bab iv hasil penelitian dan pembahasan...siswa mengerjakan pretest dengan sungguh-sungguh sesuai...
TRANSCRIPT
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di SDN Mukiran 04, SDN Siwal 01 dan SDN
Mukiran 04 gugus Sembodro, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini berupa variabel independent yaitu
model pembelajaran Jigsaw dan STAD, variabel dependent yaitu hasil belajar IPS
dan variabel kovarian yaitu pretest. Sebelum penelitian dilakukan, instrumen yang
nantinya akan digunakan dalam penelitian selanjutnya dilakukan uji kelayakan
instrumen. Setelah pelaksanaan penelitian, data hasil penelitian akan dilakukan
analisis untuk penarikan kesimpulan. Teknik analisis penelitian ini data terdiri
dari: teknik deskriptif dan statistik. Selanjutnya Pada bab IV akan dipaparkan
mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi hasil implementasi
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Jigsaw sebagai kelompok
eksperimen 1 dan hasil penelitian pada implementasi menggunakan model
pembelajaran STAD sebegai kelompok eksperimen 2, serta membahaas tentang
deskripsi komparasi hasil pengukuran, hasil uji beda penelitian, hasil uji hipotesis,
hasil pembahasan dan keterbatasan penelitian.
4.1 Hasil Penelitian4.1.1 Hasil Implementasi Pembelajaran IPS Menggunakan Model
Pembelajaran Jigsaw sebagai Kelompok Eksperimen 1
Terdapat banyak faktor yang memepengaruhi hasil belajar dalam penelitian.
Tidak semua variabel dapat dikontrol oleh peneliti saat kegiatan penelitian.
Variabel yang dapat mempengaruhi hasil penelitian daiantaranya adalah variabel
eksternal maupun internal yang ada pada subjek penelitian. Hasil penelitian
dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh variabel bebas
yang dimanipulasi, bukan variabel lain jika hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada situasi diluar setting eksperimental. Terdapat dua kondisi
yang dapat mempengaruhi kevalidan hasil penelitian yaitu validitas internal dan
internal, validitas internal mengacu pada kondisi bahwa hasil yang diperoleh
dapat digeneralisasikan dan dapat diterapkan dalam kelompok dan lingkungan
60
diluar setting eksperimental. Diperlukan adanya upaya untuk mengontrol variabel
eksternal dan variabel internal yang tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh peneliti
melalui upaya pemberian kovarian dalam penelitian. Fungsi kovarian dalam
penelitian ialah upaya penyamaan skor postest untuk perbedaan awal sebagai
randomisasi kelompok Gay (dalam Ezemir, 2012:71 ). Kovarian yang digunakan
pada penelitian ini ialah pemberian pretest sebelum pemberian perlakuan.
Pelaksanaan penelitian eksperimen 1 pada penelitian ini dilakukan pada
bulan Maret 2016, kelas yang digunakan sebagai penelitian ialah kelas 4 di SDN
Siwal 04 dan SDN Mukiran 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang,
dengan jumlah siswa 31 anak. Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam dua kali
pertemuan dengan alokasi waktu pada masing-masing pertemuan ialah 3 x 35
menit. Penelitian dilakukan dengan mengambil mata pelajaran IPS pada materi
Teknologi, Komunikasi dan Transportasi. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan
oleh peneliti sendiri sebagai penganti guru, di dalam kegiatan penelitian terdapat
juga kegiatan observasi yang digunakan dalam pengumpulan data, dimana pada
tahap observasi, observer bertugas mengamati keterlaksanaan sintak model
jigsaw. Pada tahap ini pengamatan atau observasi dilakukan oleh Daru Tyas
Suharjani sebagai wali kelas 4 SDN Siwal 01 dan Semi sebagai wali kelas 4 SDN
Mukiran 04.
4.1.1.1 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Mata Pelajaran IPS Pada
Kelompok Eksperimen 1 Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw
a. Pertemuan 1
Kegiatan penelitian dilakukan pada tanggal 22-26 Maret 2016 di SDN Siwal
01 dan SDN Mukiran 04 kegiatan pembelajaran diikiuti oleh semua siswa sesuai
dengan jumlah siswa yaitu 31 orang. Pada pertemuan pertama terdapat 4 sintak
model pembelajaran yang dilaksanakan yaitu terdiri atas masing-masing 6
langkah kegiatan guru dan 6 langkah kegiatan siswa. Pada pertemuan pertama 6
langkah kegiatan guru terlaksana 100%, sedangkan pada kegiatan siswa hanya
85% terlaksana karena terdapat 1 langkah kegiatan siswa yang tidak dilakukan
pada pertemuan pertama. Sintak yang tidak dilaksanakan ialah pada kegiatan
siswa yaitu mempelajari sub materi secara mendalam. Siswa hanya membaca
61
materi yang diberikan oleh guru, belum dapat mendalami materi secara lebih luas
dengan mengembangkan materi yang telah ada. Kegiatan penelitian diawali
dengan pemberian pretest kepada siswa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
Siswa mengerjakan pretest dengan sungguh-sungguh sesuai dengan tingkat
kemampuan dan pemahaman siswa pada materi yang nanti akan dipelajari.
Pembelajaran dimulai setelah semua siswa selesai mengerjakan pretest. Pada
kegiatan inti siswa membentuk kelompok secara heterogen dengan bimbingan
guru yang beranggotakan 4-5 siswa. Guru membantu siswa dalam pembentukan
kelompok, karena banyak siswa memilih-milih teman untuk dijadikan menjadi
anggota kelompok.
Siswa mulai berdiskusi dalam kelompok. Siswa kembali membentuk
kelompok dalam kelompok ahli untuk mempelajari materi secara mendalam.
