bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1
Dalam Siklus 1 terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Pada siklus 1 peneliti langsung menerapkan pembelajaran NHT. Hal ini
didasarkan pada observasi awal, yang diketahui bahwa strategi pembelajaran
yang selama ini diterapkan belum bisa memaksimalkan proses pembelajaran.
Tindakan pemecahan masalah yang dipandang tepat yaitu dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) materi “Menghargai Keputusan Bersama” pada mata pelajaran
PKn kelas 5 semester 2, guru mempelajari model pembelajaran kooperatif tipe
NHT sebelum melakukan pembelajaran di kelas. Setelah guru memahami
langkah-langkah yang dilakukan pada model pembelajaran tersebut, materi ajar
dipelajari oleh peneliti dan guru kolabor agar tujuan pembelajaran yang
disebutkan dalam RPP dapat tercapai dengan baik. Peneliti bersama guru
kolabor juga mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar dapat
memperlancar jalannya pembelajaran di dalam kelas. Perangkat pembelajaran
yang dipersiapkan, seperti; lembar kerja siswa dan lembar evaluasi Siklus 1.
Peneliti juga menyusun dan mempersiapkan lembar observasi yang terdiri dari;
lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan aktivitas guru.
Lembar pengamatan aktivitas siswa bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. Lembar
pengamatan ini juga digunakan untuk mengukur sejauh mana interaksi dan
antusiasme siswa terhadap pembelajaran PKn. Lembar pengamatan aktivitas
38
guru merupakan lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui aktivitas
guru selama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b. Pelaksanaan (Acting)
Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Maret 2013, beberapa
kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Pertemuan pertama ini berlangsung pada hari Rabu, 13 Maret 2013 pukul
09.30 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan
pembelajaran. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam dan
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, “Anak-anak,
pernahkah kalian mengusulkan suatu pendapat kepada orang tuamu?” Lalu guru
menginformasikan tentang tujuan pembelajaran yang dicapai, yaitu ”Makna
Keputusan Bersama”.
2. Kegiatan Inti
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap-tiap kelompok
terdiri dari 5-6 siswa yang telah dipilih secara acak baik dari segi jenis kelamin
maupun kemampuan akademis. Lalu guru memberi topi bernomor kepada siswa
sesuai dengan jumlah anggota kelompok dan meminta siswa agar duduk
bersama kelompoknya. Setelah itu guru memberi nama setiap kelompok
menurut nama binatang. Pada awalnya, siswa sempat protes terhadap pembagian
kelompok, mereka ingin memilih sendiri anggota kelompoknya kemudian guru
memberikan pengertian kepada mereka tentang maksud dan tujuan pembagian
kelompok tersebut, sehingga siswa dapat mengerti. Kemudian guru menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Head
Together (NHT). Guru menjelaskan bentuk-bentuk dari keputusan bersama di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sesuai dengan gambar yang
39
ditampilkan di papan tulis. Guru meminta kepada siswa untuk menanggapi
gambar-gambar yang ditampilkan di papan tulis tersebut. Guru memberikan
Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa untuk dikerjakan sesuai dengan
kelompok yang telah dibentuk. Hal ini bertujuan agar terciptanya hubungan
kerjasama yang positif antar siswa. Selama diskusi kelompok, guru berkeliling
kelas untuk memantau dan memberikan arahan apabila ada kesulitan dalam
mengerjakan tugas. Guru menekankan supaya setiap anggota kelompok saling
bekerja sama, dan diharapkan setiap anggota kelompok harus memastikan setiap
anggota kelompoknya bisa mengerjakan soal-soal tersebut. Setelah dirasa cukup
dalam diskusi kelompok guru memanggil salah satu nomor secara acak. Guru
memanggil nomor anggota 2 siswa dengan nomor anggota 2 dari tiap kelompok
besiap-siap. Kemudian guru menyebutkan salah satu nama kelompok yang harus
melakukan presentasi di depan kelas, yaitu kelompok singa. Siswa yang ditunjuk
berhasil mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya walaupun kurang lancer.
