bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 sistim...

23
38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV akan dipaparkan data-data yang ditemukan dalam penelitian, berdasarkan persoalan penelitian tentang bagaimana klasis GKJ Salatiga Selatan menyelesaikan konflik perpecahan di jemaat GKJ Salatiga Timur, dan dampak dari keputusan klasis bagi GKJ Salatiga Timur. 4.1 Sistim Organisasi GKJ Gereja Kristen Jawa atau GKJ adalah kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah di dalam Yesus Kristus yang ada di suatu tempat tertentu. GKJ didirikan pada tanggal 17 februari 1931, terdiri dari 307 jemaat dan terhimpun dalam 32 klasis yang tersebar di enam provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. Ada pun sistem yang dipakai untuk mengatur kehidupan GKJ adalah sistem presbiterial. Sistem presbiterial sendiri yaitu suatu sistem gereja yang dimpimpin oleh Presbyteros (penatua). Keputusan tertinggi ada pada persidangan presbiter. Gereja dipimpin oleh pejabat - pejabat gerejawi; secara kolektif disebut majelis jemaat. Setiap anggota majelis jemaat mempunyai kedudukan yang sama dan masing - masing mempunyai tugas sendiri. Sistem tersebut memiliki dua ciri pokok antara lain; Pertama, setiap GKJ adalah gereja Allah yang mandiri, memiliki kewenangan, mampu mengatur dan mengembangkan diri sendiri, membiayai diri sendiri, dipimpin oleh majelis gereja yang terdiri dari penatua, pendeta dan diaken. Kedua, setiap GKJ wajib berjalan bersama

Upload: dodieu

Post on 21-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab IV akan dipaparkan data-data yang ditemukan dalam penelitian,

berdasarkan persoalan penelitian tentang bagaimana klasis GKJ Salatiga Selatan

menyelesaikan konflik perpecahan di jemaat GKJ Salatiga Timur, dan dampak dari

keputusan klasis bagi GKJ Salatiga Timur.

4.1 Sistim Organisasi GKJ

Gereja Kristen Jawa atau GKJ adalah kehidupan bersama religius yang berpusat

pada penyelamatan Allah di dalam Yesus Kristus yang ada di suatu tempat tertentu. GKJ

didirikan pada tanggal 17 februari 1931, terdiri dari 307 jemaat dan terhimpun dalam 32

klasis yang tersebar di enam provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,

Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten.

Ada pun sistem yang dipakai untuk mengatur kehidupan GKJ adalah sistem

presbiterial. Sistem presbiterial sendiri yaitu suatu sistem gereja yang dimpimpin oleh

Presbyteros (penatua). Keputusan tertinggi ada pada persidangan presbiter. Gereja

dipimpin oleh pejabat - pejabat gerejawi; secara kolektif disebut majelis jemaat. Setiap

anggota majelis jemaat mempunyai kedudukan yang sama dan masing - masing

mempunyai tugas sendiri. Sistem tersebut memiliki dua ciri pokok antara lain; Pertama,

setiap GKJ adalah gereja Allah yang mandiri, memiliki kewenangan, mampu mengatur

dan mengembangkan diri sendiri, membiayai diri sendiri, dipimpin oleh majelis gereja

yang terdiri dari penatua, pendeta dan diaken. Kedua, setiap GKJ wajib berjalan bersama

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

39

dan mengikatkan diri dengan gereja-gereja kristen Jawa lain yang diwujudkan dalam

persidangan klasis maupun sinode dan visitasi yaitu perkunjungan gerejawi baik oleh

visitator klasis mau pun sinode (Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ 2005 pasal 2).

Misi GKJ merupakan operasionalisasi dari visi GKJ;

Pertama, menjadi Gereja yang terus menerus diperbarui berdasarkan firman

Tuhan. Pembaruan itu antara lain terwujud dalam upaya memupuk

spiritualitas, memelihara penghayatan akan kehadiran Allah dalam seantero

kehidupan, serta memelihara relasinya dengan Allah secara sungguh-sungguh.

Kedua, menjadi gereja yang meneladan Yesus Kristus dalam seluruh

kehidupannya dengan cara hadir di tengah dunia sebagai teladan kebenaran

dan kekudusan.

Ketiga, menjadi gereja yang mewujudnyatakan keselamatan dalam

kehidupannya dan dalam keutuhan ciptaan, dengan memupuk semangat

eukumenis, peduli lingkungan, memperjuangkan terwujudnya keadilan dan

damai sejahtera bagi semua umat manusia.

4.1.1 Sistim Organisasi di Jemaat

GKJ dapat terdiri dari gereja induk dan pepanthan. Jika satu atau beberapa

pepanthan telah memenuhi syarat sebagai GKJ seperti dalam pasal 2 dalam tata gereja,

maka pepanthan tersebut dapat didewasakan. Syarat-syarat bagi pepanthan yang akan

didewasakan adalah; mempunyai motivasi yang sehat sesuai dengan nilai-nilai kristiani.

Mempunyai tujuan demi perkembangan gereja yang baik yang mendewasakan mau pun

didewasakan. Memiliki kemampuan untuk memerintah, mengembangkan, membiayai

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

40

diri sendiri. Mempunyai jumlah warga gereja sekurang-kurangnya 150 orang. Warga

dewasa sekurang-kurangnya 10 yang bersedia menjadi pejabat gerejawi. Memiliki

kemampuan keuangan gereja 40% dari anggaran pendapatan belanja gereja (APBG) per

tahun. Dapat dipakai untuk mencukupi kebutuhan biaya hidup pendeta gereja dan

kebutuhan pelayanan. Memiliki tempat ibadah yang menjamin keberlangsungan ibadah

(Tata Laksana GKJ 2005 pasal 4 ayat 1).

