bab iv penerapan model inquiri thdp penalaran formal dan penulisan karya ilmiah

34
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 75 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains sebagai hasil perlakuan antara penerapan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen pre-test post-test kelompok kontrol tanpa acak dengan menggunakan Manova sebagai alat analisis datanya. Oleh karena itu, data penelitian ini dideskripsikan berdasarkan kelompok data sebagai berikut. 4.1.1 Deskripsi Data Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains Variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains diukur dengan kuesioner penalaran formal dengan jumlah pertanyaan 30 butir soal, dengan skor minimum ideal = 0 dan skor maksimum ideal = 30, sehingga diperoleh rata-rata ideal = 15, dan standar deviasi ideal = 5. Berdasarkan rata-rata ideal dan standar deviasi ideal tersebut, skor penalaran formal siswa pada pelajaran sains dapat diklasifikasikan sebagai tertera dalam Tabel 4.1 Tabel 4.1 Klasifikasi Penalaran Formal siswa pada pelajaran sains No Kriteria Interval Kualifikasi 1 > (Mi + 1,5 SDi) >22,50 Sangat Tinggi 2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi ) 17,50 – 22,50 Tinggi 3 (Mi - 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi ) 14,75 –17,49 Sedang 4 (Mi - 1,5 SDi) s/d (Mi - 0,5 SDi ) 7,50 – 14,74 Rendah 5 < (Mi - 1,5 SDi) <7,50 Sangat Rendah

Upload: guestf6b63af

Post on 05-Jul-2015

8.409 views

Category:

Entertainment & Humor


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

75

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Data

Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains sebagai hasil

perlakuan antara penerapan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran

langsung. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen pre-test post-test

kelompok kontrol tanpa acak dengan menggunakan Manova sebagai alat analisis

datanya. Oleh karena itu, data penelitian ini dideskripsikan berdasarkan kelompok

data sebagai berikut.

4.1.1 Deskripsi Data Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains

Variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains diukur dengan

kuesioner penalaran formal dengan jumlah pertanyaan 30 butir soal, dengan skor

minimum ideal = 0 dan skor maksimum ideal = 30, sehingga diperoleh rata-rata

ideal = 15, dan standar deviasi ideal = 5. Berdasarkan rata-rata ideal dan standar

deviasi ideal tersebut, skor penalaran formal siswa pada pelajaran sains dapat

diklasifikasikan sebagai tertera dalam Tabel 4.1

Tabel 4.1 Klasifikasi Penalaran Formal siswa pada pelajaran sains

No Kriteria Interval Kualifikasi

1 > (Mi + 1,5 SDi) >22,50 Sangat Tinggi

2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi ) 17,50 – 22,50 Tinggi

3 (Mi - 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi ) 14,75 –17,49 Sedang

4 (Mi - 1,5 SDi) s/d (Mi - 0,5 SDi ) 7,50 – 14,74 Rendah

5 < (Mi - 1,5 SDi) <7,50 Sangat Rendah

Page 2: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

76

Hasil pengukuran terhadap variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains

memberikan hasil seperti dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains

Model Pembelajaran Statistik

Inkuiri Pembelajaran Langsung

N 41 41

X 19,804 18,488

SD 2,064 2,063

SD2 4,260 4,256

Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata–rata

19,804, sedangkan untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran

langsung mempunyai rata-rata 18,488. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal

siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dan model

pembelajaran langsung tergolong tinggi.

Hasil Pengukuran variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains

untuk setiap kelompok data dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1) Data Penalaran Formal pada Pelajaran Sains Siswa yang mengikuti Model

Pembelajaran Inkuiri

Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata-rata

19,804 dan simpangan baku 2,064. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal siswa

pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri tergolong tinggi,

dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 4,260.

Page 3: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

77

Distribusi frekuensi data penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang

mengikuti model pembelajaran inkuiri dapat disajikan pada Tabel 4.3 di bawah

ini.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Penalaran Formal pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri

Frekuensi No Kelas Interval Nilai tengah

Absolut Relatif

1 14 –15 14,5 1 2,44

2 16 –17 16,5 3 7,31

3 18 –19 18,5 12 29,27

4 20 - 21 20,5 20 48,78

5 22 - 23 22,5 3 7,32

6 24 -25 24,5 2 4,88

Jumlah 41 100,00

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa sebanyak 48,78% siswa memperoleh

skor sekitar rata-rata dalam penalaran formal pada pelajaran sains yang mengikuti

model pembelajaran inkuiri, sebanyak 39,02% siswa memperoleh skor di bawah

rata-rata, dan sebanyak 12,20% siswa memperoleh skor di atas rata-rata.

Agar tampak jelas maka data dalam Tabel 4.3 disajikan dalam bentuk

gambar (histogram) seperti berikut.

Page 4: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

78

0123456789

1011121314151617181920

FREKUENSI

14,5 16,5 18,5 20,5 22,5 24,5

INTERVAL

Gambar 4.1 Histogram Penalaran Formal Siswa pada

Pelajaran Sains yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri

FREK.ABSOLUT

Dari histogram penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang

mengikuti model pembelajaran inkuiri, tampak bahwa frekuensi tertinggi terletak

pada rentangan skor 19,5 –21,5. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada

rentangan skor 13,5 – 15,5.

2) Data Penalaran Formal pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti

Model Pembelajaran Langsung

Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai rata

rata 18,488 dan simpangan baku 2,063. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal

siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung

tergolong tinggi, dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 4,256.

Distribusi frekuensi data penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang

mengikuti model pembelajaran langsung dapat disajikan pada Tabel 4.4 di bawah

ini.

