pengolahan limbah pertanian tongkol jagung menjadi menjadi

15
Pengolahan Tersier Air Limbah Industri Menggunakan Metode Saringan Pasir Lambat Soeprijanto, Tontowi Ismail, Dyah Fitryana, dan Beauty S.D. Dewanti Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email: [email protected] Abstrak Kebutuhan air permukaan di kota-kota besar semakin hari semakin meningkat seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai air. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penghematan penggunaan air atau mendaur ulang air limbah industri maupun air limbah domestik. Penelitian ini dilakukan menggunakan system saringan pasir lambat dengan kecepatan alir fluida 35 liter/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam waktu 30 hari lapisan Schmutzdecke sudah terbentuk pada permukaan media pasir. Selama periode operasi 60 hari, kekeruhan dapat berkurang sebesar 0,8 NTU dengan penyisihan 69,56 %; kandungan E. Coli effluent sebesar 7 x 10 4 MPN/100ml dengan penyisihan 97,1%; dan penyisihan COD terlarut diperolah sebesar antara 40 -100%. Kata-kata kunci: Air limbah; E. Coli; kekeruhan; Schmutzdecke; saringan pasir lambat; Abstract 1

Upload: phungnguyet

Post on 31-Dec-2016

244 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengolahan Limbah Pertanian Tongkol Jagung Menjadi Menjadi

Pengolahan Tersier Air Limbah Industri Menggunakan

Metode Saringan Pasir Lambat

Soeprijanto, Tontowi Ismail, Dyah Fitryana, dan Beauty S.D. DewantiJurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Email: [email protected]

AbstrakKebutuhan air permukaan di kota-kota besar semakin hari semakin meningkat seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai air. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penghematan penggunaan air atau mendaur ulang air limbah industri maupun air limbah domestik. Penelitian ini dilakukan menggunakan system saringan pasir lambat dengan kecepatan alir fluida 35 liter/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam waktu 30 hari lapisan Schmutzdecke sudah terbentuk pada permukaan media pasir. Selama periode operasi 60 hari, kekeruhan dapat berkurang sebesar 0,8 NTU dengan penyisihan 69,56 %; kandungan E. Coli effluent sebesar 7 x 104 MPN/100ml dengan penyisihan 97,1%; dan penyisihan COD terlarut diperolah sebesar antara 40 -100%. Kata-kata kunci: Air limbah; E. Coli; kekeruhan; Schmutzdecke; saringan pasir lambat;

AbstractThe requirement of surface water increases with increasing the populations in the metropolitan; therefore, there is unbalance between water demand and supply. Of this, attempts could be done by the economically use of water or recycle of industrial wastewaters or domestic wastewaters. The experiment was conducted using a slow sand filter with a volumetric flow rate of 35 liter/day. The results showed that during period of 30 days a layer of Schmutzdecke has been created on the surface of sand media. During the period of 60 days, the effluent turbidity was found to be 0.8 NTU with a removal of 69.56 %; E. Coli effluent was 7 x 104 MPN/100ml with a removal of 97.1%; and the dissolved COD removal was between 40 -100%.

Keywords: Wastewater; E. Coli; turbidity; Schmutzdecke; slow sand filter;

1

Page 2: Pengolahan Limbah Pertanian Tongkol Jagung Menjadi Menjadi

1. PENDAHULUANKebutuhan air semakin hari semakin bertambah dengan berkembangnya komunitas

di perkotaan, padahal persediaan air yang berasal dari air permukaan mengalami

penurunan, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai air. Oleh

karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penghematan

penggunaan air atau memanfaatkan air seefisien mungkin. Penghematan ini dapat

dilakukan dengan cara konservasi air yang berfungsi untuk memelihara keberadaan air

agar selalu tersedia dan mudah dikonversi menjadi air sanitasi, air minum atau air untuk

proses industri yang biasanya lebih baik dari air minum. Penghematan ini dapat dilakukan

pada fasilitas umum yang banyak menggunakan air bersih, misalnya masjid, kamar mandi

dan tempat umum lainnya.