Warga GKJ adalah orang yang dibabtis di GKJ (tercatat dalam buku induk gereja)

dan orang yang pindah dari gereja lain menjadi warga GKJ (Tata GKJ 2005 pasal 6).

Warga yang dari gereja anggota PGI (Persekutuan Gereja Indonesia) diterima dengan

surat atestasi pindah. Jika bukan dari sesama anggota PGI maka akan diterima dengan

syarat diadakan percakapan dan diwartakan selama dua kali ibadah minggu. Jika tidak

ada keberatan dari anggota jemaat, maka akan diterima menjadi warga GKJ. Hilangnya

status sebagai warga GKJ jika; Pindah ke gereja lain, meninggalkan iman Kristen,

meninggal dunia (Tata laksana GJK pasal 4 ayat 4)

Secara tegas dalam pokok - pokok ajaran gereja dan tata laksana Gereja Kristen

Jawa tidak menyebutkan defenisi atau arti pendeta GKJ. Namun dalam dalam peraturan

kesejahteraan vicaris, pendeta, pendeta emeritus dan karyawan GKJ dikatakan bahwa

pendeta adalah orang yang diberikan hak khusus karena jabatan dan tanggungjawab

seperti yang diatur dalam tata gereja. Ada pun kewajibannya; menjaga dan menjunjung

tinggi nama baik gereja dan lembaga gereja. Melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung

jawab yang dibebankan gereja dan lembaga gereja. Sedangkan dalam peraturan

pembimbingan dan ujian calon pendeta sinode GKJ memberi tekanan bahwa pendeta

adalah sebagai pelayan jemaat yang merupakan salah satu sumber daya manusia gereja

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

41

yang mengemban mandat untuk membangun jemaat. Usia pensiun pendeta adalah 60

tahun (Peraturan Pembimbingan dan Ujian Calon Pendeta sinode GKJ Salatiga 2005).

Pendeta dalam GKJ direkrut dengan ketentuan; seorang yang belum berjabatan

pendeta dan harus melalui proses pencalonan, pemilihan, pemanggilan, pembimbingan,

pendampingan, ujian calon pendeta, vikariat dan penabisan.

Bagi yang sudah berjabatan pendeta harus melalui pencalonan, pemilihan,

pemanggilan dan peneguhan. Jika sudah berjabatan pendeta tetapi berasal dari gereja lain

(anggota PGI) harus melalui pencalonan, pemilihan, pemanggilan, pembimbingan,

pendampingan, ujian calon pendeta dan peneguhan. Ada pun persyaratannya; Warga sidi

GKJ atau yang lain (anggota PGI), telah menamatkan pendidikan minimal S1 dari

pendidikan teologi yang didukung GKJ. Bersedia menerima pokok-pokok ajaran GKJ,

Tata Geraja dan Tata Laksana. Memiliki kemampuan dan bersedia menjadi pendeta

sebagai panggilan spiritualitas. Syarat tambahan dapat ditentukan oleh majelis gereja

sesuai dengan konteks kebutuhan setempat. Dalam status kependetaan, diatur sebagai

berikut; Pendeta GKJ pada hakikatnya adalah pendeta GKJ pada jemaat tertentu,

memiliki kewenangan dan keabsahan pelayanan dilingkup klasis, sinode dan gereja lain

anggota PGI. Pendeta GKJ pada hakikatnya adalah pelayan penuh waktu, dan tidak

merangkap sebagai tenaga penuh waktu di lembaga lain (Tata Laksana GKJ 2005 pasal

7).

Alat-alat kelengkapan GKJ adalah sidang majelis gereja, badan-badan pembantu

dan administrasi. Sidang mejelis gereja terbagi atas dua; sidang majelis gereja untuk

membicarakan masalah - masalah yang berkaitan dengan kehidupan gereja. Sidang

majelis gereja terbuka adalah persidangan mejelis yang dihadiri oleh warga gereja, untuk

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

42

membicarakan masalah-masalah tertentu yang berkaitan dengan kehidupan gereja.

Keputusan kedua persidangan ini ditetapkan berdasarkan alkitab, pokok-pokok ajaran

GKJ, Tata Laksana GKJ, dengan mempertimbangakn keputusan klasis dan sinode.

Keputusan itu wajib diterima oleh dari GKJ yang bersangkutan.

Mejelis gereja dalam melaksanakan tugas panggilannya dapat mengangkat badan-

badan pembantu majelis gereja. Mereka adalah kelompok orang yang diangkat sebagai

komisi, panitia atau tim untuk melaksanakan tugas tertentu. Dalam menjalankan tugas,

badan pembantu majelis bertanggung jawab kepada pihak majelis gereja.

4.1.2 Sistim Organisasi Klasis GKJ

Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di wilayah tertentu yang

didasarkan pada pengakuan keesaan gereja sebagaimana dinyatakan dalam alkitab,

pokok-pokok ajaran GKJ serta tata gereja dan tata laksana GKJ. Ikatan kebersamaan itu

diwujudkan dalam persidangan klasis dan visitasi.

Sidang klasis adalah persidangan para pemangku jabatan gerejawi dan utusan

gereja-gereja anggota klasis. Persidangan klasis terbagi atas dua jenis; Sidang klasis

untuk membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan gereja dan

Sidang klasis istimewa adalah untuk membicarakan masalah-masalah tertentu dan

mendesak yang berkaitan dengan kehidupan gereja.

Keputusan sidang klasis dan sidang klasis istimewa ditetapkan berdasarkan

alkitab dan pokok ajaran GKJ, serta tata gereja dan tata laksana GKJ. Ada pun keputusan

kedua persidangan tersebut bersifat mengikat gereja-gereja yang ada dalam naungan

klasis.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

43

Alat-alat kelengkapan klasis adalah badan pelaksana klasis (Bapelklas), badan

pengawas klasis (Bawasklas) dan administrasi klasis. Bapelklas beranggotakan orang-

orang yang diangkat dalam persidangan klasis untuk melaksanakan keputusan-keputusan

klasis. Bapelklas bertanggung jawab kepada klasis. Sedangkan Bawasklas adalah badan

yang beranggotakan orang-orang yang diangkat oleh persidangan klasis untuk

melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan dan kekayaan klasis. Bawasklas

bertanggungjawab kepada klasis dan diberhentikan oleh persidangan klasis.

