bab iv kk1 fix

14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Percobaan untuk Sampel Asam Benzoat (C 7 H 6 O 2 ) Tabel 4.1 Tabel hasil percobaan untuk sampel Asam Benzoat (C 7 H 6 O 2 ) dengan menggunakan pelarut aquades Sampel Berat Zat terlarut (gr) Volume pelarut (ml) Temperatur Jernih (⁰C) Keruh (⁰C) Asam Benzoat (C 7 H 6 O 2 ) 0,25 10 14 18 74 70 68 65 50 45 0,5 10 14 18 75 72 67 64 50 45 0,75 10 14 18 77 75 74 70 59 45 Tabel 4.2 Tabel hasil percobaan untuk sampel Asam Benzoat (C 7 H 6 O 2 ) dengan menggunakan pelarut Indomaret Sampel Berat Zat terlarut (gr) Volume pelarut (ml) Temperatur Jernih (⁰C) Keruh (⁰C) Asam Benzoat 0,5 10 14 80 79 68 60

Upload: erick-wilian

Post on 23-Oct-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Kurva Kelarutan

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV KK1 fix

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Percobaan untuk Sampel Asam Benzoat (C7H6O2)

Tabel 4.1 Tabel hasil percobaan untuk sampel Asam Benzoat (C7H6O2) dengan

menggunakan pelarut aquades

SampelBerat Zat

terlarut (gr)

Volume

pelarut (ml)

Temperatur

Jernih ( C)⁰ Keruh ( C)⁰

Asam Benzoat

(C7H6O2)

0,25

10

14

18

74

70

68

65

50

45

0,5

10

14

18

75

72

67

64

50

45

0,75

10

14

18

77

75

74

70

59

45

Tabel 4.2 Tabel hasil percobaan untuk sampel Asam Benzoat (C7H6O2) dengan

menggunakan pelarut Indomaret

SampelBerat Zat

terlarut (gr)

Volume

pelarut (ml)

Temperatur

Jernih ( C)⁰ Keruh ( C)⁰

Asam Benzoat

(C7H6O2)0,5

10

14

18

80

79

77

68

60

45

4.2. Pembahasan

Page 2: BAB IV KK1 fix

4.2.1 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Volume Larutan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Asam Benzoat 0,25 gram

Asam Benzoat 0,5 gram

Asam Benzoat 0,75gram

Regresi Asam Benzoat 0,25 gram

Regresi Asam Benzoat 0,5 gram

Regresi Asam Benzoat 0,75 gram

Volume Larutan (ml)

Tem

per

atu

r(oC

)

Gambar 4.1 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Volume Larutan

Pada Gambar 4.1, grafik perbandingan temperatur jernih terhadap volume

larutan yang diperoleh setelah melakukan percobaan, dapat dilihat bahwa

temperatur jernih sebagian besar berbanding terbalik dengan volume pelarut.

Meskipun pada asam benzoat 0,75 gram praktek mengalami sedikit kenaikan

grafik. Semakin besar volume pelarut, maka semakin kecil temperatur jernihnya.

Menurut teori, kelarutan umumnya berkurang pada temperatur yang lebih

tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas

yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi

berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang

lebih tinggi. (Octavianus, 2013).

Pada run I diperoleh data temperatur jernih untuk volume larutan 10,18 ml,

14,18 ml dan 18,18 ml sebesar 74 °C, 70 °C dan 68 °C dengan regresi sebesar

5,84 °C, 5,57 °C dan 5,4 °C. Pada run II diperoleh data temperatur jernih untuk

volume larutan 10,38 ml, 14,38 ml dan 18,38 ml sebesar 75 °C, 72 °C dan 67 °C

dengan regresi sebesar 0,01 °C, 2,76 °C dan 4,33 °C. Pada run III diperoleh data

temperatur jernih untuk volume larutan 10,57 ml, 14,57 ml dan 18,57 ml sebesar

77 °C, 75 °C dan 74 °C dengan regresi sebesar 5,75 °C, 5,61 °C dan 5,53 °C.

Page 3: BAB IV KK1 fix

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai

dengan teori.

4.2.2 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Volume Larutan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

10

20

30

40

50

60

70

80

Asam Benzoat 0,25 gram

Asam Benzoat 0,5 gram

Asam Benzoat 0,75 gram

Regresi Asam Benzoat 0,25 gram

Regresi Asam Benzoat 0,5 gram

Regresi Asam Benzoat 0,75 gram

Volume Larutan (ml)

Tem

per

atu

r(oC

)

Gambar 4.2 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Volume Larutan

Pada gambar 4.2 menunjukkan hubungan temperatur keruh terhadap

volume larutan yang diperoleh dari hasil percobaan. Dapat dilihat bahwa volume

pelarut berbanding terbalik dengan temperatur keruh. Dapat disimpulkan bahwa

semakin banyak volume larutan, maka semakin rendah temperaturnya.