Banyak siswa yang masing kebingungan saat pembentukan kelompok ahli,
sehingga suasana menjadi gaduh. Kondisi kelas mulai kondusif setelah guru
membatu membentuk kelompok. Kegiatan diskusi pada kelompok ahli terlihat
80% siswa mengikuti kegiatan diskusi secara aktif. Setiap kelompok terlihat
antusias saat kegiatan diskusi dalam kelompok dalam ahlinya. Setelah kegiatan
diskusi selesai, kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pemberian tugas rumah
untuk membuat ringkasan sub materi yang telah didiskusikan dalam kelompok
ahli, untuk dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya.
b. Pertemuan 2
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua ialah melanjuktan kegiatan
pembelajaran pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua semua siswa
masuk dengan jumlah 31 anak. Pada pertemuan kedua kegiatan pembelajaran
melanjutkan 3 sintak model pembelajaran Jigsaw, yang terdiri atas 5 langkah
kegiatan guru dan 5 langkah kegiatan siswa. Pada pertemuan kedua 5 langkah
kegiatan siswa terlaksana semua, artinya keterlaksanaan kegiatan siswa terlaksana
100 %. Untuk kegiatan guru semua kegiatan terlaksana 100%. Semua kegiatan
terlaksana dengan baik oleh guru maupun siswa. Kegiatan pembelajaran dimulai
dengan pemberian apersepsi melakukan tanya jawab kegiatan pembelajaran pada
pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua siswa berkumpul kembali dalam
62
kelompok asal. Siswa mulai bertukar informasi kepada teman lain sesuai sub
materinya. Kegiatan diskusi berlangsung secara kondusif dan tertib, setiap siswa
telah mempersiapkan ringkasan yang sudah dikerjakan di rumah untuk
selanjutnya diajarkan kepada teman lain.
Selesai kegiatan diskusi perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi
untuk dibahas bersama dan diberikan tanggapan oleh kelompok lain. Beberapa
kelompok memberikan jawaban yang berbeda dan memberikan tanggapan. Guru
memberikan kesimpulan dari jawaban masing-masing kelompok untuk
menyamakan jawaban. Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing untuk
mengerjakan kuis. Siswa mengoreksi kuis teman lain dengan cara ditukarkan.
Skor yang diperoleh masing-masing siswa, nantinya akan dijumlahkan dalam
kelompok awal diskusi untuk dihitung total perolehan skor kelompok. Kelompok
yang mendapakan skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan.
4.1.1.2 Tingkat Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 Kelompok Eksperimen 1
Data hasil penelitian penggunaan model jigsaw pada kelas eksperimen 1
akan dipaparkan data nilai minimun, maksimum, mean dan standart deviasi pada
nilai pretest dan posttest. Berikut ini akan dipaparkan tabel penghitungan data
deskriftif kelas eksperimen 1 pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1Tabel Deskriptif Statistik Nilai Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen 1Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretest 31 33 83 56.10 10.904
Postest 31 56 93 76.48 8.298
Valid N (listwise) 31
Pada tabel descriptive statistics dapat dilihat bahwa terdapat 31 siswa yang
mengikuti kegiatan belajar pada kelompok eksperimen 1. Pada tabel descriptive
statistics terlihat adanya peningkatan rata-rata nilai pretest dan posttest. Pada
perolehan nilai pretest terdapat peningkatan rata-rata nilai dari 56,10 menjadi
76,48 terdapat kenaikan 20,28 dari rata-rata pretest ke posttest. Kenaikan juga
63
terjadi pada perolehan nilai maksimum dan minimum nilai pretest dan posttest.
Kenaikan nilai minimum pada nilai pretest dan posttest yaitu nilai minimum
pretest 33 menjadi 56 pada perolehen nilai posttest, terdapat kenaikan perolehan
nilai minimum sebesar 23. Sedangkan kenaikan nilai maksimum pada perolehan
nilai pretest ke posttest yaitu perolehan nilai maksimum pretest 83 menjadi 93
pada nilai posttest terdapat kenaikan nilai maksimum sebesar 10. Terdapat
perolehan standar deviasi pada masing-masing nilai pretest dan posttest adalah
10.904 pada nilai pretest dan 8.298 untuk standart deviasi nilai pretest.
Selanjutnya, berikut ini akan dipaparkan tabel distribusi frekuensi nilai pretest dan
posttest kelompok eksperimen 1 pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen 1No
KelasKelas
IntervalNilai Pretest Kelas
IntervalNilai Posttest
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase1. 33-41 3 9,6% 56-62 2 6,4 %2. 42-50 5 16,4% 63-69 3 9,7%3. 51-59 10 32,2% 70-76 13 41,9%4. 60-68 10 32,2% 77-83 11 35,5%5. 69-77 2 4,6% 84-90 1 6,5%6. 78-86 2 4,6% 91-97 1 3,2%Jumlah 31 100% 31 100%
Pada tabel distribusi frekuensi dapat dijelaskan bahwa kelas interval
merupakan rentang nilai yang dibuat berdasarkan dari nilai minimum sampai nilai
maksimum data. Frekuensi merupakan banyaknya siswa yang memperoleh nilai
pada kelas interval, sedangkan presentase banyaknya siswa yang memperoleh
nilai pada kelas interval yang ditunjukkan dalam bentuk persen. Penghitungan
kelas interval diperoleh dari penghitungan menggunkan rumus Sturges (Sugiyono,
2013:35) yaitu K= 1+3,3 log n. K merupakan jumlah kelas dan n adalah
banyaknya data/siswa. Dengan rumus tersebut maka diperoleh K = 1+ 3,3 log 31
= 1 + 3,3. 1,49 = 5,97 atau dibulatkan menjadi 6. Pada tabel distribusi frekuensi
diatas maka diperoleh kelas sebanyak 6 kelas dengan penghitungan kelas interval
pretest didapatkan dari hasil rentang (skor maksimal-skor minimal dibagi jumlah
kelas) = 8,3 rentang interval kelas pretest adalah 8,3 dibulatkan menjadi 8,
64
sedangkan kelas rentang interval kelas posttest didapatkan dari 6,1.Rentang interval kelas posttest adalah 6,1 dibulatkan menjadi 6.
Pada tabel pretest dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai
pada interval kelas 33-41 sebanyak 3 anak dengan presentase mencapai 9,6%,
pada interval kelas 42-50 terdapat 5 anak dengan presentase 16,4%, pada interval
kelas 51-59 sebanyak 10 anak dengan presentase 32,2%, pada interval kelas 60-68
sebanyak 10 anak dengan presentase 32,2%, pada interval kelas 69-77 terdapat 2
anak dengan presentase 4,6% dan pada interval kelas 78-86 terdapat 2 anak
dengan presentase 4,6%
Tabel distribusi posttest, dapat dilihat bahwa perolehan nilai pada interval
kelas 56-62 terdapat 2 anak dengan presetase sebesar 6,4%, pada interval kelas
63-69 terdapat 3 anak dengan presentase 9,7%, pada interval kelas 70-76 terdapat
13 anak dengan presentase 41,9%, pada interval kelas 77-83 terdapat 11 anak
dengan presentase sebesar 35,5%, pada interval kelas 84-90 terdapat 1 anak
dengan presentase sebesar 6,5% dan pada interval kelas 91-97 terdapat 1 anak
dengan presentase sebesar 3,2%.