Penghematan air dapat dilakukan dengan mudah terutama pada pemakaian air

secara umum. Usaha penghematan air tidak bisa dengan mengurangi dalam jumlah

pemakaian tetapi dapat dilakukan dengan memanfaatkan air buangan limbah industri

maupun limbah domestik untuk didaur ulang, dengan melalui proses pengolahan air yang

baik. Pengolahan ini harus mempertimbangkan baku mutu air minum dan harus

memenuhi persyaratan. Tetapi ada sebagian besar industri, rumah tangga maupun

pertanian, air limbah dibuang begitu saja tanpa pengolahan lebih lanjut. Contohnya di

pabrik gula, air untuk system pendinginan biasanya tidak memenuhi syarat tetapi tetap

dibuang begitu saja tanpa pengolahan terlebih dahulu. Contoh lain yaitu grey water atau

air buangan dari kamar mandi dan dapur.

Pengolahan air limbah dapat diolah menggunakan cara filtrasi yaitu mengalirkan air

limbah ke dalam suatu filter kemudian dapat juga dilakukan treatment-treatment yang lain.

Salah satu filter yang dapat digunakan adalah menggunakan saringan pasir lambat

dengan tujuan untuk mengurangi kandungan bakteri E.Coli dan kekeruhan dari air baku.

Peru merupakan salah satu Negara yang menggunakan saringan pasir lambat untuk

mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan air minum, dimana penggunaan saringan pasir

lambat dapat menghilangkan kekeruhan dan coliform sampai 99,9% dan setelah klorinasi

dapat menghilangkan coliform 100%, sehingga kualitas air effluent yang dihasilkan

saringan pasir dapat layak diminum (Humphrey, 2005).

Saringan pasir lambat akan mengalami fase kematangan dalam menurunkan

bakteri E.Coli setelah dioperasikan selama 40 hari dan akan mengalami penurunan

2

Page 3: Pengolahan Limbah Pertanian Tongkol Jagung Menjadi Menjadi

sampai 85 hari (Droste,1997). Menurut Al-Layla (1997), kecepatan saringan pada saringan

pasir lambat ini adalah sebesar 0,1 – 0,4 m/jam. Robert (1995) menunjukkan bahwa

penggunaan saringan pasir lambat di Cat Lake First Nation, Ontario, dapat menghilangkan

Giardia cysts and Cryptosporidium oocysts mencapai 99% dan menurunkan kekeruhan

dari 3 NTU menjadi 0,2 NTU. Cynthia (1995) menggunakan saringan pasir lambat untuk

mengatasi masalah air minum di Dover, Idaho, dimana system ini dapat menghilangkan

Giardia Cysts 99,9%. Gresham (2005) menggunakan saringan pasir lambat untuk

kebutuhan air minum di Afganistan yang dapat menghilangkan organisme kontaminan

sebesar 99%. Humphrey (2005) nenggunakan saringan pasir lambat di Peru untuk

memenuhi kebutuhan air minum yang dapat menghilangkan coliform 99,9% dan setelah

khlorinasi dapat menghilangkan coliform 100%.

Berdasarkan latar belakang ini, maka tujuan penelitian adalah mengolah air dari

efluent pengolahan air limbah industri secara aerobik dengan menggunakan saringan

pasir lambat untuk mengurangi kandungan COD, menghilangkan bakteri E.Coli dan

kekeruhan air, sehingga diperoleh air yang dapat dimanfaafkan kembali.

2. FUNDAMENTALSaringan pasir lambat adalah system yang sederhana dan mudah digunakan oleh

komunitas yang kecil. System ini mirip dengan filtrasi kecepatan tinggi yang mengunakan

media tunggal, tetapi ada perbedaan yang penting dalam mekanisme penggunaannya.

Operasional filter dilakukan dengan cara melewatkan air melalui suatu media pasir tanpa

bantuan proses kimiawi ataupun mekanis. Hingga saat ini banyak di kota - kota di Eropa

yang masih menggunakan proses filtrasi dengan memakai prinsip saringan pasir lambat

tersebut (Droste, 1997).

