bab iv keanekaragaman spesies kutukebul pada … · siklus hidup kutukebul cenderung menjadi...

17
BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA TANAMAN PERTANIAN DENGAN KETINGGIAN TEMPAT BERBEDA DI JAWA BARAT Abstrak Kutukebul sering terbawa melalui material tanaman pada kegiatan perdagangan antar wilayah maupun antar negara sehingga menyebabkan penyebarannya semakin luas. Sejak tahun 1980-an, beberapa spesies kutukebul baru masuk ke indonesia dan menyebabkan gangguan pada tanaman pertanian. Penelitian ini bertujuan mempelajari keanekaragaman spesies kutukebul pada tanaman pertanian dengan kisaran ketinggian tempat yang berbeda. Kutukebul dikoleksi dari tanaman hortikultura, pangan, serta beberapa jenis tanaman obat dan rempah di lima wilayah di Jawa Barat, yaitu Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, dan Garut. Tempat pengambilan sampel dikelompokkan menjadi tiga kisaran ketinggian, yaitu dataran rendah (0-500 m di atas permukaan laut (dpl)), sedang (501-1000 m dpl), dan tinggi (1001-1500 m dpl). Data jumlah spesies dan individu kutukebul dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman Shannon (H’), Simpson (1/D), dan Sorenson (C). Jumlah spesies kutukebul terbanyak ditemukan di dataran rendah, yaitu sebanyak 32 spesies. Keanekaragaman spesies kutukebul tertinggi juga terdapat di dataran rendah (H’ = 2.14 dan 1/D = 5.53). Sebaliknya, dominasi spesies kutukebul terjadi di dataran tinggi (D = 0.54) meskipun nilainya relatif tidak berbeda jauh dengan di dataran sedang (D = 0.48). Spesies kutukebul yang mendominasi di semua kelompok ketinggian tempat adalah Aleurodicus dispersus dan Aleurodicus dugesii. Analisis dengan indeks Sorenson menunjukkan bahwa terdapat kemiripan wilayah antara dataran rendah dengan sedang sebesar 64% berdasarkan jumlah spesies kutukebul yang ditemukan. Dua spesies kutukebul yang menjadi vektor virus penyebab penyakit tanaman adalah Bemisia tabaci dan Trialeurodes vaporariorum. Musuh alami kutukebul yang ditemukan adalah Coccinellidae, Mantidae, Drosophilidae, Aphelinidae, dan Encyrtidae. A. dispersus, A. dugesii, dan B. tabaci merupakan spesies kutukebul yang bersifat invasif di Indonesia. Kata kunci: ketinggian tempat, indeks keanekaragaman, serangga vektor, musuh alami, spesies invasif Pendahuluan Status serangga sebagai hama dipengaruhi oleh kelimpahan populasi dan gangguan pada tanaman akibat aktivitas makan serangga. Gangguan tersebut dapat mempengaruhi fisiologi tanaman sehingga menyebabkan terjadinya

Upload: vuquynh

Post on 07-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

49

BAB IV

KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA TANAMAN PERTANIAN DENGAN KETINGGIAN TEMPAT

BERBEDA DI JAWA BARAT

Abstrak Kutukebul sering terbawa melalui material tanaman pada kegiatan

perdagangan antar wilayah maupun antar negara sehingga menyebabkan penyebarannya semakin luas. Sejak tahun 1980-an, beberapa spesies kutukebul baru masuk ke indonesia dan menyebabkan gangguan pada tanaman pertanian. Penelitian ini bertujuan mempelajari keanekaragaman spesies kutukebul pada tanaman pertanian dengan kisaran ketinggian tempat yang berbeda. Kutukebul dikoleksi dari tanaman hortikultura, pangan, serta beberapa jenis tanaman obat dan rempah di lima wilayah di Jawa Barat, yaitu Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, dan Garut. Tempat pengambilan sampel dikelompokkan menjadi tiga kisaran ketinggian, yaitu dataran rendah (0-500 m di atas permukaan laut (dpl)), sedang (501-1000 m dpl), dan tinggi (1001-1500 m dpl). Data jumlah spesies dan individu kutukebul dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman Shannon (H’), Simpson (1/D), dan Sorenson (C). Jumlah spesies kutukebul terbanyak ditemukan di dataran rendah, yaitu sebanyak 32 spesies. Keanekaragaman spesies kutukebul tertinggi juga terdapat di dataran rendah (H’ = 2.14 dan 1/D = 5.53). Sebaliknya, dominasi spesies kutukebul terjadi di dataran tinggi (D = 0.54) meskipun nilainya relatif tidak berbeda jauh dengan di dataran sedang (D = 0.48). Spesies kutukebul yang mendominasi di semua kelompok ketinggian tempat adalah Aleurodicus dispersus dan Aleurodicus dugesii. Analisis dengan indeks Sorenson menunjukkan bahwa terdapat kemiripan wilayah antara dataran rendah dengan sedang sebesar 64% berdasarkan jumlah spesies kutukebul yang ditemukan. Dua spesies kutukebul yang menjadi vektor virus penyebab penyakit tanaman adalah Bemisia tabaci dan Trialeurodes vaporariorum. Musuh alami kutukebul yang ditemukan adalah Coccinellidae, Mantidae, Drosophilidae, Aphelinidae, dan Encyrtidae. A. dispersus, A. dugesii, dan B. tabaci merupakan spesies kutukebul yang bersifat invasif di Indonesia. Kata kunci: ketinggian tempat, indeks keanekaragaman, serangga vektor, musuh

