bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. …eprints.uny.ac.id/18311/6/bab iv 09401241004.pdf ·...
TRANSCRIPT
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kepolisian Resor Kulon Progo
1. Gambaran Umum Kepolisian Resor Kulon Progo
Kepolisian Resor (Polres) Kulon Progo merupakan Institusi Polri
yang mempunyai tugas pokok polri sebagai pemelihara keamanan,
ketertiban masyarakat serta penegakkan hukum untuk memberi
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat di wilayah
hukum Polres Kulon Progo. Wilayah hukum Polres Kulon Progo terletak
di Kabupaten Kulon Progo, sebuah Kabupaten di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dalam melaksanakan tugas Polres Kulon Progo selalu
bekerja sama dengan Instansi samping dan masyarakat yang diharapkan
akan dapat membantu keberhasilan Polri yang maksimal. Keberhasilan
Polres Kulon Progo pada khususnya dan Polri pada umumnya akan
membawa dampak positif terhadap masyarakat, sehingga dapat
mempengaruhi kinerja Polres Kulon Progo/Polri untuk lebih baik
kedepannya. Polres Kulon Progo terletak di Jalan Wates-Yogya KM 02,
Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo.
a. Visi Kepolisian Resor Kulon Progo
Visi dari Polres Kulon Progo adalah sebagai berikut, Polres
Kulon Progo dan jajaran bertekad untuk mewujudkan Polri yang
profesional dan bermoral sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan
masyarakat yang dapat dipercaya oleh masyarakat dan pemerintah
51
dalam Pemeliharaan Keamanan Ketertiban Masyarakat
(harkamtibmas) di wilayah hukum Polres Kulon Progo.
b. Misi Kepolisian Resor Kulon Progo
Misi Polres Kulon Progo adalah sebagai berikut, berdasarkan
pernyataan visi yang diinginkan sebagai tersebut di atas selanjutnya
misi Polres Kulon Progo adalah:
1) Memberikan pelayanan, perlindungan, dan pengayoman secara
mudah dan responsif;
2) Harkamtibmas sepanjang waktu dan memberdayakan masyarakat;
3) Harkamtibcarlantas guna menjamin keselamatan arus orang dan
barang;
4) Penegakan hukum secara profesional, proporsional, transparan
dan akuntabel;
5) Pengelolaan SDM yang ada secara profesional, transparan dan
modern;
6) Mengembangkan Polmas berbasis masyarakat patuh hukum.
2. Organisasi dan Tata Kerja Polres Kulon Progo
a. Struktur Organisasi Kepolisian Resor Kulon Progo
Polres sebagai alat penegak hukum bertugas untuk
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat yang berada di
wilayah hukumnya. Gangguan kamtibmas seringkali terjadi terutama
dalam berlalu lintas, seperti pelanggaran dan kejahatan di jalan.
Selanjutnya sebagai sebuah institusi, diperlukan adanya struktur
52
organisasi untuk memperlancar tugas dan wewenang dari masing-
masing bagian dalam Polres Kulon Progo, sehingga tidak terjadi
tumpang tindih ataupun kekacauan dalam menjalankan tugas pada
institusi tersebut. Berdasarkan Keputusan Kapolri No. Pol.:
Kep/366/VI/2010 tanggal 14 Juni 2010 maka struktur organisasi
internal Polres Kulon Progo adalah sebagai berikut:
53
54
Struktur organisasi Polres Kulon Progo terdiri dari unsur
pimpinan, unsur pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana
tugas pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas
kewilayahan. Masing-masing bagian yang ada dalam unsur-unsur
tersebut memiliki tugas yang berbeda sesuai dengan bagiannya.
Pembagian tugas tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Unsur Pimpinan
a) Kepala Kepolisian Resor
Kepala Kepolisian Resor yang selanjutnya disingkat
Kapolres adalah pimpinan Polres yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Kepolisian Daerah
(Kapolda). Kapolres bertugas memimpin, membina,
mengawasi dan mengendalikan satuan-satuan organisasi di
lingkungan Polres dan unsur pelaksana kewilayahan dalam
jajarannya, serta memberikan saran pertimbangan dan
melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolda.
b) Wakil Kepala Kepolisian Resor
Wakil Kepala Kepolisian Resor yang selanjutnya
disingkat Wakapolres adalah pembantu utama Kapolres yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolres.
Wakapolres bertugas membantu Kapolres dalam melaksanakan
tugasnya dengan mengawasi, mengendalikan, mengkoordinir
pelaksanaan tugas-tugas seluruh satuan organisasi Polres, dan
55
dalam batas kewenangannya memimpin Polres dalam hal
Kapolres berhalangan serta melaksanakan tugas lain sesuai
perintah Kapolres.
2) Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan
a) Bagian Operasi
Bagian Operasi yang selanjutya disingkat Bag Ops
bertugas merencanakan, mengendalikan dan
menyelenggarakan administrasi kepolisian, termasuk latihan
pra operasi, melaksanakan koordinasi baik dalam rangka
keterpaduan fungsi maupun dengan instansi dan lembaga
terkait dalam rangka pelaksanaan pengamanan kegiatan
masyarakat, serta melaksanakan fungsi hubungan masyarakat
termasuk Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi. Bag Ops
dipimpin oleh Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops), yang
bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kabag Ops
dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Subbagian Pembinaan Operasi (Kasubbagbinops);
(2) Kepala Subbagian Pengendalian Operasi (Kasubbagdalops);
(3) Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat
(Kasubbaghumas).
56
b) Bagian Perencanaan
Bagian Perencanaan yang selanjutnya disingkat Bag
Ren bertugas menyusun rencana kerja dan anggaran,
pengendalian program dan anggaran serta analisa dan evaluasi
atas pelaksanaannya, termasuk rencana program
pengembangan satuan kewilayahan. Bag Ren dipimpin oleh
Kepala Bagian Perencanaan (Kabag Ren) yang bertanggung
jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari di bawah kendali Wakapolres. Kabag Ren dalam
melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Subbagian Program dan Anggaran
(Kasubbagprograr);
(2) Kepala Subbagian Pengendalian Anggaran
(Kasubbagdalgar).
c) Bagian Sumber Daya
Bagian Sumber Daya yang selanjutnya disingkat Bag
Sumda bertugas menyelenggarakan pembinaan dan
administrasi personel, pelatihan fungsi dan pelayanan
kesehatan, pembinaan dan administrasi logistik serta pelayanan
bantuan dan penerapan hukum. Bag Sumda dipimpin oleh
Kepala Bagian Sumber Daya (Kabag Sumda), yang
bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan
57
tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kabag Sumda
dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Subbagian Personel (Kasubbagpers);
(2) Kepala Subbagian Sarana dan Prasarana (Kasubbagsarpras);
(3) Kepala Subbagian Hukum (Kasubbagkum).
d) Seksi Pengawasan
Seksi Pengawasan yang selanjutnya disingkat Siwas
bertugas menyelenggarakan monitoring dan pengawasan
umum baik secara rutin maupun insidentil terhadap
pelaksanaan kebijakan pimpinan oleh semua unit kerja
khususnya dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
pencapaian rencana kerja, termasuk bidang material, fasilitas
dan jasa serta memberikan saran tindak terhadap
penyimpangan yang ditemukan. Siwas dipimpin oleh Kepala
Seksi Pengawasan (Kasiwas), yang bertanggung jawab kepada
Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah
kendali Wakapolres. Kasiwas dalam melaksanakan tugas
kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Subseksi Bidang Operasional (Kasubsibidops);
(2) Kepala Subseksi Bidang Pembinaan (Kasubsibidbin).
e) Seksi Profesi dan Pengamanan
Seksi Profesi dan Pengamanan yang selanjutnya
disingkat Sipropam bertugas menyelenggarakan pelayanan
58
pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan
tindakan anggota Polri, pembinaan disiplin dan tata tertib,
termasuk pengamanan internal, dalam rangka penegakan
disiplin dan pemuliaan profesi. Sipropam dipimpin oleh
Kepala Seksi Profesi dan Pengamanan (Kasipropam), yang
bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasipropam
dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Unit Proves (Kanitprovos);
(2) Kepala Unit Pengamanan Internal (Kanitpaminal).
f) Seksi Keuangan
Seksi Keuangan yang selanjutnya disingkat Sikeu
bertugas menyelenggarakan pelayanan fungsi keuangan yang
meliputi pembiayaan, pengendalian, pembukuan dan
akuntansi, pelaporan serta pertanggungjawaban keuangan.
Sikeu dipimpin oleh Kepala Seksi Keuangan (Kasikeu), yang
bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasikeu dalam
melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Subseksi Administrasi (Kasubsimin);
(2) Kepala Subseksi Gaji (Kasubsigaji);
(3) Kepafa Subseksi Akuntansi dan Verifikasi (Kasubsiakun);
(4) Kepala Subseksi Data (Kasubsidata).
59
g) Seksi Umum
Seksi Umum yang selanjutnya disingkat Sium bertugas
menyelenggarakan terjaminnya pelayanan administrasi dan
kelancaran tugas-tugas pimpinan yang mencakup fungsi
kesekretariatan, kearsipan, dan administrasi umum lainnya
serta pelayanan markas di lingkungan Polres. Sium dipimpin
oleh Kepala Seksi Umum (Kasium), yang bertanggung jawab
kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di
bawah kendali Wakapolres. Kasium dalam melaksanakan
tugas kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Subseksi Administrasi dan Ketatausahaan
(Kasubsimintu);
(2) Kepala Subseksi Pelayanan Markas (Kasubsiyanma).
3) Unsur Pelaksana Tugas Pokok
a) Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu
Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu yang selanjutnya
disingkat SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian
kepada masyarakat dalam bentuk penerimaan dan penanganan
pertama laporan/pengaduan, pelayanan bantuan/pertolongan
kepolisian, bersama fungsi terkait mendatangi Tempat
Kejadian Perkara (TKP) untuk melaksanakan kegiatan
pengamanan dan olah TKP sesuai ketentuan hukum dan
peraturan yang berlaku. SPKT terdiri dari tiga unit dan disusun
60
berdasarkan pembagian waktu (ploeg). Masing-masing Unit
SPKT dipimpin oleh Kepala SPKT, yang bertanggung jawab
kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di
bawah kendali Wakapolres.
b) Satuan Intelijen Keamanan
Satuan Intelijen Keamanan yang selanjutnya disingkat
Sat Intelkam bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi
Intelijen bidang keamanan, termasuk perkiraan intelijen,
persandian, pemberian pelayanan dalam bentuk surat
izin/keterangan yang menyangkut orang asing, senjata api dan
bahan peledak, kegiatan sosial politik masyarakat dan Surat
Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) kepada masyarakat
serta melakukan pengamanan, pengawasan terhadap
pelaksanaannya. Sat Intelkam dipimpin oleh Kepala Satuan
Intelijen Keamanan (Kasat Intelkam), yang bertanggung jawab
kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di
bawah kendali Wakapolres. Kasat Intelkam dalam
melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinops);
(2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan
(Kaurmintu);
(3) Kepala Unit yang terdiri dari paling banyak tujuh unit.
