bab iv padodolimeter
TRANSCRIPT
84
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini sebelum memasuki tahap uji harus dilakukan percobaan
pendahuluan terlebih dahulu. Percobaan pendahuluan dilakukan untuk memperkirakan
perlakuan yang tepat yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan karena
sistem fisiologi mencit tidak sama persis dengan fisiologi manusia sehingga diperlukan
konversi dosis yang sesuai yang mampu memberikan gambaran yang sama seperti pada
tubuh manusia. Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa percobaan pendahuluan yang
meliputi studi kelayakan alat dan waktu pendiaman. Hal ini untuk mengetahui
kelayakan alat Pododolorimeter sebagai penginduksi nyeri dan untuk mengetahui onset
of action asetosal serta percobaan pendahuluan dosis Bidara Upas.
Pada hewan uji mencit memiliki sistem digesti yang berbeda dengan
manusia. Hal ini juga mempengaruhi onset kerja obat sehingga dapat
mempengaruhi dalam penelitian. Berdasarkan literatur dan penelitian terdahulu
diperoleh data waktu pendiaman yang lazim pada hewan uji mencit adalah 15-30
menit. Selain itu, bahan pembanding asetosal diketahui sangat cepat diabsorpsi
dan mencapai kadar puncak plasma dalam waktu kurang dari 2 jam. Oleh karena
itu, dilakukan percobaan pendahuluan dengan melakukan pengukuran efek
analgesik Asetosal pada menit ke-30 setelah pemberian untuk mengetahui onset of
action obat dan untuk membuktikan kelayakan alat dalam mengukur efektivitas
84
85
analgesik. Pada pengukuran kelayakan alat Pododolorimeter ini harus dilakukan
percobaan pendahuluan untuk mengetahui voltase yang akan digunakan dalam
penelitian nanti. Pada literatur disebutkan bahwa waktu yang digunakan selama 10
menit maka dari itu pada percobaan pendahuluan ini diujikan berbagai macam
voltase pada hewan uji. Data pengamatan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Data Percobaan Pendahuluan berbagai voltase selama 10 menit pada mencit putih jantan untuk menguji efektivitas analgesik
Kelompok Perlakuan No. Mencit
Berat Mencit
Lama waktu (detik)
x (detik)
1 23,6
132
2 24,1
131 I
Mencit diberi aquadem 20 ml/kg
BB dengan voltase 15 volt selama 10 menit
3 23,3
127
130
1 25,3
125
2 22
140 II
Mencit diberi aquadem 20 ml/kg
BB dengan voltase 20 volt selama 10 menit
3 24,4
131
132
1 24,5
161
2 23
148 III
Mencit diberi aquadem 20 ml/kg
BB dengan voltase 25 volt selama 10 menit
3 22,5
126
140
Keterangan: Data diuji dengan uji ANAVA pada α = 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan.
86
0
30
60
90
120
150
180Ra
ta-ra
ta L
aman
ya
Wak
tu
15 20 25
Voltase
Gambar 39. Diagram Batang Percobaan Pendahuluan Berbagai Voltase Selama 10 menit Pada Mencit Putih Jantan Untuk Menguji Efek Analgesik.
Dari data yang diperoleh dari tabel 6 diuji dengan analisis statistik
ANAVA Rancangan Lengkap dengan taraf signifikan α = 0,05. Berdasarkan
analisis statistik, diketahui tidak terdapat perbedaan antar perlakuan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa mencit yang diberi voltase 15 volt, 20 volt, dan 25 volt
dapat digunakan sebagai penginduksi nyeri selama 10 menit. Dalam penelitian
ini dipilih voltase sebesar 15 volt karena pada voltase ini mencit sudah cukup
peka dengan rangsangan nyeri yang diberikan oleh alat Pododolorimeter. Pada
voltase 20 volt dan 25 volt mencit mengalami kekakuan dan mengalami
87
pendarahan sehingga ditakutkan pada penelitian ini mencit akan mengalami
kematian.
