bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4 -...
TRANSCRIPT
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pelaksanaan Tindakan
Pada bagian pelaksanaan tindakan, akan diuraikan empat subbab yaitu
kondisi awal, siklus 1, siklus 2 dan pembahasan antar siklus 1 dan siklus 2. Pada
kondisi awal, yang dibahas adalah kondisi di mana siswa belum diberi perlakuan
yakni guru belum menerapkan pendekatan discovery learning.
Selanjutnya pada subbab siklus 1 dan siklus 2 membahas tentang rencana
tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil tindakan dan refleksi. Pada subbab
pembahasan antar siklus 1 dan siklus 2, akan dibahas tentang perbandingan
pelaksanaan dan hasil dari siklus 1 dan siklus 2.
4.1.1.1. Pra Siklus
Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SD Negeri Gedangan 01 Kecamatan
Muncul Kabupaten Semarang pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Sebelum
dilaksanakannya penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi
saat pembelajaran IPA berlangsung, wawancara dengan guru kelas 5 terkait
dengan pembelajaran IPA dan dokumentasi awal untuk mendapatkan data hasil
belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ditemukan permasalahan yaitu
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang masih rendah. Hal yang
mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa yaitu metode yang digunakan guru
masih konvensional dan cenderung monoton sehingga siswa kurang berminat
dalam mengikuti pembelajaran.
Hasil belajar siswa yang masih rendah ditunjukkan pada perolehan hasil
belajar siswa yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPA yaitu ≥ 65. Data hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA yang diperoleh dari nilai hasil ulangan terakhir dapat
dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
40
Tabel 4. 1
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA
Siswa Kelas 5 SD Negeri Gedangan 01
Tahun Pelajaran 2015/2016
Kondisi Awal
No Rentang Nilai Frekuensi Presentase(%)
1 <45 2 7.4
2 45-54 5 18.5
3 55-64 7 25.9
4 65-74 8 29.6
5 75-84 5 18.6
Jumlah 27 100
Berdasarkan Tabel 4.1, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi,
presentase, perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah. Dalam
distribusi frekuensi nilai pada kondisi awal, perolehan nilai siswa dibagi ke dalam
5 rentang nilai. Pada rentang nilai <45 diperoleh oleh 2 siswa (7.4%). Kemudian
pada rentang 45-54, diperoleh oleh 5 anak (18.5%). Pada rentang 55-64, diperoleh
oleh 7 siswa (25.9%). Sedangkan pada rentang 65-74, juga diperoleh oleh 8 siswa
(29.6%). Selanjutnya, pada rentang 75-84, diperoleh oleh 5 anak dengan
presentase 18.6%. Pada kondisi awal, nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar
62.7 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40. Kondisi ini digambarkan
dalam Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Diagram Batang Hasil Perolehan Nilai Mata Pelajaran IPA
Siswa Kelas 5 SD Negeri Gedangan 01
Tahun Pelajaran 2015/2016
Kondisi Awal
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥65) maka dapat
dilakukan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas.
Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal dapat disajikan dalam
Tabel 4.2
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Presentase(%)
1 Tuntas ≥ 65 13 48.15
2 Belum Tuntas < 65 14 51.85
Jumlah 27 100
41
Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas
adalah 13 siswa atau mencapai 48.15%. Sedangkan untuk siswa yang belum
tuntas adalah 14 siswa atau mencapai 51.85%. Ketuntasan belajar disajikan dalam
Gambar 4.2.
Gambar 4.2
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas 5 SD Negeri Gedangan 01
Tahun Pelajaran 2015/2016
Kondisi Awal
Berdasarkan hasil belajar IPA yang masih rendah, maka peneliti merasa
perlu mengadakan perbaikan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan
discovery learning. Upaya perbaikan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
dan motivasi belajar pada mata pelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2.
4.1.1.2 Siklus 1
Pada subbab siklus 1, akan diuraikan tentang rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, hasil tindakan dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus 1
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung
selama dua kali 35 menit.
4.1.1.2.1. Rencana Tindakan
Subbab tahap rencana tindakan menjelaskan tentang perencanaan yang
dilakukan oleh peneliti bersama guru kolaborator (guru kelas 5). Perencanaan
tindakan ini dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan
pendekatan discovery learning.
41,15%
51,85% Tuntas
Belum Tuntas
42
a. Pertemuan Pertama
Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
pendekatan discovery learning. Penyusunan RPP didiskusikan dengan guru
kelas 5. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media yang akan digunakan
serta penentuan waktu penelitian. Diskusi ini dilakukan untuk kelancaran
penelitian dan penyesuaian dengan kalender akademik sekolah.
Berdasarkan RPP yang telah susun, materi pembelajaran yang akan
diajarkan pada pertemuan pertama adalah tentang pengertian dan pengaruh
gaya, gerak dan energi. Pada pertemuan pertama akan dibahas mengenai
pengertian dan pengaruh dari gaya gravitasi dan gaya gesek. Selanjutnya
peneliti menyiapkan perlengkapan pembelajaran yaitumedia yang kan
digunakan dalam pembelajaran yaitu kertas HVS, pena, balok kayu, papan
luncur, pasir, karton, kain ampelas, batu bata. Bahan-bahan tersebut akan
digunakan dalam kegiatan praktik sehingga siswa dapat menemukan sendiri
pengaruh dari gaya gravitasi dan gaya gesek.
Selain media pembelajaran, peneliti juga mempersiapkan perlengkapan
lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa serta
angket minat yang akan digunakan untuk mengukur minat siswa. Lembar
observasi kegiatan guru dan siswa digunakan untuk memeriksa keterlaksanaan
pendekatan discovery learning.
b. Pertemuan Kedua
Kegiatan perencanaan pada pertemuan kedua adalah tindak lanjut dari
pertemuan pertama, yang membedakan adalah materi yang dipelajari. Pada
pertemuan kedua materi yang dipelajari adalah tentang hubungan antara gaya,
gerak dan energi serta contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya
dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua peneliti bersama guru
kolaborator mendiskusikan tentang penyusunan RPP dengan menggunakan
43
pendekatan discovery learning. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media
yang akan digunakan serta penentuan waktu penelitian.
Selanjutnya peneliti menyiapkan perlengkapan pembelajaran yaitu
magnet batang, bennng kasur, pensil. Bahan-bahan tersebut akan digunakan
untuk kegiatan praktik siswa dalam mengenal gaya magnet serta fungsinya
dalam kehidupan sehari-hari.Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar
observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa serta lembar
angket. Lembar observasi kegiatan dan RPP yang telah divalidasi oleh
validator ahli kemudian diserahkan kepada guru observer, sedangkan angket
dibagikan ke siswa.
Peneliti juga menyusun soal evaluasi berupa soal pilihan ganda soal
dengan jumlah 30 soal yang akan diberikan pada siswa pada akhir siklus atau
pertemuan kedua. Soal evaluasi disusun berdasarkan materi yang sudah
dipelajari siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua.
4.1.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan
Subbab pelaksanaan tindakan mendeskripsikan tentang rincian proses
pelaksanaan tindakan dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup. Rincian
pelaksanan tindakan siklus 1 sebagai berikut:
a. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 pertemuan pertama dilaksanakan
pada tanggal 30 April 2006 oleh guru kelas 5. Peneliti berlaku sebagai observer
untuk mengamati kegiatan guru dan siswa. Kegiatan pembelajaran terdiri dari
empat kegiatan yaitu kegiatan pra pembelajaran, pendahuluan, inti dan
penutup. Kegiatan pra pembelajaran yaitu dimulai dengan guru menyiapkan
ruang, alat dan media pembelajaran. Siswa menyiapkan alat tulisnya. Setelah
itu guru mengatur siswa menempati tempat duduknya masing-masing.
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan mengucapkan salam pada siswa,
kemudian guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa dan dilanjutkan
dengan melakukan presensi atau memeriksa kehadiran siswa. Guru memeriksa
kesiapan belajar siswa dengan bertanya pada siswa dan kembali memeriksa
44
perlengkapan belajar siswa. Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi pada
siswa dengan bertanya pada siswa, “Apa yang dimaksud dengan gaya?”. Siswa
diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan guru. Setelah menyampaikan
apersepsi, guru menjelaskan tentang kegiatan.
Guru menjelaskan bahwa hari ini akan mempelajari tentang gaya gesek
dan gaya gravitasi serta siswa akan melakukan kegiatan praktik. Guru juga
menyampaikan bahwa siswa akan belajar dalam kelompok. Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru. Dalam kegiatan inti, pada tahap 1
(Stimulation), guru memberikan gambaran umum tentang materi/topik yang
akan dipelajari tentang pengertian dan pengaruh dari gaya gesek dan gaya
gravitasi. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Selanjutnya guru
membagi siswa dalam kelompok, guru membagi kelompok secara heterogen di
man kemampuan siswa dibagi rata dan tidak dikumpulkan dalam stu
kelompok. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa yang lemah dalam belajar.
Siswa di dalam kelas dibagi menjadi tujuh kelompok, karena jumlah siswa
kelas 5 ada 27 maka ada 4 kelompok berisi 4 siswa sedangkan 3 kelompok
berisi 5 siswa.
Pada tahap 2 (Problem Statement), guru membagikan alat dan bahan
yang akan digunakan dalam kegiatan kelompok. Guru juga membagikan
lembar kerja kelompok pada masing-masing kelompok. Guru membagikan alat
dan bahan (karton, pensil, kotak korek api, gunting) yang akan digunakan
dalam kegiatan praktik pada masing-masing kelompok
Selanjutnya, pada tahap 3 (Data Collection) guru meminta siswa
melakukan kegiatan praktik. Guru membimbing siswa serta memberi arahan
terhadap langkah-langkah dalam kegiatan praktik pada kelompok yang
mengalami kesulitan Sebelum siswa melakukan praktikum, guru
mendemonstrasikan terlebih dahulu kegiatan yang dilakukan
Sediakan karton tebal, dua pensil, dua kotak korek api, dan gunting!