Setelah itu guru menunjuk siswa lain untuk melakukan presentasi dengan cara
yang sama di atas. Akan tetapi, pada siswa selanjutnya siswa tersebut melakukan
kesalahan ketika mempresentasikan di depan kelas. Guru meminta anggota
kelompok untuk membantunya menjawab. Guru memberikan kesempatan
kepada kelompok lain untuk menanggapi. Tetapi dari kelompok lain tidak ada
yang menanggapi. Semua kelompok mendapat giliran presentasi untuk
menyampaikan hasil diskusinya dan guru terus memotivasi siswa untuk
menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain.
3. Kegiatan Akhir
Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari.
Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Guru
memberikan soal evaluasi kemudian siswa mengerjakannya, setelah semua siswa
selesai mengerjakan, guru menutup pembelajaran.
40
Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Maret 2013, beberapa
kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal:
Pertemuan kedua ini berlangsung pada hari Rabu, 20 Maret 2013 pukul
09.30 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan
pembelajaran. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam dan
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, “Anak-anak,
pernahkah kalian melakukan pemilihan ketua kelas?” Lalu guru
menginformasikan tentang tujuan pembelajaran yang dicapai, yaitu ”Tujuan
Pemungutan Suara/Voting.”
2. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti ini, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok,
tiap-tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa, lalu guru memberi nomor kepada siswa
sesuai dengan anggota kelompok dan memberi nama setiap kelompok.
Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model Numbered Head Together (NHT). Setelah itu siswa
melihat tayangan video mengenai pemungutan suara/voting. Setelah itu guru
meminta kepada siswa untuk memberikan pendapat sesuai dengan tayangan
video yang sudah dilihat. Kemudian guru menjelaskan materi yang diajarkan.
Lalu guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok
yang berhubungan dengan materi “Tujuan Pemungutan Suara/Voting.”. Dengan
bimbingan guru setiap kelompok mendiskusikan LKS bersama anggota
kelompoknya dan mendiskusikan hasil laporan kelompok mereka. Setelah semua
anggota kelompok selesai mengerjakan LKS, guru menyebut satu nomor dan
para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Salah satu siswa dari anggota
41
kelompok yang ditunjuk oleh guru menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.
Siswa bernomor sama yang lain menanggapi hasil presentasi dari kelompok
yang ditunjuk guru.
3. Kegiatan Akhir
Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari.
Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Guru
memberikan soal evaluasi kemudian siswa mengerjakannya, setelah semua siswa
selesai mengerjakan, guru menutup pembelajaran.
Pertemuan Ketiga
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Maret 2013, beberapa
kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Pertemuan ketiga ini berlangsung pada hari Rabu, 27 Maret 2013 pukul
09.30 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan
pembelajaran. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam dan
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
Kemudian guru mengulang materi yang telah dipelajari dua pertemuan
sebelumnya secara singkat dan melakukan tanya jawab kepada siswa.
2. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti ini, guru mengatur tempat duduk siswa dan meminta
siswa memasukkan buku catatan serta buku panduan ke dalam tas setelah itu
guru memberikan lembar evaluasi kepada masing-masing siswa. Bersamaan
dengan siswa mengerjakan lembar evaluasi guru mengawasi siswa dalam
mengerjakan soal tes dan memberikan peringatan kepada siswa agar tidak
menyontek. Jika ditemukan ada siswa yang sedang berdiskusi dengan siswa lain,
42
maka guru langsung menegurnya. Siswa mengumpulkan lembar evaluasi yang
sudah dikerjakan.
3. Kegiatan Akhir
Guru memberikan penguatan tentang apa yang siswa pelajari kemudian
siswa diminta untuk mengisi lembar evaluasi observasi afektif siswa. Setelah itu
guru menutup pelajaran.
c. Pengumpulan Data (Observation)
Pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru, untuk
mengukur keberhasilan penerapan menggunakan model NHT (Numbered Head
Together) dalam kegiatan pembelajaran, peneliti menggunakan lembar observasi
yang diambil dari lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas
siswa.
