila hanya keluhan telah timbul dan untuk obat antihipertensi yang diberikan juga tidak teratur diminum. Sakit kepala dan pegal pada tengkuk dan punggung ini biasanya ia rasakan ketika ia sedang banyak pikiran (stress).

Intervensi individu yang dilakukan ialah mengedukasi kepada pasien untuk meminum obat antihipertensi secara teratur, menghindari makanan berkadar natrium tinggi dan goreng-gorengan, serta rajin berolahraga. Selain itu pula intervensi medikamentosa perlu diberikan. Pemberian obat Captopril 25 mg 2 x 1 sesuai dengan Buku Ajar IPD FKUI dan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007. Kami merasa perlu untuk mengedukasi pasien dalam hal keteraturan meminum obat antihipertensi karena seperti dijelaskan sebelumnya Ny. M hanya meminum obat antihipertensi disaat ia telah merasakan gangguan pada aktivitasnya. Apabila ia tidak tengah merasakan sakit kepala ataupun nyeri pada tengkuk maupun punggungnya maka obatnya tidak diminum. Pola pikir seperti inilah yang kami rasa perlu kami luruskan, karena apabila seseorang sudah dinyatakan hipertensi maka ia harus meminum obat antihipertensinya secara teratur sehingga hipertensi yang dideritanya dapat terkontrol dan tidak berlanjut menjadi komplikasi-komplikasi tertentu yang dapat berujung pada kematian. Pada saat evaluasi kami melihat pasien telah sadar dan merasa penting untuk tidak hanya datang ke puskesmas untuk kontrol dan mengambil obat anti hipertensinya, namun juga mengkonsumsinya secara rutin.

Selanjutnya pola makan pasien yang mengkonsumsi makanan yang asin dan bersantan juga perlu diintervensi. Hal ini tidak baik karena ketika jumlah natrium dalam tubuh tinggi, maka jumlah cairannya ikut meningkat sehingga volume darah bertambah dan tekanannya semakin besar. Akibatnya bisa fatal karena pembuluh darahnya bisa pecah. Oleh karena itu kami merasa perlu mengedukasi pasien untuk mengetahui bahaya asupan natrium yang tinggi yang didapat pada makanan yang asin-asin. Pada saat evaluasi kami mendapatkan pasien telah mengetahui bahaya makanan yang terlalu asin, dan bersantan pada pasien hipertensi dan mengurangi konsumsi bahan-bahan tadi pada masakannya.

Pasien merupakan seorang yang amat jarang berolahraga bahkan hamper tidak pernah, ia merasa banyak sekali pekerjaan rumah tangga yang harus diselesaikan sehingga tidak ada waktu untuk berolahraga sehingga kami berikan edukasi bahwa olahraga adalah kebiasaan yang sangat baik untuk dilakukan sehari-hari. Olahraga dapat menurunkan jumlah LDL dan meningkatkan jumlah HDL. Penurunan LDL dapat menyebabkan penurunan lemak dalam tubuh sedangkan peningkatan HDL dapat memicu timbulnya pemecahan plak-plak dalam pembuluh darah yang dapat menjadi penyebab adanya hipertensi. Ketika evaluasi, pasien mengaku masih belum terbiasa menerapkan kebiasaan untuk merutinkan olahraga setiap hari selama minimal 30 menit.

Sedangkan untuk terapi farmakologis Ny. M menggunakan Captopril 25 mg 2 x 1 sesuai dengan Buku Ajar IPD FKUI dan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007. Captopril ini merupakan obat dari golongan ACE-inhibitor yang menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri (vasodilator).

Pasien juga diberikan edukasi mengenai beberapa macam pilihan kontrasepsi, serta metode kontrasepsi yang aman bagi penderita hipertensi. Walaupun sebenarnya pasien sudah menggunakan KB suntik setiap 3 bulan sekali yang dianggap aman untuk hipertensi, namun kami tetap memberikan wawasan tentang masing-masing kontrssepsi.

Kami juga memberikan konseling mengenai stress psikososial yang dialami oleh pasien. Pasien merasa selalu tidak nyaman bila ada pekerjaan rumah yang belum selesai. Edukasi kami mengenai pengertian bahwasanya anak perempuannya yang masih SD memang belum terlalu bisa diharapkan untuk membantu pekerjaan rumah, namun pasti akan semakin berubah seiring kedewasaannya, dan pasien dapat menerima keadaan tersebut.

Pembahasan Keluarga

Edukasi pasien merupakan proses mempengaruhi perilaku, mengubah pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Proses tersebut dimulai dengan memberikan informasi serta interpretasinya yang terintegrasi secara praktis sehingga terbentuk perilaku yang menguntungkan kesehatan. Dukungan keluarga dekat sangat penting dalam pembentukan perilaku kesehatan yang baik.

Pasien dengan hipertensi memerlukan dukungan keluarga. Intervensi keluarga untuk mengingatkan pasien agar rajin mengontrol hipertensinya ke pelayanan kesehatan terdekat, rutin meminum obat hipertensi, mengurangi konsumsi asin dan santan serta membiasakan olahraga setiap hari sangat besar.Edukasi ini juga tidak hanya kepada pasien, kami juga menganjurkan untuk rutinmengontrolkan tekanan darah masing-masing anggota keluarga ke pusat pelayanan kesehatan terdekat, karena kemungkinan mempunyai resiko hipertensi.

Hasil Studi

PasienDari pemeriksaan klinis telah terdiagnosis sebagai Hipertensi esensial grade II.Pasien telah memahami tentang penyakit hipertensi, faktor pencetus, penatalaksanaan dan hal-hal yang harus dihindari.Pasien telah mengetahui tentang bermacam-macam pilihan kontrasepsi, dan mengetahui metode kontrasepsi yang tepat bagi penderita hipertensi.

KeluargaKeluarga mulai memahami tentang penyakit hipertensi, cara pengelolaan (terapi farmakologis dan nonfarmakologis), tujuan dari pengelolaan,Keluarga telah ikut berperan serta dalam upaya pengelolaan penyakit hipertensi.Keluarga telah memahami bahwa pola hidup yang sehat dapat mencegah timbulnya penyakit hipertensi.Keluarga, dalam hal ini suami akan mulai memeriksakan tekanan darahnya.