bab iv - mll

32
BAB IV EVALUASI KINERJA SIMPANG 4.1 Simpang Jl. H. Djuanda - Jl. Cikapayang 4.1.1 Formulir SIG-I

Upload: indiraannisa

Post on 15-Apr-2016

332 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Manajemen Lalu Lintas

TRANSCRIPT

BAB IV

EVALUASI KINERJA SIMPANG

4.1 Simpang Jl. H. Djuanda - Jl. Cikapayang

4.1.1 Formulir SIG-I

4.1.2 Formulir SIG-II

Penentuan Arus Lalu Lintas

Satuan Mobil Penumpang (smp) adalah satuan dari arus lalu lintas hasil pengolahan data.

Tujuannya agar semua jenis kendaraan memiliki ‘anggapan’ ukuran yang sama. Nilai arus lalu lintas

dalam smp diperoleh dari hasil perkalian jumlah kendaraan hasil pengamatan dikali dengan nilai

ekivalensi mobil penumpang (emp).

Equivalen Mobil Penumpang (EMP) merupakan equivalensi dari masing-masing karakteristik

kendaraan menjadi Satuan Mobil Penumpang (SMP) mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan

Indonesia (MKJI).

Dari tabel Jumlah Kendaraan pada saat peak hour yang masih berupa jumlah kendaraan ringan (LV),

kendaraan berat (HV) dan sepeda motor (MC) dikalikan faktor EMP kemudian menjadi Jumlah

Kendaraan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP). Tabel diatas menunjukkan hasil perhitungan

arus lalu lintas dalam smp/jam.

4.1.3 Formulir SIG-IV

Hasil yang sudah didapatkan dari Formulir SIG-II dimasukkan kedalam Formulir SIG-IV

Arus yang Melakukan Belok Kanan (QRT)

Arus yang Melakukan Belok Kanan (QRT) merupakan jumlah total kendaraan (smp/jam) yang

melakukan belok kanan atau right turn.

Contoh :

Untuk pendekat selatan arus yang melakukan belok kanan (arah diri) = 362 smp/jam

Arus yang Melakukan Belok Kanan dari Arah yang Berlawanan (QRTO)

Merupakan jumlah total kendaraan (smp/jam) dari arah berlawanan yang melakukan belok kanan

atau right turn opposite.

Contoh :

Untuk pendekat selatan arus yang melakukan belok kanan dari arah yang berlawanan (arah lawan)

= 565 smp/jam

Nilai Arus Jenuh Dasar (SO)

Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi dari lebar efektif pendekat

(We)

So=600 ×W e

Contoh untuk pendekat Timur:

So=600 × 9.7=5820 smpjamhijau

Untuk pendekat terlawan arus jenuh dasar ditentukan dari Gambar C-3:2 (untuk pendekat tanpa

lajur belok-kanan terpisah) dan dari Gambar C-3:3 (untuk pendekat dengan jalur belok kanan

terpisah) (MKJI) sebagai fungsi dari We, QRT, dan QRTO.

Jika gerakan belok kanan lebih besar dari 250 smp/jam, fase sinyal terlindung harus

dipertimbangkan, artinya rencana fase sinyal harus diganti. Cara pendekatan dapat digunakan

untuk tujuan analisa operasional misalnya peninjauan kembali waktu sinyal suatu simpang.

Contoh untuk pendekat Selatan:

QRT=362 smpjam

QRTO=565 smpjam

Karena nilai QRTO > 250 smp/jam dan lajur belok kanan tidak terpisah, maka:

1. Tentukan Sprov pada QRTO = 250

Sprov=2900 smpjam

2. Tentukan S sesungguhnya sesuai dengan persamaan sebagai berikut:

S=S prov−{(QRTO+QRT−500 ) ×2 } smpjam¿2900− {(565+362−500 ) ×2 }=2047 smp / jam

Faktor Penyesuaian

Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)

Faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan dari Tabel C-4:3 sebagai fungsi dari ukuran kota yang

tercatat pada Formulir SIG-I. Kota Bandung memiliki jumlah penduduk 2.4 juta jiwa.