Tusukkan pensil menembus sisi kotak korek api pertama di dekat
ujung!
Buat empat roda dari karton!
45
Pasanglah dua roda pada pensil dengan mencoblosnya masing-masing
pada poros roda!
Tusukkan pensil yang satu pada kotak korek api kedua seperti cara
nomor 2!
Pasangkan dua roda lainnya pada pensil dengan mencoblosnya masing-
masing pada tepi roda!
Dorong masing-masing kotak agar dapat berjalan!
Bagaimana jalan kotak yang rodanya dicoblos pada porosnya?
Bagaimana jalan kotak yang rodanya dicoblos pada tepi roda?
Manakah yang lebih nyaman jalannya?
Tuliskan laporan dan kesimpulan dari kegiatan tersebut!
Pada tahap 4 yakni Data Processing & Verification, setelah kegiatan
praktik selessai dilakukan, maka siswa mendiskusikan hasil dari kegiatan
praktik serta menjawab pertanyaan pada lembar kerja yang telah dibagikan
oleh guru. Verification siswa melakukan pemeriksaan secara cermat setelah
melakukan diskusi hasil kerja kelompok yang telah dilakukan secara bersama
sama. Guru membimbing setiap kelompok dalam melakukan dikusi,
mengarahkan siswa untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dalam kegiatan
praktik. Selanjutnya setiap kelompok menyiapkan laporan, serta membuat
kesimpulan dari kegiatan praktik yang telah dilakukan. Setelah masing-masing
kelompok telah selesai melakukan tugasnya, maka guru menyiapkan siswa
dalam kegiatan presentasi. Guru membimbing siswa dalam kegiatan presentasi,
guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk menunjukkan laporan
yang telah dibuat.
Pada tahap 5 (Generalization), guru memimbing siswa untuk
melakukan kegiatan diskusi bersama untuk membahas kegiatan yang telah
dilakukan. Guru memberikan penjelasan terhadap materi yang dirasa kurang
jelas bagi siswa.
Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang
yang telah dipelajari hari ini. Setelah itu guru memberikan tindak lanjut berupa
46
tugas kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru mengakhiri
pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
b. Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 pertemuan kedua dilaksanakan pada
tanggal 2 Mei 2016 dan dilaksanakan sama seperti pada pertemuan sebelumnya
yakni pembelajaran dilakukan oleh guru kelas 5. Peneliti selaku observer
mengamati kegiatan guru. Kegiatan pembelajaran terdiri dari empat kegiatan
yaitu kegiatan pra pembelajaran, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Kegiatan pra pembelajaran diawali dengan guru menyiapkan
ruang, alat dan media pembelajaran. Siswa menyiapkan perlengakapan
pembelajaran. Setelah itu guru mengatur siswa untuk menempati tempat
duduknya masing-masing.
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam
kepada siswa, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa.
Dilanjutkan dengan guru melakukan presensi untuk memeriksa kehadiran
siswa. Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi pada siswa dengan bertanya
pada siswa, “Apakah gaya dapat memberikan pengaruh? Apa saja pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-hari?”. Siswa diberi kesempatan untuk menjawab
pertanyaan guru. Setelah menyampaikan apersepsi, guru menjelaskan tentang
kegiatan dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.
Guru menjelaskan bahwa hari ini akan mempelajari tentang gaya
magnet serta pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, guru juga
menginformasikan bahwa siswa akan melakukan kegiatan praktik. Guru
menyampaikan bahwa siswa akan belajar dalam kelompok. Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru. Dalam kegiatan inti, pada tahap 1
(Stimulation), guru memberikan gambaran umum tentang materi/topik yang
akan dipelajari tentang fungsi dari gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari.
Guru menjelaskan mengenai kegiatan kelompok yang akan dilakukan yakni di
dalam kelompok siswa akan melakukan kegiatan praktik, diskusi dan membuat
laporan untuk memahami gaya gravitasi dan gaya gesek. Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru. Selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok, guru
47
membagi kelompok secara heterogen di mana kemampuan siswa dibagi rata
dan tidak dikumpulkan dalam satu kelompok. Hal ini bertujuan untuk
membantu siswa yang lemah dalam belajar. Siswa di dalam kelas dibagi
menjadi tujuh kelompok, karena jumlah siswa kelas 5 ada 27 maka ada 4
kelompok berisi 4 siswa sedangkan 3 kelompok berisi 5 siswa.
Pada tahap 2 (Problem Statement), guru membagikan alat dan bahan
yang akan digunakan dalam kegiatan kelompok. Guru juga membagikan
lembar kerja kelompok pada masing-masing kelompok. Guru membagikan alat
dan bahan (karton, pensil, kotak korek api, gunting) yang akan digunakan
dalam kegiatan praktik pada masing-masing kelompok.
1. Balok kayu (kereta dari balok kayu)(1)
2. Papan luncur (1)
3. Karton(1)
4. Kain(1)
5. Ampelas(1)
6. Batu bata(1)
Selanjutnya, pada tahap 3 (Data Collection) guru membimbing siswa
dalam kegiatan praktik. Guru membimbing siswa serta memberi arahan
terhadap langkah-langkah dalam kegiatan praktik pada kelompok yang
mengalami kesulitan
sekarang kita akan melakukan percobaan tentang gaya gesek ,gravitasi
langkahnya adalah sediakan (kertas HVS, pena, balok kayu, papan luncur,
, karton, kain ampelas, batu bata)
Kemudian duduklah bersama anggota kelompok, kemudian dengarkan
penjelasan yang akan disampaikan oleh guru
Pada tahap 4 yakni Data Processing & Verification, setelah kegiatan
praktik selessai dilakukan, maka siswa mendiskusikan hasil dari kegiatan
praktik serta menjawab pertanyaan pada lembar kerja yang telah dibagikan
oleh guru. Verification siswa melakukan pemeriksaan secara cermat setelah
48
melakukan diskusi hasil kerja kelompok yang telah dilakukan secara bersama
sama. Guru membimbing setiap kelompok dalam melakukan dan mengarahkan
siswa untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dalam kegiatan praktik.
Selanjutnya guru membimbing setiap kelompok dalam menyiapkan laporan
dengan meminta setiap siswa untuk menuliskan jawaban dari pertanyaan yang
terdapat dalam lembar kerja kelompok, serta membuat kesimpulan dari
kegiatan praktik yang telah dilakukan.
Setelah masing-masing kelompok telah selesai melakukan tugasnya,
maka guru menyiapkan siswa dalam kegiatan presentasi. Guru membimbing
siswa dalam kegiatan presentasi, guru meminta perwakilan dari setiap
kelompok untuk menunjukkan laporan yang telah dibuat.
Pada tahap 5 (Generalization), guru memimbing siswa untuk
melakukan kegiatan diskusi bersama untuk membahas kegiatan yang telah
dilakukan. Selanjtunya siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
Guru memberikan penjelasan terhadap materi yang dirasa kurang jelas bagi
siswa. Setelah itu, guru bersama siswa melaksanakan kegiatan refleksi. Guru
bertanya kepada siswa tentang apa saja pengalaman yang didapat selama
pembelajaran. Guru juga menanyakan tentang kendala atau kesulitan yang
dihadapi siswa. Beberapa siswa ditunjuk untuk menceritakan pengalaman yang
didapat serta kendala atau kesulitan yang dihadapi.
Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang
yang telah dipelajari hari ini. Setelah itu guru memberikan tindak lanjut berupa
tugas kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru mengakhiri
pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
4.1.1.2.3.Hasil Tindakan
Pada subbab ini, akan diuraikan tentang hasil tindakan pada siklus 1. Hasil
tindakan menguraikan hasil analisis data dari lembar observasi kegiatan guru dan
kegiatan siswa sesuai dengan pendekatan discovery learning serta minat siswa dan
hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai soal evaluasi yang diberikan pada
pertemuan kedua.
a. Hasil Analisis Lembar Observasi
49
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan
pendekatan discovery learning. Pada pertemuan pertama, observasi
dilakukan oleh peneliti sendiri mengisi lembar observasi kegiatan guru dan
kegiatan siswa sesuai dengan pendekatan discovery learning.
Hasil dari analisis lembar observasi terhadap kegiatan guru dan
siswa sesuai dengan pendekatan discovery learning secara rinci disajikan
dalam tabel 4.3 dan 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 1 Pertemuan Pertama
No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 5 2
3 Kegiatan Inti 15 11 4
4 Kegiatan Penutup 3 2 1
Jumlah 27 20 7
Berdasarkan Tabel 4.3 tentang hasil observasi kegiatan guru
pertemuan pertama, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator
kegiatan pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan
oleh guru. Dari keseluruhan 27 butir pengamatan, 20 butir pengamatan
sudah terlaksana dan terdapat 7 butir pengamatan yang tidak terlaksana.
Hasil dari pengamatan kegiatan guru secara umum pembelajaran
sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pendekatan
discovery learning. Namun masih terdapat beberapa kegiatan guru yang
tidak terlaksana sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pada pertemuan pertama.
Kegiatan guru yang belum dilakukan antara lain terdapat dalam
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan
pendahuluan, terdapat dua kegiatan yang tidak dilakukan guru yaitu guru
tidak menyampaikan motivasi belajar kepada siswa, dan guru tidak
menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru tidak
menjelaskan tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan siswa di dalam
kelompok. Guru tidak menunjukkan langkah-langkah dari kegiatan praktik.