Dalam percobaan pendahuluan yang telah dilakukan pada berbagai voltase
telah didapatkan voltase sebesar 15 volt selama 10 menit, maka dari itu untuk uji
kelayakan alat Pododolorimeter ini digunakan voltase sebesar 15 volt selama 10
menit untuk mengetahui kelayakan alat Pododolorimeter sebagai penginduksi
nyeri. Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui kelayakan alat tersebut
adalah dengan cara membandingkan kelompok kontrol dan kelompok
pembanding yang diberi senyawa standar berupa asetosal. Hasil yang diperoleh
akan dianalisis dengan menggunakan uji t-bebas pada α = 0,05.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok
pembanding berbeda signifikan pada taraf aras keberartian α = 0,05. Hal ini
berarti bahwa pada menit ke-30, larutan asetosal sudah menunjukkan adanya efek
analgesik sehingga dalam penelitian ini dapat dilakukan waktu pendiaman pada
bahan uji selama 30 menit. Selain itu dapat disimpulkan bahwa alat
Pododolorimeter ini dapat digunakan untuk penginduksi nyeri dalam menguji
efek obat analgesik karena larutan asetosal yang diuji sudah dapat memberikan
efek analgesik sehingga alat Pododolorimeter ini layak untuk digunakan sebagai
penginduksi nyeri dalam menguji efek analgesik. Jadi dapat disimpulkan bahwa
alat Pododolorimeter ini layak digunakan bila lamanya jeritan yang dihasilkan
pada mencit kelompok asetosal lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang diberi aquadem.
88
Tabel 7. Data Percobaan Pendahuluan Uji Kelayakan alat dan Waktu Pendiaman. Parameter yang dilihat yaitu Lamanya Waktu (detik) Tangisan/Jeritan yang diberikan Mencit saat Dialiri Tegangan dengan Voltase sebesar 15 Volt selama 10 menit untuk menghasilkan Respon Nyeri yang diberi Asetosal dosis 80 mg/kgBB
Kelompok Perlakuan
No.
Mencit
Bobot Mencit(gram)
Lamanya Waktu Tangisan yang diberikan mencit saat dialiri arus 15
volt selama 10 menit (detik)
X
1 25,8 50 2 24,3 55 3 24,5 50 4 25,8 57 5 24 52 6 24,8 55 7 24,9 49 8 25,2 57 9 25 51
I (Pembanding)
Mencit diberi larutan asetosal
dosis 80 mg/kgBB
10 23,7 55
53,1
1 24,5 120 2 25 118 3 26 120 4 24,5 116 5 25,2 119 6 23,6 117 7 24,9 119 8 25,4 120 9 23,3 116
II (Kontrol)
Mencit diberi larutan aquademdengan volume pemberian 20
ml/kg BB
10 23 118
118,3
Keterangan: Data Lamanya Waktu (detik) tangisan/jeritan yang diberikan oleh mencit saat dialiri tegangan dengan voltase sebesar 15 volt selama 10 menit menunjukkan adanya perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan dengan uji t-bebas pada α = 0,05
89
53,1
118,3
0
20
40
60
80
100
120
Lam
anya
wak
tu
(det
ik)
Pembanding Kontrol
Kelompok perlakuan
Gambar 40. Diagram batang Uji Kelayakan Alat Pododolorimeter dan Waktu Pendiaman. Parameternya lamanya waktu (detik) Tangisan/Jeritan yang diberikan Mencit saat Dialiri Tegangan dengan voltase sebesar 15 Volt selama 10 menit untuk menghasilkan Respon Nyeri yang diberi Asetosal dosis 80 mg/kgBB.
Percobaan pendahuluan dosis dilakukan untuk memastikan perhitungan
dosis yang dikonversikan untuk hewan uji benar-benar mampu menggambarkan
efek yang sama seperti pada dosis lazim yang digunakan oleh manusia.
Berdasarkan data-data penelitian terdahulu, didapatkan hasil bahwa faktor
konversi dosis yang sering disajikan dalam literatur-literatur seringkali tidak
mencukupi untuk memberikan efek yang setara dengan dosis lazim manusia. Oleh
karena itu, selain menghitung dengan faktor konversi dosis juga dilakukan
percobaan pendahuluan dosis dengan mengalikan hasil konversi dosis dengan
kelipatan tertentu.