alami, spesies invasif

Pendahuluan

Status serangga sebagai hama dipengaruhi oleh kelimpahan populasi dan

gangguan pada tanaman akibat aktivitas makan serangga. Gangguan tersebut

dapat mempengaruhi fisiologi tanaman sehingga menyebabkan terjadinya

Page 2: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

50

kehilangan hasil tanaman, baik secara kualitas maupun kuantitas (Gullan dan

Cranston 2000). Kondisi cuaca saat ini yang semakin sulit diprediksi

menyebabkan terjadinya perubahan pola tanam dan pergeseran musim tanam. Hal

ini mempengaruhi permasalahan hama di pertanaman. Suhu lingkungan yang

relatif mengalami peningkatan saat ini dapat mempengaruhi populasi kutukebul di

pertanaman. Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring

dengan meningkatnya suhu lingkungan, sehingga dapat menghasilkan banyak

generasi dalam satu tahun. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa

siklus hidup kutukebul Bemisia tabaci berlangsung lebih cepat pada suhu 29°C

dibandingkan pada suhu 23 dan 26°C (Purbosari 2008). Dalam hal ini, kenaikan

suhu memiliki pengaruh yang nyata terhadap siklus hidup B. tabaci.

Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, serangga herbivora sering

dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu monofag, oligofag, dan polifag.

Pengelompokkan serangga berdasarkan kisaran tanaman inang sering pula

dibedakan menjadi kelompok serangga spesialis (mencakup serangga monofag

dan oligofag) dan generalis (polifag). Secara umum, serangga dari subordo

Sternorrhyncha dan Auchenorrhyncha memiliki kisaran inang yang cenderung

bersifat spesialis, meskipun ada beberapa spesies yang generalis. Sebagai contoh,

sebagian besar kutu daun bersifat spesialis dan hanya 6% yang bersifat generalis.

Begitu juga halnya dengan wereng-werengan yang sebagian besar bersifat

spesialis (Schoonhoven et al. 1998).

Serangga pradewasa kutukebul sering dimangsa oleh serangga predator

yang secara spesifik memakan mangsa yang memiliki tubuh lunak yang umumnya

melekat pada daun. Serangga predator tersebut di antaranya larva dan imago

kumbang Coccinellidae (Coleoptera), larva Chrysopidae (Neuroptera),

Dermaptera, beberapa jenis larva lalat Syrphidae, Cecidomyiidae, dan

Chamaemyiidae. Imago kutukebul sering dimangsa oleh serangga predator yang

bersayap, seperti lalat Dolichopodidae dan Asilidae (Watson 2007). Musuh alami

yang penting bagi kutukebul adalah serangga parasitoid, terutama dari famili

Aphelinidae, di antaranya dari genus Eretmocerus, Encarsia, dan Ablerus (Begum

et al. 2011). Selain itu, kutukebul juga sering terserang oleh cendawan patogen, di

Page 3: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

51

antaranya Aschersonia aleyrodis, Paecilomyces fumosoroseus, dan Verticillium

lecanii (Watson 2007).

Salah satu aspek untuk melihat adanya perbedaan suhu lingkungan adalah

dari ketinggian tempat. Pada dataran rendah, suhu lingkungan relatif lebih tinggi

daripada dataran tinggi. Salah satu representasi dari kondisi tersebut dapat dilihat

dari keanekaragaman spesies organisme yang menghuni ketinggian tempat

tertentu. Salah satu organisme yang menjadi objek penelitian ini adalah kutukebul.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman spesies

kutukebul pada tanaman pertanian di beberapa daerah di Jawa Barat berdasarkan

ketinggian tempat yang berbeda. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai keanekaragaman kutukebul berdasarkan ketinggian tempat,

sehingga dapat menjadi pengetahuan dasar dalam upaya pengendalian hama di

pertanaman.

Metode Penelitian

Pengambilan Sampel Kutukebul di Lapangan

Pengumpulan sampel kutukebul dilakukan di lima wilayah di Jawa Barat, di

antaranya Bogor, Cianjur, Sukabumi, Bandung, Cirebon, dan Garut sejak Juni

2011 sampai dengan April 2012. Tempat pengambilan sampel disajikan dalam

bentuk peta dengan menggunakan program Quantum GIS 1.7.3-Wroclaw (QGIS

2012) (Gambar 4.1). Posisi geografi dan ketinggian tempat pengambilan sampel

diukur dengan menggunakan aplikasi GPS (global positioning system) dari Pocket

PC Mio P550. Tempat pengambilan sampel dikelompokkan menjadi tiga kisaran

ketinggian, yaitu dataran rendah (0-500 m dpl), dataran sedang (501-1000 m dpl),

dan dataran tinggi (1001-1500 m dpl).

Sampel diambil dari berbagai jenis tanaman, di antaranya dari tanaman

hortikultura (sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias), pangan, serta beberapa

jenis tanaman obat dan rempah. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode

pengambilan secara langsung (purposive sampling). Pupa atau eksuvia kutukebul

yang terdapat pada daun tanaman diambil, kemudian ditutupi dengan kertas tisu,

lalu dimasukkan ke dalam kantung plastik bening, dan diberi label. Selanjutnya

Page 4: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

52

sampel dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Sebelum diidentifikasi,

eksuvia kutukebul dibuat menjadi preparat mikroskop dengan menggunakan

metode pada Watson (2007) yang dimodifikasi.