50
Guru tidak membimbing siswa dalam menyiapkan laporan, serta siswa tidak
diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
Pada kegiatan penutup, guru tidak menyampaikan rencana
pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan
guru, terdapat beberapa catatan yang dituliskan oleh observer. Pada tahap 2
(Problem Statement), langkah-langkah kegiatan praktik belum dijelaskan
sehingga hampir keseluruhan kelompok mengalami kesulitan dalam
kegiatan praktik. Kemudian pada tahap 4 (Data Processing & Verification),
guru hanya meminta siswa untuk menuliskan laporan akhir. Pada tahap ini,
guru belum memberikan bimbingan yang baik kepada siswa, sehingga
beberapa siswa terlihat kesulitan dalam menuliskan laporan akhir.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1 Pertemuan Pertama
No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 5 2
3 Kegiatan Inti 15 11 4
4 Kegiatan Penutup 3 2 1
Jumlah 27 20 7
Berdasarkan Tabel 4.4 tentang hasil observasi kegiatan siswa
pertemuan pertama, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator
kegiatan pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan
oleh siswa. Dari keseluruhan 27 butir pengamatan, 20 butir pengamatan
sudah terlaksana dan terdapat 7 butir pengamatan yang tidak terlaksana.
Hasil dari pengamatan kegiatan siswa secara umum pembelajaran
sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan pendekatan discovery learning.
Namun masih terdapat beberapa kegiatan siswa yang tidak terlaksana sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada pertemuan pertama.
Kegiatan siswa yang belum dilakukan antara lain adalah pada kegiatan
pendahuluan yaitu siswa tidak disampaikan atau mendapat motivasi belajar
dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, siswa tidak dijelaskan langkah-
langkah dari kegiatan praktik. Siswa bersama guru tidak melakukan refleksi
51
pembelajaran. Pada kegiatan penutup, siswa tidak menyampaikan rencana
pembelajaran selanjutnya.
Pada tahap 3 (Data Collection), siswa mengalami kesulitan dalam
kegiatan praktik. Pada tahap 4 (Data Processing & Verification), beberapa
siswa tidak mengerjakan tugas kelompok. Dalam tahap 4 (Data Processing
& Verification), siswa belum mendapat bimbingan dari guru sehingga
terlihat kesulitan.
Pada tahap 5 (Generalization), beberapa siswa terlihat sibuk sendiri
atau bercanda dengan teman sehingga kurang memperhatikan presentasi
kelompok. Selain itu, siswa juga belum terlibat aktif dalam menanggapi
presentasi kelompok ketika diberikan kesempatan oleh guru disetiap akhir
presentasi kelompok.
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, observasi masih dilakukan oleh peneliti
dengan mengisi lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa sesuai
dengan pendekatan discovery learning. Kegiatan observasi bertujuan untuk
memeriksa keterlaksanaan model pembelajaran. Hasil dari analisis lembar
observasi terhadap kegiatan guru dan siswa sesuai dengan pendekatan
discovery learning secara rinci disajikan dalam Tabel 4.5 dan 4.6 sebagi
berikut:
Tabel 4.5
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 1 Pertemuan Kedua
No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 6 1
3 Kegiatan Inti 15 13 2
4 Kegiatan Penutup 3 2 1
Jumlah 27 22 5
Berdasarkan Tabel 4.5 tentang hasil observasi kegiatan guru
pertemuan kedua, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator kegiatan
52
pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan oleh guru.
Dari keseluruhan 27 butir pengamatan, 22 butir pengamatan sudah
terlaksana dan terdapat 5 butir pengamatan yang tidak terlaksana. Hasil dari
pengamatan kegiatan guru secara umum pembelajaran sudah terlaksana
dengan baik sesuai dengan pendekatan discovery learning. Namun masih
terdapat beberapa kegiatan guru yang tidak terlaksana sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada pertemuan kedua.
Beberapa kegiatan guru yang belum terlaksana antara lain adalah
pada kegiatan pendahuluan yaitu guru tidak menyampaikan motivasi pada
siswa. Pada kegiatan penutup, guru tidak menyampaikan rencana
pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan
guru, terdapat beberapa catatan yang dituliskan oleh observer. Pada tahap 2
(Problem Statement), dalam menunjukkan langkah-langkah kegiatan
praktik, guru masih terlalu cepat dan kurang berinteraksi dengan siswa.
Dalam tahap 3 (Data Collection), guru sudah membimbing namun beberapa
siswa masih ada yang kesulitan dalam kegiatan praktik.
Tabel 4.6
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1 Pertemuan Kedua
No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 6 1
3 Kegiatan Inti 15 13 2
4 Kegiatan Penutup 3 2 1
Jumlah 27 22 5
Berdasarkan Tabel 4.6 tentang hasil observasi kegiatan siswa
pertemuan kedua, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator kegiatan
pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan oleh siswa.
Dari keseluruhan 27 butir pengamatan, 22 butir pengamatan sudah
terlaksana dan terdapat 5 butir pengamatan yang tidak terlaksana.
Hasil dari pengamatan kegiatan siswa secara umum pembelajaran
sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan pendekatan discovery learning.
Namun masih terdapat beberapa kegiatan guru yang tidak terlaksana sesuai
53
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada pertemuan kedua.
Beberapa kegiatan siswa yang belum terlaksana antara lain adalah pada
kegiatan pendahuluan yaitu siswa tidak diberikan motivasi. Pada kegiatan
penutup, siswa tidak disampaikan tentang rencana pembelajaran
selanjutnya. Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan siswa, terdapat
beberapa catatan yang dituliskan oleh observer. Pada tahap 2 (Problem
Statement), beberapa kelompok masih mengalami kesulitan dalam
mempersiapkan kegiatan praktik. Dalam tahap 3 (Data Collection), masih
ada beberapa siswa yang belum terlibat aktif dalam kegiatan kelompok.
Pada tahap 4 (Data Processing & Verification), beberapa siswa tidak
mengerjakan tugas kelompok. Pada tahap 5 (Generalization), beberapa
siswa terlihat sibuk sendiri atau bercanda dengan teman sehingga kurang
memperhatikan presentasi kelompok.
b. Hasil Analisis Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh dari nilai soal evaluasi yang
dikerjakan siswa pada pertemuan kedua. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda
yang terdiri dari 20 butir soal. Nilai siswa diperoleh dengan menghitung skor
yang diperoleh kemudian mengubahnya menjadi nilai akhir. Hasil dari analisis
hasil belajar siswa secara rinci disajikan dalam Tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Gedangan 01
Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 1
No Interval Nilai Siklus I
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 45 -54 1 3.7
2 55 – 64 4 14.8
3 65 – 74 8 29.6
4 75 – 84 9 33.3
5 85 – 94 5 18.6
Total 27 100%
54
Berdasarkan Tabel 4.7, maka dapat dikaji tentang rentang nilai,
frekuensi, presentase dan juga perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga
nilai terendah. Dalam distribusi frekuensi nilai pada siklus 1, perolehan nilai
siswa dibagi ke dalam 5 rentang nilai.
Terdapat 1 siswa (3.7%) yang memperoleh nilai pada rentang 45-54,
pada rentang 55-64 diperoleh oleh 4 siswa (14.8%). Selanjutnya terdapat 8
siswa (29.6%) yang memperoleh nilai pada rentang 65-74. Pada rentang nilai
75-84 diperoleh oleh 9 siswa (633.3%) dan 5 siswa (18.6%) yang memperoleh
nilai pada rentang 85-94. Pada siklus 1, nilai rata-rata yang diperoleh adalah
sebesar 73.25 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 45. Berdasarkan tabel
nilai mata pelajaran IPA pada siklus 1 maka dapat digambarkan dalam diagram
Tabel pada Gambar 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Gedangan 01
Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 1
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM, ≥65) maka dapat
dialakukan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum
tuntas. Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat disajikan
dalam Tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8
Analasis Ketuntasan Belajar Siklus 1
No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Presentase (%)
1 Tuntas ≥ 65 22 81.48
1
4
8
9
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
45-54 55-64 65-74 75-84 85-94
Ju
mla
h S
isw
a
Rentang Nilai
55
2 Belum Tuntas <65 5 18.52
Jumlah 27 100
Berdasarkan Tabel 4.8 analisis ketuntasan belajar siklus 1, maka dapat
dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas adalah 22 siswa atau mencapai
81.48%. Sedangkan untuk siswa yang belum tuntas adalah 5 siswa atau
mencapai 18.52%. Ketuntasan belajar disajikan dalam diagram lingkaran pada
Gambar 4.4 sebagai berikut:
Gambar 4.4
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri Gedangan 01 Tahun
Pelajaran 2015/2016 Siklus 1
4.1.1.2.4. Refleksi Siklus 1
Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran siklus 1 dari pertemuan pertama
dan kedua, maka selanjutnya diadakan refleksi atas tindakan setelah dilakukannya
kegiatan pembelajaran siklus 1 dari pertemuan pertama dan kedua, maka
selanjutnya diadakan refleksi atas tindakan pembelajaran di siklus 1. Refleksi
digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan
selama proses pembelajaran dengan indikator aktivitas yang telah
ditetapkan.Melalui kegiatan refleksi, dapat diketahui manfaat bagi guru dan siswa,
kelebihan dan kekurangan dari tindakan menggunakan pendekatan discovery
learning. Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi yang dilakukan oleh
peneliti, guru kolabolator, guru observer dan beberapa siswa kelas 5.