Page 5: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

79

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Penalaran formal pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Langsung

Frekuensi No Kelas Interval Nilai tengah

Absolut Relatif

1 13 - 14 13,5 1 2,44

2 15 - 16 15,5 4 9,76

3 17 - 18 17,5 19 46,34

4 19 - 20 19,5 12 29,27

5 21 -22 21,5 3 7,31

6 23 – 24 23,5 2 4,88

Jumlah 41 100,00

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa sebanyak 29,27% siswa memperoleh

skor sekitar rata-rata dalam penalaran formal pada pelajaran sains yang mengikuti

model pembelajaran langsung, sebanyak 58,542% siswa memperoleh skor di

bawah rata-rata, dan sebanyak 12,19% siswa memperoleh skor di atas rata-rata.

Agar tampak lebih jelas maka data dalam Tabel 4.4 disajikan dalam

bentuk gambar (histogram) seperti berikut.

Page 6: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

80

0123456789

10111213141516171819

FREKUENSI

13,5 15,5 17,5 19,5 21,5 23,5

INTERVAL

Gambar 4.2 Histogram Penalaran Formal Siswa pada

Pelajaran Sains yang Mengikuti Model Pembelajaran

Langsung

FREK.ABSOLUT

Dari histogram penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang

mengikuti model pembelajaran langsung, tampak bahwa frekuensi tertinggi

terletak pada rentangan skor 16,5 – 18,5. Sedangkan frekuensi terendah terletak

pada rentangan skor 12,5 – 14,5.

4.1.2 Deskripsi Data Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains

Variabel kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains

diukur dengan penilaian proyek, dengan skor maksimum ideal = 32 dan skor

minimum ideal = 8, sehingga diperoleh rata-rata ideal = 20, dan standar deviasi

ideal = 4. Berdasarkan rata-rata ideal dan standar deviasi ideal tersebut, skor

kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains dapat diklasifikasikan

sebagai tertera dalam Tabel 4.5.

Page 7: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

81

Tabel 4.5 Klasisfikasi Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains

No Kriteria Interval Kualifikasi

1 > (Mi + 1,5 SDi) > 26 Sangat Baik

2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi ) 22 –26 Baik

3 (Mi - 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi ) 18 – 22 Cukup

4 (Mi - 1,5 SDi) s/d (Mi - 0,5 SDi ) 14 – 18 Kurang

5 < (Mi - 1,5 SDi) <14 Sangat Kurang

Baik

Hasil pengukuran terhadap variabel kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada

pelajaran sains memberikan hasil seperti dalam Tabel 4.6

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains

Model Pembelajaran Statistik

Inkuiri Pembelajaran Langsung

N 41 41

X 20,61 19,15

SD 2,33 2,29

Hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran

sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri

mempunyai rata-rata 20,61 sedangkan untuk kelompok siswa yang mengikuti

model pembelajaran langsung mempunyai rata-rata 19,15. Hal ini berarti rata-rata

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti

model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung tergolong cukup.

Page 8: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

82

Hasil Pengukuran variabel kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada

pelajaran sains untuk setiap kelompok data dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1) Data Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Pelajaran Sains Siswa yang

Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri

Hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran

sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri

mempunyai rata-rata 20,61 dan simpangan baku 2,33. Hal ini berarti rata-rata

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti

model pembelajaran inkuiri tergolong cukup, dengan variasi perolehan skor pada

kelompoknya sebesar 5,43.

Distribusi frekuensi data kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada

pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dapat disajikan pada

Tabel 4.7di bawah ini.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Karya Imiah pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri

Frekuensi No Kelas Interval Nilai tengah

Absolut Relatif

1 15 –16 15,5 2 4,88

2 17 – 18 17,5 7 17,07

3 19 – 20 19,5 5 12,20

4 21 –22 21,5 19 46,34

5 23 –24 23,5 7 17,07

6 25 - 26 25,5 1 2,44

Jumlah 41 100,00

Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa sebanyak 46,34% siswa memperoleh

skor sekitar rata-rata dalam kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains

Page 9: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

83

yang mengikuti model pembelajaran inkuiri, sebanyak 34,15% siswa memperoleh

skor di bawah rata-rata, dan sebanyak 19,51% siswa memperoleh skor di atas rata-

rata.

Agar tampak jelas maka data dalam Tabel 4.7 disajikan dalam bentuk

gambar (histogram) seperti berikut.

01234

567

89

101112

1314151617

1819

FREKUENSI

15,5 17,5 19,5 21,5 23,5 25,5

INTERVAL

Gambar 4.3 Histogram Kemampuan Menulis Karya ILmiah

Siswa pada Pelajaran Sains yang Mengikuti Model

Pembelajaran Inkuiri

FREK.ABSOLUT

Dari histogram kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran

sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri, tampak bahwa frekuensi

tertinggi terletak pada rentangan skor 20,5 – 22,5. Sedangkan frekuensi terendah

terletak pada rentangan skor 24,5 – 26,5.

Page 10: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

84

2) Data Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Pelajaran Sains Siswa yang

Mengikuti Model Pembelajaran Langsung

Hasil pengukuran kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran

sains, untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung

mempunyai rata rata 19,15 dan simpangan baku 2,29. Hal ini berarti rata-rata

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang mengikuti

model pembelajaran langsung tergolong cukup, dengan variasi perolehan skor

pada kelompoknya sebesar 5,24.

Distribusi frekuensi data kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada

pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran langsung dapat disajikan pada

Tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Pelajaran Sains Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Langsung

Frekuensi No Kelas Interval Nilai tengah

Absolut Relatif

1 14 -15 14,5 1 2,44

2 16 - 17 16,5 9 21,94

3 18 - 19 18,5 14 34,15

4 20 - 21 20,5 11 26,83

5 22 - 23 22,5 4 9,76

6 24 - 25 24,5 2 4,88

Jumlah 41 100,00

Page 11: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

85

Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa sebanyak 26,83% siswa memperoleh

skor sekitar rata-rata dalam kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains

yang mengikuti model pembelajaran langsung, sebanyak 58,53 siswa memperoleh

skor di bawah rata-rata, dan sebanyak 14,64 siswa memperoleh skor di atas rata-

rata.

