bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran...

35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Pohuwato Kabupaten Pohuwato adalah Kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Boalemo. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2003 tanggal 25 Februari 2003 yang ditanda tangani oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dengan luas wilayah + 432.278 Ha yang meliputi 13 (Tiga belas) wilayah Kecamatan dengan Ibukota Kecamatan Marisa. Pada awalnya, Kabupaten Pohuwato merupakan bagian administratif pemerintahan Kabupaten Boalemo dimana hal ini berlangsung dari tahun 1999 Mei 2003. Sejak tahun 2002 atau satu tahun sebelum terbentuk Kabupaten Pohuwato, keinginan, semangat dan aspirasi masyarakat untuk membentuk satu Kabupaten definitif begitu kuat. Kuatnya keinginan tersebut juga paling besar dipengaruhi oleh polemik kedudukan ibukota Kabupaten Boalemo yang tertuang dalam Undang-Undang No. 50 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Boalemo, Kabupaten Buol dan Kabupaten Morowali, yakni pasal 7 dan 8 yang isinya untuk sementara waktu ibukota Kabupaten Boalemo berkedudukan di Tilamuta. Kemudian 5 tahun setelah pemerintahan berjalan, ibukota Kabupaten harus dialihkan ke kecamatan Marisa. Polemik tersebut akhirnya disikapi oleh

Upload: phamhanh

Post on 03-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Pohuwato

Kabupaten Pohuwato adalah Kabupaten yang terbentuk dari hasil

pemekaran Kabupaten Boalemo. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2003 tanggal 25 Februari 2003 yang ditanda tangani oleh

Presiden Megawati Soekarnoputri dengan luas wilayah + 432.278 Ha yang

meliputi 13 (Tiga belas) wilayah Kecamatan dengan Ibukota Kecamatan Marisa.

Pada awalnya, Kabupaten Pohuwato merupakan bagian administratif

pemerintahan Kabupaten Boalemo dimana hal ini berlangsung dari tahun 1999

Mei 2003. Sejak tahun 2002 atau satu tahun sebelum terbentuk Kabupaten

Pohuwato, keinginan, semangat dan aspirasi masyarakat untuk membentuk satu

Kabupaten definitif begitu kuat. Kuatnya keinginan tersebut juga paling besar

dipengaruhi oleh polemik kedudukan ibukota Kabupaten Boalemo yang tertuang

dalam Undang-Undang No. 50 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten

Boalemo, Kabupaten Buol dan Kabupaten Morowali, yakni pasal 7 dan 8 yang

isinya untuk sementara waktu ibukota Kabupaten Boalemo berkedudukan di

Tilamuta.

Kemudian 5 tahun setelah pemerintahan berjalan, ibukota Kabupaten

harus dialihkan ke kecamatan Marisa. Polemik tersebut akhirnya disikapi oleh

masyarakat dan para stakeholder bersama pemerintah terkait untuk

mengupayakan penyelesaian secara damai, arif dan bijaksana.

Berbagai upaya dilakukan oleh tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan

komponen lainnya berjuang mewujudkan Kabupaten Pohuwato, yang akhir

perjuangan tersebut berhasil dengan keluarnya Undang-Undang No. 6 tahun 2003

tentang pembentukan Kabupaten Pohuwato dan Bone Bolango yang disahkan

melalui sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tanggal 6

Mei 2003.

Keluarnya undang-undang ini merupakan titik klimaks dari rangkaian

perjuangan seluruh komponen masyarakat untuk membentuk satu kabupaten

tersendiri, sehingga hal ini perlu disyukuri oleh seluruh masyarakat di Kabupaten

Pohuwato dengan cara berpartisipasi dalam menjaga keberlanjutan pembangunan

di Kabupaten Pohuwato Berdasarkan perjalanan sejarah ini, akhirnya setiap

tanggal 6 Mei ditetapkan sebagai hari ulang tahun Kabupaten Pohuwato.

Dari aspek heterogenitas Penduduk yang ada di Kabupaten Pohuwato

terdiri dari kurang lebih 10 etnis antara lain : Suku Gorontalo, Suku Jawa, Suku

Bali, Suku Lombok, Suku Bugis, Suku sangir, Suku Minahasa, Suku Bajo, Suku

Tomini dan Kaili.

Masyarakat Kabupaten Pohuwato adalah bagian dari wilayah adat

Gorontalo yang dikenal dengan nama Oduluwo Limo Lopohalaa. Demikian juga

dengan adat istiadat yang berlaku dimasyarakat yakni : Adat Bersandikan Syara,

Syara Bersendikan Kitabullah, sehingga potret kehidupan sehari-hari utamanya

pada kegiatan hari-hari besar agama islam, pesta penikahan, khitanan, dll sangat

kental dengan nuansa agama.

Upaya masyarakat Pohuwato sangat menjunjung tinggi keramah-tamahan

dengan Motto MOHUTATO TOTOLIANGA artinya BERSAUDARA DAN

SALING MENGASIHI. Makna ini sangat filosofis, yakni menjunjung tinggi

persaudaraan, saling menghormati, toleransi antar suku, agama dan bangsa,

sehingga dengan kekuatan tersebut kita akan maju bersama kearah yang lebih

baik. Oleh sebab itu, Kabupaten Pohuwato yang masyarakatnya kurang lebih 10

etnis dapat hidup dengan baik, dan adanya hal ini Kabupaten Pohuwato dikenal

dengan Miniatur Bhineka Tunggal Ika.

Kabupaten Pohuwato merupakan Kabupaten yang berada di ujung barat

Provinsi Gorontalo. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol, sebelah

Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini, Sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Parigi Moutong dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Boalemo. Luas wilayah adalah 4.244,31 Km2 atau 34,75% dari luas wilayah

Provinsi Gorontalo.

Di kabupaten Pohuwato Kecamatan Buntulia terdapat tambang emas yang

di kelola oleh belanda sekitar tahun 1930 berbagai kesengsaraan dan ketertindasan

telah terjadi sehingga rakyat berinisiatif untuk merebut tambang tersebut dari

pihak belanda sekitar tahun 1950an, dan sampai saat ini tambang tersebut sedang

dikelolah oleh masyarakat Pohuwato secara umum.

Pertambangan rakyat di Daerah Gunung Pani dan sekitarnya yang

melakukan kegiatannya di wilayah KUD Dharma Tani Marisa dan sekitarnya.

Secara administratif Daerah Gunung Pani termasuk ke dalam wilayah Kecamatan

Buntulia dan Paguat, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.

Wilayah pertambangan Gunung Pani dan sekitarnya berada pada Kawasan

Cagar Alam Panua, yang merupakan perlindungan burung maleo (panua). Kondisi

di lapangan, kawasan bagian timur perbukitan Gunung Pani berupa hutan lebat,

bagian barat sebagian tertutup hutan, perladangan dan sebagian berupa

pemukiman.

Di daerah perbukitan Gunung Pani dan sekitarnya kegiatan penambangan

emas dilakukan dengan dua sistim, yaitu tambang dalam dan tambang permukaan.

Tambang dalam dengan mangambil urat-urat kuarsa mengandung emas, tambang

permukaan dengan sistem talang tanam, semprot atau paretan dan penambangan

pada aliran sungai dengan cara mengalirkan aliran air melewati sluice box/paretan

untuk menangkap emas yang hanyut.