Klasis Salatiga bagian Selatan terletak di provinsi Jawa Tengah tepatnya di kota

Salatiga. Klasis GKJ Salatiga bagian Selatan terdiri dari 9 dan 13 pepanthan. Jemaat-

jemaat tersebut adalah GKJ Salib Putih, GKJ Salatiga Timur, GKJ Bagian Selatan, GKJ

Sidomukti, GKJ Karangalit, GKJ Susukan, GKJ Randuares, GKJ Agromulyo, dan GKJ

Menara Kasih. Jumlah KK dalam klasis adalah 1673 KK dengan 5905 anggota jemaat

yang terbagi atas warga dewasa 4367 jiwa dan warga anak-anak 1538 jiwa.

4. 2 Konflik Perpecahan GKJ Salatiga Timur

Pada tanggal 27 mei 2009 Pdt. Sari Frihono (kemudian disebut yang

bersangkutan) mengajukan pengunduran diri dari jabatan sebagai pendeta GKJ Salatiga

Timur (selanjutnya disebut GKJST) yang disampaikan secara tertulis kepada majelis

GKJST. Ada pun alasan permohonan pengunduran diri dari jabatan kependetaannya

karena, yang bersangkutan memiliki pergumulan pribadi dalam keluarga. Hal itulah yang

mengakibatkan tidak bisa melayani sakramen gerejawi. Dari pergumulan pribadi tersebut,

yang bersangkutan kemudian merasa tidak layak melayani sebagai seorang pendeta.

Permohonan pengunduran diri, yang bersangkutan adalah tanpa paksaan dari pihak mana

pun.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

44

“ Masalah pribadi yang bersangkutan sudah lama dan sebagian besar jemaat keberatan dengan masalah tersebut.

Merasa tidak layak, yang bersangkutan minta undur diri sebagai pendeta di sini (Informan A)”

Untuk merespon hal itu maka tercatat 1 juni-29 november 2009 surat

pengunduran diri yang bersangkutan diproses melalui serangkaian rapat yang dilakukan

oleh majelis GKJST. Rapat majelis harian, pleno majelis, rapat dengan forum komunikasi

majelis Salatiga, Bapelklas, visitator klasis, dan sidang majelis terbuka dengan tiga GJK

di Klasis Salatiga Selatan. Agenda rapat-rapat dimaksud adalah untuk mencari jalan

keluar bagi masalah yang bersangkutan. Merasa tidak menemukan jalan keluar, maka

hasil rapat mengusulkan penanggalan jabatan yang bersangkutan dibawa ke persidangan

Klasis Salatiga bagian Selatan satu di GKJ Sidomukti. (agenda rapat majelis GKJST).

4. 3 Upaya Penyelesaian

4.3.1 Di Jemaat

Saat salah satu pendeta GKJST memutuskan untuk mengundurkan diri dari

jabatan kependetaanya, langkah pertama yang ditempuh oleh majelis jemaat adalah

membahasnya dalam rapat majelis harian.

“Kami sudah membahasnya dalam rapat baik itu harian maupun pleno bahkan

pertemuan-pertemua yang sengaja kami lakukan dengan pihak klasis. Proses itu

memakan waktu yang sangat panjang. Harapan kami, masalah ini dapat diselesaikan

secara damai, mengingat ini adalah gereja dan sangat kental dengan budaya hidup orang

Jawa yang cinta damai (Informan B).

“Kami juga memberikan perkunjungan pastoral agar yang bersangkutan

mempertimbangkan hal ini dengan sebaik-baiknya, karena ini menyangkut gereja dan

pendeta, bagaimana penilaian orang kalau tahu gereja punya konflik (Informan A).

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

45

Dari pernyatan kedua informan, pihak majelis GKJST sudah mengadakan

pertemuan-pertemuan dalam upaya menyelesaikan masalah yang bersangkutan. Namun

langkah-langkah yang ditempuh belum membuahkan hasil apa pun. Dalam jangka waktu

yang begitu panjang antara 1 juni sampai dengan 29 november 2009, majelis jemaat

berulang kali mengadakan rapat. Rapat-rapat yang dilakukanpun ikut melibatkan pihak

ketiga yaitu forum komunikasi majelis Salatiga, Bapelklas, dan visitator klasis. Majelis

GKJST berharap, dengan hadirnya pihak ketiga yang dianggap netral bisa membantu

dalam menyelesaikan masalah yang ada. Kedudukan pihak ketiga dalam rapat-rapat

dimaksud adalah untuk menjembatani rekonsiliasi antara majelis jemaat dengan yang

bersangkutan.

Dalam sidang majelis terbuka yang dilakukan oleh majelis GKJST, diputuskan

bahwa status kependetaan yang bersangkutan tidak ditanggalkan tetapi kepada yang

bersangkutan diberikan kesempatan selama tiga bulan untuk merenungkan kembali surat

pengunduran dirinya. Dalam masa tiga bulan tersebut, yang bersangkutan tidak diberikan

kesempatan untuk melayani dalam tugas sebagai pendeta. Majelis GKJST berharap,

selama tiga bulan dan tanpa dibebani tugas kependetaan, yang bersangkutan bisa lebih

fokus untuk merenung kembali. (akta sidang majelis GKJST 2009).

