pendahuluan.rombak 2003
DESCRIPTION
dTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan bahan baku parfum,
kosmetika, farmasi, prospek agri-business dan agro-industri nilam di Indonesia
adalah negara eksportir minyak nilam terbanyak, sebab memasok lebih dari 70%
pangsa pasar dunia. Di samping itu, Indonesia juga mengekspor 14 jenis minyak
atsiri lainnya dari 70 jenis minyak atsiri yang sangat dibutuhkan dunia. Oleh
karena itu, pemerintah, petani, pengusaha alat suling, pedagang perantara, dan
eksportir sebagai faktor penentu secara bersama-sama harus menciptakan sistem
agri-business dan agro-industry nilam yang dikelola secara professional yang
dipastikan dapat menyangga pertumbuhan ekonomi di Indonesia, jika tidak maka
peluang target dari bisnisnya sulit dicapai.
Pengembangan tanaman perkebunan pada masa mendatang mempunyai
tantangan dalam hal mendapatkan jenis tanaman yang cocok dengan kondisi
daerah atau kondisi alamnya dan mempunyai prospek pemasaran yang baik untuk
masa mendatang. Tanaman perkebunan yang merupakan komoditi terutama
diwujudkan untuk mendukung industri dan sebagai salah satu sumber untuk
meningkatkan devisa negara, serta 33 bentuk minyak atsiri (Syamsulbahri,
1996:6).
Dari 70 minyak atsiri yang diperdagangkan di pasaran internasional,
sekitar 9-12 jenis minyak atsiri disuplai dari Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia
termasuk negara produsen besar yang cukup diandalkan dan menjadi negara
pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik. Kondisi tersebut disebabkan
1
faktor dan kondisi iklim serta jenis dan tingkat kesuburan tanah yang subur yang
dimiliki Indonesia (Mangun, 2005:5).
Nilam yang sering juga disebut Pogostemon patchouli Pellem
merupakan tanaman yang belum begitu dikenal secara meluas oleh
masyarakat. Nilam merupakan salah satu produk minyak atsiri (essential oil).
Minyak atsiri ini dapat bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga,
buah, biji, batang, kulit, dan akar. Untuk tanaman nilam, minyak atsirinya
banyak diambil dari daunnya. Negara Indonesia telah mendapat sebutan
produsen ‘’patchouli sumatera’, karena sebagian besar tanaman nilam
diusahakan oleh petani daerah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Sejak sebelum Perang Dunia II, Indonesia mampu menghasilkan minyak
nilam sekitar 90% dari kebutuhan dunia. Walaupun daunnya saat itu belum
dapat diolah sendiri tapi tanaman ini telah menjadi barang dagangan yang
menarik. Barulah pada awal tahun 1920 penyulingan minyak nilam dapat
dilakukan sendiri. Namun kualitas nilam yang dihasilkan nilam masih rendah,
karena sering didapati tercampur minyak nabati dari tanaman lain.
Tanaman nilam merupakan salah satu alternatif dalam usaha mencari
sumber pendapatan baru non-migas disamping komoditi lainnya. Nilam adalah
salah satu jenis tanaman minyak atsiri yang telah lama dikembangkan di
Indonesia, namun belum banyak dibudidayakan oleh masyarakat.
Produksi nilam dunia berkisar antara 500 – 550 ton/tahun dimana sekitar
450 ton/tahun diperoleh dari negara Indonesia dan sekitar 40 – 80 ton/tahun
diperoleh dari Cina. Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor nilam Indonesia
2
adalah Singapura, India, AS, Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Swiss, dan
Spanyol.
Volume pembelian dan harga ekspor minyak nilam dari tahun 2001
sampai 2007 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Volume Penjualan dan Harga Ekspor Minyak Nilam Tahun 2001 sampai 2007
Tahun Harga (US $) Vol (Kg) US $/Kg
2001200220032004200520062007
10.144.76220.771.17117.933.29725.305.52839.254.26739.008.15273.389.000
1.316.1911.214.7021.059.1161.615.7672.150.3332.384.5752.903.000
14,54517,09916,93215,66118,25416,35825,280
Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Sumatera Utara, 2008
Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa volume penjualan minyak nilam
dari tahun 2004-2007 meningkat dengan harga yang juga cenderung meningkat.
Dengan demikian pengembangan produk nilam memiliki nilai strategis.
Fungsi utama minyak nilam adalah sebagai bahan baku pengikat (fiksatif)
dari komponen kandungan utamanya, yaitu patchouli alcohol (C15H26) dan
sebagai bahan pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar
aroma keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan
sebagai salah satu bahan campuran produk kosmetika (pembuatan sabun, pasta
gigi, sampo, lotion, dan deodorant), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan obat
antiradang, antifungsi, antiserangga, afrodisiak, anti-inflamasi, antidepresi, dan
lain-lain), kebutuhan aromaterapi, bahan baku compound dan pengawetan barang,
serta berbagai kebutuhan industri lainnya.
Minyak nilam mempunyai banyak keunggulan. Selain bermanfaat bagi
berbagai ragam kebutuhan industri, masa panen nilam relatif singkat dan
3
mempunyai jangka waktu hidup cukup lama. Proses pemeliharaan dan
pengendalian tanaman relatif mudah dan potensi pasarnya sudah jelas. Bila
dikaitkan dengan suatu perencanaan pengelolaan budidaya tanaman nilam dengan
ruang lingkup usaha yang menyertainya, dapat disimpulkan bahwa program budi
daya nilam ini prospektif dan menguntungkan.
Peluang pengembangan nilam di Kabupaten Pakpak Bharat sendiri cukup
terbuka lebar, untuk itu dengan kajian ini diharapkan akan tersedia data
kesesuaian lahan untuk komoditas nilam di Kabupaten Pakpak Bharat dan juga
melalui kajian ini diharapkan tercipta agribisnis nilam berdaya saing kuat yang
dicirikan oleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik dan mampu
menghasilkan produk dengan jumlah yang sesuai dengan permintaan pasar.