Gambar 4.1 Titik-titik tempat pengambilan sampel kutukebul

Pengukuran Keanekaragaman Kutukebul

Data jumlah spesies dan individu kutukebul yang diperoleh pada ketiga

kelompok ketinggian dianalisis dengan menggunakan indeks keanekaragaman

Shannon, Simpson dan Sorenson. Indeks Shannon digunakan untuk melihat

kekayaan spesies (species richness) pada suatu wilayah; indeks Simpson

digunakan untuk mengetahui dan membandingkan keanekaragaman dan dominasi

spesies antar wilayah; sedangkan indeks Sorenson digunakan untuk mengetahui

kemiripan wilayah berdasarkan jumlah spesies dan individu kutukebul yang

diperoleh (Magurran 1988). Rumus dari indeks Shannon, Simpson, dan Sorenson

adalah sebagai berikut:

1. Indeks Shannon (H’) = - Σ pi (ln pi), dimana pi = ni/N

2. Indeks Simpson (D) = Σ

Indeks keanekaragaman Simpson = 1−D Simpson’s reciprocal index = 1/D

3. Indeks Sorenson: C = 2j/(a+b)

ni (ni-1) N (N-1)

Page 5: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

53

Keterangan: pi = proporsi individu spesies ke-i ni = jumlah individu spesies ke-i N = total jumlah individu a = jumlah individu pada wilayah A b = jumlah individu pada wilayah B j = jumlah individu yang terendah yang terdapat pada perbandingan antara

wilayah A dan B

Identifikasi Musuh Alami kutukebul

Musuh alami kutukebul yang ditemukan di lapangan di identifikasi dengan

menggunakan kunci identifikasi, di antaranya Grissell dan Schauff (1990), Goulet

dan Huber (1993), dan informasi dari media elektronik (internet).

Hasil Penelitian

Analisis Keanekaragaman Kutukebul

Berdasarkan hasil pengambilan sampel kutukebul pada kisaran ketinggian

tempat yang berbeda, diperoleh sebanyak 38 spesies kutukebul dari berbagai jenis

tanaman pertanian dan sebanyak 10 spesies di antaranya belum teridentifikasi

(Lampiran 3). Jumlah spesies kutukebul yang terbanyak ditemukan pada dataran

rendah, yaitu sebanyak 32 spesies, sedangkan pada dataran tinggi hanya

ditemukan 9 spesies kutukebul (Tabel 4.1). Sebanyak 14 spesies di antaranya

relatif sering ditemukan, sedangkan 24 spesies lain umumnya hanya ditemukan

sebanyak 1-2 kali pada saat pengambilan sampel. Dari 14 spesies kutukebul

tersebut di atas, sebanyak 6 spesies ditemukan pada tanaman sayuran (Lampiran

4). Sebanyak 4 spesies di antaranya merupakan spesies kutukebul yang telah

diketahui sering menimbulkan permasalahan di pertanaman, yaitu A. dispersus, A.

dugesii, B. tabaci, dan T. vaporariorum. Jumlah individu A. dispersus dan A.

dugesii ditemukan cukup banyak dan mendominasi di semua kisaran ketinggian

tempat. Kedua spesies tersebut merupakan spesies yang bersifat kosmopolitan dan

memiliki kisaran tanaman inang yang luas. A. dispersus dapat ditemukan pada

tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman pangan; sedangkan A.

dugesii ditemukan pada tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.

Page 6: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

54

Tabel 4.1 Jumlah individu kutukebul yang ditemukan pada tiga kisaran ketinggian tempat di Jawa Barat dan hasil analisis dengan indeks Shannon dan Simpson

No. Spesies kutukebul Kisaran ketinggian (m dpl)

Dataran rendah (0−500)

Dataran sedang (501−1000)

Dataran tinggi (1001-1500)

Subfamili Aleurodicinae: 1. Aleuroctarthrus destructor 24 0 0 2. Aleurodicus dispersus 1803 1983 3994 3. Aleurodicus dugesii 2856 4490 11739 4. Paraleyrodes minei 109 18 0

Subfamili Aleyrodinae: 5. Aleurocanthus citriperdus 547 71 118 6. Aleurocanthus spiniferus 85 0 31 7. Aleurocanthus woglumi 0 24 0 8. Aleuroclava aucubae 0 4 0 9. Aleuroclava canangae 18 0 0

10. Aleuroclava jasmini 178 0 0 11. Aleuroclava psidii 14 0 0 12. Aleurolobus marlatti 25 0 0 13. Aleurotrachelus sp.1 52 0 0 14. Aleurotrachelus sp.2 2 0 0 15. Aleurotrachelus sp.3 10 0 0 16. Asiothrixus antidesmae 625 0 0 17. Bemisia tabaci 78 45 0 18. Cockerelliella psidii 62 31 7 19. Cockerelliella sp. 1 60 0 0 20. Cockerelliella sp. 2 31 11 0 21. Dialeurodes kirkaldyi 1 0 0 22. Dialeurodes sp. 8 47 0 23. Dialeuropora decempuncta 354 187 32 24. Lipaleyrodes sp. 325 0 0 25. Minutaleyrodes minuta 19 0 0 26. Orchamoplatus mammaeferus 171 0 67 27. Rusostigma sp. 1234 79 194 28. Trialeurodes vaporariorum 0 104 736 29. Spesies 1 0 1 0 30. Spesies 2 0 5 0 31. Spesies 3 0 2 0 32. Spesies 4 5 0 0 33. Spesies 5 2 0 0 34. Spesies 6 54 0 0 35. Spesies 7 3 0 0 36. Spesies 8 17 0 0 37. Spesies 9 4 0 0 38. Spesies 10 10 7 0

