bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4 -...

46
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bagian pelaksanaan tindakan, akan diuraikan empat subbab yaitu kondisi awal, siklus 1, siklus 2 dan pembahasan antar siklus 1 dan siklus 2. Pada kondisi awal, yang dibahas adalah kondisi di mana siswa belum diberi perlakuan yakni guru belum menerapkan pendekatan discovery learning. Selanjutnya pada subbab siklus 1 dan siklus 2 membahas tentang rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil tindakan dan refleksi. Pada subbab pembahasan antar siklus 1 dan siklus 2, akan dibahas tentang perbandingan pelaksanaan dan hasil dari siklus 1 dan siklus 2. 4.1.1.1. Pra Siklus Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SD Negeri Gedangan 01 Kecamatan Muncul Kabupaten Semarang pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Sebelum dilaksanakannya penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi saat pembelajaran IPA berlangsung, wawancara dengan guru kelas 5 terkait dengan pembelajaran IPA dan dokumentasi awal untuk mendapatkan data hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ditemukan permasalahan yaitu hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang masih rendah. Hal yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa yaitu metode yang digunakan guru masih konvensional dan cenderung monoton sehingga siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran. Hasil belajar siswa yang masih rendah ditunjukkan pada perolehan hasil belajar siswa yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPA yaitu ≥ 65. Data hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang diperoleh dari nilai hasil ulangan terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Upload: duongbao

Post on 08-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pelaksanaan Tindakan

Pada bagian pelaksanaan tindakan, akan diuraikan empat subbab yaitu

kondisi awal, siklus 1, siklus 2 dan pembahasan antar siklus 1 dan siklus 2. Pada

kondisi awal, yang dibahas adalah kondisi di mana siswa belum diberi perlakuan

yakni guru belum menerapkan pendekatan discovery learning.

Selanjutnya pada subbab siklus 1 dan siklus 2 membahas tentang rencana

tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil tindakan dan refleksi. Pada subbab

pembahasan antar siklus 1 dan siklus 2, akan dibahas tentang perbandingan

pelaksanaan dan hasil dari siklus 1 dan siklus 2.

4.1.1.1. Pra Siklus

Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SD Negeri Gedangan 01 Kecamatan

Muncul Kabupaten Semarang pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Sebelum

dilaksanakannya penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi

saat pembelajaran IPA berlangsung, wawancara dengan guru kelas 5 terkait

dengan pembelajaran IPA dan dokumentasi awal untuk mendapatkan data hasil

belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ditemukan permasalahan yaitu

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang masih rendah. Hal yang

mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa yaitu metode yang digunakan guru

masih konvensional dan cenderung monoton sehingga siswa kurang berminat

dalam mengikuti pembelajaran.

Hasil belajar siswa yang masih rendah ditunjukkan pada perolehan hasil

belajar siswa yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPA yaitu ≥ 65. Data hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPA yang diperoleh dari nilai hasil ulangan terakhir dapat

dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

40

Tabel 4. 1

Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA

Siswa Kelas 5 SD Negeri Gedangan 01

Tahun Pelajaran 2015/2016

Kondisi Awal

No Rentang Nilai Frekuensi Presentase(%)

1 <45 2 7.4

2 45-54 5 18.5

3 55-64 7 25.9

4 65-74 8 29.6

5 75-84 5 18.6

Jumlah 27 100

Berdasarkan Tabel 4.1, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi,

presentase, perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah. Dalam

distribusi frekuensi nilai pada kondisi awal, perolehan nilai siswa dibagi ke dalam

5 rentang nilai. Pada rentang nilai <45 diperoleh oleh 2 siswa (7.4%). Kemudian

pada rentang 45-54, diperoleh oleh 5 anak (18.5%). Pada rentang 55-64, diperoleh

oleh 7 siswa (25.9%). Sedangkan pada rentang 65-74, juga diperoleh oleh 8 siswa

(29.6%). Selanjutnya, pada rentang 75-84, diperoleh oleh 5 anak dengan

presentase 18.6%. Pada kondisi awal, nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar

62.7 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40. Kondisi ini digambarkan

dalam Gambar 4.1.

Gambar 4.1

Diagram Batang Hasil Perolehan Nilai Mata Pelajaran IPA

Siswa Kelas 5 SD Negeri Gedangan 01

Tahun Pelajaran 2015/2016

Kondisi Awal

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥65) maka dapat

dilakukan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas.

Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal dapat disajikan dalam

Tabel 4.2

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa

Frekuensi Presentase(%)

1 Tuntas ≥ 65 13 48.15

2 Belum Tuntas < 65 14 51.85

Jumlah 27 100

41

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas

adalah 13 siswa atau mencapai 48.15%. Sedangkan untuk siswa yang belum

tuntas adalah 14 siswa atau mencapai 51.85%. Ketuntasan belajar disajikan dalam

Gambar 4.2.

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar

Siswa Kelas 5 SD Negeri Gedangan 01

Tahun Pelajaran 2015/2016

Kondisi Awal

Berdasarkan hasil belajar IPA yang masih rendah, maka peneliti merasa

perlu mengadakan perbaikan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan

discovery learning. Upaya perbaikan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar

dan motivasi belajar pada mata pelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas

yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2.

4.1.1.2 Siklus 1

Pada subbab siklus 1, akan diuraikan tentang rencana tindakan, pelaksanaan

tindakan, hasil tindakan dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus 1

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung

selama dua kali 35 menit.

4.1.1.2.1. Rencana Tindakan

Subbab tahap rencana tindakan menjelaskan tentang perencanaan yang

dilakukan oleh peneliti bersama guru kolaborator (guru kelas 5). Perencanaan

tindakan ini dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan

pendekatan discovery learning.

41,15%

51,85% Tuntas

Belum Tuntas

42

a. Pertemuan Pertama

Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama meliputi

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan

pendekatan discovery learning. Penyusunan RPP didiskusikan dengan guru

kelas 5. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media yang akan digunakan

serta penentuan waktu penelitian. Diskusi ini dilakukan untuk kelancaran

penelitian dan penyesuaian dengan kalender akademik sekolah.

Berdasarkan RPP yang telah susun, materi pembelajaran yang akan

diajarkan pada pertemuan pertama adalah tentang pengertian dan pengaruh

gaya, gerak dan energi. Pada pertemuan pertama akan dibahas mengenai

pengertian dan pengaruh dari gaya gravitasi dan gaya gesek. Selanjutnya

peneliti menyiapkan perlengkapan pembelajaran yaitumedia yang kan

digunakan dalam pembelajaran yaitu kertas HVS, pena, balok kayu, papan

luncur, pasir, karton, kain ampelas, batu bata. Bahan-bahan tersebut akan

digunakan dalam kegiatan praktik sehingga siswa dapat menemukan sendiri

pengaruh dari gaya gravitasi dan gaya gesek.

Selain media pembelajaran, peneliti juga mempersiapkan perlengkapan

lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa serta

angket minat yang akan digunakan untuk mengukur minat siswa. Lembar

observasi kegiatan guru dan siswa digunakan untuk memeriksa keterlaksanaan

pendekatan discovery learning.

b. Pertemuan Kedua

Kegiatan perencanaan pada pertemuan kedua adalah tindak lanjut dari

pertemuan pertama, yang membedakan adalah materi yang dipelajari. Pada

pertemuan kedua materi yang dipelajari adalah tentang hubungan antara gaya,

gerak dan energi serta contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya

dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua peneliti bersama guru

kolaborator mendiskusikan tentang penyusunan RPP dengan menggunakan

43

pendekatan discovery learning. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media

yang akan digunakan serta penentuan waktu penelitian.

Selanjutnya peneliti menyiapkan perlengkapan pembelajaran yaitu

magnet batang, bennng kasur, pensil. Bahan-bahan tersebut akan digunakan

untuk kegiatan praktik siswa dalam mengenal gaya magnet serta fungsinya

dalam kehidupan sehari-hari.Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar

observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa serta lembar

angket. Lembar observasi kegiatan dan RPP yang telah divalidasi oleh

validator ahli kemudian diserahkan kepada guru observer, sedangkan angket

dibagikan ke siswa.

Peneliti juga menyusun soal evaluasi berupa soal pilihan ganda soal

dengan jumlah 30 soal yang akan diberikan pada siswa pada akhir siklus atau

pertemuan kedua. Soal evaluasi disusun berdasarkan materi yang sudah

dipelajari siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua.

4.1.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan

Subbab pelaksanaan tindakan mendeskripsikan tentang rincian proses

pelaksanaan tindakan dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup. Rincian

pelaksanan tindakan siklus 1 sebagai berikut:

a. Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 pertemuan pertama dilaksanakan

pada tanggal 30 April 2006 oleh guru kelas 5. Peneliti berlaku sebagai observer

untuk mengamati kegiatan guru dan siswa. Kegiatan pembelajaran terdiri dari

empat kegiatan yaitu kegiatan pra pembelajaran, pendahuluan, inti dan

penutup. Kegiatan pra pembelajaran yaitu dimulai dengan guru menyiapkan

ruang, alat dan media pembelajaran. Siswa menyiapkan alat tulisnya. Setelah

itu guru mengatur siswa menempati tempat duduknya masing-masing.

Kegiatan pendahuluan dimulai dengan mengucapkan salam pada siswa,

kemudian guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa dan dilanjutkan

dengan melakukan presensi atau memeriksa kehadiran siswa. Guru memeriksa

kesiapan belajar siswa dengan bertanya pada siswa dan kembali memeriksa

44

perlengkapan belajar siswa. Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi pada

siswa dengan bertanya pada siswa, “Apa yang dimaksud dengan gaya?”. Siswa

diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan guru. Setelah menyampaikan

apersepsi, guru menjelaskan tentang kegiatan.

Guru menjelaskan bahwa hari ini akan mempelajari tentang gaya gesek

dan gaya gravitasi serta siswa akan melakukan kegiatan praktik. Guru juga

menyampaikan bahwa siswa akan belajar dalam kelompok. Siswa

mendengarkan penjelasan dari guru. Dalam kegiatan inti, pada tahap 1

(Stimulation), guru memberikan gambaran umum tentang materi/topik yang

akan dipelajari tentang pengertian dan pengaruh dari gaya gesek dan gaya

gravitasi. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Selanjutnya guru

membagi siswa dalam kelompok, guru membagi kelompok secara heterogen di

man kemampuan siswa dibagi rata dan tidak dikumpulkan dalam stu

kelompok. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa yang lemah dalam belajar.