Luas areal dan produksi komoditi perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat
dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2005-2008
No Komoditi Luas Lahan (ha) Produksi (ton)2005 2006 2007 2008 2005 2006 2007 2008
1 Gambir 603 839,8 840,8 885,8 383,4 1.668 166,4 1.165,32 Kopi Robusta 687,5 741,8 741,7 741,7 447,3 414,1 383,2 392,513 Kopi Arabika 669,1 968,5 681,1 1.294,5 672,8 578,21 672,08 688,214 Karet 417,8 777,4 983,3 1.330, 302,4 298,2 408,1 435,665 Kelapa 85,25 85,25 85,25 85,25 59,38 157 48,85 37,056 Kemenyan 1.476,2 1.471,4 1.472,4 1.497,4 860,8 147,06 250,2 147,067 Kulit Manis 117 107,2 127,4 107,4 87,75 274,77 74,82 46,468 Tembakau 11 14,30 14,3 14,3 8,58 41,47 41,5 41,59 Nilam 40 160,1 152 60 6,26 8,54 7,57 20,210 Kelapa Sawit 1.411,5 1.639,4 1.669,6 1.649,6 6.216 6.216 408,16 614511 Kakao 147,8 217,5 226 231,5 68 78 89 70,5Sumber : Data Statistik Perkebunan Tahun 2005-2008
4
Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa pada tanaman nilam meningkat
dengan pesat pada tahun 2006-2007, tetapi pada tahun 2008 nilam menurun cukup
signifikan. Hal ini dilihat dari luas lahan penanaman nilam. Sedangkan produksi
nilam makin meningkat, hal ini menunjukkan produktivitas nilam yang semakin
meningkat.
Luas lahan tanaman nilam di daerah ini tersisa 1.900 hektare (ha) dengan
produksi sepanjang tahun 2009 sebanyak 728 ton. Sentra tanaman ini berada di
beberapa daerah yakni Pakpak Bharat, Mandailing Natal, Dairi, Tapanuli Selatan,
Tapanuli Utara, katanya kemarin. Menurut dia, pemerintah perlu segera
mengambil langkah nyata dalam menyelamatkan nasib petani nilam agar
kelangsungan komoditas nilam di daerah ini dapat terjaga. Mereka memerlukan
proteksi berupa kebijakan pemberdayaan dan peningkatan keterampilan budi daya
tanaman nilam.
Perbedaan harga minyak nilam di tingkat petani dengan pedagang
pengumpul /eksportir terlalu banyak yang sampai saat ini sulit dikendalikan
perbaikannya. Sesungguhnya harga minyak nilam dunia relatif stabil dengan
harga cukup menjanjikan, namun harganya ditekan serendah mungkin oleh oknum
yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa ada keinginan untuk membela petani
dengan alasan kadar patchouli alcohol di bawah standar (<30%). Masalah ini
dapat menyebabkan petani tidak berkeinginan menanam nilam lagi sehubungan
dengan harga nilam basah/kering atau harga minyak nilamnya sangat murah. Oleh
karena itu, pemerintah, investor, eksportir, dan Asosiasi Minyak Atsiri
berkewajiban untuk membentuk sistem agribisnis nilam secara professional untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
5
1.2. Identifikasi Masalah
Kabupaten Pakpak Bharat sangat potensial untuk budidaya tanaman nilam
dengan kenyataan kualitas minyak nilam yang baik namun petani nilam belum
mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani selama ini. Maka berdasarkan
uraian latar belakang maka permasalahan yang berkaitan dengan judul penelitian
dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana potensi dan ketersediaan lahan petani nilam di Kecamatan
Sitellu Tali Urang Jehe untuk pengembangan nilam yang saat ini
berkurangnya minat masyarakat untuk bertani nilam
2. Bagaimana kelayakan pengembangan nilam di Kecamatan Sitellu Tali
Urang Jehe saat ini.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui potensi dan ketersediaan lahan petani nilam di
Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe
2. Untuk mengetahui bagaimana kelayakan pengembangan nilam saat ini
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan dasar penulisan skripsi untuk melengkapi syarat
melaksanakan ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.
2. Hasil Penelitian diharapkan berguna bagi penduduk desa di Kabupaten
Pakpak Bharat.
3. Sebagai input informasi bagi pihak yang membutuhkan.
6
7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Nilam
Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak
patchouli (dalam bahasa Tamil patchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya
disuling dari daun). Klasifikasi ilmiah dari nilam :
Regnum : Plantae
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Pogostemon
Spesies : Pogostemon cablin
Nama binomial: Pogostemon cablin Benth
2.2. Jenis Tanaman Nilam
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh dan
berkembang di Indonesia. Namun, nilam aceh lebih dikenal dan telah ditanam secara
meluas. Selain itu, dikenal pula jenis nilam jawa dan nilam sabun. Secara garis besar,
jenis nilam menurut literatur yang ada sebagai berikut (Mangun, 2008).
1. Nilam Aceh (Pogostemon cablin)
Nilam aceh (Pogostemon Cablin Benth atau Pogostemon
Patchouli) merupakan tanaman standar ekpor yang direkomendasikan
karena memiliki aroma khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi,
yaitu 2,5-5% dibandingkan jenis lain. Nilam aceh dikenal pertama kali dan
8
ditanam secara meluas hampir di seluruh wilayah Aceh. Sebenarnya jenis
tanaman nilam ini berasal dari Filipina, yang kemudian ditanam dan
dikembangkan juga di wilayah Malaysia, Madagaskar, Brazil, serta
Indonesia. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia mengembangkan
nilam aceh secara khusus (Mangun, 2008).
2. Nilam Jawa (Pogostemon heyneatus)
Nilam jawa (Pogostemon heyneatus Benth) disebut juga nilam hutan.
Nilam ini berasal dari India dan masuk ke Indonesia serta tumbuh meliar di
beberapa hutan di Pulau Jawa. Jenis tanaman ini hanya memiliki minyak
sekitar 0,5-1,5%. Jenis daun dan rantingnya tidak memiliki bulu-bulu halus
dan ujung daunnya agak meruncing (Mangun, 2008).