Jumlah individu (N) 8786 7109 16918 Jumlah spesies (S) 32 17 9

Indeks Shannon (H’) 2.14 1.05 0.87 Indeks Simpson (D) 0.18 0.48 0.54 Indeks keanekaragaman Simpson (1-D) 0.82 0.52 0.46 Simpson’s reciprocal index (1/D) 5.53 2.09 1.85

Page 7: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

55

Hasil analisis keanekaragaman dengan menggunakan indeks Shannon (H’)

menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies tertinggi terdapat di daerah dataran

rendah dengan nilai indeks keanekaragaman sebesar 2.14 (Tabel 4.1). Hasil yang

diperoleh pada indeks Shannon sejalan dengan hasil analisis dengan menggunakan

indeks Simpson (Tabel 4.1). Keanekaragaman spesies tertinggi terdapat di dataran

rendah dengan nilai indeks sebesar 0.82 dan nilai 1/D = 5.53. Nilai indeks

keanekaragaman Simpson berbanding terbalik dengan nilai indeks dominasinya,

sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat keanekaragaman spesies

di suatu wilayah, maka dominasi spesies akan semakin rendah (Magurran 1988).

Dalam hal ini, dominasi spesies terjadi di dataran tinggi dengan nilai indeks

sebesar 0.54. Nilai indeks dominasi pada dataran tinggi sebenarnya relatif tidak

berbeda jauh dengan nilai indeks pada dataran sedang (D = 0.48). Pada Tabel 4.1

dapat dilihat bahwa pada kedua kisaran ketinggian tersebut, jumlah individu

kutukebul yang ditemukan didominasi oleh spesies A. dispersus dan A. dugesii.

Berdasarkan hasil analisis kemiripan wilayah dengan menggunakan indeks

Sorenson, nilai indeks tertinggi terdapat pada perbandingan antara dataran rendah

dengan dataran sedang yaitu sebesar 0.64 (Tabel 4.2). Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat kemiripan wilayah sebesar 64% antara dataran rendah dengan dataran

sedang berdasarkan jumlah spesies dan individu kutukebul yang ditemukan pada

masing-masing kisaran ketinggian. Hal ini dapat disebabkan oleh jenis tanaman

yang dominan yang terdapat pada masing-masing ketinggian tempat (Idris et al.

2002). Pada dataran tinggi, komoditas tanaman umumnya didominasi oleh

tanaman sayuran, khususnya jenis sayuran dataran tinggi, seperti kubis-kubisan

(brokoli dan kembang kol), wortel, bawang daun, dan sebagainya yang sebagian

besar bukan merupakan tanaman inang dari kutukebul. Pada dataran tinggi,

kutukebul khususnya dapat ditemukan pada tanaman sayuran dari famili

Solanaceae, seperti tomat, cabai, dan terung. Tanaman-tanaman tersebut dapat

pula ditemukan pada dataran rendah maupun dataran sedang. Spesies-spesies

kutukebul yang ditemukan pada tanaman sayuran dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pada dataran rendah banyak ditemukan tanaman buah-buahan, baik berupa

tanaman pekarangan rumah, tanaman pinggir, maupun dalam suatu areal

pertanaman, sebagai contoh jambu biji, jambu bol, lengkeng, jeruk, dan

Page 8: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

56

sebagainya. Hal serupa juga dapat dijumpai di dataran sedang. Pada dataran

rendah dan sedang dapat dijumpai pula beberapa jenis komoditas sayuran, seperti

tomat, cabai, terung, kacang panjang, dan sebagainya. Hal inilah yang mendukung

ditemukannya spesies kutukebul yang lebih banyak pada dataran rendah dan

sedang daripada dataran tinggi.

Tabel 4.2 Perbandingan kemiripan spesies kutukebul antar wilayah pengambilan

sampel pada tiga kisaran ketinggian dengan indeks Sorenson

Dataran rendah Dataran sedang Dataran tinggi

Dataran rendah − 0.64 0.40

Dataran sedang − 0.56 Dataran tinggi −

Keterangan: Dataran rendah (0−500 m dpl), dataran sedang (500−1000 m dpl), dan dataran tinggi (1001-1500 m dpl).

Tanaman Inang Kutukebul

Spesies kutukebul banyak ditemukan pada komoditas tanaman buah-buahan,

yaitu sebanyak 31 spesies (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Jumlah spesies kutukebul yang ditemukan pada lima jenis komoditas

tanaman pertanian

0

10

20

30

40

sayuran buah-buahan tanaman hias pangan dan palawija

obat dan rempah

Jum

lah

spes

ies

kutu

kebu

l

Komoditas tanaman inang

Page 9: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

57

Musuh Alami Kutukebul

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung di lapangan maupun

pengamatan di laboratorium, terdapat musuh alami yang ditemukan berasosiasi

dengan beberapa spesies kutukebul, di antaranya termasuk ke dalam kelompok

serangga predator dan parasitoid. Serangga predator yang ditemukan antara lain

kumbang Menochilus sexmaculatus, Harmonia axyridis, Coccinella transversalis,

Verania lineata (Coleoptera: Coccinellidae), belalang sembah Hierodula ovata

(Mantodea: Mantidae), dan lalat Acletoxenus indicus (Diptera: Drosophilidae)

(Gambar 4.3).