Agar tampak lebih jelas maka data dalam Tabel 4.8 disajikan dalam

bentuk gambar (histogram) seperti berikut.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

FREKUENSI

14,5 16,5 18,5 20,5 22,5 24,5

INTERVAL

Gambar 4.4 Histogram Kemampuan Menulis Karya ILmiah

Siswa pada Pelajaran Sains yang Mengikuti Model

Pembelajaran Langsung

FREK.ABSOLUT

Dari histogram kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran

sains yang mengikuti model pembelajaran langsung, terlihat bahwa frekuensi

tertinggi terletak pada rentangan skor 17,5 – 19,5. Sedangkan, untuk frekuensi

terendah terletak pada rentangan 13,5 – 15,5.

Page 12: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

86

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap kelompok data penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains, yang diajarkan

dengan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung. Hasil uji

normalitas disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Penalaran Formal dan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains

Kelompok Data Shapiro-Wilk df Sig

A1 0.966 41 0.395

A2 0.947 41 0.085

A3 0.956 41 0.214

A4 0.914 41 0.060

Keterangan:

A1 = Data Penalaran Formal pada pelajaran sains untuk kelompok siswa

yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

A2 = Data Penalaran Formal pada pelajaran sains untuk kelompok siswa

yang diajar dengan model pembelajaran langsung

A3 = Data Kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains untuk

kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

A4= Data Kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains untuk

kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung

Hasil pengujian normalitas seperti tertera dalam Tabel 4.9 menunjukkan

bahwa nilai-nilai statistik Shapiro-Wilk semua menunjukkan angka signifikansi

yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, secara keseluruhan sebaran data

Page 13: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

87

penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran

sains berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk menguji bahwa setiap kelompok

yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Dengan demikian

perbedaan yang terjadi dalam uji hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan

antara kelompok, bukan akibat dari perbedaan yang terjadi di dalam kelompok.

Uji homogenitas dilakukan terhadap kelompok data penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains baik secara bersama-

sama menggunakan uji Box’M menghasilkan angka signifikansi = 0,996 dan

secara sendiri-sendiri dengan uji Levene Test menghasilkan angka signifikansi =

0,889 untuk variabel penalaran formal siswa pada pelajaran sains, dan angka

signifikansi = 0,997 untuk variabel kemampuan menulis karya ilmiah pada

pelajaran sains. Hasil analisis selengkapnya disajikan dalam Lampiran 24 halaman

279.

Tampak bahwa angka signifikansi yang dihasilkan baik secara bersama-

sama maupun secara sendiri-sendiri lebih besar dari 0,05. Dengan demikian

berarti bahwa matrik varians-kovarians pada variabel penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains adalah homogen.

4.3 Hasil Manova dan Pengujian Hipotesis

4.3.1 Hasil Manova

Uji multivariat adalah untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat secara bersama-sama. Hasil analisis dengan Manova dapat

disajikan dalam Tabel 4.10

Page 14: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

88

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Uji Multivariat

Efek Statistik F Sig.

Pillai’s Trace 5,542 0,006

Wilks’ Lambda 5,542 0,006

Hotelling’s Trace 5,542 0,006

Model

Pembelajaran

Roy’s Largest Root 5,542 0,006

( Hasil analisis dalam Lampiran 25 halaman 280)

Sedangkan uji pengaruh antar subjek adalah untuk meneliti pengaruh

variabel independent terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri. Hasil

analisis dengan manova dapat disajikan dalam Tabel 4.11

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Uji Pengaruh antar Subjek

Source Dependent Variabel F Sig

Penalaran formal 8,351 0,005 Model Pembelajaran

Kemampuan menulis Karya ilmiah 8,228 0,005

( Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)

4.3.2 Pengujian Hipotesis

Ada tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk pengujian

ketiga hipotesis penelitian didasarkan pada hasil analisis Manova

Page 15: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

89

4.3.2.1 Uji Hipotesis 1

Hasil multivariate test tentang penalaran formal dan kemampuan menulis

karya ilmiah pada pelajaran sains antara siswa yang diajar dengan model inkuiri

dengan model pembelajaran langsung menghasilkan angka signifikansi = 0,006

pada nilai F Pillai’s Trace, Wilks’Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest

Root = 5,542. Karena angka signifikansi lebih kecil dari 0,05, dapat disimpulkan

bahwa: hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis penelitian.

Analisis deskriptif tentang penalaran formal dan kemampuan menulis

karya ilmiah siswa pada pelajaran sains menunjukkan: 1) rata-rata penalaran

formal pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

sebesar 19,80 lebih besar dari pada rata-rata penalaran formal siswa yang diajar

dengan model pembelajaran langsung yakni sebesar 18,48. Demikian juga untuk

rata-rata kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa yang diajar

dengan model pembelajaran Inkuiri sebesar 20,61 lebih besar dari pada rata-rata

kemampuan menulis karya ilmiah siswa yang diajar dengan model pembelajaran

langsung yakni sebesar 19,15. Jadi, dari rata-rata yang dihasilkan menunjukkan

bahwa dengan pengajaran yang dilakukan dengan model inkuiri lebih baik

dibandingkan dengan yang dilakukan dengan model pembelajaran langsung

terhadap penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa.

Dengan demikian hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis penelitian

yang menyatakan bahwa “ penalaran formal dan kemampuan menulis karya

ilmiah siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

lebih baik dari pada yang diajar dengan model pembelajaran langsung”.