61
c) Satuan Reserse Kriminal
Satuan Reserse Kriminal yang selanjutnya disingkat Sat
Reskrim bertugas menyelenggarakan/membina fungsi
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana secara transparan
dan akuntabel dengan penerapan SP2HP (Surat Pemberitahuan
Perkembangan Hasil Penyidikan), memberikan pelayanan dan
perlindungan khusus terhadap korban dan pelaku anak dan
wanita, menyelenggarakan fungsi identifikasi baik untuk
kepentingan penyidikan maupun pelayanan umum,
menyelenggarakan pembinaan, koordinasi dan pengawasan
Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) baik di bidang
operasional maupun administrasi penyidikan sesuai ketentuan
hukum dan perundang-undangan. Sat Reskrim dipimpin oleh
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim), yang
bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasat Reskrim
dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinops);
(2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan
(Kaurmintu);
(3) Kepala Urusan Identifikasi (Kaurident);
(4) Kepala Unit yang terdiri dari paling banyak enam unit.
62
d) Satuan Narkoba
Satuan Narkoba yang selanjutnya disingkat Sat
Narkoba bertugas menyelenggarakan/membina fungsi
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkoba, serta
koordinasi dalam rangka pembinaan, pencegahan, rehabilitasi
korban dan penyalahgunaan narkoba. Sat Narkoba dipimpin
oleh Kepala Satuan Narkoba (Kasat Narkoba), yang
bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kasat Narkoba
dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinops);
(2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan
(Kaurmintu);
(3) Kepala Unit yang terdiri dari paling banyak tiga unit.
e) Satuan Pembinaan Masyarakat
Satuan Pembinaan Mayarakat yang selanjutnya
disingkat Sat Binmas bertugas menyelenggarakan pembinaan
masyarakat yang meliputi pembinaan teknis perpolisian
masyarakat (Polmas) dan kerja sama dengan instansi
pemerintah/lembaga/organisasi masyarakat, pembinaan
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa serta pembinaan
keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka
memberdayakan upaya pencegahan masyarakat terhadap
63
kejahatan serta meningkatkan hubungan sinergitas Polri-
masyarakat. Sat Binmas dipimpin oleh Kepala Satuan
Pembinaan Masyarakat (Kasat Binmas), yang bertanggung
jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari di bawah kendali Waka Polres. Kasat Binmas dalam
melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinops);
(2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan
(Kaurmintu);
(3) Kepala Unit Pembinaan Perpolisian Masyarakat
(Kanitbinpolmas);
(4) Kepala Unit Pembinaan Ketertiban Masyarakat
(Kanitbintibmas);
(5) Kepala Unit Pembinaan Keamanan Swakarsa
(Kanitbinkamsa).
f) Satuan Samapta Bhayangkara
Satuan Samapta Bhayangkara yang selanjutnya
disingkat Sat Sabhara bertugas menyelenggarakan dan
membina fungsi Samapta Bhayangkara yang mencakup tugas
polisi umum, yang meliputi pengaturan, penjagaan,
pengawalan, patroli, termasuk pengamanan kegiatan
masyarakat dan obyek vital, pengambilan tindakan pertama di
tempat kejadian perkara (TPTKP), penanganan tindak pidana
64
ringan, pengendalian massa, dalam rangka pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat. Sat Sabhara dipimpin
oleh Kepala Satuan Samapta Bhayangkara (Kasat Sabhara),
yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres.
Kasat Sabhara dalam melaksanakan tugas kewajibannya
dibantu oleh:
(1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinops);
(2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan
(Kaurmintu);
(3) Kepala Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli
(Kanitturjawali);
(4) Kepala Unit Pengamanan Objek Vital (Kanitpamobvit);
(5) Kepala Unit Pengendalian Massa (Kanitdalmas).
g) Satuan Lalu Lintas
Satuan Lalu Lintas yang selanjutnya disingkat Sat
Lantas adalah unsur pelaksana tugas pokok polres yang berada
di bawah Kapolres. Sat Lantas bertugas menyelenggarakan dan
membina fungsi lalu lintas kepolisian, yang meliputi
penjagaan, pengaturan, pengawalan, patroli, pendidikan
masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi
pengemudi/kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu
lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas, guna
65
memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran
lalu lintas. Sat Lantas dipimpin oleh Kepala Satuan Lalu Lintas
(Kasat Lantas), yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali
Wakapolres. Kasat Lantas dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinops);
(2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan
(Kaurmintu);
(3) Kepala Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli
(Kanitturjawali);
(4) Kepala Unit Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa
(Kanitdikyasa);
(5) Kepala Unit Registrasi dan Identifikasi (Kanitregident);
(6) Kepala Unit Kecelakaan (Kanitlaka).
h) Satuan Perawatan Tahanan dan Barang Bukti
Satuan Perawatan Tahanan dan Barang Bukti yang
selanjutnya disingkat Sat Tahti bertugas menyelenggarakan
pelayanan perawatan dan kesehatan tahanan, termasuk
pembinaan jasmani dan rohani, serta menerima, menyimpan
dan memelihara barang bukti, yang didukung dengan
penyelenggaraan administrasi umum yang terkait sesuai bidang
tugasnya. Sat Tahti dipimpin oleh Kepala Satuan Perawatan
66
Tahanan dan Barang Bukti (Kasat Tahti), yang bertanggung
jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari di bawah kendali Wakapolres. Kasat Tahti dalam
melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh:
(1) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan
(Kaurmintu);
(2) Kepala Unit Perawatan Tahanan (Kanitwattah);
(3) Kepala Unit Barang Bukti (Kanitbarbuk).
4) Unsur Pendukung
Seksi Teknologi Informasi Polri
Seksi Teknologi Informasi Polri yang selanjutnya
disingkat Sitipol bertugas menyelenggarakan pelayanan teknologi
komunikasi dan teknologi informasi, meliputi kegiatan
komunikasi kepolisian, pengumpulan dan pengolahan serta
penyajian data, termasuk informasi kriminal dan pelayanan
multimedia. Sitipol dipimpin oleh Kepala Seksi Teknologi
Informasi Polri (Kasitipol), yang bertanggung jawab kepada
Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah
kendali Wakapolres. Kasitipol dalam melaksanakan tugas
kewajibannya dibantu oleh:
a) Kepala Subseksi Teknologi dan Komunikasi (Kasubsitekkom);
b) Kepala Subseksi Teknologi dan Informatika (Kasubsitekinfo).
67
5) Unsur Pelaksana Tugas Kewilayahan
Kepolisian Sektor
Kepolisian Sektor yang selanjutnya disingkat Polsek
bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum dan pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat serta tugas-tugas Polri lain dalam wilayah
hukumnya, sesuai ketentuan hukum dan peraturan serta kebijakan
yang berlaku dalam organisasi Polri. Polsek dipimpin oleh Kepala
Kepolisian Sektor (Kapolsek) yang bertanggung jawab kepada
Kapolres.
Berkaitan dengan pelanggaran lalu lintas, unsur-unsur dalam
Polres Kulon Progo yang bertugas dalam menanggulanginya yakni
hampir seluruh personil Polres Kulon Progo terlibat, tetapi yang
memiliki tugas pokok dalam hal ini adalah Satuan Polisi Lalu Lintas
(Sat Lantas). Hal tersebut sesuai dengan pembagian tugas seperti
yang tercantum dalam struktur organisasi Polres Kulon Progo, yakni
Sat Lantas bagian dari unsur pelaksana tugas pokok.
b. Satuan Polisi Lalu Lintas Kepolisian Resor Kulon Progo
Satuan Polisi Lalu Lintas Polres Kulon Progo atau yang
selanjutnya disebut dengan Sat Lantas merupakan pelaksana tugas
pokok polres yang berada di bawah Kapolres. Sat Lantas bertugas
menyelenggarakan dan membina fungsi lalu lintas kepolisian, yang
68
meliputi pengaturan, pengawalan, patroli, pendidikan masyarakat
dan rekayasa lalu lintas dan identifikasi pengemudi/kendaraan
bermotor, penyisikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di
bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, keselamatan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Sat Lantas dipimpin oleh
Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas), yang bertanggung jawab
kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah
kendali Wakapolres. Kasat Lantas memiliki beberapa tugas, antara
lain:
1) Menyelenggarakan/membina fungsi lalu lintas yang meliputi
turjawali, pendidikan masyarakat bidang lantas, rekayasa lantas,
registrasi dan identifikasi ranmor/pengemudi, penyidikan laka
lantas dan penegakan hukum bidang lantas guna tercipta
kamseltibcar lantas.
2) Menyelenggarakan pembinaan partisipasi masyarakat melalui
kerjasama lintas sektoral, dikmaslantas dan pengkajian masalah di
bidang lalu lintas.
3) Melaksanakan operasi kepolisian di bidang lalu lintas dalam
rangka penegakan hukum dan keamanan, keselematan, ketertiban,
kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas).
4) Menyelenggarakan pelayanan administrasi registrasi dan
identifikasi ranmor serta pengemudi.
69
5) Melaksanakan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran
serta penanganan laka lantas dalam rangka penegakan hukum
serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya.
6) Menyelenggarakan pengamanan dan penyelamatan masyarakat
pengguna jalan raya.
7) Dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kapolres
dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali
Wakapolres.
Kasat Lantas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
dibantu oleh:
1) Kepala Urusan Pembinaan Operasional (Kaurbinopsnal) yang
memiliki tugas antara lain:
a) Melaksanakan pembinaan dan operasional lalu lintas Polres
dan Polsek jajaran;
b) Melaksanakan kerjasama lintas sektoral;
c) Melaksanakan pengkajian masalah di bidang lalu lintas;
d) Melaksanakan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalama
rangka penegakan hukum dan kamseltibcarlantas;
e) Menyelenggarakan perawatan dan pemeliharaan peralatan
kendaraan dinas lantas;
f) Dalam pelaksanaan tugasnya Kaurbinopsnat bertanggung
jawab kepada Kasat Lantas.