Gambar 4.3 Serangga predator yang ditemukan di sekitar koloni kutukebul di lapangan

Selain serangga predator, ditemukan pula parasitoid yang memarasit

kutukebul yang merupakan famili Aphelinidae (Eretmocerus) dan Encyrtidae

(Gambar 4.4).

Gambar 4.4 Serangga parasitoid yang ditemukan memarasit kutukebul

Page 10: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

58

Pembahasan

Keanekaragaman Kutukebul Berdasarkan Ketinggian Tempat

Keanekaragaman spesies kutukebul pada dataran rendah lebih tinggi

daripada dataran tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Idris et al. (2002) yang

menyatakan bahwa keanekaragaman serangga pada ketinggian 1100 m dpl lebih

rendah daripada keanekaragaman serangga pada dataran kurang dari 1000 m dpl.

Indeks Shannon menilai keanekaragaman spesies berdasarkan kekayaan spesies

(species richness), sehingga hasilnya secara langsung berkaitan dengan jumlah

spesies kutukebul yang yang ditemukan pada masing-masing kisaran ketinggian

tempat. Kekayaan spesies pada tumbuhan biasanya akan mengalami peningkatan

dari dataran tinggi ke dataran rendah (Magurran 1998). Berdasarkan analisis

dengan menggunakan indeks Sorenson, diperoleh nilai terendah pada

perbandingan antara dataran rendah dengan dataran tinggi. Faktor yang

membedakan antara dataran rendah dengan dataran tinggi di antaranya adalah

adanya perbedaan dalam hal suhu lingkungan, presipitasi, tekanan gas atmosfer,

kecepatan angin, radiasi ultraviolet (UV), dan sebagainya yang secara langsung

dapat mempengaruhi keberadaan serangga pada masing-masing tempat tersebut

(Hodkinson 2005).

Serangga sangat dipengaruhi oleh iklim mikro dari tempat hidupnya, dalam

hal ini vegetasi tanaman. Suhu lingkungan mengalami penurunan seiring dengan

peningkatan ketinggian tempat. Secara umum hal ini dapat menyebabkan

pertumbuhan dan perkembangan serangga di dataran tinggi berlangsung lebih

lambat dibandingkan dengan dataran rendah. Selain suhu lingkungan yang relatif

rendah, kadar oksigen pada dataran tinggi juga lebih rendah daripada dataran

rendah. Serangga-serangga yang ada di dataran tinggi harus meningkatkan

kapasitas sistem pernafasannya melalui trakea. Dalam hal ini, terjadi kompensasi

terhadap kondisi kadar oksigen yang rendah sehingga akan mempengaruhi alokasi

energi yang digunakan untuk pertumbuhan (Hodkinson 2005).

Page 11: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

59

Gangguan Kutukebul pada Tanaman

Gangguan kutukebul secara langsung pada tanaman umumnya sering

disebabkan oleh kutukebul dari subfamli Aleurodicinae, di antaranya Aleurodicus

dispersus dan Aleurodicus dugesii. Kedua spesies tersebut umumnya sering

ditemukan dalam koloni yang dapat menutupi seluruh permukaan bawah daun.

Akibat aktivitas makan dari serangga tersebut, biasanya tanaman dapat kehilangan

cairan nutrisi yang cukup berarti sehingga tanaman menjadi layu dan mengering.

Selain itu, embun madu yang dihasilkan kutukebul dapat merangsang

pertumbuhan cendawan jelaga yang dapat menutupi permukaan atas daun.

Cendawan jelaga tersebut dapat mengganggu proses fotosintesis dan respirasi,

serta menurunkan produksi tanaman (Martin 2008).

Spesies kutukebul lainnya, B. tabaci dan T. vaporariorum, dapat

menyebabkan gangguan secara tidak langsung pada tanaman. Kedua spesies

tersebut secara spesifik dapat ditemukan pada tanaman sayuran, di antaranya

tomat, cabai, terung, kacang panjang, dan sebagainya. B. tabaci dan T.

vaporariorum bersifat spesifik dalam hal ketinggian tempat hidupnya. B. tabaci

umumnya dapat ditemukan pada tanaman sayuran dataran rendah hingga sedang,

sedangkan T. vaporariorum dapat ditemukan pada tanaman sayuran di dataran

sedang hingga tinggi. B. tabaci dan T. vaporariorum dapat berperan sebagai

serangga vektor virus penyebab penyakit tanaman. Lapidot dan Polston (2010)

menyatakan bahwa B. tabaci dapat menjadi vektor virus di antaranya genus

Begomovirus dan Crinivirus, sedangkan T. vaporariorum di antaranya dapat

menjadi vektor dari Crinivirus. Pada dataran sedang dapat ditemukan individu

atau populasi B. tabaci dan T. vaporariorum pada satu tanaman maupun

pertanaman yang sama. Adanya kekhususan dalam hal ketinggian tempat hidup

ini kemungkinan dapat mempengaruhi penyebaran penyakit yang disebabkan oleh

masing-masing virus yang dibawa oleh kedua spesies kutukebul tersebut.