81,48%
18,52%
Tuntas
Belum Tuntas
56
Dari diskusi yang dilakukan, dapat diketahui manfaat dari pelaksanaan
pembelajaran bagi guru dan siswa. Guru dapat memperoleh pengalaman dan
wawasan baru dalam pembelajaran, khususnya terhadap pendekatan
pembelajaran. Guru dapat memilih pendekatan yang tepat dalam pembelajaran
IPA seperti pendekatan discovery. Pendekatan discovery learning membimbing
siswa dalam menemukan konsep materi melalui berbagai kegiatan seperti
kegiatan praktikum.
Selain itu, guru juga merasa dapat memberikan kesempatan bagi siswa
untuk aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan kelompok dan praktik, sehingga
siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru tidak lagi berperan secara
dominan dalam pembelajaran, namun guru berperan sebagai fasilitator untuk
membimbing siswa dan membantu siswa jika kesulitan dalam mengerjakan
penemuan. Sedangkan bagi siswa, siswa merasa tertarik dengan materi yang
dipelajari dengan adanya kegiatan praktik. Selain itu, siswa juga mendapat
pengalaman belajar baru melalui kegiatan kelompok yang membuat siswa aktif
dalam pembelajaran dan juga belajar melakukan penemuan sederhana.
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) pada pelaksanaan tindakan siklus 1 terdapat 22
siswa yang tuntas atau ketuntasan klasikal mencapai 81.48%. Artinya hasil dari
tindakan belum memenuhi indikator keberhasilan yang peneliti tentukan sebesar
85%. Berdasarkan hasil analisis, masih terdapat 5 (18.52%) siswa yang
memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65). Rata-rata
hasil belajar yang dicapai sudah mengalami peningkatan dari kondisi awal yaitu
62.7 menjadi 73.25 setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 1.
Hasil analisis terhadap minat belajar siswa pada siklus I dalam pembelajaran
IPA dengan pendekatan discovery learning mendapat hasil yang memuaskan
yakni dengan perolehan presentase sebesar 83,33%, nilai tersebut berada dalam
kategori baik.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada pertemuan
pertama dan kedua, dapat dianalisis bahwa terdapat beberapa langkah
pembelajaran yang belum dilakukan oleh guru dan siswa. Namun secara umum
57
pembelajaran sudah berjalan baik sesuai dengan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pada pertemuan pertama, beberapa kegiatan guru yang belum terlaksana
antara lain adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu guru tidak menyampaikan
motivasi belajar dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru tidak
menjelaskan tentang langkah-langkah kegiatan praktik, guru tidak melalkukan
kegiatan membimbing siswa dalam menyiapkan laporan akhir dan guru juga tidak
melakukan refleksi pembelajaran. Pada kegiatan penutup, guru tidak
menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
Pada pertemuan kedua, guru melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik
dari beberapa kegiatan yang tidak dilakukan pada pertemuan pertama sudah
tampak dilakukan pada pertemuan kedua. Kegiatan guru yang belum terlaksana
antara lain adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu guru tidak memberikan
motivasi pada siswa. Pada kegiatan penutup, guru tidak menyampaikan rencana
pembelajaran selanjutnya.
Kegiatan siswa dalam pembelajaran sangat dipengaruhi dengan
keterlaksanaan kegiatan guru. Pada pertemuan pertama, kegiatan siswa yang
belum terlaksana adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu siswa tidak
disampaikan motivasi belajar dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, siswa
tidak dijelaskan langkah-langkah kegiatan praktik dan siswa bersama guru tidak
melakukan refleksi pembelajaran. Pada kegiatan penutup, siswa tidak
disampaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
Pada pertemuan kedua, kegiatan guru mengalami peningkatan yang
tentunya berpengaruh pada kegiatan siswa. Kegiatan siswa yang belum terlihat
antara lain adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu siswa tidak diberikan
motivasi. Pada kegiatan penutup, siswa tidak disampaikan tentang rencana
pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan hasil tindakan pada pelaksanaan siklus 1 dapat diketahui
beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penerapan pendekatan discovery
learning. Kelebihan akan dipertahankan untuk pelaksanaan siklus 2, sedangkan
58
kekurangan akan diperbaiki untuk pelaksanaan siklus 2. Kelebihan dan
kekurangan tersebut diantaranya:
a. Kelebihan
1. Secara umum pembelajaran sudah terlaksana dengan baik karena sesuai
dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran yaitu terlihat pada kegiatan
siswa dalam diskusi kelompok.
3. Kegiatan kelompok membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar, adanya peran tutor sebaya dapat memudahkan siswa untuk bertanya
dan mengemukakan pendapat.
4. Siswa dapat belajar secara mandiri melalui kegiatan penemuan yang
dikemas dalam kegiatan praktik sehingga siswa dapat menemukan konsep
dengan cara mereka sendiri.
5. Melalui kegiatan praktik, siswa belajar untuk melakukan penyelidikan atau
penelitian sederhana.
6. Peran guru yang semula sangat dominan dengan menggunakan ceramah dan
tanya jawab, kini guru mulai tidak mendominasi pelajaran dengan berperan
sebagai fasilitator bagi siswa dengan membimbing siswa dan membantu
siswa jika merasa kesulitan.
7. Kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang
ditentukan.
b. Kekurangan
1. Penerapan pendekatan discovery learning belum terbiasa dilakukan oleh
guru dan siswa. Pada pertemuan pertama beberapa langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang terlewatkan oleh guru.
2. Penyampaian materi yang dilakukan oleh guru masih terkesan
mendominasi.
59
3. Beberapa siswa belum bekerjasama dengan baik saat mengerjakan tugas
kelompok dan saat presentasi kelompok, ada beberapa siswa yang justru
bermain atau bergurau dengan temannya dan siswa juga belum aktif
bertanya atau menganggapi presentasi kelompok.
4. Guru kurang melakukan bimbingan pada siswa pada beberapa kegiatan,
yaitu pada kegiatan diskusi dan kegiatan praktik.
5. Terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan oleh guru.
Berdasarkan kekurangan yang ditemukan pada siklus 1, maka peneliti
menganalisis dan berkonsultasi dengan guru kolaborator untuk menyusun
rencana perbaikan perbaikan yang akan diterapkan pada siklus 1. Rencana
perbaikan pada Siklus 2 adalah sebagai berikut:
1. Peneliti dan guru kolaborator melakukan diskusi sebelum melaksanakan
pembelajaran mengenai langkah-langkah pendekatan discovery learning
sehingga dalam pelaksanaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
rencana yang telah disusun.
2. Perlu adanya interaksi dengan siswa seperti tanya jawab dalam kegiatan
penyampaian materi sehingga dapat sekaligus mengukur pemahaman siswa.
3. Guru kolaborator harus lebih memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat
bekerja kelompok dengan baik dan aktif bertanya atau menanggapi presentasi
kelompok. Guru juga dapat mengingatkan secara halus kepada siswa yang
masih bermain atau bercanda saat pembelajaran berlangsung.
4. Guru kolaborator lebih memberikan bimbingan kepada siswa terutama dalam
beberapa kegiatan yaitu pada kegiatan siswa praktik, menyusun rencana
penelitian dan menuliskan laporan akhir.
5. Guru kolaborator lebih memahami tentang langkah-langkah pembelajaran
sehingga semua kegiatan dapat terlaksana dengan baik.
4.1.1.3. Siklus 2
Pada subbabsiklus 1, akan diuraikan tentang rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, hasil tindakan dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada Siklus 2
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung
selama dua kali 35 menit.
60
4.1.1.3.1. Rencana Tindakan
Subbab tahap rencana tindakan menjelaskan tentang perencanaan yang
dilakukan oleh peneliti bersama guru kolaborator (guru kelas 5) sebelum
pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan pendekatan discovery learning.
Tahapan perencanaan tindakan Siklus 2 merupakan upaya perbaikan pelaksanaan
pembelajaran siklus 1.
a. Pertemuan Pertama
Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
pendekatan discovery learning. Penyusunan RPP didiskusikan guru kelas 5 dan
sebagai guru kolaborator. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media yang
akan digunakan serta penentuan waktu penelitian.
Berdasarkan RPP yang telah susun, materi pembelajaran yang akan
diajarkan pada pertemuan pertama adalah tentang pesawat sederhana. Pada
pertemuan ini, materi yang dibahas adalah pengertian dan jenis-jenis dari
pesawat sederhana yakni tuas dan bidang miring. Selanjutnya peneliti
menyiapkan perlengkapan pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan
praktik seperti kaleng biskuit, sendok alumunium, balok kayu, benang, papan,
batu bata. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar observasi kegiatan
guru dan lembar observasi kegiatan siswa, lembar angket minat sesuai dengan
pendekatan discovery learning.
b. Pertemuan Kedua
Kegiatan perencanaan pada pertemuan kedua adalah tindak lanjut dari
pertemuan pertama, yang membedakan adalah materi yang dipelajari. Pada
pertemuan kedua materi yang dipelajari adalah tentang kegunaan dari pesawat
sederhana jenis katrol dan tuas dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya
dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua peneliti bersama guru
kolaborator mendiskusikan tentang penyusunan RPP dengan menggunakan
61
pendekatan discovery learning. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media
yang akan digunakan serta penentuan waktu penelitian.Selanjutnya peneliti
menyiapkan perlengkapan pembelajaran alat dan bahan yang akan digunakan
dalam kegiatan praktik seperti karton, pensil, kotak korek api, gunting. Selain
itu peneliti juga mempersiapkan lembar observasi kegiatan guru dan lembar
observasi kegiatan siswa, lembar angket minat sesuai dengan pendekatan
discovery learning.
Peneliti juga menyusun soal evaluasi berupa soal pilihan ganda soal
yang akan diteskan pada siswa pada akhir siklus atau pertemuan kedua. Soal
evaluasi disusun berdasarkan materi yang sudah dipelajari siswa pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua.