Siswa di dalam kelas dibagi menjadi tujuh kelompok, karena jumlah siswa

kelas 5 ada 27 maka ada 4 kelompok berisi 4 siswa sedangkan 3 kelompok

berisi 5 siswa.

Pada tahap 2 (Problem Statement), guru membagikan alat dan bahan

yang akan digunakan dalam kegiatan kelompok. Guru juga membagikan

lembar kerja kelompok pada masing-masing kelompok. Guru membagikan alat

dan bahan (karton, pensil, kotak korek api, gunting) yang akan digunakan

dalam kegiatan praktik pada masing-masing kelompok

Selanjutnya, pada tahap 3 (Data Collection) guru meminta siswa

melakukan kegiatan praktik. Guru membimbing siswa serta memberi arahan

terhadap langkah-langkah dalam kegiatan praktik pada kelompok yang

mengalami kesulitan Sebelum siswa melakukan praktikum, guru

mendemonstrasikan terlebih dahulu kegiatan yang dilakukan

Sediakan karton tebal, dua pensil, dua kotak korek api, dan gunting!

Tusukkan pensil menembus sisi kotak korek api pertama di dekat

ujung!

Buat empat roda dari karton!

45

Pasanglah dua roda pada pensil dengan mencoblosnya masing-masing

pada poros roda!

Tusukkan pensil yang satu pada kotak korek api kedua seperti cara

nomor 2!

Pasangkan dua roda lainnya pada pensil dengan mencoblosnya masing-

masing pada tepi roda!

Dorong masing-masing kotak agar dapat berjalan!

Bagaimana jalan kotak yang rodanya dicoblos pada porosnya?

Bagaimana jalan kotak yang rodanya dicoblos pada tepi roda?

Manakah yang lebih nyaman jalannya?

Tuliskan laporan dan kesimpulan dari kegiatan tersebut!

Pada tahap 4 yakni Data Processing & Verification, setelah kegiatan

praktik selessai dilakukan, maka siswa mendiskusikan hasil dari kegiatan

praktik serta menjawab pertanyaan pada lembar kerja yang telah dibagikan

oleh guru. Verification siswa melakukan pemeriksaan secara cermat setelah

melakukan diskusi hasil kerja kelompok yang telah dilakukan secara bersama

sama. Guru membimbing setiap kelompok dalam melakukan dikusi,

mengarahkan siswa untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dalam kegiatan

praktik. Selanjutnya setiap kelompok menyiapkan laporan, serta membuat

kesimpulan dari kegiatan praktik yang telah dilakukan. Setelah masing-masing

kelompok telah selesai melakukan tugasnya, maka guru menyiapkan siswa

dalam kegiatan presentasi. Guru membimbing siswa dalam kegiatan presentasi,

guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk menunjukkan laporan

yang telah dibuat.

Pada tahap 5 (Generalization), guru memimbing siswa untuk

melakukan kegiatan diskusi bersama untuk membahas kegiatan yang telah

dilakukan. Guru memberikan penjelasan terhadap materi yang dirasa kurang

jelas bagi siswa.

Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang

yang telah dipelajari hari ini. Setelah itu guru memberikan tindak lanjut berupa

46

tugas kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru mengakhiri

pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

b. Pertemuan Kedua

Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 pertemuan kedua dilaksanakan pada

tanggal 2 Mei 2016 dan dilaksanakan sama seperti pada pertemuan sebelumnya

yakni pembelajaran dilakukan oleh guru kelas 5. Peneliti selaku observer

mengamati kegiatan guru. Kegiatan pembelajaran terdiri dari empat kegiatan

yaitu kegiatan pra pembelajaran, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup. Kegiatan pra pembelajaran diawali dengan guru menyiapkan

ruang, alat dan media pembelajaran. Siswa menyiapkan perlengakapan

pembelajaran. Setelah itu guru mengatur siswa untuk menempati tempat

duduknya masing-masing.

Kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam

kepada siswa, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa.

Dilanjutkan dengan guru melakukan presensi untuk memeriksa kehadiran

siswa. Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi pada siswa dengan bertanya

pada siswa, “Apakah gaya dapat memberikan pengaruh? Apa saja pengaruhnya

dalam kehidupan sehari-hari?”. Siswa diberi kesempatan untuk menjawab

pertanyaan guru. Setelah menyampaikan apersepsi, guru menjelaskan tentang

kegiatan dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.

Guru menjelaskan bahwa hari ini akan mempelajari tentang gaya

magnet serta pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, guru juga

menginformasikan bahwa siswa akan melakukan kegiatan praktik. Guru

menyampaikan bahwa siswa akan belajar dalam kelompok. Siswa

mendengarkan penjelasan dari guru. Dalam kegiatan inti, pada tahap 1

(Stimulation), guru memberikan gambaran umum tentang materi/topik yang

akan dipelajari tentang fungsi dari gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari.

Guru menjelaskan mengenai kegiatan kelompok yang akan dilakukan yakni di

dalam kelompok siswa akan melakukan kegiatan praktik, diskusi dan membuat

laporan untuk memahami gaya gravitasi dan gaya gesek. Siswa mendengarkan

penjelasan dari guru. Selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok, guru

47

membagi kelompok secara heterogen di mana kemampuan siswa dibagi rata

dan tidak dikumpulkan dalam satu kelompok. Hal ini bertujuan untuk

membantu siswa yang lemah dalam belajar. Siswa di dalam kelas dibagi

menjadi tujuh kelompok, karena jumlah siswa kelas 5 ada 27 maka ada 4

kelompok berisi 4 siswa sedangkan 3 kelompok berisi 5 siswa.

Pada tahap 2 (Problem Statement), guru membagikan alat dan bahan

yang akan digunakan dalam kegiatan kelompok. Guru juga membagikan

lembar kerja kelompok pada masing-masing kelompok. Guru membagikan alat

dan bahan (karton, pensil, kotak korek api, gunting) yang akan digunakan

dalam kegiatan praktik pada masing-masing kelompok.

1. Balok kayu (kereta dari balok kayu)(1)

2. Papan luncur (1)

3. Karton(1)

4. Kain(1)

5. Ampelas(1)

6. Batu bata(1)

Selanjutnya, pada tahap 3 (Data Collection) guru membimbing siswa

dalam kegiatan praktik. Guru membimbing siswa serta memberi arahan

terhadap langkah-langkah dalam kegiatan praktik pada kelompok yang

mengalami kesulitan

sekarang kita akan melakukan percobaan tentang gaya gesek ,gravitasi

langkahnya adalah sediakan (kertas HVS, pena, balok kayu, papan luncur,

, karton, kain ampelas, batu bata)

Kemudian duduklah bersama anggota kelompok, kemudian dengarkan

penjelasan yang akan disampaikan oleh guru

Pada tahap 4 yakni Data Processing & Verification, setelah kegiatan

praktik selessai dilakukan, maka siswa mendiskusikan hasil dari kegiatan

praktik serta menjawab pertanyaan pada lembar kerja yang telah dibagikan

oleh guru. Verification siswa melakukan pemeriksaan secara cermat setelah

48

melakukan diskusi hasil kerja kelompok yang telah dilakukan secara bersama

sama. Guru membimbing setiap kelompok dalam melakukan dan mengarahkan

siswa untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dalam kegiatan praktik.

Selanjutnya guru membimbing setiap kelompok dalam menyiapkan laporan

dengan meminta setiap siswa untuk menuliskan jawaban dari pertanyaan yang

terdapat dalam lembar kerja kelompok, serta membuat kesimpulan dari

kegiatan praktik yang telah dilakukan.

Setelah masing-masing kelompok telah selesai melakukan tugasnya,

maka guru menyiapkan siswa dalam kegiatan presentasi. Guru membimbing

siswa dalam kegiatan presentasi, guru meminta perwakilan dari setiap

kelompok untuk menunjukkan laporan yang telah dibuat.

Pada tahap 5 (Generalization), guru memimbing siswa untuk

melakukan kegiatan diskusi bersama untuk membahas kegiatan yang telah

dilakukan. Selanjtunya siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.

Guru memberikan penjelasan terhadap materi yang dirasa kurang jelas bagi

siswa. Setelah itu, guru bersama siswa melaksanakan kegiatan refleksi. Guru

bertanya kepada siswa tentang apa saja pengalaman yang didapat selama

pembelajaran. Guru juga menanyakan tentang kendala atau kesulitan yang

dihadapi siswa. Beberapa siswa ditunjuk untuk menceritakan pengalaman yang

didapat serta kendala atau kesulitan yang dihadapi.

Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang

yang telah dipelajari hari ini. Setelah itu guru memberikan tindak lanjut berupa

tugas kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru mengakhiri

pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

4.1.1.2.3.Hasil Tindakan

Pada subbab ini, akan diuraikan tentang hasil tindakan pada siklus 1. Hasil

tindakan menguraikan hasil analisis data dari lembar observasi kegiatan guru dan

kegiatan siswa sesuai dengan pendekatan discovery learning serta minat siswa dan

hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai soal evaluasi yang diberikan pada

pertemuan kedua.

a. Hasil Analisis Lembar Observasi

49

1) Pertemuan Pertama

Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan

pendekatan discovery learning. Pada pertemuan pertama, observasi

dilakukan oleh peneliti sendiri mengisi lembar observasi kegiatan guru dan

kegiatan siswa sesuai dengan pendekatan discovery learning.

Hasil dari analisis lembar observasi terhadap kegiatan guru dan

siswa sesuai dengan pendekatan discovery learning secara rinci disajikan

dalam tabel 4.3 dan 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 1 Pertemuan Pertama

No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi

Ya Tidak

1 Pra Pembelajaran 2 2 0

2 Kegiatan Pendahuluan 7 5 2

3 Kegiatan Inti 15 11 4

4 Kegiatan Penutup 3 2 1

Jumlah 27 20 7

Berdasarkan Tabel 4.3 tentang hasil observasi kegiatan guru

pertemuan pertama, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator

kegiatan pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan

oleh guru. Dari keseluruhan 27 butir pengamatan, 20 butir pengamatan

sudah terlaksana dan terdapat 7 butir pengamatan yang tidak terlaksana.