Page 16: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

90

4.3.2.2 Uji Hipotesis 2

Tabel 4.12 Pengaruh Model pembelajaran terhadap Penalaran Formal

Dependent Variable

Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

P.FORMAL Contrast 35.561 1 35.561 8.351 .005 Error 340.683 80 4.259

Berdasarkan hasil analisis pengaruh model pembelajaran terhadap

penalaran formal siswa pada pelajaran sains diperoleh nilai statistik F = 8,351

dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05.

Dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan

penalaran formal pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model

pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung,

ditolak. Dengan kata lain, bahwa terdapat perbedaan penalaran formal siswa pada

pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang

diajar dengan model pembelajaran langsung.

Selanjutnya untuk menganalisis signifikansi perbedaan penalaran formal

siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan

yang diajar dengan model pembelajaran langsung, disajikan nilai rata-rata ( µ )

dan simpangan baku (SB) penalaran formal siswa pada pelajaran sains dalam

Tabel 4.12.

Tabel 4.13 Nilai Rata-rata Terestimasi dan Simpangan Baku Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains

Intervensi Konvidensi 95% Variabel

Devendent

Model

Pembelajaran

µ SB

Terendah Tertinggi

1.00 19,805 0,322 19,164 20,446 Penalaran

Formal 2.00 18,488 0,322 17,846 19,129

Page 17: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

91

(Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)

Selanjutnya berdasarkan data nilai-rata-rata terestimasi dan simpangan

baku dalam Tabel 4.12, dapat dianalisis signifikansi perbedaan penalaran formal

siswa pada pelajaran sains antara yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Signifikansi perbedaan

nilai- rata-rata pasangan tersebut diuji dengan metode least significant difference

( LSD).

Untuk jumlah kelompok model a = 2, jumlah sampel masing-masing

kelompok n = 41, jumlah sampel seluruhnya N = 82, dan pada taraf signifikansi α

= 0,05 diperoleh nilai statistik tttabel )60:025,0(= = 2,00. Dengan menggunakan nilai

ttabel tersebut dan nilai MSε = 4,259 untuk variabel terikat penalaran formal siswa

pada pelajaran sains, diperoleh batas penolakan LSD = 0,456. Kriteria, penalaran

formal siswa pada pelajaran sains berbeda secara signifikan apabila µ∆ > LSD.

Rangkuman hasil uji signifikansi perbedaan penalaran formal siswa pada

pelajaran sains disajikan dalam Tabel 4.13.

Tabel 4.14 Signifikansi Perbedaan Penalaran Formal Siswa pada Pelajaran Sains

Variabel

dependent

(I)

Model

(J)

Model

µ (I) - µ (J)

µ∆

SB Sig

1.00 2.00 1,317 0,456 0.005 Penalaran

Formal 2.00 1.00 -1,317 0,456 0.005

(Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)

Berdasarkan Tabel 4.13 harga mutlak µ∆ = 1,317 dengan simpangan

baku 0,456 dan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil

Page 18: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

92

dari 0,05 dan µ∆ lebih besar dari LSD, berarti penalaran formal siswa pada

pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi

dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran langsung

4.3.2.3 Uji Hipotesis 3

Tabel 4.15 Pengaruh Model pembelajaran terhadap Kemampuan

Menulis Karya Ilmiah Siswa

Dependent Variable

Sum of Squares

df Mean Square

F Sig.

K.M.KI Contrast 43.902 1 43.902 8.228 .005 Error 426.878 80 5.336

Berdasarkan hasil analisis pengaruh model pembelajaran terhadap

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains diperoleh nilai

statistik F = 8,228 dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut

lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan tidak

terdapat perbedaan kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa

yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan

model pembelajaran langsung, ditolak. Dengan kata lain, bahwa terdapat

perbedaan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang

diajar dengan model pembelajaran inkuiri dan siswa yang diajar dengan model

pembelajaran langsung.

Selanjutnya untuk menganalisis signifikansi perbedaan kemampuan

menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model

pembelajaran inkuiri dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung,

disajikan nilai rata-rata ( µ ) dan simpangan baku (SB) penalaran formal siswa

pada pelajaran sains dalam Tabel 4.13.

Page 19: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

93

Tabel 4.16 Nilai Rata-rata Terestimasi dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Siswa pada Pelajaran Sains

Intervensi Konvidensi

95%

Variabel

Devendent

Model

Pembelajaran

µ

SB

Terendah Tertinggi

1.00 20,610 0,361 19,892 21,328 Kemampuan

menulis Karya

Ilmiah

2.00 19,146 0,361 18,428 19,864

(Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)

Selanjutnya berdasarkan data nilai-rata-rata terestimasi dan simpangan

baku dalam Tabel 4.14, dapat dianalisis signifikansi perbedaan kemampuan

menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains antara yang diajar dengan model

pembelajaran inkuiri dan yang diajar dengan model pembelajaran langsung.

Signifikansi perbedaan nilai rata-rata pasangan tersebut diuji dengan metode least

significant difference ( LSD).

Untuk jumlah kelompok model a = 2, jumlah sampel masing-masing

kelompok n = 41, jumlah sampel seluruhnya N = 82, dan pada taraf signifikansi α

= 0,05 diperoleh nilai statistik tttabel )60:025,0(= = 2,00. Dengan menggunakan nilai

ttabel tersebut dan nilai MSε = 5,336 untuk variabel terikat kemampuan menulis

karya ilmiah siswa pada pelajaran sains, diperoleh batas penolakan LSD = 0,51.

Kriteria kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains berbeda

secara signifikan apabila µ∆ > LSD. Rangkuman hasil uji signifikansi perbedaan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains disajikan dalam

Tabel 4.14.