Merasa diperlakukan tidak adil, yang bersangkutan mengajukan protes karena

merasa diberi hukuman dari pihak majelis jemaat GKJST. Protes itu disampaikan melalui

surat protes dan proses pastoral majelis GKJST. Setelah yang bersangkutan mengajukan

protes kepada pihak majelis GKJST, langkah yang diambil oleh mejelis GKJST adalah

kembali melakukan sidang majelis terbuka pada tanggal 29 november 2009. Dalam

persidangan itu dihadirkan tiga GKJ di wilayah Klasis Salatiga Selatan dengan tujuan

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

46

untuk memberikan masukan dalam persidangan dan juga menjembatani mediasi bagi

kedua pihak. Hasil dari persidangan dimaksud memutuskan untuk membawa masalah

penanggalan jabatan yang bersangkutan ke aras persidangan klasis (akta sidang majelis

GKJST 2009).

“karena semakin hari masalahnya semakin ruwet, kami memutuskan untuk menyerahkan

kepada klasis sesuai dengan struktur organisasi GKJ. Kami berharap klasis bisa

menyelesaikan secara damai” (Informan A).

Bukan hanya itu, dalam setiap persidangan klasis yang dilakukan, pihak GKJST

sendiri berharap, konflik GKJST bisa diselesaikan dengan jalan rekonsiliasi. Akan tetapi

keputusan-keputusan yang ditetapkan dalam setiap kali persidangan klasis lebih

mengarah kepada proses pendewasaan gereja. Ada pun upaya lain yang dilakukan oleh

pihak GKJST adalah mengadakan pertemuan dengan Persekutuan Menara Kasih

(selanjutnya disebut PMK) dengan mengundang klasis dalam hal ini Bapelklas dan

Bapelsin. Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil dikarenakan pihak PMK

sendiri juga menghendaki untuk menjadi sebuah gereja dewasa.

4.3.2 Klasis

Ketika terjadi konflik pihak klasis belum bisa untuk menindaklanjuti masalah

tersebut mengingat sistem yang dianut oleh GKJ adalah sistem presbiterial. Itu sebabnya

keputusan diserahkan kepada pihak majelis jemaat untuk memutuskan melalui rapat

majelis yaitu rapat harian dan rapat pleno. Jika dalam rapat pleno belum bisa

menghasilkan keputusan terakhir, barulah dibawa ke aras sidang klasis.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

47

Sebelum dibawa ke persidangan klasis, pihak klasis melalui tim visitasi (yang

betugas setahun minimal dua kali ke jemaat untuk meninjau kehidupan jemaat) telah

mengusahakan rekonsiliasi melalui proses mediasi kepada pihak yang bersangkutan

dengan majelis GKJST. Dalam proses mediasi tersebut, tim visitasi klasis berusaha

bersikap netral dalam setiap kebijakan yang ditempuh. Keputusan - keputusan diserahkan

kepada yang bersangkutan dan majelis GKJST. Team visitasi juga rutin melakukan

perkunjungan ke GKJST atau lebih dari dua kali seperti biasanya yang dilakukan tim

visitasi. Akan tetapi usaha yang dilakukan sia-sia karena salah satu pihak dalam hal ini

majelis GKJST seolah-olah mempersulit pihak PMK sehingga PMK merasa keberatan

jika harus berdamai. Dengan demikian, masalah tersebut kemudian dibawa ke

persidangan klasis.

“sebelum bersidang, kami sudah mengusahakan rekonsiliasibahkan tim visitasi rutin

mengunjungi GKJST.Tetapi kedua pihak ini sama-sama keras dalam mempertahankan

sikapnya” (Informan D).

Dalam persidangan GKJ Klasis Bagian Selatan I 16 januari 2010, dengan

mempertimbangkan; surat pengunduran diri yang bersangkutan, keputusan majelis

GKJST tentang pemberian cuti, hasil pendampingan majelis, laporan visitasi klasis

Salatiga XXXI, tata laksana GKJ pasal 15. Persidangan kemudian memutuskan,

menerima usulan majelis GKJST tentang penanggalan status kependetaan yang

bersangkutan. Membentuk team pendampingan yang akan mendampingi dalam proses

tager talak . Melaporkan hasil pendampingan yang dilakukan oleh team pendamping

pada sidang klasis istimewa pada bulan april 2010 dengan gereja penghimpun

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

48

GKJST(artikel 20 akta sidang klasis 1). Dalam rangka tager talak itu, klasis kemudian

memutuskan untuk kembali melakukan persidangan istimewa.

“Persidangan klasis istimewa sengaja dilakukan dalam rangka mempersiapkan proses tager talak”

(Informan D).

Persidangan klasis istimewa dilaksanakan pada 17 april 2010. Persidangan

membahas laporan tim pendampingan klasis dan masukan majelis GKJST. Sidang

mempertimbangkan beberapa hal antara lain; tata laksana GKJ pasal 15 perihal

penanggalan jabatan pendeta, pasal 55 tentang pamerdi atau pengakuan dosa, dan pasal

56 tentang pelayanan penerimaan pertobatan. Rekomendasi team pendampingan klasis,

informasi majelis GKJ, keutuhan jemaat GKJST, semangat rekonsiliasi, dan surat

permohonan pengakuan dosa yang bersangkutan juga menjadi hal lain yang

dipertimbangkan dalam persidangan.

Memperhatikan beberapa hal di atas, sidang memutuskan;

Pertama menerima permohonan pengakuan dosa yang bersangkutan dan

jabatan kependetaan tidak ditanggalkan.

Kedua, meminta majelis GKJST untuk melayani pengakuan dosa

terhadap yang bersangkutan beserta keluarga dalam kebaktian jemaat.

Ketiga, demi menjaga keutuhan jemaat dan keberlanjutan pelayanan yang

bersangkutan, maka yang bersangkutan tidak lagi melayani sebagai

pendeta GKJST. Kepada yang bersangkutan diberi kesempatan untuk

mendapatkan tempat pelayanan yang baru.