Tabel 4. 1 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)

Maka nilai FCS adalah 1.00

Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FSF)

Faktor penyesuaian Hambatan Samping ditentukan dari Tabel C-4:4 sebagai fungsi dari jenis

lingkungan jalan, tingkat hambatan samping (tercatat dalam Formulir SIG-I), dan rasio kendaraan

tak bermotor (dari Formulir SIG-II Kolom 18). Jika hambatan samping tidak diketahui, dapat

dianggap sebagai tinggi agar tidak menilai kapasitas terlalu besar.

Tabel 4. 2 Faktor Penyesuaian untuk Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping, dan Kendaraan Tak

Bermotor (FSF)

Contoh untuk pendekat Selatan:

Lingkungan jalan merupakan kawasan komersial (COM) dengan hambatan samping sedang dan tipe

fase terlawan dan rasio kendaraan tak bermotor 0. Maka nilai FCS = 0.94

Faktor penyesuaian Kelandaian (FG)

Faktor penyesuaian kelandaian ditentukan dari Gambar C-4:1 sebagai fungsi dari kelandaian (GRAD)

yang tercatat pada Formulir SIG-I.

Simpang ini mempunyai kondisi geometri yang relative datar sehingga nilai FG = 1.

Faktor Penyesuaian Parkir (FP)

Faktor penyesuaian parkir ditentukan dari Gambar C-4:2 sebagai fungsi jarak dari garis henti sampai

kendaraan yang diparkir pertama (Kolom 7 pada Formulir SIG-I) dan lebar pendekat (WA, Kolom 9

pada Formulir SIG-IV).

Nilai FP untuk simpang Jl. Cikapayang dengan Jl. Ir. H. Djuanda = 1.

Faktor Belok Kanan FRT

Faktor penyesuaian belok kanan (FRT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok kanan

PRT.

Untuk pendekat tipe P; Tanpa median; jalan dua arah; lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk

FRT=1.0+PRT × 0.26

pada kasus ini simpang Jl. H. Djuanda dan Jl. Sulanjana tidak termasuk syarat diatas sehingga nilai

FRT untuk semua pendekat = 1.

Faktor Belok Kiri FLT

Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio belok kiri PLT seperti

tercatat pada kolom 5 pada Formulir SIG-IV.

Untuk pendekat tipe P tanpa LTOR, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.

F ¿=1.0−P¿×0.16

pada kasus ini simpang Jl. H. Djuanda dan Jl. Sulanjana tidak termasuk syarat diatas sehingga nilai

FLT untuk semua pendekat = 1.

Nilai arus jenuh yang disesuaikan

Besaran nilai arus jenuh yang disesuaikan :

S=SO× FCS × FSF ×FG ×F P× FRT × F¿ (smp/jam hijau)

Contoh untuk pendekat Selatan:

S=So× FCS × FSF ×FG × F P× FRT × F¿

S=2047× 1× 0.94 ×1×1×1×1=1924smp/jam hijau

Rasio Arus (FR)

Rasio arus merupakan pembagian antara Q (Arus Lalu lintas) dengan S (Nilai arus jenuh) pada

setiap pendekat.

FR=Q /S

Contoh pendekat Barat :

FR=17051924

=0.886

Beri tanda rasio arus kritis (FRCRIT)(=tertinggi) pada masing-masing fase.

Rasio Arus Simpang (IFR)

Rasio arus simpang merupakan jumlah dari nilai-nilai FRCRIT

IFR=∑ FRCRIT¿0.886+0.355+0.284¿1.242

Rasio Fase (PR)

Rasio Fase merupakan pembagian antara Rasio Arus Simpang (IFR) dengan IFR pada setiap fase

yang memiliki FRCRIT.

Contoh pendekat Selatan:

PR= FRIFR

=0.8861.242

=0.71 4

Waktu Hijau (detik)

Waktu hijau (g)

Siklus pertama = 105 detik

Siklus kedua= 34 detik

Siklus ketiga = 40 detik

Waktu Hilang Total (LTI) = 6 detik

Sehingga Waktu Siklus (c) = 200 detik

Kapasitas (smp/jam)

Kapasitas tiap pendekat dihitung dengan persamaan C=S× gc (smp/jam)

Contoh pendekat Selatan :

C=1924 ×(105200 )=1010smp/jam

Derajat Kejenuhan (DS)

Derajat Kejenuhan didapatkan dari pembagian antara nilai Arus Lalu lintas (Q) dengan Kapasitas (C)

atau dengan persamaan DS=QC

Contoh pendekat Selatan :

DS=QC

=17051010

=1.69smp/jam

4.1.4 Formulir SIG-V

Panjang Antrian

Dari pengaturan sinyal yang ada didapatkan rasio hijau (GR)

GR=g /c

Contoh pendekat Selatan :

GR=105200

=0.525

Jumlah antrian yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1)

Derajat kejenuhan yang didapatkan dari perhitungan pada kondisi di simpang Jl. H. Djuanda dan Jl.