Kutukebul dan Tanaman Inangnya

Berdasarkan hasil pengambilan sampel, kutukebul lebih banyak ditemukan

pada tanaman buah-buahan daripada kelompok tanaman lainnya. Hal ini

disebabkan tanaman buah-buahan memiliki ukuran yang besar dan kompleks

Page 12: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

60

sehingga dapat menyediakan ruang hidup yang luas bagi berbagai jenis organisme,

termasuk kutukebul. Lawton (1983) menyatakan bahwa terdapat peningkatan

jumlah spesies herbivora seiring dengan peningkatan ukuran dan kompleksitas

tanaman. Selain itu, struktur tanaman yang kompleks dapat melindungi serangga

dari musuh alaminya. Sebagian besar tanaman buah-buahan termasuk ke dalam

tanaman dikotil. Dubey dan Ko (2006) melaporkan terdapat sebanyak 136 spesies

kutukebul yang ditemukan pada tanaman dikotil, sedangkan sebanyak 17 spesies

ditemukan pada tanaman monokotil. Kelompok tanaman buah-buahan juga

umumnya merupakan jenis tanaman tahunan yang dapat menyediakan sumber

makanan dan tempat hidup yang lebih lama bagi kutukebul. Oleh karena itu,

kutukebul lebih banyak ditemukan pada tanaman berkayu (pepohonan) daripada

tanaman sayuran, tanaman hias, dan tanaman-tanaman lain yang memiliki struktur

yang sederhana.

Tanaman yang memiliki struktur sederhana, seperti tanaman hias dan

sayuran biasanya dihuni oleh 1−2 spesies kutukebul. Tanaman dengan struktur

kompleks, seperti pohon buah-buahan atau jenis pohon berkayu lain biasanya

merupakan kelompok tanaman tahunan yang memiliki struktur kompleks

sehingga sering ditemukan 3−4 spesies kutukebul, baik dalam satu pohon maupun

satu daun. Adanya beberapa spesies kutukebul yang memanfaatkan tanaman yang

sama sebagai tempat hidupnya menyebabkan terjadinya populasi campuran pada

satu tanaman tersebut. Sebagai contoh, populasi kutukebul campuran yang terjadi

pada tanaman jeruk, yaitu antara A. citriperdus dengan P. minei atau antara P.

minei dengan A. dispersus, dan sebagainya.

Kutukebul dan Musuh Alaminya

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kutukebul merupakan salah satu

kelompok serangga yang dapat menghasilkan embun madu. Embun madu terdiri

dari komponen-komponen gula seperti fruktosa, glukosa, sukrosa, trehalose dan

melezitose, serta beberapa senyawa asam amino. Pada dasarnya sekresi embun

madu ditujukan bagi semut yang berada di sekitar tanaman untuk melindungi

serangga dari musuh alaminya. Namun kadang-kadang embun madu tidak

mengandung protein yang dibutuhkan oleh semut untuk makanannya (terutama

Page 13: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

61

bagi keturunannya) sehingga pada akhirnya semut akan memangsa kutu tanaman

penghasil embun madu tersebut. Selain itu, embun madu juga dapat menjadi salah

satu sumber makanan bagi serangga lain, di antaranya serangga-serangga predator

seperti Chrysopidae, Coccinellidae, Cantharidae, Tachinidae, Syrphidae, dan

berbagai jenis Hymenoptera parasitoid (Schoonhoven et al. 1998). Pernyataan-

pernyataan di atas menjelaskan bahwa terdapat hubungan tritrofik antara tanaman

inang, serangga herbivora, dan musuh alaminya. Hal inilah yang dapat menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan dan kelimpahan populasi

kutukebul di lapangan.

Coccinellidae merupakan serangga predator yang bersifat generalis dalam

memilih mangsanya. Sebagai contoh, kumbang M. sexmaculatus yang pada

kenyataannya memiliki preferensi yang lebih tinggi terhadap kutu daun daripada

kutukebul. Preferensi makan M. sexmaculatus terhadap kutu daun adalah

sebanyak 29.36 individu/daun, diikuti oleh kutukebul (20.16 individu/daun), dan

trips (17.08 individu/daun) (Mari dan Lohar 2012). Meskipun demikian, peranan

kumbang Coccinellidae dinilai cukup penting sebagai agens pengendali hayati.

Hal ini dikarenakan larva dan imago Coccinellidae berperan sebagai predator

serangga, khususnya kelompok kutu tanaman.

Selain Coccinellidae, ditemukan pula belalang sembah H. ovata di sekitar

koloni kutukebul. Belalang sembah terutama memangsa imago kutukebul yang

berterbangan disekitar koloninya. Ditemukan pula lalat A. indicus yang termasuk

ke dalam famili Drosophilidae yang merupakan lalat berukuran kecil yang

berwarna kekuningan dan memiliki mata berwarna merah. Beberapa spesies larva

lalat Drosophilidae memakan bahan organik seperti buah-buahan yang membusuk

dan cendawan. Ada pula yang menjadi pengorok daun, dan beberapa spesies

lainnya menjadi predator serangga famili Coccidae (kutu tempurung) dan

Aleyrodidae (kutukebul). A. indicus terutama memangsa kutukebul Trialeurodes

ricini, Siphoninus phyllireae, dan Aleurocanthus spiniferus (Ananthakrishnan

2004). Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Yu et al. (2012) yang

menyatakan bahwa larva A. indicus diketahui merupakan predator dari kutukebul

A. dispersus dan Aleurocanthus sp.

Page 14: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

62

Selain serangga predator, parasitoid kutukebul juga berperan penting dalam

mengendalikan populasi kutukebul di lapangan. Parasitoid kutukebul yang sering

ditemukan adalah Eretmocerus (Aphelinidae). Kutukebul ini memang sering

digunakan untuk mengendalikan kutukebul di tanaman pertanian (Begum et al.