Hasil dari pengamatan kegiatan guru secara umum pembelajaran

sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pendekatan

discovery learning. Namun masih terdapat beberapa kegiatan guru yang

tidak terlaksana sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

pada pertemuan pertama.

Kegiatan guru yang belum dilakukan antara lain terdapat dalam

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan

pendahuluan, terdapat dua kegiatan yang tidak dilakukan guru yaitu guru

tidak menyampaikan motivasi belajar kepada siswa, dan guru tidak

menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru tidak

menjelaskan tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan siswa di dalam

kelompok. Guru tidak menunjukkan langkah-langkah dari kegiatan praktik.

50

Guru tidak membimbing siswa dalam menyiapkan laporan, serta siswa tidak

diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.

Pada kegiatan penutup, guru tidak menyampaikan rencana

pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan

guru, terdapat beberapa catatan yang dituliskan oleh observer. Pada tahap 2

(Problem Statement), langkah-langkah kegiatan praktik belum dijelaskan

sehingga hampir keseluruhan kelompok mengalami kesulitan dalam

kegiatan praktik. Kemudian pada tahap 4 (Data Processing & Verification),

guru hanya meminta siswa untuk menuliskan laporan akhir. Pada tahap ini,

guru belum memberikan bimbingan yang baik kepada siswa, sehingga

beberapa siswa terlihat kesulitan dalam menuliskan laporan akhir.

Tabel 4.4

Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1 Pertemuan Pertama

No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi

Ya Tidak

1 Pra Pembelajaran 2 2 0

2 Kegiatan Pendahuluan 7 5 2

3 Kegiatan Inti 15 11 4

4 Kegiatan Penutup 3 2 1

Jumlah 27 20 7

Berdasarkan Tabel 4.4 tentang hasil observasi kegiatan siswa

pertemuan pertama, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator

kegiatan pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan

oleh siswa. Dari keseluruhan 27 butir pengamatan, 20 butir pengamatan

sudah terlaksana dan terdapat 7 butir pengamatan yang tidak terlaksana.

Hasil dari pengamatan kegiatan siswa secara umum pembelajaran

sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan pendekatan discovery learning.

Namun masih terdapat beberapa kegiatan siswa yang tidak terlaksana sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada pertemuan pertama.

Kegiatan siswa yang belum dilakukan antara lain adalah pada kegiatan

pendahuluan yaitu siswa tidak disampaikan atau mendapat motivasi belajar

dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, siswa tidak dijelaskan langkah-

langkah dari kegiatan praktik. Siswa bersama guru tidak melakukan refleksi

51

pembelajaran. Pada kegiatan penutup, siswa tidak menyampaikan rencana

pembelajaran selanjutnya.

Pada tahap 3 (Data Collection), siswa mengalami kesulitan dalam

kegiatan praktik. Pada tahap 4 (Data Processing & Verification), beberapa

siswa tidak mengerjakan tugas kelompok. Dalam tahap 4 (Data Processing

& Verification), siswa belum mendapat bimbingan dari guru sehingga

terlihat kesulitan.

Pada tahap 5 (Generalization), beberapa siswa terlihat sibuk sendiri

atau bercanda dengan teman sehingga kurang memperhatikan presentasi

kelompok. Selain itu, siswa juga belum terlibat aktif dalam menanggapi

presentasi kelompok ketika diberikan kesempatan oleh guru disetiap akhir

presentasi kelompok.

2) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua, observasi masih dilakukan oleh peneliti

dengan mengisi lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa sesuai

dengan pendekatan discovery learning. Kegiatan observasi bertujuan untuk

memeriksa keterlaksanaan model pembelajaran. Hasil dari analisis lembar

observasi terhadap kegiatan guru dan siswa sesuai dengan pendekatan

discovery learning secara rinci disajikan dalam Tabel 4.5 dan 4.6 sebagi

berikut:

Tabel 4.5

Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 1 Pertemuan Kedua

No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi

Ya Tidak

1 Pra Pembelajaran 2 2 0

2 Kegiatan Pendahuluan 7 6 1

3 Kegiatan Inti 15 13 2

4 Kegiatan Penutup 3 2 1

Jumlah 27 22 5

Berdasarkan Tabel 4.5 tentang hasil observasi kegiatan guru

pertemuan kedua, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator kegiatan

52

pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan oleh guru.

Dari keseluruhan 27 butir pengamatan, 22 butir pengamatan sudah

terlaksana dan terdapat 5 butir pengamatan yang tidak terlaksana. Hasil dari

pengamatan kegiatan guru secara umum pembelajaran sudah terlaksana

dengan baik sesuai dengan pendekatan discovery learning. Namun masih

terdapat beberapa kegiatan guru yang tidak terlaksana sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada pertemuan kedua.

Beberapa kegiatan guru yang belum terlaksana antara lain adalah

pada kegiatan pendahuluan yaitu guru tidak menyampaikan motivasi pada

siswa. Pada kegiatan penutup, guru tidak menyampaikan rencana

pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan

guru, terdapat beberapa catatan yang dituliskan oleh observer. Pada tahap 2

(Problem Statement), dalam menunjukkan langkah-langkah kegiatan

praktik, guru masih terlalu cepat dan kurang berinteraksi dengan siswa.

Dalam tahap 3 (Data Collection), guru sudah membimbing namun beberapa

siswa masih ada yang kesulitan dalam kegiatan praktik.

Tabel 4.6

Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 1 Pertemuan Kedua

No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi

Ya Tidak

1 Pra Pembelajaran 2 2 0

2 Kegiatan Pendahuluan 7 6 1

3 Kegiatan Inti 15 13 2

4 Kegiatan Penutup 3 2 1

Jumlah 27 22 5

Berdasarkan Tabel 4.6 tentang hasil observasi kegiatan siswa

pertemuan kedua, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator kegiatan

pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan oleh siswa.

Dari keseluruhan 27 butir pengamatan, 22 butir pengamatan sudah

terlaksana dan terdapat 5 butir pengamatan yang tidak terlaksana.

Hasil dari pengamatan kegiatan siswa secara umum pembelajaran

sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan pendekatan discovery learning.

Namun masih terdapat beberapa kegiatan guru yang tidak terlaksana sesuai

53

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada pertemuan kedua.

Beberapa kegiatan siswa yang belum terlaksana antara lain adalah pada

kegiatan pendahuluan yaitu siswa tidak diberikan motivasi. Pada kegiatan

penutup, siswa tidak disampaikan tentang rencana pembelajaran

selanjutnya. Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan siswa, terdapat

beberapa catatan yang dituliskan oleh observer. Pada tahap 2 (Problem

Statement), beberapa kelompok masih mengalami kesulitan dalam

mempersiapkan kegiatan praktik. Dalam tahap 3 (Data Collection), masih

ada beberapa siswa yang belum terlibat aktif dalam kegiatan kelompok.

Pada tahap 4 (Data Processing & Verification), beberapa siswa tidak

mengerjakan tugas kelompok. Pada tahap 5 (Generalization), beberapa

siswa terlihat sibuk sendiri atau bercanda dengan teman sehingga kurang

memperhatikan presentasi kelompok.

b. Hasil Analisis Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh dari nilai soal evaluasi yang

dikerjakan siswa pada pertemuan kedua. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda

yang terdiri dari 20 butir soal. Nilai siswa diperoleh dengan menghitung skor

yang diperoleh kemudian mengubahnya menjadi nilai akhir. Hasil dari analisis

hasil belajar siswa secara rinci disajikan dalam Tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Gedangan 01

Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 1

No Interval Nilai Siklus I

Jumlah Siswa Persentase (%)

1 45 -54 1 3.7

2 55 – 64 4 14.8

3 65 – 74 8 29.6

4 75 – 84 9 33.3

5 85 – 94 5 18.6

Total 27 100%

54

Berdasarkan Tabel 4.7, maka dapat dikaji tentang rentang nilai,

frekuensi, presentase dan juga perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga

nilai terendah. Dalam distribusi frekuensi nilai pada siklus 1, perolehan nilai

siswa dibagi ke dalam 5 rentang nilai.

Terdapat 1 siswa (3.7%) yang memperoleh nilai pada rentang 45-54,

pada rentang 55-64 diperoleh oleh 4 siswa (14.8%). Selanjutnya terdapat 8

siswa (29.6%) yang memperoleh nilai pada rentang 65-74. Pada rentang nilai

75-84 diperoleh oleh 9 siswa (633.3%) dan 5 siswa (18.6%) yang memperoleh

nilai pada rentang 85-94. Pada siklus 1, nilai rata-rata yang diperoleh adalah

sebesar 73.25 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 45. Berdasarkan tabel

nilai mata pelajaran IPA pada siklus 1 maka dapat digambarkan dalam diagram

Tabel pada Gambar 4.3 sebagai berikut:

Gambar 4.3

Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Gedangan 01

Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 1

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM, ≥65) maka dapat

dialakukan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum

tuntas. Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat disajikan

dalam Tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8

Analasis Ketuntasan Belajar Siklus 1

No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa

Frekuensi Presentase (%)

1 Tuntas ≥ 65 22 81.48

1

4

8

9

5

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

45-54 55-64 65-74 75-84 85-94

Ju

mla

h S

isw

a

Rentang Nilai

55

2 Belum Tuntas <65 5 18.52

Jumlah 27 100

Berdasarkan Tabel 4.8 analisis ketuntasan belajar siklus 1, maka dapat

dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas adalah 22 siswa atau mencapai

81.48%. Sedangkan untuk siswa yang belum tuntas adalah 5 siswa atau

mencapai 18.52%. Ketuntasan belajar disajikan dalam diagram lingkaran pada

Gambar 4.4 sebagai berikut:

Gambar 4.4

Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri Gedangan 01 Tahun

Pelajaran 2015/2016 Siklus 1

4.1.1.2.4. Refleksi Siklus 1

Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran siklus 1 dari pertemuan pertama

dan kedua, maka selanjutnya diadakan refleksi atas tindakan setelah dilakukannya

kegiatan pembelajaran siklus 1 dari pertemuan pertama dan kedua, maka

selanjutnya diadakan refleksi atas tindakan pembelajaran di siklus 1. Refleksi

digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan

selama proses pembelajaran dengan indikator aktivitas yang telah

ditetapkan.Melalui kegiatan refleksi, dapat diketahui manfaat bagi guru dan siswa,

kelebihan dan kekurangan dari tindakan menggunakan pendekatan discovery

learning. Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi yang dilakukan oleh

peneliti, guru kolabolator, guru observer dan beberapa siswa kelas 5.