Berdasarkan perhitungan konversi dosis manusia ke dosis mencit
diperoleh dosis 52 mg/kg BB dengan volume pemberian 0,5 ml/25g BB untuk
90
ekstrak umbi bidara upas. Dosis yang diperoleh kemudian dikalikan dengan
kelipatan: 1x, 3x, dan 5x. Masing-masing kelompok dosis yang telah diperoleh
diujikan pada 3 ekor mencit.
Data yang diperoleh berupa lamanya waktu tangisan/jeritan yang diberikan
mencit saat dialiri tegangan dengan voltase sebesar 15 volt selama 10 menit untuk
menghasilkan respon nyeri. Parameter yang digunakan adalah lamanya waktu
(detik) respon nyeri pada mencit berupa tangisan/jeritan dari mencit. Data
pengamatan dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Data Percobaan Pendahuluan Lamanya Waktu (detik) Tangisan/Jeritan yang diberikan Mencit saat Dialiri Tegangan dengan Voltase sebesar 15 Volt selama 10 menit untuk menghasilkan Respon Nyeri yang diberikan ekstrak umbi bidara upas pada berbagai dosis.
Kelompok Perlakuan No. Mencit
Bobot Mencit (gram)
Lamanya Waktu Tangisan yang diberikan mencit saat dialiri arus 15 volt selama 10 menit
(detik)
X (detik)
1 23,6 90
2 24,1 54
I Mencit diberi larutan Bidara upas 52 mg/kgBB
3 23,3 61
68,3b
1 24,4 49
2 25,3 53
II Mencit diberi larutan Bidara upas 156 mg/kgBB 3 22,6 50
50,7a
1 22 45 2 24,5 47
III Mencit diberi larutan Bidara upas 260 mg/kgBB 3 23 44
45,3a
1 22,5 132 2 22,5 131
IV (kontrol)
Mencit diberi aquadem 32,5 ml/kgBB
3 25,5 127
130c
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda dalam satu kolom berarti terdapat perbedaan bermakna dengan uji BNT pada α = 0,05
91
0
20
40
60
80
100
120
140
68,3
50,7 45,3
130
Ekstrak Umbi Ekstrak Umbi Ekstrak Umbi AquademBidara Upas 52mg/kgBB Bidara Upas Bidara Upas 20 ml/kgBB
156mg/kgBB 260mg/kgBB
Rat
a-Ra
taLa
man
ya W
aktu
(d
etik
) Gambar 41. Diagram batang Lamanya Waktu (detik) Tangisan/Jeritan yang diberikan Mencit saat Dialiri Tegangan dengan Voltase sebesar 15 Volt selama 10 menit untuk menghasilkan Respon Nyeri yang diberikan ekstrak umbi bidara upas pada berbagai dosis.
Data yang diperoleh kemudian diuji dengan analisis statistik ANAVA
Rancangan Acak Lengkap dan dilanjutkan dengan uji BNT 5% dengan taraf
signifikan α = 0,05. Berdasarkan analisis statistik, diketahui terdapat perbedaan
yang bermakna antar kelompok perlakuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dosis 3x
sudah mampu untuk memberikan efek yang diharapkan dan semakin besar
dosisnya, efek yang ditimbulkan juga semakin kuat. Dalam penelitian ini
dilakukan pengujian efek analgesik ekstrak umbi Bidara Upas dengan 3x dosis =
156 mg/kg BB, dipilih dosis yang 3x dosis manusia karena pada dosis yang kecil
sudah dapat memberikan efek terapi yaitu efek mengurangi rasa nyeri, bila
dibandingkan dosis yang 1x dan 5x dosis manusia. Pada dosis 1x, efek yang diberi
oleh mencit belum signifikan, ekstrak umbi Bidara Upas belum dapat memberikan
92
efek mengurangi rasa nyeri sedangkan pada dosis 5x manusia ditakutkan obat
menjadi toksis.
Setelah dilakukan percobaan pendahuluan barulah kita bisa memasuki
tahap uji penelitian, tapi sebelum tahap uji penelitian dilakukan maka harus
disiapkan terlebih dahulu keperluan dalam penelitian yang meliputi: Pemilihan
subjek, pengadaptasian dan subjek harus dipuasakan, setelah itu penimbangan dan
penomoran subjek serta persiapan larutan ekstrak yang akan digunakan dalam uji
penelitian.