Sulanjana bernilai diatas 0,5 (DS > 0.5). Sesuai dengan MKJI 1997, maka NQ1 didapatkan untuk

setiap pendekat adalah :

NQ1=0.25 ×C ×[ ( DS−1 )+√ ( DS−1 )2+ 8×(DS−0.5)C ]

Contoh nilai NQ1 untuk pendekat Selatan :

NQ1=0.25×1010 ×[(1.69−1 )+√ (1.69−1 )2+ 8×(1.69−0.5)1010 ]

NQ1=349.2

Bila terdapat nilai DS < 0.5 maka nilai NQ1=0

Jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2)

Jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2) untuk setiap pendekat dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut

NQ2=c× 1−GR1−GR×DS

× Q3600

Contoh nilai NQ2 untuk pendekat Barat :

NQ2=200 × 1−0.5251−0.525 ×1.69

× 17053600

NQ2=395.4

Jumlah kendaraan antri (NQ)

NQ=NQ1+NQ2

Jumlah kendaraan antri merupakan penjumlahan Jumlah antrian yang tersisa dari fase hijau

sebelumnya (NQ1) dengan jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2)

Contoh nilai NQ untuk pendekat Barat :

NQ=349.2+395.4=744.6

Menentukan NQmax

Nilai NQmax ditentuakan menggunakan Gambar E-2:2 MKJI 1997 berdasarkan nilai peluang

pembebanan lebih POL (%). Nilai POL (%) yang digunakan sebesar 5% dikarenakan merupakan

keperluan untuk operasi (bukan perancangan atau perencanaan).

Gambar 1. 1 Perhitungan jumlah antrian NQmax dalam smp

Contoh nilai NQmax untuk pendekat Selatan = 58

Panjang Antrian (QL)

Panjang antrian kendaraan (smp) merupakan perkalian antara NQmax dengan luas rata-rata yang

dipergunakan per smp (20m2) kemudian dibagi dengan lebar masuknya.

QL=NQmax ×20

W masuk

Contoh nilai QL untuk pendekat Selatan :

QL=58× 207

=166 m

Kendaraan Terhenti

Angka Henti

Nilai angka henti (NS) masing-masing pendekat didefinisikan sebagai jumlah rata-rata berhenti per

smp (termasuk berhenti berulang dalam antrian).

NS=0.9× NQQ × c

×3600

Contoh nilai angka henti untuk pendekat Selatan :

NS=0.9× NQQ × c

×3600

NS=0.9× 744.61705 ×200

×3600

NS=7.07 stop /smp

Jumlah Kendaraan Henti

N sv=Q ×NS

Contoh nilai angka henti untuk pendekat Selatan :

N sv=Q ×NS

N sv=1705 ×7.07

N sv=12062 smp / jam

Tundaan

Tundaan Rata-rata pada masing-masing Pendekat

Tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat (DT) akibat pengaruh timbal balik dengan gerakan-

gerakan lainnya pada simpang

DT=c× A+NQ1× 3600

C

A=0.5× (1−GR )2

(1−GR×DS )

Contoh nilai tundaan untuk pendekat Selatan :

DT=247× A+ 349.2× 36001010

A= 0.5× (1−0.525 )2

(1−0.525 ×1.69 )

DT=1443 det / smp

Tundaan Geometrik

Tundaan geometri rata-rata masing-masing pendekat (DG) akibat perlambatan dan percepatan

ketika menunggu giliran pada suatu simpang dan/atau ketika dihentikan oleh lampu merah.

DG=(1−P sv ) ×PT × 6+( P sv × 4 )Contoh nilai tundaan geometrik untuk pendekat Selatan :

DG=(1−1 ) ×0.304 × 6+(1× 4 )

DG=4 det /smp

Tundaan Rata-rata

Tundaan Rata-rata merupakan penjumlahan dari Tundaan pada masing-masing pendekat dengan

Tundaan Geometrik.