Desain dan operasional saringan pasir lambat yang relatif lebih sederhana jika

dibandingkan dengan saringan pasir cepat, membuatnya menjadi alternative primer bagi

pemakaian di Negara berkembang. Keuntungan penggunaan dari saringan pasir lambat

antara lain: dapat menghasilkan air dengan kandungan silika, besi dan alum rendah; Tidak

memerlukan pengolahan koagulasi dan flokulasi; serta tidak membutuhkan bahan kimia

(kecuali desinfektan); biaya operasi dan perawatan rendah; mempunyai efisiensi

penurunan bakteri yang baik; dan periode operasi relatif lama.

3

Page 4: Pengolahan Limbah Pertanian Tongkol Jagung Menjadi Menjadi

Pembersihan dalam saringan dilengkapi dengan sejumlah mekanisme yaitu

penyaringan, sedimentasi, flokulasi, mekanisme kimia dan fisika lainnya. Secara umum

mekanisme yang paling dominan adalah difusi dan sedimentasi. saringan pasir lambat

berjalan melalui fase pematangan selama beberapa minggu setelah dimulai. Selama fase

ini banyak microbial zoogleal atau gelatinous yang tumbuh dengan sendirinya dilapisan

atas saringan. Pada lapisan ini banyak terjadi pembentukan partikel koloid. Setelah

beberapa lama, kerusakan meningkat ke ujung kasar dan lapisan kecil pada medium telah

menimbulkan pengikisan pada ujung atas saringan. Pertumbuhan biologis meluas ke

bawah lapisan yang rusak dan kinerja saringan tidak terganggu.

Siklus ini akan berulang-ulang, sehingga tersisa ketebalan minimum pada medium

saringan, sehingga perlu dibersihkan. Pertumbuhan biologis dalam saringan bisa sangat

mempengaruhi kinerja saringan dan mekanisme pembersihannya. Saringan pasir lambat

yang beroperasi dengan baik akan menyisihkan hampir 98 - 99,5 % dari jumlah bakteri

yang terdapat dalam air baku dimana dalam saringan sudah terbentuk suatu lapisan tipis

pada permukaan pasir, yang sudah terbentuk setelah lebih kurang selama 2 minggu.

Lapisan tipis ini disebut dengan lapisan Schmutzdecke (Salvato,1982). Lapisan

Schmutzdecke secara biologi merupakan lapisan media yang sangat aktif, yaitu dapat

menyisihkan bahan-bahan organik tersuspensi dan mikroorganisme dengan proses

biodegradasi dan proses-proses lainnya. Lapisan ini terdiri atas lapisan mikroba yang

tumbuh dan berkembang biak. Bakteri, protozoa dan mikroorganisme besar lainnya

seperti helminthes dan materi mengapung sangat banyak dilapisan ini. Kandungan E. Coli

dalam air baku dapat dikurangi sebesar 102 – 103. Kista Giardia dan Crytosporidium dapat

dibersihkan dengan tingkatan mendekati sempurna (99,9%) dalam operational saringan

pasir lambat yang sempurna. Pada lapisan Schmutzdecke ini paling banyak terjadi

penguraian atau pengurangan partikel tersuspensi, bakteri dan bahan organik. Namun

setelah beberapa lama pengoperasian headloss akan meningkat sehingga harus

dilakukan pencucian dan pengurangan lapisan Schmutzdecke pada permukaan saringan

dengan dikeruk (Droste,1997).

Pada negara-negara beriklim tropis paling cocok menggunakan saringan pasir

lambat, dikarenakan pada iklim tropis mempunyai suhu yang hangat sehingga akan

membantu keaktifan dan keefisienan dari lapisan Schmutzdecke. Sedangkan untuk

daerah yang memiliki 4 musim filter harus ditutup untuk menjaga pertumbuhan bakteri dan

mikroba pada lapisan Schmutzdecke ini pada musim dingin (Droste, 1997).