70
2) Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan (Kaurmintu),
yang memiliki tugas antara lain:
a) Menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketatusahaan.
b) Membuat program kegiatan dan menghimpun hasilnya dari
masing-masing unit sat lantas.
c) Membantu tugas-tugas yang dibebankan dari Kaurbinopsnal
maupun Kasat lantas.
3) Kepala Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli
(Kanitturjawali), yang memiliki tugas:
a) Menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan kepada
masyarakat bidang pengaturan, penjagaan, pengawalan dan
patroli;
b) Menyiapkan sarana dan prasarana berkaitan dengan
pelaksanaan operasional lantas.
c) Melaksanakan kegiatan operasional lantas dalam pengaturan,
penjagaan, pengawalan dan patroli untuk tercipanya
kamseltibcar lantas.
d) Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Kasat lantas.
4) Kepala Unit Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa
(Kanitdikyasa), dengan tugas antara lain:
a) Melaksanakan kegiatan pembinaan partisipasi masyarakat
meliputi pendidikan, pelatihan dan penyuluhan bidang lalu
lintas serta pembinaan PKS di sekolah-sekolah.
71
b) Melaksanakan pengkajian segala permasalahan bidang
rekayasa lantas untuk selanjutnya dikoordinasikan dengan
instansi terkait.
c) Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Kasat lantas.
5) Kepala Unit Registrasi dan Identifikasi (Kanitregident), dengan
tugas antara lain:
a) Menyelenggarakan pelayanan administrasi dan identifikasi
kendaraan bermotor serta pengemudi.
b) Mengawasi, mengarahkan, menganalisa dan evaluasi hasil
kegiatan registrasi dan identifikasi ranmor serta pengemudi.
c) Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Kasat lantas.
6) Kepala Unit Kecelakaan (Kanitlaka), dengan tugas antara lain:
a) Menyelenggarakan pelayanan dan penyidikan bidang laka
lantas dalam rangka penegakan hukum.
b) Mengawasi, mengarahkan, menganalisa dan evaluasi hasil
kegiatan penanganan laka lantas.
c) Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Kasat lantas.
Berdasarkan Surat Perintah tugas Nomor:
Springas/10/IV/2014 dapat dilihat daftar personel Sat Lantas Polres
Kulon Progo yang melaksanakan giat razia kendaraan bermotor,
antara lain:
72
73
Dalam menjalankan tugas untuk menanggulangi pelanggaran
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Satlantas melakukan
beberapa tindakan yaitu tindakan preemtif, tindakan preventif dan
tindakan represif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
penjelasan sebagai berikut:
1) Tindakan preemtif merupakan suatu tindakan mencegah,
mengeleminir kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya suatu
kejahatan atau melalui program penyuluhan, yakni dengan
menanamkan nilai-nilai atau norma-norma yang baik,
menyisipkan pesan-pesan antisipasi terhadap suatu kejahatan atau
pelanggaran.
2) Tindakan preventif yaitu tindakan yang berupa pencegahan
sebelum terjadi kejahatan atau pelanggaran.
3) Tindakan represif yaitu tindakan yang dilakukan sesudah
kejahatan atau pelanggaran terjadi dengan penegakkan hukum
serta penjatuhan hukuman terhadap kejahatan yang telah
dilakukan.
B. Upaya Polisi dalam Menanggulangi Pelanggaran Undang-undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan oleh Siswa di
Kulon Progo
Polisi telah bekerja keras untuk menjaga ketertiban dan keamanan
dalam masyarakat, termasuk ketertiban dalam berlalu lintas. Mengingat lalu
lintas merupakan akses mobilitas utama masyarakat dalam menjalankan
segala aktivitasnya. Melihat dari banyaknya siswa SMP dan siswa SMA yang
74
mampu mengemudikan kendaraan bermotor di jalan raya, apalagi beberapa
diantaranya melanggar Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yang selanjutnya disebut dengan Undang-undang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan membuat polisi dalam hal ini Sat Lantas
melakukan berbagai tindakan sebagai upaya untuk mengurangi pelanggaran.
Sat Lantas Polres Kulon Progo melakukan ketiga tindakan yang telah
disebutkan di atas dengan beberapa program yang telah dilaksanakan. Upaya
untuk menanggulangi pelanggaran yang telah dilaksanakan oleh Sat Lantas
Polres Kulon Progo adalah melalui 3 tindakan sebagai berikut.
1. Tindakan Preemtif
Seperti yang telah disebutkan di atas tindakan preemtif
merupakan suatu tindakan mencegah, mengeleminir kemungkinan-
kemungkinan untuk terjadinya suatu kejahatan melalui program
penyuluhan, yakni dengan menanamkan nilai-nilai atau norma-norma
yang baik, menyisipkan pesan-pesan antisipasi terhadap suatu kejahatan
atau pelanggaran. Upaya yang dilakukan oleh Sat Lantas Polres Kulon
Progo untuk menanggulangi pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan oleh siswa SMA dan siswa SMP yang termasuk
dalam tindakan preemtif ini antara lain adalah sebagai berikut.
a. Sosialisasi Peraturan Lalu Lintas di Lingkungan Dinas Pendidikan
Kulon Progo
Program ini dilaksanakan oleh Polres Kulon Progo dalam hal
ini adalah Sat Lantas Polres Kulon Progo bagian Unit Pendidikan
75
Masyarakat dan Rekayasa (Unit Dikyasa) yang bekerja sama dengan
Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo. Bahkan antara Polres
Kulon Progo dan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo telah
membuat perjanjian kerjasama untuk pelaksanaan program
sosialisasi peraturan lalu lintas di sekolah-sekolah lingkungan Dinas
Pendidikan Kabupaten Kulon Progo. Salah satu ruang lingkup
kerjasama yang telah disepakati dalam perjanjian antara Polres
Kulon Progo dan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo yaitu:
1) Melakukan sosialisasi peraturan lalu lintas di lingkungan Dinas
Pendidikan Kabupaten Kulon Progo;
2) Mencegah pelanggaran lalu lintas dari lingkungan Dinas
Pendidikan Kabupaten Kulon Progo;
3) Menurunkan angka kecelakaan lalu lintas;
4) Meningkatkan disiplin berlalu lintas;
5) Mewujudkan program Polisi Sahabat Anak, Patroli Keamanan
Sekolah, Masa Orientasi Sekolah, dan kegiatan lain yang terkait.
Adanya kerja sama tersebut diikuti dengan penyerahan buku-
buku mengenai model pengintegrasian pendidikan keselamatan
berlalu lintas melalui kegiatan pembinaan pendidikan
kewarganegaraan dan kepribadian untuk satuan pendidikan tingkat
Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menegah
Atas / Madrasah Aliyah (SMA/MA). Kemudian buku-buku tersebut
76
dibagikan kepada guru SMP dan guru SMA di Kulon Progo agar
dapat dijadikan sebagai panduan dalam mengintegrasikan materi lalu
lintas ke dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Melalui guru PKn
yang mampu mengintegrasikan etika dan budaya berlalu lintas pada
pelajaran tersebut, diharapkan akan dapat mewujudkan keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas mengingat
pelanggaran lalu lintas cenderung didominasi oleh usia sekolah.
b. Program Polisi Sahabat Anak
Program Polisi Sahabat anak merupakan sebuah program dari
Polri yang dilaksanakan oleh Satuan Unit Dikyasa. Program ini
ditujukan untuk memberikan proses pembelajaran terhadap
keberadaan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai sahabat
anak. Polisi perlu dikenal sejak dini oleh anak. Polisi adalah aparat
negara yang setiap saat selalu siap membantu ketertiban masyarakat.
Ketertiban sangat diperlukan dalam kehidupan negara untuk
mewujudkan masyarakat yang damai dan tenteram. Ketertiban
sebenarnya bukan saja menjadi tanggung jawab kepolisian. Namun
yang lebih penting adalah tumbuh menjadi kesadaran bersama
sebagai warga negara. Untuk memahami tertib hidup bermasyarakat,
maka sebaiknya sejak dini anak sudah dikenalkan dengan berbagai
tata tertib berlalu lintas sampai pada tata tertib kehidupan
bermasyarakat yang lebih luas.
77
Program Polisi Sahabat Anak ini tidak hanya
diimplementasikan kepada anak-anak TK di wilayah Kulon Progo,
namun juga kepada siswa SD, siswa SMP, dan juga siswa SMA.
Kepada siswa SMP dan siswa SMA selain belajar tata tertib lalu
lintas, kepada peserta didik tersebut diajak untuk melakukan
kegiatan bersama seperti Pramuka Saka Bayangkara. Selain itu Polisi
juga melakukan dialog-dialog untuk membahas berbagai
permasalahan terkini bagi dunia remaja. Mulai dari narkoba,
kenakalan remaja sampai pada masalah kriminal.
Baik anak-anak, siswa SMP, maupun siswa SMA dapat
belajar tentang tanda-tanda lalu lintas di kantor kepolisian setempat.
Kepada siswa tersebut dikenalkan ruang pengurusan SIM, ruang
STNK, ruang pengurusan Kecelakaan lalu Lintas juga dikenalkan
Ruang KDRT dan Anak (Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan
Anak). Program ini juga diimplementasikan oleh Polres Kulon
Progo. Salah satunya dengan melakukan program-program
pengembangan pengetahuan lalu lintas di sekolah-sekolah wilayah
Kulon Progo. Tujuan dari adanya pengembangan pengetahuan ini
adalah penumbuhan kesadaran berlalu lintas anak sejak dini.
2. Tindakan Preventif
Tindakan preventif merupakan tindakan yang berupa pencegahan
sebelum terjadinya kejahatan atau pelanggaran. Sat Lantas Polres Kulon
Progo telah melaksanakan beberapa kegiatan dalam tindakan
78
pencegahan/preventif ini. Terutama berkaitan dengan upaya dalam
menanggulangi pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kabupaten
Kulon Progo.
Dalam hal ini Polres Kulon Progo melaksanakan tugas
pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli atau selanjutnya disebut
dengan turjawali. Oleh karena itu, Sat Lantas Polres Kulon Progo yang
banyak terlibat tindakan preventif dalam upaya menanggulangi
pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Unit
Turjawali Sat Lantas Polres Kulon Progo.
