bab iv pengumpulan dan analisis data 4.1 analisis...
TRANSCRIPT
41
BAB IV
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Analisis Masalah
Kawasan sepanjang pantai di Kecamatan Sayung yang dijadikan daerah
perencanaan mempunyai sejumlah permasalahan yang cukup berat dan kompleks.
Permasalahannya menyangkut penurunan fungsi lahan yang disebabkan oleh
abrasi pantai. Akibatnya telah sangat dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di
sekitar pesisir pantai. Hal tersebut dapat diketahui mulai dari hilangnya beberapa
hektar lahan tambak sampai tergenangnya rumah-rumah penduduk oleh air laut
pasang sehingga tidak dapat lagi digunakan sebagaimana mestinya.
Berikut ini adalah gambaran kondisi di Dusun Morosari, Desa Bedono,
Kecamatan Sayung. Gambar 4.1 menunjukkan abrasi yang dimulai sejak beberapa
tahun lalu mengakibatkan beberapa rumah penduduk telah tergenang air laut,
dalam keadaan normal. Menurut salah seorang warga, pada saat pasang air laut
bisa mencapai ketinggian +50 cm disertai ombak yang menghantam langsung
dinding rumah. Gambar 4.2 memperlihatkan areal tambak penduduk yang
tenggelam oleh air laut, sehingga tidak dapat lagi dimanfaatkan.
Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk
AIR LAUT (LAUT JAWA)
BARAT LAUT
42
Gambar 4.2 Area Tambak Terendam Air Laut
Lebih dari 300 Ha lahan yang selama lebih dari lima tahun terakhir ini
tergenang saat air laut pasang. Di wilayah pantai tersebut terdapat 4 desa yang
terancam bahaya abrasi, yaitu Desa Bedono, Desa Surodadi, Desa Sriwulan dan
Desa Timbulseloko. Desa yang saat ini mengalami kerusakan paling parah adalah
Desa Bedono, bahkan dua dusun di desa itu kini telah tenggelam akibat rob yaitu
Dusun Senik dan Dusun Tambaksari, menyusul Dusun Pandansari yang terancam
tenggelam (Bappeda Demak, 2000).
Tabel 4.1 Kondisi Lahan Akibat Abrasi dan Rob (Bappeda Demak, 2000).
LOKASI
ABRASI
PANTAI
(Tambak Hilang)
GENANGAN ROB
(Pasang Surut)
PROSES
KEJADIAN
Desa Sriwulan 162,5 Ha 82,6 Ha 5 tahun
Desa Bedono 325,0 Ha 110,0 Ha 6 tahun
Desa Timbulseloko 62,5 Ha 25,8 Ha 3 tahun
Desa Surodadi 32,8 Ha 10,0 Ha 3 tahun
Total 582,8 Ha 228,4 Ha Rata-rata 4,25 thn
UTARA
AREA TAMBAK YANGTERENDAM AIR LAUT
AIR LAUT MEMASUKITANAH PENDUDUK
43
Pantai Sayung merupakan pantai yang membujur dari barat daya ke timur
laut dengan bagian lautnya di sebelah barat. Arah angin dipengaruhi oleh angin
dari arah barat laut, sehingga arus yang mengalir di daerah perairan menyusur
pantai ke arah timur laut atau dengan kata lain menyusur dari arah Pantai Sriwulan
atau Bedono menuju Morodemak. Sebaliknya arus dari Morodemak ke arah
Sriwulan sangat kecil, sehingga secara umum tidak terjadi keseimbangan transpor
sedimen sejajar pantai di daerah tersebut. Hal ini menyebabkan terjadi abrasi pada
Pantai Sayung (Bappeda Demak, 2000).
Upaya-upaya penanggulangan abrasi sudah dilakukan oleh Pemerintah,
namun belum mencapai hasil konkrit yang maksimal dibandingkan dengan tingkat
permasalahan yang terjadi. Karena itu diperlukan perencanaan pengamanan pantai
dalam rangka penanggulangan abrasi pantai di Kecamatan Sayung. Sehingga
dapat mencegah kerugian yang lebih besar lagi serta melindungi pemukiman
penduduk agar dapat beraktifitas dengan tenang tanpa khawatir pemukimannya
terkikis oleh abrasi secara perlahan.
4.2 Analisis Hydro-Oceanography
4.2.1 Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik
benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di
Bumi. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan muka air terendah (surut) sangat
penting untuk perencanaan bangunan pantai (Triatmodjo, 1999)
Data pasang surut yang diperlukan adalah:
HHWL : Highest High Water Level, yaitu elevasi tertinggi muka air selama
periode tertentu.
MHWL : Mean High Water Level, yaitu rata-rata elevasi pasang (tinggi) muka
air selama periode tertentu.
MSL : Mean Sea Level, yaitu elevasi tinggi muka air rata-rata.
MLWL : Mean Low Water Level, yaitu rata-rata elevasi surut (rendah) muka
air pada periode tertentu.
44
LLWL : Lowest Low Water Level, yaitu elevasi muka air terendah selama
periode tertentu.
Dari data pasang surut yang diperoleh dari BMG Maritim Semarang, tahun
2006, didapat data sebagai berikut:
MHWL cm95,14m9514,012
bulantiapMHWL
MLWL cm29,78m2978,012
bulantiapMLWL
MSL cm62,46m6246,0x122
bulantiapMSL
HHWL = 1,1 m = 110 cm
LLWL = 0,1 m = 10cm
Elevasi pasang surut diasumsikan +0,00 dari LLWL, sehingga didapatkan:
LLWL = +0,00 cm
MSL = 62,46 – 10 = +52,46 cm
HHWL = 110 – 10 = +100 cm
4.2.2 Posisi dan Orientasi Pantai
Posisi pantai sangat penting dalam analisis peramalan gelombang dan
transpor sedimen pantai. Dalam analisis gelombang terlebih dahulu harus
mengetahui posisi dan bentuk pantai sehingga dapat menyimpulkan arah angin
yang dapat membangkitkan gelombang dan arah transpor sedimen yang akan
terjadi pada pantai tersebut.