4

Page 5: Pengolahan Limbah Pertanian Tongkol Jagung Menjadi Menjadi

Kekeruhan air umpan sebaiknya kurang dari 50 NTU agar operasional saringan

tidak terganggu, akan tetapi bila nilai kekeruhan melebihi angka itu dapat ditoleransi

dengan waktu operasi yang pendek (Huismann dan Wood, 1974). Juga dapat dilakukan

tindakan pretreatment seperti pembersihan sedimentasi atau memperkasar ukuran

saringan.

Pengoperasian saringan pertama-tama harus dilakukan dengan pengisian air dari

dasar atau secara upflow dengan air bersih. Hal ini akan mendorong keluarnya udara

yang masuk melalui pori-pori media. Kemudian operasi filtrasi dapat dimulai dan

membutuhkan waktu beberapa minggu untuk membentuk lapisan Schmutzdecke dan

menghasilkan kualitas effluent yang dapat diterima.

Aliran air umpan pada saringan pasir dapat dikontrol dengan baik oleh katup inlet

dan outlet yang diatur secara harian. Apabila headloss yang melalui saringan telah

mencapai nilai maksimal yang diijinkan (head 1,0 – 1,5 m ), maka lapisan atas media pasir

harus dikeruk sekitar 1,5 – 2 cm dan operasional dapat dilanjutkan kembali. Lapisan

Schmutzdecke dapat berkembang kebawah hingga ketebalan 2 cm, dan membuat kinerja

saringan pasir lambat berjalan tidak signifikan.

3. METODOLOGI 3.1 Saringan Pasir Lambat

Unit saringan pasir lambat terbuat dari bahan akrilik (Gambar 1). Saringan yang

digunakan mempunyai kemampuan beroperasi untuk mengalirkan fluida kebawah. Laju

alir saringan yang digunakan adalah 0,1 – 0,4 m/jam (35 liter/hari) dengan diameter

saringan sebesar 5 cm. Untuk ketinggian unit mengikuti ketebalan dari media, dan unit

saringan dapat ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Unit Saringan pasir lambat

Lapisan Ketinggian ( cm )Pasir ( diameter 0,5 – 0,8 mm ) 50

Pasir ( diameter 1,6 mm ) 10Kerikil kecil 10

Lapisan Ketinggian ( cm )Kerikil Besar 10

Tinggi air diatas media 100Total ketinggian filter 180

5

Page 6: Pengolahan Limbah Pertanian Tongkol Jagung Menjadi Menjadi

3.2 Pengoperasian Unit SaringanLangkah awal dalam pengoperasian Saringan pasir lambat, air baku dialirkan ke

dalam filter dari dasar saringan sampai ke permukaan atas media pasir. Hal ini dilakukan

untuk mengeluarkan udara yang terdapat pada pori-pori media media pasir dan kerikil

yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan mengalirkan air baku kebawah kedalam

unit saringan pasir lambat. Selama operasi air yang ada pada unit saringan pasir lambat

ini harus selalu menggenangi media pasir untuk menjaga agar organisme yang ada pada

permukaan lapisan pasir tidak mati.

Proses pengaliran air baku ini dilakukan secara kontinyu, sehingga menyebabkan

miokroorganisme tumbuh dengan sendirinya pada lapisan paling atas media pasir

(Gambar 1). Pada lapisan Schmutzdecke akan terjadi proses pengurangan partikel

tersuspensi, bahan organik, dan bakteri melalui proses oksidasi biologis maupun kimiawi.

Gambar 1. Diagram proses system saringan pasir lambat

3.3 Analisa Kekeruhan

6

Page 7: Pengolahan Limbah Pertanian Tongkol Jagung Menjadi Menjadi

Analisa kekeruhan menggunakan alat turbidimeter dengan metode nefelometrik,

alat ini bekerja dengan prinsip membandingkan antara intensitas cahaya yang

dihamburkan dari suatu sampel air dengan intensitas cahaya yang dihamburkan oleh

larutan standard pada kondisi yang sama. Sebagai larutan standard kekeruhan digunakan

larutan standard keruh dengan nilai 40 NTU.