81,48%

18,52%

Tuntas

Belum Tuntas

56

Dari diskusi yang dilakukan, dapat diketahui manfaat dari pelaksanaan

pembelajaran bagi guru dan siswa. Guru dapat memperoleh pengalaman dan

wawasan baru dalam pembelajaran, khususnya terhadap pendekatan

pembelajaran. Guru dapat memilih pendekatan yang tepat dalam pembelajaran

IPA seperti pendekatan discovery. Pendekatan discovery learning membimbing

siswa dalam menemukan konsep materi melalui berbagai kegiatan seperti

kegiatan praktikum.

Selain itu, guru juga merasa dapat memberikan kesempatan bagi siswa

untuk aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan kelompok dan praktik, sehingga

siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru tidak lagi berperan secara

dominan dalam pembelajaran, namun guru berperan sebagai fasilitator untuk

membimbing siswa dan membantu siswa jika kesulitan dalam mengerjakan

penemuan. Sedangkan bagi siswa, siswa merasa tertarik dengan materi yang

dipelajari dengan adanya kegiatan praktik. Selain itu, siswa juga mendapat

pengalaman belajar baru melalui kegiatan kelompok yang membuat siswa aktif

dalam pembelajaran dan juga belajar melakukan penemuan sederhana.

Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) pada pelaksanaan tindakan siklus 1 terdapat 22

siswa yang tuntas atau ketuntasan klasikal mencapai 81.48%. Artinya hasil dari

tindakan belum memenuhi indikator keberhasilan yang peneliti tentukan sebesar

85%. Berdasarkan hasil analisis, masih terdapat 5 (18.52%) siswa yang

memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65). Rata-rata

hasil belajar yang dicapai sudah mengalami peningkatan dari kondisi awal yaitu

62.7 menjadi 73.25 setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 1.

Hasil analisis terhadap minat belajar siswa pada siklus I dalam pembelajaran

IPA dengan pendekatan discovery learning mendapat hasil yang memuaskan

yakni dengan perolehan presentase sebesar 83,33%, nilai tersebut berada dalam

kategori baik.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada pertemuan

pertama dan kedua, dapat dianalisis bahwa terdapat beberapa langkah

pembelajaran yang belum dilakukan oleh guru dan siswa. Namun secara umum

57

pembelajaran sudah berjalan baik sesuai dengan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Pada pertemuan pertama, beberapa kegiatan guru yang belum terlaksana

antara lain adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu guru tidak menyampaikan

motivasi belajar dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru tidak

menjelaskan tentang langkah-langkah kegiatan praktik, guru tidak melalkukan

kegiatan membimbing siswa dalam menyiapkan laporan akhir dan guru juga tidak

melakukan refleksi pembelajaran. Pada kegiatan penutup, guru tidak

menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya.

Pada pertemuan kedua, guru melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik

dari beberapa kegiatan yang tidak dilakukan pada pertemuan pertama sudah

tampak dilakukan pada pertemuan kedua. Kegiatan guru yang belum terlaksana

antara lain adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu guru tidak memberikan

motivasi pada siswa. Pada kegiatan penutup, guru tidak menyampaikan rencana

pembelajaran selanjutnya.

Kegiatan siswa dalam pembelajaran sangat dipengaruhi dengan

keterlaksanaan kegiatan guru. Pada pertemuan pertama, kegiatan siswa yang

belum terlaksana adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu siswa tidak

disampaikan motivasi belajar dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, siswa

tidak dijelaskan langkah-langkah kegiatan praktik dan siswa bersama guru tidak

melakukan refleksi pembelajaran. Pada kegiatan penutup, siswa tidak

disampaikan rencana pembelajaran selanjutnya.

Pada pertemuan kedua, kegiatan guru mengalami peningkatan yang

tentunya berpengaruh pada kegiatan siswa. Kegiatan siswa yang belum terlihat

antara lain adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu siswa tidak diberikan

motivasi. Pada kegiatan penutup, siswa tidak disampaikan tentang rencana

pembelajaran selanjutnya.

Berdasarkan hasil tindakan pada pelaksanaan siklus 1 dapat diketahui

beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penerapan pendekatan discovery

learning. Kelebihan akan dipertahankan untuk pelaksanaan siklus 2, sedangkan

58

kekurangan akan diperbaiki untuk pelaksanaan siklus 2. Kelebihan dan

kekurangan tersebut diantaranya:

a. Kelebihan

1. Secara umum pembelajaran sudah terlaksana dengan baik karena sesuai

dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran yaitu terlihat pada kegiatan

siswa dalam diskusi kelompok.

3. Kegiatan kelompok membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam

belajar, adanya peran tutor sebaya dapat memudahkan siswa untuk bertanya

dan mengemukakan pendapat.

4. Siswa dapat belajar secara mandiri melalui kegiatan penemuan yang

dikemas dalam kegiatan praktik sehingga siswa dapat menemukan konsep

dengan cara mereka sendiri.

5. Melalui kegiatan praktik, siswa belajar untuk melakukan penyelidikan atau

penelitian sederhana.

6. Peran guru yang semula sangat dominan dengan menggunakan ceramah dan

tanya jawab, kini guru mulai tidak mendominasi pelajaran dengan berperan

sebagai fasilitator bagi siswa dengan membimbing siswa dan membantu

siswa jika merasa kesulitan.

7. Kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang

ditentukan.

b. Kekurangan

1. Penerapan pendekatan discovery learning belum terbiasa dilakukan oleh

guru dan siswa. Pada pertemuan pertama beberapa langkah-langkah

kegiatan pembelajaran yang terlewatkan oleh guru.

2. Penyampaian materi yang dilakukan oleh guru masih terkesan

mendominasi.

59

3. Beberapa siswa belum bekerjasama dengan baik saat mengerjakan tugas

kelompok dan saat presentasi kelompok, ada beberapa siswa yang justru

bermain atau bergurau dengan temannya dan siswa juga belum aktif

bertanya atau menganggapi presentasi kelompok.

4. Guru kurang melakukan bimbingan pada siswa pada beberapa kegiatan,

yaitu pada kegiatan diskusi dan kegiatan praktik.

5. Terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan oleh guru.

Berdasarkan kekurangan yang ditemukan pada siklus 1, maka peneliti

menganalisis dan berkonsultasi dengan guru kolaborator untuk menyusun

rencana perbaikan perbaikan yang akan diterapkan pada siklus 1. Rencana

perbaikan pada Siklus 2 adalah sebagai berikut:

1. Peneliti dan guru kolaborator melakukan diskusi sebelum melaksanakan

pembelajaran mengenai langkah-langkah pendekatan discovery learning

sehingga dalam pelaksanaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan

rencana yang telah disusun.

2. Perlu adanya interaksi dengan siswa seperti tanya jawab dalam kegiatan

penyampaian materi sehingga dapat sekaligus mengukur pemahaman siswa.

3. Guru kolaborator harus lebih memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat

bekerja kelompok dengan baik dan aktif bertanya atau menanggapi presentasi

kelompok. Guru juga dapat mengingatkan secara halus kepada siswa yang

masih bermain atau bercanda saat pembelajaran berlangsung.

4. Guru kolaborator lebih memberikan bimbingan kepada siswa terutama dalam

beberapa kegiatan yaitu pada kegiatan siswa praktik, menyusun rencana

penelitian dan menuliskan laporan akhir.

5. Guru kolaborator lebih memahami tentang langkah-langkah pembelajaran

sehingga semua kegiatan dapat terlaksana dengan baik.

4.1.1.3. Siklus 2

Pada subbabsiklus 1, akan diuraikan tentang rencana tindakan, pelaksanaan

tindakan, hasil tindakan dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada Siklus 2

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung

selama dua kali 35 menit.

60

4.1.1.3.1. Rencana Tindakan

Subbab tahap rencana tindakan menjelaskan tentang perencanaan yang

dilakukan oleh peneliti bersama guru kolaborator (guru kelas 5) sebelum

pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan pendekatan discovery learning.

Tahapan perencanaan tindakan Siklus 2 merupakan upaya perbaikan pelaksanaan

pembelajaran siklus 1.

a. Pertemuan Pertama

Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama meliputi

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan

pendekatan discovery learning. Penyusunan RPP didiskusikan guru kelas 5 dan

sebagai guru kolaborator. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media yang

akan digunakan serta penentuan waktu penelitian.

Berdasarkan RPP yang telah susun, materi pembelajaran yang akan

diajarkan pada pertemuan pertama adalah tentang pesawat sederhana. Pada

pertemuan ini, materi yang dibahas adalah pengertian dan jenis-jenis dari

pesawat sederhana yakni tuas dan bidang miring. Selanjutnya peneliti

menyiapkan perlengkapan pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan

praktik seperti kaleng biskuit, sendok alumunium, balok kayu, benang, papan,

batu bata. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar observasi kegiatan

guru dan lembar observasi kegiatan siswa, lembar angket minat sesuai dengan

pendekatan discovery learning.

b. Pertemuan Kedua

Kegiatan perencanaan pada pertemuan kedua adalah tindak lanjut dari

pertemuan pertama, yang membedakan adalah materi yang dipelajari. Pada

pertemuan kedua materi yang dipelajari adalah tentang kegunaan dari pesawat

sederhana jenis katrol dan tuas dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya

dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua peneliti bersama guru

kolaborator mendiskusikan tentang penyusunan RPP dengan menggunakan

61

pendekatan discovery learning. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media

yang akan digunakan serta penentuan waktu penelitian.Selanjutnya peneliti

menyiapkan perlengkapan pembelajaran alat dan bahan yang akan digunakan

dalam kegiatan praktik seperti karton, pensil, kotak korek api, gunting. Selain

itu peneliti juga mempersiapkan lembar observasi kegiatan guru dan lembar

observasi kegiatan siswa, lembar angket minat sesuai dengan pendekatan

discovery learning.