Beberapa program yang telah dilakukan oleh Sat Lantas Polres
Kulon Progo yang termasuk tindakan preventif adalah sebagai berikut :
a. Kerjasama dengan Pihak Sekolah
Polres Kulon Progo melakukan kerjasama dengan sebagian
sekolah di wilayah Kulon Progo. Polres meminta pihak sekolah
melarang siswa SMP dan siswa SMA yang belum memiliki SIM
mengemudikan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi ke
sekolah. Dengan adanya kerjasama ini diharapkan sekolah dapat
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor bagi siswa SMP dan
siswa SMA di bawah umur 17 tahun karena hal ini jelas melanggar
Pasal 77 ayat (1) Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Selain itu, siswa SMP dan siswa SMA di bawah 17 tahun masih
cenderung labil sehingga perlu penumbuhan kesadaran berlalu lintas
79
terhadap para siswa. Salah satu contoh adalah pemberian materi
berlalu lintas yang baik dan sopan santun di jalan melalui simulasi
oleh petugas SIM Polres Kulon Progo kepada pelajar SMK Ma’arif 3
Wates pada tahun 2013.
Gambar 1. Simulasi berlalu lintas berlalu lintas yang baik dan sopan
santun di jalan oleh Petugas SIM Polres Kulon Progo.
Sumber : Dokumentasi Polres Kulon Progo tahun 2013 yang diolah
peneliti pada 01 Juli 2014.
Praktiknya, sekolah di Kabupaten Kulon Progo telah
menerapkan peraturan ini yaitu dengan melarang siswa
mengemudikan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi ke
sekolah. Terutama untuk siswa SMP, sekolah melarang siswa
mengemudikan kendaraan bermotor ke sekolah, sedangkan untuk
siswa SMA pihak sekolah juga melarang siswa mengemudikan
kendaraan bermotor kecuali bagi siswa yang telah memiliki SIM.
Akan tetapi, masih ada siswa yang melanggar peraturan tersebut,
80
misalnya di SMP Negeri 2 Pengasih ada beberapa siswa yang masih
membawa sepeda motor ke sekolah. Hal yang sama juga terjadi di
SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 3 Pengasih Kabupaten Kulon Progo.
Selain itu, masih ada juga siswa SMA yang belum memiliki SIM
mengemudikan motor, salah satu contohnya di SMA Negeri 1 dan
SMA Negeri 2 Wates Kabupaten Kulon Progo.
Awalnya sekolah memang sedikit longgar dengan aturan ini,
sekolah cenderung kurang peduli dengan aturan ini, tetapi melihat
tingginya pelanggaran dan himbauan dari Polres Kulon Progo yang
melarang siswa SMP dan siswa SMA usia di bawah 17 tahun
mengemudikan kendaraan membuat sekolah memperketat
berlakunya aturan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan oleh
sekolah adalah tidak membiarkan siswa memarkirkan kendaraan
bermotor yang dibawa di lingkungan sekolah. Dengan cara ini
diharapkan mampu meminimalisir dan mengurangi jumlah
pelanggaran peraturan tersebut. Namun, aturan ini pun dianggap
tidak mengurangi pelanggaran peraturan. Hal ini dikarenakan siswa
yang membawa kendaraan bermotor menitipkan kendaraan bermotor
yang dibawa pada tempat penitipan yang ada di rumah warga sekitar
sekolah dengan membayar biaya parkir. Salah satu contoh adalah
SMP Negeri 2 Pengasih, ada salah satu rumah warga yang dijadikan
tempat penitipan motor. Menurut keterangan pemilik rumah ada
sekitar 90 motor yang dititipkan di rumah tersebut setiap hari.
81
Gambar 2. Siswa-siswi SMP Negeri 2 Pengasih yang menitipkan sepeda
motor di tempat penitipan sekitar sekolah.
Sumber : Dokumentasi Penulis pada tanggal 05 Maret 2014.
Dengan kenyataan tersebut dapat dilihat belum efektifnya
program ini untuk mengurangi pelanggaran Undang-undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan oleh siswa SMP dan
siswa SMA di Kabupaten Kulon Progo. Oleh karena itu, saat ini
Polres Kulon Progo dalam hal ini Unit Turjawali masih berusaha
untuk mempertegas pemberlakuan aturan ini dengan meminta
kepada seluruh kepala sekolah di wilayah Kulon Progo untuk
memperketat berlakunya aturan ini. Selain itu, Polres Kulon Progo
mencoba menerapkan program lain yang diharapkan mampu
82
meminimalisir dan mengurangi pelanggaran terutama berkaitan
dengan pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
oleh siswa SMP dan siswa SMA. Apalagi untuk pelanggaran Pasal
77 ayat (1) Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
masih banyak dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kulon
Progo.
Program lain yang berkaitan dengan sekolah adalah
sosialisasi peraturan lalu lintas kepada siswa. Dalam pelaksanaannya
Anggota Dikyasa yang telah ditunjuk memberikan penyuluhan
kepada siswa SMP dan siswa SMA di Kabupaten Kulon Progo
dengan waktu yang telah ditentukan dan disepakati antara sekolah
dan Polres. Untuk waktu pelaksanaan penyuluhan lebih banyak
dilakukan pada saat dilaksanakannya Masa Orientasi Siswa atau
dikenal dengan MOS.
Pada saat MOS inilah siswa dan siswa peserta MOS akan
mendapatkan penyuluhan mengenai tertib lalu lintas kurang lebih
dua jam. Materi penyuluhan diawali dengan penjelasan mengenai
permasalahan lalu lintas, tata cara berlalu lintas, rambu-rambu lalu
lintas dan hal-hal terkait lalu lintas. Untuk penyuluhan siswa tingkat
SMP materinya lebih banyak mengarah pada aturan mengenai lalu
lintas dan tat cara berlalu lintas sebagai bekal kelak saat sudah
memenuhi syarat sebagai pengemudi. Selain materi tersebut polisi
dalam melakukan penyuluhan juga menyampaikan mengenai akibat-
83
akibat pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi. Dengan harapan
peserta penyuluhan menyadari resiko bahaya ketika melanggar tertib
lalu lintas, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran tertib lalu lintas.
Tahun 2013 lalu Polres Kulon Progo dalam hal ini Dikmas
Lantas Polres Kulon Progo melakukan penyuluhan lalu lintas pada
beberapa sekolah di wilayah Kulon Progo. Penyuluhan dilakukan
pada saat MOS. Berdasarkan jadwal kegiatan Unit Dikyasa Sat
Lantas Polres Kulon Progo pada saat MOS tahun ajaran 2013/2014
lalu ada beberapa sekolah yang diberikan penyuluhan mengenai
tertib lalu lintas. Sekolah-sekolah tersebut antara lain:
84
Tabel 4. Jadwal Kegiatan Dikyasa Sat Lantas Polres Kulon Progo dalam
Pendampingan Masa Orientasi Siswa (MOS) Tahun Ajaran 2013/2014
di Wilayah Kabupaten Kulon Progo
NO KESATUAN WAKTU SEKOLAH ALAMAT / TLP JUMLAH
SISWA
1 2 3 4 5 6
1 POLRES
KLP
Senin, 15 juli 2013
pukul 09.00 s/d
10.00 wib
SMA NEGERI
1 GALUR
Jl Brosot Brosot
Galur Kulon Progo
42 siswa
2 Senin, 15 juli 2013
pukul 10.00 s/d
11.30 wib
MA DARUL
ULUM
GALUR
Babrik tirtorahayu
Galur Kulon Progo
60 Siswa
Senin, 15 juli 2013
pukul 12.00 s/d
13.00 wib
SMK N 2
PENGASIH
Jl Kertodiningrat
Margosari Pengasih
Tlp ( 0274 ) 773029
514 siswa
3 Selasa, 15 juli 2013
pukul 12.30 s/d
13.30 wib
SMA N. 1
WATES
Jl Bhayangkara No
2 Wates Kulon
Progo
140 siswa
4 Selasa, 16 juli 2013
pukul 08.30 s/d
10.00 wib
SMA NEGERI
2 WATES
Jl Wahid Hasim
Bendungan Wates
(0274) 773055
149 siswa
5 Selasa, 16 juli 2013
pukul 10.00 s/d
11.30 Wib
MAN 2
WATES
Jl Khudori Wates
Kulon Progo
( 0274 ) 773301
145 siswa
6 Selasa, 16 juli 2013
pukul 10.00 s/d
12.00 Wib
SMK NEGERI
2 PENGASIH
Jl Kertodiningrat
Margosari Pengasih
Tlp ( 0274 ) 773029
514 siswa
7 Rabu, 18 juli 2013
pukul 07.30 s/d
08.30 Wib
SMP NEGERI
2 PENGASIH
Jl Yogja – Wates
Km24 Kedungsari
Pengasih
163 siswa
8 Rabu, 18 juli 2013
pukul 07.30 s/d
08.30 Wib
SMK NEGERI
1 TEMON
Jl Glagah
Kalidengen Temon
Kulon Progo
143 siswa
9 Rabu, 18 juli 2013
pukul 09.00 s/d 1100
Wib
SMK
MA’ARIF 1
WATES
Jl Brigjen Katamso
Wates Kulon Progo
265 siswa
10 Rabu, 18 juli 2013
pukul 09.00 s/d
10.15 Wib
SMA NEGERI
1 TEMON
Jl Wates –
Purworejo Km 12
Temon Kulon
Progo
140 siswa
11 Rabu, 18 juli 2013
pukul 10.30 s/d
12.00 Wib
SMK MUH 1
TEMON
Temon Kulon
Temon Kulon
Progo ( 0274 )
7117570
165 siswa
12 Rabu, 18 juli 2013
pukul 11.30 s/d
12.30 Wib
SMK BOPKRI
WATES
Jl P. Diponegero
Wates Kulon Progo
146 siswa
Sumber : Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Dikmas Lantas Polres Kulon Progo
Hari Senin sampai dengan Rabu Tanggal 15 sampai dengan 17 Juli 2013.
85
Dalam penyuluhan pihak polisi juga menghimbau agar siswa
SMP tidak mengemudikan kendaraan bermotor sebagai sarana
transportasi ke sekolah, apalagi siswa SMP belum cukup umur untuk
mengemudikan kendaraan bermotor. Untuk penyuluhan siswa SMA
juga dihimbau agar siswa yang belum memiliki SIM tidak
mengemudikan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi ke
sekolah. Dengan adanya penyuluhan mengenai lalu lintas di sekolah-
sekolah di Kulon Progo ini diharapkan mampu menumbuhkan
kesadaran untuk tertib berlalu lintas dan meminimalisir pelanggaran
terhadap Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 khususnya Pasal 77
Ayat (1) yang masih saja terjadi di Kabupaten Kulon Progo.
b. Operasi Simpatik Progo
Operasi simpatik merupakan salah satu program yang
dilaksanakan oleh Unit Turjawali Sat Lantas Polres Kulon Progo
untuk mengurangi pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan di Kabupaten Kulon Progo. Praktiknya Unit Laka
Sat Lantas Polres Kulon Progo juga terlibat dalam melakukan
operasi simpatik ini. Operasi simpatik dilaksanakan di seluruh
wilayah hukum Polres Kulon Progo. Operasi simpatik yang
dilaksanakan oleh Polres Kulon Progo diberi nama Operasi Simpatik
Progo.