3.4 Analisa E.ColiPengambilan sampel untuk analisa total Coliform adalah berikut ini: Ujung kran

effluent dipanaskan dengan nyala api selama ± 5 menit (supaya steril). Sampel kemudian

dimasukkan ke dalam botol yang sudah disterilkan terlebih dahulu dan diisi dengan air

sampel sampai bagian dari volume bersih. E.Coli dianalisa menggunakan metode MPN.

Adanya pertumbuhan bakteri golongan coli dapat diketahui dengan timbulnya gelembung

gas pada tabung Durham. Nilai E.Coli yang didapat dibandingkan dengan standar air

minum (Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002). Total coliform yang diijinkan

adalah 0 per 100 ml.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Kekeruhan selama waktu operasi

Air effluent dari pengolahan limbah Industri yang akan dialirkan kedalam saringan

pasir lambat sudah memiliki nilai kekeruhan yang cukup rendah antara 1,5 – 5 NTU. Nilai

kekeruhan ini telah memenuhi persyaratan air limbah yang dapat diolah oleh saringan

pasir lambat yaitu kurang dari 50 NTU.

Karena air limbah yang diumpankan pada saringan mempunyai nilai kekeruhan yang

bervariasi, maka nilai kekeruhan air yang dihasilkan bervariasi, dengan nilai rata-rata

sekitar 0,8 NTU (Gambar 2). Penurunan kekeruhan dari bahan organik tersuspensi

didalam air limbah karena proses biodegradasi mikroba yang terdapat pada lapisan

Schmutzdecke pada permukaan media pasir. Ada kenaikan persen penyisihan kekeruhan

mulai awal sampai akhir percobaan dari 40% hingga 69,56 %, hal ini menunjukkan bahwa

unjuk kerja system filtrasi sudah bekerja baik.

7

Page 8: Pengolahan Limbah Pertanian Tongkol Jagung Menjadi Menjadi

0

2

4

6

8

10

0 10 20 30 40 50 60

Waktu (hari)

Keke

ruha

n (N

TU)

0

20

40

60

80

100

% P

enyi

siha

n Ke

keru

han

Kekeruhan masukKekeruhan keluar% Penyisihan kekeruhan

Gambar 2. Profil kekeruhan air

4.2 COD selama waktu operasiProfil COD dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi

pengurangan nilai COD selama periode waktu operasi 60 hari, hal ini disebabkan oleh

peranan bakteri yang terdapat pada lapisan Schmutzdecke untuk mendegradasi bahan-

bahan organik yang diumpankan. Kandungan COD air limbah yang diumpankan kedalam

saringan pasir lambat bervariasi antara 8 sampai 80 mg/l, sehingga menghasilkan

penyisihan COD yang bervariasi antara 40 sampai 100% (Gambar 4). Penyisihan COD

dapat dicapai sebesar 100% dengan umpan air limbah sebesar antara 8 sampai 10 mg

COD/l. Besar penyisihan COD ini tidak semuanya konsisten sama, ada yang jauh dibawah

100%, hal ini menunjukkan bahwa bakteri mempunyai kapasitas tertentu untuk

mengkonsumsi bahan-bahan organik.

0

20

40

60

80

100

0 10 20 30 40 50 60Waktu (hari)

COD

(mg/

l)

COD masukCOD keluar

Gambar 3. Profil COD terlarut

8

Page 9: Pengolahan Limbah Pertanian Tongkol Jagung Menjadi Menjadi

0

20

40

60

80

100

0 10 20 30 40 50 60

Waktu (hari)

% P

enyi

siha

n C

OD

Gambar 4. Profil % penyisihan COD

4.3 Kandungan bakteri E.ColiColiform adalah keseluruhan bakteri dengan bentuk dan struktur yang menyerupai

Escherichia coli yang ditemukan didalam usus besar mamalia atau hewan berdarah panas

yang membantu dalam proses pencernaan makanan. Adanya coliform digunakan sebagai

indikator pencemaran tinja dalam analisis kualitas air. Keberadaan coliform dalam air

dapat menunjukkan adanya pencemaran disebabkan oleh mikroorganisme pathogen

penyebab penyakit.