Perbandingan perolehan nilai pada nilai pretest dan posttest pada tabel
distribusi frekuensi dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil belajar dari nilai
pretest ke nilai posttest. Perolehan nilai pretest pada kelas pertama menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan kelas interval pretest dan posttest, yang mana pada
kelas interval pretest terdapat rentang nilai 31-41 sedangkan pada kelas pertama
posttest menunujukkan rentang nilai berada pada nilai 56-62. Pada kelas interval
terakhir menunjukkan bahwa terdapat adanya perbedaan rentang nilai pada kelas
interval antara pretest dan posttest yaitu perolehan kelas interval pretest berada
pada rentang 78-86 sedangkan pada kelas interval posttest berada pada interval
kelas 91-97. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajara pada
perolehan nilai pretest dan posttest yang dilihat dari tabel ditribusi frekuensi.
Berikut akan disajikan grafik berbandingan perolehan nilai pretest dan posttest di
bawah ini.
65
Gambar 4.1Grafik Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Eksperimen 1
Gambar 4.2Grafik Frekuensi Nilai Posttest Eksperimen 1
4.1.2 Hasil Implementasi Pembelajaran IPS Menggunakan Model
Pembelajaran STAD sebagai Kelompok Eksperimen 2
Pelaksanaan penelitian eksperimen 2 dilakukan pada bulan Maret-April
2016, kelas yang digunakan sebagai penelitian ialah kelas 4 di SDN Mukiran 03
dan SDN Mukiran 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang, dengan
jumlah siswa 32 anak. Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam dua kali
pertemuan dengan alokasi waktu pada masing-masing pertemuan ialah 3 x 35
menit. Penelitian dilakukan dengan mengambil mata pelajaran IPS pada materi
Teknologi, Komunikasi dan Transportasi. Pelaksanaan penelitian terdapat dua
kegiatan yaitu: kegiatan pelaksanaan penelitian dan pengamatan penelitian.
02468
1012
33-41 42-50 51-58 59-67 68-76 77-85
Frekuensi Nilai Pretsest
FrekuensiNilai Pretsest
02468
101214
56-62 63-69 70-76 77-83 84-90 91-96
Frekuensi Nilai Posttest
FrekuensiNilai Posttest
66
Pelaksana penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai penganti guru,
sedangkan observer merupakan kegiatan pengamatan pada saat penelitian yang
dilakukan oleh Semi sebagai wali kelas 4 SDN Mukiran 04 dan Tutik
Sulistyaningsih sebagai wali kelas 4 SDN Mukiran 03 berperan sebagai observer
pada kegiatan penelitian.
4.1.2.1. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Mata Pelajaran IPS Pada
Kelompok Eksperimen 2 Menggunakan Model Pembelajaran STAD
a. Pertemuan 1
Kegiatan penelitian dilakukan pada tanggal 27 Maret-2 April 2016. Pada
pertemuan pertama jumlah siswa yang hadir sebanyak 32 siswa. Pada pertemuan
pertama terdapat 4 sintak model STAD yang terdiri dari 6 kegiatan siswa dan 6
kegiatan guru. Kegiatan guru pada pertemuan pertama terlaksana 100%, artinya
semua kegiatan dilakukan semua oleh guru. Pada kegiatan siswa, semua langkah
kegiatan dilaksanakan 100% oleh siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan
penelitian pada pertemuan pertama diawali dengan pemberian pretest kepada
semua siswa. Kegiatan pembelajaran dimulai setelah semua siswa selesai
mengerjakan pretest. Guru menyampaikan tujuan dan motivasi sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai. Guru memulai kegiatan belajar dengan menyampaikan
materi secara klasikal. Siswa mendengarkan penjelasan guru sehingga suasana
kelas kondusif.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pembentukan kelompok
heterogen yang terdiri atas 4-5 siswa. Guru membantu dalam pembentukan
kelompok, dikarena masih banyak siswa yang ingin memilih sendiri anggota
kelompoknya. Siswa berkumpul dalam kelompok untuk mengerjakan LKS dalam
kelompok. Siswa terlihat bersemangat saat menyelesaiakan tugas bersama dalam
kelompok, masing-masing kelompok mengerjakan dengan baik. Guru berkeliling
mengawasi kegiatan siswa. Siswa bertanya kepada guru pada soal yang kurang
dipahami. Selesai kegiatan diskusi, selanjutnya kegiatan pembelajaran diakhiri
dengan memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk setiap
anggotanya mencatat dan memperbaiki jawaban yang dirasa kurang lengkap
sebagai tugas rumah, untuk selanjutnya akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
67
b. Pertemuan 2
Pada pertemuan kedua jumlah siswa yang hadir masih tetap yaitu berjumlah
32 siswa. Pada pertemuan kedua terdapat 3 sintak model STAD yang terdiri dari 5
kegiatan guru dan 5 kegiatan siswa. Kegiatan guru dilaksanan 100% oleh guru
pada saat kegiatan belajar artinya 5 kegiatan guru dilaksanakan semua oleh guru.
Kegiatan siswa terlaksana 100%, semua siswa melaksanakan kegiatan dengan
baik sesuai dengan arahan guru. Kegiatan pembelajaran diawali dengan
melakukan tanya jawab megulas kembali materi pelajaran yang dipelajari pada
pertemuan sebelumnya. Kegiatan selanjutnya semua siswa kembali berkumpul
dalam kelompok yang telah dibentuk pada petemuan sebelumnya untuk
membahas hasil diskusi dalam kelompok. Perwakilan masing-masing kelompok
membacakan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan.
Kelompok lain yang memiliki jawaban berbeda merespon jawaban kelompok,
sehingga suasana kelas menjadi gaduh karena mereka saling mempertahankan
jawaban masing-masing. Peneliti sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran
berusaha meluruskan jawaban masing-masing kelompok sehingga kelas kembali
kondusif.
Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing untuk mengerjakan soal
evaluasi. Masing-masing siswa mendapatkan soal evaluasi untuk dikerjakan.
Siswa mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh. Siswa mengoreksi soal
evaluasi dengan cara ditukar dengan temannya. Kegiatan pembelajaran kemudian
diakhiri dengan menghitung skor masing-masing jawaban yang dikoreksi siswa.
Siswa yang mendapatkan skor tertinggi akan diberikan penghargaan oleh guru
pada akhir kegiatan belajar. Siswa merasa senang karena telah memperoleh nilai
yang tinggi dan mendapatkan penghargaan.