Berikut adalah gambaran posisi Pantai Sayung yang akan di analisis
terhadap arah mata angin:
45
Gambar 4.3 Posisi Dan Orientasi Pantai Sayung
Dari Gambar 4.3 dapat di orientasikan posisi garis pantai, apabila arah
Utara adalah 0o , Timur Laut adalah 45o, Timur adalah 90o, Tenggara adalah 135o,
Selatan adalah 180o, Barat Daya adalah 225o, Barat adalah 270o, dan Barat Laut
adalah 315o. Gambar di atas menunjukan posisi garis pantai adalah membujur
dari 217o – 40o. Dari posisi garis pantai dapat diorientasikan arah mata angin
pembangkitan gelombang dan transpor sedimen sebagai berikut :
46
Tabel 4.2 Pengaruh Mata Angin Terhadap Pembangkitan Gelombang Dan
Transpor Sedimen
Arah Pengaruh PengaruhSudut Mata
AnginSudut Mata
AnginNo. Mata Angin Gelombang Sedimen Terhadap Terhadap Ket
Garis ┴Pantai Garis Pantai
1. Utara Berpengaruh Berpengaruh -52° 38° AnginDominan
2. Timur Laut TidakBerpengaruh
TidakBerpengaruh
- - Darat
3. Timur TidakBerpengaruh
TidakBerpengaruh - - Darat
4. Tenggara TidakBerpengaruh
TidakBerpengaruh
- - Darat
5. Selatan TidakBerpengaruh
TidakBerpengaruh
- - Darat
6. Barat Daya Berpengaruh Berpengaruh 83° 82° -
7. Barat Berpengaruh Berpengaruh 38° 128° -8. Barat Laut Berpengaruh Berpengaruh -7° 173° -
4.2.3 Angin
Data angin yang diperoleh akan digunakan untuk menentukan arah angin
dominan serta tinggi gelombang rencana. Data angin yang diperlukan adalah data
arah angin dan kecepatan angin dimana data tersebut didapat dari Stasiun
Meteorologi dan Geofisika (BMG) Maritim Semarang, tahun 1996– 2006.
Tabel 4.3 Persentase Kejadian Angin Tahun 1996-2006
Kecepatan ARAH ANGIN (%)
(knots) Utara TimurLaut Timur Tenggara Selatan Barat
Daya Barat BaratLaut Jumlah
0 0,42 0,421-3 10,11 1,59 11,28 8,12 0,50 0,65 2,17 6,20 40,614-6 4,78 0,35 4,61 3,88 0,27 0,25 2,51 3,78 20,447-9 3,54 0,35 4,08 2,86 0,12 0,12 1,49 2,69 15,26
10-12 3,59 0,12 4,41 3,19 0,10 0,22 1,49 2,71 15,8413-15 0,72 0,05 0,82 0,62 0,05 0,10 1,29 0,67 4,3316-18 0,07 0,00 0,22 0,12 0,02 0,02 0,52 0,32 1,32> 18 0,07 0,02 0,25 0,17 0,02 0,87 0,35 1,77
Jumlah 22,88 2,49 25,67 18,97 1,07 1,39 10,36 16,73 100,00
48
Mengingat posisi Pantai Sayung membujur dari Barat Daya ke Timur Laut
dengan bagian lautnya di sebelah Barat, maka gelombang yang berpengaruh disini
hanyalah disebabkan oleh angin yang berasal dari Utara, Barat Laut, Barat, dan
Barat Daya.
4.2.4 Fetch
Fetch efektif akan digunakan pada grafik peramalan gelombang untuk
mengetahui tinggi, durasi dan periode gelombang. Fetch rata-rata efektif dihitung
dengan persamaan berikut ini (Triatmodjo, 1999) :
coscos.Xi
Feff
Keterangan :
Feff = Fetch rata – rata efektif
Xi = Panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke
ujung akhir fetch
α = Deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan
pertambahan 5o sampai Sudut 20o pada kedua sisi dari arah mata
angin.
Pada laporan ini, untuk peramalan gelombang digunakan fetch efektif yang
diambil dari masing-masing arah angin yang menimbulkan gelombang ke arah
Pantai Sayung, yaitu fetch efektif dari arah Utara, Barat Laut, Barat dan Barat
Daya. Berikut contoh perhitungan fetch dari arah Barat Laut:
1. Menentukan Sudut Deviasi (α) pada kedua sisi fetch utama, dengan
pertambahan 5o sampai total Sudut geser sebesar 20o pada kedua sisi fetch
utama.
Contoh : α= -20o, dari sisi kanan fetch utama (kolom 1 Tabel 4.4)
2. Cosinus αpada kolom 2
Contoh : Cosα= cos -20o
= 0,9397 (kolom 2 Tabel 4.4)
49
3. Mengukur garis fetch tiap-tiap segmen dari peta, seperti yang terlihat pada
Gambar 4.4
Contoh : Xi = 585 km (kolom 3 Tabel 4.4)
4. Mencari nilai Xi cos α:
Xi cos α = 0,9397 x 585 km
= 549,72 km (kolom 4 Tabel 4.4)
5. Menghitung fetch efektif dengan rumus:
cos
cos.XiFeff
7732,872,5486
effF
Feff = 625,39 km
= 625 km
Perhitungan fetch untuk arah mata angin yang lain dapat dilihat pada Tabel 4.4 –
Tabel 4.7.
51
Tabel 4.4 Perhitungan Panjang Fetch Barat Laut
1 2 3 4 5Deviasisudut cos α Xi (km) Xi Cosα(α)-20 0,9397 585 549,72-15 0,9659 612 591,15-10 0,9848 648 638,16-5 0,9962 678 675,42
Utara 0 1,0000 594 594,005 0,9962 516 514,0410 0,9848 486 478,6215 0,9659 516 498,4220 0,9397 1008 947,21
Total 8,7732 5486,72Fetch eff = 625,39 = 625 km
Tabel 4.5 Perhitungan Panjang Fetch Utara
Deviasisudut cos α
Xi(km)
XiCosα
(α)-20 0,9397 132 124,04-15 0,9659 130 125,57-10 0,9848 135 132,95-5 0,9962 126 125,52
Barat Laut 0 1,0000 121 121,005 0,9962 115 114,5610 0,9848 22 21,6715 0,9659 24 23,1820 0,9397 26 24,43
Total 8,7732 132 124,04Fetch eff = 98,21 = 98 km
52
Tabel 4.6 Perhitungan Panjang Fetch Barat
Deviasisudut cos α
Xi(km)
XiCosα
(α)-20-15 0,9659 30 28,98-10 0,9848 36 35,45-5 0,9962 48 47,82
Barat 0 1,0000 105 105,005 0,9962 228 227,1310 0,9848 234 230,4515 0,9659 258 249,2120 0,9397 450 422,86
Total 7,8335 1346,90Fetch eff = 171,94 = 172 km
Tabel 4.7 Perhitungan Panjang Fetch Barat Daya
Deviasisudut cos α Xi (km)
XiCosα
(α)-20-15-10-5
Barat Daya 0 1,0000 2,75 2,755 0,9962 3,80 3,7910 0,9848 4,33 4,2615 0,9659 6,68 6,4520 0,9397 6,75 6,34
Total 4,8866 23,60Fetch eff = 4,83 = 5 km
4.2.5 Peramalan Tinggi Dan Periode Gelombang Akibat Angin
Peramalan tinggi gelombang dan periode gelombang dapat dihitung
dengan menggunakan grafik peramalan gelombang (Gambar 2.3) setelah fetch
efektif dan tegangan akibat kecepatan angin diketahui.