Setiap siswa juga diminta untuk mengisi lembar observasi afektif siswa. Hal
ini digunakan untuk mengetahui minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran
PKn dan mengetahui seberapa mudah siswa memahami materi pembelajaran
ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT).
Sebagian besar siswa memiliki kemauan untuk mengikuti mata pelajaran
PKn. Setelah seluruh siswa dibagi dalam beberapa kelompok, siswa tidak
berbicara sendiri dengan temannya dan siswa merasa senang dengan model
pembelajaran yang diterapkan guru, karena meningkatkan aktivitas siswa dari
siswa yang tadinya tidak mau berdiskusi dengan temannya menjadi bersemangat
untuk berdiskusi dan bekerjasama untuk menemukan jawaban dari lembar LKS.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini juga
memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang diajarkan.
Setelah observer melakukan pengamatan pada siklus 1 dengan
menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) maka,
diperoleh data aktivitas guru pada tabel 6 berikut ini.
43
Tabel 6
Data Aktivitas Guru Siklus 1
Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Semester 2/2012-2013
No. Pertemuan
Hasil Observasi
Guru
Jumlah
Skor Kriteria
1. 1 46 B (Baik)
2. 2 56 B (Baik)
3. 3 70 A (Sangat Baik)
Untuk lebih jelasnya data aktivitas guru pada tabel 6 dapat dilihat pada data
aktivitas guru diagram batang pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Grafik aktivitas guru siklus 1 pada siswa kelas 5 SD Negeri
01 Karangduren
44
Dari data tabel dan diagram diatas untuk siklus 1 observasi yang dilakukan
oleh observer dapat disimpulkan bahwa pertemuan pertama pada pembelajaran
menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) yang diterapkan oleh
guru memperoleh jumlah 46 dengan kategori B (Baik) hal ini dikarenakan guru
belum terbiasa menggunakan metode NHT (Numbered Head Together), guru
sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode NHT (Numbered Head
Together), tetapi belum maksimal masih ada beberapa siswa yang berbicara
sendiri, tidak berdiskusi tentang materi pelajaran tetapi berbicara hal lain.
Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa
pertemuan kedua pada pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered
Head Together) yang diterapkan oleh guru, memperoleh jumlah 56 dengan
kategori B (Baik). Ada sedikit peningkatan dibandingkan dengan pertemuan
pertama, hal ini dikarenakan guru sudah menggunakan metode NHT (Numbered
Head Together) secara maksimal walaupun masih ada sebagian siswa di dalam
beberapa anggota kelompok masih ada yang bercanda dan berbicara sendiri
dengan temannya.
Pada observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa
pertemuan ketiga pada pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered
Head Together) yang diterapkan oleh guru, memperoleh jumlah 70 dengan
kategori A (Sangat Baik). Pada pertemuan ketiga ini ditemukan peningkatan
yang signifikan dibandingkan dengan pertemuan kedua, hal ini dikarenakan guru
sudah menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) secara maksimal
dan setiap siswa dalam anggota kelompok melakukan diskusi dengan baik, tidak
ada yang membicarakan topik lain selain topik materi pembelajaran.
Sedangkan pada siklus 1 dengan menggunakan model pembelajaran NHT
(Numbered Head Together) juga diperoleh data aktivitas siswa pada tabel 7
berikut ini.
45
Tabel 7
Data Aktivitas Siswa Siklus 1
Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Semester 2/2012-2013
No. Pertemuan
Hasil Observasi
Siswa
Jumlah
Skor Kriteria
1. 1 31 C (Cukup baik)
2. 2 36 B (Baik)
3. 3 51 A (Sangat Baik)
Untuk lebih jelasnya data aktivitas siswa pada tabel 7 dapat dilihat pada data
aktivitas siswa diagram batang pada gambar 3 berikut ini.