4.1.2.2 Tingkat Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 Kelompok Eksperimen 2
Data hasil penelitian penggunaan model STAD pada kelas eksperimen 2
maka akan dipaparkan data nilai minimun, maksimum, mean dan standart deviasi
pada nilai pretest dan posttest. Di bawah ini akan dipaparkan tabel penghitungan
data deskriftif kelas eksperimen 2 pada tabel 4.3 berikut ini.
68
Tabel 4.3Tabel Deskriptif Statistik Nilai Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen 2Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretest 32 33 90 60.84 13.702
Posttest 32 46 90 71.19 12.579
Valid N (listwise) 32
Pada tabel distrbusi descriptive statistics dapat dilihat bahwa terdapat 32
siswa yang mengikuti kegiatan belajar pada kelompok ekperimen 2. Adanya
peningkatan rata-rata nilai pretest dan posttest yaitu rata-rata pretest dari 60,84
menjadi 71,19. Peningkatan perolehan nilai maksimum pretest dan posttest yaitu
minimun rata-rata pada nilai posttest, dengan standar diviasi masing-masing pada
nilai pretest dan posttest yaitu 13,703 dan 12.579.
Tabel 4.4Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen 2No
KelasKelas
IntervalNilai Pretest Kelas
IntervalNilai Posttest
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase1. 33-43 5 15,6% 44-51 5 15,6%2. 44-54 4 12,4% 52-59 0 0%3. 55-65 10 31,3% 60-67 6 18,7%4. 66-76 10 34,2% 68-75 6 18,7%5. 77-87 2 6,2% 76-83 11 34,4%6. 88-98 1 3,1% 84-91 4 12,45%Jumlah 32 100% 32 100%
Pada tabel distribusi frekuensi dapat dijelaskan bahwa kelas interval
merupakan rentang nilai yang dibuat berdasarkan dari nilai minimum sampai nilai
maksimum data. Frekuensi merupakan banyaknya siswa yang memperoleh nilai
pada kelas interval, sedangkan presentase banyaknya siswa yang memperoleh
nilai pada kelas interval yang ditunjukkan dalam bentuk persen. Penghitungan
kelas interval diperoleh dari penghitungan menggunkan rumus Sturges (Sugiyono,
2013:35) yaitu K= 1+3,3 log n. K merupakan jumlah kelas dan n adalah
banyaknya data/siswa. Dengan rumus tersebut maka diperoleh K = 1+ 3,3 log 32
69
= 1 + 3,3. 1,5 = 5,96 atau dibulatkan menjadi 6. Sedangkan interval kelas
didapatkan dari hasil rentang (skor maksimal-skor minimal dibagi jumlah kelas).
Kelas interval perolehan nilai pretest = 9,5. Sehingga rentang kelas
interval pada nilai pretest adalah 9,5 atau dibulatkan menjadi 10, sedangkan kelas
interval pada nilai posttest adalah = 7,3 kelas interval nilai posttest adalah
7,3 atau dibulatkan menjadi 7.
Pada tabel distribusi frekuensi nilai pretest di atas dapat dilihat bahwa
jumlah siswa yang memperoleh nilai pada kelas interval 33-44 sebanyak 5 anak
dengan presentase 15,6%, kelas interval 44-54 terdapat 4 anak dengan presentase
12,4%, kelas interval 55-65 terdapat 10 anak dengan presentase 31,3%, kelas
interval 66-76 terdapat 10 anak dengan presentase 34,2%, interval kelas 77-87
terdapat 2 anak dengan presentase 6,2% dan pada kelas interval 88-98 terdapat 1
anak dengan presentase 3,1%.
Tabel distribusi frekuensi nilai posttest dapat dilihat bahwa terdapat 5 anak
pada kelas interval 44-51 dengan presentase 15,6%, tidak ada siswa yang
memperoleh nilai pada kelas interval 52-59. Terdapat 6 anak yang memperoleh
nilai pada kelas interval 60-67 dengan presentase 18,7%, pada kelas inteval 76-83
terdapat 6 siswa dengan presentase 18,7%, pada kelas interval 84-91 terdapat 11
siswa dengan presentase 34,4% dan pada kelas interval 84-91 terdapat 4 anak
dengan presentase 12,45%.
Perbandingan perolehan nilai pada nilai pretest dan posttest dapat dilihat
bahwa terdapat perbedaan perolehan nilai, pada kelas interval pertama
menunjukkan bahwa pada kelas pretest terdapat kelas antara 33-43 sedangkan
pada kelas pertama posttest menunjukkan adanya kelas interval anatara 44-51.
Pada kelas interval terakhir interval kelas juga menunjukkan adanya perolehan
nilai, pada kelas tarakhir interval kelas pretest berada pada nilai maksimum 88-98
dengan frekuensi sebanyak 1 anak, sedangkan pada kelas interval posttest berada
pada 84-91 dengan frekuensi sebanyak 4 anak. Perbedaan nilai pretest dan
posttest akan digambarkan pada gambar grafik frekuensi nilai pretest dan posttest
di bawah ini.
70
Gambar 4.3Grafik Frekuensi Nilai pretest Eksperimen 2
Gambar 4.4Grafik Frekuensi Nilai posttest Eksperimen 2
4.1.3 Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran
Deskripsi komparasi merupakan perbandingan hasil pengukuran antara
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 berdasarkan nilai pretest dan
posttest. Deskrispi komparasi kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen
2 berdasarkan nilai pretest dan posttest berikut akan disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik sebagai berikut.
0
2
4
6
8
10
12
33-43 44-54 55-65 66-76 77-87 88-98
Frekuensi Nilai Pretest
Frekuensi NilaiPretest
0
2
4
6
8
10
12
44-51 52-59 60-67 68-75 76-83 84-91
Frekuensi Nilai Posttest
Frekuensi NilaiPosttest
71
Tabel 4.5Komparasi Hasil Pengukuran
Kelompok Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
TahapPengukuran
Rerata skor (mean) Kelompok Keterangan SelisihSkor
Eksperimen 1 Eksperimen 2
PretestPosttest
56,1076,48
60,8471,19
4,745,29
Dari tabel komparasi kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
dapat dilihat bahwa ada peningkatan perolehan nilai pretest dan nilai posttest.
Peningkatan perolehan nilai pada kelompok eksperimen 1 mengalami
pengingkatan dari rata-rata 56,10 menjadi 76,48, Sedangkan pada kelas
eksperimen 2 juga mengalami kenaikan nilai pretest ke posttest yaitu dari 60,84
menjadi 71,19, untuk lebih jelasnya berikut akan disajikan grafik komparasi nilai
pretest dan postest.