Menurut teori, kelarutan umumnya berkurang pada temperatur yang lebih

tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas

yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi

berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang

lebih tinggi. (Octavianus, 2013).

Pada run I diperoleh data temperatur keruh untuk volume larutan 10,18

ml, 14,18 ml dan 18,18 ml sebesar 65 °C, 60 °C dan 45 °C dengan regresi

sebesar 71,22 °C, 32,66 °C dan 11,11 °C. Pada run II diperoleh data temperatur

keruh untuk volume larutan 10,38 ml, 14,38 ml dan 18,18 ml sebesar 64 °C, 50

°C dan 45 °C dengan regresi sebesar 27,73 °C, 50,30 °C dan 62,97 °C. Pada run

Page 4: BAB IV KK1 fix

III diperoleh data temperatur keruh untuk volume larutan 10,57 ml, 14,57 ml dan

18,57 ml sebesar 70 °C, 59 °C dan 45 °C dengan regresi sebesar 73,91 0C, 65,45 0C dan 58,64 0C.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil sesuai

dengan teori di mana semakin besar suatu volume larutan, semakin rendah

temperaturnya.

4.2.3 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap % Massa Sampel

1.5 2 2.5 3 3.5 40

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Asam Benzoat 1 gram

Asam Benzoat 1,5 gram

Asam Benzoat 2 gram

Regresi Asam Benzoat 1 gram

Regresi Asam Benzoat 1,5 gram

Regresi Asam Benzoat 2 gram

Gambar 4.3 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap % Massa Sampel

Gambar 4.3 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap massa

sampel, yang diperoleh dari hasil percobaan. Dapat disimpulkan bahwa persen

massa sampel berbanding lurus dengan temperatur. Semakin besar % massa

sampel maka semakin besar temperaturnya.

Menurut teori, kelarutan umumnya berkurang pada temperatur yang lebih

tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas

yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi

berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang

lebih tinggi. (Octavianus, 2013).

Page 5: BAB IV KK1 fix

Pada run I diperoleh data temperatur jernih untuk % berat zat terlarut

2,34%, 1,75%, dan 1,37% sebesar 74 °C, 70 °C dan 68 °C dengan regresi

sebesar 5,84 °C, 5,57 °C dan 5,4 °C. Pada run II diperoleh data temperatur jernih

untuk % berat zat terlarut 4,74%, 3,44%, dan 2,71% sebesar 75 °C, 72 °C dan

67 °C dengan regresi sebesar -0,01 °C, 2,76 °C dan 4,33 °C. Pada run III

diperoleh data temperatur jernih untuk % berat zat terlarut 6,97%, 5,08%, dan

4,00% sebesar 77 °C, 75 °C dan 74 °C dengan regresi sebesar 5,75 °C, 5,61 °C

dan 5,53 °C.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai

dengan teori. Semakin besar % massa sampelnya, semakin besar pula

temperaturnya.

4.2.4 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap % Massa Sampel

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

10

20

30

40

50

60

70

80

Asam Benzoat 0,25 gram

Asam Benzoat 0,5 gram

Asam Benzoat 0,75 gram

Regresi Asam Benzoat 0,25 gram

Regresi Asam Benzoat 0,5 gram

Regresi Asam Benzoat 0,75 gram

% Massa Sampel

Tem

per

atu

r (o

C)

Gambar 4.4 Hubungan Temperatur keruh Terhadap % Massa Sampel

Gambar 4.4 menunjukkan hubungan temperatur keruh terhadap berat

sampel, yang diperoleh dari hasil percobaan. Dapat disimpulkan bahwa semakin

besar persen massa dari sampel, semakin rendah temperatur keruh sampel

tersebut.

Page 6: BAB IV KK1 fix

Menurut teori, kelarutan umumnya berkurang pada temperatur yang lebih

tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas

yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi

berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang

lebih tinggi. (Octavianus, 2013).

Pada run I diperoleh data temperatur keruh untuk % berat zat terlarut

2,34%, 1,75%, dan 1,37% sebesar 65 °C, 60 °C dan 45 °C dengan regresi

sebesar 71,22 °C, 32,66 °C dan 11,11 °C. Pada run II diperoleh data temperatur

keruh untuk % berat zat terlarut 4,74%, 3,44%, dan 2,71% sebesar 64 °C, 50 °C

dan 45 °C dengan regresi sebesar 27,73 °C, 50,30 °C dan 62,97 °C. Pada run III

diperoleh data temperatur keruh untuk % berat zat terlarut 6,98%, 5,08%, dan

4,00% sebesar 70 °C, 59 °C dan 45 °C dengan regresi sebesar 5,79 °C, 59 °C

dan 45 °C.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang sesuai

dengan teori. Semakin besar % berat dari sampel, maka temperatur keruh larutan

semakin tinggi juga.