Pada persiapan uji, subjek yang dipilih berdasarkan atas faktor biologisnya,
dalam hal ini digunakan hewan uji mencit putih jantan karena mencit putih jantan
memiliki sensitivitas yang baik dalam pengujian efek analgesik. Mencit putih jantan
yang digunakan adalah yang sesuai dengan persyaratan hewan uji yaitu: memenuhi
bobot rata-rata 25 gram, selama masa adaptasi dengan lingkungan uji 1-2 minggu maka
bobot badan mencit tidak boleh berkurang 10%, bulu mencit sehat dan tampak bersih,
halus dan mengkilat, bola mata tampak kemerahan dan jernih, hidung dan mulut tidak
berlendir atau mengeluarkan air liur terus-menerus, konsistensi fesesnya normal dan
padat, hewan tampak aktif dan selalu bergerak ingin tahu.
Setelah dilakukan pemilihan subjek yang sesuai dengan persyaratan uji maka
mencit dapat ditimbang dan ditandai dengan spidol yang tidak mudah luntur dan tidak
mengiritasi kulit hewan, tanda diberikan pada pangkal ekor mencit sesuai dengan
kelompok perlakuan yang akan diberikan. Penomoran ini dilakukan untuk
memudahkan dalam mengingat hewan uji yang akan digunakan karena dalam
penelitian ini digunakan hewan uji dalam jumlah yang banyak sehingga tidak akan
93
terjadi penukaran hewan uji. Kemudian hewan uji diadaptasikan selama 1-2 minggu,
mencit-mencit yang sudah ditimbang dan ditandai ditaruh dalam bak-bak yang berisi
sekam dan ditaruh dalam ruang yang bersuhu antara 20-25oC serta diberi makan dan
minum yang memenuhi syarat selama 1 minggu. Pengadaptasian ini bertujuan untuk
meminimalkan faktor pengganggu yaitu agar saat pengujian hewan tidak dalam kondisi
stress. Setelah masa adaptasi maka hewan uji harus dipuasakan terlebih dahulu dengan
tujuan agar pada saat pengujian, lambung mencit dalam keadaan kosong sehingga
absorpsi bahan uji tidak terganggu oleh adanya makanan dan lambung mencit
mempunyai ruang untuk menampung seluruh bahan uji yang diberikan secara per oral.
Sebelum penelitian dilakukan maka hewan uji harus dilihat kembali secara
fisik harus sehat seperti pada pemilihan hewan uji, selain itu bobot badan mencit
harus dipastikan tidak boleh berkurang lebih dari 10%, setelah hewan uji siap
maka dilakukan persiapan untuk larutan ekstrak uji. Ekstrak uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah ekstrak umbi Bidara Upas. Ekstrak dalam bentuk
kapsul harus dibuat dalam bentuk larutan, maka daripada itu, ekstrak yang ada di
dalam cangkang kapsul harus dikeluarkan terlebih dahulu agar bisa diperoleh
ekstrak uji. Kemudian ekstrak uji ditaruh di dalam beaker glass 100 ml dan diberi
larutan aquadem mendidih secukupnya (10-20 ml), setelah itu ekstrak harus
disaring dengan kertas saring agar diperoleh ekstrak yang benar-benar murni agar
tidak ada pengotor dalam ekstrak uji, setelah itu ditambahkan aquadem sebanyak
50 ml sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak yang diinginkan (0,8%).
Setelah hewan uji dan ekstrak uji siap maka langkah selanjutnya dilakukan
persiapan alat. Alat harus direset dan diatur voltasenya berkisar antara 15 volt
94
serta waktunya selama 10 menit untuk digunakan sebagai penginduksi nyeri pada
mencit. Pengaturan alat harus selalu dilakukan setiap kali akan melakukan
pengujian karena waktu yang ada pada alat Pododolorimeter memiliki prinsip
kerja seperti stopwatch sehingga perlu peresetan lagi untuk mengembalikan waktu
agar bisa kembali nol. Setelah persiapan untuk pengujian selesai dilakukan
barulah penelitian dilaksanakan.