3. Nilam Sabun (Pogostemon hertensis)
Zaman dahulu, tanaman nilam sabun (Pogostemon hortensis Backer)
sering digunakan untuk mencuci pakaian, terutama kain jenis batik. Jenis
nilam ini hanya memiliki kandungan minyak sekitar 0,5-1,5%. Selain itu,
komposisi kandungan minyak yang dimiliki dan dihasilkannya tidak baik
sehingga minyak dari jenis nilam ini tidak memperoleh pasaran dalam bisnis
minyak nilam. Oleh sebab itu, nilam jawa dan nilam sabun tidak
direkomendasikan sebagai tanaman komersial karena kandungan minyaknya
relatif sangat sedikit. Selain itu, aroma yang dimiliki keduanya berbeda
dengan nilam aceh dan Keunggulan minyak nilam Indonesia sudah dikenal
sekaligus sudah diakui oleh berbagai negara yang menjadi konsumen
(importir) minyak tersebut. Baunya lebih harum dan tahan lama bila
dibandingkan nilam produksi negri lain. Hal ini menyebabkan nilam
Indonesia disegani dipasaran internasional (Mangun, 2008). Andil
9
Indonesia dalam perdagangan minyak nilam dunia mampu mencapai lebih
dari 70%, selebihnya dipasok negara produsen lain terutama Cina,
Malaysia, dan Brazil. Karena andil yang sangat besar itu, tidak heran kalau
Indonesia pun memperoleh julukan terhormat dalam kaitannya dengan
komoditas minyak nilam, yakni produsen minyak nilam terbesar di dunia.
Meskipun demikian prestasi tersebut hendaknya tetap dipertahankan di
kemudian hari. Artinya, kalau komoditas ini pada waktu mendatang tidak
mendapat penanganan yang lebih seksama, tidak menutup kemungkinan
kalau negara produsen yang lain akan dapat menggantikan posisi
Indonesia. Hal ini tentu saja sangat merugikan, mengingat devisa yang
berhasil diraih dari hasil ekspor minyak nilam selama ini telah cukup
berperan nyata dalam ekspor nonmigas (Mangun, 2008). Kendatipun
mampu tampil pada peringkat paling atas sebagai Negara produsen
sekaligus juga eksportir minyak nilam dunia, tetapi sampai saat ini volume
ekspor minyak nilam Indonesia masih menunjukkkan angka yang
senantiasa berfluktuasi. Salah satu penyebabnya yaitu tingkat produksi
minyak nilam belum mantap (Mangun, 2008).
2.3. Manfaat Dan Kegunaan Nilam
Tanaman nilam (Pogostemin Patchouli) disebut juga sebagai Pogostemon
Cablin Benth merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang segi
empat. Daun kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan minyak nilam
(patchouli oil) yang banyak digunakan dalam berbagai kegiatan industri. Fungsi
utama minyak nilam sebagai bahan baku (fiksatif) dari komponen kandungan
10
utamanya yaitu patchouli alkohol (C15H26) dan sebagai bahan pengendali
penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan
lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai bahan campuran produk
kosmetik (diantaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi, sampoo, lotion, dan
deodorant), kebutuhan industri makanan (di antaranya untuk essence atau
penambah rasa), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan anti radang, antifungi, anti
serangga, afrodisiak, anti inflamasi, antidepresi, antiflogistik, serta dekongestan),
kebutuhan aroma terapi, bahan baku compound dan pengawetan barang, serta
berbagai kebutuhan industri lainnya (Mangun, 2008).
2.4. Budidaya Tanaman Nilam
a. Pengolahan lahan
Lahan dan iklim sangat mempengarui produksi dan kualitas minyak
nilam, terutama ketinggian tempat dan kesediaan air. Nilam yang tumbuh
di dataran rendah – sedang (0-700 m dpl) kadar minyaknya lebih tinggi
dibandingkan nilam yang tumbuh di dataran tinggi (>700 m dpl). Nilam
sangat peka terhadap kekeringan, kemarau panjang setelah panen dapat
menyebabkan tanaman mati.
Nilam dapat tumbuh diberbagai jenis tanah (aldosol,
latosol,regosol,podsolik, kambisol), akan tetapi tumbuh lebih baik pada
tanah yang gembur dan banyak mengandung humus. Lahan harus bebas
dari penyakit terutama penyakit layu bakteri, budog, nematode, dan
penyakit yang disebabkan oleh jamur.
b. Jenis Tanaman Nilam
11
- Pogostemon Cablin Benth Bent Nama lainnya pogostemon patchouli atau
pogostemon metha. Jenis ini sering juga disebut nilam Aceh dan
diusahakan secara komersial. Nilai jenis ini jarang berbunga, oleh karena
itu kandungan minyaknya tinggi yaitu 2,5 – 5 %, banyak diminati di
pasaran.
- Pogostemon heyneanus
Sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan. Jenis ini sering
berbunga, karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,5 – 1,5%.
Kurang diminati di pasaran
- Pogostemon hortensis
Disebut juga nilam sabun. Jenis ini hanya terdapat di Banten.
Kandungan minyaknya 0,5 – 1,5%. Komposisi minyak yang dihasilkan
jelek, sehingga untuk jenis nilam ini kurang mendapatkan pasaran
dalam perdagangan.
c. Data Botani Tanaman Nilam
Tanaman nilam merupakan jenis tanaman dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Akar : Serabut
Bentuk daun : Bulat dan lonjong
Batang : Berkayu dengan diameter 10 – 20 mm.
Sistem percabangan banyak dan bertingkat mengelilingi batang antara (3-5
cabang pertingkat). Setelah tanaman berumur 6 bulan, tingginya dapat
mencapai 1 meter dengan radius cabang selebar lebih kurang 60 cm.
d. Ekologi Tanaman Nilam
12
Tanaman nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti herba
lainnya. Untuk memperoleh produksi yang tinggi, maka dalam
pengelolaannya perlu memperhatikan beberapa hal. Pengelolaan ini juga
bertujuan agar produksi yang dilakukan dapat optimal dan
menguntungkan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
- Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun pada dataran
tinggi yang mempunyai ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut,
dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat 10 – 400 meter di atas
permukaan laut.
- Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar
antara 2.500-3.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
- Sedangkan suhu yang baik untuk tanaman ini adalah 24 0C – 28 0C dengan
kelembaban lebih dari 75%.
- Agar pertumbuhan optimal, tanaman nilam memerlukan intensitas
penyinaran matahari yang cukup.
- Tanah yang subur dan gembur serta kaya akan humus sangat diperlukan
oleh tanaman nilam.
- Pada tanah yang kandungan airnya tinggi, perlu dilakukan sistem
drainase yang baik dan insentif.
e. Cara Penanaman Nilam
- Ada 2 cara penanaman nilam, yaitu penanaman langsung dan tidak
langsung. Penanaman langsung ialah menanam stek nilam langsung di
areal pertanaman. Cara ini hanya sesuai untuk penanaman nilam di lahan
13
sempit. Sedang untuk areal yang luas sebaiknya menggunakan cara
penanaman tidak langsung. Karena dengan cara ini kemungkinan bibit
hidup lebih besar, sehingga jumlah bibit yang diperlukan tidak terlalu
banyak.
- Stek dapat langsung ditanam di kebun yang sudah diolah tanahnya.
Namun yang lebih bagus adalah stek ditanam dahulu di bedeng
persemaian supaya akar telah terbentuk sebelum tanaman dipindah ke
kebun pembesaran.
- Stek ditaman dalam posisi miring, bersudut 450 sedalam 10 cm, dengan
jarak tanam 10 x 10 cm. Setelah 3 – 4 minggu, tanaman sudah mempunyai
cukup akar, tunasnya sudah tumbuh dan berdaun.
- Sebelum bibit ditanam, kebun sudah disiapkan sedemikian rupa agar
penanaman mengikuti cara yang dianjurkan.
f. Penanaman
- Tanaman nilam membutuhkan tanah yang lembab pada masa
pertumbuhannya, oleh karena itu penanaman sangat baik dilakukan pada
awal musim hujan. Di areal miring atau berlereng, waktu penanaman harus
disesuaikan dengan intensitas tinggi, sebaiknya tanaman sudah mampu
menahan tanah. Dengan demikian tidak terjadi erosi, hujan deras sesaat
setelah penanaman juha bisa sia-sia.
Waktu tanam juga harus diatur sedemikian rupa sehingga waktu panen
dari satu areal dapat dilakukan secara bertahap. Cara demikian bukan
hanya dapat menjamin kelangsungan penyulingan yang kontinue,
tetapi dapat juga mencegah agar tanah tidak erosi.
14
- Penanaman secara tidak langsung
Bibit stek setelah dicabut dari persemaian pasti telah berakar. Bila
akarnya terlalu panjang sebaiknya dipotong, sebab dalam penanaman
nanti akar panjang ini akan berlipat-lipat. Dan lipatan-lipatan akar ini
dalam tanah bisa terserang penyakit busuk akar. Setiap lubang akar
ditanami 1 – 2 bibit stek.
- Penanaman secara langsung
Untuk setiap lubang tanam diperlukan 2 – 3 stek. Stek sebanyak ini
dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan ada stek yang mati.
Kebutuhan stek yang banyak inilah, maka cara ini tidak disarankan
diterapkan di perkebunan.
g. Jarak Tanam
Jarak tanam nilam bervariasi sesuai dengan tingkat kesuburan tanah.
Dataran rendah yang tanahnya subur, jarak tanam 100 x 100 cm,
sedangkan pada tanah yang kandungan liatnya tinggi, jarak tanamnya
50 x 100 cm.
Pada tanah lipatit, jarak tanamnya 75 x 75 cm.
Pada tanah berbukit dengan mengikuti garis contour adalah 50 x 100
cm atau 30 x 100 cm.
2.5. Pemeliharaan
Dalam usaha budidaya nilam, pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang
penting. Hal ini untuk diperhatikan agar usaha untuk mencapai hasil yang optimal
dari tanaman dapat tercapai.
Adapun pemeliharaan tanaman nilam antara lain meliputi :
15
a. Pemupukan
Pemupukan sangat penting untuk diperhatikan. Karena hasil yang
diharapkan dari tanaman nilam adalah daun dan batangnya, maka faktor
kesuburan tanaman merupakan suatu hal yang perlu diusahakan
pertumbuhan vegetatif tanaman dapat semaksimal mungkin. Untuk
pertumbuhan yang maksimal perlu dilakukan pemupukan, baik dalam
bentuk pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau,
maupun untuk pupuk anorganik seperti Fertab. Cara pemberian pupuk
tanaman nilam biasanya dilakukan dengan cara dibenamkan sedalam 10 –
15 cm di sekitar pangkal tanaman nilam
b. Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atan tanaman yang
tertekan pertumbuhannya. Pekerjaan ini dikerjakan kurang lebih satu bulan
setelah penanaman, karena pada waktu itu telah diketahui bibit yang mati
atau pertumbuhannya kurang normal. Sehingga dengan dilakukannya
penyulaman akan didapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam.
c. Penyiangan
Setelah tanaman berumur 2 bulan atau saat tanaman mencapai tinggi 20-30
cm dan mempunyai cabang bertingkat dengan radius 20 cm, areal
pertanaman perlu disiangi. Penyiangan selanjutnya dilakukan secara
periodik, yaitu setiap tiga bulan sekali.
d. Pemangkasan
16
Setelah tanaman nilam berumur 3 bulan, tanaman ini telah membentuk
perdu yang rimbun dan saling menutupi satu sama lain. Untuk itu perlu
dilakukan pekerjaan penjarangan dan pemangkasan. Tujuannya adalah
agar sinar matahari dapat menyinari seluruh bagian tanaman, sehingga
proses fotosintesa dapat berlangsung dengan sempurna. Disamping itu
sinar matahari juga dapat berfungsi untuk menghindari tanaman dari
serangan hama dan penyakit.
Daun yang banyak mengandung minyak adalah tiga pasang daun yang
termuda, sehingga kita harus dapat menciptakan daun muda ini sebanyak
mungkin dengan cara melakukan pemangkasan.
e. Pembumbunan
Cara ini sebagai suatu sistem pemindahan vegetasi tanpa
pemindahan areal tanaman. Pembumbunan biasanya dilakukan setelah
panen. Adapun caranya adalah seagai berikut : Cabang-cabang yang
ditinggalkan sesudah panen dan letaknya dengan tanah ditimbun dengan
tanah dekat ujungnya setinggi 10-15 cm. Sedangkan cabang-cabang yang
letaknya jauh dari tanah dipatahkan dibagian ujungnya, tetapi tidak
terputus dari barangnya, sesudah itu bagian yang patah ditimbun dengan
tanah. Dengan pembumbunan ini, maka akan terbentuk rumpun tanaman
nilam yang padat dengan anaknya.
2.6. Penanggulangan Hama dan Penyakit
Dalam usaha meningkatkan produksi, maka perlindungan terhadap
serangan hama dan penyakit mempunyai peranan yang sangat penting dan
17
menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha tani. Hal ini penting
karena usaha pengendalian hama dan penyakit memberikan jaminan bahwa
produksi yang diharapkan dari penggunaan bibit yang baik (varietas unggul),
pemupukan, pengairan, dan perbaikan cara bercocok tanam dapat diatasi.
Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman nilam antara lain
serangga perusak daun, nematoda, penyakit buduk, gejala lodoh, busuk
batang, kua batang dan gejala defisiensi. Adapun serangan hama dan penyakit
erat sekali hubungannya dengan faktor keberhasilan kebun, cara penanaman,
cara pemanenan, serta keadaan tanah dan iklim.
Cara untuk mengatasi serangan hama dan penyakit antara lain dengan
cara bercocok tanam yang baik, pengendalian secara mekanik pada serangan
seawal mungkin, serta pengendalian dengan cara kimiawi yaitu menggunakan
insektisida sesuai dengan anjuran penggunaannya.
Adapun spesifikasi dari hama-hama tersebut adalah sebagai berikut :
a. Ulat penggulung daun
Ulat penggulung daun merupakan jenis hama yang dapat digolongkan
hama perusak daun.
b. Belalang (Orthoptera)
Tanda-tanda serangan :
Daun nilam dimakannya, yang kadang-kadangan menyebabkan
tanaman menjadi gundul.
Pada tingkat serangan berat, batangpun dimakannya sehingga tanaman
menjadi mati.
c. Criket pemakan daun (Grylldae)
18
Tanda-tanda serangan :
Hama ini memakan daun yang masih muda, sehingga daun menjadi
berlubang-lubang.
Pada keadaan kritis, criket juga menyerang daun yang tua.
Criket tidak mematikan tanaman, tetapi dapat menurunkan produksi.
Cara penanggulangan hama :
Untuk menekan dan memberantas berbagai hama yang menyerang tanaman
nilam dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
- Bercocok tanam yang baik.
Bercocok tanam yang baik dapat menaikkan produksi disamping itu dapat
pula mengurangi serangan hama tanaman. Pemakaian jarak tanam yang
teratur dan menjaga kebersihan dari rerumputan/tanaman pengganggu
lainnya sangat membantu dalam mencegah serangan hama. Disamping
pergiliran tanaman dan penanaman serempak tak kalah pentingnya, karena
cara ini dapat memutuskan siklus hidup hama dan sekaligus menurunkan
populasinya.
- Penanggulangan secara mekanik
Penanggulanga secara mekanik dilakukan pada serangan awal (gejala
serangan), yaitu dengan mencari dan mengumpulkan hama perusak daun
pada bagian tanaman atau ditempat persembunyian lainnya, kemudian
dimusnahkan dengan membakarnya.
- Penanggulangan secara kimiawi
Penanggulangan secara kimiawi dilakukan apabila penanggulangan cara
lain tidak memungkinkan, mengingat areal yang luas dan terbatasnya
19
tenaga kerja. Penanggulangan dengan cara ini dilakukan dengan
menggunakan pestisida. Penyakit yang sering ditemukan pada tanaman
nilam adalah penyakit budok (hopropep) yang disebabkan oleh virus.
2.7. Analisis Finasial.
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya
yang mereka usahakan sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output melebihi masukan atau
input (Soekartawi, 1995 : 1).
Untuk menjaga proses produksi terus berlangsung, suatu usaha tani
membutuhkan input. Input dalam adalah yang diambil dari usaha tani sendiri,
misalnya energi matahari, air hujan, sedimen, nitrogen yang diikat oleh udara;
atau yang dihasilkan sendiri, misalnya tenaga hewan, kayu, pupuk kandang, sisa
tanaman, pupuk hijau, pakan ternak, tenaga kerja keluarga, dan pengalaman-
pengalaman belajar. Input luar adalah input yang diperoleh dari luar usaha tani,
misalnya informasi, tenaga buruh, dan lain-lain (Reijntjes, dkk.,1999 : 27).
Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara
mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan
dijalankan, dalam rangka menentukan layak tidaknya suatu usaha tersebut
dijalankan. Aspek-aspek yang dinilai dalam kelayakan bisnis meliputi, aspek
hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis/operasional,
20
aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial serta aspek dampak lingkungan.
Penelitian ini melihat dari aspek keuangannya. Aspek keuangan adalah untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya
biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar, 2003: 10-11).
Tujuan utama dilakukan studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari
keterlanjuran yang memakan dana relatif besar yang ternyata justru tidak
memberikan keuntungan secara ekonomi. Adapun manfaat yang diharapkan
dilakukannya studi kelayakan proyek adalah memberikan masukan informasi
kepada decision maker dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif
proyek investasi yang dilakukan. Di samping itu studi kelayakan diperlukan
oleh investor, kreditor dan pemerintah yang memiliki kepentingan berbeda
(Suratman, 2002: 11).
Dalam suatu usaha sering dilakukan perbandingan antara manfaat dan
biaya (benefit/cost ratio) sebagai dasar pemikiran dalam melakukan evaluasi
proyek. Dalam perbandingan ini meliputi 4 variabel, yaitu : (a) Biaya tetap adalah
besarnya biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume
produksi, (b) Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besar-
kecilnya volume produksi, (c) Total biaya adalah penjumlahan biaya tetap dan
biaya variabel, (d) Total penerimaan adalah besarnya penerimaan yang diperoleh
dari suatu investasi (Soekartawi, 1995).
Pendapatan perusahaan merupakan penerimaan yang dihasilkan dari
kegiatan perusahaan, sedangkan biaya operasinya merupakan pengeluaran yang
juga karena kegiatan perusahaan. Biaya operasi ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
21
Biaya tetap, merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung kepada
perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk di dalam
interval tertentu.
a) Biaya variabel, merupakan biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan tingkat produksi.
b) Biaya semi-variabel, merupakan biaya yang di didalamnya terkandung biaya
tetap dan variabel sekaligus (Umar, 2005).
Analisis kelayakan usaha budi daya tanaman penyulingan nilam dapat
diketahui lewat perhitungan return of investment (ROI), break even point (BEP),
serta benefit cost ratio (B/C Ratio) (Mangun, 2006).
R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai
perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat
dituliskan sebagai berikut:
a = R/C
R = Py . Y
C = FC + VC
a = (Py.Y)/(FC+VC)
Keterangan :
R = penerimaan
C = biaya
Py = harga output
Y = output
FC = biaya tetap (fixed cost)
VC = biaya variabel (variable cost)
22
Dengan kriteria R/C > 1, maka usaha untung;
jika R/C = 1, maka usaha tidak untung dan tidak rugi;
jika R/C < 1, maka usaha rugi (Soekartawi, 2006:85-86).
2.8. Analisis Biaya
o TC = FC + VC, dimana
FC =
Keterangan: TC = Total Cost (total biaya);
FC = Fixed Cost (biaya tetap);
VC = Variable Cost (biaya variabel);
Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap;
Pxi = harga input;
n = macam input.
TR =
Dimana : TR = Total Revenue (total penerimaan);
Px = harga;
n = banyaknya macam produksi;
Q = volume Produksi.
π = TR – TC
Dimana : p = pendapatan;
TR = Total Revenue (total penerimaan);
TC = Total Cost (total biaya).
23
2.9. Penilaian Kriteria Kelayakan.
NPV adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai
sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat
bunga yang relevan.
NPV suatu proyek adalah selisih PV arus benefit dengan PV arus biaya.
Rumus NPV dapat ditulis sebagai berikut:
NPV =
Dimana: NPV = nilai uang sekarang setelah
diinvestasikan dalam waktu tertentu;
Bt – Ct= pendapatan bersih dalam tahun t;
i = tingkat suku bunga yang berlaku ( 6,25%);
t = jangka waktu (tahun ke).
Kriteria: NPV > 0, maka proyek layak;
NPV < 0, maka proyek tidak layak.
Metode IRR ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa
datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal.
Caranya, dengan menghitung nilai sekarang dari arus kas suatu
investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar, misalnya 10
%. Kemudian di bandingkan dengan biaya investasi, jika nilai investasi
lebih kecil, maka di coba lagi dengan penghitungan suku bunga yang
lebih tinggi demikian seterusnya sampai biaya investasi menjadi sama
besar. Apabila dengan suku bunga wajar tadi nilai investasi lebih
24
besar, maka harus di coba lagi dengan suku bunga yang lebih rendah
sampai mendapatkan nilai investasi yang sama besar dengan nilai
sekarang.
IRR adalah tingkat rendemen atas investasi netto, yang dirumuskan
sebagai berikut:
IRR = i1 +
Dimana : IRR = tingkat pengembalian atas investasi atau
persentase keuntungan per tahun yang berhasil
didapat;
NPV1 = hasil perhitungan NPV positif mendekati nol;
NPV2 = hasil perhitungan NPV negatif mendekati nol;
i1, i2 = tingkat suku bunga yang berlaku (6,25 %).
Kriteria: IRR > i, maka proyek layak;
IRR < i, maka proyek tidak layak.
Netto Benefit-Cost Ratio atau Net B/C merupakan angka perbandingan
antara jumlah present value positif (sebagai pembilang) dengan jumlah
present value yang negatif (sebagai penyebut), yang ditulis dengan
rumus:
Net B/C =
Dimana : Bt = benefit sosial bruto proyek pada tahun t
Ct = biaya sosial bruto sehubungan dengan proyek pada tahun
t
25
n = umur ekonomis proyek
i = tingkat suku bunga yang berlaku (6,25%)
Kriteria : Net B/C > 1, maka proyek layak
2.10. Tinjauan Ekonomi Komoditi Nilam
Harga yang tidak stabil sangat mempengaruhi perkembangan minyak nilam
Indonesia. Hal ini menyebabkan petani kurang bergairah untuk menanam nilam
bila harganya sedang merosot, dan akhirnya banyak yang berpindah menanam
tanaman –tanaman lain yang harganya relatif lebih stabil (Sudaryani dan
Sugiharti,1998).
Minyak nilam memiliki potensi strategis dipasar dunia sebagai bahan
pengikat aroma wangi pada parfum dan kosmetika. Dunia membutuhkan 1.200-
1.400 ton minyak nilam setiap tahun dan volume itu cenderung terus meningkat,
sementara produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun.
Harga minyak nilam di pasar lokal berkisar Rp 200.000-Rp 250.000 per
kg. Importir minyak nilam terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (lebih dari 200
ton per tahun), disusul lima negara Eropa, masing-masing Inggris (45-60 ton/thn),
Perancis, Swiss (40-50 ton/thn, Jerman (35-40 ton/thn) dan Belanda (30 ton/thn)
Ekspor nilam Indonesia berfluktuasi dengan laju peningkatan ekspor 6%
per tahun sebesar 700 ton sampai 2000 ton minyak nilam per tahun, dengan US $
14 juta hingga US $ 50 juta. Sementara harga minyak nilam dipasaran Rp
135.000 sampai dengan Rp 145.000 per kg (http://ikm.depperin.go.id).
Harga yang tinggi menunjukkan minyak nilam punya nilai ekonomis yang
tinggi pula. Karena itu, minyak ini sangat potensial dibudidayakan di Indonesia
26
untuk kemudian menjadi komoditas ekspor. Apalagi, tanaman nilam yang dapat
menghasilkan minyak nilam menjadi salah satu kekayaan alam Indonesia.
Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan produksi minyak nilam dengan
cara pengembangan tanaman nilam terbuka lebar. Hal ini ditunjang juga oleh
semakin banyaknya permintaan konsumen akan minyak nilam, karena semakin
berkembangnya industri kosmetik dan parfum (wangi-wangi) baik diluar maupun
didalam negeri .
Luas areal lahan tanaman nilam di Sumatera Utara tinggal 1.900 hektare
dengan produksi 728 ton sepanjang 2009, sedangkan Phak-pak Barat, Mandailing
Natal, Dairi, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara adalah sentra produksi tanaman
nilam.
Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat bekerja sama dengan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara untuk menjadikan daerah
itu sebagai sentra terbesar minyak nilam. Kerja sama dengan BPTP sejak 2005,
namun untuk pengembangan tanaman nilam baru 2008, dan akan dilanjutkan
karena hasilnya positf.
Pakpak Bharat kini sudah memiliki kebun induk tanaman nilam, dimana
petani atau pengusaha swasta yang akan mengembangkan tanaman itu bisa
mendapatkan benih yang benar-benar berkualitas atau unggul. Dengan benih
unggul dipastikan produksi dan mutu nilam itu akan bagus sehingga harga jualnya
juga bisa tinggi. Sebagai kabupaten baru yang merupakan pemekaran Kabupaten
Dairi, kata dia, Pakpak Bharat berupaya meningkatkan pendapatan daerah
termasuk berupaya mendorong pendapatan warganya.
27
Nilam adalah salah satu potensi tanaman di daerah itu, di mana oleh
pedagang dikumpulkan untuk kemudian dijual ke perusahaan yang
mengekspornya. Minyak nilam yang merupakan salah satu jenis minyak atsiri
sebagian besar di ekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional
khususnya pabrik kosmetika dan farmasi.
Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat menginginkan masing-masing
suatu lokasi daerah memiliki tanaman unggulan sehingga bisa mempercepat
tumbuhnya perekonomian warga di kabupaten itu dan hal tersebut sedang
dipetakan bekerja sama dengan BPTP Sumatera Utara.
2.11. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian diatas dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe mempunyai potensi dan ketersediaan
lahan untuk pengembangan komoditi nilam.
2. Komoditi nilam layak untuk dikembangkan di Kecamatan Sitellu Tali
Urang Jehe.
28
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat (Kecamatan Sitellu Tali
Urang Jahe) dan mulai dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan April
2014. Sedangkan data yang dibutuhkan adalah data 2009 - 20114
3.2. Metode pengambilan sampel
Penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling (acak sederhana)
atau pengambilan sampel secara sengaja berdasarkan beberapa pertimbangan
tertentu. Hal ini menyangkut pertimbangan penarikan sampel adalah Penentuan
wilayah terpilih di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dengan desa kaban tengah,
Bandar baru, Maholida, Simberuna, Parolihem, yang banyak masyarakat sebagian
besar adalah petani nilam. Jumlah populasi penduduk di lima desa dapat diuraikan
sebagai berikut :
Tabel 3 : populasi penduduk (KK) di 5 Desa
No Nama Desa Populasi penduduk (KK)
Jumlah sampel IS (10%)
1 Kaban Tengah 63 72 Bandar Baru 72 83 Maholida 25 34 Simberuna 47 55 Parolihem 68 7
Jumlah 275 30Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat Kecamatan Sitellu Tali
Urang Jehe Angka Tahun 2010
29
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey,
pengumpulan dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu observasi, penyebaran
quisioner, dan wawancara.
1. Observasi
Melihat kehidupan sehari-hari masyarakat petani nilam
2. Quisioner
Disebarkan kepada seluruh responden dalam penelitian
Data yang diambil adalah ciri-ciri penduduk yaitu : nama, umur, luas
lahan, dan pendapatan per panen
3. Wawancara
Wawancara dilaksanakan sebagai upaya untuk cross chek dan melengkapi
info-info lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Data yang diharapkan
adalah data yang belum terjawab melalui quisioner.
4. Data sekunder diperoleh langsung dari instansi pemerintah, non
pemerintah (swasta) yang terkait di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe
5. Data primer dikumpulkan dengan mengajukan pertanyaan dengan daftar
petanyaan kepada responden petani nilam di Kecamata Sitellu Tali Urang
Jehe
3.4. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini untuk menguji hipotesa dilakukan dengan menggunakan :
1. Untuk mencapai tujuan Hipotesis poin 1 maka data yang dikumpulkan
adalah data sekunder dari tahun 2005 s/d 2010 yang terdiri dari produksi
30
nilam, luas lahan, curah hujan, dan kelembaban di Kecamatan Sitellu Tali
Urang Jehe dengan menggunakan rumus regresi dimana variable terikatnya
(Y) dihubungkan/dijelaskan lebih dari 1 variabel bebas (X1, X2, X3,….. Xn),
namun masih menunjukan diagram hubungan yang linear (Hasan 2008)
dengan rumus sebagai berikut :
Y : a + b1X1 + b2X2 + b3X3+b4X4+…..+ bnXn + e
Dimana :
Y : produksi nilam per tahun (kg)
X1 : luas lahan per tahun (ha)
X2 : Produktivitas lahan per tahun (kg/ha)
X3 : curah hujan per tahun (mm/thn)
X4 : kelembaban per tahun (%)
a : Konstanta
b1, b2, b3 dan bn : Koefisien regresi
e : kesalahan pengganggu/standart error
Untuk melihat ada tidaknya pengaruh dari variabel X1, X2, X3, X4 secara
serempak terhadap Y maka dilakukan Uji-F sebagai berikut:
Jk ( reg ) / kF-hitung =
Jk (res ) / n-k-1
Dimana: Jk(reg) = jumlah kuadrat regresi
Jk(res) = jumlah kuadrat sisa
K = jumlah variabel bebas
n = jumlah sampel
31
Cara pengujian nilai F ini adalah dengan membandingkan nilai F-hitung
dengan F-tabel pada taraf tingkat kepercayaan 95%. Cara pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
F-hitung > F-tabel ( α, 0,05 ) …..Ho ditolak, H1 diterima, artinya secara
serempak variabel X berpengaruh nyata terhadap variabel Y.
F-hitung ≤ F-tabel ( α, 0,05 ) …..Ho diterima,H1ditolak, artinya secara
serempak variabel X tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y.
Kemudian untuk melihat pengaruh secara parsial dari X1,X 2,X3 terhadap Y
dilakukan Uji-t sebagai berikut:
bi
t-hitung =
Sbi
Kriteria pengujian :
t-hitung > t-tabel Ho ditolak,H1diterima, artinya secara parsial variabel X
berpengaruh nyata terhadap variabel Y.
t-hitung ≤ t-tabel Ho diterima,H1ditolak, artinya secara parsial variabel X
tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y.
2. Untuk mencapai tujuan Hipotesis poin 2 maka data yang dikumpulkan
adalah data Primer dengan menggunakan analisa finansial yaitu :
a. Tingkat keuntungan
π = TR – TC
Dimana : p = pendapatan;
TR= Total Revenue (total penerimaan);
TC= Total Cost (total biaya).
b. Tingkat kelayakan
NPV suatu proyek adalah selisih PV arus benefit dengan PV
arus biaya.
32
Rumus NPV dapat ditulis sebagai berikut:
NPV =
Dimana: NPV = nilai uang sekarang setelah
diinvestasikan dalam waktu tertentu;
Bt – Ct= pendapatan bersih dalam tahun t;
i = tingkat suku bunga yang berlaku ( 6,25%);
t = jangka waktu (tahun ke).
Kriteria: NPV > 0, maka proyek layak;
NPV < 0, maka proyek tidak layak.
IRR adalah tingkat rendemen atas investasi netto, yang
dirumuskan sebagai berikut:
IRR = i1 +
Dimana : IRR= tingkat pengembalian atas investasi atau
persentase keuntungan per tahun yang berhasil
didapat;
NPV1 = hasil perhitungan NPV positif mendekati nol;
NPV2 = hasil perhitungan NPV negatif mendekati nol;
i1, i2 = tingkat suku bunga yang berlaku (6,25 %).
Kriteria: IRR > i, maka proyek layak;
IRR < i, maka proyek tidak layak.
Netto Benefit-Cost Ratio atau Net B/C merupakan angka
perbandingan antara jumlah present value positif (sebagai
33
pembilang) dengan jumlah present value yang negatif (sebagai
penyebut), yang ditulis dengan rumus:
Net B/C =
Dimana : Bt = benefit sosial bruto proyek pada tahun t
Ct = biaya sosial bruto sehubungan dengan
proyek pada tahun t
n = umur ekonomis proyek
i = tingkat suku bunga yang berlaku (6,25%)
Kriteria : Net B/C > 1, maka proyek layak
3.5. Batasan Operasional
Untuk memperjelas maksud dalam penelitian ini dan menghindari
kesalahpahaman dalam menafsirkan hasil penelitian nantinya maka diberikan
beberapa batasan operasional sebagai berikut :
1. Produksi nilam adalah jumlah hasil yang di panen oleh petani nilam
selama 2 kali panen dalam 1 tahun
2. Curah hujan antara 2500-3000 mm/tahun dengan kelembapan diatas 75%
didaerah penelitian ini
3. Biaya adalah nilai nilai semua faktor produksi digunakan dalam usaha tani
nilam (Rp)
34
4. Biaya tetap adalah nilai barang-barang yang digunakan dalam proses
produksi yang dapat digunakan beberapa kalimisalnya tanah, mesin dan
lain-lain (Rp)
5. Biaya tidak tetap adalah nilai barang-barang yang digunakan dalam proses
produksi yang hanya bisa digunakan untuk sekali pakai atau barang-
barang yang habis digunakan dalam proses produksi, misalnya biaya
produksi yang dikeluarkan untuk membeli bibit, pestisida dan upah tenaga
kerja (Rp)
6. Penerimaan petani adalah total dari jumlah produksi nilam dikalikan
dengan harga yang di hitung dalam rupiah (Rp)
7. Keuntungan petani adalah penerimaan usaha tani setelah dikurangi semua
biaya sarana produksi (Rp)
8. Potensi lahan adalah sangat mendukung dalam penanaman nilam didaerah
tersebut dengan kondisi tanah yang cocok serta berada sekitar kawasan
hutan
9. Luas lahan yang diusahakan adalah ukuran luasan lahan yang dimiliki
responden untuk diusahakan dalam penelitian ini
10. Responden adalah masyarakat yang dijadikan sampel
11. Populasi adalah kumpulan dari individu (masyarakat) yang memiliki ciri-
ciri/karateristik yang sama dalam bertani nilam
12. Pendapatan petani adalah pendapatan yang diperoleh suatu keluarga petani
dari hasil pengarapan dan pencariaan tambahan
13. Hasil panen petani dijual kepada pedagang pengumpul dengan bentuk
kering.
35
DAFTAR PUSTAKA
Husodo, S., dkk., 2004. Pertanian Mandiri. Pandangan Strategis Para Pakar Untuk Kemajuan Pertanian Indonesia. Penebar swadaya, Jakarta.
Kasmir dan Jakfar, 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Jakarta.
Luthony, T.L. dan Y. Rahmayati, 2002. Produksi dan Perdagangan Minyak Asiri. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mangun, H.M.S., 2005. Nilam. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nazaruddin, 1993. Komoditi Ekspor Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta
Nuryani, Y., 2004. Karakteristik Minyak Nilam Hasil Fusi Protoplas Antara Nilam Aceh dan Nilam Jawa. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Buletin TRO XV No. 2, 2004.
Reijntjes, C., dkk.,1999. Pertanian Masa Depan. Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Kanisius, Yokyakarta.
Santoso, H.B., 1990. Nilam. Bahan Industri Wewangian. Kanisius, Yokyakarta.
Silitonga, C, dkk, 1995. Perkembangan Ekonomi Pertanian nasional 1969 - 1994. PERHEPI (Perhimpunan Ekonomi pertanian Indonesia). Jakarta
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Pers, Jakarta.
-------------, 2006. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Pers, Jakarta.
Sudaryani, T. dan E. Sugiharti, 1998. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suratman, 2002. Studi Kelayakan Proyek. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM Press, Yokyakarta.
Tohir, K.A., 1996. Usahatani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta.
Umar, H., 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Teknok Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Edisi 3. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
36
Christa, G.S., 2009. Analisis potensi pengolahan minyak dikabupaten pakpak bharat. Fakultas pertanian USU, Medan.
Hieronymus, B.S., 1990. Bertanam nilam. Kanisius, Yogyakarta
Wikipedia, 2008. Minyak nilam. http://id.wikipedia.org/WIKI/nilam. Akses 11 Desember 2008
37