Pengolahan emas dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan tromol

dan dengan pendulangan. Penggunaan tromol untuk mengolah endapan emas

primer maupun sekunder, sedangkan pendulangan untuk mengolah endapan emas

aluvial/campuran emas dan pasir. Kedua cara pengolahan tersebut menggunakan

proses amalgamasi, yaitu memakai merkuri atau perak sebagai media untuk

menangkap emas.

Wilayah pertambangan Gunung Pani dan sekitarnya merupakan daerah

perbukitan dengan struktur geologi berupa kubah. Aliran sungai umumnya

berhulu di sekitar puncak Gunung Pani, Ilota kiri, Ilota Kanan, Baginite, Borose,

Tomula, Mutiar, Kolokoa, Batudulanga, taluduyunu dan sungai marisa. Pola

aliran berbentuk radier, dengan arah aliran seluruhnya bermuara dan mengumpul

di Sungai Buntulia dan Marisa yang mengalir melewati tengah Kota Marisa,

Ibukota Kabupaten Pohuwato.

Lokasi kegiatan pertambangan emas di daerah Gunung Pani, wilayah

usaha pertambangan Rakyat KUD Dharma Tani Marisa, KP DU.360/Sulut dan

sekitarnya, secara administratif sebagian besar termasuk kedalam wilayah Desa

Hulawa, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, pada

bagian timur terutama didaerah Sungai Batudulanga dan sekitarnya termasuk ke

dalam Kecamatan Paguat.

Untuk mencapai lokasi kegiatan dapat ditempuh dari Gorontalo ke Kota

Marisa dapat memakai kendaraan darat melalui jalan Lintas Sulawesi berjarak

200 km dari Gorontalo. Dari Kota Marisa menuju lokasi Gunung Pani atau daerah

pertambangan emas dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan khusus

lapangan atau sepeda motor dengan jarak ± 15 km.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Peran Pemerintah Kabupaten Pohuwato Dalam Meningkatkan

Ekonomi Masyarakat Penbambang Emas

Kabupaten Pohuwato saat ini Peran Pemerintah untuk mensejahterakan

rakyat dalam bidang pertambangan masih belum optimal, khusunya di Kabupaten

Pohuwato.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pemerintah Kabuapaten Pohuwato,

bupati H. Syarif Mbuinga SP.d.I MM mengatakan bahwa daerah pertambangan

emas yang saat ini masih belum ada landasan hukum atau belum legal ini masih

sementara diupayakan agar bisa dilegalkan, terkecuali wilayah gunung pani dan

baginite yang mempunyai landasan hukum melalui KUD Dharma Tani Marisa.

Pemda Pohuwato akan berusaha sebaik mungkin untuk merealisasikan WPR di

Kabupaten Pohuwato. Sehingga daerah pertambangan tersebut tidak menjadi

illegal seperti saat ini. Sejauh ini pihaknya telah berupaya menempuh langkah-

langkah untuk memperjuangkan WPR Pertambangan Emas di Pohuwato.

Oleh karena itu diharapkan agar masyarakat bisa mendukung hal ini.

Apalagi daerah pertambangan sudah menjadi lokasi mata pencaharian dari

masyarakat, sehingga untuk membantu mereka maka Pemerintah Daerah

Pohuwato akan merealisasikan hal ini. karena ini sudah menjadi mata pencaharian

masyarakat, maka kami siap untuk merealisasikannya sesuai dengan tahapan serta

proses yang ada. Jadi kami sangat mengharapkan agar masyarakat bisa bersabar

dan mendukung upaya kami untuk memperjuangkan WPR. (Wawancara, 14 Juni

2012 Jam 10.43).

Bupati Pohuwato menegaskan bahwa tidak akan pernah membiarkan para

penambang lokal digusur apabila ada perusahaan/investor yang masuk untuk

mengelola potensi pertambangan di daerah ini. Kami tidak akan pernah

membiarkan rakyat di daerah ini sengsara. Maka kalau ada Perusahaan/investor

yang masuk, tidak boleh menggusur penambang-penambang lokal di daerah ini.

Beliu menegaskan pula, dirinya akan selalu berada di barisan paling depan untuk

memperjuangkan kepentingan dan kesejahteraan rakyat, jika ada penambang yang

sedang bekerja itu akan diturunkan oleh perusahaan/investor.

Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah telah optimal mengenai

efektif dan tidaknya itu masalah belakangan. Menurut kami dengan dukungan

seluruh rakyat ada di daerah ini, kami akan terus bekerja dan berusaha untuk

mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Pohuwato dan kemandirian daerah

Kabupaten Pohuwato Oleh karena itu, Bupati Pohuwato menegaskan, jika

nantinya ada investor yang akan masuk untuk mengelola potensi pertambangan di

daerah ini maka Pemda Pohuwato akan melakukan pengaturan bersama dengan

masyarakat, khususnya para penambang lokal. Sehingganya tidak ada yang

dirugikan dari satu pihak investor/perusahaan dan masyarakat itu sendiri. beliau

sangat apresiasi dengan kedatangan mahasiswa yang melakukan penelitian

terhadap Peran Pemerintah daerah ini untuk memajukan kesejahteraan ekonomi

masyarakat penambang emas. (Wawancara, 14 Juni 2012).

Bupati minta PT Van Asia perbanyak pekerja penambang lokal Pohuwato

: Meski izin penambangan belum diberlakukan, namun Pemda Pohuwato meminta

perusahaan tambang PT Van Asia anak perusahaan dari freepot indonesia harus

menambah jumlah penambang lokal yang direkrut untuk bekerja di perusahaan

tersebut.

Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Kabupaten Pohuwato, Syarief Mbuinga

mengatakan di Pohuwato, keinginan pihak PT Van Asia untuk merekrut

penambang lokal sebagai karyawan di perusahaan tersebut merupakan hal yang

patut dihargai. Akan tetapi, menurut dia, jumlah tenaga yang akan direkrut untuk

mulai bekerja dalam proses pertambangan di Gunung Pani itu masih sangat

sedikit dan tidak jelas berapa sesungguhnya. “Saya kira jumlah penambang lokal

yang akan direkrut itu masih perlu untuk ditambah lagi,” ujar syarief. Oleh karena

itu ia berharap agar perusahaan tambang itu dapat kembali mempertimbangkan

rencana perekrutan penambang lokal di Kabupaten Pohuwato. Sebelumnya,

Manajer Eksternal PT Van Asia Stephen Walters Direktur Pan Asia Resources

Corporation mengatakan bahwa pihaknya akan melibatkan masyarakat pada

pelaksanaan proses penambangan yang akan dilaksanakan di wilayah Gunung

Pani dan sekitarnya. “Kami akan memberikan kesempatan kepada masyarakat

Pohuwato khususnya penambang lokal untuk bisa mengambil bagian dalam

proses pertambangan nanti,” kata Stephen. Dia mengatakan, secara terbuka

pihaknya menyediakan lowongan kerja kepada 740 orang warga Kabupaten

Pohuwato khususnya yang ingin menjadi penambang untuk bisa bekerja di

perusahaan pertambangan tersebut. 3 March 2012. BERITA LINGKUNGAN.

COM.