D=DT + DG

Contoh nilai tundaan geometrik untuk pendekat Selatan :

D=1443+4=1447 det /smp

Tundaan Simpang Rata-rata

Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang (Di) dengan membagi jumlah nilai tundaan dengan arus

total (QTOT) dalam smp/jam

Di=∑ (QxD )

Qtot

Di=6794467

5840=1163.416 detik /smp

4.2 Simpang Jl. H. Djuanda - Jl. Sulanjana

4.2.1 Formulir SIG-I

Kondisi Simpang Jl. H. Djuanda – Jl. Sulanjana

g = 144 g = 60 g = 40 Waktu siklus:c =

247

LTI = IG = IG = 3 IG = 0 IG = 0 3

7 7 U

7.075

7.075

5.5 5.5

Pendekat WA

Masuk W MASUK

Belok kiri langsung WLTOR

Keluar W KELUAR

U COM R Y T 7 7 5.5S COM R Y T 5.5 5.5 7T COM R T T 7.075 7.075 4B COM S T T 4 4 7

Lampiran 1. Data Kondisi Lapangan Tanggal : 3 Desember 2015 Ditangani oleh :

SIMPANG BERSINYAL Kota : BandungFormulir SIG-I Simpang : Jl. H. Djuanda - Jl. Sulanjana

GEOMETRI Ukuran kota : 2.4 JutaPENGATURAN LALU LINTAS Perihal : 3 FASELINGKUNGAN Periode : Jam Puncak Pagi

FASE SINYAL YANG ADA

Waktu hilang

total :

4

4

KONDISI LAPANGAN

Kode pendekat Ti

pe

lingk

unga

n

jala

n Median Ya/T idak

Kel

anda

ian

+/- %

Belok kiri langsung Ya/T idak

Jarak ke kendaraan

parkir (m)

Lebar pendekat (m)

4.2.2 Formulir SIG-II

terlindung terlawan terlindung terlawan terlindung terlawan terlindung terlawan

U LT/LTOR 445 445 445 0 0 0 453 91 181 898 536 626 0.317ST 807 807 807 0 0 0 1642 328 657 2449 1135 1464RT 16 16 16 0 0 0 23 5 9 39 20 25 0.012

Total 1268 1268 1268 0 0 0 2117 423 847 3385 1691 2114 24 0.014S LT/LTOR 47 47 47 0 0 0 131 26 52 178 73 99 0.04

ST 1147 1147 1147 0 0 0 2138 428 855 3285 1575 2002RT 98 98 98 0 0 0 125 25 50 223 123 148 0.07

Total 1292 1292 1292 0 0 0 2394 479 958 3686 1771 2250B LT/LTOR 40 40 40 0 0 0 168 34 67 208 74 107 0.19

ST 140 140 140 0 0 0 344 69 138 484 209 278RT 156 156 156 0 0 0 60 12 24 216 168 180 0.32

Total 336 336 336 0 0 0 572 114 229 908 450 565 0 0.000T LT/LTOR 43 43 43 0 0 0 221 44 88 264 87 131 0.0966

ST 238 238 238 0 0 0 371 74 148 609 312 386RT 383 383 383 0 0 0 602 120 241 985 503 624 0.5464

Total 664 664 664 0 0 0 1194 239 478 1858 903 1142

kend / jam

KEND. TAK

Rasio (QUM ) (QMV )

kend/jamsmp / jam

Rasio Berbelok

PLTOR PRT

Kode Pendekat Arah

Kendaraan Berat (HV)

kend/jamsmp / jamsmp / jam

ARUS LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR (MV)Kendaraan Ringan (LV) Sepeda Motor (MC)

Kendaraan Bermotor Total (QMV )

kend/jamsmp / jam

Arus (QUM )

emp terlindung = 1,0emp terlawan = 1,0

emp terlindung = 1,3emp terlawan = 1,3

emp terlindung = 0,2emp terlawan = 0,4

kend/jam

SIMPANG BERSINYALFormulir SIG-II

ARUS LALU LINTAS

Ditangani oleh : Perihal : 3 FASEPeriode : Jam Puncak PagiSimpang : Jl. H. Djuanda - Jl. Sulanjana

Kota : BandungTanggal : 3 Desember 2015

Penentuan Arus Lalu Lintas

Satuan Mobil Penumpang (smp) adalah satuan dari arus lalu lintas hasil pengolahan data.