Page 20: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

94

Tabel 4.17 Signifikansi Perbedaan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah

Siswa pada Pelajaran Sains

Variabel dependent (I)

Model

(J)

Model

µ (I) - µ (J)

µ∆

SB Sig

1.00 2.00 1,463 0,510 0,005 Kemampuan menulis Karya

Ilmiah 2.00 1.00 -1,463 0,510 0,005

(Hasil analisis dalam lampiran 25 halaman 281)

Berdasarkan Tabel 4.15 harga mutlak µ∆ = 1,463 dengan simpangan

baku 0,510 dan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih kecil

dari 0,05 dan µ∆ lebih besar dari LSD, berarti kemampuan menulis karya ilmiah

siswa siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran

langsung.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara penalaran formal dan kemampuan menulis karya

ilmiah pada pelajaran sains antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran

inkuiri dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Secara

keseluruhan kemampuan penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah

siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan

dengan yang menggunakan model pembelajaran langsung. Temuan ini

membuktikan bahwa model pembelajaran yang diterapkan guru sains dalam

proses belajar mengajar, utamanya model inkuiri dapat meningkatkan kemampuan

penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah.

Page 21: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

95

Dalam membelajarkan siswa untuk menguasai sains bukan pada

banyaknya konsep yang harus dihapal, tetapi lebih kepada bagaimana agar siswa

berlatih menemukan konsep-konsep sains melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah,

dan siswa dapat melakukan kerja ilmiah mulai dari merumuskan masalah,

merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan

menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Merumuskan masalah merupakan

suatu pertanyaan yang jawabannya dicari melalui pengumpulan data. Melakukan

eksperimen merupakan kegiatan dengan menerapkan berbagai keterampilan

proses yang dilandasi oleh sikap ilmiah untuk menemukan atau mengklarifikasi

atau menemukan pengetahuan baru. Menginterpretasikan data merupakan

kegiatan yang meliputi membuat prediksi, membuat hipotesis berdasarkan data

yang diperoleh. Menarik kesimpulan merupakan kegiatan merumuskan penjelasan

yang paling mungkin terhadap suatu hasil pengamatan.Terkait dengan model

inkuiri, keuntungan yang bisa didapatkan adalah siswa memiliki kesempatan

untuk mengemukakan ide atau gagasan yang dimilikinya, sehingga hal itu akan

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karya ilmiah. Di samping

itu juga, dengan model inkuiri siswa sudah mulai diajarkan untuk menganalisa

dan mencari kebenaran dari suatu masalah yang sedang dibahas, telah mampu

berpikir sistematis, terarah dan mempunyai tujuan yang jelas, disamping mampu

berpikir induktif, deduktif, dan empiris rasional sehingga hal ini akan

menyebabkan siswa memiliki kemampuan dalam penalaran formal yang baik.

Kaitannya dengan hasil penelitian ini, perlu disadari bahwa tidak semua

pokok bahasan dalam pelajaran sains dapat diajarkan dengan model pembelajaran

yang sama, terutama kaitannya dengan mengembangkan penalaran formal siswa

Page 22: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

96

pada pelajaran sains dan dalam usaha meningkatkan kemampuan menulis karya

ilmiah siswa pada pelajaran sains. Pemilihan model pembelajaran yang tepat

untuk suatu pokok bahasan tertentu akan dapat mengembangkan penalaran formal

siswa pada pelajaran sains. Model pembelajaran inkuiri merupakan model yang

tepat diterapkan guru dalam proses pembelajaran sains dalam rangka

meningkatkan penalaran formal siswa. Hal ini didasarkan atas hasil penelitian

Lawson (dalam Putrayasa, 2005) yang menunjukkan bahwa perkuliahan biologi

yang berorientasi inkuiri lebih berhasil meningkatkan penalaran formal siswa.

Pengalaman belajar yang didapatkan siswa dalam pembelajaran inkuiri akibat

diberikan siswa kesempatan untuk mengemukakan gagasan, diberikan kesempatan

untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri terhadap permasalahan yang

diberikan, memberikan dampak terhadap kemampuan siswa untuk dapat berpikir

dengan pola penetapan kemungkinan untuk dapat menemukan kenyataan. Hal

yang sama terhadap pembelajaran model inkuiri seperti diungkapkan oleh Bruner

(1978) bahwa keuntungan atau keunggulan model inkuiri salah satunya adalah

dapat meningkatkan potensi intelektual siswa. Sejalan dengan Bruner, Dahar

(1998: 126) menyatakan kebaikan pengetahuan yang diperoleh dengan belajar

penemuan adalah dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk

berpikir bebas.

Pada kegiatan pembelajaran dengan inkuiri peran guru adalah sebagai

pemimpin, pembimbing dan fasilitator. Dalam pembelajaran sains dengan inkuiri

yang paling utama adalah memberikan kondisi yang seluas-luasnya kepada siswa

untuk memperoleh pengalaman bagaimana mengkonstruksi pengetahuan itu

sendiri. Oleh karena itu siswa ditempatkan sebagai pusat dalam proses kegiatan

Page 23: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

97

belajar mengajar, baik yang dilakukan secara individu maupun secara kelompok.

Melalui implementasi model inkuiri dapat memberikan kepada siswa kesempatan

untuk bekerja sebagai ilmuan yaitu menemukan masalah, selanjutnya

merumuskan hipotesis, mengujinya melalui eksperimen dan menginformasikan

hasil penyelidikan dan penelitiannya. Oleh karena itu melalui impelementasi

model inkuiri, penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada

pelajaran sains diharapkan dapat meningkat.