Operasi simpatik dilakukan di jalan utama dan jalan alternatif
di Kabupaten Kulon Progo. Dalam operasi simpatik ini lebih banyak
86
melibatkan Polisi Wanita atau selanjutnya disebut dengan Polwan
melalui Program “Polwan Wow!,” tujuannya agar pelanggar
terutama bagi siswa SMA dan siswa SMP tidak takut ketika terjaring
operasi simpatik. Penunjukkan personil polwan ini dalam operasi
simpatik dilatarbelakangi adanya ketakutan sebagian masyarakat
terutama anak-anak kepada polisi, dengan adanya operasi yang
dilakukan oleh polwan diharapkan mampu mengurangi ketakutan
masyarakat kepada polisi. Dalam kegiatan ini polisi membagikan
leaflet kepada siswa SMP dan siswa SMA yang materinya berkaitan
dengan tertib lalu lintas. Leaflet yang diberikan juga dicetak secara
menarik dengan keterangan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-
anak usia sekolah.
Program ini dilaksanakan tanggal 19 Mei sampai dengan 8
Juni 2014. Tujuan dilaksanakan operasi simpatik ini adalah untuk
menekan angka kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas. Sebab angka
pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres Kulon Progo yang
dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA masih tinggi, kurang
lebih 500 pelanggaran yang terjadi per bulan selama tahun 2013 lalu.
Rincian pelanggaran yang dilakukan oleh siswa SMA dan siswa
SMP di Kulon Progo selama tahun 2013 sesuai dengan tabel 5.
87
Tabel 5. Data Pelanggaran Lalu Lintas oleh Siswa SMP dan Siswa
SMA di Kulon Progo
Bulan Jumlah
Januari 504
Februari 359
Maret 212
April 631
Mei 105
Juni 614
Juli 670
Agustus 508
September 614
Oktober 593
November 593
Desember 856
Total 6259
Sumber: Data dari Satlantas Polres Kulon Progo tahun 2013 yang
diolah oleh peneliti pada 01 April 2014.
Dalam operasi ini tidak semua pelanggar dikenai tilang.
Pelanggar justru diingatkan untuk tetap mematuhi peraturan lalu
lintas. Menurut keterangan dari pihak kepolisian masih banyak
pengendara motor yang belum mematuhi peraturan lalu lintas.
Seperti tidak menyalakan lampu, tidak mengklik helm dan
menerobos marka jalan. Terutama bagi siswa SMP dan siswa SMA
yang jelas-jelas melanggar Pasal 77 ayat (1) Undang-undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan. Bagi siswa SMP dan siswa SMA yang
tidak membawa SIM ketika terjaring operasi simpatik, mereka hanya
diberi teguran dan tidak ditilang.
Pelanggar diberikan teguran dalam operasi simpatik dengan
tujuan agar menyadari kesalahan dan tidak melanggar peraturan lagi.
Misalnya teguran kepada siswa yang belum memiliki SIM agar
selanjutnya siswa tersebut tidak mengemudikan kendaraan bermotor
88
karena belum memiliki SIM. Dengan begitu diharapkan kesadaran
dari siswa akan tumbuh, sehingga mengurangi pelanggaran Undang-
undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terutama Pasal 77 ayat (1)
yang berkaitan dengan kepemilikan SIM bagi pengemudi kendaraan
bermotor.
Dalam operasi simpatik ini teguran yang diberikan masih
berupa peringatan saja, lebih diutamakan kepada penumbuhan
kesadaran tertib berlalu lintas. Oleh karena itu, lebih banyak teguran
yang diberikan daripada sanksi tilang dalam operasi ini. Teguran
yang diberikan mulai dari peringatan untuk kelengkapan kendaraan
bermotor, kelengkapan perlindungan diri serta kepatuhan terhadap
rambu-rambu lalu lintas.
c. Satu Sekolah Dua Polantas (SSDP)
Satu Sekolah Dua Polantas (SSDP) merupakan upaya Polri
dalam rangka memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat melalui kerjasama dengan sekolah-
sekolah untuk ikut berperan serta membangun karakter bangsa dalam
bidang tata cara berlalu lintas yang lebih santun, lebih berbudaya dan
lebih bermartabat. Dalam upaya menekan terjadinya angka
kecelakaan dan angka pelanggaran Ditlantas Polda DIY
melaksanakan program Road Safety Partnership Action dengan
menerapkan program SSDP ini. Adapun Polantas dalam hal ini
bertugas untuk mendampingi secara persuasif dan edukatif kepada
89
para siswa/siswi tingkat SMP, SMA dan MA di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Kenyataannya baru beberapa sekolah saja di Kabupaten
Kulon Progo yang ditujuk atau menjadi sasaran program SSDP.
Program SSDP di Kabupaten Kulon Progo merupakan program
percontohan, sehingga hanya beberapa sekolah yang melaksanakan
program ini. Sekolah-sekolah tersebut baru mencakup sekolah
tingkat SMA saja, untuk SMP belum ada program SSDP ini.
Program SSDP dilaksanakan di SMK N 1 Pengasih, SMK N 2
Pengasih, SMA N 2 Wates, MAN 2 Wates, SMK Maarif 1 Wates,
SMK N 1 Nanggulan serta SMK Muhammadiyah 1 Temon.
Jadi, program ini belum dilaksanakan di seluruh SMA di
Kabupaten Kulon Progo. Apabila program ini dirasa efektif
menanggulangi pelanggaran yang ada di sekolah, maka program ini
akan dikembangkan dan dilaksanakan di seluruh sekolah di
Kabupaten Kulon Progo. Untuk saat ini target SSDP adalah SMA,
kedepannya apabila dianggap perlu, kemungkinan juga
dikembangkan di SMP.
d. Operasi Patuh Progo
Operasi patuh terhadap Undang-undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan atau disebut Operasi Patuh Progo dilaksanakan oleh
Sat Lantas Polres Kulon Progo dengan tujuan untuk menertibkan lalu
lintas serta mengurangi angka kecelakaan lalu lintas. Berbeda
90
dengan operasi simpatik dalam operasi patuh semua pelanggaran
akan mendapat sanksi tilang. Jika dalam operasi simpatik yang
berlaku adalah teguran, maka yang berlaku dalam operasi patuh
adalah tilang yang diberikan kepada pengguna jalan yang melanggar
aturan lalu lintas. Para pengguna jalan yang ditilang harus
menyelesaikan kasus pelanggaran tersebut di pengadilan dalam hal
ini adalah Pengadilan Negeri Kulon Progo.
Dalam operasi patuh ini sudah jelas siswa SMA yang belum
memiliki SIM dan siswa SMP akan mendapat sanksi tilang. Operasi
patuh dilaksanakan oleh personil dari Sat Lantas Polres Kulon Progo
bekerjasama dengan pihak Polsek seluruh wilayah Kulon Progo.
Untuk siswa SMP dan siswa SMA biasanya setelah terjaring operasi
patuh mereka tidak akan mengemudikan sepeda motor lagi ke
sekolah untuk waktu tertentu. Oleh karena itu, operasi patuh ini
dapat mengurangi tindak pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan oleh siswa SMP dan siswa SMA yang belum
memiliki SIM. Akan tetapi, kebanyakan siswa SMP dan siswa SMA
memilih jalur alternatif yang melewati pedesaan agar terhindar dari
operasi patuh ini. Apalagi operasi patuh ini hanya dilaksanakan satu
tahun sekali serta belum menjangkau seluruh jalan di wilayah-
wilayah pedesaan di Kabupaten Kulon Progo. Terbatasnya personil
polisi inilah yang menjadi kendala utama belum terlaksananya
operasi patuh secara menyeluruh di jalan wilayah Kulon Progo
91
terutama bagi pelaksanaan penertiban di sekolah-sekolah masih
sangat kurang sebab jumlah polisi lalu lintas tidak sebanding dengan
kebutuhan.
Jumlah Personil Satlantas Polres Kulon Progo yang bertugas
di lapangan hanya 69 personil sesuai dengan tabel 3. Padahal apabila
diperhitungkan sesuai dengan program SSDP setidaknya dibutuhkan
polisi lalu lintas sebanyak 270 personil. Hal tersebut di dasarkan
pada jumlah sekolah SMP dan SMA maupun MA di Kulon Progo.
Adapun jumlah SMP sebanyak 78 sekolah dan SMA maupun MA
sebanyak 57 sekolah.
Pelaksanaan operasi patuh ini cukup memberi efek jera
kepada siswa SMP dan siswa SMA yang pernah terjaring operasi ini.
Meskipun begitu masih ada juga siswa SMA yang belum memiliki
SIM dan siswa SMP yang tetap mengemudikan kendaraan bermotor
ke sekolah. Jadi, operasi patuh ini memberi efek jera sementara bagi
siswa SMA dan siswa SMP yang pernah terjaring dalam operasi ini.
Kebanyakan tidak akan mengendarai kendaraan bermotor pasca
terjaring operasi. Namun, setelah beberapa saat mereka cenderung
melanggar Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan
mengendarai kendaraan bermotor, apalagi mereka belum memiliki
SIM yang merupakan syarat diperbolehkannya seseorang
mengendarai kendaraan bermotor.
92
e. Program Patroli Keamanan Sekolah
Patroli Kemanan Sekolah atau selanjutnya disebut dengan
PKS merupakan sebuah organisasi yang dilaksanakan di sekolah-
sekolah. Awal mula berdirinya PKS ini mengalami perubahan dari
angkatan ke angkatan, dahulu PKS bernama BKLL yaitu badan
koordinasi lalu lintas yang dibentuk pada tanggal 16 Mei 1960. Lalu
diubah menjadi Polisi Keamanan Sekolah pada tanggal 5 Mei 1975.
Pada saat itu ruang lingkup tugas yang diemban PKS masih sempit,
yaitu hanya sebatas menjaga kemanan sekolah dari tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh siswa di sekolah tersebut. Untuk
memperluas ruang lingkup dari tugas polisi keamanan sekolah, maka
pada tanggal 5 Juli 1975 BKLL diganti nama dengan Patroli
Keamanan Sekolah atau disingkat PKS.