Peneliti juga menyusun soal evaluasi berupa soal pilihan ganda soal

yang akan diteskan pada siswa pada akhir siklus atau pertemuan kedua. Soal

evaluasi disusun berdasarkan materi yang sudah dipelajari siswa pada

pertemuan pertama dan pertemuan kedua.

4.1.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan

Subbab pelaksanaan tindakan mendeskripsikan tentang rincian proses

pelaksanaan tindakan dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup. Rincian

pelaksaan tindakan Siklus 2 sebagai berikut:

a. Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 pertemuan kedua dilaksanakan pada

tanggal 4 Mei 2016 dan dilaksanakan sama seperti pada pertemuan sebelumnya

yakni pembelajaran dilakukan oleh guru kelas 5. Peneliti selaku observer

mengamati kegiatan guru dan siswa. Kegiatan pembelajaran terdiri dari empat

kegiatan yaitu kegiatan pra pembelajaran, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti

dan kegiatan penutup. Kegiatan pra pembelajaran diawali dengan guru

menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran. Siswa menyiapkan

perlengakapan pembelajaran. Setelah itu guru mengatur siswa untuk

menempati tempat duduknya masing-masing.

Kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam

kepada siswa, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa.

Dilanjutkan dengan guru melakukan presensi untuk memeriksa kehadiran

siswa. Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi pada siswa dengan bertanya

pada siswa, “Taukah kalian apa yang dimaksud dengan pesawat?”. Siswa diberi

62

kesempatan untuk menjawab pertanyaan guru. Setelah menyampaikan

apersepsi, guru menjelaskan tentang kegiatan dan tujuan pembelajaran yang

akan dilakukan. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan mengajak

siswa untuk melakukan yel-yel.

Guru menjelaskan bahwa hari ini akan mempelajari tentang pengertian

dari pesawat sederhana, serta mengenal jenis-jenis dari pesawat sederhana.

Selanjutnya, guru menginformasikan bahwa siswa akan melakukan kegiatan

praktik. Guru juga menyampaikan bahwa siswa akan belajar dalam kelompok.

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.

Dalam kegiatan inti, pada tahap 1 (Stimulation), guru memberikan

gambaran umum tentang materi/topik yang akan dipelajari tentang pengertian

dan jenis-jenis dari pesawat sederhana. Untuk mengecek pemahaman siswa,

guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dengan menunjuk acak

beberapa siswa.

Selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok, guru membagi

kelompok secara heterogen di mana kemampuan siswa dibagi rata dan tidak

dikumpulkan dalam satu kelompok. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa

yang lemah dalam belajar. Siswa di dalam kelas dibagi menjadi tujuh

kelompok, karena jumlah siswa kelas 5 ada 27 maka ada 4 kelompok berisi 4

siswa sedangkan 3 kelompok berisi 5 siswa. Guru menjelaskan mengenai

kegiatan kelompok yang akan dilakukan yakni di dalam kelompok siswa akan

melakukan kegiatan praktik, diskusi dan membuat laporan untuk memahami

kegunaan tuas dan bidang miring. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.

Pada tahap 2 (Problem Statement), guru membagikan alat dan bahan

yang akan digunakan dalam kegiatan kelompok yakni kaleng biskuit, sendok

alumunium, balok kayu, benang, papan, batu bata. Kemudian guru menjelaskan

tugas yang akan dilakukan dalam kegiatan praktik bersama dengan anggota

kelompoknya, yakni siswa akan melakukan percobaan untuk menjelaskan tuas

dan bidang miring. Guru juga membagikan lembar kerja kelompok pada

masing-masing kelompok. Sebelum siswa melakukan kegiatan praktik, guru

mendemonstrasikan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan.

63

Selanjutnya, pada tahap 3 (Data Collection) guru meminta dan

membimbing siswa dalam kegiatan praktik. Guru membimbing siswa serta

memberi arahan terhadap langkah-langkah dalam kegiatan praktik pada

kelompok yang mengalami kesulitan

Pada tahap 4 yakni Data Processing & Verification, setelah kegiatan

praktik selesai dilakukan, maka siswa mendiskusikan hasil dari kegiatan

praktik serta menjawab pertanyaan pada lembar kerja yang telah dibagikan

oleh guru. Guru membimbing setiap kelompok dalam melakukan dikusi,

mengarahkan siswa untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dalam kegiatan

praktik. Selanjutnya guru membimbing setiap kelompok dalam menyiapkan

laporan dengan meminta setiap siswa untuk menuliskan jawaban dari

pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja kelompok, serta membuat

kesimpulan dari kegiatan praktik yang telah dilakukan.

Setelah masing-masing kelompok telah selesai melakukan tugasnya,

maka guru menyiapkan siswa dalam kegiatan presentasi. Guru membimbing

siswa dalam kegiatan presentasi, guru meminta perwakilan dari setiap

kelompok untuk menunjukkan laporan yang telah dibuat.

Pada tahap 5 (Generalization), guru memimbing siswa untuk

melakukan kegiatan diskusi bersama untuk membahas kegiatan yang telah

dilakukan. Selanjtunya siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.

Guru memberikan penjelasan terhadap materi yang dirasa kurang jelas bagi

siswa. Setelah itu, guru bersama siswa melaksanakan kegiatan refleksi. Guru

bertanya kepada siswa tentang apa saja pengalaman yang didapat selama

pembelajaran. Guru juga menanyakan tentang kendala atau kesulitan yang

dihadapi siswa. Beberapa siswa ditunjuk untuk menceritakan pengalaman yang

didapat serta kendala atau kesulitan yang dihadapi. Pada kegiatan penutup,

guru bersama siswa menyimpulkan materi yang yang telah dipelajari hari ini.

Setelah itu guru memberikan tindak lanjut berupa tugas kepada siswa

untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru memyampaikan rencana

pembelajaran berikutnya guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan

salam penutup.

64

b. Pertemuan Kedua

Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 pertemuan kedua dilaksanakan pada

tanggal 9 Mei 2016 dan dilaksanakan sama seperti pada pertemuan sebelumnya

yakni pembelajaran dilakukan oleh guru kelas 5. Peneliti sebagai observer

mengamati kegiatan guru dan siswa.

Kegiatan pembelajaran terdiri dari empat kegiatan yaitu kegiatan pra

pembelajaran, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Kegiatan pra pembelajaran diawali dengan guru menyiapkan ruang, alat dan

media pembelajaran. Siswa menyiapkan perlengakapan pembelajaran. Setelah

itu guru mengatur siswa untuk menempati tempat duduknya masing-masing.

Kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam kepada siswa,

kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk memimpin doa. Dilanjutkan

dengan guru melakukan presensi untuk memeriksa kehadiran siswa.

Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi pada siswa dengan bertanya

pada siswa, “Apa kegunaan dari pesawat sederhana?”. Siswa diberi

kesempatan untuk menjawab pertanyaan guru. Setelah menyampaikan

apersepsi, guru menjelaskan tentang kegiatan dan tujuan pembelajaran yang

akan dilakukan. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan mengajak

siswa untuk melakukan yel-yel.

Guru menjelaskan bahwa hari ini akan mempelajari tentang pengertian

dari pesawat sederhana jenis katrol dan roda berporos. Selanjutnya, guru

menginformasikan bahwa siswa akan melakukan kegiatan praktik. Guru juga

menyampaikan bahwa siswa akan belajar dalam kelompok. Siswa

mendengarkan penjelasan dari guru.

Dalam kegiatan inti, pada tahap 1 (Stimulation), guru memberikan

gambaran umum tentang materi/topik yang akan dipelajari tentang pesawat

sederhana jenis katrol dan roda berporos. Untuk mengecek pemahaman siswa,

guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dengan menunjuk acak

beberapa siswa. Selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok, guru

membagi kelompok secara heterogen di mana kemampuan siswa dibagi rata

dan tidak dikumpulkan dalam satu kelompok. Hal ini bertujuan untuk

65

membantu siswa yang lemah dalam belajar. Siswa di dalam kelas dibagi

menjadi tujuh kelompok, karena jumlah siswa kelas 5 ada 27 maka ada 4

kelompok berisi 4 siswa sedangkan 3 kelompok berisi 5 siswa. Guru

menjelaskan mengenai kegiatan kelompok yang akan dilakukan yakni di dalam

kelompok siswa akan melakukan kegiatan praktik, diskusi dan membuat

laporan untuk memahami kegunaan katrol dan roda berporos. Siswa

mendengarkan penjelasan dari guru.

Pada tahap 2 (Problem Statement), guru membagikan alat dan bahan

yang akan digunakan dalam kegiatan kelompok yakni karton, pensil, kotak

korek api, gunting. Kemudian guru menjelaskan tugas yang akan dilakukan

dalam kegiatan praktik bersama dengan anggota kelompoknya, yakni siswa

akan melakukan percobaan untuk menjelaskan katrol dan roda berporos.

Guru juga membagikan lembar kerja kelompok pada masing-masing

kelompok. Sebelum siswa melakukan kegiatan praktik, guru

mendemosntrasikan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan.

Selanjutnya, pada tahap 3 (Data Collection) guru meminta dan

membimbing siswa dalam kegiatan praktik. Guru membimbing siswa serta

memberi arahan terhadap langkah-langkah dalam kegiatan praktik pada

kelompok yang mengalami kesulitan.

Pada tahap 4 yakni Data Processing & Verification, setelah kegiatan

praktik selesai dilakukan, maka siswa mendiskusikan hasil dari kegiatan

praktik serta menjawab pertanyaan pada lembar kerja yang telah dibagikan

oleh guru. Guru membimbing setiap kelompok dalam melakukan dikusi,

mengarahkan siswa untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dalam kegiatan

praktik. Selanjutnya guru membimbing setiap kelompok dalam menyiapkan

laporan dengan meminta setiap siswa untuk menuliskan jawaban dari

pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja kelompok, serta membuat

kesimpulan dari kegiatan praktik yang telah dilakukan.