Gambar 4.5
Grafik Komparasi Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
56,1
76,48
60,84
71,19
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Awal Akhir
Grafik Komparasinilai Pretest dan Posttest
72
4.1.4 Hasil Uji Perbedaan Rerata Hasil Belajar IPS
Dalam hasil uji beda rerata penelitian dipaparkan mengenai teknik analisis
data dengan menggunakan uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji prasyarat terdiri atas
uji normalitas, uji homogenitas dan uji homogenitas koefisien regresi linier.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji ancova. Pengujian
menggunakan ancova dapat dilaksanakan apabila ketiga uji prasyarat telah
terpenuhi yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji homogenitas koefisien
regresi linier.
4.1.4.1 Uji Normalitas Data
Uji normallitas merupakan pengujian data hasil peenlitian apakah setiap
data yang diperoleh pada penelitian di masing-masing kelas eksperimen
mempunyai data normal atau tidak. Data dapat dikatakan berdistribusi normal jika
diperoleh angka signifikansi p > 0,05. Berikut dipaparkan hasil uji normalitas
pada tabel 4.6
Tabel 4.6Tabel Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pretest
eksperimen1
Posttest
eksperimen1
Pretrest
eksperimen2
Posttest
eksperimen2
N 31 31 32 32
Normal
Parametersa
Mean 56.10 76.58 60.84 71.19
Std. Deviation 10.904 8.274 13.702 12.579
Most
Extreme
Differences
Absolute .134 .122 .100 .121
Positive .134 .122 .079 .110
Negative -.130 -.112 -.100 -.121
Kolmogorov-Smirnov Z .748 .680 .568 .686
Asymp. Sig. (2-tailed) .631 .744 .903 .734
a. Test distribution is Normal.
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig.(2-tailed) hasil pretest
dan posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen adalah 0.631 dan
0744, sedangkan hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen 2
menunjukkan hasil 0.903 dan 0.734. Nilai signifikasi/probabilitas data rata-rata >
0,05 maka dapat simpulkan bahwa sampel data hasil pretest dan posttest
73
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen berdistribusi normal. Setelah
dilakukan pengujian normalitas terhadap data pretest dan posttest pada kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, kemudian dilanjutkan dengan
pengujian homogenitas.
4.1.4.2 Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas varian bertujuan untuk mengetahui apakah varian kedua
kelompok eksperimen homogen atau tidak. Data dikatakan homogen apabila nilai
signifikansi p > 0,05. Berikut akan dipaparkan hasil uji homogenitas pada kedua
kelas eksperimen pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.7Tabel Uji Homogenitas Pretest
Eksperimen 1 dan Eksperimen 2Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Pretest Based on Mean 2.276 1 61 .137
Based on Median 2.287 1 61 .136
Based on Median and with adjusted
df
2.287 1 60.37
4
.136
Based on trimmed mean 2.288 1 61 .136
Berdsarkan tabel 4.7 dapat diketahui hasil output test of Homogenity
Variance nilai pretest menunjukkan nilai signifikansi untuk based on Mean =
0,137, untuk based on median = 0,136, Based on Median and with adjusted df
=0,136, Based on trimmed mean = 0,136, serta Based on trimmed mean = 0,136
Kesimpulan dari data yang diperoleh adalah homogen karena nilai p > 0,05.
Tabel 4.8Tabel Uji Homogenitas Posttest
Eksperimen 1 dan Eksperimen 2Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Posttest Based on Mean 1.258 1 61 .266
Based on Median 1. 081 1 61 .303
Based on Median and with
adjusted df
1.081 1 60.807 .303
Based on trimmed mean 1.234 1 61 .271
74
Berdsarkan tabel 4.8 dapat diketahui hasil output test of Homogenity
Variance nilai posttest menunjukkan nilai signifikansi untuk based on Mean =
0,266, untuk based on median = 0303, Based on Median and with adjusted df =
0,303, Based on trimmed mean=0,271, serta Based on trimmed mean = 0,271.
Kesimpulan dari data yang diperoleh adalah homogen karena nilai p > 0,05.
4.1.4.3 Uji Homogenitas Koefisien Regresi Linier Data
Uji homogenitas regresi linier data bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara variabel bebas (X1), variabel (X2) variabel kovarian dan
variabel terikat (Y). Berikut akan dipaparkan hasil uji homogenitas koefisien
regresi linier pada tabel 4.9.Tabel 4.9
Tabel Uji Homogenitas Koefisien Regresi LinierParameter Estimates
Dependent Variable: posttest
Parameter BStandarart
ErrorT Sig.
95% Confidence
IntervalPartial
Eta
SquaredLower
Bound
Upper
Bound
Intercept 10.454 3.584 2.917 .005 3.285 17.623 .124
pretest .701 .047 19.271 .000 .815 1.004 .861
[Jigsaw ] 1.291 .607 2.128 .037 .078 2.505 .070
[stad] 0a . . . . . .
Berdasarkan uji homogenitas regresi linier pada kedua kelas eksperimen
menunjukkan bahwa nilai beta 0,71 > 0,6 dan nilai signifikansi t < 0,05 sehingga
dapat dikatakan koefisien regresi linier homogen, maka dapat disimpulkan bahwa
pretest (X2) kelompok ekperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 linier dengan
hasil belajar (Y). Ketiga uji prasyarat ancova yaitu uji normalitas, uji
homogenitas, uji homogenitas koefisien regresi linier, seluruh varian data telah
terpenuhi, maka penarikan kesimpulan hipotesis dapat dilakukan dengan
menggunakan uji ancova.
4.1.4.4 Uji Kovarian Ancova
Uji ancova adalah penggabungan antara uji komparatif dan korelasional.
Anacova digunakan untuk membandingkan variabel tergantung (Y) yaitu hasil
75
belajar ditinjau dari variabel bebas (X1) yaitu model pembelajaran sekaligus
menghubungkan variabel tergantung (Y) hasil belajar, dengan variabel bebas
lainnya (X2). Variabel (X2) dipakai untuk memprediksi hubungan variabel bebas
dan variabel tergantung yang dinamakan sebagai kovarian. Dengan menggunakan
ancova maka peran variabel bebas dengan variabel tergantung, baik melalui
komparasi maupun prediksi dapat dilakukan secara bersamaan (simultan).