53
Adapun langkah-langkah dalam perhitungan gelombang adalah sebagai
berikut:
1. Memasukkan kecepatan maksimum yang terjadi pada setiap hari.
Contoh : Pada Tahun 2001, kecepatan angin maksimal pada tanggal 1 Januari
arah Barat Laut adalah 4 knot (kolom 4 Tabel 4.8)
2. Kecepatan angin pada kolom 4 di konversi dari satuan knot menjadi m/d (1
knot = 0,514 m/d)
Contoh : Kecepatan angin 4 knot = 2,058 m/d (kolom 5 Tabel 4.8)
3. Menghitung kecepatan angin di laut dengan menggunakan grafik hubungan
antara kecepatan angin di laut dan di darat (Gambar 2.2)
Contoh : Kecepatan di darat (UL) 2,058 m/d. Dari grafik didapat RL=1,36.
UW = UL x RL
= 2,058 x 1,36
= 2,798 m/d (kolom 7 Tabel 4.8)
4. Menghitung tegangan kecepatan angin dengan rumus UA=0,71 UW1,23
Contoh : UA = 0,71 UW1,23
= 0,71 x 2,7981,23
= 2,517 m/d (kolom 8 Tabel 4.8)
5. Berdasarkan nilai UA dan fetch, tinggi dan periode gelombang dapat dicari
dengan menggunakan grafik peramalan gelombang (Gambar 2.3). Penentuan
gelombang selain dibatasi oleh fetch, juga oleh durasi kejadian angin. Karena
menggunakan data angin harian, maka durasi diasumsikan selama 2 jam.
Contoh : Pada tanggal 1 Januari 2001 akibat angin dari arah Barat Laut,
dengan UA = 3,339 m/detik, fetch = 625 km, dibatasi durasi waktu
selama 2 jam, dihasilkan gelombang dengan tinggi (H) 0,13 m dan
periode (T) 1,71 detik (kolom 10 dan 11 Tabel 4.8).
Perhitungan lengkap peramalan gelombang Bulan Januari 2001 ditampilkan pada
Tabel 4.8. Sedangkan perhitungan pada bulan lainnya pada lampiran.
54
Tabel 4.8 Perhitungan Tegangan Angin, Tinggi Dan Periode Gelombang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bulan / Tanggal Arah UL UL RL UW UA Fetch Hmo Tm
Tahun (knot) (m/detik) (m/detik) (m/detik) (km) (meter) (detik)
Janu
ari2
001
1 BL 4 2,058 1,71 3,520 3,339 625 0,13 1,71
2 U 10 5,144 1,38 7,123 7,944 98 0,39 2,63
3 U 6 3,086 1,57 4,835 4,933 98 0,22 2,07
4 BL 10 5,144 1,38 7,123 7,944 625 0,39 2,63
5 BL 9 4,630 1,42 6,584 7,212 625 0,35 2,51
6 BL 9 4,630 1,42 6,584 7,212 625 0,35 2,51
7 B 15 7,716 1,24 9,571 11,424 172 0,62 3,16
8 B 5 2,572 1,63 4,196 4,144 172 0,17 1,90
9 B 12 6,173 1,32 8,147 9,371 172 0,49 2,86
10 B 25 12,860 1,06 13,613 17,620 172 1,07 3,92
11 B 10 5,144 1 ,38 7,123 7,944 172 0,39 2,63
12 B 8 4,115 1,46 6,025 6,466 172 0,31 2,37
13 BL 7 3,601 1,51 5,443 5,707 625 0,26 2,23
14 BD 5 2,572 1,63 4,196 4,144 5 0,15 1,71
15 S 15 7,716 1,24 9,571 11,424 - 0,00 0,00
16 B 10 5,144 1,38 7,123 7,944 172 0,39 2,63
17 Tg 8 4,115 1,46 6,025 6,466 - 0,00 0,00
18 Tg 7 3,601 1,51 5,443 5,707 - 0,00 0,00
19 U 6 3,086 1,57 4,835 4,933 98 0,22 2,07
20 B 10 5,144 1,38 7,123 7,944 172 0,39 2,63
21 BL 12 6,173 1,32 8,147 9,371 625 0,49 2,86
22 BL 5 2,572 1,63 4,196 4,144 625 0,17 1,90
23 B 10 5,144 1,38 7,123 7,944 172 0,39 2,63
24 U 5 2,572 1,63 4,196 4,144 98 0,17 1,90
25 U 10 5,144 1,38 7,123 7,944 98 0,39 2,63
26 S 15 7,716 1,24 9,571 11,424 - 0,00 0,00
27 U 7 3,601 1,51 5,443 5,707 98 0,26 2,23
28 BD 8 4,115 1,46 6,025 6,466 5 0,23 1,99
29 B 9 4,630 1,42 6,584 7,212 172 0,35 2,51
30 Tg 11 5,658 1,35 7,643 8,664 - 0,00 0,00
31 U 8 4,115 1,46 6,025 6,466 98 0,31 2,37
Keterangan:
U : Utara S : Selatan
TL : Timur Laut BD: Barat Daya
T : Timur B : Barat
Tg : Tenggara BL : Barat Laut
55
Untuk keperluan perencanaan bangunan pantai, perlu dipilih tinggi dan
periode gelombang tunggal yang dapat mewakili suatu spektrum gelombang.
Bentuk yang paling banyak digunakan adalah Gelombang 33% (H33) atau tinggi
rata-rata dari 1/3 nilai tertinggi dari pencatatan gelombang. Nilai tersebut dapat
juga disebut tinggi Gelombang Signifikan (Triatmodjo, 1996).