Tujuannya agar semua jenis kendaraan memiliki ‘anggapan’ ukuran yang sama. Nilai arus lalu lintas

dalam smp diperoleh dari hasil perkalian jumlah kendaraan hasil pengamatan dikali dengan nilai

ekivalensi mobil penumpang (emp).

Equivalen Mobil Penumpang (EMP) merupakan equivalensi dari masing-masing karakteristik

kendaraan menjadi Satuan Mobil Penumpang (SMP) mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan

Indonesia (MKJI).

Dari tabel Jumlah Kendaraan pada saat peak hour yang masih berupa jumlah kendaraan ringan (LV),

kendaraan berat (HV) dan sepeda motor (MC) dikalikan faktor EMP kemudian menjadi Jumlah

Kendaraan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP). Tabel diatas menunjukkan hasil perhitungan

arus lalu lintas dalam smp/jam.

Rasio Berbelok

Rasio berbelok merupakan perbandingan jumlah kendaraan yang berbelok kanan atau kiri dengan

total jumlah kendaraan yang berangkat dari pendekat tersebut (masing-masing dalam smp/jam).

Besaran rasio belok menggunakan Pendekat Terlindung (P) dan Pendekat Terlawan (O) adalah

sama.

Contoh perhitungan rasio berbelok untuk pendekan Utara

P¿=¿(smp/ jam)

Total (smp/ jam)

pLT=536808

=0.317

4.2.3 Formulir SIG-IV

Penentuan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan Dengan Kelas Hambatan Samping Untuk Simpang Bersinyal

So Fcs FSF FG Fp FRT FLT S Q Q/SFrcrit IFR

g S x g/c Q / C

T 2 p 0.097 0.55 7.075 4245 1 0.94 1 1 1 1 3990 903 0.226 0.176 60T 3 O 0.097 0 180 7.075 3394 1 0.94 1 1 1 1 3190 1142 0.358 0.278 40T 2/3 P /O 3670 998 0.272 100 1486 0.67

B 3 O 0.19 0.32 180 0 4 2080 1 0.94 1 1 1 1 1955 565 0.289 40 317 1.78

S 1 O 0.04 0.07 148 25 5.5 3555 1 0.94 1 1 1 1 3341 2250 0.673 144 1948 1.15

U 1 O 0.317 0.012 25 148 7 3200 1 0.94 1 1 1 1 3008 2114 0.703 0.546 144 1754 1.21

IFR =247 SFRcrit

Nilai disesuaikan smp/jam

hijau

Arus lalu

lintas smp/ja

m

Rasio Arus (FR)

Rasio fase (PR)

1.287Waktu hilang total LTI (det) 3

Waktu siklus pra penyesuaian cua (det)

Waktu siklus disesuaikan c (det)

Semua tipe pendekat

Ukuran kota

Hambatan samping

Kelan- daian P arkir

Hanya t ipe P

Belok kanan

Belok kiri

KAPASITAS

Nilai dasar smp/jam

hijau

PLTOR PLT PRT QRT QRTO

Arah diri

Arah lawan

Lebar efektif

(m)

Distribusi arus lalu lintas (smp/jam) U

Fase 3

Kode Pendekat

Hijau dalam fase no.

Tipe

pen

deka

t

Rasio kendaraan berbelok

We

Faktor-faktor penyesuaian

Ditangani oleh :

Periode : Jam Puncak Pagi PENENTUAN WAKTU SINYAL

Tanggal : 3 Desember 2015Kota : BandungSimpang : Jl. H. Djuanda - Jl. Sulanjana

SIMPANG BERSINYALFormulir SIG-IV

Arus RT (smp/jam)

Arus jenuh (smp/jam hijau)

Fase 4 Fase 5

Waktu hijau (det)

Kapasitas smp/jam

(C)

Der

ajat

kej

enuh

an

(DS)

Perihal : 3 FASE

Hasil yang sudah didapatkan dari Formulir SIG-II dimasukkan kedalam Formulir SIG-IV

Arus yang Melakukan Belok Kanan (QRT)

Arus yang Melakukan Belok Kanan (QRT) merupakan jumlah total kendaraan (smp/jam) yang

melakukan belok kanan atau right turn.