4.1.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan
Subbab pelaksanaan tindakan mendeskripsikan tentang rincian proses
pelaksanaan tindakan dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup. Rincian
pelaksaan tindakan Siklus 2 sebagai berikut:
a. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 pertemuan kedua dilaksanakan pada
tanggal 4 Mei 2016 dan dilaksanakan sama seperti pada pertemuan sebelumnya
yakni pembelajaran dilakukan oleh guru kelas 5. Peneliti selaku observer
mengamati kegiatan guru dan siswa. Kegiatan pembelajaran terdiri dari empat
kegiatan yaitu kegiatan pra pembelajaran, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup. Kegiatan pra pembelajaran diawali dengan guru
menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran. Siswa menyiapkan
perlengakapan pembelajaran. Setelah itu guru mengatur siswa untuk
menempati tempat duduknya masing-masing.
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam
kepada siswa, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa.
Dilanjutkan dengan guru melakukan presensi untuk memeriksa kehadiran
siswa. Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi pada siswa dengan bertanya
pada siswa, “Taukah kalian apa yang dimaksud dengan pesawat?”. Siswa diberi
62
kesempatan untuk menjawab pertanyaan guru. Setelah menyampaikan
apersepsi, guru menjelaskan tentang kegiatan dan tujuan pembelajaran yang
akan dilakukan. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan mengajak
siswa untuk melakukan yel-yel.
Guru menjelaskan bahwa hari ini akan mempelajari tentang pengertian
dari pesawat sederhana, serta mengenal jenis-jenis dari pesawat sederhana.
Selanjutnya, guru menginformasikan bahwa siswa akan melakukan kegiatan
praktik. Guru juga menyampaikan bahwa siswa akan belajar dalam kelompok.
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.
Dalam kegiatan inti, pada tahap 1 (Stimulation), guru memberikan
gambaran umum tentang materi/topik yang akan dipelajari tentang pengertian
dan jenis-jenis dari pesawat sederhana. Untuk mengecek pemahaman siswa,
guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dengan menunjuk acak
beberapa siswa.
Selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok, guru membagi
kelompok secara heterogen di mana kemampuan siswa dibagi rata dan tidak
dikumpulkan dalam satu kelompok. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa
yang lemah dalam belajar. Siswa di dalam kelas dibagi menjadi tujuh
kelompok, karena jumlah siswa kelas 5 ada 27 maka ada 4 kelompok berisi 4
siswa sedangkan 3 kelompok berisi 5 siswa. Guru menjelaskan mengenai
kegiatan kelompok yang akan dilakukan yakni di dalam kelompok siswa akan
melakukan kegiatan praktik, diskusi dan membuat laporan untuk memahami
kegunaan tuas dan bidang miring. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.
Pada tahap 2 (Problem Statement), guru membagikan alat dan bahan
yang akan digunakan dalam kegiatan kelompok yakni kaleng biskuit, sendok
alumunium, balok kayu, benang, papan, batu bata. Kemudian guru menjelaskan
tugas yang akan dilakukan dalam kegiatan praktik bersama dengan anggota
kelompoknya, yakni siswa akan melakukan percobaan untuk menjelaskan tuas
dan bidang miring. Guru juga membagikan lembar kerja kelompok pada
masing-masing kelompok. Sebelum siswa melakukan kegiatan praktik, guru
mendemonstrasikan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan.
63
Selanjutnya, pada tahap 3 (Data Collection) guru meminta dan
membimbing siswa dalam kegiatan praktik. Guru membimbing siswa serta
memberi arahan terhadap langkah-langkah dalam kegiatan praktik pada
kelompok yang mengalami kesulitan
Pada tahap 4 yakni Data Processing & Verification, setelah kegiatan
praktik selesai dilakukan, maka siswa mendiskusikan hasil dari kegiatan
praktik serta menjawab pertanyaan pada lembar kerja yang telah dibagikan
oleh guru. Guru membimbing setiap kelompok dalam melakukan dikusi,
mengarahkan siswa untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dalam kegiatan
praktik. Selanjutnya guru membimbing setiap kelompok dalam menyiapkan
laporan dengan meminta setiap siswa untuk menuliskan jawaban dari
pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja kelompok, serta membuat
kesimpulan dari kegiatan praktik yang telah dilakukan.
Setelah masing-masing kelompok telah selesai melakukan tugasnya,
maka guru menyiapkan siswa dalam kegiatan presentasi. Guru membimbing
siswa dalam kegiatan presentasi, guru meminta perwakilan dari setiap
kelompok untuk menunjukkan laporan yang telah dibuat.
Pada tahap 5 (Generalization), guru memimbing siswa untuk
melakukan kegiatan diskusi bersama untuk membahas kegiatan yang telah
dilakukan. Selanjtunya siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
Guru memberikan penjelasan terhadap materi yang dirasa kurang jelas bagi
siswa. Setelah itu, guru bersama siswa melaksanakan kegiatan refleksi. Guru
bertanya kepada siswa tentang apa saja pengalaman yang didapat selama
pembelajaran. Guru juga menanyakan tentang kendala atau kesulitan yang
dihadapi siswa. Beberapa siswa ditunjuk untuk menceritakan pengalaman yang
didapat serta kendala atau kesulitan yang dihadapi. Pada kegiatan penutup,
guru bersama siswa menyimpulkan materi yang yang telah dipelajari hari ini.
Setelah itu guru memberikan tindak lanjut berupa tugas kepada siswa
untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru memyampaikan rencana
pembelajaran berikutnya guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan
salam penutup.
64
b. Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 pertemuan kedua dilaksanakan pada
tanggal 9 Mei 2016 dan dilaksanakan sama seperti pada pertemuan sebelumnya
yakni pembelajaran dilakukan oleh guru kelas 5. Peneliti sebagai observer
mengamati kegiatan guru dan siswa.
Kegiatan pembelajaran terdiri dari empat kegiatan yaitu kegiatan pra
pembelajaran, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan pra pembelajaran diawali dengan guru menyiapkan ruang, alat dan
media pembelajaran. Siswa menyiapkan perlengakapan pembelajaran. Setelah
itu guru mengatur siswa untuk menempati tempat duduknya masing-masing.
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam kepada siswa,
kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa. Dilanjutkan
dengan guru melakukan presensi untuk memeriksa kehadiran siswa.
Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi pada siswa dengan bertanya
pada siswa, “Apa kegunaan dari pesawat sederhana?”. Siswa diberi
kesempatan untuk menjawab pertanyaan guru. Setelah menyampaikan
apersepsi, guru menjelaskan tentang kegiatan dan tujuan pembelajaran yang
akan dilakukan. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan mengajak
siswa untuk melakukan yel-yel.
Guru menjelaskan bahwa hari ini akan mempelajari tentang pengertian
dari pesawat sederhana jenis katrol dan roda berporos. Selanjutnya, guru
menginformasikan bahwa siswa akan melakukan kegiatan praktik. Guru juga
menyampaikan bahwa siswa akan belajar dalam kelompok. Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru.
Dalam kegiatan inti, pada tahap 1 (Stimulation), guru memberikan
gambaran umum tentang materi/topik yang akan dipelajari tentang pesawat
sederhana jenis katrol dan roda berporos. Untuk mengecek pemahaman siswa,
guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dengan menunjuk acak
beberapa siswa. Selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok, guru
membagi kelompok secara heterogen di mana kemampuan siswa dibagi rata
dan tidak dikumpulkan dalam satu kelompok. Hal ini bertujuan untuk
65
membantu siswa yang lemah dalam belajar. Siswa di dalam kelas dibagi
menjadi tujuh kelompok, karena jumlah siswa kelas 5 ada 27 maka ada 4
kelompok berisi 4 siswa sedangkan 3 kelompok berisi 5 siswa. Guru
menjelaskan mengenai kegiatan kelompok yang akan dilakukan yakni di dalam
kelompok siswa akan melakukan kegiatan praktik, diskusi dan membuat
laporan untuk memahami kegunaan katrol dan roda berporos. Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru.
Pada tahap 2 (Problem Statement), guru membagikan alat dan bahan
yang akan digunakan dalam kegiatan kelompok yakni karton, pensil, kotak
korek api, gunting. Kemudian guru menjelaskan tugas yang akan dilakukan
dalam kegiatan praktik bersama dengan anggota kelompoknya, yakni siswa
akan melakukan percobaan untuk menjelaskan katrol dan roda berporos.
Guru juga membagikan lembar kerja kelompok pada masing-masing
kelompok. Sebelum siswa melakukan kegiatan praktik, guru
mendemosntrasikan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan.
Selanjutnya, pada tahap 3 (Data Collection) guru meminta dan
membimbing siswa dalam kegiatan praktik. Guru membimbing siswa serta
memberi arahan terhadap langkah-langkah dalam kegiatan praktik pada
kelompok yang mengalami kesulitan.
Pada tahap 4 yakni Data Processing & Verification, setelah kegiatan
praktik selesai dilakukan, maka siswa mendiskusikan hasil dari kegiatan
praktik serta menjawab pertanyaan pada lembar kerja yang telah dibagikan
oleh guru. Guru membimbing setiap kelompok dalam melakukan dikusi,
mengarahkan siswa untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dalam kegiatan
praktik. Selanjutnya guru membimbing setiap kelompok dalam menyiapkan
laporan dengan meminta setiap siswa untuk menuliskan jawaban dari
pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja kelompok, serta membuat
kesimpulan dari kegiatan praktik yang telah dilakukan.
Setelah masing-masing kelompok telah selesai melakukan tugasnya,
maka guru menyiapkan siswa dalam kegiatan presentasi. Guru membimbing
66
siswa dalam kegiatan presentasi, guru meminta perwakilan dari setiap
kelompok untuk menunjukkan laporan yang telah dibuat.