Perhitungan gelombang signifikan tiap tahun dilakukan dengan
mengurutkan tinggi gelombang, mulai dari gelombang tertinggi hingga terendah
tiap tahun. Tabel 4.9 adalah salah satu contoh data gelombang dan periode yang
telah diurutkan. Pada Tahun 2001 terdapat sebanyak 175 data gelombang, maka
1/3 dari jumlah data adalah 58 data. Maka nilai Hs (H33) pada tahun 2001:
Hs =58
tertinggigelombang58
=58
57,37meter
= 0,64 meter
56
Tabel 4.9 Gelombang Dan Periode Yang Telah Diurutkan Tahun 2001
Ho T Ho T Ho T Ho T Ho T(m) (detik) (m) (detik) (m) (detik) (m) (detik) (m) (detik)1.69 4.71 0.49 2.86 0.39 2.63 0.26 2.23 0.17 1.901.49 4.48 0.49 2.86 0.39 2.63 0.26 2.23 0.17 1.901.07 3.92 0.49 2.86 0.35 2.51 0.26 2.23 0.17 1.901.07 3.92 0.49 2.86 0.35 2.51 0.26 2.23 0.17 1.901.07 3.92 0.49 2.86 0.35 2.51 0.26 2.23 0.17 1.901.07 3.92 0.49 2.86 0.35 2.51 0.26 2.23 0.17 1.900.98 3.79 0.49 2.86 0.35 2.51 0.26 2.23 0.17 1.900.85 3.57 0.49 2.86 0.35 2.51 0.26 2.23 0.17 1.900.85 3.57 0.44 2.75 0.35 2.51 0.26 2.23 0.15 1.710.85 3.57 0.44 2.75 0.35 2.51 0.26 2.23 0.15 1.710.85 3.57 0.39 2.63 0.35 2.51 0.26 2.23 0.13 1.710.85 3.57 0.39 2.63 0.35 2.51 0.26 2.23 0.13 1.710.85 3.57 0.39 2.63 0.35 2.51 0.26 2.23 0.13 1.710.80 3.49 0.39 2.63 0.35 2.51 0.26 2.23 0.06 1.210.67 3.25 0.39 2.63 0.31 2.37 0.26 2.23 0.06 1.210.67 3.25 0.39 2.63 0.31 2.37 0.26 2.230.67 3.25 0.39 2.63 0.31 2.37 0.23 1.990.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.23 1.990.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.62 3.16 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.58 3.06 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.53 2.96 0.39 2.63 0.31 2.37 0.22 2.070.49 2.86 0.39 2.63 0.31 2.37 0.17 1.900.49 2.86 0.39 2.63 0.31 2.37 0.17 1.900.49 2.86 0.39 2.63 0.31 2.37 0.17 1.900.49 2.86 0.39 2.63 0.31 2.37 0.17 1.900.49 2.86 0.39 2.63 0.26 2.23 0.17 1.900.49 2.86 0.39 2.63 0.26 2.23 0.17 1.90
Keterangan: Ho = Tinggi gelombang
T = Periode gelombang
57
Selanjutnya perhitungan dengan cara yang sama dilakukan pada data
gelombang dari Tahun 1996 sampai 2006. Setelah didapatkan data Gelombang
Signifikan (Hs) kemudian dilanjutkan dengan perhitungan periode ulang
gelombang untuk 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun.
4.2.6 Periode Ulang Gelombang
Digunakan dua metode yang digunakan untuk gelombang dengan periode
ulang tertentu, yaitu distribusi Gumbel (Fisher-Tippett Type I) dan distribusi
Weibull.
4.2.6.1 Metode Fisher-Tippett Type I
Dalam metode Fisher-Tippett Type I, data probabilitas ditetapkan untuk
setiap tinggi gelombang sebagai berikut (Triatmodjo, 1999):
12,044,0
1)(
T
sms Nm
HHP
Dimana: P(Hs≤Hsm) : Probabilitas dari tinggi gelombang representatif ke-m
yang tidak dilampaui.
Hsm : Tinggi gelombang urutan ke-m.
m : Nomor urut tinggi gelombang signifikan.
: 1,2,3,….N
NT : Jumlah kejadian gelombang selama pencatatan.
Tinggi gelombang signifikan untuk berbagai periode ulang dihitung dari
fungsi distribusi probabilitas dengan rumus sebagai berikut dengan  dan B adalah
perkiraan dari parameter skala dan lokal yang diperoleh dari analisis regresi linear
(Triatmodjo, 1999):
Hsr = Â yr+B
→ )}11ln(ln{r
r LTy
→ )}(lnln{ smsm HHPy
Dimana: Hsr : Tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang Tr
58
Tr : Periode ulang (tahun)
K : Panjang data (tahun)
L : Rerata jumlah kejadian per-tahun = NT / K
Perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.10 Hitungan Gelombang Dengan Periode Ulang (Metode Fisher Tippett
Type I)
1 2 3 4 5 6 7
No. Urut Hsm P Ym HsmYm Ym2 (Hsm- smH )2
1 0,73 0,9496 2,963 2,1650 8,7784 0,0182 0,64 0,8597 1,889 1,2169 3,5700 0,0023 0,63 0,7698 1,341 0,8441 1,7977 0,0014 0,60 0,6799 0,952 0,5748 0,9068 0,0005 0,60 0,5899 0,639 0,3833 0,4085 0,0006 0,59 0,5000 0,367 0,2177 0,1343 0,0007 0,59 0,4101 0,115 0,0673 0,0132 0,0008 0,58 0,3201 -0,130 -0,0761 0,0169 0,0009 0,56 0,2302 -0,384 -0,2145 0,1478 0,001
10 0,54 0,1403 -0,675 -0,3632 0,4556 0,00311 0,48 0,0504 -1,095 -0,5231 1,1986 0,014
Jumlah 6,545 5,5000 5,982 4,292 17,428 0,041
Keterangan:
1. Kolom 1 menunjukkan jumlah tahun yang ditinjau (1996-2006)
2. Kolom 2 merupakan tinggi gelombang signifikan (H33) yang terjadi tiap
tahun dari 1996-2006, dan diurutkan dari nilai terbesar sampai terkecil.
3. Kolom 3 dihitung dengan rumus12,0
44,01)(
T
sms Nm
HHP
4. Kolom 4 dihitung dengan rumus )}(lnln{ smsm HHPy
Dari Tabel 4.10, didapat beberapa parameter berikut ini:
N (jumlah data tinggi gelombang signifikan) = 11
NT (jumlah kejadian gelombang selama pencatatan) = 11
59
11111
TN
Nv
11545,6
smH = 0,595 m
K (panjang data) = 11 tahun
λ = 1
my 544,011982,5
Deviasi standar data tinggi gelombang signifikan:
2/1
1
2
11
N
i
smsms HHN
H2/1
041,0111
1
= 0,064
Dari beberapa nilai di atas dapat dihitung parameter  dan B berdasarkan
data Hsm dan ym pada kolom 2 dan 4 Tabel 4.8 dengan menggunakan persamaan
berikut ini (Triatmodjo, 1999):
Hsr = Â yr+ B
Dengan:
Â
22
mm
msmmsm
yyn
yHyHn 2982,5428,1711
982,5545,6292,411
= 0,0517
B = smH – Â my
= 0,595 – 0,0517 × 0,544
= 0,567
Persamaan regresi yang diperoleh adalah:
Hsr=0,0517yr+0,567
Selanjutnya hitungan tinggi gelombang signifikan dengan beberapa
periode ulang tertentu dilakukan dalam Tabel 4.11.