Gambar 3. Grafik aktivitas siswa siklus 1 pada siswa kelas 5 SD Negeri
01 Karangduren
Dari data tabel dan diagram diatas untuk siklus 1 observasi yang dilakukan
oleh observer dapat disimpulkan bahwa pertemuan pertama pada pembelajaran
menggunakan metode NHT (Numbered Head Together), observasi yang
46
dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan pertama pada
pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) yang
diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 31 dengan kategori C (Cukup Baik),
hal ini dikarenakan siswa dalam bekerja sama dengan kelompoknya masih ada
yang tidak ikut berdiskusi. Masih ada beberapa siswa dari anggota kelompok
yang beberapa tidak ikut berdiskusi namun malah bermain, dan berbicara diluar
topik materi pelajaran.
Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa
pertemuan kedua pada pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered
Heads Together) yang diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 36 dengan
kategori B (Baik), hal ini sudah cukup meningkat dari pertemuan sebelumnya,
siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya masih ada yang tidak ikut
berdiskusi dengan kelompoknya namun intensitasnya hanya sedikit.
Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada
pertemuan ketiga pada pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered
Head Together) yang diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 51 dengan
kategori A (Sangat Baik). Setiap siswa dalam anggota kelompok sudah tidak
berbicara sendiri dengan temannya dan siswa merasa senang dengan metode
pembelajaran yang diterapkan guru, karena meningkatkan aktivitas siswa dari
siswa yang tadinya tidak mau berdiskusi dengan temannya menjadi bersemangat
untuk berdiskusi dan bekerjasama untuk menemukan jawaban dari lembar LKS.
d. Refleksi (Reflecting)
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran, guru kelas melakukan diskusi
dengan observer yang telah melakukan pengamatan selama proses pembelajaran
dari awal sampai akhir dan juga telah mencatat semua temuan dalam perbaikan
pembelajaran siklus 1. Selanjutnya digunakan untuk menyusun perbaikan
pembelajaran siklus 2.
47
Diketahui hasil pengamatan dari observer pada siklus 1 maka secara
keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus 1
sebagai berikut:
Sebagai hambatan penggunaan model NHT (Numbered Head Together)
dalam penerapannya masih banyak kekurangan yang terjadi, saat siswa
melakukan diskusi guru tidak memantau diskusi kelompok siswa, siswa saat
melakukan diskusi cenderung berbicara dengan teman dan membicarakan hal
diluar diskusi materi pelajaran.
Solusi untuk mengatasi hal dimana siswa lebih cenderung berbicara dengan
teman dan membicarakan hal diluar diskusi materi pelajaran serta kurangnya
kerjasama ketika berdiskusi menemukan jawaban dari LKS, pada siklus 2 guru
harus lebih menerapkan seluruh langkah-langkah NHT dengan benar, sehingga
para siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran di
kelas.
4.1.2 Pelaksanaan Siklus 2
Dalam siklus terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi
“Menghargai Keputusan Bersama”, peneliti bersama guru kolabor mempelajari
materi serta mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai
materi yang akan diajarkan. Perangkat pembelajaran juga dipersiapkan, seperti;
lembar kerja siswa, lembar evaluasi Siklus 1, dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran, siswa
diorganisasi menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa.
48
b. Pelaksanaan (Acting)
Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 3 April 2013, beberapa kegiatan
sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Pertemuan pertama ini berlangsung pada hari Rabu, 3 April 2013 pukul
09.30 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan
pembelajaran. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam dan
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, “Anak-anak,
pernahkah kalian berpendapat namun tidak disetujui oleh temanmu?” Lalu guru
menginformasikan tentang tujuan pembelajaran yang dicapai, yaitu ”Asas-asas
Keputusan Bersama”.
2. Kegiatan Inti
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap-tiap kelompok
terdiri dari 5-6 siswa, lalu guru memberi nomor kepada siswa sesuai dengan
anggota kelompok dan memberi nama setiap kelompok. Kemudian guru
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
Numbered Head Together (NHT). Guru menjelaskan asas-asas keputusan
bersama yang harus dijunjung tinggi dalam melaksanakan keputusan bersama.