Tetapi dengan melihat realitas dilapangan bahwa banyak masyarakat yang

tidak mengiginkan pertambangan emas di Kabupaten Pohuwato itu akan dikelolah

oleh perusahaan/investor, berdasarkan responden yang berinisial (Ys) seorang

warga Desa Hulawa Kecamatan Buntulia sekaligus penambang emas lokal,

mengatakan bahwa pertambangan dilakukan karena untuk menambah penghasilan

guna memenuhi kebutuhan hidup sebab pendapatannya sebagai seorang petani

dalam hal ini jagung tradisional terkadang tidak menentu, lain halnya dengan

menambang sedikit menambah penghasilan untuk perharinya. Keuntungan yang

di dapatnya perminggu biasanya berkisar lima ratusan ribu rupiah. Mengenai

kebijakan pemerintah daerah untuk memberikan pengelolaan tambang pada

perusahaan mereka tidak tahu, mereka hanya mewanti-wanti jangan sampai akan

menjadi tambang raksasa yang akan mengambil wilayah kerja yang dikerjakan.

(Wawancara, 10 Juni 2012).

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa berdasarkan (Ys),

justru sangat berharap pemerintah mau memberikan izin kepada penambang untuk

mengelola emas di pertambangan gunung pani dan sekitarnya. Mereka ingin tak

lagi dicap sebagai penambang emas tanpa izin, ataupun penambang illegal. Bisa

saja, seperti yang dikatakan (Ys), karena selama ini mereka tidak ingin lagi main

kucing-kucingan dengan aparat keamanan, yang digunakan oleh pemerintah untuk

sebuah pengamanan kebijakan. Kami lebih ramah lingkungan jika dibandingkan

dengan perusahaan tambang skala besar. (Wawancara, 10 Juni 2012).

Berdasarkan penjelasan (Ys) mengatakan bahwa kebijakan pemerintah

mengenai WPR itu tidak pernah ada penyelesaian karena perusahaan yang masuk

dalam pertambangan gunung pani itu akan menurunkan semua penambang lokal

dan akan digantikan dengan orang yang berpengetahuan dibidang pertambangan

dan pengelolaan perusahaan pertambangan, dari bermacam-macam model

pertambangan emas semua akan diturunkan oleh perusahaan Van Asia, baik

pertambangan tanpa izin dan penambang yang tidak mempunya izin. (Ys)

melakukan pekerjaan pertambangan dengan cara mengambil mas yakni

menggunakan stok dan tromol diwilayah gunung pani.(Wawancara, 10 Juni 2012

jam 13.13-15.00).

Selanjutnya berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan

responden yang berinisial (Ks) yang tinggal di Desa Hulawa Dusun Hele,

pertambangan emas juga dilakukan karena kebutuhan ekonomi, lagipula selama

mereka melakukan pertambangan dengan cara kabilasa dan sedotan tidak pernah

merusak lingkungan yang mereka kerjakan. Emas yang didapatkan lalu dijual

seperti emas lebur dan emas batang, ada juga yang sesuai dengan keinginan

pembeli yang sudah dilebur bersih. Harga biasanya untuk 1 gram emas Rp

400.000 yang didapatkan dengan melalui kabilasa dan sedotan dibagian gunung

pani, sedangkan pengambilan emas dengan tromol dengan memasukan stok yang

diambil dari lubang 1 gram Rp. 450.000 biasa pengambilan dilakukan dengan

sehari semalam. Dengan adanya kebijakan pemerintah terhadap masuknya

perusahaan yang akan mengelola pertambangan rakyat kami tidak tahu yang pasti

pemerintah menjanjikan WPR. (Wawancara, 10 Juni 2012 jam 15.42-17.00).

Berdasarkan hasil percakapan dengan toko pemuda 5 orang desa hulawa

kecamatan buntulia yang peneliti jumpai sesudah habis mengambil stok disalah

satu lubang dengan kedalaman pantongan 10M dan rayapan 5M di areal baginite

tepat pukul 05.00 yang sebentar lagi akan di giling melalui tromol. Mereka

mengatakan pekerjaan menambang dilakukan karena kebutuhan ekonomi, yang

mempunyai keinginan untuk membiayai orang tuanya yang sudah tidak mampu

kata seorang yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan karena sudah kebiasaan

semenjak umur 12 tahun. Demikian juga dengan masyarakat desa karya indah,

taluduyunu, dan hulawa. masyarakatnya yang sebagian besar adalah penambang

banyak melakukan pekerjaan pertambangan untuk biaya hidup karena sudah

kebiasaan. 4 diantaranya bernama k’uen, erwin, kruce dan simon dan yang

satunya bernama k’midun. K’midun juga menegaskan bahwa perusahaan yang

masuk sebenarya kalau membuka lahan ditempat yang baru tidak ada pekerjaan

yang dilakukan oleh masyarakat tidak jadi masalah tetapi perusahaan akan

menggusur semua penambang lokal yang dianggap legal untuk melakukan

pengoboran diwilayah yang berbahaya longsor, apalagi diarel baginite yang

gunungnya tinggi dibandingkan dengan gunung yang lain ini sangat berbahaya

dengan nasib kami yang ada dilokasi ini. Olehnya kami sangat kecewa dengan

bapak bupati yang katanya persoalan tambang didahulukan dengan persoalan

lainnya, ternyata bicara persoalan tambang malah diberikan kepada investor untuk

mengelolah pertambangan buntulia ini.

Mereka juga tidak mengetahui kebijakan dari pemerintah daerah

khususnya mengenai masuknya perusahaan Van Asia untuk mengelola

pertambangan Kabupaten Pohuwato dari Kepala Dinas Kehutanan dan

Pertambangan dan KUD Dharma Tani yang terkait dalam penegakan kebijakan

daerah. (Wawancara, 10 Juni 2012 jam 19.46-21-21).

Lain halnya dengan masyarakat yang ada didesa karya indah kecamatan

buntulia khususnya dilokasi pertambangan ilota kiri dan ilota kanan, kebanyakan

anak muda yang peneliti jumpai menambang untuk pengambilan emas diambil

dengan cara pendulungan, yang dilakukan pada jaman dulu semenjak belum ada

alat-alat canggih berupa tromol. Penambang ini dikenal dengan penambang

kabilasa yang semua tempat dimasuki untuk mencari emas. Berdasarkan

wawancara yang di katakan oleh seorang responden yang berinisial (Pm) berumur

23 tahun bahwa pekerjaan pertambangan kabilasa lebih disukai karena pekerjaan

ini dilakukan dengan cara pendulangan dengan tempat dimana yang sudah besar

penghasilanya bisa dimasuki tanpa ada keterikatan. (Wawancara, 11 juni 2012).

Lain halnya dikatakan oleh responden berdasarkan wawancara dengan

seorang ketua karang taruna duta rakyat taluduyunu yang berinisial (Sk) Dalam

proses pengalihan kawasan KUD Dharma Tani saya melihat ada indikasi

persekongkolan yang mengarah pada kejahatan lingkungan atau setidak-tidaknya

perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Bupati Kabupaten Pohuwato dan

Dinas Kehutanan Dan Pertambangan dan tentu saja pihak perusahan yang

diuntungkan oleh tindakan pejabat tersebut. Selain mereka tentu saja ada sejumlah

pejabat di Kabupaten Pohuwato maupun Ketua Fraksi Hanura Ibu (Zu) yang juga

layak dimintai pertanggungjawaban. Ini adalah suatu kejahatan terhadap hak-hak

dan kepentingan keberlanjutan hidup masyarakat atau keberlanjutan ekologis yang

dilakukan secara sistemik dan dengan cara memelintir berbagai ketentuan

hukum/perundangan-undangan nasional maupun internasional. Selain itu, proses

yang terkait dengan keberlanjutan sistem kehidupan ini pun dilakukan secara

tertutup dan tidak melibatkan masyarakat yang potensial terkena dampak.

Pejabat pemerintah yang bertanggungjawab dalam masalah ini seharusnya

berkaca pada berbagai hasil penelitian maupun fakta-fakta di berbagai kawasan

pertambangan yang menunjukkan bahwa pembukaan tambang di kawasan lindung

akan berdampak buruk terhadap keseimbangan ekosistem. Bahkan sering

menimbulkan bencana banjir dan pencemaran lingkungan yang bisa

menghancurkan keberlanjutan sistem kehidupan. Untuk wilayah kabupaten

pohuwato dan sekitarnya, penambangan yang ada dibagian tempat berupa

baginite, gunung pani dan ilota tidak hanya akan merusak daerah aliran sungai

marisa dan keanekaragaman hayati di sekitarnya atau menambah intensitas banjir

di kabupaten pohuwato terutama di kecamatan marisa dan Kecamatan Duhiadaa.

Tetapi juga sangat berpotensi memunculkan ancaman limbah bahan beracun dan

berbahaya (B3) yang dihasilkan oleh pertambangan PT. Van Asia Jika melihat

topografi kawasan yang akan dijadikan areal pertambangan, ada kemungkinan

perusahaan ini akan mengalirkan limbah beracun ke kawasan Teluk Tomini

sehingga pada gilirannya akan menghancurkan ekosistem perikanan dengan

sebaran dampak yang bersifat lintas wilayah (Gorontalo-Buol-Teluk Tomini).

Jika proses pengalihan kawasan dan ijin pinjam pakai kawasan Gunung

pani dan sekitarnya dibiarkan berlanjut, dan atau jika tidak dilakukan pengusutan

atas indikasi tindak kejahatan lingkungan atau perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh Bupati Pohuwato, maka penghancuran lingkungan akan berlanjut

terus. Ini sama artinya dengan membuka ruang untuk penghancuran sistem

kehidupan masyarakat di wilayah Pohuwato yang akan menjadi wilayah sebaran

dampak pencemaran lingkungan. Ini tentu adalah preseden buruk bagi

penyelamatan lingkungan ke depan.

Penghentian dan perlunya tekanan banyak pihak. Beberapa langkah

penting dan mendesak yang perlu dilakukan tentu saja adalah penghentian seluruh

proses pemberian ijin pinjam pakai dan peninjauan kembali keputusan Bupati

Pohuwato dan Dinas Kehutanan dan Pertambangan mengenai pengalihan fungsi

kawasan Gunung Pani. Jika Bupati Pohuwato, serius menangani masalah ini,

maka sebaiknya Bupati mengumpulkan dukungan suara warga Kabupaten

Pohuwato untuk mengembalikan fungsi kawasan Gunung Pani dan membatalkan

SK Menteri Kehutanan mengenai pengalihan kawasan maupun ijin pinjam pakai

kawasan. Proses ini tidak terlalu sulit dilakukan mengingat pihak PT. Van Asia

belum memasuki tahap eksploitasi.

Masyarakat jangan lagi ditawari referendum untuk menerima atau

menolak, yang seperti ibarat memilih “madu” atau “racun”. Sudah sangat jelas

bahwa proses pengalihan ini adalah “racun” bagi masa depan warga Pohuwato

yang ada di wilayah yang berpotensi menjadi wilayah sebaran limbah beracun

dari kawasan pertambangan. Kalangan anggota DPRD juga tidak perlu terjebak

pada asumsi ekonomi yang keliru, apalagi terjebak pada pikiran sempit bahwa

pertambangan akan menaikkan pendapatan asli daerah (PAD) yang identik dengan

meningkatkan penghasilan atau biaya operasional untuk anggota DPRD.

(Wawancara, 12 Juni 2012)

Lain halnya dikatakan oleh pihak pemerintah kecamatan buntulia bapak

(Ah SH.I) Pemerintah daerah lagi-lagi menyatakan keberpihakannya kepada

masyarakat pohuwato. Hal tersebut sehubungan dengan rencana kegiatan

eksplorasi tambang oleh PT. Van Asia yang akan segera dimulai dalam waktu

dekat ini.

Keberpihakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah hari ini tidak pernah

punya realisasi yang jelas padahal pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat

sejak jaman dahulu kala sejak jaman nenek moyang kita kata berdasarkan

wawancara yang berinisial (Ah). Padahal pemerintah ini sebagai motor penggerak

bahwa izin yang dikantongi oleh perusahaan adalah izin dari pusat tetapi apa guna

dari otonomi daerah sebagai perpanjangan dari pemerintah pusat dan provinsi ini

malah takut mengambil keputusan untuk pemberhentian PT. Van Asia untuk

melakukan eksplorasi atau pengeboran.

Berdasarkan penejelasan dari Pak (Ah) menambahkan juga bahwa kalau

penambang diturunkan, pemerintah daerah peduli dengan masyarakat yang akan

diturunkan dari lokasi pertambangan, kalau peduli tolong diganti kerugian sehari

mereka untuk mata pencaharian dipertambangan, karena pekerjaan pertambangan

yang dilakukan oleh masyarakat paling tinggi pengahasilannya sebesar 100.000

perhari kalau diganti kerugiannya dengan RP. 50.000 pasti semua penambang

tidak akan pernah menerima.

Berdasarkan Pernyatan pak (Ah) menegaskan, meskipun keberadaan

penambangan liar sama sekali tidak dibenarkan, namun masyarakat pohuwato

secara keseluruhan notabene mata pencahariannya hanya dari hasil tambang. “

Mereka tidak bisa sepenuhnya disalahkan, karena ini masalah perut.

Pemerintah daerah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

investor yang ingin menanamkan modalnya di kabuaten Pohuwato, namun dengan

catatan harus melibatkan masyarakat, atau paling tidak, tanpa mengusik mata

pencaharian dasar masyarakat. ” Investasi jangan telantarkan rakyat. Jika rakyat

dikesampingkan, maka kami ( Pemerintah daerah ) akan ada bersama rakyat.

Semunaya bisa berjalan asalkan masyarakat bisa diajak kerjasama.

Tetapi yang terjadi bahwa penambang lokal akan diturunkan dekat ini

pada tanggal 10 juli, pak (Ah) menegaskan bahwa hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti agar dapat diberikan kepada pihak kecamatan sehingga ada bahan

pertimbangn yang akan diberikan kepada bupati selaku motor penggerak

pemerintahan kabupaten pohuwato. (Wawancara, 13 Juni 2012 jam 10.25-12.45).

Lebih lanjut dikatakan oleh sekretaris desa hulawa yang diwawancarai

oleh peneliti sedang berada diruangan kantor desa hulawa berdasarkan hasil

wawancara dengan bapak ( Ib) sekaligus yang mempunyai tromol disuatu

pertambangan, kabupaten pohuwato juga mengeluarkan kebijakan pemerintah

daerah bahwa membebasluaskan investor masuk mengambil kekayaan kabupaten

pohuwato dengan pertumbuhan ekonomi jangka panjang yaitu peraturan daerah

No. 2 Tahun 2006 tentang pertumbuhan ekonomi jangka panjang daerah), dengan

di bebaskan investor mengelola kekayaan pohuwato.

Kami sangat kecawa kepada pihak pemerintah baik legislatif maupun

eksekutif yang telah berusaha mengeluarkan dan menetapkan kebijakan ini.

Namun yang disesalkan sampai dengan sekarang ini belum melihat isi dari

sosialisasi untuk masuknya perusahaan disuatu pertambangan tersebut. Sosialisasi

kebijakan daerah tersebut belum juga ada. Sehingga menurut kami tidak heran

bila masih banyak masyarakat yang menambang tanpa izin. Terkait dengan

kebijakan pemerintah untuk menjadikan tambang sebagai tambang rakyat atau

WPR kami hanya mendengar dan belum pernah melihat realisasi isi WPR

tersebut.

Berdasarkan pernyataan Kata pak (Ib) kekhawatiran kami untuk para

penambang lokal karena mencuat, menyusul berhembusnya kabar bakal

masuknya sebuah perusahaan tambang untuk mengelola potensi pertambangan di

gunung pani ini seluas 10.000 Hekter Keliling menjadi hutan produksi terbatas,

itu telah membuat resah sebagian besar penambang lokal yang ada di areal

pertambangan gunung pani dan sekitarnya. Kami penambang lokal akan terancam

tak bisa memberi nafkah kepada keluarga jika rencana pertambangan emas yang

kami kelolah menjadi hutan produksi untuk pertambangan skala besar yang

masuknya perusaan Van Asia. (Wawancara, 13 Juni 2012).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Dinas

Kehutanan dan Pertambangan Bapak Djoni Nento, Kegiatan penambangan

apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan. Apabila tidak

dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan

secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.

Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena

perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak

menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan

tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,

limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan

manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti

semula.

Olehnya kami dari dinas kehutanan dan pertambangan dengan dilayangkan

disposisi investasi mengelola pertambang pohuwato dari bupati pohuwato, kami

juga memberikan ruang pada investasi sehingga pertambangan yang dilakukan

secara illegal oleh rakyat bias diminimalisir karena investor masuk untuk

merekrut masyarakat pohuwato untuk bekerja sama dalam pengelolaan

pertambangan, sedangkan WPR dan IUP yang sudah dijanjikan itu sudah

direalisasikan hanya saja masih banyak masyarakat yang tidak melanggar dan

membuka kawasan yang tidak mendapatkan izin pertambangan, maka itulah dinas

kehutanan dan pertambangan bekerja sama untuk mengelolah hasil pertambangan.

(Wawancara, 14 Juni 2012 Jam 11.50).

Sesuai hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti kondisi masyarakat

Pohuwato pada umumnya memiliki SDM yang masih rendah. Jenjang pendidikan

yang dilalui hanya sampai SD malahan ada yang tidak pernah duduk dibangku

SD, ada juga yang putus sekolah akibat biaya. Wilayah kerja masyarakat juga

hanya pada pertambangan, pertanian, nelayan dan lain-lain. Sehingga tidak heran

masyarakat mencari pekerjaan untuk menambah penghasilan guna memenuhi

kebutuhan keluarga. Dikaitkan dengan keadaan sekarang semua harga bahan

pokok naik, kebutuhan anak untuk sekolah, kesemuanya mempengaruhi

masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang melanggar aturan atau

perundang-undangan.

Kegiatan-kegiatan pertambangan, baik yang mempunyai izin dan tidak

masih banyak dijumpai. Peran Pemerintah Daerah masih sangat diperlukan guna

menetralisir kebijakan masuknya perusahaan dipertambangan pohuwato.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa

masyarakat Kabupaten Pohuwato masih banyak yang melakukan pekerjaan

pertambangan, baik yang mempunyai izin dan tidak mempunyai izin (PETI).

Macam-macam pertambangan yang di lakukan oleh masyarakat Pohuwato untuk

pengambilan emas diantaranya kabilasa, paretan, pendulangan, talang tanam,

sedot, semprot, lubang dan tromol.

Dan tempat untuk pengambilan emas ialah pomutua, kolokoa,

ponelo,gunung pani, baginite, ilota kanan, ilato kiri, mutiara, dam, borose dan

botudulanga.

Mengenai sosialisasi, mereka belum mendapat pemberitahuan khusus

terkait dengan adanya investor/perusahaan untuk mengelola pertambangan rakyat

yang ada dikebupaten pohuwato. Seperti yang dikatakan oleh bebepara

responden, baik dari masyarakat ataupun pemerintahan yang tidak mengiginkan

tambang tersebut akan dikelolah oleh perusahaan yang diwawancarai oleh

peneliti.

Karena sebagian besar penduduk kabupaten pohuwato melakukan

pekerjaan pertambangan karena memang penghasilannya lebih besar

dibandingkan dengan pekerjaan pertanian dan kelautan yang ada dikabupaten

pohuwato.

Menurut observasi yang dilakukan oleh peneliti, kegagalan peran

pemerintah daerah dalam mensejahterakan ekonomi masyarakat penambang emas

dilihat lebih dalam besar kemungkinan tidak dilaksanakannya suatu aturan

tersebut dikarenakan SDM, Substansi Hukum, Kultur hukum dan ekonomi.

Timpang tindihnya peraturan Pemerintah Daerah (Bupati) dengan Dinas

Kehutanan dan pertambangan. Sehingga tidak bisa diterapkan dengan mudah

kepada masyarakat Kabupaten Pohuwato pada khususnya untuk wilayah

pertambangan rakyat (WPR). Atau setidaknya kebijakan baru yang ditetapkan

tersebut menuntut pengorbanan yang tidak seimbang ; disatu pihak harus ditekan

untuk mentaati dan mengindahkan kebijakan pemerintah daerah terhadap

pertambangan akan dikelolah oleh perusahaan Van Asia yang hanya

menyusahkan rakyat penambang akan tetapi rakyat selalu mempercayakan

pemerintah daerah untuk memperjuangkan terus WPR.

Kegitan Pertambangan Tanpa Izin (PETI) ini hanya sebagian kecil dari

pelanggaran yang dilakukan masyarakat. Masih banyak kegiatan masyarakat

dalam memenuhi kebutuhannya melanggar aturan-aturan, sebut saja kegiatan

penjualan alkohol dan maksiat begitu banyak di Kabupaten Pohuwato. Kegiatan

perusahaan yang dilakukan oleh PT Van Asia ini sangat melanggar hukum

pembabatan hutan yang notabene melanggar UU MINERBA tahun 2009 ini hanya

dibiarkan oleh pihak kepolisian dan pemerintah setempat sehingga pekerjaan yang

dilakukan oleh perusahaan/investor ini sangat mengganggu penambang lokal yang

sedang melakukan pekerjaan pertambangan emas di arel gunung pani, ternyata

dengan melihat bebasluasnya perusahaan melakukan pekerjaan yang hanya

mengkantongi izin KUD ini sangat melanggar hukum, padahal perusahaan yang

melakukan pekerjaan pertambangan ini perusahaan besar tetapi hanya melalui

KUD Dharma Tani Marisa tidak melalui Pemerintah Daerah Kabupaten

Pohuwato, ini tidak bisa dinafikan bahwa ternyata ada permainan yang dilakukan

oleh pihak perusahaan, KUD dan Dinas kehutanan dan pertambangan.

Pemerintah Daerah dalam hal ini Kepala Camat Buntulia Beliau meminta

agar mahasiswa memberikan hasil penelitian guna menjadi masukan kepada

pemerintah daerah apakah perusahaan akan diterima untuk mengelolah

pertambangan emas atau ada upaya lain yang harus dilakukan pemerintah daerah

guna tercapainya ekonomi kerakyatan.

4.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya peningkatan

ekonomi masyarakat penambang emas yang diupayakan oleh

pemerintah daerah

1. Faktor Masyarakat atau Sumber Daya Manusia (SDM).

Berdasarkan hasil wawancara bapak Bupati Pohuwato bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi tidak tercapainya peningkatan ekonomi masyarakat

penambang emas bahwa kendala yang dihadapai sampai saat ini, masih banyak

yang melakukan penambangan tanpa izin padahal saya sudah berusah untuk

memperjuangkan wilayah pertambangan rakyat (WPR) hanya saja dari

masyarakat tidak menpercayai upaya yang dilakukan pemerintah daerah hari ini

padahal tambang tersebut belum mendapat landasan hukum ini sementara

diperjuangkan di pusat, dan dari masyarakat ada yang kurang setuju dengan

perusahaan mengelola pertambangan dan ada yang menolak, adanya perbedaan

pendapat antara warga dengan pemerintah daerah.

Terkait masuknya investor ini sudah ada perjanjian bahwa

investor/perusahaan harus bekerjasama dengan masyarakat pohuwato untuk

mengelola pertambang ini. Padahal investor tujuannya untuk sama-sama

mengelolah pertambangan ini dengan masyarakat pohuwato, tidak ada yang

dirugikan untuk masyarakat karena alat yang akan digunakan oleh perusahan ini

sudah serba canggih maka saya yakin masyarakat pohuwato di bagian

pertambangan akan sejahtera, lainnya halnya yang masih dilakukan secara

manual, yang saya takutkan akan terjadi korban dengan runtuhnya gunung atau

konflik internal.

Langkah yang sudah di tempuh oleh pemerintah daerah sejauh ini

pemerintah daerah sudah melayangkan surat rekomendasi kepada pemerintah

pusat untuk menjadikan tambang pohuwato menjadi tambang rakyat, dan itu

sudah direalisasikan dalam proses dan tahap yang berlaku, hanya saja masyarakat

yang tidak percaya dengan pernyataan yang sudah dijelaskan waktu aksi pada

tangga 5 Maret 2011 kemarin.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat penambang yang

berinisial YS beliau mengatakan bahwa pertambangan dilakukan untuk

menambah penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup sebab pendapatannya

sebagai seorang petani dalam hal ini jagung tradisional terkadang tidak menentu,

lainnya halnya dengan melakukan pekerjaan pertambangan sedikit menambah

penghasilan untuk perharinya.

Berdasrkan hasil wawancara dengan responden berinisila KS desa hulawa

pertambang emas juga dilakukan karena kebutuhan ekonomi, karena

pertambangan yang dilakukan secara manual ini merupakan pekerjaan yang

dilakukan oeh para pendahulu kita maka beliu tidak mau ada perusahaan masuk

untuk mengambil wilayah pekerjaan kami karena kami melakukan pekerjaan

sudah bertahun-tahun maka kami melakukan pekerjaan dengan memegang izin

yang sudah kami kantongi sampai saat ini.

Selanjutnya berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan masyarak

penambang sekitar 5 orang di areal pertambangan, mereka mengatakan pekerjaan

pertambangan ini dilakukan karena kebutuhan ekonomi yang ingin membiayai

keluarga, dan menambang ini dilakukan untuk biayaya hidup karena sudah

kebiasaan.

Berdasarkan wawancara dengan responden berinisal PM, pertambang ini

dilakukan untuk kehidupan saya maka apapun konsekwensi dari pemerintah maka

saya tetap melakukan pekerjaan ini karena ini sudah menjadi pembantu kehidupan

keluarga saya.

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan perangkat kecamatan bapak

AH, SH.i dengan adanya penambangan yang dilakukan oleh masyarakat

pohuwato meskipun penambang liar sama sekali tidak dibenarkan, namun

masyarakat pohuwato notabene sebagian besar bekerja dalam bidang

pertambangan. Masyarakat tidak bisa disalahkan karena ini maslah ekonomi

(perut), Pemerintah daerah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

investor yang ingin menanamkan modalnya di kabuaten Pohuwato, namun dengan

catatan harus melibatkan masyarakat, atau paling tidak, tanpa mengusik mata

pencaharian dasar masyarakat.

Dengan masuknya investor/perusahaan dipertambangan gunung pani dan

sekitarnya ini malah membuat resah buat penambang lokal, olehnya perputaran

ekonomi hanya perusahaan dan pemda.

Lebih lanjut dikatakan oleh sekretaris desa hulawa yang diwawancarai

oleh peneliti sedang berada diruangan kantor desa hulawa berdasarkan hasil

wawancara dengan bapak ( Ib) sekaligus yang mempunyai tromol disuatu

pertambangan, Pemda pohuwato juga mengeluarkan kebijakan pemerintah daerah

bahwa membebasluaskan investor masuk mengambil kekayaan kabupaten

pohuwato dengan pertumbuhan ekonomi jangka panjang yaitu peraturan daerah

No. 2 Tahun 2006 tentang pertumbuhan ekonomi jangka panjang daerah), dengan

di bebaskan investor mengelola kekayaan pohuwato.

Sesuai dengan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2006 bahwa ternyata

investor akan mengelolah pertambangan rakyat menjadi pertambangan perusahaan

bapak IB kekhawatiran kami untuk para penambang lokal karena mencuat,

menyusul berhembusnya kabar bakal masuknya sebuah perusahaan tambang

untuk mengelola potensi pertambangan di gunung pani ini seluas 10.000 Hekter

Keliling menjadi hutan produksi terbatas, itu telah membuat resah sebagian besar

penambang lokal yang ada di areal pertambangan gunung pani dan sekitarnya.

Kami penambang lokal akan terancam tak bisa memberi nafkah kepada keluarga

jika rencana pertambangan emas yang kami kelolah menjadi hutan produksi untuk

pertambangan skala besar yang masuknya perusaan Van Asia.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Dinas

Kehutanan dan Pertambangan Bapak Djoni Nento, Kegiatan penambangan

apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan. Apabila tidak

dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan

secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.

Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena

perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak

menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan

tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,

limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan

manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti

semula.

Olehnya kami dari dinas kehutanan dan pertambangan dengan dilayangkan

disposisi investasi mengelola pertambang pohuwato dari bupati pohuwato, kami

juga memberikan ruang pada investasi sehingga pertambangan yang dilakukan

secara illegal oleh rakyat bias diminimalisir karena investor masuk untuk

merekrut masyarakat pohuwato untuk bekerja sama dalam pengelolaan

pertambangan, sedangkan WPR dan IUP yang sudah dijanjikan itu sudah

direalisasikan hanya saja masih banyak masyarakat yang tidak melanggar dan

membuka kawasan yang tidak mendapatkan izin pertambangan, maka itulah dinas

kehutanan dan pertambangan bekerja sama untuk mengelolah hasil pertambangan.

2. Substansi Hukum

Dinas kehutanan dan pertambangan dengan dilayangkan disposisi

investasi mengelola pertambang pohuwato dari bupati pohuwato, kami juga

memberikan ruang pada investasi sehingga pertambangan yang dilakukan secara

illegal oleh rakyat bisa diminimalisir karena investor masuk untuk merekrut

masyarakat pohuwato untuk bekerja sama dalam pengelolaan pertambangan,

sedangkan WPR dan IUP yang sudah dijanjikan itu sudah direalisasikan hanya

saja masih banyak masyarakat yang tidak melanggar dan membuka kawasan yang

tidak mendapatkan izin pertambangan, maka itulah dinas kehutanan dan

pertambangan bekerja sama untuk mengelolah hasil pertambangan

Bardasarkan hasil wawancara dengan Dinas Kehutanan Dan

Pertambangan bapak Djoni Nento Kabupaten Pohuwato, sangatlah timpang tindih

dengan UU MINERBA Tahun 2009. Peraturan daerah yang memberikan peluang

terhadap investor/perusahaan yang akan mengelolah pertambangan, hanya bisa

melakukan tahapan eksplorasi saja bukan dalam tahap studi kelayakan, dan

eksploitasi atau produksi sedangkan UU Minerba Tahun 2009 jelas bahwa dalam

mengkantongi izin untuk pertambangan harus mempunyai tahap yang pertama

adalah tahap penelitian atau eksplorasi, ternyata perusahaan yanga melakukan

pertambangan sudah masuk dalam tahap eksploitasi, ini sangatlah tumpang tindih

dengan UU Minerba tahun 2009 dengan perturan yang ditetapkan oleh pemerintah

dan Dinas Kehutanan dan Pertambangan yang memberikan izin pada

perusahaan/investor. Dan UU Minerba jelas bahwa hasil pertambangan di

pergunakan sepenuhnya untuk Negara dan rakyat.

Menurut peneliti sesuai dengan asas hukum apabila ada peraturan

perundang-undangan yang rendah bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi maka peraturan yang rendah tidak bisa digunakan,

karena jelas UU Minerba Tahun 2009 bahwa investor/perusahaan harus

mempunyai izin untuk tahap yang dilakukan, realitas yang terjadi bahwa ternyata

yang tadinya hanya tahap ekplorasi ini sudah masuk dalam tahap eksploitasi dan

itu tidak diketahui langsung oleh pihak pemerintah daerah, dinas kehutanan dan

pertambangan, sehingga warga penambang emas setempat terganggu dengan

adanya kegiatan yang dilakukan oleh investor/perusahaan.

3. Kultur Hukum

Kaitannya dengan peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat

penambang emas di era otonomi daerah dalam hal ini bupati sangatlah timpang

tindih dengan peraturan yang dilakukan oleh Dinas kehutanan dan pertambangan.

Peraturan Dinas kehutanan dan pertambangan hanya memberikan peluang yang

membuka areal tambang yang hanya mempunyai izin dari KUD, sedangkan

Bupati pohuwato dalam hal ini orang yang memperjuangkan semua yang

melakukan pertambangan di arel gunung pani dan sekitarnya harus mempunyai

izin.

Menurut peneliti sesuai dengan asas hukum apabila ada peraturan

perundang-undangan yang rendah bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi maka peraturan yang rendah tidak bisa digunakan.

Jelas bahwa gagasan yang diberikan oleh bupati tidak lain akan memperjuangkan

tambang yang tadinya tidak mempunyai landasan hukum ini akan diusahakan

menjadi tambang rakyat WPR sesuai ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Sedangkan dari Dinas Kehutanan dan Pertmbangan tidak akan membiarkan

bahwa masyarakat membuka lahan yang masih belum ada landasan hukum.

Menurut peneliti dengan adanya Kultur Hukum sesuai dengan hasil

wawancara dengan bupati dan dinas kehutanan dan pertambangan, bahwa yang

hanya mengedepankan formal justice semata tanpa memperdulikan substansialnya

kaitanya dengan apa yang didapatkan dari hasil penelitian ternyata bahwa

pelanggaran yang dilakukan oleh pihak investor/perusahaan semata-mata sangat

cacat hukum dan itu tidak diketahui oleh Bupati Pohuwato, tetapi yang

mengetahui ada;ah dinas kehutanan dan pertambangan, tetapi kekuatan financial

yang dimainkan sehingga apa yang dilakukan dimata semua pihak bahwa ini

sudah dilakukan dengan terstruktur.

4. Ekonomi

Kesejahteraan yang diamnatkan oleh UUD 1945 dan juga tujuan dari

negara tidak terakomodir dengan semestinya. Pemerintah hari ini hanya

mengurusi dan memperkaya pribadi dan kelompok. Rakyat hanya menjadi tumbal

dari kepentingan politik yang tidak sehat. Bagaimana masyarakat mentaati

kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah hari ini sementara kehidupan mereka

tidak pernah mendapat perhatian dan wilayah pekerjaan yang khusus dari

pemerintah. Masyarakat harus ditekankan untuk membayar pajak tepat waktu,

kapan pemerintah tepat waktu dalam hal memenuhi kesejahteraan masyarakat.

Ekonomi juga sangat mempengaruhi peran pemerintah dalam

mengeluarkan kebijakan sehingga sering banyak dilanggar oleh masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarkat yang ada di salah satu lokasi

pertambangan Kecamatan Buntulia Desa Hulawa, mereka melakukan pekerjaan

pertambangan walaupun nyawa sebagai taruhan dengan desakan ekonomi yang

begitu lemah. Kebutuhan keluarga yang meningkat membuat masyarakat harus

bekerja keras untuk mempertahankan hidup.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Peran Pemerintah Kabupaten Pohuwato Dalam Meningkatkan

Ekonomi Masyarakat Penbambang Emas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa seseorang yang

mendapatkan sesuatu posisi, juga diharapkan untuk menjalankan pearannya sesuai

dengan apa yang oleh pekerjaan tersebut.

Selanjutnya menurut Suradinata, 2002:14), mendefinisikan pemerintah

adalah organisasi yang mempunyai kekuatan besar dalam suatu Negara,

mencakup urusan masyarakat, teriteriol dan urusan kekuasaa dalam rangka

pencapaiany tujuan Negara.

Menurut UU No. 11 Tahun 1967 mendefinisikan bahwa pertambangan

rakyat adalah satu usaha pertambangan bahan-bahan galian dari semua golongan,

seperti yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara

gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri,

pertambangan rakyat bertujuan memberikan kesempatan kepada rakyat setempat

dalam mengusahakan bahan galian untuk turut serta membangun Negara dibidang

pertambangan dengan bimbingan pemerintah.

Dengan melihat penjelasan menurut para ahli dan UU Pertambangan

bahwa peran pemerintah untuk mensejahterakan masyakat penambang ini sangat

dibutuhkan sesuai dengan pengertian menurut para ahli dan UUD yang tertuang

untuk kesejahteraan masyarakat penambang. Gagasan yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Kabuapaten Pohuwato, pertambangan emas yang saat ini masih belum

ada landasan hukum atau belum legal ini masih sementara diupayakan agar bisa

dilegalkan, terkecuali wilayah gunung pani dan baginite yang mempunyai

landasan hukum melalui KUD Dharma Tani Marisa. Pemda Pohuwato akan

berusaha sebaik mungkin untuk merealisasikan WPR di Kabupaten Pohuwato.

Sehingga daerah pertambangan tersebut tidak menjadi illegal seperti saat ini.

Sejauh ini pihaknya telah berupaya menempuh langkah-langkah untuk

memperjuangkan WPR Pertambangan Emas di Pohuwato.

Tetapi yang terjadi adalah bahwa pemerintah daerah telah memberikan

surat rekomendasi kepada investor/perusahaan ini tidak sesuai apa yang dijelaskan

oleh para ahli dan UU, padahal dengan melihat masyarakat yang melakukan

pekerjaan pertambangan yang ada di Kabupaten Pohuwato, bahwa masyarakat

tidak ingin pekerjaan pertambangan ini akan dikelolah oleh investor/perusahaan

karena tidak dalam catatan bahwa perusahaan akan mengelolah suatu pertambang

tidak pernah mensejahterakan rakyat lokal.

4.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya peningkatan

ekonomi masyarakat penambang emas yang diupayakan oleh

pemerintah daerah.

1. Faktor Masyarakat atau Sumber Daya Masyarakat (SDM).

Menurut Soerjono Soekanto (2004 : 8-9), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum jika ditinjau dari kajian sosiologi hukum ;

Penegakan hukum yang dilakukan untuk sebuah keadilan dan kedamaian bagi

masyarakat akan menuntut masyarakatnya untuk banyak berpartisipasi. Kesadaran

masyarakat sangatlah penting sehingga ketika masyarakat menjalankan hukum

karena takut, maka hukum akan berlalu begitu saja. Lain halnya ketika masyarakat

melaksanakan hukum karena kesadaraannya. Diindonesia kesadaran masyarakat

terhadap hukum sangat jarang sekali di temui, pelaksanaan hukum masih terpaku

pada menonjolnya sikap apatis serta menganggap bahwa penegakan hukum

merupakan urusan aparat penegak hukum semata dan tidak berangkat dari

kesadaran masyarakat.

SDM merupakan salah satu faktor penyebab sehingga dapat

mempengaruhi tidak tercapainya peningkatan ekonomi masyarakat penambang

emas dengan adanya investor/perusahaan yang akan mengelola wilayah

pertambangan yang sebelumnya dikelolah oleh masyarakat. Sehingga pemerintah

perlu memberikan perhatian khusus dalam hal peningkatan SDM dengan adanya

wilayah kerja sehingga menjadikan tambang sebagai Wilayah Pertambangan

Rakyat (WPR) guna mencapai ekonomi kerakyatan.

2. Substansi Hukum

Menurut Friedman (dalam Ahmad Ali, 2001 : 8), the substance is

composed of substantive rules and rules about how intitusions should be have.

Jadi, yang dimaksud dengan substansi menurut Friedman adalah aturan, norma,

dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Substansi juga

merupakan produk yang dihasilkan oleh orang yang berbeda dalam sistem hukum

itu, mencakup mengenai keputusan yang mereka keluarkan, serta aturan yang

mereka susun. Substansi juga mencakup living law (hukum yang hidup), dan

bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law books).

Dalam pasal 12 peraturan daerah Nomor 10 tahun 2003 yang isinya

tentang pengawasan dan pembinaan tehadap peraturan daerah ini dilakukan oleh

gubernur atau pejabat yang ditunjuk untuk itu. Sedangkan dalam Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2004 yang kemudian mengalami perubahan menjadi Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008, Tugas dan Wewenang ; pasal 42 poin C yang

berbunyi : DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan

terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan

kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program

pembangunan daerah, dan kerja sama internasional didaerah. Sehingga

pengawasan Pemerintah Provinsi dengan pengawasan peraturan daerah

mengalami tumpang tindih.

3. Kultur Hukum

Friedman (dalam Ahmad Ali, 2001 : 9) tentang the legal culture, system-

their beliefs,values, ideas, and expectations. Jadi, kultur hukum menurut

Friedman adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum-kepercayaan,

nilai, pemikiran, serta harapannya. “Legal culture refers, then, to those parts of

general culture-customs, opinions, ways of doing and thingking-thatbend social

forces to ward or away from the law and in particular ways”. Pemikiran dan

pendapat ini sedikit banyak menjadi penentu jalannya proses hukum. Jadi dengan

kata lain, kultur hukum adalah suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang

menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari atau disalahgunakan. Tanpa

kultur hukum, maka sistem hukum itu sendiri tidak berdaya seperti ikan yang mati

terkapar dikeranjang dan bukan seperti ikan hidup yang berenang di laut.

Kondisi sistem Hukum di Indonesia sangat menyedihkan dan mengalami

keterpurukan yang luar biasa. Keterpurukan tersebut tidak akan berhasil

diperbaiki apabila sosok-sosok dirty broom (sapu kotor) masih menduduki jabatan

diberbagai institusi hukum. Penciptaan berbagai peraturan tidak saja membawa

perbaikan tetapi justru timbul kondisi “hiperregulated” tersebut membuat

masyarakat menjadi lebih apatis. Sementara itu institusi dan aparatur hukum

hanya mengedepankan formal justice semata tanpa memperdulikan substansial

justice sehingga segala sesuatu dilihat dari yang benar-benar salah, hitam-putih,

menang-kalah, haram-halal, dan sebagainya. Sementara itu, arus reformasi yang

tidak terkendali (keblablasan) telah menciptakan masyarakat yang

beprilaku/berbudaya membabi buta. Kondisi keterpurukan ketiga komponen

sistem hukum tersebut telah menjadikan hukum tidak berfungsi sama sekali dan

apa yang disebut sistem hukum nasional Indonesia menjadi sulit diterima.

Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang

mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan konsepsi-konsepsi

abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan apa yang

dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai tersebut, lazimnya merupakan

pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus

diserasikan.

Menurut observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan adanya Kultur

Hukum sesuai dengan penjelasan Friedman bahwa yang hanya mengedepankan

formal justice semata tanpa memperdulikan substansialnya kaitanya dengan apa

yang didapatkan dari hasil penelitian ternyata bahwa pelanggaran yang dilakukan

oleh pihak investor/perusahaan semata-mata sangat cacat hukum tetapi kekuatan

financial yang dimainkan sehingga apa yang dilakukan dimata semua pihak

bahwa ini sudah dilakukan dengan terstruktur.

4. Ekonomi

Menurut UUD 1945 dan juga tujuan dari negara tidak terakomodir dengan

semestinya. Pemerintah hari ini hanya mengurusi dan memperkaya pribadi dan

kelompok. Rakyat hanya menjadi tumbal dari kepentingan politik yang tidak

sehat. Bagaimana masyarakat mentaati kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah hari ini sementara kehidupan mereka tidak pernah mendapat perhatian

dan wilayah pekerjaan yang khusus dari pemerintah. Masyarakat harus ditekankan

untuk membayar pajak tepat waktu, kapan pemerintah tepat waktu dalam hal

memenuhi kesejahteraan masyarakat.

Ekonomi juga sangat mempengaruhi penerapan peraturan perundang-

undangan sering dilanggar oleh masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan

masyarkat yang ada di desa hulawa, mereka melakukan penjualan minuman keras

dikarenakan desakan ekonomi. Kebutuhan keluarga yang meningkat membuat

masyarakat harus bekerja keras untuk mempertahankan hidup.

Kesejahteraan yang diamnatkan oleh UUD 1945 dan juga tujuan dari

negara tidak terakomodir dengan semestinya. Pemerintah hari ini hanya

mengurusi dan memperkaya pribadi dan kelompok. Rakyat hanya menjadi tumbal

dari kepentingan politik yang tidak sehat. Bagaimana masyarakat mentaati hukum

yang dibuat oleh pemerintah hari ini sementara kehidupan mereka tidak pernah

mendapat perhatian yang khusus dari pemerintah. Masyarakat harus ditekankan

untuk membayar pajak tepat waktu, kapan pemerintah tepat waktu dalam hal

memenuhi kesejahteraan masyarakat.

Bagaimana kelanjutan penegakan hukum di Indonesia dapat menjadi lebih

baik, jika keempat faktor penegakan hukum sudah tidak dimiliki oleh bangsa

ini.Oleh karena itu, marilah kita tumbuhkan kecintaan kita terhadap Indonesia

dengan memunculkan kesadaran hukum agar kedamaian, kesejahteraan dan

keadilan dapat di wujudkan di negara kita yang tercinta ini khususnya diprovinsi

gorontalo Kab. pohuwato.