60
Tabel 4.11 Gelombang Dengan Periode Ulang Tertentu (Metode Fisher
Tippett Type I)
1 2 3 4 5 6 7Periode
yr Hsr σnr σr Hs-1,28σr Hs+1,28σrUlang(tahun) (m) (m) (m)
2 0,3665 0,59 0,3202 0,02 0,56 0,615 1,4999 0,64 0,5346 0,03 0,60 0,69
10 2,2504 0,68 0,7278 0,05 0,62 0,7425 3,1985 0,73 0,9886 0,06 0,65 0,8150 3,9019 0,77 1,1874 0,08 0,67 0,87100 4,6001 0,81 1,3872 0,09 0,69 0,92
Keterangan:
Kolom 1 merupakan periode ulang yang diperhitungkan.
Kolom 2 dihitung dengan menggunakan rumus (Triatmodjo, 1999):
rr LT
y 11lnln
Dengan:
Tr : Periode ulang (tahun)
K : Panjang data (tahun)
L : Rerata jumlah kejadian per tahun = NT/K
Kolom 3 adalah perkiraan tinggi gelombang yang dihitung dengan persamaan
regresi linier yang telah didapatkan dari perhitungan sebelumnya:
Hsr=0,0517yr+0,567
Kolom 4 didapat dengan menggunakan rumus (Triatmodjo, 1999):
2/12ln11 vcyN
rnr
Dengan:
σnr : Standar deviasi yang dinormalkan dari tinggi gelombang signifikan
dengan periode ulang Tr
61
N : Jumlah data tinggi gelombang signifikan
953,064,0 1ln93,0110,9ln1
3,13,12 xvkN ee
α1, α2 , e, ε, k : Koefisien empiris yang diberikan oleh Tabel 4.13
Tabel 4.12 Koefisien Untuk Menghitung Standar Deviasi (Triatmodjo, 1999)
Distribusi α1 α2 k c εFisher-Tippett Type I 0,64 9 0,93 0 1,33Weibull (k=0,75) 1,65 11,4 -0,63 0 1,15Weibull (k=1,0) 1,92 11,4 0 0,3 0,9Weibull (k=1,4) 2,05 11,4 0,69 0,4 0,72Weibull (k=2,0) 2,24 11,4 1,34 0,5 0,54
Kolom 5 didapat dengan menggunakan rumus (Triatmodjo, 1999):
snrr H
Dengan :
σr : Kesalahan standar dari tinggi gelombang signifikan dengan periode
ulang Tr.
σHs : Standar deviasi dari data tinggi gelombang signifikan = 0,2238
4.2.6.2 Metode Weibull
Hitungan perkiraan tinggi gelombang ekstrim dilakukan dengan cara yang
sama seperti Metode Fisher-Tippet Type I, hanya persamaan dan koefisien yang
digunakan disesuaikan dengan Metode Weibull.
Rumus probabilitas yang digunakan untuk Metode Weibull adalah sebagai
berikut (Triatmodjo, 1999):
kN
km
HHP
T
sms 23,02,0
27,022,01)(
62
Dimana:
P(Hs≤Hsm) : Probabilitas dari tinggi gelombang representatif ke-m yang
tidak dilampaui.
Hsm : Tinggi gelombang urutan ke-m.
m : Nomor urut tinggi gelombang signifikan.
: 1,2,3,….N
NT : Jumlah kejadian gelombang selama pencatatan
k : Parameter bentuk (Kolom pertama Tabel 4.12), dalam laporan
ini dipakai k=0,75
Tinggi gelombang signifikan untuk berbagai periode ulang dihitung dari
fungsi distribusi probabilitas dengan rumus sebagai berikut dengan A dan B
adalah perkiraan dari parameter skala dan lokal yang diperoleh dari analisis
regresi linier (Triatmodjo, 1999):
Hm = Â ym+ B
atau
Hsr = Â ym+ B
Dimana ym diberikan oleh bentuk berikut:
ksmsm HHPy /1)(1ln
Sedangkan yr diberikan oleh bentuk berikut:
krr LTy /1ln
Dengan:
Hsr : Tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang Tr.
Tr : Periode ulang (tahun)
K : Panjang data (tahun)
L : Rata - rata jumlah kejadian per tahun = NT/K
Perhitungan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.13 berikut ini:
63
Tabel 4.13 Hitungan Gelombang Dengan Periode Ulang (Metode Weibull)
1 2 3 4 5 6 7
No. Urut Hsm P ym Hsmym ym2 (Hsm- smH )2
1 0,73 0,9574 4,630 3,3832 21,4362 0,0182 0,64 0,8702 2,590 1,6683 6,7093 0,0023 0,63 0,7830 1,760 1,1077 3,0962 0,0014 0,60 0,6958 1,261 0,7612 1,5901 0,0005 0,60 0,6085 0,918 0,5506 0,8428 0,0006 0,59 0,5213 0,665 0,3952 0,4428 0,0007 0,59 0,4341 0,472 0,2762 0,2227 0,0008 0,58 0,3469 0,321 0,1873 0,1028 0,0009 0,56 0,2597 0,201 0,1124 0,0406 0,001
10 0,54 0,1725 0,109 0,0585 0,0118 0,00311 0,48 0,0852 0,040 0,0190 0,0016 0,014
Jumlah 6,545 5,7346 12,967 8,520 34,497 0,041
Keterangan:
1. Kolom 1 menunjukkan jumlah tahun yang ditinjau (1996-2006)
2. Kolom 2 merupakan tinggi gelombang signifikan yang terjadi tiap tahun
dari 1996-2006, dan diurutkan dari nilai terbesar sampai terkecil.
3. Kolom 3 dihitung dengan rumus
kN
km
HHP
T
sms 23,02,0
27,022,01)(
4. Kolom 4 dihitung dengan rumus ksmsm HHPy /1)(1ln
Dari Tabel 4.13, didapat beberapa parameter berikut ini:
N (jumlah data tinggi gelombang signifikan) = 11
NT (jumlah kejadian gelombang selama pencatatan) = 11
11111
TNNv
11545,6smH = 0,595 m
K (panjang data) = 11 tahun
64
λ = 1
my = 544,011982,5
Deviasi standar data tinggi gelombang signifikan:
2/1
1
2
11
N
ismsms HH
NH
2/1
041,0111
1
= 0,061
Dari beberapa nilai di atas dapat dihitung parameter  dan B berdasarkan
data Hsm dan ym pada kolom 2 dan 4 Tabel 4.13 dengan menggunakan persamaan
berikut ini (Triatmodjo, 1999):
Hsr = Â yr+ B
Dengan:
 =
22mm
msmmsm
yyn
yHyHn 2567,12497,3411
967,12545,6520,811
= 0,04
B = smH – Â my
= 0,595 – 0,04 × 0,544
= 0,573
Persamaan regresi yang diperoleh adalah:
Hsr=0,04 yr+0,573
Selanjutnya hitungan tinggi gelombang signifikan dengan beberapa
periode ulang tertentu dilakukan dalam Tabel 4.14.