Dalam proses tersebut, maka majelis GKJST bertanggung jawab dalam memenuhi

Jaminan hidupnya. Keempat, menugasi Bapelklas untuk mendampingi majelis GKJST

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

49

dan yang bersangkutan. (artikel 10 akta sidang klasis istimewa GKJ klasis bagian Selatan

2010).

Atas keputusan itu yang bersangkutan menyatakan menerima semua yang

menjadi hasil keputusan persidangan dengan tidak ada paksaan. Akibat dari hasil

persidangan tersebut, timbullah kelompok Persekutuan Menara kasih atau PMK yang

tidak setuju dengan keputusan sidang klasis (11 akta sidang klasis istimewa klasis GKJ

bagian selatan 2010).

“Yang bersangkutan menerima keputusan persidangan, tetapi pendukungnya tidak

menerima keputusan sidang istimewa” (Informan E).

“Kami kurang setuju dengan keputusan sidang klasis, karena sepertinya hasil persidangan

lebih membela GKJST.Hal ini mungkin saja karena ada diantara mereka yang menjabat

sebagai Bapelklas.Daripada kami ke gereja tapi hatinya tidak damai, lebih baik kami

bikin kebaktian sendiri” (Informan C).

Namun dikemudian hari, konflik semakin bertambah dikarenakan pihak GKJST

tidak bersedia menjalankan hasil persidangan klasis. Sementara itu PMK tidak lagi

melibatkan diri dalam kegiatan gereja yang dilakukan. Bapelklas kemudian memutuskan

untuk menindaklanjuti konflik tersebut dalam persidangan klasis berikutnya.

“Kami merasa bukan tanggung jawab kami untuk menjalankan point ketiga keputusan

klasis, karena ybs tidak melayani lagi sebagai pdt. jemaat kami” (informan A).

“Kami tidak bergereja di GKJST karena tidak nyaman lagi pasca keputusan sidang

klasis” (Informan C).

Persidangan klasis GKJ Salatiga bagian selatan II dilaksanakan dalam dua tahap

yaitu 18 desember 2010 dan 15 januari 2011. Persidangan tahap I menyetujui

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

50

permohonan PMK untuk hadir dalam persidangan berikutnya, namun terbatas pada

sidang seksi. Selain itu PMK hanya diberi hak bicara tanpa hak suara (akta persidangan

klasis II artikel 9).

Dalam persidangan klasis tahap kedua, mempertimbangkan proposal dari PMK

laporan Bapelkas mengenai percakapan dengan GKJST dan PMK, maka sidang

memutuskan;

Pertama, perlu dilaksanakan pembiakan bagi PMK menjadi jemaat dewasa.

Kedua, proses pembiakan dilaksanakan berdasarkan tata GKJ dan tata

laksana.

Ketiga, menugasi Bapelkas dan Bapelsin untuk mendampingi selama proses

pembikan.

Keempat, perlu dibentuk tim penyelesaian dan skenario bersama selama masa

transisi pembiakan sampai PMK betul-betul mandiri.

Kelima, team penyelesaian diserahkan sepenuhnya kepada PMK dan GKJST.

(Artikel 40 akta sidang klasis II 2011)

Selama proses pembiakan, pelayanan rohani (ibadah, sakramen atau pernikahan

dan kegiatan gerejawi lainnya) terhadap PMK secara prinsip dilakukan oleh GKJST.

Namun jika pelayanan ini dilayani oleh gereja lain maka hal tersebut diperbolehkan.

(artikel 41 akta sidang klasis II 2011). Persidangan juga memutuskan yang bersangkutan

melayani sebagai pendeta klasis sambil menunggu hasil percakapan PMK, GKJST,

Bapelklas dan Bawasklas (artikel 42 akta sidang klasis II 2011).

Ada pun yang menjadi bahan pertimbangan klasis dalam memutuskan

pendewasaan bagi PMK yaitu mencegah PMK berpindah ke denominasi gereja lain.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

51

Mengingat kelompok PMK saat itu mencapai tiga ratus orang lebih. Jika hal itu terjadi

maka GKJ Salatiga Selatan dan GKJ pada umumnya kehilangan sumber daya manusia

yang besar. Bukan hanya itu, dalam setiap kali persidangan klasis yang dilakukan,

anggota persidangan dari jemaat lain sudah menyampaikan keberatan. Hal ini

dikarenakan yang menjadi fokus dalam persidangan adalah masalah GKJST sehingga

mengesampingkan masalah lain dalam persidangan tersebut.

Dalam wawancara yang dilakukan, Klasis sangat menyadari tata GKJ dan Tata

Laksana, namun klasis juga harus mempertimbangkan kondisi saat itu. Kondisi tersebut

yang menuntut klasis harus mengambil kebijakan demi keselamatan semua anggota GJK

di wilayah Salatiga Selatan.

“Saat itu kami bukan tidak menghargai tata GKJ dan tata laksana, tetapi kami juga harus

mengambil kebijakan demi keselamatan umat. Bayangkan jika sekian banyak orang

pindah ke gereja lain atau tidak bergereja sama sekali hanya karena gerejanya tidak

mampu menyelesaikan konflik” (informan E).

Persidangan klasis III dilaksanakan di GKJ Salatiga Selatan pada tanggal 14

januari 2012. Kemudian memutuskan;

Pertama, proses pembiakkan dan pendewasaan PMK menjadi gereja dewasa

didasarkan pada prinsip mengakui, saling menghargai dan saling

mempercayai merupakan tanggungjawab GKJST.

Kedua, waktu pendewasaan paling lambat 12 bulan.

Ketiga, dalam waktu tiga bulan sudah dibentuk Majelis GKJST yang

melayani di PMK dan proses pemilihan dilakukan secara mandiri oleh PMK.

Keempat, PMK diperkenankan menggunakan tempat ibadah di GKJST Jl.