Setelah masing-masing kelompok telah selesai melakukan tugasnya,

maka guru menyiapkan siswa dalam kegiatan presentasi. Guru membimbing

66

siswa dalam kegiatan presentasi, guru meminta perwakilan dari setiap

kelompok untuk menunjukkan laporan yang telah dibuat.

Pada tahap 5 (Generalization), guru memimbing siswa untuk

melakukan kegiatan diskusi bersama untuk membahas kegiatan yang telah

dilakukan. Selanjtunya siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.

Guru memberikan penjelasan terhadap materi yang dirasa kurang jelas bagi

siswa. Setelah itu, guru bersama siswa melaksanakan kegiatan refleksi. Guru

bertanya kepada siswa tentang apa saja pengalaman yang didapat selama

pembelajaran. Guru juga menanyakan tentang kendala atau kesulitan yang

dihadapi siswa. Beberapa siswa ditunjuk untuk menceritakan pengalaman yang

didapat serta kendala atau kesulitan yang dihadapi.

Pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyimpukan materi yang

telah dipelajari hari ini. Setelah itu guru memberikan tindak lanjut berupa tugas

kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru meyampaikan

rencana pembelajaran berikutnya guru mengakhiri pembelajaran dengan

mengucapkan salam penutup.

4.1.1.3.3. Hasil Tindakan

Pada subbab ini, akan diuraikan tentang hasil tindakan pada Siklus 2. Hasil

tindakan menguraikan hasil analisis data dari lembar observasi kegiatan guru dan

kegiatan siswa sesuai dengan pendekatan discovery learning, hasil minat belajar

siswa serta hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai soal evaluasi yang

diberikan pada pertemuan kedua.

a. Hasil Analisis Lembar Observasi

1) Pertemuan Pertama

Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan

pendekatan discovery learning. Pada pertemuan pertama, observasi masih

dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mengisi lembar observasi kegiatan

guru dan kegiatan siswa sesuai dengan pendakatan discovery learning. Hasil

dari analisis lembar observasi terhadap kegiatan guru dan siswa sesuai

67

dengan pendekatan discovery learning secara rinci disajikan dalam Tabel

4.9 dan 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.9

Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 2 Pertemuan Pertama

No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi

Ya Tidak

1 Pra Pembelajaran 2 2 0

2 Kegiatan Pendahuluan 7 7 0

3 Kegiatan Inti 15 15 0

4 Kegiatan Penutup 3 3 0

Jumlah 27 27 0

Berdasarkan Tabel 4.9, dapat ditarik analisis bahwa dari empat

indikator kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dalam 27 butir

pengamatan, semuanya telah dilakukan oleh guru. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik, guru telah

melakukan semua langkah-langkah pembelajaran sesuai yang tertulis dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan guru, terdapat catatan

yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan

baik. Hal ini terlihat dari semua butir pengamatan pada lembar observasi

telah dilakukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung.

Tabel 4.10

Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 2 Pertemuan Pertama

No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi

Ya Tidak

1 Pra Pembelajaran 2 2 0

2 Kegiatan Pendahuluan 7 7 0

3 Kegiatan Inti 15 15 0

4 Kegiatan Penutup 3 3 0

Jumlah 27 27 0

Berdasarkan Tabel 4.10, dapat ditarik analisis bahwa dari empat

indikator kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dalam 27 butir

pengamatan, semuanya telah nampak dilakukan oleh siswa. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik,

siswa telah melakukan semua kegiatan pembelajaran sesuai yang tertulis

dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

68

Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan siswa, terdapat catatan

yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan

baik. Hal ini juga nampak dari semua butir pengamatan pada lembar

observasi telah dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung.

Namun ada beberapa siswa yang masih bergurau dengan temannya saat

bekerja kelompok.

2) Pertemuan Kedua

Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan

pendekatan discovery learning. Pada pertemuan pertama, observasi masih

dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mengisi lembar observasi kegiatan

guru dan kegiatan siswa sesuai dengan pendekatan discovery learning. Hasil

dari analisis lembar observasi terhadap kegiatan guru dan siswa sesuai

dengan pendekatan discovery learning secara rinci disajikan dalam tabel

4.11 dan 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.11

Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 2 Pertemuan Kedua

No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi

Ya Tidak

1 Pra Pembelajaran 2 2 0

2 Kegiatan Pendahuluan 7 7 0

3 Kegiatan Inti 15 15 0

4 Kegiatan Penutup 3 3 0

Jumlah 27 27 0

Berdasarkan tabel 4.11, dapat ditarik analisis bahwa dari empat

indikator kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dalam 27 butir

pengamatan, semuanya telah nampak dilakukan oleh guru. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik,

guru telah melakukan semua langkah-langkah pembelajaran sesuai yang

tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan guru, terdapat catatan

yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan

sangat baik. Hal ini nampak dari semua butir pengamatan pada lembar

observasi telah dilakukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung.

Tabel 4.12

Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus 2 Pertemuan Kedua

69

No Indikator Butir Pengamatan Hasil Observasi

Ya Tidak

1 Pra Pembelajaran 2 2 0

2 Kegiatan Pendahuluan 7 7 0

3 Kegiatan Inti 15 15 0

4 Kegiatan Penutup 3 3 0

Jumlah 27 27 0

Berdasarkan tabel 4.12 hasil observasi kegiatan siswa pertemuan

pertama, dapat ditarik analisis bahwa dari empat indikator kegiatan

pembelajaran yang dijabarkan dalam 27 butir pengamatan, semuanya telah

nampak dilakukan oleh siswa. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

pembelajaran sudah berjalan dengan baik, siswa telah melakukan semua

kegiatan pembelajaran sesuai yang tertulis dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan siswa, terdapat catatan

yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan

sangat baik. Hal ini juga nampak dari semua butir pengamatan pada lembar

observasi telah dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung.

b. Hasil Analisis Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa pada Siklus 2 diperoleh dari nilai soal evaluasi yang

dikerjakan siswa pada pertemuan kedua. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda

yang terdiri dari 20 butir soal. Nilai siswa diperoleh dengan menghitung skor

yang diperoleh kemudian mengubahnya menjadi nilai akhir. Hasil dari analisis

hasil belajar siswa secara rinci disajikan dalam tabel 4.13 sebagai berikut:

Tabel 4.13

Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri

Gedangan 01 Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 2

No Interval Nilai Siklus I

Jumlah Siswa Persentase (%)

1 65 – 74 7 25.9

2 75 – 84 9 33.3

3 84 – 95 6 22.2

4 ≥ 95 5 18.6

Total 27 100

70

Berdasarkan tabel 4.13 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran IPA pada

Siklus 2, maka dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi, presentase dan juga

perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah. Terdapat 7

siswa (25.9%) yang memperoleh nilai pada rentang 65-74, kemudian siswa

yang memperoleh nilai pada rentang 75-84 adalah 9 siswa (33.3%).

Selanjutnya, terdapat 6 siswa (22.2%) yang memperoleh nilai pada rentang 84-

94. Pada rentang nilai ≥95 diperoleh oleh 5 (18.6%) siswa.

Pada Siklus 2, nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 85.6 dengan nilai

tertinggi 100 dan nilai terendah 65. Berdasarkan tabel nilai mata pelajaran IPA

pada Siklus 2maka dapat digambarkan dalam diagram tabel pada gambar 4.5

sebagai berikut:

Gambar 4.5

Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri

Gedangan 01 Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 2

4.1.1.3.4. Refleksi Siklus 2

Setelah dilakukannya kegiatan pembelajaran Siklus 2 dari pertemuan

pertama dan kedua, maka selanjutnya diadakan refleksi atas tindakan

pembelajaran di Siklus 2. Refleksi digunakan sebagai bahan perbaikan dengan

membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator

aktivitas yang telah ditetapkan.

7

9

6

2 2

0123456789

10

65-74 75-84 84-95 90-94 95-99

Ju

mla

h S

isw

a

Rentang Nilai

71

Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi yang dilakukan oleh

peneliti, guru kolabolator, guru observer dan beberapa siswa kelas 5. Pada

pelaksanaan tindakan Siklus 2, peneliti dan guru kolaborator telah melakukan

berbagai upaya perbaikan tindakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1.

Berdasarkan hasil refleksi diketahui bahwa guru kolaborator sudah dapat

menerapkan pendekatan discovery learning dengan sangat baik. Hal ini nampak

pada hasil observasi kegiatan guru dan siswa yang menunjukkan bahwa seluruh

indikator pengamatan kegiatan pembelajaran sudah dilakukan selama proses

pembelajaran.

Pada pertemuan pertama, berdasarkan catatan hasil observasi kegiatan siswa

masih terdapat beberpa siswa yang kurang terlibat aktif saat diskusi kelompok.

Namun pada pertemuan kedua, kekurangan tersebut sudah tidak nampak lagi dan

pembelajaran sudah dapat terlaksana dengan sangat baik. Melalui pendekatan

discovery learning, siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Kegiatan

penemuan yang dikemas dalam kegiatan praktik membuat siswa berusaha

menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari. Kondisi demikian

membuat siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Adanya

kegiatan kelompok juga turut membantu siswa dalam mengemukakan pendapat.

Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan Kriteria Ketuntasan Belajar

(KKM ≥ 65) maka diperoleh data sebanyak 27 siswa dengan presentase 100%

tuntas. Berdasarkan indikator keberhasilan ketuntasan belajar yang telah

ditentukan oleh peneliti yaitu 85%, maka dapat dinyatakan bahwa indikator

keberhasilan telah tercapai karena presentase ketuntasan telah mencapai 100%.

Sedangkan untuk perolehan nilai rata-rata belajar secara klasikal mencapai

85.6. Hasil tersebut menunjukkan adanya keberhasilan dalam meningkatkan hasil

belajar siswa kelas 5 SDN Gedangan 01 pada pelajaran IPA. Selain itu terjadi

peningkatan terhadap minat siswa jika dibandingkan pada siklus sebelumnya.

Pada siklus 2 prosentase minat belajar siswa mencapai 92.12% dengan kategori

baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan discovery learning mampu

meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

72

Dari hasil pelaksanaan siklus 2, maka dapat disimpulkan bahwa

permasalahan-permasalahan yang muncul pada siklus 1 dapat diselesaikan dengan

baik melalui upaya yang direncanakan pada refleksi siklus 1 dan dilakukan pada

Siklus 2. Hasil tindakan yang diperoleh pada Siklus 2 juga telah mencapai

indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti.