65
Tabel 4.14 Gelombang Dengan Periode Ulang Tertentu (Metode Weibull)
1 2 3 4 5 6 7Periode
yr Hsr σnr σr Hs-1,28σr Hs+1,28σrUlang(tahun) (m) (m) (m)
2 0,6134 0,57 0,5120 0,03 0,53 0,615 1,8861 0,62 1,3077 0,08 0,52 0,7310 3,0406 0,67 2,0734 0,13 0,50 0,8425 4,7527 0,74 3,2206 0,21 0,48 1,0150 6,1641 0,80 4,1696 0,27 0,46 1,15
100 7,6617 0,87 5,1779 0,33 0,44 1,29
Keterangan:
Kolom 1 merupakan periode ulang yang diperhitungkan.
Kolom 2 dihitung dengan menggunakan rumus (Triatmodjo, 1999):
krr LTy /1ln
Dengan:
Tr : Periode ulang (tahun)
L : Rata-rata jumlah kejadian per tahun = NT/K
K : Panjang data (tahun)
k : Parameter bentuk = 0,75
Kolom 3 adalah perkiraan tinggi gelombang yang dihitung dengan persamaan
regresi linier yang telah didapatkan dari perhitungan sebelumnya:
Hsr=0,04 yr+0,573
Kolom 4 didapat dengan menggunakan rumus (Triatmodjo, 1999):
2/12ln11
vcyN rnr
Dengan:
σnr : Standar deviasi yang dinormalkan dari tinggi gelombang signifikan
dengan periode ulang Tr
N : Jumlah data tinggi gelombang signifikan
733,265,1 1ln63,0114,11ln1
3,13,12 xvkN ee
66
α1, α2 , e, ε, k : Koefisien empiris yang diberikan oleh Tabel 4.12
Kolom 5 didapat dengan menggunakan rumus (Triatmodjo, 1999):
snrr H
Dengan :
σr : Kesalahan standar dari tinggi gelombang signifikan dengan periode
ulang Tr.
σHs : Standar deviasi dari data tinggi gelombang signifikan = 0,2238
Pada umumnya, perencanaan bangunan di Indonesia menggunakan
periode ulang selama 50 tahun. Pada Laporan ini, dipakai periode ulang Metode
Weibull, yaitu Hs sebesar 0,8 meter. Untuk mengetahui lama periode dari
gelombang tersebut, digunakan grafik pada Microsoft Excel hubungan dari
beberapa sampel data tinggi gelombang dan periodenya.
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Tinggi dan Periode Gelombang
Dari grafik pada Gambar 4.6, didapatkan persamaan yang mewakili
perbandingan tinggi gelombang (H) dan periode gelombang (T), yaitu:
67
y = -1,085x2 +3,6427x +1,2823
Jika y adalah periode gelombang, dan x adalah tinggi gelombang, maka periode
untuk ketinggian gelombang 0,8 m adalah:
T = -1,085×0,82 +3,6427×0,8 +1,2823
T = 3,5 detik.
4.2.7 Penentuan Tinggi dan Kedalaman Gelombang Pecah
Penentuan tinggi gelombang ekivalen diperlukan dalam perhitungan
gelombang pecah. Rumus gelombang pecah (Triatmodjo, 1999):
H = Ks × Kr × Ho
dimana:
H = Tinggi gelombang
Ho = Tinggi gelombang representatif (periode ulang 50 tahun)
Ks = Koefisien pendangkalan
Kr = Koefisien refraksi
Pantai Sayung adalah pantai yang membujur dari Barat Daya ke Timur
Laut. Arah gelombang datang dari arah Utara (Sudut terhadap garis tegak lurus
pantai, αo=52o). Data gelombang dari perhitungan gelombang signifikan adalah:
- Tinggi gelombang (H) = 0,8 meter
- Periode gelombang (T) = 3,5 detik
- Kemiringan dasar (m) = 0,005
Perhitungan gelombang pecah dapat dilihat pada Tabel 4.15. Berikut
contoh perhitungan tinggi dan cepat rambat gelombang pecah :
1. Gelombang Ekivalen
H = Ks × Kr × Ho
Dimana:
Ks : koefisian shoaling
Kr : koefisien refraksi
H : tinggi gelombang
Ho : tinggi gelombang representatif
68
a) Perhitungan Koefisien Shoaling (Ks)
Lo = 1,56 × T2 = 1,56 × 0,82 = 19,11 m (kolom 6 Tabel 4.15)
Co =TLo =
5,311,19 = 5,46 m/d (Kolom 7 Tabel 4.15)
Untuk kedalaman 0,5 meter dari MSL:
oLd
=11,194,0
= 0,02093 m
Dari lampiran Tabel L-1 didapat: 95678,005897,0 nLd
05897,04,0
05897,0
dL = 6,779 m (Kolom 8 Tabel 4.15)
Pada laut dalam, nilai no adalah 0,5.
Maka Koefisien Shoaling adalah:
779,695678,011,195,0
1
LnLn
K oos = 1,213 (Kolom 12 Tabel 4.15)
b) Perhitungan Koefisien Refraksi (Kr)
C =TL =
5,3779,6 = 1,936 m/d (Kolom 9 Tabel 4.15)
Sin= oCoC sin =
46,5936,1 sin 52= 0,279
= 16,2325(Kolom 10 Tabel 4.15)
Kr =
coscos o =
2325,16cos52cos = 0,8 (Kolom 11 Tabel 4.15)
Dari perhitungan koefisien di atas didapat tinggi gelombang ekivalen (H)
adalah sebagai berikut :
H1 = Ks × Kr × Ho
= 1,213 × 0,8 × 0,8
= 0,77736 m (Kolom 13 Tabel 4.15)
69
2. Perhitungan Tinggi Dan Kedalaman Gelombang Pecah
Dari Peta Bathimetri di dapat kemiringan (m) = 0,005 (Kolom 14 Tabel 4.15)
965,3175,43175,43 005,01919 xm eea (Kolom 15 Tabel 4.15)
818,01
56,11
56,1005,05,195,19
xm ee
b (Kolom 16 Tabel 4.15)
Rumus hubungan antara kedalaman dan tinggi gelombang pecah adalah
(Triatmodjo, 1999):
2/1
gTaHbHd
bb
b
)5,381,9/(965,3818,014,0
2
bb HH
Dengan cara coba-coba, didapat nilai Hb adalah 0,324 m (Kolom 17 Tabel
4.15).