Selanjutnya, guru menuliskan isi dari UUD 1945 pasal 28E ayat 3 dan
menjelaskan secara rinci apa maksud dari isi tersebut. Kemudian guru
menunjukkan kepada siswa gambar-gambar dalam melaksanakan keputusan
bersama secara kekeluargaan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di
lingkungan masyarakat dan menjelaskan manfaat dari melaksanakan keputusan
bersama secara kekeluargaan dengan benar. Setelah semua materi pembelajaran
dijelaskan, guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa untuk
49
dikerjakan sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk. Pada saat semua
anggota kelompok selesai mengerjakan LKS, guru menyebut satu nomor dan
para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan lalu
salah satu menyampaikan hasil diskusinya, siswa dengan nomor yang sama tadi
menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain tersebut. Setelah terjadi interaksi
yang positif antar siswa, guru bersama dengan siswa menyimpulkan jawaban
dari semua pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
diberikan.
3. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari.
Setelah guru menjawab seluruh pertanyaan para siswa dan siswa mengatakan
bahwa dirinya sudah jelas, guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan. Kemudian guru memberikan soal evaluasi dan siswa
mengerjakannya, setelah semua siswa selesai mengerjakan, guru menutup
pembelajaran.
Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 10 April 2013, beberapa kegiatan
sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Pertemuan kedua ini berlangsung pada hari Rabu, 10 April 2013 pukul
09.30 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai, ruang telah ditata rapi sesuai
persiapan pembelajaran dan siswa menempati tempat duduknya masing-masing
dengan tertib. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam dan
menyiapkan siswa secara psikis serta fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, “Anak-anak,
siapa yang hafal sila keempat dalam Pancasila?” Lalu guru menginformasikan
50
tentang tujuan pembelajaran yang dicapai, yaitu ”Nilai-nilai yang Terkandung
Dalam Pancasila Sila Keempat” dan seluruh siswa mendengarkan dengan
seksama saat dijelaskan kompetensi yang hendak dicapai.
2. Kegiatan Inti
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap-tiap kelompok
terdiri dari 5-6 siswa, lalu guru memberi nomor kepada siswa sesuai dengan
anggota kelompok dan memberi nama setiap kelompok. Kemudian guru
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
Numbered Head Together (NHT). Guru meminta beberapa siswa untuk maju ke
depan kelas dan mengucapkan isi dari sila keempat dalam Pancasila. Selanjutnya,
guru menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sila keempat.
Setelah itu guru menunjukkan beberapa gambar sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila sila keempat dan guru menjelaskan manfaat dari
keputusan bersama yang dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab serta tidak
memaksakan kehendak pada orang lain. Setelah semua materi pembelajaran
dijelaskan, guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa untuk
dikerjakan sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk dan siswa
mendengarkan tugas yang diberikan oleh guru. Terlihat adanya kerja sama yang
positif antar siswa dan siswa mengikuti proses pembelajaran dengan tenang serta
tidak merasa tertekan. Pada saat semua anggota kelompok selesai mengerjakan
LKS, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan lalu salah satu menyampaikan hasil
diskusinya, siswa dengan nomor yang sama tadi menanggapi hasil diskusi dari
kelompok lain tersebut. Para siswa terlihat percaya diri ketika mengemukakan
pendapatnya, kemudian guru bersama dengan siswa menyimpulkan jawaban dari
semua pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang diberikan.
51
3. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari.
Setelah guru menjawab seluruh pertanyaan para siswa dan siswa mengatakan
bahwa dirinya sudah jelas, guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan. Kemudian guru memberikan soal evaluasi dan siswa
mengerjakannya, setelah semua siswa selesai mengerjakan, guru menutup
pembelajaran.