4.2 Hasil Analisis Data

Pada bab analisis data, akan diuraikan tentang perbandingan hasil belajar

dan ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Gedangan 01 pada kondisi

awal, siklus 1 dan Siklus 2. Melalui perbandingan belajar dan ketuntasan hasil

belajar pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2, maka dapat diketahui perbedaan

dan peningkatan yang ditemukan. Perbandingan ketuntasan belajar IPA

ditunjukan pada Tabel 4.15 sebagai berikut:

Tabel 4.15

Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

No Ketuntasan

Belajar

Nilai Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

1. Tuntas ≥ 65 13 48.15 22 81.48 27 100

2. Belum Tuntas <65 14 51.85 5 18.52 0 0

Jumlah 27 100 27 100 27 100

Nilai Rata-rata 62.7 73.25 85.6

Berdasarkan Tabel 4.15, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil

belajar dari kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2. Pada kondisi awal, siswa yang

tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) berjumlah 13

siswa (48.15%), sementara siswa yang belum tuntas berjumlah 14 siswa

(51.85%).

Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 1, nampak peningkatan jumlah

siswa yang tuntas yaitu dengan jumlah 22 siswa (81.48%), sedangkan siswa yang

belum tuntas berjumlah 5 siswa (18.52%). Berdasarkan hasil tindakan pada siklus

1, dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai

indikator keberhasilan yaitu mencapai 85% dari total keseluruhan siswa sehingga

masih diperlukan perbaikan pada Siklus 2.

Setelah pelaksanaan tindakan pada Siklus 2, jumlah siswa yang tuntas

mencapai 100% atau seluruh siswa telah tuntas dari Kriteria Ketuntasan Minimal

73

(KKM ≥ 65). Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat diketahui bahwa

ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai atau memenuhi indikator

keberhasilan yang ditetapkan yaitu mencapai 85% dari total keseluruhan siswa.

Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat

dalam diagram tabel pada Gambar 4.7 sebagai berikut:

Gambar 4.6

Diagam Batang Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa selain ketuntasan hasil

belajar klasikal yang meningkat, nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami

peningkatan. Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD

Negeri Gedangan 01 pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2 ditunjukan dalam

Tabel 4.16 sebagai berikut:

Tabel 4.16

Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar IPA

Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

Hasil Tindakan Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

Nilai Rata-rata Hasil

Belajar IPA

62.7 73.25 85.6

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Tuntas 13 22 27

13

22

27

0

5

10

15

20

25

30

Jum

lah

Sis

wa

74

Berdasarkan Tabel 4.16 tentang perbandingan nilai rata-rata hasil belajar

siswa, dapat diketahui terdapat peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada

kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2. Pada kondisi awal, nilai rata-rata hasil belajar

siswa hanya mencapai 62.7. Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, nilai rata-

rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 73.25. Berdasarkan hasil tindakan pada

siklus 1, dapat diketahui bahwa perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa juga

belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 85% dari

jumlah keseluruhan siswa mengalami ketuntasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan

perbaikan melalui pelaksanaan tindakan pada siklus 2.

Setelah dilakukan tindakan pada siklus 2, diketahui bahwa hasil belajar

IPA semakin mengalami peningkatan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada

Siklus 2 mencapai 85.6. Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas

5 SD Negeri Gedangan 01 pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2 dilihat dalam

diagram batang pada gambar 4.8 sebagai berikut:

Gambar 4.7

Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar IPA

Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

4.3 Pembahasan

4.3.1. Pra Siklus

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di kelas

5 SD Negeri Gedangan 01 Kecamatan Muncul Kabupaten Semarang, ditemukan

62,7

73,25

85,6

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Rata-rata

75

beberapa permasalah yang muncul pada pembelajaran IPA. Permasalahan yang

ditemukan yaitu terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan guru,

selama ini guru hanya menggunakan metode yang konvensional yakni metode

ceramah. Kondisi tersebut membuat siswa kurang bersemangat dalam mengikuti

pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.

Hasil dokumentasi awal menunjukkan hasil belajar siswa masih rendah

yaitu kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65). Data hasil belajar

siswa yang diperoleh dari nilai ulangan terakhir tahun ajaran 2015/2016

menunjukkan bahwa dari keseluruhan jumlah siswa yaitu 27 siswa terdapat 14

siswa (51.85%) yang belum tuntas dan hanya 13 siswa (48.15%) yang tuntas.

Upaya dalam mengatasi permasalahan yang telah dikemukakan maka

diperlukan model pembelajaran tepat dalam pembelajaran IPA dan sesuai dengan

karakteristik pembelajaran IPA. Termuat dalam KTSP bahwa tujuan dari

pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang dapat aktifitas agar siswa mampu

mengembangkan kemampuannya dapat didukung dengan menerapkan model

pembelajaran yang tepat. Berdasarkan kondisi yang demikian, maka peneliti

merasa diperlukan adanya tindakan perbaikan sebagai upaya untuk meningkatkan

minat dan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan discovery learning.

Melalui penerapan pendekatan discovery learning diduga dapat meningkatkan

minat belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Jurnal yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning

Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa” tahun 2014 oleh I Made

Putrayasa, H Syahrudin, I Gede Margunayasa menunjukkan bahwa siswa dapat

berinteraksi dengan baik ketika diberikan pembelajaran dengan discovery

learning. Hal serupa juga diungkapkan Chusni Mubarok dan Edy Sulistyo (2014:

217) yang menyatakan bahwa discovery learning merupakan sebuah proses

pembelajaran di mana guru harus dapat menstimulus siswa dengan pertanyaan-

pertanyaan dan membuat siswa berusaha mencari sendiri jawaban dari pertanyaan

tersebut.

Pendekatan pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning

merupakan metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa

76

sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum

diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Dalam

pembelajaran discovery (penemuan), kegiatan atau pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-

prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari dua

pertemuan. Pelaksanaan tindakan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas 5 dan

sebagai guru kolaborator.

4.3.2. Siklus 1

Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 30 April 2016. Sedangkan untuk

pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2016. Pelaksanaan tindakan

dilakukan oleh guru kelas, dan yang menjadi observer adalah peneliti sendiri.

Melalui penerapan pendekatan discovery learning pada siklus 1, perilaku

guru dan siswa tentu berubah dibandingkan pada kondisi awal. Perilaku guru yang

semula banyak mendominasi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah

dan, mulai berubah setelah diberikan tindakan yakni dengan menerapkan

pendekatan discovey learning. Peran guru yang sebelumnya menjadi pusat belajar

berubah menjadi fasilitator dengan memberikan bimbingan pada siswa.

Guru hanya memberikan gambaran secara umum tentang materi atau topik

yang akan dipelajari kemudian membuat siswa dapat menemukan sendiri konsep-

konsep dari materi yang dipelajari dengan adanya kegiatan praktik. Pada tahap ini,

guru hanya memberikan penjelasan secara singkat tentang materi yang akan

dipelajari. Perilaku siswa yang teramati juga terlihat berubah jika dibandingkan

dengan kondisi awal. Pada kondisi awal guru menggunakan metode ceramah

sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran dan hanya

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini berbeda dengan perilaku

siswa yang teramati pada pelaksanaan tindakan siklus 1. Siswa mulai terlibat aktif

dalam pembelajaran yang terlihat dalam semua tahap kegiatan discovery learning.

Pada tahap 1 (Stimulation), siswa dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan pertanyaan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi

77

atas pertanyaan tersebut supaya timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di

samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM denga mengajukan pertanyaan,

anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada

persiapan pemecahan masalah.

Tahap 2 (Problem Statement), setelah dilakukan tahap stimulasi, langkah

selanjutya adalah guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin solusi-solusi masalah yang relevan

dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam

bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Permasalahan

yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau

hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang

diajukan.

Tahap 3 (Data Collection), ketika eksplorasi berlangsung guru juga

memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis. Tahap pengumpulan data ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau

membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian siswa diberi

kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,

membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan

uji coba sendiri dan sebagainya.

Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk

menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi,

dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan

pengetahuan yang telah dimiliki.

Tahap 4 (Data Processing&Verification ), semua informasi hasil bacaan,

wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,

ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada

tingkat kepercayaan tertentu. Pengolahan data disebut juga dengan pengkodean/

kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari

generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif

jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

78

Selanjutnya siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan

alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

Tahap verification bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik

dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai

dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi

yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu

kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

Tahap 5 (Generalization) merupakan proses menarik sebuah kesimpulan

yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau

masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil

verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah

menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang

menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau

prinsip-prinsip yang luas

Berdasarkan hasil observasi, secara umum pembelajaran sudah terpantau

berjalan dengan baik dan sesuai dengan RPP. Perubahan perilaku guru dan siswa

sudah dapat teramati. Namun pelaksanaan pembelajaran belum terlaksana secara

maksimal. Hal ini dikarenakan masih terdapat beberapa kegiatan yang tidak

nampak dilakukan oleh guru dan siswa.

Pada pelaksanaan tindakan siklus 1, dapat diketahui bahwa guru kurang

dalam membimbing siswa. Berdasarkan catatan yang dituliskan observer pada dua

kali pertemuan, guru kurang dalam memberikan bimbingan pada siswa.

Diantaranya pada tahap 2, guru tidak memberikan contoh dalam melakukan

percobaan. Pada tahap 3 dan tahap 4, siswa juga nampak kesuliatan. Respon siswa

yang muncul pada pertemuan pertama yaitu sebagian besar siswa terlihat kesulitan

dalam beberapa kegiatan pembelajaran. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang

kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan belum

maksimalnya bimbingan yang diberikan oleh guru.

79

Pada pertemuan kedua, respon siswa sudah terlihat lebih baik. Namun masih

ada siswa yang nampak kesulitan dalam mengerjakan dan ada beberapa siswa

yang tidak mengerjakan tugas kelompok dengan baik. Hal ini menjadi catatan

penting bagi guru sehingga perlunya upaya dalam mengatasi respon siswa.