Contoh :

Untuk pendekat utara arus yang melakukan belok kanan (arah diri) = 25 smp/jam

Arus yang Melakukan Belok Kanan dari Arah yang Berlawanan (QRTO)

Merupakan jumlah total kendaraan (smp/jam) dari arah berlawanan yang melakukan belok kanan

atau right turn opposite.

Contoh :

Untuk pendekat utara arus yang melakukan belok kanan dari arah yang berlawanan (arah lawan) =

148 smp/jam

Nilai Arus Jenuh Dasar (SO)

Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi dari lebar efektif pendekat

(We)

So=600 ×W e

Contoh untuk pendekat Timur:

So=600 × 7.075=4245 smpjamhijau

Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan dari Gambar C-3:2(untuk pendekat tanpa

lajur belok-kanan terpisah) dan dari Gambar C-3:3(untuk pendekat dengan jalur belok kanan

terpisah) (MKJI) sebagai fungsi dari We, QRT, dan QRTO.

Contoh untuk pendekat Barat:

QRT=130 smpjam

QRTO=0

maka didapatkan dari gambar C-3:2 nilai So = 2080 smp/jam hijau

Faktor Penyesuaian

Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)

Faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan dari Tabel C-4:3 sebagai fungsi dari ukuran kota yang

tercatat pada Formulir SIG-I. Kota Bandung memiliki jumlah penduduk 2.4 juta jiwa.

Tabel 4. 3 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)

Maka nilai FCS adalah 1.00

Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FSF)

Faktor penyesuaian Hambatan Samping ditentukan dari Tabel C-4:4 sebagai fungsi dari jenis

lingkungan jalan, tingkat hambatan samping (tercatat dalam Formulir SIG-I), dan rasio kendaraan

tak bermotor (dari Formulir SIG-II Kolom 18). Jika hambatan samping tidak diketahui, dapat

dianggap sebagai tinggi agar tidak menilai kapasitas terlalu besar.

Tabel 4. 4 Faktor Penyesuaian untuk Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping, dan Kendaraan Tak

Bermotor (FSF)

Contoh untuk pendekat Barat:

Lingkungan jalan merupakan kawasan komersial (COM) dengan hambatan samping sedang dan tipe

fase terlawan dan rasio kendaraan tak bermotor 0. Maka nilai FCS = 0.94

Faktor penyesuaian Kelandaian (FG)

Faktor penyesuaian kelandaian ditentukan dari Gambar C-4:1 sebagai fungsi dari kelandaian (GRAD)

yang tercatat pada Formulir SIG-I.

Simpang ini mempunyai kondisi geometri yang relative datar sehingga nilai FG = 1.

Faktor Penyesuaian Parkir (FP)

Faktor penyesuaian parkir ditentukan dari Gambar C-4:2 sebagai fungsi jarak dari garis henti sampai

kendaraan yang diparkir pertama (Kolom 7 pada Formulir SIG-I) dan lebar pendekat (WA, Kolom 9

pada Formulir SIG-IV).

Nilai FP untuk simpang Jl. H. Djuanda dengan Jl. Sulanjana = 1.

Faktor Belok Kanan FRT

Faktor penyesuaian belok kanan (FRT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok kanan

PRT.

Untuk pendekat tipe P; Tanpa median; jalan dua arah; lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk

FRT=1.0+PRT × 0.26

pada kasus ini simpang Jl. H. Djuanda dan Jl. Sulanjana tidak termasuk syarat diatas sehingga nilai

FRT untuk semua pendekat = 1.

Faktor Belok Kiri FLT

Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio belok kiri PLT seperti

tercatat pada kolom 5 pada Formulir SIG-IV.

Untuk pendekat tipe P tanpa LTOR, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk.

F ¿=1.0−P¿×0.16

pada kasus ini simpang Jl. H. Djuanda dan Jl. Sulanjana tidak termasuk syarat diatas sehingga nilai

FLT untuk semua pendekat = 1.