Berikut hasil uji ancova yang akan disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.10Hasil Uji Ancova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Postest
Source
Type III Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Partial Eta
Squared
Corrected Model 6077.943a 2 3038.971 30.494 .000 .504
Intercept 2955.316 1 2955.361 29.655 .000 .331
Pretest 2492.099 1 2492.099 25.006 .000 .294
model 2425.916 1 2425.916 24.343 .000 .289
Error 5979.486 60 99.658
Total 268189.000 63
Corrected Total 12057.429 62
a. R Squared = ,504 (Adjusted R Squared = ,488)
Dalam penelitian eksperimen ini peneliti menguji efektifitas perlakuan yang
diberikan. Perlakuan diaktakan efektif jika terdapat perubahan skor antara
kelompok eksperimen 1 dan kelmpok eksperimen 2. Acuan analisis kovarian
adalah jika nilai probabilitas/signifikansi < 0,05. Berdasarkan hasil uji ancova
menggunakan sofware SPSS 16.0 for windows di atas dapat dilihat bahwa:
corrected model menunjukkan angka singnifikansi 0,000 < 0,05 artinya pretest
dan model pembelajaran secara stimultan berbeda dampaknya terhadap hasil
belajar. Intercept menunjukkan nilai kontanta dengan signifikansi 0,000 < 0,05
dengan sumbangan dampak perlakuan terhadap hasil belajar sebesar 33,1 persen.
Nilai signifikansi pretest menunjukkan 0,000 < 0,05 artinya pretest memliki
dampak terhadap hasil belajar. Model pembelajaran menunjukkan nilai
76
signifikansi 0,000 < 0,05 artinya kedua model pembelajaran memiliki perbedaan
yang signifikan terhadap hasil belajar.
4.1.5 Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji ancova maka penelitian ini dirumuskan dua hipotesis
sebagai berikut :
1. H0: μ1 = μ2 artinya, tidak ada perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan
pada siswa kelas 4 SD antara yang memperoleh pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan model STAD di Gugus
Sembodro, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.
2. Ha: μ1 ≠ μ2 artinya, ada perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan pada
siswa kelas 4 SD antara yang memperoleh pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Jigsaw dan model STAD di Gugus Sembodro,
Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.
Berdasarkan hasil uji ancova maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan
Ha diterima. Ha diterima karena probabilitas/signifikansi < 0,05. Hal ini berarti
terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen 1 dengan
menggunakan model Jigsaw dan kelas eksperimen 2 dengan menggunakan model
STAD.
4.2 Pembahasan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah pada bab I yaitu apakah terdapat perbedaan
hasil belajar menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan STAD, maka
dilakukanlah penelitian penggunaan model pembelajaran menggunakan model
Jigsaw dan STAD (Student Teams Achievement Division) melalui pelaksanaan
proses pembelajaran IPS di kelas 4 dengan materi “Perkembangan Teknologi,
Transportasi dan Komunikasi”, dengan memberikan perlakuan yang berbeda.
Perlakuan dengan menggunakan model Jigsaw diberikan sebagai kelompok
eksperimen 1 dan STAD diberikan perlakuan untuk kelompok eksperimen 2.
Berdasarkan uji hipotesis penelitian menunjukkan bahwa H0 ditolak dan
diterima Ha artinya bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada
penerapan kedua model pembelajaran dalam penelitian. Penelitian yang telah
dilakukan pada kedua kelas eksperimen dengan memberikan perlakuan
77
menggunakan model Jigsaw dan STAD dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar yang signifikan pada hasil penelitian. Hal ini dapat dilihat pada data
deskriptif yang menunjukkan bahwa terdapat nilai rata-rata model Jigsaw dengan
model STAD serta hasil komparasi kedua model menunjukkan terdapat perolehan
perbedaan hasil belajar pada penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan STAD.
Model pembelajaran Jigsaw dan STAD dipilih sebagai perlakuan untuk
membandingkan perbedaan hasil belajar IPS karena kedua model tersebut
memiliki kesamaan karakteristik pembelajaran IPS yaitu mengandung unsur sosial
dalam belajar bersama. Penggunaan model pembelajaran tersebut dapat melatih
siswa untuk saling berinteraksi dengan teman lain dalam kegiatan belajar bersama
dalam kelompok. Siswa didorong untuk menyelesaikan tugas bersama dalam
kelompoknya. Kedua model pembelajaran memiliki kelebihan yang relatif sama
salah satunya ialah dalam hal kegiatan belajar bersama dan menyelesaikan
masalah bersama dalam kelompok serta saling ketergantungan positif dalam
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Melalui kegiatan belajar dalam
kelompok siswa didorong untuk belajar mandiri dengan menyelesaikan masalah
bersama teman lainnya dalam kelompok. Guru berlaku sebagai fasilitator dalam
kegiatan belajar, sehingga siswa dapat bertanya jika dalam belajar mengalami
kesulitan atau kurang memahami materi. Selama kegiatan belajar berlangsung
siswa tidak merasa bosan karena siswa aktif dalam kegiatan belajar. Siswa akan
cenderung merasa bosan jika belajar hanya dengan mendengarkan penjelasan dari
guru. Meskipun memiliki karakteristik yang relatif sama, namun antara model
Jigsaw dan STAD memiliki sintak yang berbeda dalam pelaksanaannya serta
memliki dampak yang berbeda dalam pengaruhnya terhadap siswa. Berikut akan
dijelaskan secara singkat sintak kedua model pembelajaran serta dampak yang
diperoleh setelah perlakuan penggunaan dua model.
Sintak pertama model Jigsaw ialah pembentukan kelompok, sedangkan
pada model STAD adalah penyampaian tujuan dan motivasi siswa. Kegiatan yang
dilakukan pada sintak pertama Jigsaw ialah siswa membentuk kelompok secara
heterogen untuk memulai kegiatan belajar secara mandiri dalam kelompok. Pada
kegiatan pembentukan kelompok ini akan melatih kegiatan kerjasama siswa
78
khususnya dalam kegiatan belajar. Pada sintak pertama STAD siswa
mendengarkan penyampaian tujuan dan motivasi yang diberikan oleh guru, pada
kegiatan ini siswa akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Sintak kedua dalam model Jigsaw ialah pembagian materi yang telah dibagi
ke dalam sub-sub topik, sedangkan pada STAD penyampaian materi Pada sintak
Jigsaw kegiatan yang dilakukan ialah setiap siswa dalam kelompok membagi
masing-masing sub topik kepada setiap anggota kelompok, pembagian sub topik
pada masing-masing siswa akan melatih siswa untuk saling toleransi antar teman
yang lain dalam membagai sub topik secara adil. Kegiatan yang dilakukan dalam
sintak model STAD adalah siswa diberikan penjelasan materi secara garis
besarnya oleh guru selanjutnya siswa mempelajarinya lebih mendalam dalam
kelompok. Pemberian materi menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri siswa. Siswa
akan terpacu untuk menggali pengalamannya sesuai dengan materi yang sedang
dibahas, hal ini nantinya akan menimbulkan rasa ingin tahu siswa untuk
mempelajari materi secara lebih mendalam.