Hasil tindakan pada siklus 1 yang diperoleh nilai siswa pada soal evaluasi

siklus 1 menunjukkan ketuntasan belajar telah mengalami peningkatan

dibandingkan dengan kondisi awal. Ketuntasan belajar mencapai 81.48% atau 22

siswa sudah dinyatakan tuntas dan masih terdapat 5 siswa (18.56%) yang belum

tuntas. Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar mencapai 73.25.

Berdasarkan analisis hasil tindakan siklus 1, baik dari analisis hasil belajar

maupun proses masih diperlukan upaya perbaikan. Upaya dilakukan agar dapat

mencapai indikator keberhasilan. Upaya perbaikan diperoleh setelah melakukan

kegiatan refleksi siklus 1. Seperti yang telah dijelaskan dalam proses pelaksanaan

tindakan siklus 1, terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh guru pada

pelaksanaan siklus 2. Peneliti bersama guru melakukan perencanaan untuk

tindakan siklus 2. Peneliti bersama guru juga mendiskusikan tentang hal-hal yang

perlu diperbaiki pada pelaksanaan siklus 2.

Guru harus lebih memahami langkah-langkah kegiatan pembelajaran

sehingga semua kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Guru harus lebih

melakukan bimbingan terhadap siswa sehingga siswa tidak bingung dan kesulitan

saat mengerjakan tugas, seperti pada saat siswa menuliskan pertanyaan, menyusun

rencana penyelidikan dan melaksanakan investigasi. Ketika guru memberikan

gambaran umum topik yang akan dipelajari, guru dapat memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya, atau guru dapat menunjuk acak beberapa siswa dan

diberikan pertanyaan. Hal tersebut sekaligus dapat mengecek pemahaman siswa

dan memantau perhatian siswa.

4.3.3. Siklus 2

Pelaksanaan tindakan siklus 2 dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2016. Sedangkan untuk

80

pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 9 Meil 2016. Pelaksanaan tindakan

dilakukan oleh guru kelas 5 selaku guru kolabolator dan peneliti sebagai observer.

Pelaksanaan siklus 2 merupakan upaya perbaikan dari pelaksanaan tindakan

pada siklus 1. Upaya perbaikan tindakan dilakukan agar hasil tindakan pada siklus

2 ini dapat mencapai indikator keberhasilan. Selain itu, agar proses pembelajaran

yang dirasa masih kurang pada siklus 1 dapat berjalan lebih baik pada siklus 2.

Melalui penerapan pendekatan discovery learning pada siklus 2, perilaku guru dan

siswa lebih baik dibandingka pada siklus 1. Berdasarkan hasil observasi, semua

langkah kegiatan telah dilakukan oleh guru dan siswa.

Pada pelaksanaan tindakan siklus 2, guru sudah mampu membimbing siswa

dengan baik dalam melaksankan tugas. Siswa mampu mengerjakan dengan lebih

baik dan jika kesulitan dapat menanyakannya pada guru. Seperti halnya pada pada

siklus 1, perilaku siswa yang teramati pada siklus 2 adalah siswa nampak lebih

aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif nampak dalam semua

tahapan pendekatan discovery learning. Seiring dengan bimbingan guru yang

lebih maksimal, siswa juga nampak lebih mudah dalam mengerjakan tugas.

Pada pelaksanaan tindakan siklus 1 siswa masih belum aktif bertanya atau

menanggapi presentasi kelompok. Namun pada pelaksanaan siklus 2 baik pada

pertemuan pertama maupun kedua, siswa nampak aktif untuk bertanya atau

menanggapi presentasi kelompok. Jika pada siklus 1, pada saat guru belum

mencontohkan langkah-langkah dari kegiatan praktik. Pada siklus 2, guru telah

mencontohkan langkah-langkah kegiatan praktik, sehingga siswa dapat

melakukan kegiatan praktik dengan baik. Siswa juga berani bertanya tentang

kesulitan yang dialami selama kegiatan praktik.

Berdasarkan analisis dari proses pelaksanaan tindakan pada siklus 2, dapat

disimpulkan bahwa proses pelaksanaan tindakan siklus 2 lebih baik dibandingkan

dengan siklus 1. Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan siklus2, semua

tahapan kegiatan pembelajaran telah dilakukan oleh guru dan siswa dengan sangat

baik. Selanjutnya, hasil tindakan yang diperoleh pada siklus 2 menunjukan

peningkatan hasil belajar yang signifikan yaitu ketuntasan belajar mencapai 100%

atau semua siswa telah tuntas. Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar mencapai

81

85.6. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tindakan pada siklus 2 telah mencapai

indikator keberhasilan. Ketuntasan belajar siswa telah mencapai lebih dari

indikator keberhasilan yaitu 85%. Sedangkan untuk nilai rata-rata hasil belajar

siswa juga telah naik dari kondisi sebelumnya. Minat belajar siswa juga

mengalami peningkatan yakni menjadi 92.12% dengan kategori baik sekali.

Hasil tersebut membuktikan bahwa pendekatan discovery learning dapat

meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Gedangan 01

semester II tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan dari hasil analisis data siklus 1

dan siklus 2, dapat ditemukan beberapa temuan dalam penelitian ini. Temuan ini

terkait perilaku guru dan perilaku siswa yang dapat teramati dengan menggunkan

pendekatan discovery learning.

Pendekatan discovery merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa

untuk berperan aktif di dalam belajar. Peran aktif siswa dalam belajar ini

diterapkan melalui cara penemuan. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam

proses belajarnya diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip. Proses

mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-

golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan

sebagainya. Dengan demikian, pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran

yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,

dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar siswa dapat

belajar sendiri.

Temuan ini mendukung pendapat dari Hosnan (2014: 282) bahwa discovery

learning adalah suatu pendekatan untuk mengembangkan cara belajar aktif

dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan

setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa

belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang

dihadapi.

Temuan ini juga mendukung pendapat Wilcox (Hosnan, 2014: 281)

menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk

belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-

konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki

82

pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan

prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Sedangkan menurut Budiningsih (2005: 87) pendekatan discovery learning

adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk

akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery sendiri terjadi apabila

individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk

menemukan melalui proses mental, yakni, observasi, klasifikasi, pengukuran,

prediksi, penentuan, dan inferi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan pendekatan

discovery learning dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa pada

pembelajaran IPA. Penerapan pendekatan discovery learning dalam penelitian ini

selaras dengan hasil penelitian oleh beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian

sebelumnya menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui

penerapan pendekatan discovery learning.

Penelitian yang dilakukan oleh Prysta Widhiyani (2013) dengan judul

“Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Discovery Learning untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Sumbersari 02

Jember Pokok Bahasan Segitiga dan Segi empat Tahun Pelajaran 2012/2013”

menunjukkan persentase aktivitas yang diperoleh dari pembelajaran melalui

pendekatan discovery learning pada siklus I pertemuan pertama sebesar 41,17%

dengan kategori cukup aktif meningkat pada pertemuan kedua menjadi 64,70%

dengan kategori aktif.

Perolehan nilai pada siklus II yakni sebesar 79,41% dengan kategori sangat

aktif, sehingga meningkat sebesar 14,71%. Ketuntasan hasil belajar siswa pada

siklus I sebesar 55,88% dengan kategori kurang dan jumlah siswa yang mencapai

ketuntasan 19 siswa meningkat pada siklus II menjadi 82,35% dengan kategori

sangat baik dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 28 siswa dari

34 siswa, sehingga meningkat sebesar 26,47%.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika

menggunakan pendekatan discovery learning berjalan sesuai rencana yang telah

83

dirancang dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih memahami materi

yang diajarkan.

Hasil penelitian lain mengenai penerapan Discovery Learning adalah

penelitian yang telah dilakukan oleh Cita, Tiarani (2013) Penerapan pendekatan

Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Pada Mata

Pelajaran Matematika Materi Pokok Bangun Ruang. Hasil penelitian dengan

menggunakan pendekatan discovery pada pembelajaran matematika menunjukkan

adanya peningkatan proses pembelajaran, terlihat siswa aktif dalam penemuannya,

demikian pula perolehan nilai siswa dalam pembelajaran matematika materi

pokok Bangun Ruang mengalami peningkatan. Pada siklus pertama nilai rata-rata

siswa mencapai 66,15 atau sebanyak 55,56% siswa yang mencapai nilai KKM.

Pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 74,72

atau sebanyak 71,12% siswa yang mencapai nilai KKM. Pada siklus ketiga

mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 77,22 atau sebanyak

82,22% siswa yang mencapai nilai KKM.

Penelitian yang juga telah berhasil dilakukan adalah penelitian dari

Bambang Supriyanto dengan judul Penerapan Discovery Learning Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Vi B Mata Pelajaran Matematika Pokok

Bahasan Keliling Dan Luas Lingkaran Di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan

Tanggul Kabupaten Jember. Hasil Penelitiannya menunjukkan adanya

peningkatan terhadap aktivitas siswa pada siklus 1 aktivitas siswa secara klasikal

adalah 61,86%. Pada siklus 2 mencapai 74,99%.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 30,30%, yakni dari

siklus 1 mencapai 60,60% dan pada siklus 2 mencapai 90,90%, dengan hasil yang

dicapai tersebut dapat dinyatakan tuntas. Dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa dalam pembelajaran terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada

siswa kelas VIB SDN Tanggul Wetan 02 dengan menggunakan penerapan

Discovery Learning.

Penelitian lainnya dengan menerapkan pendekatan discovery learning

adalah penelitian yang dilakukan oleh Chusny Mubarok dan Edi Sulistyo dengan

judul Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar

84

Siswa Kelas X Tav Pada Standar Kompetensi Melakukan Instalasi Sound System

Di Smk Negeri 2 Surabaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa dengan pendekatan pembelajaran Discovery Learning lebih tinggi dari hasil

belajar siswa dengan model pembelajaran langsung dengan perolehan uji-t yakni

thitung 3,291 > tabel 1,99, dan dengan rincian nilai rata-rata kelas eksperimen

80,176 dan nilai rata-rata kelas kontrol 76,083. Hasil angket respon siswa

menunjukkan Hasil Rating sebesar 77,39%. Dari kriteria penentuan prosentase

rating penilaian kualitatif maka respon siswa diketegorikan baik terhadap

penerapan pendekatan pembelajaran Discovery Learning.