Ruang lingkup dari PKS mengalami penyempitan dan
perluasan. Tugas dipersempit di bidang keamanan, dimana tugas
yang diemban hanya sebagai pengawas atau pembantu dari tindakan
negatif yang terjadi di sekolah untuk selanjutnya dilaporkan kepada
pihak guru, sedangkan tugas yang mengalami perluasan yaitu pada
bidang kelalulintasan, dimana seluruh anggota PKS wajib
mengetahui peraturan lalu lintas.
Praktiknya dalam program PKS ini para siswa yang
bergabung dalam PKS akan dilatih menjadi semacam polisi sekolah.
Tidak hanya itu saja banyak sekali pengetahuan yang didapat oleh
93
seorang PKS. Siswa yang ikut dalam PKS diberi pelajaran mengenai
lalu lintas, senam lantas (pengaplikasian 12 gerakan pengaturan lalu
lintas yang dikombinasikan dengan musik), dan kenakalan remaja.
Tujuannya agar siswa tahu bagaimana cara berlalu lintas yang baik.
Selain itu, siswa SMP dan siswa SMA juga diajarkan latihan baris
berbaris, kedisiplinan, kekompakan, terutama gerakan-gerakan
pengaturan lalu lintas, yang biasanya diterapkan di lingkungan
sekolah masing-masing. Selain itu, semua tugas PKS juga menjaga
keamanan dan ketertiban di lingkungan sekolah.
PKS adalah aspek wadah untuk belajar bagi siswa dan siswi
guna mencari akar masalah keselamatan, kelancaran, keamanan
maupun mencari solusinya. Tugas PKS antara lain:
1) Mengatur lalu lintas di lingkungan sekolah dan sekitarnya;
2) Menyeberangkan siswa-siswi di jalur jalan pada saat mereka
masuk dan pulang sekolah; dan
3) Memahami kerawanan-kerawanan sosial yang terjadi di
lingkungan sekolah dan mencari solusinya.
Maksud dan Tujuan dari pembentukan PKS di sekolah-
sekolah antara lain:
1) Maksud
a) Sebagai wujud kepedulian terhadap pendidikan dan
kemanusiaan; dan
94
b) Sebagai wujud Polri dalam mewujudkan pembinaan di
kalangan siswa.
2) Tujuannya agar para siswa memahami, mengerti tentang
keselamatan dan keamanan di lingkungannya, diri sendiri maupun
di lingkungan sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Siswa yang bergabung sebagai anggota PKS akan
mendapatkan pelatihan langsung dari pihak Polres Kulon Progo.
Banyak sekali materi dan praktik yang diajarkan oleh pihak Polres
Kulon Progo. Materi-materi dan praktik yang diajarkan kepada
siswa-siswi anggota PKS, antara lain:
1) Pengetahuan Dasar Lalu Lintas
a) Gerakan memberikan isyarat pengatur lalu lintas bertujuan
(1) Mengarahkan agar lalu lintas berjalan dengan aman, tertib,
lancar dan selamat
(2) Mengatasi kepadatan arus lalu lintas
(3) Mengurangi terjadinya kecelakan lalu lintas
(4) Mencegah kerusakan-kerusakan jalan/infrastruktur
(5) Melindungi harta benda/jiwa orang lain di jalan
(6) Mengurangi pelanggaran di jalan
b) Pengetahuan rambu-rambu/marka jalan.
(1) Rambu-rambu yang menunjukan peringatan suatu bahaya
(dasar kuning petunjuk hitam)
95
(2) Rambu-rambu yang menunjukan larangan dan awas
perintah (dasar putih petunjuk merah)
(3) Rambu-rambu yang memberikan petunjuk (dasar biru
petunjuk putih)
(4) Rambu petunjuk arah/awas (rambu tambahan)
c) Pengetahuan dasar pengaturan lalu lintas
(1) Berhenti untuk semua jurusan
(2) Berhenti untuk satu arah tertentu (satu jurusan tertentu)
(3) Berhenti dari arah depan Petugas
(4) Berhenti dari arah belakang Petugas
(5) Berhenti dari arah depan dan belakang Petugas
(6) Jalan dari arah kanan Petugas
(7) Jalan dari arah kiri Petugas
(8) Jalan dari arah kanan dan kiri Petugas
(9) Percepat dari arah kanan Petugas
(10) Percepat dari arah kiri Petugas
(11) Perlambat dari arah depan Petugas
(12) Perlambat dari arah belakang Petugas
d) Pengetahuan penggunaan tanda bunyi pluit
(1) Tanda peringatan berhenti/perhatian
(2) Tanda berkumpul
(3) Tanda bahaya
(4) Tanda berhenti
96
(5) Tanda maju
(6) Tanda menunggu
e) Aturan -aturan lalu lintas :
Lalu lintas adalah gerak mudah kendaraan, orang, hewan di
jalan dengan menggunakan sarana jalan.
(1) Persyaratan administrasi kendaraan ( SIM dan STNK)
(a) Wajib memiliki SIM
(b) Wajib memiliki STNK
(2) Pengetahuan tentang lalu lintas :
(a) Rambu-rambu lalu lintas
(b) Marka jalan
(c) Alat pemberi isyarat lalu lintas
(d) Dekresi kepolisian dalam pengaturan lalu lintas :
i. Pengalihan arus
ii. Perintah yang bertentangan dengan traffic light
iii. Masalah kecelakaan lalu lintas
iv. Kewajiban pengemudi
v. Marka jalan
vi. Gugurnya tanggung jawab
vii. Masalah santunan dan asuransi
viii. Beberapa kesalahan pengemudi yang terlibat laka
f) Beberapa kesalahan pelajar dalam berlalu lintas :
(1) Tidak memakai helm
97
(2) Berboncengan lebih dari 2 orang
(3) Ingin dianggap hebat (trek-trekan)
(4) Membuka saringan knalpot
(5) Bercanda/pacaran sambil bekendara
(6) Gaya hidup dugem (lelah/ngantuk )
(7) Mudah emosi bila disalip
(8) Tidak membawa surat-surat
2) Tata cara berlalu lintas
a) Penggunaan jalur/lajur
b) Tata cara melewati
c) Tata cara berpapasan
d) Tata cara membelok
e) Tata cara memperlambat
f) Posisi kendaraan di jalan
g) Jarak kendaraan dijalan
h) Hak utama dipersimpangan
i) Persimpangan kereta api
j) Hak prioritas
k) Berhenti dan parkir
3) Pengetahun praktis berkendara dengan aman
a) Sikap kendaraan
(1) Cek mesin
(2) Cek bensin, dll
98
(3) Fungsi rem, gas, dll
b) Sikap pribadi
(1) Siap fisik dan mental
(2) Siapkan surat-surat
(3) Mengetahui aturan-aturan lalu lintas
c) Kesiapan lain
(1) Kesiapan perlengkapan (helm, dll)
(2) Siap berangkat lebih awal (agar tidak ngebut)
(3) Tahu jalur-jalur alternatif ( bila diperlukan)
4) Tips-tips aman mengemudi
a) Mengemudi pada malam hari
b) Mengemudi di jalan tol
c) Tips aman menghindari kecelakaan, dll
5) Harapan dan himbauan untuk pelajar
a) Pelajar dapat menjadi pelopor (contoh) dalam berlalu lintas
yang baik dan benar
b) Berperan aktif untuk mendukung program Peningkatan
Ketertiban dan Keselamatan Lalu Lintas dengan adanya
perubahan perilaku:
(1) Tidak kebut-kebutan
(2) Menggunakan helm/sabuk pengaman
(3) Mengutamakan keselamatan pribadi maupun orang lain
(4) Tidak melanggar peraturan yang ada
99
Materi Penunjang yang diberikan oleh Polres kepada PKS
antara lain:
1) Visi & Misi PKS
2) Hal Penting Bagi Anggota PKS
3) Sejarah Umum & Khusus PKS
4) PERMILDAS (Peraturan Militer Dasar)
(a) Peraturan Baris-Berbaris (PBB)
(b) Peraturan Penghormatan Militer (PPM)
(c) Tata Upacara Militer
5) Kelalulintasan
(a) Rambu-Rambu Lalu Lintas
(b) Surat Ijin Mengemudi (SIM)
(c) Huruf Kendaraan Bermotor
(d) Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(e) Senam Lantas
(f) Pengaturan Lalu Lintas
6) Kepemimpinan
(a) Jenis Kepemimpinan
(b) Gaya Kepemimpinan
(c) XI Azas Kepemimpinan
(d) Simulasi
7) TB-TB (Tarian Baris-Berbaris)/Dendang Korsa
8) Bela Diri Militer (BDM)
100
9) Dasar-Dasar Survival (Mountaineering-Hiking)
10) PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat)
Dalam pelaksanaannya sekolah yang telah menunjuk wakil
sekolah untuk program PKS ini akan mendapatkan bimbingan di
Polres Kabupaten Kulon Progo. Pelatihan yang diadakan meliputi
materi-materi dan praktik yang telah disebutkan di atas. Berdasarkan
penjabaran materi di atas dapat dilihat kebanyakan merupakan
materi mengenai lalu lintas. Saat ini hampir semua sekolah tingkat
SMP dan SMA wilayah Kulon Progo telah melaksanakan program
PKS sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Adanya
PKS ini cukup membantu terutama dalam menangani lalu lintas di
sekitar sekolah, seperti membantu siswa dalam menyeberang jalan
dan mengatur lalu lintas ketika pagi hari serta siang hari ketika
kegiatan sekolah usai.
3. Tindakan Represif
Tindakan represif yaitu tindakan yang dilakukan sesudah
kejahatan atau pelanggaran terjadi dengan penegakkan hukum serta
penjatuhan hukuman terhadap kejahatan atau pelanggaran yang telah
dilakukan. Dalam hal ini Polres Kulon Progo menggunakan istilah
penegakkan hukum. Dalam praktiknya kebanyakan siswa SMP dan siswa
SMA melakukan pelanggaran lalu lintas, seperti tidak memiliki SIM,
modifikasi kendaraan bermotor, melanggar aturan keselamatan
berkendara serta pelanggaran lain. Angka pelanggaran lalu lintas yang
101
dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA masih tinggi di Kabupaten
Kulon Progo. Data tahun 2013 menunjukkan rata-rata pelanggaran lalu
lintas yang dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA hampir 500 tindak
pelanggaran per bulan. Sebagaimana telah disebutkan pada tabel 4.