4.2.5 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Kelarutan

Page 7: BAB IV KK1 fix

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Asam Benzoat 0,25 gram

Asam Benzoat 0,5 gram

Asam Benzoat 0,75 gram

Regresi Asam Benzoat 0,25 gram

Regresi Asam Benzoat 0,5 gram

Regresi Asam Benzoat 0,75 gram

Kelarutan (mol/L)

Tem

per

atu

r (o

C)

Gambar 4.5 Hubungan Temperatur Jernih Terhadap Kelarutan

Gambar 4.5 menunjukkan hubungan temperatur jernih terhadap kelarutan,

yang diperoleh dari hasil percobaan. Dimana di dapat bahwa kelarutan

berbanding lurus dengan temperatur jernih larutan. Dapat disimpulkan bahwa

semakin besar kelarutan, semakin besar temperatur.

Menurut teori, kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada

temperatur, titik leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut.

Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikkan.

Adanya panas (kalor) menyebabkan semakin renggangnya jarak antar molekul

zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan

kekuatan gaya antar molekul menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya

tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adanya pengaruh kenaikan

suhu menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena

gas yang terlarut di dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu

meningkat (Komala, 2013).

Pada run I diperoleh data temperatur jernih untuk nilai kelarutan 0,2, 0,14,

dan 0,11 sebesar 74 °C, 70 °C dan 68 °C dengan regresi sebesar 5,75 °C, 2,74 °C

dan 1,01 °C. Pada run II diperoleh data temperatur untuk nilai kelarutan

Diperoleh data temperatur jernih untuk nilai kelarutan 0,41, 0,28, dan 0,22

Page 8: BAB IV KK1 fix

sebesar 75 °C, 72 °C dan 67 °C dengan regresi sebesar -0,01 °C, 2,76 °C dan

4,33 °C.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang tidak

sesuai dengan teori di mana terjadi kenaikan kelarutan ketika temperatur

semakin rendah. Hal ini disebabkan karena :

1. Kesalahan praktikan dalam membaca termometer.

2. Baik pelarut ataupun zat terlarut telah terkontaminasi.

3. Kesalahan praktikan dalam menentukan keadaan jernih dan keruh

pada larutan.

4. Kesalahan praktikan dalam menimbang sampel.

5. Ketidaksabaran praktikan dalam memanaskan labu dalam penangas.

4.2.6 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Kelarutan

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.70

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Asam Benzoat 0,25 gram

Asam Benzoat 0,5 gram

Asam Benzoat 0,75 gram

Regresi Asam Benzoat 0,25 gram

Regresi Asam Benzoat 0,5 gram

Regresi Asam Benzoat 0,75 gram

Kelarutan (mol/L)

Tem

per

atu

r (o

C)

Gambar 4.6 Hubungan Temperatur Keruh Terhadap Kelarutan

Gambar 4.6 menunjukkan hubungan temperatur keruh terhadap kelarutan,

yang diperoleh dari hasil percobaan. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar

kelarutan, semakin tinggi temperatur.

Menurut teori, kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada

temperatur, titik leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut.

Page 9: BAB IV KK1 fix

Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikkan.

Adanya panas (kalor) menyebabkan semakin renggangnya jarak antar molekul

zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan

kekuatan gaya antar molekul menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya

tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adanya pengaruh kenaikan

suhu menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena

gas yang terlarut di dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu

meningkat (Komala, 2013).

Pada run I diperoleh data temperatur keruh untuk nilai kelarutan 0,2, 0,46,

dan 0,11 sebesar 74 °C, 70 °C dan 68 °C dengan regresi sebesar 71,22 °C, 32,66

°C dan 11,11 °C. Pada run II diperoleh data temperatur keruh untuk nilai

kelarutan 0,41, 0,28, dan 0,22 sebesar 75 °C, 72 °C dan 67 °C dengan regresi

sebesar 27,73 °C, 50,30 °C dan 62,97 °C. Pada run III diperoleh data temperatur

keruh untuk nilai kelarutan 0,58, 0,42 dan 0,33 sebesar 77 °C, 75 °C dan 74 °C

dengan regresi sebesar 5,79 °C, 2,74 °C dan 1,01 °C.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, didapatkan hasil yang tidak

sesuai dengan teori di mana terjadi kenaikan kelarutan ketika temperatur

semakin rendah. Hal ini disebabkan karena :

1. Kesalahan praktikan dalam membaca termometer.

2. Baik pelarut ataupun zat terlarut telah terkontaminasi.

3. Kesalahan praktikan dalam menentukan keadaan jernih dan keruh

pada larutan.

4. Kesalahan praktikan dalam menimbang sampel.

5. Ketidaksabaran praktikan dalam memanaskan labu dalam penangas.