2011). Namun keberadaan populasi parasitoid di lapangan dapat dipengaruhi oleh

adanya penggunaan insektisida yang intensif (Gullan dan Cranston 2000).

Spesies Kutukebul Invasif

Kutukebul dapat berpindah tempat, baik secara aktif maupun pasif.

Perpindahan secara aktif dilakukan dengan cara terbang dari satu tanaman ke

tanaman lain atau dari satu pertanaman ke pertanaman lainnya. Saat ini

perpindahan tempat kutukebul lebih sering terjadi secara pasif melalui

perpindahan material tanaman yang terjadi pada kegiatan perdagangan produk-

produk pertanian secara internasional sehingga penyebarannya semakin meluas.

Pada akhirnya kutukebul dapat menyebabkan permasalahan pada pertanaman di

tempat yang baru. Hal ini biasanya terjadi pada spesies-spesies kutukebul yang

mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan, terutama iklim, di tempat yang

baru yang kemungkinan mirip dengan kondisi di daerah asalnya.

A. dipersus dan A. dugesii merupakan contoh spesies kutukebul yang

bersifat invasif di Indonesia. Kedua spesies tersebut merupakan serangga asli dari

kawasan Amerika Selatan, Amerika bagian tengah, dan kepulauan Karibia (Gullan

dan Martin 2003). Keberadaan A. dispersus di Indonesia dilaporkan pertama kali

pada tahun 1991 (Kajita et al. 1991). A. dugesii juga merupakan spesies kutukebul

yang relatif baru diketahui di Indonesia. Spesies ini pertama kali diketahui di

Bogor pada tahun 2007 (Hidayat dan Watson 2008). Hingga saat ini, A. dugesii

sudah menyebar luas di beberapa daerah di Jawa Barat. Selain A. dugesii, spesies

kutukebul yang berstatus sebagai spesies invasif di beberapa negara adalah

Paraleyrodes minei Iaccarino. Spesies ini baru diketahui keberadaannya di

Indonesia pada tahun 2011 adalah P. minei (Nurulalia et al. 2012). Spesies ini

memiliki kisaran tanaman inang yang relatif spesifik. Berdasarkan hasil

pengambilan sampel, P. minei ditemukan pada tanaman jeruk, alpukat, dan jambu

air. P. minei merupakan serangga asli di kawasan Amerika bagian tengah yang

Page 15: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

63

menyerang tanaman jeruk dan menyebabkan kerugian secara ekonomi.

Selanjutnya kutukebul ini dilaporkan menjadi spesies invasif di pertanaman jeruk

di Syria (CDFA 1991). Pada tahun 2009, IITA juga menetapkan status kutukebul

ini sebagai spesies invasif di Afrika. Menurut Martin (2011, komunikasi pribadi),

saat ini P. minei menyebar dengan cepat di berbagai wilayah di Asia, di antaranya

Hongkong dan Malaysia. Menyikapi hal tersebut, diperlukan kewaspadaan dan

upaya identifikasi yang akurat untuk mencegah masuknya spesies-spesies

serangga baru ke Indonesia.

Seringkali data-data yang ada di pihak karantina tidak diperbaharui secara

terjadwal, sehingga spesies-spesies baru yang masuk ke suatu negara dapat luput

dari pengawasan. Sebagai contoh, kutukebul Bemisia argentifolii tidak termasuk

ke dalam daftar hama karantina sehingga dapat lolos dalam proses karantina,

sedangkan spesies ini sebenarnya adalah Bemisia tabaci biotipe-B yang dapat

menularkan penyakit tanaman (Watson 2007). Oleh karena itu, pengetahuan

mengenai deskripsi dan identifikasi yang akurat sangat diperlukan untuk

meningkatkan kewaspadaan terhadap masuknya spesies-spesies hama baru ke

suatu negara (Martin 2008).

Kesimpulan

Jumlah spesies kutukebul terbanyak ditemukan di dataran rendah yang

berbanding lurus dengan indeks keanekaragamannya. Keanekaragaman spesies

kutukebul tertinggi terdapat pada dataran rendah, sebaliknya dominasi spesies

kutukebul terjadi pada dataran tinggi. Spesies kutukebul yang mendominasi

adalah A. dispersus dan A. dugesii yang dapat ditemukan pada semua kisaran

ketinggian tempat. Berdasarkan jumlah spesies kutukebul yang ditemukan,

ternyata wilayah pengambilan sampel pada dataran rendah mirip dengan dataran

sedang sebesar 64%. Pada tanaman buah-buahan yang memiliki struktur tanaman

yang kompleks ditemukan lebih banyak spesies kutukebul dibandingkan dengan

tanaman yang memiliki struktur sederhana. Musuh alami kutukebul yang

ditemukan diantaranya berasal dari famili Coccinellidae, Mantidae, Drosophilidae,

Aphelinidae, dan Encyrtidae.

Page 16: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

64

Daftar Pustaka Ananthakrishnan TN. 2004. General Applied Entomology. 2nd ed. New Delhi

(IN): Tata McGraw Hill Publishing Company Ltd. Begum S, Anis SB, Farooqi MK, rehmat T, Fatma J. 2011. Aphelinid parasitoids

(Hymenoptera: Aphelinidae) od whiteflies (Homoptera: Aleyrodidae) from India). Biology and Medicine 3(2):222-231.