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang

didasarkan pada behaviorisme. Paradigma behaviorisme memandang belajar

sebagai perubahan tingkah laku yang didasarkan kepada unsur stimulus-respon

(S-R). Oleh karena itu, teori ini juga disebut teori stimulus-respon (Burns, 1995:

102). Aspek yang mendorong S-R adalah kebutuhan dan stimulus kemudian

muncul respon. Unsur yang paling penting adalah reinforcement atau penguatan.

Penguatan berfungsi untuk memotivasi mahasiswa agar ia merasakan adanya

kebutuhan untuk melakukan tugas pelajaran melalui respons yang diberikan dalam

tugas itu. Guru dalam model pembelajaran ini lebih dominan dalam rangka

membantu siswa memperoleh pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif

adalah pengetahuan yang terstruktur dengan baik. Oleh karena itu siswa akan

dapat mempelajari selangkah demi selangkah, misalnya dalam menghafal nama-

nama bagian dari suatu alat. Syarat penting yang perlu diperhatikan agar

pembelajaran efektif adalah perencanaan dan pelaksanaan yang ekstra hati- hati

dari guru, karena model ini berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran

yang dilakukan guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa.

Page 24: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

98

Bagi siswa yang mengikuti pembelajaran langsung, pada awal

pembelajarannya terpaksa harus melakukan transfer of knowledge, yakni berupa

konsep-konsep sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dengan terpaksa

memahami konsep-konsep sains secara formal. Apabila timbul keraguan maka dia

bertanya hanya kepada guru, padahal konsep-konsep dalam sains dirumuskan dan

didefinisikan oleh ahli atau pakar dalam sains. Akibat pembelajaran langsung,

siswa tidak mendapat pengalaman untuk memahami konsep secara konkret, dan

jika terdapat keragu-raguan dalam memahami konsep secara formal, siswa tidak

akan bisa melakukan akomodasi dengan konsep-konsep yang bersifat konkret.

Efek langsung dari peristiwa ini, siswa terpaksa harus menghapal konsep-konsep.

Secara empiris dalam penelitian ini adalah: terdapat perbedaan penalaran

formal dan kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains secara

bersama-sama antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri

dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Kedua, penalaran

formal pada pelajaran sains siswa yang diajar dengan model inkuiri lebih tinggi

daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Hal ini

disebabkan oleh model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan keterlibatan

siswa dalam pembelajaran. Dengan mengikuti langkah-langkah pembelajaran

yang telah ditetapkan, keterlibatan siswa mendapat porsi yang jelas. Misalnya,

siswa dihadapkan terhadap suatu masalah, kemudian siswa diminta sendiri

memecahkan masalah melakukan pencarian data dan eksperimentasi dalam

rangka membuktikan kajian data yang mengarah pada penemuan konsep-konsep

yang sedang dipelajari, dan lain-lain. Dalam satu unit pembelajaran, siswa

mendapat kesempatan untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki

Page 25: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

99

sebelumnya dan melatih keterampilan mereka bekerja berdasarkan konsep kerja

ilmiah. Ketiga, kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains siswa yang

diajar dengan model inkuiri lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model

pembelajaran langsung. Hal ini disebabkan oleh rangkaian kegiatan pembelajaran

sains dengan inkuiri, sebagian besar, dilakukan sendiri oleh siswa baik secara

individu maupun berkelompok. Keadaan ini akan memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya kepada siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk berpikir

dan berbuat.

Hasil yang dicapai dalam penelitian ini untuk kerja proyek pada

pembelajaran inkuiri, ternyata pada aspek pembuatan map/diagram terhadap topik

yang akan diinvestigasi, dan format laporan sangat baik. Sedangkan pada aspek

pembuatan rincian terhadap proses dengan hasil baik. Aspek pemilihan topik,

monitoring kerja proyek, deskripsi temuan, pembahasan, kesimpulan hasilnya

kurang baik.(lampiran 17 halaman 180-181).

Pada pembelajaran langsung, aspek pembuatan map/diagram terhadap

topik yang akan diinvestigasi, dan format laporan sangat baik. Sedangkan pada

aspek pembuatan rincian terhadap proses dengan hasil baik. Aspek pemilihan

topik, monitoring kerja proyek, deskripsi temuan, pembahasan, kesimpulan

hasilnya kurang baik.(lampiran 17 halaman 181). Hal ini mengindikasikan bahwa

pada aspek-aspek yang belum menyentuh pada penalaran tinggi diperoleh hasil

yang baik, sedangkan aspek yang menyentuh penalaran tinggi hasilnya kurang

baik.

Pembelajaran sains akan menjadi lebih bermakna karena apa yang

dipelajari dari awal sampai akhir proses menyentuh bidang kehidupannya sehari-

Page 26: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

100

hari, dimana orientasinya lebih kepada kejadian dan pengalamannya sehari-hari

selama berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Melalui proses asimilasi dan

akomodasi yang terjadi selama siswa berinteraksi dengan lingkungan belajarnya

siswa secara individual membangun pengetahuannya berupa perumusan konsep-

konsep sains yang menjadi tujuan pembelajaran untuk ditemukan. Siswa dalam

pembelajaran inkuiri telah memiliki konsep awal terhadap kejadian-kejadian alam

yang berkaitan dengan konsep yang mereka pelajari. Konsep inilah yang nantinya

akan dirubah menjadi konsep ilmiah melalui proses asimilasi dan akomodasi.