Nilai arus jenuh yang disesuaikan

Besaran nilai arus jenuh yang disesuaikan :

S=SO× FCS × FSF ×FG ×F P× FRT × F¿ (smp/jam hijau)

Contoh untuk pendekat Barat:

S=So× FCS × FSF ×FG × F P× FRT × F¿

S=2080× 1× 0.94 ×1×1×1×1=1955smp/jam hijau

Jika suatu pendekat bersinyal hijau pada kedua fase 1 dan 2 dengan waktu hijau g 1 dan g2 dan arus

jenuh S1 dan S2, nilai kombinasi S1+2 dihitung sebagai berikut:

S1+ 2=S1 × g1+S2 × g2

g1+g2

Contoh untuk pendekat Timur:

S1+ 2=S1 × g1+S2 × g2

g1+g2

S1+ 2=3990 × 60+3190× 40

60+40=3670smp/jam hijau

Rasio Arus (FR)

Rasio arus merupakan pembagian antara Q (Arus Lalu lintas) dengan S (Nilai arus jenuh) pada

setiap pendekat.

FR=Q /S

Contoh pendekat Barat :

FR=565

1955=0.289

Beri tanda rasio arus kritis (FRCRIT)(=tertinggi) pada masing-masing fase.

Rasio Arus Simpang (IFR)

Rasio arus simpang merupakan jumlah dari nilai-nilai FRCRIT

IFR=∑ FRCRIT

Rasio Fase (PR)

Rasio Fase merupakan pembagian antara Rasio Arus Simpang (IFR) dengan IFR pada setiap fase

yang memiliki FRCRIT.

Contoh pendekat Utara:

PR= FRIFR

=0.546

Waktu Hijau (detik)

Waktu hijau (g)

Siklus pertama = 144 detik

Siklus kedua= 60 detik

Siklus ketiga = 40 detik

Waktu Hilang Total (LTI) = 3 detik

Sehingga Waktu Siklus (c) = 247 detik

Kapasitas (smp/jam)

Kapasitas tiap pendekat dihitung dengan persamaan C=S× gc (smp/jam)

Contoh pendekat Barat :

C=1955 ×( 40247 )=317smp/jam

Derajat Kejenuhan (DS)

Derajat Kejenuhan didapatkan dari pembagian antara nilai Arus Lalu lintas (Q) dengan Kapasitas (C)

atau dengan persamaan DS=QC

Contoh pendekat Barat :

DS=QC

=565317

=1.78smp/jam

4.2.4 Formulir SIG-V

Penentuan Jumlah Kendaraan Terhenti dan Tundaan

Tundaan lalu lintas rata-rata

det/smp

Tundaan geometri rata-rata det/smp

Tundaan rata-rata det/smp

Tundaan total

det.smp

Q C Q/C g/c QL NS NSV DT DG D=DT+DG D x Q

T 998 1486 0.672 0.405 0.5 56.0 56.5 70.0 198 0.743 741 61.4 4 65.3 65207B 565 317 1.784 0.162 125.7 45.7 171.4 58.0 290 4 2248 1551.2 4 1555.2 878351S 2250 1948 1.155 0.583 154.9 197.0 351.9 58.0 211 2 4616 352.0 4 356.0 800960U 2114 1754 1.206 0.583 183.7 203.6 387.3 70.0 200 2 5080 449.4 4 453.4 958575

LTOR (semua) 770 0 6 6 4617

Arus kor. Q kor TOTAL 12686 TOTAL 2707711

Arus total Qtot 6697 1.894 404.346

Tundaan simpang rata-rata : (det/smp)

Kendaraan terhenti rata-rata stop/smp :

TOTAL

Rasio kendaraan stop/smp

Jumlah kendaraan terhenti

Tundaan

Waktu siklus : 247 detik

SIMPANG BERSINYALFormulir SIG V

PANJANG ANTRIAN

Ditangani oleh : Perihal : 3 FASEPerode : Jam Puncak Pagi

Tanggal : 3 Desember 2015Kota : BandungSimpang : Jl. H. Djuanda - Jl. Sulanjana

Total NQ1+NQ2

= NQNQ MAX

Jumlah kendaraan antri

Rasio hijau GR

NQ 1 NQ 2

Panjang antrian

(m)Kode

Pendekat

Arus lalu lintas

smp/jam

Kapasitas smp/jam

Derajat kejenuhan

DS

JUMLAH KENDARAAN TERHENTITUNDAAN

Panjang Antrian

Dari pengaturan sinyal yang ada didapatkan rasio hijau (GR)

GR=g /c

Contoh pendekat Timur

G R=100247

=0.405

Jumlah antrian yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1)

Derajat kejenuhan yang didapatkan dari perhitungan pada kondisi di simpang Jl. H. Djuanda dan Jl.