Untuk mengurangi pelanggaran tersebut Polres Kulon Progo melakukan
beberapa tindakan penegakkan hukum, antara lain:
a. Teguran Lisan
Teguran lisan diberikan kepada siswa SMP dan siswa SMA
yang kedapatan melanggar aturan lalu lintas terutama kelengkapan
surat-surat kendaraan. Teguran lisan ini merupakan tindakan awal
dari pihak kepolisian apabila kedapatan siswa SMP dan siswa SMA
mengendarai kendaraan bermotor di sekitar jalan dekat pos
penjagaan polisi. Polisi akan meminta siswa SMA yang belum
memiliki SIM agar tidak mengendarai kendaraan bermotor, lalu
menjelaskan aturan yang berlaku serta menunjukkan jika tindakan
yang dilakukan siswa tersebut adalah melanggar peraturan. Hal ini
juga berlaku untuk siswa SMP yang kedapatan mengendarai
kendaraan bermotor.
Untuk pelanggaran kelengkapan surat kendaraan memang
hanya ditindak dengan teguran lisan, tetapi untuk pelanggaran lain
seperti modifikasi motor, trek-trekan dan juga melanggar aturan
keselamatan berkendara (misalnya, berboncengan motor lebih dari
dua orang serta tidak memakai helm) biasanya akan ditindak dengan
102
menyurati atau memanggil orang tua/wali dari pelanggar. Melihat
banyaknya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh siswa SMP
dan siswa SMA di Kabupaten Kulon Progo hingga saat ini pihak
Polres Kulon Progo masih berupaya untuk memberikan efek jera dan
meminimalisir pemakaian kendaraan bermotor oleh siswa SMP dan
siswa SMA yang tidak memiliki SIM.
b. Teguran Tertulis
Teguran tertulis diberikan kepada siswa SMP dan siswa SMA
yang tidak mengindahkan teguran secara lisan dari pihak kepolisian.
Teguran tertulis akan diselesaikan dengan memanggil orang tua atau
wali dari siswa SMP maupun siswa SMA yang kedapatan melanggar
peraturan tersebut. Dalam hal ini polisi akan meminta orang tua atau
wali mengawasi dan menghimbau agar tidak memfasilitasi dan
mengizinkan putra putrinya untuk mengendarai sepeda motor. Selain
itu, polisi bekerja sama dengan guru Bimbingan Konseling (BK)
untuk memperoleh data mengenai pelanggaran yang dilakukan dan
meminta guru Bimbingan Konseling (BK) memberikan tindakan.
Tindakan yang diberikan guru BK ini biasanya berupa
penjelasan dan pengawasan terhadap siswa SMP maupun siswa
SMA, bukan memberikan sanksi. Sebagai contoh, bagi siswa SMK
N 2 Pengasih yang tidak memiliki SIM akan di data yang kemudian
diserahkan kepada polisi. Setelah itu polisi akan membantu siswa
SMK tersebut dalam proses pembuatan SIM. Selain itu, polisi juga
103
menghimbau pihak sekolah memperketat berlakunya larangan
membawa sepeda motor ke sekolah. Dengan adanya tindakan ini
diharapkan orang tua dan pihak sekolah mampu mengurangi angka
pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
c. Tilang
Bukti pelanggaran atau sering disebut dengan tilang
merupakan denda yang dikenakan oleh polisi kepada pengguna jalan
yang melanggara peraturan. Tilang akan diberikan kepada siswa
SMP dan siswa SMA yang kedapatan mengendarai sepeda motor
pada saat dilakukan operasi patuh. Selain itu, tilang juga dilakukan
kepada siswa SMP dan siswa SMA yang melanggar peraturan lalu
lintas, misalnya seperti memodifikasi motor, tidak memperhatikan
kelengkapan keselamatan berkendara serta melanggar keselamatan
berkendara seperti berboncengan lebih dari dua orang yang telah
dilakukan secara berulang-ulang. Dalam hal ini polisi akan
mengambil tindakan untuk memberikan sanksi tilang pada
pelanggar.
Penyelesaian kasus tilang yang melibatkan siswa SMP dan
siswa SMA dilakukan dengan memanggil kedua orang tua/wali.
Dalam hal ini pelanggar akan diwakili oleh orang tua/wali dalam
penyelesaian kasus pelanggaran di pengadilan. Tata cara penindakan
pelanggaran tersebut diperiksa menurut acara pemeriksaan cepat
dengan dikenai denda berdasarkan penetapan dari pengadilan. Dalam
104
KUHAP diatur mengenai pemeriksaan perkara pelanggaran lalu
lintas yaitu pada Paragraf 2 Pasal 211 KUHAP. Pasal 211 KUHAP
dinyatakan bahwa yang diperiksa menurut acara pemeriksaan pada
paragraf ini ialah perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan
perundang-undangan lalu lintas jalan. Perkara pelanggaran tertentu
berdasarkan KUHAP adalah:
1) Mempergunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi,
membahayakan ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang
mungkin menimbulkan kerusakan jalan;
2) Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat
memperlihatkan surat izin mengemudi (SIM), surat tanda nomor
kendaraan (STNK), surat tanda uji kendaraan yang sah atau tanda
bukti lainnya yang diwajibkan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan lalu lintas jalan atau ia dapat
memperlihatkannya tetapi masa berlakunya sudah kadaluwarsa;
3) Membiarkan atau memperkenankan kendaraan bermotor
dikemudikan oleh orang yang tidak memiliki surat izin
mengemudi;
4) Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu
lintas jalan tentang penomoran, penerangan, peralatan,
perlengkapan, pemuatan kendaraaan dan syarat penggandengan
dengan kendaraan lain;
105
5) Membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa
dilengkapi dengan plat tanda nomor kendaraan yang sah, sesuai
dengan surat tanda nomor kendaraan yang bersangkutan;
6) Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas
pengatur lalu lintas jalan dan atau isyarat alat pengatur lalu lintas
jalan, rambu-rambu atau tanda yang ada di permukaan jalan;
7) Pelanggaran terhadap ketentuan tentang ukuran dan muatan yang
diizinkan, cara menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau
cara memuat dan membongkar barang;
8) Pelanggaran terhadap izin trayek, jenis kendaraan yang
diperbolehkan beroperasi di jalan yang ditentukan.
Dalam Pasal 212 KUHAP disebutkan bahwa untuk perkara
pelanggaran lalu lintas jalan tidak diperlukan berita acara
pemeriksaan, oleh karena itu catatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 207 ayat (1) huruf a segera diserahkan kepada pengadilan
selambat-lambatnya pada kesempatan hari sidang pertama
berikutnya. Berdasarkan Pasal 212 KUHAP berita acara ditiadakan
dan diganti dengan suatu formulir yang lebih mudah dan tinggal
mengisinya saja oleh penegak hukum dalam hal ini Polisi Lalu
Lintas. Surat isian (formulir) ini disebut bukti pelanggaran lalu lintas
tertentu atau selanjutnya disebut dengan tilang.
Sistem tilang ini juga disebut ticketing-system dan
penyelesaiannya mula-mula yaitu dari petugas polisi, ke Kejaksaan
106
Negeri dan kemudian Pengadilan Negeri untuk disidangkan.
Tembusan-tembusan kepada si pelanggar dan untuk keperluan
administrasi lalu lintas, singkatnya penyelesaian sampai dengan
eksekusi hukuman, menggunakan surat-surat isian atau formulir atau
bukti tilang yang berwarna-warni (merah, putih, hijau, biru dan
kuning).
Polisi lalu lintas yang menangkap basah pelanggaran,
mengisi tilang dan mengurusnya sebagai berikut
1) Lembar warna merah untuk pelanggar;
Lembar merah yang diberikan oleh Polantas adalah sebagai
berikut,
Gambar 3 Lembar merah tampak depan
Sumber: Dokumen Polres Kulon Progo yang diolah peneliti pada 1 Juli
2014.
107
Gambar 4 Lembar merah tampak belakang.
Sumber : Dokumen Polres Kulon Progo yang diolah peneliti pada 1 Juli
2014.
2) Lembar warna putih untuk kejaksaan negeri;
Gambar 5. Lembar Putih Tampak Depan
Sumber : Dokumen Polres Kulon Progo yang diolah peneliti pada 1 Juli
2014.
108
Gambar 6. Lembar Putih Tampak Belakang
Sumber : Dokumen Polres Kulon Progo yang diolah peneliti pada 1 Juli
2014.
3) Lembar warna hijau untuk pengadilan;
Gambar 7. Lembar Hijau Tampak Depan
Sumber : Dokumen Polres Kulon Progo yang diolah peneliti pada 1 Juli
2014.
109
Gambar 8. Lembar Hijau Tampak Belakang
Sumber : Dokumen Polres Kulon Progo yang diolah peneliti pada 1 Juli
2014.
4) Lembar warna biru untuk arsip SIM atau STNK/bagian
administrasi lalu lintas;
Gambar 9. Lembar Biru Tampak Depan
Sumber : Dokumen Polres Kulon Progo yang diolah peneliti pada 1 Juli
2014.
110
Gambar 10. Lembar Biru Tampak Belakang
Sumber: Dokumen Polres Kulon Progo yang diolah peneliti pada 1 Juli
2014.
5) Lembar warna kuning untuk laporan petugas dan bagian operasi
lalu lintas kepolisian.
Gambar 11. Lembar Kuning Tampak Depan
Sumber : Dokumen Polres Kulon Progo yang diolah peneliti pada 1 Juli
2014.
111
Gambar 12. Lembar Kuning Tampak Belakang
Sumber : Dokumen Polres Kulon Progo yang diolah peneliti pada 1 Juli
2014.
Dalam formulir tilang sudah tertera isian tentang keharusan
pelanggar menghadap Sidang Pengadilan Negeri pada hari, tanggal
dan jam tertentu yang sekaligus diperintahkan/diharuskan kepada si
pelanggar. Pelanggar harus menandatangani pernyataan
pemberitahuan. Berdasarkan acara pemeriksaan perkara pelanggaran
lalu lintas terdakwa dapat mewakilkan di sidang. Hal ini juga sesuai
dengan Pasal 267 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
dalam ayat (1) disebutkan bahwa setiap pelanggaran lalu lintas dan
angkutan jalan yang diperiksa menurut acara pemeriksaan cepat
dapat dikenai pidana denda berdasarkan penetapan pengadilan.