Akibatnya siswa akan memiliki pengalaman dan menguasai metode ilmiah, yaitu

prosedur-prosedur penemuan yang bermanfaat dan berkemampuan untuk

menggeneralisasikannya ke dalam situasi baru. Karena pengetahuan diperoleh dari

pengalaman, maka hasil belajar akan terpendam lama dalam ingatan siswa.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang

diimplementasikan guru akan sangat mempengaruhi penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Berbagai upaya telah dilakukan dalam penelitian ini untuk dapat mencapai

hasil yang optimal. Namun demikian, penelitian ini tetap memiliki berbagai

keterbatasan yang sekaligus merupakan kelemahan penelitian ini. Keterbatasan-

keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, variabel yang mempengaruhi penalaran formal dan kemampuan

menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains dalam penelitian ini hanya model

pembelajaran. Variabel lain seperti: intelegensi, sikap, prestasi, minat, motivasi,

gaya kognitif, dan lain-lain tidak dilibatkan karena keterbatasan kemampuan

Page 27: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

101

peneliti. Untuk itu, diharapkan kepada peneliti lain untuk mengadakan penelitian

sejenis dengan menggunakan rancangan eksperimen yang lebih kompleks,

sehingga dapat mengendalikan pengaruh variabel lain secara statistik.

Kedua, materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi

sains kelas VIII semester ganjil hanya pada pokok bahasan suhu, pemuaian, dan

kalor. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini belum tentu

akan sama dengan hasil penelitian terhadap pelajaran sains secara keseluruhan.

Oleh karena itu, perlu ada peneliti lain dengan melibatkan semua pokok bahasan

pada pelajaran sains, sehingga dapat mencerminkan besarnya pengaruh model

pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran langsung terhadap penalaran formal

dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains secara

keseluruhan.

Page 28: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

102

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

Hasil pengukuran penalaran formal siswa pada pelajaran sains, untuk

kelompok yang mengikuti model pembelajaran inkuiri mempunyai rata-rata

19,804. Sedangkan untuk kelompok yang mengikuti model pembelajaran

langsung mempunyai rata-rata 18,44. Dalam tabel klasifikasi, interval 19,804 dan

18,44 termasuk dalam kualifikasi tinggi. Hal ini berarti rata-rata penalaran formal

siswa pada pelajaran sains yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dan model

pembelajaran langsung tergolong tinggi. Data dari hasil pengukuran kemampuan

menulis karya ilmiah siswa untuk kelompok siswa yang mengikuti model

pembelajaran inkuiri dan siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung

tergolong dalam kualifikasi cukup. Dalam tabel klasifikasi, rata-rata kemampuan

menulis karya ilmiah siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri sebesar 20,61,

untuk kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran langsung mempunyai

rata-rata 19,15. Angka 20,61 dan 19,15 ini dalam termasuk dalam kualifikasi

cukup.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat diambil kesimpulan bahwa

model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains. Secara rinci dapat

disimpulkan sebagai berikut.

Pertama, penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah siswa

pada pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih baik

daripada yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Ini dibuktikan dengan

Page 29: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

103

uji F melalui Manova. Hasil multivariate test tentang penalaran formal dan

kemampuan menulis karya ilmiah pada pelajaran sains antara siswa yang diajar

dengan model inkuiri dengan model pembelajaran langsung menghasilkan angka

signifikansi= 0,006 pada nilai F Pillai’s Trace, Wilks’Lambda, Hotelling’s Trace,

dan Roy’s Largest Root = 5,542. Karena angka signifikansinya lebih kecil dari

0,05, dengan demikian berarti bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri

dalam pembelajaran sains bisa menghasilkan kemampuan penalaran formal yang

lebih tinggi dan kemampuan menulis karya ilmiah yang lebih baik dibandingkan

dengan pengaruh penerapan model pembelajaran langsung.

Kedua, penalaran formal siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan

model pembelajaran inkuiri lebih tinggi daripada yang diajar dengan model

pembelajaran langsung. Kesimpulan ini didapat dengan menggunakan uji metode

least significant difference ( LSD) yang menghasilkan harga mutlak µ∆ = 1,317

dan dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi yang lebih kecil dari

0,05 dan µ∆ lebih besar dari LSD (0,456), berarti penalaran formal siswa pada

pelajaran sains yang diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi

dibandingkan dengan yang diajar dengan model pembelajaran langsung

Dengan demikian berarti penerapan model pembelajaran inkuiri dalam

pembelajaran sains bisa menghasilkan penalaran formal yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pengaruh penerapan model pembelajaran langsung.

Ketiga, kemampuan menulis karya ilmiah siswa pada pelajaran sains yang

diajar dengan model pembelajaran inkuiri lebih baik daripada yang diajar dengan

model pembelajaran langsung. Kesimpulan ini didapat dengan menggunakan uji

metode least significant difference (LSD) yang menghasilkan harga mutlak

Page 30: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

104

µ∆ = 1,463 dengan angka signifikansi 0,005. Angka signifikansi tersebut lebih

kecil dari 0,05 dan µ∆ lebih besar dari LSD (0,51). Ini berarti kemampuan

menulis karya ilmiah siswa siswa pada pelajaran sains yang diajar dengan model

pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar dengan model

pembelajaran langsung. Dengan demikian berarti bahwa penerapan model

pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran sains bisa menghasilkan kemampuan

menulis karya ilmiah yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan model

pembelajaran langsung.

Hasil yang dicapai dalam penelitian ini untuk kerja proyek pada

pembelajaran inkuiri, ternyata pada aspek pembuatan map/diagram terhadap topik

yang akan diinvestigasi, dan format laporan sangat baik. Sedangkan pada aspek

pembuatan rincian terhadap proses dengan hasil sedang, monitoring kerja proyek

dengan hasil kurang baik. Aspek pemilihan topik, aspek deskripsi temuan,

pembahasan, kesimpulan hasilnya sangat kurang baik.

Pada pembelajaran langsung pembuatan map/diagram terhadap topik yang

akan diinvestigasi, dan format laporan hasilnya sangat baik. Sedangkan aspek

pembuatan rincian terhadap proses hasilnya cukup. Aspek pemilihan topik, aspek

deskripsi temuan, monitoring kerja proyek, pembahasan, kesimpulan hasilnya

sangat kurang baik. Hal ini mengindikasikan bahwa pada aspek-aspek yang belum

menyentuh pada penalaran tinggi diperoleh hasil yang baik, sedangkan aspek yang

menyentuh penalaran tinggi hasilnya kurang baik.