Sulanjana bernilai diatas 0,5 (DS > 0.5). Sesuai dengan MKJI 1997, maka NQ1 didapatkan untuk

setiap pendekat adalah :

NQ1=0.25 ×C ×[ ( DS−1 )+√ ( DS−1 )2+ 8×(DS−0.5)C ]

Contoh nilai NQ1 untuk pendekat Barat :

NQ1=0.25 ×317 ×[ (1.784−1 )+√(1.784−1 )2+ 8×(1.784−0.5)317 ]

NQ1=125.7

Bila terdapat nilai DS < 0.5 maka nilai NQ1=0

Jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2)

Jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2) untuk setiap pendekat dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut

NQ2=c× 1−GR1−GR×DS

× Q3600

Contoh nilai NQ2 untuk pendekat Barat :

NQ2=247× 1−0.1621−0.162 ×1.784

× 5653600

NQ2=45.7

Jumlah kendaraan antri (NQ)

NQ=NQ1+NQ2

Jumlah kendaraan antri merupakan penjumlahan Jumlah antrian yang tersisa dari fase hijau

sebelumnya (NQ1) dengan jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2)

Contoh nilai NQ untuk pendekat Barat :

NQ=125.7+45.7=171.4

Menentukan NQmax

Nilai NQmax ditentuakan menggunakan Gambar E-2:2 MKJI 1997 berdasarkan nilai peluang

pembebanan lebih POL (%). Nilai POL (%) yang digunakan sebesar 5% dikarenakan merupakan

keperluan untuk operasi (bukan perancangan atau perencanaan).

Gambar 1. 2 Perhitungan jumlah antrian NQmax dalam smp

Contoh nilai NQmax untuk pendekat Timur = 70

Panjang Antrian (QL)

Panjang antrian kendaraan (smp) merupakan perkalian antara NQmax dengan luas rata-rata yang

dipergunakan per smp (20m2) kemudian dibagi dengan lebar masuknya.

QL=NQmax ×20

W masuk

Contoh nilai QL untuk pendekat Timur :

QL=70× 204

=198 m

Kendaraan Terhenti

Angka Henti

Nilai angka henti (NS) masing-masing pendekat didefinisikan sebagai jumlah rata-rata berhenti per

smp (termasuk berhenti berulang dalam antrian).

NS=0.9× NQQ × c

×3600

Contoh nilai angka henti untuk pendekat Timur :

NS=0.9× NQQ × c

×3600

NS=0.9× 70998× 247

× 3600

NS=0.743 stop /smp

Jumlah Kendaraan Henti

N sv=Q ×NS

Contoh nilai angka henti untuk pendekat Timur :

N sv=Q ×NS

N sv=998× 0.743

N sv=741 smp / jam

Total NSV, yaitu :

NSTOT=∑ NSV

QTOT

NSTOT=1.894 stop /smp

Tundaan

Tundaan Rata-rata pada masing-masing Pendekat

Tundaan lalu lintas rata-rata setiap pendekat (DT) akibat pengaruh timbal balik dengan gerakan-

gerakan lainnya pada simpang

DT=c× A+NQ1× 3600

C

A=0.5× (1−GR )2

(1−GR×DS )

Contoh nilai tundaan untuk pendekat Timur :

DT=247× A+ 0.5×36001486

A= 0.5× (1−0.405 )2

(1−0.405× 0.672 )

DT=61.4 det /smp

Tundaan Geometrik

Tundaan geometri rata-rata masing-masing pendekat (DG) akibat perlambatan dan percepatan

ketika menunggu giliran pada suatu simpang dan/atau ketika dihentikan oleh lampu merah.

DG=(1−P sv ) ×PT × 6+( P sv × 4 )

Contoh nilai tundaan geometrik untuk pendekat Timur :

DG=(1−0.743 )× 0.643× 6+ (0.743 × 4 )

DG=4 det /smp

Tundaan Rata-rata

Tundaan Rata-rata merupakan penjumlahan dari Tundaan pada masing-masing pendekat dengan

Tundaan Geometrik.

D=DT + DG

Contoh nilai tundaan geometrik untuk pendekat Timur :

D=61.4+4=65.3 det / smp

Tundaan Simpang Rata-rata

Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang (Di) dengan membagi jumlah nilai tundaan dengan arus

total (QTOT) dalam smp/jam

Di=∑ (QxD )

Qtot

Di=2707711

6697=404.346 detik /smp