Penelitian dilaksanakan dengan memberikan bahan uji pada setiap kelompok
perlakuan. Pada kelompok uji diberikan ekstrak umbi Bidara Upas konsentrasi 0,8%
dengan dosis 156 mg/kg BB dan volume pemberian 20 ml/kg BB. Kelompok
pembanding diberi larutan asetosal dengan dosis 80 mg/kg BB dengan volume
pemberian 24 ml/kg BB, sedangkan pada kelompok kontrol diberi aquadest dengan
volume pemberian 20 ml/kg BB. Semua kelompok perlakuan, bahan uji diberikan
secara oral karena diharapkan obat yang akan diberikan secara oral terlebih dahulu akan
melalui proses farmakokinetika dan farmakodinamika yang komplit baru kemudian
bisa terjadi efek obat. Hewan uji yang telah diberi perlakuan, didiamkan selama 30
menit agar bahan uji yang diberikan dapat diabsorpsi dengan baik sehingga diperoleh
onset of action dari bahan uji yang akan diuji.
Dosis dan volume pemberian yang diberikan kepada hewan uji harus
dikonversikan terlebih dahulu pada mencit yang memiliki bobot 20 gram
kemudian digunakan bobot rata-rata pada mencit yaitu 25 gram, baru didapat
dosis dan volume yang sesuai untuk bobot mencit rata-rata 25 gram. Dalam
penelitian digunakan volume pemberian aquadem sebesar 20 ml/kg BB untuk
menyamakan kondisi lambung mencit dengan pemberian volume yang sama
95
dengan kelompok uji. Data pengamatan untuk uji ekstrak umbi Bidara Upas dapat
dilihat pada tabel 9
Tabel 9. Data Uji Lamanya Waktu (detik) Tangisan/Jeritan yang diberikan Mencit saat Dialiri Tegangan dengan Voltase sebesar 15 Volt selama 10 menit untuk menghasilkan Respon Nyeri pada kelompok Uji, Pembanding dan Kontrol
Kelompok Perlakuan No. Mencit
Bobot Mencit (gram)
Lamanya Waktu Tangisan yang
diberikan mencit saat dialiri arus 15 volt
selama 10 menit (detik)
X
1 24,6 52 2 26,4 56 3 24,5 51 4 24,5 54 5 24,3 56 6 24,7 52 7 25,5 57 8 24,9 52 9 25 54
Uji 3 x dosis
Mencit diberi larutan
Bidara Upas dosis
156 mg/kgBB dan volume pemberian
0,5 ml/25gBB10 24 56
54a
1 25,8 50 2 24,3 55 3 24,5 50 4 25,8 57 5 24 52 6 24,8 55 7 24,9 49 8 25,2 57 9 25 51
I (Pembanding)
Mencit diberi larutan asetosal
dosis 80 mg/kgBB
10 23,7 55
53,1a
1 24,5 120 2 25 118 3 26 120 4 24,5 116 5 25,2 119 6 23,6 117 7 24,9 119 8 25,4 120 9 23,3 116
II (Kontrol)
Mencit diberi larutan
aquadem dengan volume pemberian 20
ml/kg BB
10 23 118
118,3b
Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda dalam satu kolom berarti terdapat perbedaan bermakna dengan uji BNT pada α = 0,05
96
53.1
118.3
54
0
20
40
60
80
100
120
Lam
anya
wak
tu (d
etik
)
Pembanding Kontrol Uji
Kelompok perlakuan
Gambar 42. Digram batang lamanya waktu (detik) tangisan/Jeritan yang diberikan Mencit saat Dialiri Tegangan dengan voltase sebesar 15 Volt selama 10 menit untuk menghasilkan Respon Nyeri yang diberi larutan uji, pembanding dan Kontrol.
Setelah diperoleh data yang lengkap dari ketiga kelompok perlakuan maka
data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik yaitu uji ANAVA
Rancangan Acak Lengkap. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan nilai
tengah yang sangat nyata antar kelompok perlakuan pada taraf signifikan α = 0,01
dan α = 0,05. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui nilai tengah
kelompok mana yang berbeda nyata dengan menggunakan uji BNT 5%.