Total coliform dilakukan pada air limbah sebelum dilewatkan saringan pasir lambat

dan setelah tumbuh lapisan Schmutzdecke pada lapisan atas media filter. Beberapa

literatur menyebutkan bahwa untuk analisa total coliform dilakukan setelah beberapa

minggu atau kurang lebih 40 hari pengoperasian saringan pasir lambat, yaitu setelah

tumbuh lapisan schmutzdecke. Pada penelitian ini setelah pengoperasian selama 40

sampai 60 hari sudah terbentuk lapisan Schmutzdecke (Gambar 5).

Kandungan E.Coli air effluent pada pengolahan air limbah industri sebelum

diumpankan pada saringan pasir lambat sebesar 24 x 105 MPN/100ml. Setelah melalui

proses pada saringan pasir lambat sebesar sebesar 7 x 104 MPN/100ml. Penurunan

kandungan E.Coli ini disebabkan oleh bakteri didalam lapisan Schmutzdecke yang dapat

mengkonsumsi bakteri pathogen seperti E.Coli yang merupakan food-chain. Disamping itu

juga terjadi proses adsorpsi, yang mana bakteri yang bermuatan negatif akan diikat oleh

butiran media pasir yang bermuatan positif, sehingga bakteri E.Coli yang terdapat dalam

9

Page 10: Pengolahan Limbah Pertanian Tongkol Jagung Menjadi Menjadi

air limbah industri dapat tereduksi. Hasil yang diperoleh untuk menyisihkan E.Coli sebesar

97,1%.

Gambar 5. Profil kondisi permukaan saringan pasir lambat

5. KESIMPULANDari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunaan saringan pasir

lambat dalam waktu 30 hari dengan laju alir volumetris 35 liter/hari sudah terbentuk

lapisan Schmutzdecke. Kekeruhan air effluent dapat berkurang dari antara 1,5 – 5 NTU

menjadi 0,8 NTU dengan penyisihan antara 40 - 69,56 %; kandungan E. Coli berkurang

dari 24 x 105 MPN/100 ml menjadi 7 x 104 MPN/100ml dengan penyisihan 97,1%; dan

penyisihan COD antara 40 -100% dengan umpan antara 8-80 mg/l dalam periode waktu

60 hari.

Daftar Singkatan

COD Chemical Oxygen DemandsDO Dissolved Oxygen (oksigen terlarut) MENKES Menteri KesehatanMPN Most Probable NumberNTU Nephelometric turbidity units

DAFTAR PUSTAKAAl-Layla, MA., Ahmad, S., dan Middlebrooks, S.J. (1997). Water supply engineering

design. Second editions, Ann Arbor Science, Michigan-USA.

10

Page 11: Pengolahan Limbah Pertanian Tongkol Jagung Menjadi Menjadi

Cynthia, D. (1995). Slow sand filter serves Dover a cool drink. On tap summer.Droste, RL. (1997). Theory and practice of water and wastewater treatments. John Willey

and Sons Inc.Gresham, B. (1998). The household Slow sand filter. Footsteps, 35, 11.Haarhoff, J.; Cleasby, J.L. (1991). Biological and physical mechanisms in slow

sand filtration. In: Slow Sand Filtration. Logsdon, G.S.(ed.). 19-68. American Society of Civil Engineers, New York, USA.

Huismann dan Wood, W.E. (1994). Slow sand filter. WHO, Genewa.Humphrey, B. (2005). Use of slow sand filter in Huacaria Peru, Blackbburn & Association,

Bellinghan, WA. Ochieng, GMM., Otieno, FAO., Ogada, TPM., Shitote, SM., dan Menzwa DM. (2004).

Performance of multistage filtration using different filter media against conventional water treatment systems. Water SA, 30(3).

Robert, A.L. (1995). The slow sand filtration alternative, RAL Engineering Ltd.Salvato, JA. (1982). Environmental engineering and sanitation. Secod edition, John Willey

and Sons Inc. New York.Rooklidge, SJ., Miner, JR., Kassim, TA., and Nelson, PO. (2005). Antimicrobial

Contaminant Removal by Mulistage Slow Sand Filtrasi. American Water Works Association, 97(12), 92-100.

11