Sintak ketiga dalam model Jigsaw ialah mempelajari sub topik, sedangkan
pada sintak STAD ialah pembetukan kelompok secara heterogen. Kegiatan yang
dilakukan pada sintak ketiga Jigsaw ialah mempelajari materi masing-masing sub
topik secara individu dalam kelompok, kegiatan dalam sintak ini akan melatih
siswa untuk bertanggung jawab terhadap materi yang dipelajarainya serta bersikap
kritis dalam mempelajari materi. Kegiatan yang dilakukan pada sintak STAD
adalah siswa memulai membentuk kelompok secara heterogen untuk memulai
kegiatan belajar bersama dalam menyelesaikan masalah dalam kelompok, dalam
pembentukan kelompok siswa akan didorong untuk melakukan kerjasama dalam
kegiatan belajar.
Sintak keempat model pembelajaran Jigsaw ialah berkumpul dalam tim ahli,
sedangkan sintak pada model STAD ialah kerja kelompok. Kegiatan yang
dilakukan dalam sintak keempat model Jigsaw ialah siswa kembali membentuk
kelompok sesuai dengan sub topik yang sama untuk bergabung menjadi satu
kelompok dalam kelompok ahli untuk membahas secara lebih mendalam sub
materi yang sedang dipelajarinya, dalam kegiatan ini siswa akan dituntut belajar
79
kritis dalam membahas materi secara lebih dalam dengan kelompoknya. Kegiatan
yang dilakukan dalam sintak model STAD siswa menyelesaikan tugas dalam
kelompok sesuai dengan materi yang telah dijelaskan oleh guru pada awal
kegiatan pembelajaran dan membacakan hasil diskusi untuk diberikan tanggapan
oleh kelompok lain. Kegiatan dalam sintak ini mengajarkan siswa untuk kritis
dalam menyelesaikan masalah bersama dalam kelompok, menumbuhkan
kerjasama dalam kelompok dalam menyelesaikan tugas serta melatih sikap
demokrasi artinya siswa dapat menghargai perbedaan pendapat dalam kelompok.
Sintak kelima pada model pembelajaran Jigsaw ialah instruksi rekan,
sedangkan sintak pada model STAD ialah tes individu. Kegiatan yang dilakukan
siswa dalam Jigsaw ialah siswa dalam kelompok ahli kembali kepada kelompok
asal untuk saling bertukar informasi atau materi sesuai dengan sub materi masing-
masing yang telah dibahas dalam tim ahli, dalam kegiatan sintak kelima ini siswa
dituntut untuk bertanggung jawab terhadap sub materinya yang akan diajarkan
dengan teman lainnya dalam kelompok asal. Kegiatan yang dilakukan dalam
model STAD ialah ialah siswa mulai mengerjakan tes secara individu untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari,
kegiatan dalam sintak ini melatih siswa untuk mandiri dengan mengerjakan soal
secara individu sesuai kemampuan yang dimilikinya setelah melakukan kegiatan
belajar dalam kelompok.
Sintak keenam dalam model pembelajaran Jigsaw adalah kuis individu,
sedangkan pada sintak STAD ialah penghitungan skor. Kegiatan yang dilakukan
dalam sintak keenam Jigsaw ialah siswa diberikan tes secara individu untuk
selanjutnya dikerjakan secara mandiri dan dikoreksi bersama setalah semua siswa
selesai mengerjakan soal, kegiatan dalam sintak kelima ini akan menumbuhkan
minat siswa dalam belajar karena siswa dilibatkan dalam pemberian nilai.
Kegiatan yang dilakukan dalam sintak keenam STAD ialah siswa menukarkan tes
individu kepada teman lain dan mengoreksi jawaban teman untuk selanjutnya
dilakukan penghitungan perolehan skor, kegiatan dalam ini akan menumbuhkan
minat siswa dalam belajar karena siswa dilibatkan dalam pemberian nilai.
80
Sintak ketujuh dalam model pembelajaran Jigsaw ialah pemberian
penghargaan kelompok. Sintak ke tujuh dalam model STAD pemberian
penghargaan. Kegiatan dalam sintak Jigsaw ialah menjumlahkan semua skor
yang diperoleh anggota dalam kelompok untuk mengetahui kelompok yang
memperoleh skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan, kegiatan pada sintak
terakhir ini akan mendorong motivasi dan minat siswa dalam megikuti kegiatan
belajar dan dapat memotivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar. Kegiatan yang
dilakukan pada sintak ketujuh STAD adalah kegiatan pembelajaran diakhiri
dengan pemberian penghargaan kepada siswa yang memeperoleh skor tertinggi,
kegiatan ini akan menumbuhkan minat siswa untuk lebih giat belajar agar
mendapatkan nilai yang memuaskan.
Apabila dibandingkan sintak dari kedua model terdapat kesamaan, namun
penempatannya urutan sintaknya yang tidak sama. Perbedaan dari kedua sintak
model terletak pada model Jigsaw, yaitu pada kegiatan pembentukan kelompok
ahli yang tidak terdapat pada sintak model STAD. Kedua model Jigsaw dan STAD
selanjutnya dilakukan penelitian dengan diberikan perlakuan pada kedua kelas
eksperimen yaitu kelompok eksperimen 1 diberi perlakuan dengan menggunakan
model Jigsaw dan pada kelompok kelas eksperimen 2 diberikan perlakuan model
STAD dengan mengumpulkan data dari kedua model. Pengumpulan data yang
dimaksud ialah hasil belajar IPS yang diukur dengan menggunakan instrumen tes
(posttest) yang dilakukan setelah pemberian perlakuan. Nilai (posttest) inilah yang
selanjutnya dikenakan uji ancova sebagai penentu penarikan kesimpulan
ada/tidaknya perbedaan hasil belajar menggunakan model pembelajaran Jigsaw
dan STAD di Gugus Sembodro, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Siwal 01, SDN
Mukiran 04 dan SDN Mukiran 03 di Gugus Sembodro, Kecamatan Kaliwungu,
Kabupaten Semarang, pada bulan Maret-April 2016 diperoleh nilai rata-rata
posttest untuk kelompok eksperimen 1 yang diberikan perlakuan model Jigsaw
sebesar 76,48 sedangkan untuk kelompok eksperimen 2 yang diberikan perlakuan
model STAD diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,19. Hasil perolehan postest
81
selanjutnya dikenakan uji ancova untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan yang
signifikan dari perlakuan kedua model.