Page 31: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

105

5.2 Implikasi

Hasil penelitian ini berimplikasi terhadap: (1) Peran guru sains dalam

pembelajaran, (2) perencanaan dan pengembangan model pembelajaran sains, (3)

lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK).

1) Implikasi terhadap Peran Guru Sains

Penerapan model inkuiri dalam pembelajaran sains menuntut banyak

perubahan pada guru sains khususnya dalam manajemen kelas. Dalam upaya

menumbuhkan dan mengaktifkan situasi belajar, guru berperan sebagai

pembimbing untuk menuntun siswa memulai proses, memimpin siswa agar hasil

dalam proses belajar sesuai dengan tujuan pengajaran serta sebagai fasilitator

dalam mempersiapkan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Semestinya

dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri siswa akan lebih tertarik dan

lebih memudahkannya memahami konsep-konsep sains. Karena siswa dituntut

untuk tetap aktif dan memungkinkan siswa menemukan konsep-konsep yang baru.

Aplikasi dari model inkuiri menuntut seorang guru yang memiliki

kemampuan dalam melaksanakan tahapan-tahapan pembelajaran sesuai dengan

harapan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang berbasis kompetensi.

2) Implikasi terhadap Perencanaan dan Pengembangan Model Pembelajaran

Sains

Temuan bahwa penalaran formal dan kemampuan menulis karya ilmiah

pada pelajaran sains siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri lebih baik

daripada model pembelajaran langsung memberikan petunjuk bahwa model

pembelajaran inkuiri dibandingkan dengan pengajaran langsung memberikan

dampak yang signifikan dibandingkan dengan pengajaran langsung .

Page 32: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

106

Implikasi terhadap perencanaan dan pengembangan model pembelajaran

sains meliputi: (1) pengaturan desain awal pembelajaran, (2) orientasi

pembelajaran (3) penyesuaian materi pembelajaran.

a) Pengaturan Desain Awal Pembelajaran

Desain materi pembelajaran disusun dengan struktur yang dapat

mendukung pelaksanaan model pembelajaran inkuiri. Orientasi pembelajaran

dengan model ini bertumpu pada pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang

dapat mengemukakan kejadian-kejadian alam yang biasa dialaminya.

b) Orientasi Pembelajaran

Pembelajaran sains dengan model inkuiri berorientasi pada kemampuan

siswa untuk mengemukakan argumentasi dan mengorganisasikan pengalamannya,

serta mengaitkan dengan prinsip-prinsip, teori atau hukum dengan objek atau

kejadian-kejadian alam yang berupa fakta dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu dengan model inkuiri ini memungkinkan ditemukan konsep baru.

c) Penyesuaian materi Pembelajaran

Materi pembelajaran disesuaikan dengan permasalahan yang ditemui siswa

dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pokok bahasan suhu, kalor, gaya dan

takanan, cahaya, listrik dan magnet yang kiranya cocok diajarkan dengan model

inkuiri. Sedangkan materi pencernaan, sumber daya alam, dan sebagainya yang

sifatnya pengetahuan deklaratif lebih cocok diajarkan dengan model

pembelajaran langsung.

3) Implikasi terhadap lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Model-model pembelajaran yang telah diujicobakan melalui penelitian

maupun dari hasil pengembangan diupayakan untuk diajarkan kepada mahasiswa

Page 33: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

107

yang akan menjadi calon pendidik. Demikian juga kelebihan, kekuatan dan

kekurangan dari masing-masing model pembelajaran, sehingga calon guru sains

akan memiliki pengetahuan dan kemampuan awal yang lebih baik mengenai

model-model pembelajaran untuk dapat diterapkan setelah menjadi pendidik.

5.3 Saran

Beberapa saran yang diajukan terkait dengan hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut.

Kepada guru mata pelajaran sains, hendaknya memasukkan penulisan

karya ilmiah dalam pengalaman belajar siswa. Karena dalam kurikulum mata

pelajaran sains SMP, salah satu tujuan yang diharapkan adalah melakukan inkuiri

ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir anak.

Apabila menerapkan penulisan karya ilmiah dalam pengalaman belajar,

langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Berikan kepada siswa

wawasan terlebih dahulu tentang karya tulis ilmiah, (2) Memberikan tugas kepada

siswa berkelompok mencari topik sains dalam kehidupan sehari-hari yang

dianggap menarik untuk diteliti, (3) Siswa ditugaskan melakukan penelitian

lapangan maupun eksperimen di laboratorium, (4) Melaporkan hasil

penelitiannya dalam bentuk laporan tertulis (karya tulis), (5) Melakukan seminar

terhadap laporan penelitian siswa di kelas.

Berdasarkan temuan dalam pelaksanaan penelitian ternyata masih adanya

keterbatasan yaitu masih ada siswa yang kurang mampu melakukan kegiatan yang

diharapkan guru, seperti mengamati, dan menarik kesimpulan . Kemampuan guru,

secara umum masih menunjukkan keterbatasan, seperti masih suka mendikte

siswa untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru maupun oleh

Page 34: Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah

Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com

108

teman-temannya. Guru kurang memanfaatkan lingkungan sekolah. Oleh karena

itu guru diharapkan mampu membangkitkan semangat belajar siswa untuk

memecahkan masalah, menunjukkan rasa tanggung jawab yang tinggi,

menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi, berkomunikasi dengan baik, terbuka

terhadap pengalaman baru, dan mampu mengekplorasi hal-hal yang ada

dihadapannya.