Dari Tabel 4.15 didapat Gambar 4.7. Dari gambar tersebut diperoleh pada
Pantai Sayung Gelombang Pecah terjadi pada kedalaman 0,83 meter dan tinggi
gelombang pecah adalah 0,64 meter.
Gambar 4.7 Grafik Penentuan Gelombang Pecah
70
Tabel 4.15 Perhitungan Gelombang Pecah
NoHo T ao d Lo Co L C a Kr Ks H1 m a b Hb db
(m) (detik) ( ) (m) (m) (m/det) (m) (m/det) ( ) (m) (m) (m)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)1 0,8 3,5 52 0,2 19,11 5,46 4,845 1,384 11,524 0,793 1,420 0,900 0,005 3,965 0,818 0,163 0,202 0,8 3,5 52 0,4 19,11 5,46 6,779 1,937 16,232 0,801 1,214 0,778 0,005 3,965 0,818 0,324 0,403 0,8 3,5 52 0,6 19,11 5,46 8,207 2,345 19,781 0,809 1,115 0,722 0,005 3,965 0,818 0,482 0,604 0,8 3,5 52 0,8 19,11 5,46 9,370 2,677 22,729 0,817 1,055 0,690 0,005 3,965 0,818 0,638 0,805 0,8 3,5 52 1,0 19,11 5,46 10,355 2,959 25,277 0,825 1,015 0,670 0,005 3,965 0,818 0,792 1,006 0,8 3,5 52 1,2 19,11 5,46 11,211 3,203 27,535 0,833 0,987 0,658 0,005 3,965 0,818 0,944 1,207 0,8 3,5 52 1,4 19,11 5,46 11,966 3,419 29,566 0,841 0,965 0,650 0,005 3,965 0,818 1,095 1,40
71
4.3 Transpor Sedimen
Transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen di daerah pantai yang
dsebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya. Transpor sedimen
pantai dapat diklasifikasikan menjadi transpor menuju dan meninggalkan pantai /
onshore-offshore transport dan transpor sepanjang pantai / longshore transport
(Triatmodjo, 1999).
Gambar 4.8 menunjukkan posisi garis pantai Pantai Sayung, garis tegak
lurus terhadap garis pantai (sudut 0o) dan batasan sudut dari masing-masing arah
mata angin gelombang datang yang mengakibatkan transpor sedimen sepanjang
pantai.
Gambar 4.8 Arah Gelombang Datang Yang Menghasilkan Transpor Sedimen
72
Tabel 4.16 Perhitungan Gelombang Pecah Tiap Gelombang
1 2 3 4 5 6 7 8 9Arah
Gelombang αo Hs T Lo α H'o Hb db
(o) (o) (m) (detik) (m) (o) (m) (m) (m)240 10 0,29 2,02 6,370 8,29 0,29 0,24 0,308250 20 0,34 2,16 7,308 15,76 0,34 0,29 0,360260 30 0,23 1,86 5,400 25,81 0,23 0,20 0,251270 40 0,42 2,41 9,096 28,20 0,42 0,35 0,447280 50 0,33 2,23 7,766 36,58 0,33 0,29 0,361290 60 0,50 2,77 11,978 34,90 0,50 0,43 0,546300 70 0,34 2,53 9,950 41,90 0,34 0,32 0,399310 80 0,25 2,53 9,950 44,42 0,25 0,26 0,321320 90 0,00 2,53 9,950 45,29 0,00 0,00 0,000330 -80 0,21 2,36 8,660 -47,48 0,21 0,22 0,278340 -70 0,34 2,53 9,950 -41,90 0,34 0,32 0,399350 -60 0,24 2,02 6,370 -45,96 0,24 0,22 0,276360 -50 0,55 2,77 11,978 -30,40 0,55 0,46 0,58510 -40 0,27 2,02 6,370 -32,24 0,27 0,24 0,29920 -30 0,36 2,23 7,766 -22,89 0,36 0,30 0,38130 -20 0,29 2,02 6,370 -16,49 0,29 0,24 0,30740 -10 0,37 2,23 7,766 -7,76 0,37 0,31 0,389
1. Kolom 1 menunjukkan arah datang gelombang yang membawa sedimen dari
masing-masing arah mata angin. Dalam contoh perhitungan ini, akan diambil
dari arah 240o.
2. Arah datang gelombang 240o membentuk sudut 10o terhadap garis pantai
(Kolom 2 Tabel 4.16)
3. Pada arah gelombang 240o, tinggi gelombang signifikan yang didapat dari
peramalan gelombang adalah 0,29 m dengan periode 2,02 detik (Kolom 3 dan
4 Tabel 4.16).
4. Kolom 5 menunjukkan panjang gelombang di laut dalam dengan perhitungan
sebagai berikut:
Lo = 1,56 × T2 = 1,56 × 2,022 = 6,37 m.
5. Kolom 6 menunjukkan sudut antara garis puncak gelombang dan garis kontur
di dasar laut, dengan perhitungan sebagai berikut:
73
Co =TLo
=02,237,6
= 3,153 m/d.
Untuk kedalaman 1 meter dari:
oLd
=37,61 = 0,1569 m
Dari lampiran Tabel L-1 didapat:Ld = 0,1891 , n = 0,7225
1891,01
1891,0 dL = 5,2882 m.
C =TL
=02,2
2882,5= 2,618 m/d
Sin= ooC
Csin = o10sin
153,3618,2
= 0,1442
= 8,29(Kolom 6 Tabel 4.16)
6. Kolom 7 merupakan gelombang ekivalen yang didapat dari persamaan:
H’o = Kr.Hs
Dimana Kr merupakan koefisien refraksi, didapat dari perhitungan sebagai
berikut:
Kr =
coscos o =
29,8cos10cos
= 0,9976
Sehingga : H’o = 0,9976 × 0,29 = 0,289 ≈0,29 m (Kolom 7 Tabel 4.16).
7. Kolom 8 adalah tinggi gelombang pecah dengan perhitungan sebagai berikut
(Munk, 1949):
3/1'
3,3
1'
o
oo
b
LHH
H
3/1
37,629,0
3,3
29,0
bH
Hb = 0,24 m
74
8. Kolom 9 adalah kedalaman gelombang pecah dengan perhitungan sebagai
berikut (Goda dkk, 1984):
965,3175,43175,43 005,01919 xm eea
818,01
56,11
56,1005,05,195,19
xm ee
b
2/1
gTaHbHd
bb
b
202,28,924,0965,3
818,0
24,0bd
db = 0,308 m.