Berdasarkan hasil uji ancova yang telah dilakukan terdapat nilai posttest
dari kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima, karena nilai signifikansi pada corrected model, 0,000 < 0,05 artinya
pretest dan model pembelajaran secara stimultan memiliki dampak yang berbeda
terhadap hasil belajar. Intercept menunjukkan nilai kontanta dengan signifikansi
0,000 < 0,05 yang artinya sumbangan dampak perlakuan terhadap hasil belajar.
Nilai signifikansi pretest menunjukkan 0,000 < 0,05 artinya pretest memiliki
dampak yang signifikan terhadap hasil belajar dan pemberian perlakuna model
dengan 0,000 < 0,05 artinya model pembelajaran berdampak yang signifikan
terhadap hasil belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara penggunaan model Jigsaw dan STAD terhadap hasil
belajar.
Temuan penelitian yang dilakukan oleh Pancer Samosir dan Abdul Muin
Sibuea (2014), tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Tipe
Kepribadian Siswa Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu". Populasi penelitian
ialah semua siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Paranginan Kecamatan Paranginan
Kabupaten Humbangan. Hasil penelitian menemukan penggunaann model Jigsaw
dan STAD terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dengan perolehan hasil
nilai rata-rata Jigsaw ialah 83,88 sedangkan model STAD diperoleh 77,12.
Penelitian yang dilakukan Ida Novianti (2012), tentang “Eksperimentasi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw pada Pokok Bahasan
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Ditinjau dari Motivasi belajar”. Penelitian
dilakukan dengan dengan mengambil populasi siswa SMP negeri se-Surakarta
sebanyak 27 SMP . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar antara model STAD dan Jigsaw. Perolehan nilai rata-rata menggunakan
model STAD yaitu 64,29 dan perolehan rata-rata nilai penggunaan model Jigsaw
adalah 59,71.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Sudareny (2013), tentang
“Implementasi Beberapa Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas
82
VII SMP N 3 Mendoyo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar. Rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti model
pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebesar 82,94, STAD sebesar 81,35 dan
model pembelajaran konvensional sebesar 66,82
Penelitian yang dilakukan oleh Ully Yulianita, Yon Rizal dan Tedi Rusman
(2014) , tentang “ Hasil Belajar IPS Terpadu Model STAD dan Jigsaw SMPN 5
Bandar Lampung”. Kegiatan penelitian dilakukan dengan mengambil populasi
siswa kelas VIII SMPN Bandar Lampung. Hasil peelitian menunjukkan terdapat
perbedaan hasil belajar menguunakan model STAD dan Jigsaw. Hal ini dapat
dilihat melalui hasil belajar menggunakan model STAD dengan skor rata-rata
pretest 64,88 dibandingkan tes hasil belajar menggunakan model Jigsaw dengan
skor rata-rata pretest 42,70.
Temuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ully Yulianita, Yon Rizal
dan Tedi Rusman (2014) dan Ida Novianti (2012), menemukan bahwa
penggunaan model STAD lebih efektif berdampak yang signifikan terhadap hasil
belajar IPS dibandingkan model Jigsaw, dikarenakan model STAD lebih mudah
diterapkan oleh siswa dalam jumlah siswa banyak maupun sedikit. Siswa juga
lebih memahami materi yang akan dipelajari dikarenakan siswa mendapatkan
informasi materi dari guru selebihnya siswa hanya memperdalam materi dalam
kelompok dengan mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru untuk
diselesaikan bersama dalam kelompok. Namun demikian peran guru memiliki
fungsi yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam
penyampaian materi maupun dalam memfasilitasi siswa dalam kelompok untuk
mendalami materi serta menyelesaikan soal dalam kelompok.
Namun hasil temuan lain yang dilakukan oleh Ni Putu Sudareny (2013), dan
Pancer Samosir dan Abdul Muin Sibuea (2014) menunjukkan bahwa model
Jigsaw lebih efektif berdampak yang signifikan terhadap hasil belajar IPS
dibandingkan dengan model STAD, temuan ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti yang menunjukkan bahwa penggunaan model Jigsaw
memiliki dampak yang lebih tinggi terhadap hasil belajar,lain yang menemukan
bahwa model pembelajaran Jigsaw lebih efektif memperoleh hasil belajar yang
83
lebih tinggi dibandingkan STAD sejalan dengan temuan yang dilakukan oleh
peneliti karena dalam sintak model Jigsaw Setiap siswa dalam kelompok hanya
memperoleh sub materi dari keseluruhan materi yang sedang dipelajari untuk
selanjutnya dipelajari secara mendalam dalam kelompok baik secara mandiri
ataupun bersama-sama dalam kelompok. Siswa diberikan kebebasan dalam
berpikir dan menggunakan caranya sendiri dalam belajar mempelajari materi yang
telah diperolehnya melalui pemahamannya sendiri. Siswa juga akan mempelajari
sub materinya kembali secara lebih mendalam dalam kelompok ahli, kelompok
ahli merupakan kelompok yang dibentuk sesuai dengan sub materi masing-masing
siswa untuk berkumpul menjadi satu dalam satu kelompok. Guru akan
memberikan fasilitas kepada semua siswa dalam kelompok dalam mengarahkan
serta membimbing belajar siswa untuk dapat mendalami materinya secara tuntas.
Pembelajaran menggunakan model Jigsaw akan berjalan secara efektif apabila
guru mampu membimbing dan mengarahkan siswa untuk bersungguh-sungguh
dalam mengikuti kegiatan belajar. Hal ini yang menjadikan model pemebalajaran
Jigsaw memiliki dampak yang lebih tinggi pada perolehan hasil belajar siswa
dibandingkan penggunaan model STAD. Selanjutnya yang memperkuat Jigsaw
memiliki dampak yang lebih baik daripada STAD ialah siswa akan kembali
membahas dan mengulang meteri yang telah dipelajarinya dalam kelompok ahli
untuk selanjutnya diinformasikan kepada teman lain dalam kelompok asal untuk
saling bertukar informasi sub materi lain yang telah dipelajari temannya.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mengakibatkan kurang sempurnanya penelitian ini. Kekurangan
tersebut meliputi, teknik pengambilan sampel yang tidak dapat dilakukan secara
random tetapi menggukan teknik clauster sampling. Alasan peneliti menggunakan
teknik clautser sampling di dalam pengambilan smapel ialah keterbatasan peneliti
dalam masalah biaya, waktu, dan masalah ketelitian. Selain itu keterbatasan
peneliti yang tidak dapat mengendalikan variabel-variabel ekstrenal dan internal
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.