Tanggulayu No. 7 Salatiga selama 12 bulan.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

52

Kelima, dibentuk tim persiapan pembiakan dan pendewasaan terdiri dari

utusan majelis GKJST, utusan PMK, Pnt. Suwarto Adi, S.Ag, M.Si selaku

ketua Bapelkles dan Pdt. Widiarso Eko Hadi Nogroho, S.Th.

Keenam, tim bertugas melakukan pendamaian dalam proses pendewasaan

serta melaporkan dalam persidangan klasis berikutnya (artikel 25 akta sidang

klasis III 2012).

Artikel 27 berisi peninjauan kembali akta keputusan sidang klasis II artikel 42

tentang status yang bersangkutan. Persidangan kemudian memutuskan; Status pendeta

yang bersangkutan tetap namun fungsi kependetaan (khusus sakramen) dan basis

pelayanan menunggu proses PMK menjadi gereja dewasa. Kedua, selama menunggu

proses pendewasaan, biaya hidup yang bersangkutan menjadi tanggungjawab PMK

(artikel 27 akta sidang klasis 2012).

Sidang klasis IV dilaksanakan pada tanggal 12 januari 2013 di GKJ Randuares

Salatiga. Mempertimbangkan usulan GKJST dan PMK, serta laporan team pendamping

dan Bapelklas maka sidang memutuskan Pendewasaan PMK yang isinya adalah;

Pertama, pendewasaan PMK menjadi GKJ Menara Kasih.

Kedua, proses pendewasaan GKJ Menara Kasih (GKJMK) dilaksanakan oleh

GKJ Susukan.

Ketiga, GKJST tidak ikut memutuskan atau tidak bertanggung jawab terhadap

hasil sidang tersebut (menderheid nota).

Keempat, mulai bulan februari 2013 PMK akan beribadah di gedung Gereja

Bethel Indonesia Celong.

Kelima, ibadah pendewasaan GKJMK paling lambat akhir bulan april 2013.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

53

Keenam, Peneguhan yang bersangkutan sebagai pendeta GKJMK bersamaan

dengan ibadah pendewasaan (artikel 28 keputusan sidang klasis IV 2013).

Dalam persidangan sebelumnya telah diputuskan bahwa tanggung jawab

mendewasakan PMK diserahkan kepada GKJST sebagai jemaat induk. Namun

dikemudian hari timbul keberatan dari pihak GKJST untuk menjalankan keputusan

tersebut sehingga proses pendewasaan sempat tertunda. Maka dalam persidangan

berikutnya, diputuskan pendewasaam diserahkan kepada GKJ Susukan. Walau pun dalam

proses pendewasaan, klasis mengakui menuai banyak protes dari GKJST. Salah satunya

mengenai tata GKJ dan Tata Laksana, yang didewasakan adalah pepanthan bukan

pecahan. Dalam hal inipun, klasis tetap mengusahakan proses rekonsiliasi. Namun hal

tersebut tidak membuahkan hasil.

“ Masalah kedua jemaat ini sangat sulit, bahkan sampai beberapa kali Bapelklas diganti.

Persidangan sudah memutuskan tetapi kemudian tidak mau dijalankan oleh satu pihak

dengan berbagai alasan.Kedua kubu ini saling menyerang dan mempersulit satu dengan

yang lain” (informan E).

“Kami berusaha untuk berpisah secara baik-baik.Walaupun kesannya hanya

memenangkan pihak PMK, tetapi demi menyelamatkan umat. Memang GKJST sangat

keberatan dengan keputusan ini, hanya saja daripada kami kehilangan sekian banyak

umat atau konflik ini terus berlanjut itu tidak baik” (Informan D).

Melalui wawancara yang dilakukan, pihak klasis mengaku keputusan-keputusan

yang diambil sudah mempertimbangkan kedua belah pihak. Walau pun terkesan tidak

merekonsiliasi konflik yang terjadi, namun klasis sudah berupaya semaksimal mungkin.

Hanya saja pihak PMK tetap menginginkan untuk berpisah, sedangkan GKJST

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

54

menginginkan untuk kembali bersatu. Sehingga walaupun tidak memenuhi persyaratan

untuk didewasakan sesuai dengan tata GKJ dan tata laksana, pihak klasis memutuskan

untuk PMK dipisahkan dari GKJST dan didewasakan sebagai sebuah jemaat. Namun

dilain sisi, klasis mengusahakan agar PMK berpisah secara baik-baik dari jemaat induk.

4.4 Temuan dan Pembahasan

Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan hasil penelitian yang telah

dilakukan. Maka dalam bagian ini, penulis akan memaparkan data berdasarkan

pertanyaan penelitian yaitu bagaimana klasis GKJ Salatiga Selatan menyelesaikan

konflik perpecahan jemaat di GKJST. Dampak dari konflik tersebut kepada GKJST.

Halnya sama yang dikatakan Thompson (1998) konflik adalah perbedaan persepsi

dari kepentingan setiap orang atau kelompok. Flippo daam Sudarmo dkk (2000) dalam

konflik organisasi adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih banyak anggota

organisasi karena mereka memiliki status, tujuan dan pandangan yang

berbeda.Berdasarkan hasil penelitian maka terdapat perbedaan pandangan dan pendapat

ditubuh majelis dan jemaat mengenai kehidupan keluarga pendeta GKJST.

Penyebab konflik perpecahan di GKJST adalah konflik pribadi yang

mempengaruhi struktural organisasi (Indriyatni 2010). Bermula dari pergumulan pribadi

seorang pendeta mengenai kehidupan keluarganya. Apa yang menjadi pergumulannya

kemudian menuai pro kontra dikalangan majelis dan jemaat. Kebijakan -kebijakan yang

diambil oleh majelis GKJST dalam menghadapi pergumulannya dirasakan tidak adil oleh

yang bersangkutan. Fisher (2001) posisi tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang

sesuatu oleh pihak yang berkonflik. Masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan

(teori transformasi konflik). Hal itulah yang kemudian melahirkan konflik baru.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

55

Jenis konflik ini adalah disfungsional seperti yang dikemukakan oleh Sentanu

(1985), karena mengakibatkan ketidakpuasan sesama anggota organisasi sehingga secara

tidak langsung mengurangi efektivitas yang berujung pada perpecahan anggota

organisasi. Jika ditinjau dari pelaku dalam organisasi maka konflik ini termasuk dalam

jenis konflik individu dan kelompok yang merambat menjadi kelompok dan

kelompok.Dikatakan demikian karena Akibat dari konflik ini adalah ketidakpuasan dan

mengurangi efektivitas oerganisasi yang berujung pada hilangnya kebersamaan anggota

organisasi.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang pertama maka terlihat proses

penyelesaian konflik perpecahan jemaat di GKJST telah ditempuh diaras jemaat dan

klasis. GKJST sebagai pihak yang terlibat dalam konflik sudah bereaksi dan melakukan

serangkaian aksi dalam upaya untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Aksi-aksi yang

dilakukan adalah dengan mengadakan rapat majelis dan persidangan majelis. Dalam

beberapa kali pertemuan juga melibatkan pihak ketiga yang diharapkan bisa

menyelesaikan konflik. GKJST juga sudah mengupayakan negosiasi yang difasilitasi oleh

Bapelkas. Dalam hal ini, penulis sepaham dengan yang dikemukakan oleh Ross (1993)

manajemen konflik merupakan langkah - langkah yang diambil para pelaku dan pihak

ketiga dalam upaya menyelesaikan konflik.

Dalam proses negosiasi, tidak ada keputusan penyelesaian yang dihasilkan. Hal

ini dikarenakan salah satu pihak merasa dirugikan. Maka sebagai organisasi yang diikat

dengan aturan (tata GKJ dan tata laksana) langkah selanjutnya yang diambil oleh kedua

pihak yang berkonflik adalah membawa masalah tersebut kearas persidangan klasis.

Reaksi yang diberikan klasis sebagai pihak ketiga adalah berusaha bersikap netral dengan

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

56

tidak memihak pada satu pihak. Sikap netral itu ditunjukan dalam usaha-usaha mediasi

yang berulang kali diupayakan klasis sebelum pada akhirnya membawa ke persidangan

klasis. Harapan klasis, bisa menyelesaikan masalah secara baik-baik dalam konteks

sebagai keluarga Allah.

Dalam usaha-usaha mediasi yang ditempuh oleh klasis, terlihat klasis sudah

menjalankan fungsinya sebagai mediator. Walau pun disatu sisi seperti yang dikemukan

oleh Kovach (2002) peran pihak ketiga yaitu mengfasilitasi dan mengkoordinasi

negosiasi dari pihak-pihak yang berselisih. Pihak ketiga dimaksudkan dalam konflik

adalah pihak netral dan imparsial, tidak memihak dan tidak biasa. Namun yang terjadi

dalam konflik ini adalah, salah satu pihak yang berkonflik juga menjadi bagian dari

badan pekerja klasis. Hal ini menyebabkan timbul kecurigaan diantara kedua belah pihak

terhadap keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam persidangan klasis yang terkait

dengan konflik tersebut.

Walau pun sempat menimbulkan kecurigaan satu pihak terhadap keputusan-

keputusan klasis tetapi klasis tetap menjalankan fungsinya sebagai mediator dengan baik.

Hal itu ditempuh klasis dengan cara memberikan masukan-masukan yang membangun

dengan tujuan menyelesaikan konflik tersebut. Kemudian penulis setuju dengan apa yang

dinyatakan Suyud (2000) bahwa fungsi memperbaiki komunikasi diantara pihak-pihak

yang berkonflik. Memperbaiki sikap pihak yang satu kepada yang lain, memberikan

wawasan kepada pihak yang berkonflik tentang proses perundingan.

Langkah yang ditempuh oleh klasis seperti yang dikemukakan oleh Hugh (2007)

bahwa sikap gereja dalam menyelesaikan konflik gereja melalui dua tahap.Merundingkan

masalah dan merantai hubungan menjadi lebih erat. Dalam hal itu penulis sepaham

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

57

dengan Lay (2006), gereja adalah organisasi yang dikelola oleh manusia, tetapi nilai-nilai

alkitabiah hadir untuk mengatur manusia dalam mengelola organisasi gereja. Dengan

demikian klasis sebagai media kehadiran syalom di dunia, mesti tahu bagaimana

menyelesaikan konflik sebagai satu keluarga Allah.

Merasa mediasi tidak juga membuahkan hasil, bahkan setelah dibahas dalam

beberapa kali persidangan, klasis juga mencoba metode win-win solution. Hugh (2009)

salah satu strategi manajemen konflik dalam gereja melalui perundingan pejabat-pejabat

gereja. Dengan saling menghormati dan mengakui sebagai keluarga Allah, mereka

mengembangkan prespektif - prespektif yang berbeda dan utuh sehingga menghasilkan

win-win solution.

Usaha melalui win-win solution juga tidak bisa menyelesaikan masalah. Hal itu

disebabkan salah satu pihak tidak mau bersatu kembali menjadi sebuah jemaat. Dalam

hal pihak tersebut meresa tidak adil jika pada akhirnya aset gereja menjadi hak pihak

lawannya. Merasa sama-sama membangun gereja, maka apa yang menjadi milik gereja

(asset yang tidak bergerak) harus bisa dinikmati oleh kedua pihak.

Sementara dilain sisi, dalam setiap kali visistasi dan persidangan, klasis sudah

menuai protes dari jemaat-jemaat lain karena merasa fokus pelayanan klasis hanya

kepada masalah konflik GKJST. Klasis juga mempertimbangkan beberapa hal antara

lain; penilaian dari pihak luar gereja jika masalah ini tidak diselesaikan secepatnya.

Kelangsungan kehidupan bergereja dalam program-program pelayanan yang bisa

terhambat karena masalah dimaksud. Menutup kemungkinan lahirnya konflik baru.Maka

langkah selanjutnya yang ditempuh klasis adalah melalui litigasi. Dalam hal litigasi

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

58

tersebut, klasis juga mempergunakan haknya sebagaimana diatur dalam sistim

presbiterial yang dianut oleh GKJ.

Dalam menyelesaikan masalah melalui litigasi, keputusan dibuat oleh pihak

ketiga, sehingga kedua belah pihak yang bertikai tidak terlibat dalam membuat

keputusan. Sifat keputusan yang diputuskan adalah memaksa dan mengikat (Coercive

and binding) dan keputusan ditetapkan dalam persidangan yang bersifat resmi. Sejalan

dengan litigasi, Blake dan Mouton (1964) salah satu gaya manajemen konflik. Memaksa

(forcing) yaitu perhatian manajer yang tinggi terhadap hasil produksi sehingga berusaha

menyelesaikan konflik yang terjadi.

Metode litigasi yang ditempuh oleh klasis, maka dengan sendirinya masalah

terselesaikan walau pun sangat memaksa dan harus diterima. Pihak GKJST sendiri

mengakui jika keputusan akhir adalah dengan berpisah dengan mendewasakan PMK

sebagai jemaat dewasa yaitu GKJ Menara Kasih, tetapi tidak menerima keputusan

tersebut. Sarwono (2009) salah satu bentuk resolusi konflik yaitu tanpa kekerasan fisik,

verbal dan non verbal. Teknik ini memang tidak menimbulkan luka fisik tetapi luka

psikologis.

Konflik GKJST memang bukan konflik dengan menggunakan kekerasan fisik.

Namun konflik tersebut menimbulkan luka psikis dalam kehidupan berjemaat baik

GKJST mau pun GKJMK. Luka psikologis itu disebabkan oleh sikap masing-masing

pihak dalam proses rekonsiliasi yang diupayakan. Sikap saling menyerang dengan

pendapat, mempersulit dalam menjalankan keputusan sidang klasis dengan sendirinya

berdampak dalam kehidupan bergereja dan di luar gereja.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

59

Jika melihat proses Resolusi konflik yang dilakukan oleh pihak klasis, maka

penulis berpendapat bahwa, Klasis GKJ Salatiga Selatan sudah sepenuhnya menjalankan

fungsinya sebagai mediator. Proses mediasi memang tidak memaksakan salah satu pihak

(Henny Lusia 2010 dalam jurnal mediation as negation instrument). Namun segala upaya

resolusi telah ditempuh klasis dan tidak membuahkan hasil. Dengan melihat sistem

organisasi GKJ yaitu presbiterial, klasis menggunakan haknya dalam mengambil

keputusan.

Ada pun kebijakan-kebijakan yang tempuh oleh klasis semata-mata untuk

menyelamatkan PMK dan GKJST, namun disisi lain tidak mengindahkan peraturan -

peraturan gerejawi. Menurut hemat penulis, kebijakan yang dilakukan mungkin bisa

menyelamatkan tetapi kemudian juga bisa menimbulkan konflik baru.

Walau pun sebagai keluarga Allah bukan berarti tanpa masalah. Klasis GKJ

Salatiga Selatan sangat menyadari hal tersebut. Markus 2:17 “ Yesus datang bukan untuk

memanggil orang benar, melainkan orang berdosa. Penulis sepaham dengan Hugh

(2007), konflik dalam gereja adalah pergumulan kakuasaan atas berbagai perbedaan.

Dengan adanya konflik perpecahan jemaat GKJST, baik GKJST mau pun klasis sudah

berupaya merundingkan masalah dan merantai hubungan persaudaraan yang sempat

terputus saat konflik terjadi dengan tujuan menghadirkan Syalom dalam kehidupan gereja

dan masyarakat.

Adanya keputusan klasis terkait konflik tersebut, maka dampak yang diakibatkan

adalah kedua kubu akhirnya berpisah menjadi jemaat dewasa. Hubungan sosial yang

sudah dibangun sejak lama antar sesama jemaat GKJST dengan sendirinya menjadi retak.

Hal itu disebabkan karena dalam satu keluarga ada yang membela GKJMK dan juga

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistim …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6113/4/T2_912012013 BAB IV.pdf · Klasis GKJ adalah ikatan kebersamaan beberapa GKJ di

60

sebaliknya. Perubahan juga meliputi kepribadian individu. Ada jemaat yang tidak mau

terlibat dalam kegiatan gereja, karena dianggap gereja tidak mampu menyelesaikan

konflik. Ada jemaat yang pindah ke gereja lain tanpa surat atestasi, bahkan ada jemaat

yang mengundurkan diri dari gereja. Inilah yang menyebabkan data statistik di kedua

jemaat sampai saat ini tidak pasti.

Dampak lain yang dirasakan adalah, masing-masing komisi gereja berlomba -

lomba untuk mengemas kegiatan gereja semenarik mungkin untuk menarik anggota

jemaat. Ibadah minggu juga dikemas dengan kreatif. Tanpa disadari, seperti ada

perlombaan antara kedua jemaat untuk menampilkan yang terbaik. Penulis sepaham

dengan Widiarto (2003) dan Samiyono (2011) konlik bisa memberikan dampak negatif

dan positif bagi pihak-pihak yang berkonflik. Penyelesaian konflik perpecahan GKJST

memang memakan waktu yang panjang, tetapi secara tidak langsung penyelesaian

konflik tersebut secara tidak langsung merangsang kedua pihak yang berkonflik untuk

lebih kreatif dalam mengelola organisasi di masing-masing jemaat.