[CDFA] California Department of Food and Agriculture. 1991. California Pest Plant and Disease Report [internet], [diunduh 2011 Des 12]; 10(1-2):1-29. Tersedia pada: http://www.cdfa.ca.gov/plant/ppd/PDF/CPPDR_1991_10_1-2.pdf.

Dubey AK, Ko CC. 2006. Toward an understanding of host plant associations of whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae): an evolutionary approach. Formosan Entomol. [internet], [diunduh 2012 Ags 29]; 26: 197-201. Tersedia pada: http://140.112.100.38/chinese/publication/journal/pdf/t2602/26-2-09.pdf.

Goulet H, Huber JT. 1993. Hymenoptera of The World: An Identification Guide to Families. Canada: Canada Communication Group.

Gullan PJ, Cranston PS. 2000. The Insect: An Outline of Entomology. 2nd Ed. London (UK): Blackwell Science Ltd.

Gullan PJ, Martin JH. 2003. Sternorrhyncha (Jumping Plant Lice, Whiteflies, Aphids, and Scale Insects). Resh VH, Carde RT. 2003. Encyclopedia of Insect. US: Elsevier Inc.

Grissell EE, Schauff ME. 1990. A Handbook of The Families of Nearctic Chalcidoidea (Hymenoptera). Washington (US): The Entomological Society of Washington.

Hidayat P, Watson GW. 2008. Recognition of Giant Whitefly, Aleurodicus dugesii Cockerell (Hemiptera: Aleyrodidae), a Potential Pest Newly Introduced to Indonesia. Poster Seminar Nasional V Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI), Cabang Bogor: Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. LIPI Cibinong, Bogor, 2008 Mar 2008.

Hodkinson ID. 2005. Terrestrial insects along elevation gradients: species and community responses to altitude. Biol. Rev. 80:489-513. Doi: ....

Idris AB, Nor SM, Rohaida R. 2002. Study on diversity of insect communities at different altitudes of Gunung Nuang in Selangor, Malaysia. J of Biological Sciences [internet], [diunduh 2012 Jul 10]; 2(7):505-507. Tersedia pada: http://docsdrive.com/pdfs/ansinet/jbs/2002/505-507.pdf.

Kajita H, Samudra IM, Naito A. 1991. Discovery of the spiraling whitefly Aleurodicus dispersus Russell (Homoptera: Aleyrodidae) from Indonesia, with notes on its host plants and natural enemies. Japanese Society of Applied Entomology and Zoology [internet], [diunduh 2011 Jun 23]; 26:397-400. Tersedia pada: http://ci.nii.ac.jp/els/110001105211.pdf?id=ART0001 268496&type=pdf&lang=en&host=cinii&order_no=&ppv_type=0&lang_sw=&no=1308798020&cp=

Lapidot M, Polston JE. 2010. Biology and Epidemiology of Bemisia-Vectored Viruses. Di dalam: Stansly PA, Naranjo SE, editor. Bemisia: Bionomics and Management of a Global Pest. New York (US): Springer. hlm 227-231.

Page 17: BAB IV KEANEKARAGAMAN SPESIES KUTUKEBUL PADA … · Siklus hidup kutukebul cenderung menjadi semakin pendek seiring ... Berdasarkan kisaran tanaman inangnya, ... dibedakan menjadi

65

Lawton JH. 1983. Plant architecture and the diversity of phytophagous insects. Annual Review of Entomology 28:23-39. DOI: 10.1146/annurev.en. 28.010183.000323.

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey (US): Princeton University Press.

Mari JM, Lohar MK. 2012. Interrelationship between zigzag beetle (Menochilus sexmaculatus)) with sucking insect pests in chili ecosystem. Minia International Conference for Agriculture and Irrigation in the Nile Basin Countries, 26th -29th March 2012, El-Minia, Egypt.

Martin JH. 2008. A revision of Aleurodicus Douglas (Sternorrhyncha, Aleyrodidae), with two new genera proposed for palaeotropical natives and an identification guide to world genera of Aleurodicinae. Zootaxa 1835:1-100.

Martin JH. 2011. Komunikasi Pribadi [15 Desember 2011]. Nurulalia L, Hidayat P, Buchori D. 2012. Hama baru kutukebul Paraleyrodes

minei Iaccarino (Hemiptera: Aleyrodidae) di Jawa. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI); 2012 Jan 24-25; Bogor. Bogor (ID): PEI. hlm 110.

Purbosari S. 2008. Neraca Kehidupan Kutukebul Bemisia tabaci Genn. (Hemiptera: Aleyrodidae) pada Suhu 23, Ruang, dan 29°C [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[QGIS] Quantum Geographic Information Systems. 2012. Versi: 1.7.3-Wroclaw. Tersedia pada: http://qgis.org/.

Schoonhoven LM, Jermy T, van Loon JJA. 1998. Insect-Plant Biology: From Physiology to Evolution. London (UK): Chapman and Hall.

Watson GW. 2007. Identification of whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae). APEC Re-entry Workshop on Whiteflies and Mealybugs, Kuala Lumpur, Malaysia, 2007 Apr 16-26. Institute of Biological Sciences, University Malaya.

Yu G, Wu L, Lu J, Chen H. 2012. Discovery of a predaceous drosophilid Acletoxenus indicus Malloch in South China, with descriptions of the taxonomic, ecological and molecular characters (Diptera: Drosophilidae) [abstrak]. Journal of Natural History [internet]; 46(5-6). Tersedia pada: http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00222933.2011.639466.