Pada tahap 5 (Generalization), guru memimbing siswa untuk
melakukan kegiatan diskusi bersama untuk membahas kegiatan yang telah
dilakukan. Selanjtunya siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
Guru memberikan penjelasan terhadap materi yang dirasa kurang jelas bagi
siswa. Setelah itu, guru bersama siswa melaksanakan kegiatan refleksi. Guru
bertanya kepada siswa tentang apa saja pengalaman yang didapat selama
pembelajaran. Guru juga menanyakan tentang kendala atau kesulitan yang
dihadapi siswa. Beberapa siswa ditunjuk untuk menceritakan pengalaman yang
didapat serta kendala atau kesulitan yang dihadapi.
Pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyimpukan materi yang
telah dipelajari hari ini. Setelah itu guru memberikan tindak lanjut berupa tugas
kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru meyampaikan
rencana pembelajaran berikutnya guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucapkan salam penutup.
4.1.1.3.3. Hasil Tindakan
Pada subbab ini, akan diuraikan tentang hasil tindakan pada Siklus 2. Hasil
tindakan menguraikan hasil analisis data dari lembar observasi kegiatan guru dan
kegiatan siswa sesuai dengan pendekatan discovery learning, hasil minat belajar
siswa serta hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai soal evaluasi yang
diberikan pada pertemuan kedua.
a. Hasil Analisis Lembar Observasi
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan
pendekatan discovery learning. Pada pertemuan pertama, observasi masih
dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mengisi lembar observasi kegiatan
guru dan kegiatan siswa sesuai dengan pendakatan discovery learning. Hasil
dari analisis lembar observasi terhadap kegiatan guru dan siswa sesuai
67
dengan pendekatan discovery learning secara rinci disajikan dalam Tabel
4.9 dan 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 2 Pertemuan Pertama
No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 7 0
3 Kegiatan Inti 15 15 0
4 Kegiatan Penutup 3 3 0
Jumlah 27 27 0
Berdasarkan Tabel 4.9, dapat ditarik analisis bahwa dari empat
indikator kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dalam 27 butir
pengamatan, semuanya telah dilakukan oleh guru. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik, guru telah
melakukan semua langkah-langkah pembelajaran sesuai yang tertulis dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan guru, terdapat catatan
yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan
baik. Hal ini terlihat dari semua butir pengamatan pada lembar observasi
telah dilakukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung.
Tabel 4.10
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 2 Pertemuan Pertama
No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 7 0
3 Kegiatan Inti 15 15 0
4 Kegiatan Penutup 3 3 0
Jumlah 27 27 0
Berdasarkan Tabel 4.10, dapat ditarik analisis bahwa dari empat
indikator kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dalam 27 butir
pengamatan, semuanya telah nampak dilakukan oleh siswa. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik,
siswa telah melakukan semua kegiatan pembelajaran sesuai yang tertulis
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
68
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan siswa, terdapat catatan
yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan
baik. Hal ini juga nampak dari semua butir pengamatan pada lembar
observasi telah dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung.
Namun ada beberapa siswa yang masih bergurau dengan temannya saat
bekerja kelompok.
2) Pertemuan Kedua
Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan
pendekatan discovery learning. Pada pertemuan pertama, observasi masih
dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mengisi lembar observasi kegiatan
guru dan kegiatan siswa sesuai dengan pendekatan discovery learning. Hasil
dari analisis lembar observasi terhadap kegiatan guru dan siswa sesuai
dengan pendekatan discovery learning secara rinci disajikan dalam tabel
4.11 dan 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 2 Pertemuan Kedua
No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 7 0
3 Kegiatan Inti 15 15 0
4 Kegiatan Penutup 3 3 0
Jumlah 27 27 0
Berdasarkan tabel 4.11, dapat ditarik analisis bahwa dari empat
indikator kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dalam 27 butir
pengamatan, semuanya telah nampak dilakukan oleh guru. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik,
guru telah melakukan semua langkah-langkah pembelajaran sesuai yang
tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan guru, terdapat catatan
yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan
sangat baik. Hal ini nampak dari semua butir pengamatan pada lembar
observasi telah dilakukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung.
Tabel 4.12
Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 2 Pertemuan Kedua
69
No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi
Ya Tidak
1 Pra Pembelajaran 2 2 0
2 Kegiatan Pendahuluan 7 7 0
3 Kegiatan Inti 15 15 0
4 Kegiatan Penutup 3 3 0
Jumlah 27 27 0
Berdasarkan tabel 4.12 hasil observasi kegiatan siswa pertemuan
pertama, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator kegiatan
pembelajaran yang dijabarkan dalam 27 butir pengamatan, semuanya telah
nampak dilakukan oleh siswa. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
pembelajaran sudah berjalan dengan baik, siswa telah melakukan semua
kegiatan pembelajaran sesuai yang tertulis dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan siswa, terdapat catatan
yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan
sangat baik. Hal ini juga nampak dari semua butir pengamatan pada lembar
observasi telah dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung.
b. Hasil Analisis Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada Siklus 2 diperoleh dari nilai soal evaluasi yang
dikerjakan siswa pada pertemuan kedua. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda
yang terdiri dari 20 butir soal. Nilai siswa diperoleh dengan menghitung skor
yang diperoleh kemudian mengubahnya menjadi nilai akhir. Hasil dari analisis
hasil belajar siswa secara rinci disajikan dalam tabel 4.13 sebagai berikut:
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri
Gedangan 01 Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 2
No Interval Nilai Siklus I
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 65 – 74 7 25.9
2 75 – 84 9 33.3
3 84 – 95 6 22.2
4 ≥ 95 5 18.6
Total 27 100
70
Berdasarkan tabel 4.13 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA pada
Siklus 2, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi, presentase dan juga
perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah. Terdapat 7
siswa (25.9%) yang memperoleh nilai pada rentang 65-74, kemudian siswa
yang memperoleh nilai pada rentang 75-84 adalah 9 siswa (33.3%).
Selanjutnya, terdapat 6 siswa (22.2%) yang memperoleh nilai pada rentang 84-
94. Pada rentang nilai ≥95 diperoleh oleh 5 (18.6%) siswa.
Pada Siklus 2, nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 85.6 dengan nilai
tertinggi 100 dan nilai terendah 65. Berdasarkan tabel nilai mata pelajaran IPA
pada Siklus 2maka dapat digambarkan dalam diagram tabel pada gambar 4.5
sebagai berikut:
Gambar 4.5
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri
Gedangan 01 Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 2
4.1.1.3.4. Refleksi Siklus 2
Setelah dilakukannya kegiatan pembelajaran Siklus 2 dari pertemuan
pertama dan kedua, maka selanjutnya diadakan refleksi atas tindakan
pembelajaran di Siklus 2. Refleksi digunakan sebagai bahan perbaikan dengan
membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator
aktivitas yang telah ditetapkan.
7
9
6
2 2
0123456789
10
65-74 75-84 84-95 90-94 95-99
Ju
mla
h S
isw
a
Rentang Nilai
71
Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi yang dilakukan oleh
peneliti, guru kolabolator, guru observer dan beberapa siswa kelas 5. Pada
pelaksanaan tindakan Siklus 2, peneliti dan guru kolaborator telah melakukan
berbagai upaya perbaikan tindakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1.
Berdasarkan hasil refleksi diketahui bahwa guru kolaborator sudah dapat
menerapkan pendekatan discovery learning dengan sangat baik. Hal ini nampak
pada hasil observasi kegiatan guru dan siswa yang menunjukkan bahwa seluruh
indikator pengamatan kegiatan pembelajaran sudah dilakukan selama proses
pembelajaran.
Pada pertemuan pertama, berdasarkan catatan hasil observasi kegiatan siswa
masih terdapat beberpa siswa yang kurang terlibat aktif saat diskusi kelompok.
Namun pada pertemuan kedua, kekurangan tersebut sudah tidak nampak lagi dan
pembelajaran sudah dapat terlaksana dengan sangat baik. Melalui pendekatan
discovery learning, siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Kegiatan
penemuan yang dikemas dalam kegiatan praktik membuat siswa berusaha
menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari. Kondisi demikian
membuat siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Adanya
kegiatan kelompok juga turut membantu siswa dalam mengemukakan pendapat.
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan Kriteria Ketuntasan Belajar
(KKM ≥ 65) maka diperoleh data sebanyak 27 siswa dengan presentase 100%
tuntas. Berdasarkan indikator keberhasilan ketuntasan belajar yang telah
ditentukan oleh peneliti yaitu 85%, maka dapat dinyatakan bahwa indikator
keberhasilan telah tercapai karena presentase ketuntasan telah mencapai 100%.
Sedangkan untuk perolehan nilai rata-rata belajar secara klasikal mencapai
85.6. Hasil tersebut menunjukkan adanya keberhasilan dalam meningkatkan hasil
belajar siswa kelas 5 SDN Gedangan 01 pada pelajaran IPA. Selain itu terjadi
peningkatan terhadap minat siswa jika dibandingkan pada siklus sebelumnya.
Pada siklus 2 prosentase minat belajar siswa mencapai 92.12% dengan kategori
baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan discovery learning mampu
meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
72
Dari hasil pelaksanaan siklus 2, maka dapat disimpulkan bahwa
permasalahan-permasalahan yang muncul pada siklus 1 dapat diselesaikan dengan
baik melalui upaya yang direncanakan pada refleksi siklus 1 dan dilakukan pada
Siklus 2. Hasil tindakan yang diperoleh pada Siklus 2 juga telah mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti.