Berdasarkan hasil analisis uji lanjut dengan menggunakan uji BNT 5%
(Beda Nyata Terkecil) dapat diketahui kelompok mana yang memiliki perbedaan
secara signifikan. Hasil analisis BNT 5% menunjukkan bahwa kelompok kontrol
berbeda nyata dengan kedua kelompok perlakuan lainnya yaitu kelompok
pembanding dan kelompok uji.
97
Dari data yang diperoleh pada tabel 9, pemberian ekstrak umbi Bidara
Upas dengan dosis 156 mg/kg BB memiliki efek mengurangi rasa nyeri yang
tidak berbeda bermakna secara statistik dengan kelompok pembanding yaitu
kelompok hewan uji yang diberikan larutan asetosal dosis 80 mg/kg BB. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa ekstrak umbi Bidara Upas dengan dosis 156
mg/kg BB memiliki efek mengurangi rasa nyeri yang sama kuatnya dengan
larutan asetosal dosis 80 mg/kg BB. Asetosal digunakan sebagai pembanding
karena asetosal memiliki efek analgesik sentral dan perifer yang telah teruji secara
klinis dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat analgesik. Selain itu
kelompok kontrol digunakan dalam penelitian ini untuk membandingkan antara
hewan uji yang hanya diberi aquadem dengan hewan uji yang diberi asetosal serta
untuk menghilangkan variabel-variabel yang dapat mengganggu penelitian.
Hal ini berarti larutan yang diberikan kepada kedua kelompok perlakuan
tersebut mempunyai efek mengurangi rasa nyeri pada mencit akibat aliran
tegangan (voltase) yang diberikan. Pada kelompok pembanding dan kelompok uji
ekstrak umbi Bidara Upas dapat dilihat bahwa kelompok uji memberikan hasil
yang tidak berbeda bermakna secara statistik dengan kelompok pembanding
berarti tidak ada perbedaan secara signifikan antara kedua kelompok tersebut, ini
menunjukkan bahwa bahan uji ekstrak umbi Bidara Upas dengan dosis 156 mg/kg
BB sudah dapat memberikan efek mengurangi rasa nyeri yang sama dengan
asetosal. Dari hasil yang diperoleh tersebut dapat diduga bahwa antara kelompok
uji dan pembanding memiliki mekanisme kerja bahan uji sama dengan bahan
pembanding yaitu dengan cara menghambat enzyme siklooksigenase yang
98
membentuk mediator nyeri yaitu prostaglandin. Berdasarkan bukti-bukti empiris
pada tanaman umbi Bidara Upas diduga kandungan kimia yang terdapat di umbi
Bidara Upas yaitu damar, resin dan zat pahit memiliki efek meredakan rasa sakit.
Penelitian ini menggunakan metode Pododolorimetri, metode ini masih sangat
mudah, sederhana dan telah teruji kelayakannya sebagai penginduksi nyeri. Pada
alat Pododolorimeter dirancang untuk dapat menginduksi nyeri dengan
menggunakan induksi berupa tegangan (voltase) yang dapat diatur penggunaan
voltase dan juga waktu yang diharapkan pada penelitian. Alat ini juga dilengkapi
dengan lampu berwarna merah dan dilapisi kaca film yang bertujuan agar hewan
uji yang digunakan pada penelitian tidak terganggu oleh lingkungan sekitarnya
dan dapat membuat hewan uji menjadi lebih aktif.
Alat pododolorimeter ini dapat digunakan pada hewan uji berupa mencit
dan tikus. Pada penelitian ini dipilih mencit karena berdasarkan faktor
biologisnya, mencit memiliki sensitivitas yang cukup tinggi pada reseptor
nyerinya terutama pada daerah kaki sehingga dapat digunakan untuk mengukur
efek analgesik dari metode ini. Dalam metode ini, suatu bahan uji dikatakan dapat
memberikan efek mengurangi rasa nyeri bila dengan alat Pododolorimeter ini
memberikan respon tangisan/jeritan pada mencit yang dialiri tegangan (voltase)
15 volt selama 10 menit lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol.