bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 setting...
TRANSCRIPT
96
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian
4.1.1 Gambaran umum Desa Pondok
Desa Pondok merupakan salah satu desa yang
ada di Kabupaten Sumba Tengah dengan luas wilayah
198.830 ha/m2 dengan jumlah penduduk 1.127 orang
yaitu 598 laki-laki, dan 529 perempuan. Adapun batas-
batas wilayah Desa Pondok yaitu sebelah Utara
berbatasan dengan Dewa Tana Kecamatan Mamboro,
sebelah Selatan berbatasan dengan Mata Woga
Kecamatan Katiku Tana, sebelah Timur berbatasan
dengan Maderi Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat,
sebelah Barat berbatasan dengan Ole Dewa kecamatan
Mamboro.
Desa Pondok juga merupakan salah satu desa
yang endemis malaria. Sejak tahun 2008 – 2009 jumlah
penderita malaria semakin meningkat yaitu dari 684
orang menjadi 1.029 orang. Jumlah penduduk 1.127 jiwa.
Desa Pondok memiliki karakteristik wilayah terdiri dari
bukit-bukit, hutan, sungai dan persawahan dengan luas
sawah 190 ha/m2. Di daerah hutan dan perbukitan ini
97
terdapat beberapa sungai dan dekat dengan tempat
tinggal penduduk. Pada musim hujan menyebabkan
sungai kebanjiran sehingga mengakibatkan nyamuk
Anopheles berkembang biak dan menularkan malaria.
Tetapi warga di Desa Pondok selalu memanfaatkan air
tersebut untuk keperluan minum, mandi, dan mencuci
pakaian di sungai. Adapun kualitas air minum itu sendiri
yaitu berasa sedangkan air sungainya tercemar. Dalam
hal ini tercemar karena bangkai hewan yang dibuang
begitu saja oleh warga di sungai. Sedangkan jumlah
keluarga yang menggunakan air sungai adalah 184
keluarga dan yang menggunakan mata air 54 keluarga.
Sebagian warga di Desa Pondok juga masih tergantung
dengan air hujan yaitu dengan menampungnya di ember,
jerigen dan biasanya juga dimanfaatkan untuk mencuci
pakaian, untuk mandi dan air untuk WC/toilet. Untuk air
tanah sendiri warga Desa Pondok tidak ada yang
menggunakannya karena tidak ada warga yang memiliki
leding atau sumur. Dan ada juga warga pada saat hujan
selalu beraktivitas di luar rumah dari pagi sampai malam,
ada yang bekerja di sawah, kebun, maupun memancing
di sungai. Hasil penelitian berupa observasi dari peneliti,
pada sore hari nyamuk-nyamuk sudah merajalela di
98
bagian tubuh dan selalu menggigit. Tanaman yang ada
disekitar rumah penduduk adalah semak-semak, mahoni,
bambu dan pohon-pohon besar lainnya.
4.1.2 Proses Pelaksanaan penelitian
4.1.2.1 Persiapan penelitian
Sebelum melakukan penelitian, penulis
menyiapkan beberapa hal yang menunjang
pelaksanaan penelitian. Penulis terlebih dahulu
menentukan partisipan yang sesuai dengan
karakteristik partisipan yang mengetahui latar
belakang perilaku kesehatan terhadap penyakit
malaria pada masyarakat di Desa Pondok, bisa
berbahasa Indonesia dan daerah dengan baik
dan benar serta bersedia menjadi partisipan.
Sebelumnya pada tanggal 9 Desember 2011
peneliti mendapatkan surat ijin penelitian dari
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen
Satya Wacana. Peneliti mengantarkan surat ke
Kantor Kesbangpol dan Linmas Kabupaten
Sumba Tengah pada tanggal 15 Desember
2011. Tetapi pada tanggal 17 Desember 2011
baru dikeluarkan surat ijin untuk melakukan
99
penelitian di Desa Pondok dan surat tembusan
ke Bupati, Dinkes, Camat Umbu Ratu Nggay
Barat dan Kepala Desa Pondok, karena pada
tanggal 15 Desember 2011 kepala kantor
Kesbangpol dan Linmas sedang menjalankan
tugas jadi belum dapat menandatangani surat
ijin penelitian tersebut. Pada tanggal 17
Desember 2011 surat-surat tembusan tersebut
di antar ke Bupati Sumba Tengah, Dinkes,
Camat Umbu Ratu Nggay Barat, dan Kepala
Desa Pondok. Sebelum surat ijin dari kantor
Kesbangpol dan Linmas di keluarkan, peneliti
sudah melakukan observasi lingkungan di Desa
Pondok pada tanggal 14 Desember 2011. Selain
itu pada tanggal 18 Desember 2011 peneliti juga
melakukan pendekatan dengan satu partisipan
bernama Bapak M, menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian kepada partisipan untuk
mendapatkan persetujuan penelitian serta
menentukan jadwal wawancara dan observasi
mendalam terhadap partisipan tersebut.
Sedangkan partisipan kedua yaitu kepala adat
Desa Pondok. pada tanggal 18 Desember 2011
100
peneliti juga melakukan pendekatan dengan
kepala adat untuk menjadi partisipan.
Sedangkan partisipan ketiga yaitu kepala Desa
Pondok sudah ada pendekatan sebelumnya
pada tanggal 18 Desenber 2011 dan bersedia
menjadi partisipan.
Sebelum melakukan wawancara, peneliti
menyiapkan beberapa pertanyaan awal yang
menjadi panduan untuk mendapatkan data yang
sesuai dan diinginkan oleh peneliti. Selain itu
peneliti juga menyediakan informed consent
yang berisi surat penjelasan penelitian dan surat
persetujuan menjadi partisipan serta daftar
riwayat kesehatan yang diisi oleh partisipan.
Dalam proses wawancara, peneliti juga
menggunakan alat perekam berupa kamera
untuk merekam apa yang akan diwawancarai
serta alat tulis untuk mencatat hasil wawancara
atau data-data tambahan dalam bentuk tertulis
yang berasal dari partisipan. Penggunaan alat
perekam dilakukan apabila mendapatkan ijin dari
partisipan dan tidak keberatan dengan adanya
alat perekam tersebut.
101
4.1.2.2 Pelaksanaan penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada
tanggal 14 Desember 2011 sebelum surat ijin dari
Kantor Kesbangpol dan Linmas dikeluarkan.
1) Partisipan 1
Tanggal wawanc
ara
Waktu
Keterangan
Selasa, 20 Desember 2011
20.10
WIT
• Mengucapkan terima kasih kepada partisipan
• Penjelasan penelitian
• Penandatangan pada informed consent
• Pengisian daftar riwayat kesehatan
• Wawancara selama 1 jam 18 menit dari pukul 20.10 WIT
Pada tanggal 20 Desember 2011
peneliti melakukan wawancara dengan
partisipan pertama yaitu Bapak M di ruang
kelas VI SD Masehi Pondok pada pukul
12.10 WIT sambil melakukan observasi
terhadap situasi di ruangan tersebut.
Sebelum wawancara peneliti mengucapkan
terima kasih kepada partisipan karena telah
bersedia menjadi partisipan dilanjutkan
102
dengan penjelasan penelitian,
penandatanganan pada informed consent
dan pengisian daftar riwayat kesehatan.
Setelah dilakukan wawancara peneliti juga
mengucapkan terima kasih kepada
partisipan dan peneliti juga melakukan
perjanjian dengan partisipan untuk bertemu
kembali apabila masih ada data-data yang
kurang. Wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap partisipan 1 adalah 1 jam 18 menit.
Peneliti juga melakukan observasi pada
partisipan dan lingkungan tempat tinggal
partisipan.
2) Partisipan 2
Tanggal wawanc
ara
Waktu
Keterangan
Senin, 2 Januari 2012
16.00
WIT
18.00
WIT
• Melakukan pendekatan dengan partisipan
• Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
• Penandatangan pada informed consent
• Pengisian daftar riwayat kesehatan
• Mengucapkan terima kasih kepada partisipan karena
103
Selasa, 3 Januari 2012
17.00
WIT
sudah bersedia menjadi partisipan
• Mewancarai partisipan
• Wawancara berlangsung selama 1 jam 32 menit
• Melanjutkan wawancara kedua
• Wawancara kedua berlangsung selama 1 jam 6 menit
Untuk partisipan 2 peneliti memilih
kepala adat Desa Pondok yaitu Bapak D
karena sebelumnya peneliti mendapatkan
informasi dari warga Desa Pondok bahwa
petugas kesehatan di Desa Pondok sedang
tidak berada di tempat. Peneliti melanjutkan
wawancara terhadap partisipan 2 yaitu
Bapak D tanggal 2 - 3 Januari 2012.
Sebelumnya sudah ada pendekatan dari
Bapak M yang memang adalah saudara dari
peneliti sendiri sudah menginformasikan
kepada Bapak D bahwa peneliti sedang
mengadakan penelitian di Desa Pondok.
Tepatnya pada tanggal 2 Januari 2012 pukul
16.00 WIT, peneliti melakukan pendekatan
langsung dengan Bapak D, menjelaskan
104
maksud dan tujuan penelitian,
penandatanganan pada informed consent
karena telah bersedia menjadi partisipan,
dan pengisian daftar riwayat kesehatan dan
melakukan observasi pada partisipan dan di
lingkungan sekitar yang merupakan tempat
tinggal partisipan.
Pada saat itu langsung dilakukan
wawancara kepada partisipan tepatnya
pukul 18.00 WIT. Wawancara berlangsung
pukul 18.00 WIT karena pada saat itu
partisipan masih melayani tamu yang
berkunjung ke rumah partisipan. Sebelum
melakukan wawancara peneliti
mengucapkan terima kasih kepada
partisipan karena telah bersedia menjadi
partisipan. Wawancara pertama pada
tanggal 2 Januari 2012 berlangsung selama
1 jam 32 menit. Tetapi wawancara tersebut
belum selesai pada tanggal 2 Januari 2012
karena pada saat itu memori kamera penuh.
Tanggal 3 Januari 2012 tepat pukul
17.00 WIT peneliti melakukan wawancara
105
kedua dan berlangsung selama 1 jam 6
menit. Selesai wawancara peneliti
mengucapkan terima kasih kepada
partisipan, karena partisipan sudah bersedia
menjadi narasumber. Dan dari partisipan
mengijinkan apabila ada data-data yang
kurang bisa langsung menghubungi
partisipan. Selama melakukan penelitian,
ternyata sampai pada awal bulan Januari
2012 petugas kesehatan juga belum ada.
Sehingga peneliti melanjutkan observasi di
lingkungan tempat tinggal partisipan dan
mengobservasi partisipan.
3) Partisipan 3
Tanggal wawanc
ara
Waktu
Keterangan
Rabu-Jumat, 4-6 Januari 2012
16.00
WIT
• Peneliti berkunjung ke rumah partisipan. Saat bertemu partisipan tidak ada kontrak waktu untuk dilakukan wawancara karena kegiatan partisipan yang padat sehingga partisipan mengijinkan peneliti supaya datang kapan saja.
• Peneliti mengucapkan terima kasih kepada partisipan
106
Sabtu, 7 Januari 2012
15.00
WIT
karena telah bersedia menjadi partisipan
• Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
• Penandatangan pada informed consent
• Pengisian daftar riwayat kesehatan
• Mewancarai partisipan
• Wawancara berlangsung selama 55 menit.
Selanjutnya pada tanggal 4 – 6 Januari
2012 peneliti berkunjung ke rumah partisipan
ketiga yaitu Kepala Desa Pondok. Saat itu tidak
ada kontrak waktu dengan partisipan karena
partisipan mengatakan ia selalu sibuk dengan
urusan kantor yaitu rapat dan pertemuan-
pertemuan penting lainnya. Tetapi partisipan
meminta peneliti agar selalu datang ke rumah.
Apabila partisipan ada di rumah bisa langsung
dilakukan wawancara. Tepatnya pada tanggal
7 Januari 2012 peneliti bertemu dengan
partisipan. Saat itu partisipan baru pulang dari
kantor tetapi ia bersedia untuk di wawancarai.
Pada pukul 15.00 WIT peneliti melangsungkan
wawancara dengan partisipan dan berlangsung
107
selama 55 menit. Sebelum wawancara, peneliti
juga mengucapkan terima kasih kepada
partisipan karena bersedia menjadi partisipan
dan di tengah-tengah kesibukan partisipan bisa
meluangkan waktu untuk menjadi narasumber.
Peneliti juga menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian, penandatangan pada informed
consent, dan pengisian daftar riwayat
kesehatan. Pada akhir wawancara peneliti
juga mengucapkan terima kasih kepada
partisipan karena sudah memberikan informasi-
informasi berhubungan dengan perilaku
kesehatan terhadap penyakit malaria yang
terjadi di Desa Pondok. Selain itu peneliti
melakukan observasi terhadap partisipan pada
saat wawancara dan mengobservasi
mendalam terhadap lingkungan sekitar tempat
tinggal partisipan dan gaya hidup partisipan
berhubungan dengan perilaku kesehatan pada
minggu-minggu sebelum dilakukan wawancara.
4.1.3 Gambaran Umum Partisipan
4.1.3.1Identitas partisipan 1
108
Nama : Bapak M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 40 tahun
Pekerjaan : Guru
Status : Sudah menikah
Partisipan lahir pada tanggal 31 Desember
di Pondok. Partisipan merupakan anak bungsu
dari enam bersaudara. Masing-masing sudah
berkeluarga dan hidup terpisah-pisah. Jumlah
semua anggota keluarga yang ada di rumah
partisipan adalah enam orang. Partisipan sudah
lama menjadi guru di SD Pondok. Saat ini Ibu dari
partisipan masih ada sedangkan Bapaknya sudah
meninggal lama. Partisipan sudah menikah dan
mempunyai dua orang anak yaitu satu laki-laki
dan satu perempuan. Partisipan lebih banyak
beraktivitas di sekolah yaitu SD Pondok.
Partisipan cenderung tenang, ramah berada di
lingkungan keluarga bahkan di lingkungan
sekitarnya dan aktif dalam bercerita.
Partisipan juga merupakan majelis di
gereja Pondok dan taat beribadah terlihat dari
partisipan sendiri selalu ke gereja setiap hari
109
minggu bahkan memberikan pelayanan disetiap
rumah tangga yang biasanya mereka sebut PKS.
Tapi kadang partisipan juga tidak masuk gereja
karena berbagai kesibukan lain misalnya ada
acara keluarga, sakit. Tetapi partisipan selalu
percaya dan peduli dengan agamanya. Riwayat
kesehatan partisipan berhubungan dengan
penyakit malaria dapat dilihat pada lampiran 6.
4.1.3.2 Identitas partisipan 2
Nama : Bapak D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 64 tahun
Status : Sudah menikah
Partisipan lahir pada tanggal 31 Desember
1947 di Pondok. Partisipan adalah lulusan SPG
dan menjadi guru. Partisipan pernah menjadi wakil
kepala sekolah di SD Pondok. Saat ini partisipan
sudah pensiun dari statusnya sebagai guru. Tetapi
sekarang partisipan bertugas di lembaga adat
kecamatan, ketua pembangunan di gereja, ketua
komite SMA Negri 1 Umbu Ratu Nggay Barat dan
menjadi ketua KWR Desa Pondok. Partisipan juga
sudah menikah dan dikarunia empat orang anak
110
yaitu dua anak laki-laki dan dua anak perempuan.
Partisipan tinggal bersama istri dan ketiga
anaknya yaitu anak pertama, ketiga, dan yang
terakhir. Sedangkan anak keduanya melakukan
tugas disuatu tempat yaitu Desa Malinjak dan
bekerja di rumah sakit sebagai perawat.
Partisipan juga selalu rajin beribadah setiap
hari minggu, rajin bekerja di kebun, di sawah
maupun di rumah partisipan sendiri dan selalu
memancing ikan pada saat musim hujan. Tetapi
karena kondisi fisik yang sudah memasuki lansia,
aktifitas partisipan seperti di sawah, kebun sedikit
dikurangi. Peneliti sudah mengenal partisipan
sejak peneliti masih kecil karena setiap liburan
peneliti selalu berkunjung di Desa Pondok.
Partisipan cenderung keras dan tegas
kepada siapa pun tapi partisipan selalu baik
dengan semua orang yang ada disekitarnya. Ini
terlihat ketika peneliti melakukan wawancara dan
observasi. Riwayat kesehatan partisipan
berhubungan dengan penyakit malaria dapat
dilihat pada lampiran 6.
4.1.3.3 Identitas partisipan 3
111
Nama : Bapak C
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 69 tahun
Pekerjaan : Kepala Desa Pondok
Status : Sudah menikah
Partisipan adalah lulusan SGA. Partisipan
adalah kepala Desa Pondok Partisipan sudah
menikah dan memiliki enam orang anak. Tetapi
jumlah seluruh anggota keluarga yang ada di
rumah partisipan adalah 15 orang. Partisipan
tinggal bersama istri dan beberapa anggota
keluarga lainnya. Partisipan juga selalu
mempunyai aktifitas yang padat seperti
pertemuan-pertemuan atau rapat di Desa Pondok,
pertemuan di lembaga pemerintahan Kabupaten
Sumba Tengah. Biasanya dari pagi sampai sore
partisipan selalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan
tersebut. Karena kondisi fisik yang sudah
memasuki lansia, partisipan jarang beraktifitas
sehingga hanya menghabiskan waktu dalam
pertemuan-pertemuan atau rapat.
Peneliti belum terlalu mengenal partisipan,
tetapi partisipan sudah mengenal keluarga peneliti
112
sehingga peneliti merasa terbiasa dengan
partisipan. Partisipan baik, sopan, tegas. Ini
terlihat ketika peneliti berkunjung ke rumah
partisipan bagaimana ia menyapa, dan peneliti
juga melihat setiap ada tamu yang datang
partisipan selalu melayani mereka dengan baik.
Kepada siapa pun partisipan selalu baik dengan
semua orang yang ada disekitarnya. Riwayat
kesehatan partisipan berhubungan dengan
penyakit malaria dapat dilihat pada lampiran 6.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Kategorisasi Hasil Wawancara
Tabel 4.1
Kategorisasi Hasil Wawancara
No Pokok-pokok wawancara
Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3
1. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan terhadap malaria
a. Yang menjadi perhatian partisipan dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan adalah mandi 2x sehari, tempat makan harus dibersihkan. P1 (758-759)
a. Kebersihan alat makan & minum, apabila ada yang penyakit kulit, sabun dan handuk yang digunakan harus sendiri, pakaian harus bersih dan cara memasak air, alat-alat makan harus ditutup agar tidak dihinggapi oleh binatang.
a. Memperhatikan agar tampungan air selalu ditutup, sehingga tidak memudahkan nyamuk masuk ke dalamnya dan tidak berkembang biak dan populasi nyamuk menjadi berkurang. P3 (49-51)
113
Sehingga tidak mudah terkena penyakit. P1 (241-243, 250-251, 767-770)
b. Selama musim hujan tidak menimba air di sungai karena sudah tercemar. P2 (911-913)
b. Merebus air. Dengan merebus air akan menjamin kesehatan dalam rumah tangga, walaupun tidak 100% menghilangkan tetapi dapat mengurangi penyakit malaria. P3 (657-664)
2. Perilaku pencegahan penyakit terhadap malaria
a. Membersihkan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya. P1(11-13, 34-38)
b. Menyiapkan kelambu, obat nyamuk agar terhindar dari gigitan nyamuk. P1 (205-208)
c. Apabila ada yang sakit malaria, harus tidur sendiri agar tidak tertular penyakit malaria. P1 (536-540)
a. Kebersihan lingkungan, kebersihan WC. Dengan menjaga kebersihan lingkungan seperti sapu halaman rumah, rumput dihilangkan. Halaman dijaga agar terhindar dari kotoran hewan, akan dapat mengurangi terjadi populasi nyamuk dan nyamuk akan jauh dari rumah. P2 (183-188, 261-264)
b. Menggunakan baju panjang agar terhindar dari gigitan nyamuk. P2 (542-552)
c. Tidak ada tempat tergenangnya air sehingga nyamuk tidak dapat berkembang biak. P2 (862-865)
d. Tempat-tempat gelap harus
a. Menggunakan kelambu P3 (353-354)
b. Menjaga kebersihan lingkungan. Karena dengan membersihkan lingkungan nyamuk tidak berkembangbiak di sana, sehingga malaria sulit terjadi. P3 (5-15)
c. Jaga kebersihan agar populasi nyamuk kurang. P3 (334-336)
d. Buang sampah pada tempatnya dan memiliki WC P3 (110-117)
e. Hewan-hewan tidak diikat dalam rumah karena tidak baik juga untuk kesehatan. Hewan yang diikat di bawah rumah akan
114
dibersihkan, menggunakan kelambu. Mencegah agar nyamuk tidak bersarang di tempat gelap dan tidak mudah terkena gigitan nyamuk. P2 (878-884)
e. Tidur sendiri apabila sakit malaria sehingga tidak tertular pada orang yang sehat. P2 (1007-1023)
f. Apabila populasi nyamuk semakin banyak dilakukan penyemprotan pada nyamuk untuk mencegah malaria. P2 (1202-1204)
membawa kotoran dan menyebabkan nyamuk berkembang biak, dan hidup di sana. P3 (208-215)
3. Perilaku pencarian pengobatan terhadap malaria
a. Tindakan awal
menggunakan ramuan tradisional yaitu daun sambiloto. Ramuan tersebut hanya digunakan untuk sementara saja. P1 (481-496, 508-517)
b. Berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit apabila tidak sembuh dari penyakit P1 (496-503)
a. Menggunakan ramuan tradisional seperti kulit rita, kulit halau, biji mahoni, daun papaya dan daun pare. Apabila partisipan merasa demam, menggigil biasanya menggunakan ramuan tersebut karena dipercaya dapat menghilangkan penyakit malaria dan minum obat pil kina. Tapi kalau tidak ada menggunakan obat tradisional. P2 (145-166)
a. Menggunakan ramuan tradisional yang rasanya pahit. Seperti daun pepaya, daun pare. Itu dilakukan sebagai pertolongan pertama pada malaria. P3 (404-405)
b. Apabila semakin parah, langsung berobat ke rumah sakit atau puskesmas seperti Puskesmas Lawonda dan Puskesmas Anakalang
115
b. Menggunakan akses layanan kesehatan tanpa bayar P2 (959-964)
dengan jarak 15 km. Biaya kesehatan mudah dijangkau karena biaya kesehatan gratis yang disebut jamkesmas. P3 (405-412, 453-456, 481-486)
4. Perilaku pemulihan kesehatan terhadap malaria
a. Menyampaikan anjuran-anjuran dari tenaga kesehatan pada setiap anggota keluarga P1 (745-750)
a. Makan-makanan tambahan yang bergizi. Dengan menerapkan beberapa hal tersebut menjadikan tubuh tetap kuat dan sehat sehingga bibit penyakit tidak mudah masuk dalam tubuh. P1 (370-374)
a. Menerapkan anjuran dari dokter seperti istirahat P3 (417-418)
b. Habis obat harus memeriksakan diri lagi ke rumah sakit apakah masih ada malaria atau tidak. Dan apabila masih ada malaria diberikan obat untuk mendapatkan kesehatan yang optimal. P3(431-437, 441-444)
4.2.2 Hasil Data Pendukung
4.2.2.1 Data pendukung observasi
a) Observasi Partisipan
1. Observasi partisipan 1 saat wawancara
Observasi partisipan 1 pada saat
wawancara Selasa, 20 Desember 2011,
116
pukul 12.10. Wawancara dilakukan di
tempat partisipan tapi dalam ruangan kelas
VI SD Pondok yang dekat dengan rumah
partisipan. Partisipan tidak bertanya banyak
tentang peneliti karena partisipan sudah
mengetahui maksud dan tujuan dari peneliti.
Sebelum melakukan wawancara,
partisipan lebih terlihat tegang, dan tenang.
Tetapi lama kelamaan partisipan menjadi
lebih santai karena sudah terbiasa dengan
suasana tersebut dan selalu menjawab
pertanyaan dengan baik. Dalam menjawab
pertanyaan partisipan kurang memiliki rasa
humor sehingga proses wawancara
berlangsung dengan sedikit tegang. Selesai
wawancara partisipan bercerita dengan
peneliti mengenai perkembangan penyakit
malaria di Desa Pondok dan apabila masih
ada data yang kurang bisa langsung
menghubungi partisipan.
2. Observasi partisipan 2 saat wawancara
Observasi partisipan pada saat
wawancara Senin-Selasa, 2 – 3 Januari
117
2012, pukul 18.00. Wawancara dilakukan di
tempat partisipan tepatnya pada pukul
18.00. Selain dilakukan wawancara peneliti
juga mengobservasi partisipan. Awalnya
partisipan menjelaskan mengenai latar
belakangnya, menjelaskan tentang
perkembangan malaria di Desa Pondok.
Setelah itu partisipan memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
Karena partisipan belum melihat dan
membaca surat penjelasan penelitian yang
sudah diberikan peneliti. Partisipan memberi
kesempatan kepada peneliti untuk
melakukan wawancara dan bersedia
memberikan informasi-informasi apapun
yang bisa dijawab dan diberikan partisipan
kepada peneliti.
Sebelum melakukan wawancara,
partisipan lebih terlihat santai, tenang tapi
serius sehingga lebih terlihat formal saat
wawancara berlangsung. Tetapi lama
kelamaan partisipan menjadi lebih santai
118
dan mempunyai rasa humor. Partisipan
selalu menjawab pertanyaan dengan baik
dan disetiap jawaban partisipan selalu
bercerita tentang segala sesuatu yang
terjadi di Desa Pondok tetapi semua itu
berhubungan dengan malaria. Selama
wawancara berlangsung partisipan juga
merokok. Selesai wawancara partisipan
bercerita dengan peneliti dan
memberitahukan kepada peneliti apabila
masih ada data yang kurang bisa langsung
menghubungi partisipan.
3. Observasi partisipan 3 saat wawancara
Observasi partisipan pada saat
wawancara Sabtu, 7 Januari 2012, pukul
15.00. Wawancara dilakukan di rumah
keluarga partisipan tepatnya pada pukul
15.00. Selain dilakukan wawancara peneliti
juga mengobservasi partisipan. Sebelum
wawancara peneliti menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian. Partisipan memberi
kesempatan kepada peneliti untuk
melakukan wawancara dan bersedia
119
memberikan informasi-informasi semampu
partisipan dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan peneliti.
Sebelum melakukan wawancara,
partisipan lebih terlihat tegang dan sedikit
malu ketika peneliti menyiapkan alat
perekam. Sehingga peneliti merasa sungkan
ketika menghadapkan kamera ke arah
partisipan. Tetapi lama kelamaan partisipan
menjadi lebih santai dan mempunyai rasa
humor dalam memjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti. Partisipan selalu
menjawab pertanyaan dengan baik dan
disetiap jawaban partisipan selalu bercerita
tentang segala sesuatu yang terjadi di Desa
Pondok tetapi semua itu berhubungan
dengan malaria. Selama wawancara
berlangsung partisipan juga merokok.
Selesai wawancara partisipan juga
menambahkan sedikit informasi berhungan
dengan penyakit malaria yang terjadi di
Desa Pondok.
b) Observasi Aktivitas Partisipan
120
1. Aktivitas Partisipan 1
Saat beraktivitas baik di rumah
maupun diluar rumah dari pagi sampai sore
masih menggunakan baju lengan pendek
dan celana pendek. Padahal pada sore hari
nyamuk mulai berkeliaran dan menggigit
massa. Tetapi pada malam hari partisipan
selalu menggunakan celana panjang dan
jaket. Dalam mencari pengobatan partisipan
masih menggunakan ramuan tradisional
sebagai pertolongan pertama saja.
Partisipan selalu mengumpulkan
sampah-sampah pada tempat sampah
tetapi nanti dibuang di belakang rumah
partisipan sehingga menyebabkan populasi
nyamuk berkembang biak di sana. Selain
itu, masih ada beberapa pakaian yang
biasanya digantung dan dibiarkan
bertumpukan dalam rumah.
2. Aktivitas Partisipan 2
Pada malam hari partisipan
menggunakan baju lengan pendek dan
celana pendek. Walaupun dalam rumah
121
tetap saja nyamuk masih berkeliaran. Saat
beraktifitas partisipan juga terlihat
menggunakan baju dan celana pendek.
Tidak terlihat baju digantung dalam rumah.
Partisipan juga memiliki kebiasaan merokok.
Dalam mencari pengobatan partisipan
masih menggunakan ramuan tradisional.
Rumah partisipan tampak bersih sehingga
tidak terlihat sampah yang berserakan.
Hewan masih diikat di bawah dapur karena
dapu partisipan masih berbentuk rumah
panggung.
3. Aktivitas Partisipan 3
Saat beraktifitas partisipan juga masih
menggunakan baju dan celana pendek.
Tetapi saat beraktifitas diluar rumah seperti
pertemuan-pertemuan kecil di Desa
partisipan menggunakan celana panjang,
tetapi di rumah sendiri partisipan
menggunakan baju dan celana pendek.
Partisipan memiliki kebiasaan merokok baik
di rumah maupun di luar rumah.
122
Rumah partisipan berbentuk rumah
panggung dan masih mengikat hewan di
bawah kolong rumah seperti babi. Rumah
partisipan pada siang hari tampak gelap dan
dari luar ada beberapa pakaian dan
beberapa kain yang digantung begitu saja.
Tidak terlihat juga tempat sampah sehingga
sampah-sampah yang ada dibuang jauh dari
rumah.
c) Observasi Lingkungan
1. Observasi lingkungan rumah partisipan 1
Partisipan bertempat tinggal di Desa
Pondok berdekatan dengan SD Pondok.
Pada tanggal 14 Desember 2011 - 12
Januari 2012 peneliti melakukan observasi
mendalam di rumah dan di lingkungan
sekitar rumah partisipan. Rumah partisipan
permanen dan beratapkan seng. Di kamar
partisipan menggunakan kelambu, tetapi
pada siang dan sore hari kamar terlihat
gelap dan ventilasi di kamar tersebut kurang
bersih. Barang-barang yang terdapat dalam
kamar terlihat padat dan kurang tersusun
123
rapi. Dalam rumah partisipan juga hanya
terdapat satu jendela. Untuk dapur sendiri
dindingnya masih terbuat dari anyaman
bambu, atapnya seng, dan lantai tanah.
Keluarga partisipan selalu mencuci piring di
dapur, memasak dan menumbuk padi.
Di lingkungan luar rumah partisipan
yaitu halaman depan rumah partisipan
terdapat rumput-rumput yang sudah
dipotong pendek oleh keluarga partisipan.
Sedangkan disamping rumah terdapat
semak-semak, kebun, rumput yang tinggi,
dan beberapa pohon besar lainnya. Di
belakang rumah partisipan juga terdapat
pohon-pohon besar dan terdapat satu
kandang babi dan di sana babi tersebut
dipelihara. Selain itu dekat kandang babi
tersebut terdapat sampah-sampah yang
dibuang begitu saja. Sedangkan untuk WC
sendiri jauh dari rumah partisipan jaraknya
kurang lebih 200 meter. Tetapi tempat
penampungan air atau yang sering disebut
bak sama sekali tidak terisi air. Apabila dari
124
partisipan ataupun keluarga partisipan
sendiri BAB/BAK hanya pada saat itu saja
mereka membawa air dari rumah dengan
menggunakan jerigen. Terkadang ada juga
yang BAK disekitar lingkungan rumah
seperti di belakang rumah dan itu biasanya
dilakukan pada malam hari.
Rumah partisipan juga berada tidak
jauh dari sungai dan persawahan. Jarak
rumah partisipan dengan sungai dan
persawahan adalah kurang lebih 1000
meter. Biasanya pada sore hari disekitar
rumah partisipan nyamuk mulai berkeliaran
dan mulai menggigit massa.
2. Observasi lingkungan rumah partisipan 2
Partisipan bertempat tinggal di Desa
Pondok. Pada tanggal 14 Desember 2011 -
12 Januari 2012 peneliti juga melakukan
observasi mendalam di lingkungan sekitar
tempat tinggal partisipan. Rumah partisipan
adalah rumah panggung dan beratapkan
seng. Semua barang-barang yang ada di
rumah partisipan terlihat rapi tapi bagian
125
belakang yang merupakan tempat makan
keluarga kurang terlihat bersih. Sedangkan
di bawah kolong rumah partisipan terlihat
kurang rapi. Dapur milik partisipan juga
berbentuk rumah panggung dan
bersambung dari rumah partisipan. Di
sanalah juga berapa anggota keluarga
mencuci piring dan mengikat hewan seperti
babi di bawah kolong dapur.
Di lingkungan luar rumah partisipan
yaitu halaman depan rumah partisipan
terdapat rumput-rumput yang sudah
dipotong pendek dan terlihat lebih rapi dan
bersih. Disamping rumah partisipan terdapat
rumah-rumah tetangga. Di belakang rumah
partisipan terdapat satu WC dengan jarak
100 meter dari rumah yang belum permanen
dan belum memenuhi standar kesehatan.
Terbuat dari anyaman bambu, beratapkan
seng, dan pintunya menggunakan kain.
Kalau BAB/BAK tidak menggunakan air.
Selain itu di belakang rumah partisipan juga
126
terdapat semak-semak, rumput yang tinggi,
dan beberapa pohon besar lainnya.
Rumah partisipan juga berada tidak
jauh dari sungai dan persawahan. Jarak
rumah partisipan dengan sungai dan
persawahan adalah kurang lebih 500 meter.
Biasanya pada sore hari disekitar rumah
partisipan nyamuk mulai berkeliaran dan
mulai menggigit massa.
3. Observasi lingkungan rumah partisipan 3
Partisipan bertempat tinggal di Desa
Pondok. Pada tanggal yang sama dengan
partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu 14
Desember 2011 – 12 Januari 2012 peneliti
melakukan melakukan observasi mendalam
di lingkungan sekitar tempat tinggal
partisipan. Rumah partisipan adalah rumah
panggung dan beratapkan seng. Dari luar
semua barang-barang yang ada di rumah
partisipan terlihat rapi tapi dalam rumah
pada siang hari dan sore hari terlihat gelap
dan menggantung pakaian begitu saja
Sedangkan di bawah kolong rumah
127
partisipan terlihat kurang rapi dan hewan-
hewan biasanya diikat di bawah kolong
rumah. Dapur milik partisipan juga
berbentuk rumah panggung dan
bersambung dari rumah partisipan.
Di lingkungan luar rumah partisipan
yaitu halaman depan rumah partisipan tidak
terdapat rumput tapi berupa tanah kosong
dan bersih. Disamping rumah partisipan
terdapat rumah-rumah tetangga dan
semuanya berbentuk rumah panggung dan
mereka juga mengikat hewan di bawah
kolong rumah. Selain itu di belakang rumah
partisipan juga terdapat semak-semak dan
beberapa pohon besar lainnya. Rumah
partisipan berada tidak jauh dari hutan dan
persawahan tetapi jauh dari sungai.
Biasanya pada sore hari disekitar rumah
partisipan nyamuk mulai berkeliaran dan
mulai menggigit massa.
4.2.2.2 Data Pendukung Dokumentasi
Dari hasil dokumentasi yang diperoleh
peneliti adalah berupa gambar berhubungan
128
dengan tempat tinggal ketiga partisipan dan
lingkungan sekitar Desa Pondok dan buku daftar
isian profil desa dan kelurahan yang berhubungan
dengan Desa Pondok. Hasil dokumentasi berupa
gambar terdapat pada lampiran 7.
4.2.3 Deskripsi Hasil Analisa
4.2.3.1 Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
Dalam meningkatkan dan memelihara
kesehatan, partisipan lebih mengutamakan
kebersihan tempat makan, dan mandi dua kali
sehari. Hal-hal tersebut dilakukan oleh partisipan
agar tidak menderita sakit malaria.
“setiap anggota harus mandi dua kali sehari, tempat makan harus bersih, P1 (758-759)
Selain menjaga kebersihan tempat makan,
memasak air juga perlu dilakukan, alat-alat makan
dan makanan harus ditutup sehingga tidak ada
binatang pembawa penyakit hinggap dalam
makanan, makan yang teratur, serta menjaga
anak-anak agar tidak membuang kotoran di sekitar
lingkungan rumah. Dengan adanya beberapa
129
pencegahan tersebut dapat mengurangi terjadinya
malaria.
“kebersihan alat makan minum, itu yang paling diperhatikan dan cara memasak air juga perlu. Saya cepat sekali menderita kalau air tidak dimasak. Ada dua hal perkaut atau sakit perut. Itu yang menyebabkan kalau air tidak dimasak. Oleh sebab itu air harus dimasak betul. Lalu pencegahan-pencegahan yang lain juga. Alat-alat makan harus ditutup, sehingga lalat tdk hinggap, semua makan ditutup sehingga beberapa jenis binatang yang membawa penyakit tidak hinggap pada makanan tersebut. Itu proses yang awal-awal kita jaga diri. Makan yang teratur, bersih lalu menjaga anak-anak supaya jangan membuang kotoran disekitar-sekitar sehingga tidak ada binatang yang bersarang disitu”
P2 (241-261)
Upaya lain yang dilakukan dalam mencegah
terjadinya malaria adalah menjaga agar pakaian
selalu bersih, dan apabila menderita malaria
langsung berobat ke rumah sakit sehingga penyakit
yang diderita tidak tertular pada orang lain.
Memperhatikan peralatan mandi seperti sabun,
handuk agar tidak digunakan secara bersamaan
dengan si penderita malaria. Selain itu, selama
musim hujan tidak menggunakan air sungai, karena
pada saat musim hujan air sungai sudah tercemar
sehingga harus menggunakan air langsung dari
mata air. Selanjutnya, pada saat buang air besar
dan buang air kecil harus di WC dan WC juga harus
130
dijauhkan dari rumah dan tetap menjaga
kebersihannya agar tidak mudah terkena penyakit.
Hal-hal tersebutlah yang dilakukan oleh partisipan
untuk meningkatkan dan memelihara perilaku hidup
sehat. Dengan adanya hal-hal tersebut akan
membantu partisipan tetap sehat dan terhindar
penyakit malaria.
“makanan, minuman harus bersih, pakaian harus bersih, sekitar harus bersih. Upaya yang kami hadapi. Jadi kalau makanan, minuman, pakaian harus bersih, sekeliling rumah dibersihkan, kalau sakit segera minum obat, kalau tidak ada obat segera ke rumah sakit. Sehingga tidak tertular penyakit malaria. Juga dalam rumah itu misalnya ada salah satu orang yang punya penyakit kulit, sabun, handuk tidak boleh gabung. Terus buang kotoran harus di wc. Makanya bukti wcnya kami jauhkan dari rumah. Sehingga kita tidak ketularan penyakit” P2 (758-774) “Dan selama musim hujan kami tidak timbah air sungai” P2 (911-913)
Berbeda dengan partisipan 3 bahwa dalam
meningkatkan dan memelihara kesehatan perlu
dilakukan upaya-upaya seperti menjaga tampungan
air agar selalu tertutup sehingga tidak membuat
populasi nyamuk berkembang biak di dalamnya
dan merebus air agar terjamin kesehatan dalam
rumah tangga. Dengan melakukan hal-hal tersebut
131
bukan berarti menghilangkan secara tuntas malaria,
tetapi mengurangi sehingga malaria tersebut tidak
terjadi.
“berarti kalau ada tampungan air perlu ditutup. Sehingga dari situ nyamuk tidak bertelur”
P3 (49-51) “masak air sehingga bisa terjamin kesehatan dalam rumah tangga. Kalau itu semuanya sudah terlaksana berarti bukan tidak mungkin langsung semuanya 100% penyakit malaria ini tuntas tapi bagaimana mengurangi sehingga malaria makin hari makin kurang” P3 (657-664)
4.2.3.2 Perilaku pencegahan penyakit
Upaya-upaya pencegahan penyakit malaria
yang dilakukan oleh partisipan agar tidak menderita
sakit yaitu bagaimana menata ruang lingkup dalam
rumah tangga sendiri dimulai dengan
membersihkan lingkungan halaman rumah dengan
cara membuang sampah pada tempatnya agar
tidak bertebaran di halaman rumah. Apabila
membiarkan sampah bertebaran di halaman rumah
menyebabkan nyamuk malaria akan bersarang dan
populasi nyamuk akan bertambah. Untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tersebut perlu
dilakukan minimal dalam satu minggu dua kali
132
pembersihan halaman rumah yaitu pagi dan sore
agar terhindar dari penyakit malaria. Sesuai dengan
hasil observasi, di belakang rumah partisipan 1
masih ada sampah-sampah yang bertebaran yaitu
jenis sampah anorganik maupun organik.
“bagaimana menata ruang lingkup dalam rumah tangga, Yang berikut pembersihan lingkungan halaman rumah, artinya membuang sampah pada tempatnya. Karena kalau kita membiarkan sampah-sampah bertebaran di depan halaman rumah disitulah nyamuk malaria akan bersarang dan populasi nyamuk malaria akan bertambah. Jadi untuk mencegah tentang hal itu minimal dalam 1 minggu 2 kali pembersihan halaman rumah” P1 (9-21)
“2 kali dalam seminggu pembersihan halaman
rumah. Sedangkan halaman rumah sekitar itu tiap hari pagi dan sore”
P1 (34-38)
Upaya-upaya lain yang dilakukan oleh
partisipan agar terhindar dari penyakit malaria
adalah dengan menyiapkan kelambu, menyiapkan
obat nyamuk agar mengurangi nyamuk yang masuk
dalam rumah. Akan tetapi, partisipan 1 belum
menggunakan obat nyamuk tersebut tetapi hanya
sebatas menggunakan kelambu. selain itu, apabila
ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka
upaya yang dilakukan partisipan adalah salah satu
anggota keluarga yang menderita penyakit malaria
133
harus tidur di kamar atau ruangan yang berbeda.
Tetapi pada kenyataannya anak kecil di bawah 5
tahun yang sakit masih ditemani oleh partisipan
maupun istri dari partisipan itu sendiri.
“siapkan kelambu, yang kedua menyiapkan obat nyamuk, artinya untuk mengurangi nyamuk yang masuk dalam rumah” P1 (205-208) “Upaya yg dilakukan apabila ada salah satu keluarga yang menderita penyakit malaria kita tidur ditempat yang tidak boleh ada temannya. Artinya tidur sendiri, agar tdk tertular pada org lain” P1 (536-540) “diharuskan untuk pakai kelambu” P3 (353-354)
Upaya pencegahan penyakit malaria
lainnya yang perlu dilakukan agar terhindar malaria
adalah menjaga kebersihan WC dan menyiapkan
air untuk WC, membersihkan lingkungan seperti
memotong rumput, menyapu halaman, menjaga
halaman agar hewan-hewan seperti anjing, babi,
kuda, tidak membawa kotoran, sehingga pada
musim hujan lingkungan masih terlihat bersih dan
nyamuk jauh dari rumah serta menjaga agar tidak
ada tempat tergenangnya air, makanya nyamuk
134
tidak dapat berkembang biak pada genangan air
tesebut.
“Untuk menjauhi itu penyakit ada beberapa daya yang kami pakai disini. Pertama-tama kebersihan lingkungan, kebersihan rumah, kebersihan alat minum makan, kebersihan WC” P2 (183-188) “Anak-anak yang bisa bekerja mereka membersihkan halaman, sapu halaman, rumput dihilangkan. Mereka disuruh selalu siap air di WC. Kalau untuk anak-anak. Kalau Mama dia membersihkan dapur, membersihkan dibawah rumah besar. Jadi bagi-bagi tugas. Jadi saya dan lain-lain kita kerja buat dapur hidup sekeliling. Jadi pada masa hujan turun itu masih kelihatan bersih sehingga nyamuk agak jauh dari rumah” P2 (199-211) “Halaman dijaga agar anjing, babi, kuda tidak membawa kotoran. Karena kotoran dari pada ternak atau hewan juga menimbulkan bahaya”
P2 (261-264)
“Dan ada anjuran-anjuran juga di sekeliling rumah harus bersih, tidak ada tempat tergenang air. Semua kotoran dijauhkan”
P2 (862-865)
Selain itu, upaya lain yang perlu dilakukan
agar terhindar dari gigitan nyamuk adalah dengan
memakai celana panjang, jaket, dan kain untuk
membungkus kaki. Selanjutnya tempat-tempat yang
gelap juga dibersihkan sehingga tidak ada tempat
berkembangbiaknya nyamuk malaria .
“Rasa-rasanya banyak nyamuk macam saya tadi itu saya pakai celana panjang, saya pakai jaket
135
sampai dipergelangan tangan. Sehingga tidak mudah nyamuk langsung gigit. Begitu juga anak-anak. Apalagi malam seperti ini. Banyak nyamuk. Jadi harus selalu mawas diri. Ambil kain bungkus kaki, kita selalu was-was datangnya nyamuk” P2 (542-552) “tempat-tempat yang gelap dibersihkan, harus tidur dalam kelambu, air minum harus dimasak betul-betul. Sehingga kita jarang sekali terkena malaria. Karena harus selalu siaga dengan serangan-serangan nyamuk”
P2 (878-884)
Selanjutnya untuk mencegah terjadinya
penyakit malaria juga perlu memberikan nasihat
baik pada orang yang sehat atau sakit, agar tidak
berbaur sehingga tidak tertular malaria. Penderita
malaria harus menyendiri untuk mengurangi
penularan malaria dan menggunakan obat nyamuk.
Tetapi pada kenyataannya partisipan tidak
menggunakan obat nyamuk hanya menggunakan
kelambu. Selain itu, apabila populasi nyamuk
semakin banyak dilakukan penyemprotan untuk
mengurangi berkembangnya nyamuk malaria.
“kita nasihati agar tidak berbaur rapat dengan orang yang sehat. Karena malaria ini menular melalui uap, air liur, atau melalui darah yang sementara luka. Bisa saja dia kena. Seorang yang malaria harus menyendiri dulu selagi malaria masih ada. Atau melalui nyamuk terutama. Dia sudah serang orang yang malaria, dia gigit lagi orang yang sehat. Juga yang selama ini kami tidak hiraukan obat nyamuk. Tidak pernah kita gubris. Karena sudah cukup dengan persiapan kelambu.
136
Tapi sebaiknya obat nyamuk juga perlu untuk mencegah nyamuk” P2 (1007-1023) “nyamuk berkecamuk dibeberapa tempat kalau ada penyemprotan untuk mengurangi nyamuk saya rasa bisa kurang” P2 (1202-1204)
Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan
partisipan 3 hampir sama dengan partisipan 1 dan
partisipan 2 yaitu menjaga kebersihan lingkungan.
Apabila tidak menjaga kebersihan lingkungan akan
menjadi sarang nyamuk, sehingga populasi nyamuk
bertambah dan menyebabkan orang-orang terkena
malaria. Karena menjaga kebersihan lingkungan itu
artinya nyaman dalam rumah tangga dan populasi
nyamuk juga berkurang.
“Yang perlu diperhatikan terlebih adalah kebersihan lingkungan. Karena apabila tidak menjaga kebersihan lingkungan akan menjadi sarang nyamuk. Sehingga orang-orang mudah terkena penyakit malaria dan dari satu orang terjangkit penyakit malaria akan tertular kepada orang lain. Oleh karena itu kita sangat perlu untuk menjaga kebersihan lingkungan yang paling pertama” P3 (5-15) “kalau kita bersih berarti nyaman dalam dalam rumah tangga” P3 (158-159)
“mesti lingkungan itu sudah bersih, sehingga sarang nyamuk juga atau populasi nyamuk kurang. Karena dari situlah populasi nyamuk kalau banyak, malaria juga banyak dan makin merambat karena lewat darah akhirnya jadi pindah ke orang
137
lain yang tidak punya malaria akhirnya menderita malaria juga” P3 (333-342)
Faktor lain yang perlu dilakukan untuk
mencegah penyakit malaria adalah membuang
sampah pada tempatnya, mempunyai WC dan
selalu menjaga kebersihannya. Walaupun tidak
menderita sakit tapi bagaimana mencegah penyakit
malaria agar tidak terjangkit penyakit malaria
sehingga tidak tertular pada orang lain. Selain itu
tidak mengikat hewan di bawah kolong rumah.
Terkadang dengan terpaksa harus mengeluarkan
hewan dari rumah karena dari segi kesehatan itu
sebenarnya tidak sehat, tetapi diperhatikan juga
dari segi keamanan. Karena apabila hewan sudah
jauh dari rumah sudah bukan menjadi milik pribadi
lagi dan hal tersebut merupakan salah satu kendala
bagi partisipan jika mau hidup sehat.
“tentang kebersihan lingkungan pembuangan sampah, juga WC. Nah terlebih kalau musim-musim sekarang perlu sekali itu WC. Sehingga dari situ kita ya walaupun kita katakan bukan sakit tapi bagaimana kita mengurangi penyakit agar tidak terjangkit pada setiap orang.” P3 (110-117) “Dari segi kesehatan tidak menjamin sebetulnya. Tapi mau bagaimana lagi karena segi keamanan sudah. Dari segi kesehatan sebetulnya tidak sehat. Supaya sehat dengan keadaan terpaksa mengeluarkan hewan tapi kadang bukan miliki kita
138
lagi” P3 (208-215)
4.2.3.3 Perilaku pencarian pengobatan
Upaya-upaya yang dilakukan partisipan atau
tindakan awal dalam mencari pengobatan ketika
partisipan menderita sakit malaria pertama kali
yaitu dengan menggunakan ramuan tradisional
selama dua hari yaitu daun sambiloto karena itu
pertolongan pertama untuk mengurangi gejala
malaria seperti demam. Partisipan beranggapan
bahwa dengan menggunakan obat tradisional itu
hanyalah pencegahan pertama tetapi bukan
harapan dari partisipan untuk bisa sembuh dari
penyakit malaria. Setiap kali partisipan merasakan
demam ia menggunakan obat tersebut untuk
mengurangi rasa demam dan apabila tidak ada
perubahan partisipan langsung berobat ke
puskesmas. Kadang langsung berobat ke rumah
sakit pemerintah dan disarankan untuk opname
karena menderita malaria vivax. Partisipan
mengetahui ia menderita sakit malaria yaitu melalui
tes darah di puskesmas.
“Sewaktu saya diserang sakit malaria yang merupakan tindakan awalnya saya mengobati penyakit saya menggunakan ramuan tradisional
139
yaitu menurut saya pencegahan pertama bukan merupakan harapan saya untuk bisa sembuh dari penyakit malaria. Memang ada polindes petugasnya 1 orang dan jarang ada di tempat. Karena jangkauan kendaraan dari pondok ke puskesmas jaraknya sekitar 20 kilo. Untuk melakukan yang merupakan pertolongan pertamanya bagi saya sebagai yang di serang penyakit malaria saya menggunakan obat tradisional selama 2 hari. P1 (481-496) “Ramuan tradisional yang saya pakai waktu saya sakit malaria. Kebetulan didepan rumah, saya menanam pohon sambiloto. Itu sudah daun yang saya pakai. Setiap kali saya rasa-rasa demam saya menggunakan obat tradisional itu untuk mengurangi rasa demam. Sehingga saya tahu diserang penyakit malaria lewat tes darah di puskesmas” P1 (508-517)
Apabila partisipan tidak ada perubahan setelah
menggunakan obat tradisional, maka partisipan
langsung berobat ke puskesmas atau rumah sakit
daerah/pemerintah. Di Desa Pondok itu sendiri
terdapat satu polindes dan petugasnya dua orang
yaitu satu bidan dan satu perawat. Tetapi petugas
kesehatan yaitu perawat jarang ada di tempat.
Sedangkan jangkauan kendaraan itu sendiri dari
Desa Pondok ke puskesmas adalah 20 km. Selain
itu partisipan biasa berobat juga ke polindes. tetapi
jika perawatnya ada. Jika perawatnya tidak ada
partisipan berobat ke Pustu di Kapalas, berobat ke
140
Puskesmas Lawonda, atau ke Puskesmas
Anakalang.
Karena atau tidak ada perubahan lewat itu saya lari ke puskesmas. Setelah itu kadang tidak melalui puskesmas, kadang langsung ke RS daerah/pemerintah. Saya disarankan untuk masuk opname karena diserang penyakit malaria vivax selama 3 hari” P1 (496-503)
Sedangkan untuk partisipan 2, apabila
menderita sakit malaria biasanya menggunakan
ramuan tradisional berupa ramuan kulit kayu yang
dicampur dengan kulit halau, biji mahoni, purahu,
daun pepaya, dan daun pare karena dipercaya
dapat menyembuhkan penyakit malaria. Ketika
partisipan merasakan demam langsung
menggunakan ramuan-ramuan tersebut, karena
pada dasarnya partisipan lebih suka mengkonsumsi
makanan yang rasanya pahit.
“kadang dingin, menggigil, langsung sudah minum ada obat-obat bantuan yang kita minum air kulit rita, campur kulit halau, biji mahoni lalu ada purahu. Termasuk Bapak yang satu ini. Kami berdua ini masak. Begitu rasa mengigil langsung minum, keringat langsung hilang malaria. Itu jalan keluar karena jauh dari rumah sakit. Karena memang kami sudah dari dasar pengetahuan sudah ada, gejala-gejala malaria kami sudah jawab bahwa ini adalah malaria. Minum pilkina kalau ada minum. Kalau tidak ada kita minum saja obat tradisional. Pahit luar biasa. Tapi biar pahit saya minum saja. Dan selama itu jarang sudah. Tidak rasa malaria lagi. Karena Bapak suka makan yang pahit. Makan daun pepaya, makan
141
sayur yang pahit, daun paria. Suka sekali yang pahit jadi sekarang jarang sekali malaria”
P2 (145-166)
Partisipan lebih suka menggunakan obat
tradisional dari pada obat yang berasal dari rumah
sakit. Karena obat yang dari rumah sakit
membuatnya pusing, mual, dan badan terasa
lemah. Obat tradisional juga digunakan oleh karena
jauh dari rumah sakit. Tetapi apabila merasakan
gejala-gejala malaria partisipan menggunakan
akses untuk pergi ke rumah sakit karena
mendapatkan layanan tanpa bayar.
“Tidak sama dengan obat dari rumah sakit, badan lemah, rasa pusing, rasa mual, kadang minum ada yang muntah” P2 (995-998) “cukup lama tidak menderita malaria lagi dan andai kata ada gejala-gejala malaria yang jelas kami gunakan askes pergi ke rumah sakit dapat layanan tanpa bayar” P2 (959-964)
Pencarian pengobatan untuk partisipan 3 itu
sendiri hampir sama dengan partisipan 1 dan
partisipan 2 yaitu menggunakan ramuan tradisional.
Tetapi untuk partisipan 2 biasanya menggunakan
obat tradisional berupa daun pepaya, dan daun
pare. Tetapi apabila penyakit malaria semakin
parah maka partisipan berobat ke rumah sakit atau
142
Puskesmas Lawonda maupun Puskesmas
Anakalang. Kadang berobat juga ke polindes
apabila petugas kesehatannya ada di tempat.
“biasa minum obat daun pepaya, daun pare. P3 (404-405) “Tapi itu pun juga kalau dilihat dari penyakitnya semakin mengamuk ya mesti lari ke rumah sakit. Karena sekarang tidak sama dengan dulu kita bayar rumah sakit kalau mau ke rumah sakit masih pikir-pikir tapi kalau sekarang sudah ada Jamkesmas” P3 (405-412) “karena masih pustu di Kapalas kita berobat ke puskesmas Lawonda atau puskesmas di Anakalang” P3 (453-456) “Kalau dia ada kita bisa pergi ke polindes. Tapi kalau pada saat sakit dia tidak ada dengan terpaksa bisa ke puskemas Lawonda atau ke puskesmas Wairasa di Anakalang” P3 (481-486)
4.2.3.4 Perilaku pemulihan kesehatan
Dalam pemulihan kesehatan setelah
sembuh dari sakit, partisipan selalu menerapkan
anjuran-anjuran yang didapatkan dari tenaga
kesehatan. Sekembalinya dalam rumah tangga
partisipan selalu menyampaikan informasi-informasi
kepada anggota keluarga yang lain.
“Setelah itu sesampainya saya dalam rumah tangga saya menyampaikan juga kepada anggota
143
keluarga, sehingga apa yang disarankan oleh dokter bisa dilakukan sampai sekarang”
P1 (745-750)
Selain itu, menjaga pola hidup sehat baik
dari diri sendiri maupun dengan anggota keluarga
sehingga tidak lagi menderita malaria yaitu makan
harus dihabiskan, dan makan-makanan bergizi agar
daya tahan tubuh tetap kuat dan sehat sehingga
bibit penyakit tidak mudah masuk dalam tubuh.
“kalau makan ya harus kita makan bersama dan kita jaga nasi kita makan sampai habis. Terus simpan nasi jangan dalam keadaan terbuka. Menyangkut makanan yang ada dirumah. Harus makan-makanan tambahan yang punya gizi. Sehingga tubuh ini tidak lemah tetap kuat sehingga ada bibit penyakit masuk dalam tubuh mudah diawasi oleh tubuh yang kuat sehingga ada bibit penyakit masuk dalam tubuh mudah diawasi oleh tubuh yang kuat”
P2 (364-374)
Berbeda dengan partisipan 3, terkadang
partisipan tidak selalu menerapkan anjuran-anjuran
dari dokter. Karena kebiasaan dari partisipan untuk
tetap bekerja sehingga tidak melakukan anjuran-
anjuran yang disampaikan oleh dokter. Apabila
sudah sedikit sehat itu tidak masalah bagi
partisipan untuk bekerja.
“Kadangkala disarankan dokter harus istirahat beberapa hari. Kadangkala kita namanya orang kerja baru sembuh satu hari sudah kerja. Akhirnya kambuh kembali lari kembali ke rumah sakit.
144
Sehingga apa yang disarankan oleh dokter karena kita tidak tahan hati lihat pekerjaan kadangkala baru satu atau dua hari sembuh langsung kerja lagi” P3 (418-426)
Dalam memulihkan kesehatan selalu
memeriksakan diri ke Rumah Sakit atau
puskesmas. Ketika obat habis harus cek lagi
apakah masih ada malaria atau tidak sehingga bisa
sembuh total dari penyakit malaria.
“habis obat harus datang cek lagi malaria. Kalau masih ada malaria harus minta obat lagi karena itu biasa sudah. Anjuran dokter habis obat datang cek lagi supaya cek malaria, apakah masih ada atau tidak” P3 (431-437) “Tapi jalan keluar pun yang dilakukan apabila obat habis cek malaria lagi. Sehingga malaria itu dia sembuh total” P3 (441-444)
4.3 Uji keabsahan data
4.3.1 Member Check Partisipan 1
Member Check dilaksanakan pada tanggal 22
Desember 2011 yaitu di rumah partisipan. Peneliti
membawa video rekaman berupa kamera dan didengar
oleh partisipan. Tetapi ada sedikit hasil wawancara yang
dikoreksi oleh partisipan bahwa Desa Pondok ini
sebenarnya sudah bukan merupakan daerah yang
terpencil lagi menurut dinas kesehatan. Karena dari segi
145
kesehatan sendiri pelayanan kesehatan itu sudah bisa
dijangkau. Selanjutnya partisipan setuju dengan data-
data yang sudah diberikan oleh partisipan.
4.3.2 Member Check Partisipan 2
Member Check pada partisipan 2 dilaksanakan
pada tanggal 5 Januari 2012. Peneliti juga membawa
video rekaman berupa kamera yang diperlihatkan pada
partisipan. Partisipan setuju dengan data-data yang
diberikan kepada peneliti. Partisipan memberi himbauan
kepada peneliti agar bisa mewancarai warga lain
sehingga bisa membandingkan jawaban partisipan
dengan warga yang lain.
4.3.3 Member Check Partisipan 3
Member Check pada partisipan 3 dilaksanakan
pada tanggal 9 Januari 2012 di rumah partisipan. Peneliti
juga membawa hasil rekaman untuk diperlihatkan dan
didengar, agar dikoreksi oleh partisipan. Partisipan setuju
dengan data-data yang diberikan kepada peneliti dengan
memberikan tambahan informasi berhubungan dengan
Desa Pondok.
4.4 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
perilaku kesehatan terhadap penyakit malaria pada masyarakat
146
di Desa Pondok Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat
Kabupaten Sumba Tengah. Menurut Sunaryo, 2004 ada
beberapa aspek-aspek dalam perilaku kesehatan yaitu perilaku
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promosition
behavior), perilaku pencegahan penyakit (health prevention
behavior), perilaku pencarian pengobatan kesehatan (health
seeking behavior), perilaku pemulihan kesehatan (health
rehabilitation behavior).
Dari hasil analisis dapat dilihat dan diketahui bahwa
perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang
didapatkan dari partisipan adalah dengan melakukan upaya-
upaya untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dan
memelihara kesehatan agar tidak menderita sakit. Dari ketiga
partisipan, memiliki upaya-upaya yang hampir sama yaitu
mandi 2x kali sehari, peralatan makan dan minum harus bersih,
menjaga tampungan air selalu tertutup, merebus air dan tidak
menggunakan air sungai pada saat hujan memisahkan orang
yang sakit tidak boleh menggunakan barang-barang yang
sama seperti handuk dan sabun. Dengan menerapkan
beberapa upaya tersebut, penyakit malaria tidak mungkin
terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunaryo yang
menyebutkan bahwa perilaku peningkatan dan pemeliharaan
perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang
147
optimal serta memelihara kesehatan agar tidak sakit (Sunaryo,
2004).
Selanjutnya diketahui juga bahwa dalam mencegah
penyakit malaria merupakan perilaku pencegahan penyakit
agar tidak sakit. Jadi dari ketiga partisipan ini upaya pertama
yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit malaria adalah
dengan menjaga kebersihan lingkungan. Dari partisipan 1
menyebutkan dalam mencegah penyakit perlu menyiapkan
kelambu, obat nyamuk, tidur sendiri agar tidak tertular penyakit
malaria. Sedangkan dari partisipan 2 menjaga halaman rumah
terhindar dari kotoran, menggunakan baju panjang sehingga
nyamuk tidak mudah menggigit manusia, tidak ada tempat
tergenangnya air supaya nyamuk-nyamuk malaria tidak
berkembangbiak, membersihkan tempat-tempat yang gelap
supaya nyamuk tidak bersarang dan populasi nyamuk jadi
berkurang, selain itu menggunakan kelambu. Selanjutnya dari
partisipan 3 menyebutkan bahwa dalam mencegah penyakit
malaria perlu memberikan pemahaman tentang pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan, memiliki WC sehingga tidak
membuang kotoran di mana-mana, dan tidak mengikat hewan
di bawah kolong rumah. Beberapa upaya pencegahan penyakit
tersebut berhubungan dengan pendapat Notoatmodjo bahwa
perilaku pencegahan merupakan perilaku pencegahan agar
148
tidak sakit. Misalnya tidur memakai kelambu untuk mencegah
gigitan nyamuk malaria, imunisasi dan sebagainya, juga
termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada
orang lain (Notoatmodjo, 2003).
Selain itu ketika seseorang menderita sakit ada upaya
untuk mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan
merupakan upaya mencari pengobatan agar bisa sembuh dari
penyakit. Dari ketiga partisipan ini ketika menderita sakit
malaria tindakan awal atau pertolongan pertama yang
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut dengan menggunakan
ramuan tradisional berupa daun sambiloto, daun pepaya, daun
pare, biji mahoni dan obat-obat tradisional lainnya. Obat-obat
tersebut diproses sehingga menghasilkan ramuan yang dapat
digunakan untuk menghilangkan gejala-gejala malaria. Menurut
partisipan 1 dan partisipan 3 penggunaan ramuan tradisional
hanya digunakan untuk mengurangi gejala malaria saja.
Apabila dalam beberapa hari tidak ada perubahan, langsung
berobat ke rumah sakit atau Puskesmas. Kadang sering ke
Polindes juga tetapi petugas kesehatan selalu tidak ada di
tempat. Jadi harus langsung berobat ke rumah sakit
pemerintah atau ke Puskesmas Lawonda dan Puskesmas
Anakalang. Berbeda dengan partisipan 2, obat tradisional
sangat dipercaya dapat menyembuhkan penyakit malaria.
149
Sehingga partisipan jarang sekali berobat ke rumah sakit atau
Puskesmas. Partisipan 2 mengatakan obat tradisional sangat
berbeda dengan obat medis. Kalau obat medis selalu
membuatnya lemah, mual, dan terkadang muntah. Jadi ketika
partisipan 2 merasakan gejala malaria langsung menggunakan
ramuan tradisional. Tetapi untuk menjangkau layanan
kesehatan dalam mencari pengobatan partisipan juga
mengalami kesulitan karena beberapa hambatan seperti
kesulitan transportasi, keterbatasan ekonomi, kurangnya
pengetahuan. Sehingga partisipan kesulitan untuk
mendapatkan pengobatan yang maksimal.
Adapun beberapa obat tradisional yang digunakan oleh
partisipan 1, partisipan 2 dan partisipan 3 adalah daun
sambiloto (Andrographis paniculata Ness). Obat tradisional
yang digunakan partisipan ketika menderita malaria yaitu
dengan menggunakan daun sambiloto. Obat tradisional
tersebut dipercaya dapat mengurangi gejala malaria seperti
demam. Sambiloto merupakan tanaman kecil yang bercabang-
cabang dengan ketinggian mencapai 90 cm dengan batang
dan cabang berbentuk persegi empat. Daun kecil-kecil,
berbentuk lanset, pangkal rata, permukaan berwarna hijau tua,
tetapi tidak bergerigi, bunga berwarna putih kekuningan dan
bertangkai. Buah berbentuk jorong kecil, bila tua akan pecah
150
menjadi 4 keping. Tanaman sambiloto dapat memproduksi
senyawa sesquiterpen yang terkumpul menjadi diterpenoid,
tetapi pada budidaya jaringan hanya menghasilkan 3
sesquiterpen yang disebut panisulid A, B dan C Sambiloto
mengandung beberapa senyawa yang bermanfaat untuk
kesehatan tubuh seperti andrographolid, neo andrographolid,
homoandrographolid, andrographin, paniculid A, B, dan C,
paniculin, kalmagenin, dan senyawa kalium (Mursito, 2002).
Sambiloto dipilih sebagai obat alternatif. Bagian yang
digunakan adalah daunnya. Daunnya terbukti tidak beracun
dan memiliki sifat antipiretik (menghilangkan demam). Sifat
antipiretik inilah yang bisa membantu penderita malaria dalam
melawan penyakitnya. Penggunaan daun sambiloto dapat
menunjang penggunaan obat plasmodicide (bersifat
menghancurkan plasmodia) (Umar Zein, 2005).
Selain itu partisipan juga menggunakan biji mahoni
(Swietenia mahagoni Jacg) sebagai ramuan tradisional. Biji
mahoni juga digunakan sebagai obat tradisional. Karena
rasanya yang pahit dipercaya dapat mengurangi gejala malaria.
Biji mahoni mengandung senyawa saponin dan flavonoida
yang berguna untuk mengobati tekanan darah tinggi
(Hipertensi), kencing manis (Diabetes mellitus), kurang napsu
makan, rematik, demam, masuk angin dan eczema.
151
(http://kiathidupsehat.com/manfaat-biji-mahoni-senagai-obat-
herbal/). Selain itu, menurut pengobatan Cina, tanaman ini
memiliki sifat pahit, dingin, antipiretik (penurun panas),
antijamur dan paling terkenal biji mahoni adalah untuk
pengobatan malaria.
(http://unibio-center.blogspot.com/2011/11/berbagai-manfaat-
bijimahoni-dan efek.html).
Selanjutnya obat tradisional lain yang digunakan adalah
daun pepaya (Carica papaya. L). Bagian tanaman yang
digunakan adalah daun, buah dan akar. Daun, buah muda dan
akar, mengandung senyawa caricaksatin, violaksantin, papain
dan alkaloid karpain. Buah masak banyak mengandung
vitamin. Daun muda dapat digunakan pada pengobatan
penyakit demam, penambah nafsu makan, keputihan, jerawat,
memperlancar haid dan air susu, penyakit jengkolan, serta
sakit gigi (Mursito, 2002). Ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Notoatmodjo, Soekidjo 2003 bahwa perilaku kesehatan
merupakan upaya pencarian pengobatan, misalnya usaha-
usaha untuk mengobati sendiri penyakitnya atau mencari
pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern
(puskesmas, mantri, dokter praktek, rumah sakit dan
sebagainya) maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun,
sinshe, tabib dan paranormal). Hal ini juga diungkapkan oleh
152
Notoatmodjo Soekidjo, 2003 bahwa perilaku pencarian atau
penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan atau sering disebut
perilaku pencarian pengobatan. Perilaku ini adalah menyangkut
upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit
dan atau kecelakaan.
Setelah sembuh dari sakit ada upaya-upaya pemulihan
kesehatan yang dilakukan agar tidak menderita sakit malaria.
Upaya-upaya yang disebutkan oleh partisipan 1, partisipan 2
dan partisipan 3 hampir sama yaitu yang pertama air harus
bersih dan dimasak, nasi yang dimakan harus dihabiskan, dan
makan-makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, habis obat
langsung memeriksakan diri ke Rumah Sakit atau puskesmas.
Dari beberapa upaya yang disebutkan oleh ketiga partsipan
bertujuan untuk menghindari terkena penyakit malaria. Selain
itu menerapkan apa yang menjadi anjuran dari tenaga
kesehatan baik itu dokter, perawat, maupun bidan. Hal ini juga
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sunaryo, 2004
bahwa dalam meningkatkan perilaku pemulihan kesehatan
merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk untuk
pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit, misalnya
melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam
rangka pemulihan kesehatannya.
153
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dari empat aspek
perilaku kesehatan yang dilakukan oleh partisipan 1, partisipan
2, dan partisipan 3 dipengaruhi oleh beberapa faktor juga
seperti respons internal (dari dalam diri) yaitu kurangnya
kesadaran dari masing-masing pribadi dalam meningkatkan
perilaku hidup sehat maupun eksternal (dari luar dirinya) yaitu
kurangnya himbauan dan kerja sama yang baik dengan warga
setempat dalam memelihara kesehatan. Karena apabila dalam
diri partisipan sendiri tidak ada kesadaran dalam upaya
menjaga pola hidup sehat, maka dengan sangat mudah
memunculkan terjadinya penyakit malaria. Selain itu tidak luput
juga dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang kurang
bersih, kurang terawat, juga mempunyai pengaruh tinggi
terjadinya penyakit malaria. Karena lingkungan tempat tinggal
partisipan juga berdekatan dengan sungai, hutan dan
persawahan. Sehingga memungkinkan tingginya populasi
nyamuk malaria.
Selain beberapa faktor tersebut di atas ada juga hal-hal
lain yang menjadi masalah meningkatnya malaria di Desa
Pondok seperti terbatasnya transportasi sehingga apabila ada
salah satu anggota keluarga yang menderita malaria dibiarkan
begitu saja dan memudahkan menularnya penyakit malaria
pada orang yang sehat, terbatasnya ekonomi mempengaruhi
154
partisipan kesulitan untuk mendapatkan layanan kesehatan
yang optimal, tingkat pengetahuan yang masih minim sehingga
untuk mengetahui sumber terjadinya malaria masih sulit. Ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh (Budiharto, 2009),
bahwa perilaku kesehatan juga di pengaruhi oleh beberapa hal
seperti fasilitas kesehatan, uang, waktu, tenaga, jarak ke
fasilitas kesehatan akan berpengaruh positif dan negatif
terhadap perilaku kesehatan seseorang.
4.5 Keterbatasan Peneliti
Dari awal penulisan skripsi berupa proposal skripsi
sampai pada penelitian, ada beberapa kekurangan dan
keterbatasan peneliti. Peneliti kesulitan dalam mencari
referensi yang berhubungan dengan judul skripsi, yaitu perilaku
kesehatan serta sistematika penulisan skripsi yang baik dan
benar. Selama proses penelitian, peneliti mengalami sakit
sehingga proses wawancara kurang efektif karena kondisi
kesehatan peneliti yang kurang memungkinkan. Selanjutnya
peneliti juga kesulitan dalam menggunakan pertanyaan
wawancara yang lebih mudah dipahami oleh partisipan
sehingga ada beberapa pertanyaan wawancara seperti
diulang-ulang. Selain itu juga peneliti mengalami masalah pada
saat wawancara karena memori kamera penuh, baterei kamera
155
habis. Sedangkan untuk membeli baterei harus menempuh
jarak 18 km dari Desa Pondok. Akhirnya wawancara tersebut
ditunda pada hari esok yaitu pada tanggal 3 Januari 2012.