4.2 Hasil Analisis Data
Pada bab analisis data, akan diuraikan tentang perbandingan hasil belajar
dan ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Gedangan 01 pada kondisi
awal, siklus 1 dan Siklus 2. Melalui perbandingan belajar dan ketuntasan hasil
belajar pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2, maka dapat diketahui perbedaan
dan peningkatan yang ditemukan. Perbandingan ketuntasan belajar IPA
ditunjukan pada Tabel 4.15 sebagai berikut:
Tabel 4.15
Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
No Ketuntasan
Belajar
Nilai Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Tuntas ≥ 65 13 48.15 22 81.48 27 100
2. Belum Tuntas <65 14 51.85 5 18.52 0 0
Jumlah 27 100 27 100 27 100
Nilai Rata-rata 62.7 73.25 85.6
Berdasarkan Tabel 4.15, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar dari kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2. Pada kondisi awal, siswa yang
tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) berjumlah 13
siswa (48.15%), sementara siswa yang belum tuntas berjumlah 14 siswa
(51.85%).
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 1, nampak peningkatan jumlah
siswa yang tuntas yaitu dengan jumlah 22 siswa (81.48%), sedangkan siswa yang
belum tuntas berjumlah 5 siswa (18.52%). Berdasarkan hasil tindakan pada siklus
1, dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai
indikator keberhasilan yaitu mencapai 85% dari total keseluruhan siswa sehingga
masih diperlukan perbaikan pada Siklus 2.
Setelah pelaksanaan tindakan pada Siklus 2, jumlah siswa yang tuntas
mencapai 100% atau seluruh siswa telah tuntas dari Kriteria Ketuntasan Minimal
73
(KKM ≥ 65). Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat diketahui bahwa
ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai atau memenuhi indikator
keberhasilan yang ditetapkan yaitu mencapai 85% dari total keseluruhan siswa.
Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat
dalam diagram tabel pada Gambar 4.7 sebagai berikut:
Gambar 4.6
Diagam Batang Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa selain ketuntasan hasil
belajar klasikal yang meningkat, nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami
peningkatan. Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD
Negeri Gedangan 01 pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2 ditunjukan dalam
Tabel 4.16 sebagai berikut:
Tabel 4.16
Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
Hasil Tindakan Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Nilai Rata-rata Hasil
Belajar IPA
62.7 73.25 85.6
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Tuntas 13 22 27
13
22
27
0
5
10
15
20
25
30
Jum
lah
Sis
wa
74
Berdasarkan Tabel 4.16 tentang perbandingan nilai rata-rata hasil belajar
siswa, dapat diketahui terdapat peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada
kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2. Pada kondisi awal, nilai rata-rata hasil belajar
siswa hanya mencapai 62.7. Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, nilai rata-
rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 73.25. Berdasarkan hasil tindakan pada
siklus 1, dapat diketahui bahwa perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa juga
belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 85% dari
jumlah keseluruhan siswa mengalami ketuntasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
perbaikan melalui pelaksanaan tindakan pada siklus 2.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 2, diketahui bahwa hasil belajar
IPA semakin mengalami peningkatan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada
Siklus 2 mencapai 85.6. Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas
5 SD Negeri Gedangan 01 pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2 dilihat dalam
diagram batang pada gambar 4.8 sebagai berikut:
Gambar 4.7
Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
4.3 Pembahasan
4.3.1. Pra Siklus
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di kelas
5 SD Negeri Gedangan 01 Kecamatan Muncul Kabupaten Semarang, ditemukan
62,7
73,25
85,6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Rata-rata
75
beberapa permasalah yang muncul pada pembelajaran IPA. Permasalahan yang
ditemukan yaitu terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan guru,
selama ini guru hanya menggunakan metode yang konvensional yakni metode
ceramah. Kondisi tersebut membuat siswa kurang bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.
Hasil dokumentasi awal menunjukkan hasil belajar siswa masih rendah
yaitu kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65). Data hasil belajar
siswa yang diperoleh dari nilai ulangan terakhir tahun ajaran 2015/2016
menunjukkan bahwa dari keseluruhan jumlah siswa yaitu 27 siswa terdapat 14
siswa (51.85%) yang belum tuntas dan hanya 13 siswa (48.15%) yang tuntas.
Upaya dalam mengatasi permasalahan yang telah dikemukakan maka
diperlukan model pembelajaran tepat dalam pembelajaran IPA dan sesuai dengan
karakteristik pembelajaran IPA. Termuat dalam KTSP bahwa tujuan dari
pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang dapat aktifitas agar siswa mampu
mengembangkan kemampuannya dapat didukung dengan menerapkan model
pembelajaran yang tepat. Berdasarkan kondisi yang demikian, maka peneliti
merasa diperlukan adanya tindakan perbaikan sebagai upaya untuk meningkatkan
minat dan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan discovery learning.
Melalui penerapan pendekatan discovery learning diduga dapat meningkatkan
minat belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Jurnal yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning
Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa” tahun 2014 oleh I Made
Putrayasa, H Syahrudin, I Gede Margunayasa menunjukkan bahwa siswa dapat
berinteraksi dengan baik ketika diberikan pembelajaran dengan discovery
learning. Hal serupa juga diungkapkan Chusni Mubarok dan Edy Sulistyo (2014:
217) yang menyatakan bahwa discovery learning merupakan sebuah proses
pembelajaran di mana guru harus dapat menstimulus siswa dengan pertanyaan-
pertanyaan dan membuat siswa berusaha mencari sendiri jawaban dari pertanyaan
tersebut.
Pendekatan pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning
merupakan metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa
76
sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Dalam
pembelajaran discovery (penemuan), kegiatan atau pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari dua
pertemuan. Pelaksanaan tindakan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas 5 dan
sebagai guru kolaborator.
4.3.2. Siklus 1
Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 30 April 2016. Sedangkan untuk
pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2016. Pelaksanaan tindakan
dilakukan oleh guru kelas, dan yang menjadi observer adalah peneliti sendiri.
Melalui penerapan pendekatan discovery learning pada siklus 1, perilaku
guru dan siswa tentu berubah dibandingkan pada kondisi awal. Perilaku guru yang
semula banyak mendominasi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah
dan, mulai berubah setelah diberikan tindakan yakni dengan menerapkan
pendekatan discovey learning. Peran guru yang sebelumnya menjadi pusat belajar
berubah menjadi fasilitator dengan memberikan bimbingan pada siswa.
Guru hanya memberikan gambaran secara umum tentang materi atau topik
yang akan dipelajari kemudian membuat siswa dapat menemukan sendiri konsep-
konsep dari materi yang dipelajari dengan adanya kegiatan praktik. Pada tahap ini,
guru hanya memberikan penjelasan secara singkat tentang materi yang akan
dipelajari. Perilaku siswa yang teramati juga terlihat berubah jika dibandingkan
dengan kondisi awal. Pada kondisi awal guru menggunakan metode ceramah
sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran dan hanya
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini berbeda dengan perilaku
siswa yang teramati pada pelaksanaan tindakan siklus 1. Siswa mulai terlibat aktif
dalam pembelajaran yang terlihat dalam semua tahap kegiatan discovery learning.
Pada tahap 1 (Stimulation), siswa dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan pertanyaan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi
77
atas pertanyaan tersebut supaya timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di
samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM denga mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
Tahap 2 (Problem Statement), setelah dilakukan tahap stimulasi, langkah
selanjutya adalah guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin solusi-solusi masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Permasalahan
yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau
hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang
diajukan.
Tahap 3 (Data Collection), ketika eksplorasi berlangsung guru juga
memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis. Tahap pengumpulan data ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian siswa diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan
uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi,
dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan
pengetahuan yang telah dimiliki.
Tahap 4 (Data Processing&Verification ), semua informasi hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu. Pengolahan data disebut juga dengan pengkodean/
kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif
jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
78
Selanjutnya siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
Tahap verification bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi
yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu
kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
Tahap 5 (Generalization) merupakan proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau
masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah
menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang
menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau
prinsip-prinsip yang luas
Berdasarkan hasil observasi, secara umum pembelajaran sudah terpantau
berjalan dengan baik dan sesuai dengan RPP. Perubahan perilaku guru dan siswa
sudah dapat teramati. Namun pelaksanaan pembelajaran belum terlaksana secara
maksimal. Hal ini dikarenakan masih terdapat beberapa kegiatan yang tidak
nampak dilakukan oleh guru dan siswa.
Pada pelaksanaan tindakan siklus 1, dapat diketahui bahwa guru kurang
dalam membimbing siswa. Berdasarkan catatan yang dituliskan observer pada dua
kali pertemuan, guru kurang dalam memberikan bimbingan pada siswa.
Diantaranya pada tahap 2, guru tidak memberikan contoh dalam melakukan
percobaan. Pada tahap 3 dan tahap 4, siswa juga nampak kesuliatan. Respon siswa
yang muncul pada pertemuan pertama yaitu sebagian besar siswa terlihat kesulitan
dalam beberapa kegiatan pembelajaran. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang
kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan belum
maksimalnya bimbingan yang diberikan oleh guru.
79
Pada pertemuan kedua, respon siswa sudah terlihat lebih baik. Namun masih
ada siswa yang nampak kesulitan dalam mengerjakan dan ada beberapa siswa
yang tidak mengerjakan tugas kelompok dengan baik. Hal ini menjadi catatan
penting bagi guru sehingga perlunya upaya dalam mengatasi respon siswa.
Hasil tindakan pada siklus 1 yang diperoleh nilai siswa pada soal evaluasi
siklus 1 menunjukkan ketuntasan belajar telah mengalami peningkatan
dibandingkan dengan kondisi awal. Ketuntasan belajar mencapai 81.48% atau 22
siswa sudah dinyatakan tuntas dan masih terdapat 5 siswa (18.56%) yang belum
tuntas. Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar mencapai 73.25.