Dalam hal ini penetapan pengadilan dapat dilihat pada lembar tilang
bagian belakang. Untuk kasus pelanggaran yang dilakukan oleh
siswa SMP dan siswa SMA yang dikenai tilang kebanyakan akan
112
diselesaikan oleh orang tua. Hal ini sudah sesuai dengan Pasal 212
KUHAP serta Pasal 267 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
C. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Polisi dalam Upaya
Menanggulangi Pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan oleh Siswa di Kulon Progo
Polres Kulon Progo telah bekerja keras melaksanakan beberapa
program dalam upaya menanggulangi pelanggaran Undang-undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan terutama Pasal 77 ayar (1) yang dilakukan oleh
siswa SMP dan siswa SMA di Kulon Progo. Akan tetapi, dalam praktiknya
masih ada beberapa hambatan yang dialami dalam melaksanakan beberapa
program tersebut. Upaya penanggulangan yang terbagi dalam tiga tindakan
(preemtif, perventif, dan represif) masih mengalami beberapa hambatan.
Hambatan yang dialami oleh Polres Kulon Progo antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Hambatan dalam Tindakan Preemtif
Tindakan preemtif yang dilakukan oleh Sat Lantas Polres Kulon
Progo meliputi; sosialisasi peraturan lalu lintas di lingkungan Dinas
Pendidikan Kulon Progo dan dilaksanakannya program polisi sahabat
anak. Praktiknya masih ada beberapa hambatan yang dialami oleh Sat
Lantas Polres Kulon Progo dalam tindakan preemtif ini. Hambatan
tersebut antara lain:
a. Kesadaran Tertib Berlalu Lintas sebagian Masyarakat Masih Rendah
113
Dapat dilihat dari banyaknya angka pelanggaran lalu lintas
oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kabupaten Kulon Progo masih
tinggi (merujuk pada tabel 5). Hal ini mengindikasikan bahwa
kesadaran berlalu lintas dari sebagian siswa SMP dan siswa SMA
serta sebagian orang tua siswa SMP dan siswa SMA masih rendah.
Praktiknya banyak sekali orang tua yang membiarkan anaknya
mengendarai sepeda motor sebagai sarana transportasi ke sekolah.
Seharusnya orang tua paham jika hal itu melanggar peraturan, Apalagi
orang tua pastinya sudah tahu jika anaknya belum memiliki SIM.
Seharusnya orang tua melarang anaknya mengemudikan sepeda motor
ke sekolah dan meminta anak menggunakan transportasi lain atau
meluangkan waktu untuk mengantar dan menjemput anaknya ke
sekolah. Kenyataannya di Kabupaten Kulon Progo sebagian orang tua
membiarkan anaknya yang belum memiliki SIM mengendarai sepeda
motor.
Hal ini cukup menghambat upaya Polres Kulon Progo dalam
menanggulangi pelanggaran Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan oleh siswa SMP dan siswa SMA. Orang tua yang
sebenarnya tahu jika tindakan mengemudikan sepeda motor tanpa
SIM adalah tindakan melanggar aturan, tetapi sebagian dari orang tua
dari siswa SMP maupun siswa SMA tetap memberikan fasilitas
sepeda motor dan tidak mau mengantar ke sekolah. Fenomena inilah
yang terjadi pada masyarakat Kabupaten Kulon Progo. Jadi, tidak
114
mengherankan jika banyak siswa SMA dan siswa SMP yang tidak
memiliki SIM mengemudikan sepeda motor ketika ke sekolah.
Selain itu, masyarakat di sekitar sekolah baik masyarakat
secara umum maupun beberapa oknum dari masyarakat yang
menyediakan tempat parkir bagi siswa yang membawa sepeda motor
ke sekolah tanpa memiliki SIM turut menjadi penghambat polisi
dalam upaya menanggulangi pelanggaran terhadap Undang-undang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bagaimanapun upaya dari polisi
untuk menanggulangi pelanggaran tersebut apabila masih ada tempat
parkir di sekitar sekolah hal itu akan tetap melanggengkan adanya
pelanggaran terhadap Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
b. Kompetensi Sebagian Guru Pendidikan Kewarganegaraan belum
Memadai
Pendidikan Kewarganegaraan yang selanjutnya disebut PKn
termasuk cakupan kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan
Kepribadian dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan
wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Selain itu perlu pula
ditanamkan kesadaran wawasan kebangsaan, jiwa patriotisme dan bela
negara, penghargaan terhadap hak asasi manusia, kemajemukan
bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi,
115
tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar
pajak, dan sikap serta perilaku berlalu lintas.
Oleh karena itu guru PKn sangat berpengaruh dalam
pembentukan karekter patuh hukum seorang siswa. Akan tetapi dalam
praktiknya, dewasa ini guru PKn masih terfokus pada
materi/pengetahuan saja sehingga siswa hanya mengahafal materi-
materi yang diberikan oleh guru. Padahal guru PKn seharusnya selain
mengajarkan materi tentang patuh hukum dan tertib berlalu lintas
tetapi seorang guru PKn juga harus mampu membentuk karakter siswa
sehingga tertanam dalam dirinya untuk patuh terhadap hukum dan
tertib berlalu lintas.
2. Hambatan dalam Tindakan Preventif
Tindakan preventif yang dilakukan oleh Polres Kulon Progo
meliputi beberapa program yang telah dilaksanakan. Program-program
tersebut antara lain; kerjasama dengan pihak sekolah, operasi simpatik
Progo, Program Satu Sekolah Dua Polantas (SSDP), operasi patuh Progo
dan program Patroli Keamanan Sekolah (PKS). Dalam pelaksanaan
program-program tersebut masih ada beberapa hambatan. Hambatan
dalam tindakan preventif ini antara lain adalah sebagai berikut.
a. Personil Polisi Belum Memadai
Hambatan yang terjadi ketika melaksanakan program dalam
upaya menanggulangi pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan oleh siswa SMA dan siswa SMP melalui tindakan
116
preventif salah satunya adalah masih terbatasnya personil Polres
Kulon Progo, terutama bagian Sat Lantas Polres Kulon Progo. Dapat
dilihat dari banyaknya personil Satlantas Polres Kulon Progo yang
bertugas di lapangan adalah 69 personil. Apabila merujuk pada
program SSDP yang dibutuhkan persekolah adalah dua personil polisi.
Dapat dihitung dari jumlah sekolah SMP sebanyak 78 dan SMA
maupun MA sebanyak 57 maka dibutuhkan 270 polisi lalu lintas
untuk melaksanakan program SSDP pada sekolah SMP dan SMA
maupun MA di wilayah Kulon Progo. Oleh karena itu dalam
praktiknya ketika melakukan operasi simpatik dan operasi patuh
ataupun penyuluhan di sekolah, program tersebut belum bisa
dilaksanakan secara menyeluruh, dikarenakan terbatasnya jumlah
personil.
Selain jumlah personil yang belum memadai, kemampuan
public speaking tiap personil berbeda. Tidak semua polisi mampu
berkomunikasi dengan nyaman dan percaya diri terhadap audien. Oleh
karena itu kurangnya kemampuan berbicara dengan audien ini turut
menghambat upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran terhadap
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009.
Operasi patuh Progo yang seharusnya juga mampu
menanggulangi pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan oleh siswa SMA dan siswa SMP, kenyataannya masih
belum membuahkan hasil. Sebab, masih banyak jalan desa dan jalan
117
alternatif yang belum terjangkau oleh pihak kepolisian dengan alasan
jumlah personil yang tidak memadai sehingga patroli diutamakan di
jalan utama saja. Oleh karena itu, banyak sekali siswa SMA dan siswa
SMP yang memanfaatkan jalan desa dan jalan alternatif tersebut.
b. Sarana Transportasi yang Belum Memadai
Kabupaten Kulon Progo memiliki wilayah yang luas, mobilitas
penduduk per kecamatan membutuhkan sarana transportasi. Sarana
transportasi juga diperlukan oleh siswa di Kabupaten Kulon Progo.
Akan tetapi, keberadaan sarana transportasi ini belum memadai di
Kabupaten Kulon Progo terutama untuk sarana transportasi umum
masih dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan siswa. Oleh karena
itu, banyak siswa yang beralih kepada sarana transportasi lain untuk
ke sekolah. Hal ini melatarbelakangi sebagian siswa di Kulon Progo
menggunakan sepeda motor sebagai sarana transportasi ke sekolah.
Sepeda motor yang mudah didapat dan hampir setiap rumah
ada menjadi salah satu pilihan paling tepat saat ini sebagai sarana
transportasi. Terutama bagi siswa yang memiliki tempat tinggal jauh
dari jangkauan transportasi umum. Kenyataannya banyak anak yang
belum memiliki SIM mampu mengemudikan sepeda motor. Apalagi
orang tua cukup mendukung dan melatih anaknya menggunakan
sepeda motor.
Sarana transportasi umum yang kurang memadai inilah
menjadi dasar penggunaan sepeda motor di kalangan siswa SMP dan
118
siswa SMA. Tidak adanya perbaikan sarana dan peningkatan kualitas
transportasi umum tersebut yang menjadi salah satu hambatan dalam
mengurangi pelanggaran lalu lintas oleh siswa SMP dan siswa SMA.
Jika sarana transportasi umum memadai tentu akan mengurangi
pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA. Sebab siswa SMP dan
siswa SMA memiliki sarana transportasi lain selain sepeda motor
sebagai alat transportasi ke sekolah.
3. Hambatan dalam Tindakan Represif
Tindakan represif merupakan tindakan yang dilakukan sesudah
kejahatan atau pelanggaran terjadi dengan penegakkan hukum serta
penjatuhan hukuman terhadap kejahatan atau pelanggaran yang telah
dilakukan. Dalam hal ini Polres Kulon Progo menggunakan istilah
penegakkan hukum. Tindakan represif ini dalam praktiknya masih
menemui beberapa hambatan diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Memiliki Kekerabatan dengan Polisi
Penegakan hukum hendaknya dilakukan secara tegas bagi yang
melanggar Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Akan tetapi
dalam praktiknya masih ada pelanggar yang minta tolong kepada
kerabatnya yang juga merupakan anggota kepolisian untuk
bagaimana caranya agar tidak dijatuhi sanksi secara tegas/tilang.
Hasilnya pelanggar dapat melenggang bebas tanpa dikenai sanksi
karena mendapat jaminan dari oknum polisi.
119
b. Pelanggar Melarikan Diri Masuk Desa
Kendaraan polisi yang sudah mumpuni saat ini tidak menjadi alasan
polisi tidak mampu menangkap atau mengejar pelaku pelanggaran
terhadap Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan. Namun polisi menjelaskan bahwa untuk
mengejar pelaku pelanggaran tersebut dibutuhkan alat komunikasi
berupa HT, sedangkan sinyal HT tidak menjangkau wilayah
pedesaan.