Transpor sedimen sepanjang pantai dihitung dengan rumus (Triatmodjo,
1999):
Qs = K Pln
Pl =16
g Hb2 Cb sin 2αb
Keterangan :
Qs : Angkutan sedimen sepanjang (m3/hari)
Pl : Komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai pada saat
pecah(t-m/d/m)
ρ : Rapat massa air laut (t/m3)
Hb : Tinggi gelombang pecah (m)
Cb : Cepat rambat gelombang pecah (m/d) = bgd
αb : Sudut gelombang pecah
K, n : Konstanta (tergantung metode yang digunakan)
Hasil perhitungan transpor sedimen sepanjang pantai dapat dilihat pada
Tabel 4.17. Penjelasan perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kolom 1 sampai dengan 5 merupakan hasil perhitungan dari langkah
sebelumnya (Tabel 4.17).
75
2. Pada arah gelombang datang 240o, cepat rambat gelombang pecah (Cb)
adalah:
Cb = bdg = 308,08,9 = 1,74 m/d (Kolom 6 Tabel 4.17)
3. Kolom 7 menunjukkan frekuensi kejadian gelombang dari tiap arah mata
angin dalam waktu 1 tahun.
4. Perhitungan komponen fluks energi gelombang untuk arah 240o sebagai
berikut:
Pl =16
gHb
2 Cb sin 2αb
29,82sin74,124,016
8,903,1 21
P
P1 = 0,0188 t-m/detik/m
= 0,0188 × 25 × 3600 = 1620,47 t-m/hari/m (Kolom 8 Tabel 4.17)
5. Perhitungan transpor volume transpor sedimen dilakukan dengan
menggunakan persamaan CERC dan Caldwell:
Metode CERC (Coastal Engineering Research Center)
Qs = K Pln dengan K = 0,401 dan n = 1
Qs = 0,401 × 1620,47
Qs = 649,81 m3/hari (Kolom 9 Tabel 4.17)
Karena jumlah kejadian gelombang dari arah 240o dalam setahun selama
50 jam (2,08 hari), maka transpor sedimen yang dibawa dalam setahun
adalah:
Qs = 649,81 × 2,08 = 1353,77 m3/tahun (Kolom 10 Tabel 4.17)
Berdasarkan perhitungan CERC, dalam setahun transpor sedimen
sepanjang pantai yang terjadi adalah 21.812 m3/tahun. Nilai yang positif
(+) menunjukkan arah sedimentasi dari Barat ke Timur.
76
Metode Caldwell
Qs = K Pln dengan K = 1,2 dan n = 0,8
Qs = 1,2 × 1620,470,8
Qs = 443,5 m3/hari (Kolom 11 Tabel 4.17)
Karena jumlah kejadian gelombang dari arah 240o dalam setahun selama
50 jam (2,08 hari), maka transpor sedimen yang dibawa dalam setahun
adalah:
Qs = 443,5 × 2,08 = 923,96 m3/tahun (Kolom 12 Tabel 4.17)
Berdasarkan perhitungan Caldwell, dalam setahun transpor sedimen
sepanjang pantai yang terjadi adalah 12.541 m3/tahun. Nilai yang positif
(+) menunjukkan arah sedimentasi dari Barat ke Timur.
77
Tabel 4.17 Perhitungan Transpor Sedimen Sepanjang Pantai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)Arah α αb Hb db Cb Durasi P1 CERC Caldwell
Gelombang 1 tahun Qs Qs Qs Qs
(o) (o) (o) (m) (m) (m/d) (jam) (t-m/hari/m) (m3/hari) (m3/tahun) (m3/hari) (m3/tahun)240 10 8.29 0.24 0.308 1.74 50 1620.47468 649.81 1353.77 443.50 923.96250 20 15.76 0.29 0.360 1.88 81 4364.70725 1750.25 5907.09 979.82 3306.89260 30 25.81 0.20 0.251 1.57 66 2671.9803 1071.46 2946.53 661.68 1819.62270 40 28.20 0.35 0.447 2.09 229 11949.1569 4791.61 45719.96 2193.06 20925.47280 50 36.58 0.29 0.361 1.88 161 8076.07443 3238.51 21724.98 1603.03 10753.66290 60 34.90 0.43 0.546 2.31 192 22330.1205 8954.38 71635.03 3616.55 28932.38300 70 41.90 0.32 0.399 1.98 285 10862.6518 4355.92 51726.59 2032.03 24130.35310 80 44.42 0.26 0.321 1.77 212 6411.39002 2570.97 22710.21 1332.73 11772.47320 90 45.29 0.00 0.000 0.00 231 8.5317E-10 0.00 0.00 0.00 0.00330 -80 -47.48 0.22 0.278 1.65 161 -4461.432 -1789.03 -12001.44 997.15 -6689.22340 -70 -41.90 0.32 0.399 1.98 190 -10862.652 -4355.92 -34484.39 2032.03 -16086.90350 -60 -45.96 0.22 0.276 1.64 152 -4324.4599 -1734.11 -10982.69 972.58 -6159.69360 -50 -30.40 0.46 0.585 2.39 290 -24581.252 -9857.08 -119106.41 3905.39 -47190.1310 -40 -32.24 0.24 0.299 1.71 81 -4737.3919 -1899.69 -6411.47 1046.20 -3530.9120 -30 -22.89 0.30 0.381 1.93 101 -6919.778 -2774.83 -11677.41 1416.63 -5961.6330 -20 -16.49 0.24 0.307 1.73 80 -3052.9579 -1224.24 -4080.79 736.14 -2453.7940 -10 -7.76 0.31 0.389 1.95 70 -2708.3555 -1086.05 -3167.65 668.88 -1950.89
Total = 21811.91 Total = 12541.63
78
Terlihat bahwa di Pantai Sayung tidak terjadi keseimbangan sedimen
antara sedimen yang datang dan yang dibawa pergi. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya pengikisan garis pantai di suatu wilayah dan terjadi pengendapan
sedimen di wilayah lainnya. Untuk wilayah yang mengalami pengikisan garis
pantai perlu diberikan pengamanan pantai agar abrasi yang semakin parah tidak
terjadi.
4.4 Analisis Data Tanah
Data hasil dari penyelidikan tanah digunakan untuk menghitung daya
dukung tanah (soil bearing capacity). Data tanah di dapat dari Laboratorium
Mekanika Tanah Teknik Sipil Unissula, Semarang, dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Data Tanah
Nama Titik HB 1 HB 2 HB 3Kedalaman (m) 2,00 3,00 4,00Gs 2,396 2,654 2,370Berat Jenis Kering γk (gr/cm3) 0,926 1,075 0,833Berat Jenis Basah γb (gr/cm3) 1,539 1,676 1,482W (%) 66,266 55,397 77,818Atterberg Limit :LL 9,43 45,37 34,40Batas Plastisitas (PL) 17,88 23,89 16,99Indeks Plastisitas (IP) 41,55 21,48 17,41C (kg/cm2) 0,230 0,800 0,165Sudut geser tanah Φ(…o) 8 10 12