Berdasarkan analisis hasil tindakan siklus 1, baik dari analisis hasil belajar
maupun proses masih diperlukan upaya perbaikan. Upaya dilakukan agar dapat
mencapai indikator keberhasilan. Upaya perbaikan diperoleh setelah melakukan
kegiatan refleksi siklus 1. Seperti yang telah dijelaskan dalam proses pelaksanaan
tindakan siklus 1, terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh guru pada
pelaksanaan siklus 2. Peneliti bersama guru melakukan perencanaan untuk
tindakan siklus 2. Peneliti bersama guru juga mendiskusikan tentang hal-hal yang
perlu diperbaiki pada pelaksanaan siklus 2.
Guru harus lebih memahami langkah-langkah kegiatan pembelajaran
sehingga semua kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Guru harus lebih
melakukan bimbingan terhadap siswa sehingga siswa tidak bingung dan kesulitan
saat mengerjakan tugas, seperti pada saat siswa menuliskan pertanyaan, menyusun
rencana penyelidikan dan melaksanakan investigasi. Ketika guru memberikan
gambaran umum topik yang akan dipelajari, guru dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya, atau guru dapat menunjuk acak beberapa siswa dan
diberikan pertanyaan. Hal tersebut sekaligus dapat mengecek pemahaman siswa
dan memantau perhatian siswa.
4.3.3. Siklus 2
Pelaksanaan tindakan siklus 2 dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2016. Sedangkan untuk
80
pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 9 Meil 2016. Pelaksanaan tindakan
dilakukan oleh guru kelas 5 selaku guru kolabolator dan peneliti sebagai observer.
Pelaksanaan siklus 2 merupakan upaya perbaikan dari pelaksanaan tindakan
pada siklus 1. Upaya perbaikan tindakan dilakukan agar hasil tindakan pada siklus
2 ini dapat mencapai indikator keberhasilan. Selain itu, agar proses pembelajaran
yang dirasa masih kurang pada siklus 1 dapat berjalan lebih baik pada siklus 2.
Melalui penerapan pendekatan discovery learning pada siklus 2, perilaku guru dan
siswa lebih baik dibandingka pada siklus 1. Berdasarkan hasil observasi, semua
langkah kegiatan telah dilakukan oleh guru dan siswa.
Pada pelaksanaan tindakan siklus 2, guru sudah mampu membimbing siswa
dengan baik dalam melaksankan tugas. Siswa mampu mengerjakan dengan lebih
baik dan jika kesulitan dapat menanyakannya pada guru. Seperti halnya pada pada
siklus 1, perilaku siswa yang teramati pada siklus 2 adalah siswa nampak lebih
aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif nampak dalam semua
tahapan pendekatan discovery learning. Seiring dengan bimbingan guru yang
lebih maksimal, siswa juga nampak lebih mudah dalam mengerjakan tugas.
Pada pelaksanaan tindakan siklus 1 siswa masih belum aktif bertanya atau
menanggapi presentasi kelompok. Namun pada pelaksanaan siklus 2 baik pada
pertemuan pertama maupun kedua, siswa nampak aktif untuk bertanya atau
menanggapi presentasi kelompok. Jika pada siklus 1, pada saat guru belum
mencontohkan langkah-langkah dari kegiatan praktik. Pada siklus 2, guru telah
mencontohkan langkah-langkah kegiatan praktik, sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan praktik dengan baik. Siswa juga berani bertanya tentang
kesulitan yang dialami selama kegiatan praktik.
Berdasarkan analisis dari proses pelaksanaan tindakan pada siklus 2, dapat
disimpulkan bahwa proses pelaksanaan tindakan siklus 2 lebih baik dibandingkan
dengan siklus 1. Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan siklus2, semua
tahapan kegiatan pembelajaran telah dilakukan oleh guru dan siswa dengan sangat
baik. Selanjutnya, hasil tindakan yang diperoleh pada siklus 2 menunjukan
peningkatan hasil belajar yang signifikan yaitu ketuntasan belajar mencapai 100%
atau semua siswa telah tuntas. Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar mencapai
81
85.6. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tindakan pada siklus 2 telah mencapai
indikator keberhasilan. Ketuntasan belajar siswa telah mencapai lebih dari
indikator keberhasilan yaitu 85%. Sedangkan untuk nilai rata-rata hasil belajar
siswa juga telah naik dari kondisi sebelumnya. Minat belajar siswa juga
mengalami peningkatan yakni menjadi 92.12% dengan kategori baik sekali.
Hasil tersebut membuktikan bahwa pendekatan discovery learning dapat
meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Gedangan 01
semester II tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan dari hasil analisis data siklus 1
dan siklus 2, dapat ditemukan beberapa temuan dalam penelitian ini. Temuan ini
terkait perilaku guru dan perilaku siswa yang dapat teramati dengan menggunkan
pendekatan discovery learning.
Pendekatan discovery merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa
untuk berperan aktif di dalam belajar. Peran aktif siswa dalam belajar ini
diterapkan melalui cara penemuan. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam
proses belajarnya diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip. Proses
mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-
golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan
sebagainya. Dengan demikian, pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran
yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar siswa dapat
belajar sendiri.
Temuan ini mendukung pendapat dari Hosnan (2014: 282) bahwa discovery
learning adalah suatu pendekatan untuk mengembangkan cara belajar aktif
dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa
belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang
dihadapi.
Temuan ini juga mendukung pendapat Wilcox (Hosnan, 2014: 281)
menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk
belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki
82
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Sedangkan menurut Budiningsih (2005: 87) pendekatan discovery learning
adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery sendiri terjadi apabila
individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan melalui proses mental, yakni, observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan, dan inferi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan pendekatan
discovery learning dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA. Penerapan pendekatan discovery learning dalam penelitian ini
selaras dengan hasil penelitian oleh beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian
sebelumnya menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui
penerapan pendekatan discovery learning.
Penelitian yang dilakukan oleh Prysta Widhiyani (2013) dengan judul
“Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Discovery Learning untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Sumbersari 02
Jember Pokok Bahasan Segitiga dan Segi empat Tahun Pelajaran 2012/2013”
menunjukkan persentase aktivitas yang diperoleh dari pembelajaran melalui
pendekatan discovery learning pada siklus I pertemuan pertama sebesar 41,17%
dengan kategori cukup aktif meningkat pada pertemuan kedua menjadi 64,70%
dengan kategori aktif.
Perolehan nilai pada siklus II yakni sebesar 79,41% dengan kategori sangat
aktif, sehingga meningkat sebesar 14,71%. Ketuntasan hasil belajar siswa pada
siklus I sebesar 55,88% dengan kategori kurang dan jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan 19 siswa meningkat pada siklus II menjadi 82,35% dengan kategori
sangat baik dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 28 siswa dari
34 siswa, sehingga meningkat sebesar 26,47%.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan discovery learning berjalan sesuai rencana yang telah
83
dirancang dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih memahami materi
yang diajarkan.
Hasil penelitian lain mengenai penerapan Discovery Learning adalah
penelitian yang telah dilakukan oleh Cita, Tiarani (2013) Penerapan pendekatan
Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Pada Mata
Pelajaran Matematika Materi Pokok Bangun Ruang. Hasil penelitian dengan
menggunakan pendekatan discovery pada pembelajaran matematika menunjukkan
adanya peningkatan proses pembelajaran, terlihat siswa aktif dalam penemuannya,
demikian pula perolehan nilai siswa dalam pembelajaran matematika materi
pokok Bangun Ruang mengalami peningkatan. Pada siklus pertama nilai rata-rata
siswa mencapai 66,15 atau sebanyak 55,56% siswa yang mencapai nilai KKM.
Pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 74,72
atau sebanyak 71,12% siswa yang mencapai nilai KKM. Pada siklus ketiga
mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 77,22 atau sebanyak
82,22% siswa yang mencapai nilai KKM.
Penelitian yang juga telah berhasil dilakukan adalah penelitian dari
Bambang Supriyanto dengan judul Penerapan Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Vi B Mata Pelajaran Matematika Pokok
Bahasan Keliling Dan Luas Lingkaran Di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan
Tanggul Kabupaten Jember. Hasil Penelitiannya menunjukkan adanya
peningkatan terhadap aktivitas siswa pada siklus 1 aktivitas siswa secara klasikal
adalah 61,86%. Pada siklus 2 mencapai 74,99%.
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 30,30%, yakni dari
siklus 1 mencapai 60,60% dan pada siklus 2 mencapai 90,90%, dengan hasil yang
dicapai tersebut dapat dinyatakan tuntas. Dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa dalam pembelajaran terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada
siswa kelas VIB SDN Tanggul Wetan 02 dengan menggunakan penerapan
Discovery Learning.
Penelitian lainnya dengan menerapkan pendekatan discovery learning
adalah penelitian yang dilakukan oleh Chusny Mubarok dan Edi Sulistyo dengan
judul Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar
84
Siswa Kelas X Tav Pada Standar Kompetensi Melakukan Instalasi Sound System
Di Smk Negeri 2 Surabaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa dengan pendekatan pembelajaran Discovery Learning lebih tinggi dari hasil
belajar siswa dengan model pembelajaran langsung dengan perolehan uji-t yakni
thitung 3,291 > tabel 1,99, dan dengan rincian nilai rata-rata kelas eksperimen
80,176 dan nilai rata-rata kelas kontrol 76,083. Hasil angket respon siswa
menunjukkan Hasil Rating sebesar 77,39%. Dari kriteria penentuan prosentase
rating penilaian kualitatif maka respon siswa diketegorikan baik terhadap
penerapan pendekatan pembelajaran Discovery Learning.