Pertemuan Ketiga
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 17 April 2013, beberapa kegiatan
sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Pertemuan ketiga ini berlangsung pada hari Rabu, 17 April 2013 pukul
09.30 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai, ruang telah ditata rapi sesuai
persiapan pembelajaran dan siswa menempati tempat duduknya masing-masing
dengan tertib. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam dan
menyiapkan siswa secara psikis serta fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
Setelah itu guru mengulang materi yang telah dipelajari dua pertemuan
sebelumnya dan siswa mendengarkannya dengan baik. Kemudian guru
melakukan tanya jawab kepada siswa, sehingga dengan ini guru mengetahui dan
memastikan bahwa semua siswa telah memahami materi pembelajaran yang
selama ini dipelajari.
2. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti ini, guru mengatur tempat duduk siswa dan meminta
siswa memasukkan buku catatan serta buku panduan ke dalam tas setelah itu
52
guru memberikan lembar evaluasi kepada masing-masing siswa. Guru
menjelaskan cara mengerjakan lembar evaluasi tersebut dan meminta kepada
siswa agar dikerjakan sendiri tanpa berdiskusi dengan teman lainnya. Setelah
siswa mendapatkan penjelasan dari guru, siswa mengerjakan lembar evaluasi
dengan tenang dan tertib. Guru mengawasi siswa dalam mengerjakan soal tes
dan memberikan peringatan kepada siswa agar tidak menyontek. Setelah siswa
dengan yakin menjawab seluruh pertanyaan-pertanyaan dalam lembar evaluasi
tersebut, siswa mengumpulkan lembar evaluasi yang sudah selesai dikerjakan.
3. Kegiatan Akhir
Guru memberikan penguatan tentang apa yang siswa pelajari kemudian
siswa diminta untuk mengisi lembar evaluasi observasi afektif siswa. Siswa
mengisi poin-poin yang ada dalam lembar evaluasi observasi afektif siswa
dengan tenang dan tidak ada yang berbicara dengan teman lainnya. Setelah
semua siswa selesai mengisi lembar evaluasi observasi afektif siswa, guru
menutup pelajaran.
c. Pengumpulan Data (Observation)
Pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru, untuk
mengukur keberhasilan penerapan menggunakan model NHT (Numbered Head
Together) dalam kegiatan pembelajaran, peneliti menggunakan lembar observasi
yang diambil dari lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas
siswa.
Setelah seluruh siswa dibagi dalam beberapa kelompok, siswa tidak
berbicara sendiri dengan temannya dan siswa merasa senang dengan model
pembelajaran yang diterapkan guru, karena meningkatkan aktivitas siswa dari
siswa yang tadinya tidak mau berdiskusi dengan temannya menjadi bersemangat
untuk berdiskusi dan bekerjasama untuk menemukan jawaban dari lembar LKS.
Setiap siswa juga diminta untuk mengisi lembar observasi afektif siswa. Hal
ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan teori
53
pembelajaran mata pelajaran PKn materi “Menghargai Keputusan Bersama” di
dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagian besar siswa mampu menerapkan sikap-sikap yang harus dijunjung
tinggi dalam kehidupan bersama ketika melakukan musyawarah di lingkungan
rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
Setelah observer melakukan pengamatan pada siklus 2 dengan
menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) maka,
diperoleh data aktivitas guru pada tabel 8 berikut ini.
Tabel 8
Data Aktivitas Guru Siklus 2
Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Semester 2/2012-2013
No. Pertemuan
Hasil Observasi
Guru
Jumlah
Skor Kriteria
1. 1 73 A (Sangat Baik)
2. 2 79 A (Sangat Baik)
3. 3 83 A (Sangat Baik)
Untuk lebih jelasnya data aktivitas guru pada tabel 8 dapat dilihat pada data
aktivitas guru diagram batang pada gambar 4 berikut ini.
54
Gambar 4 Grafik aktivitas guru siklus 2 pada siswa kelas 5 SD Negeri
01 Karangduren
Dari data tabel dan diagram diatas untuk siklus 2 observasi yang dilakukan
oleh observer dapat disimpulkan bahwa pertemuan pertama pembelajaran
menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) yang diterapkan oleh
guru memperoleh jumlah 73 dengan kategori A (Sangat Baik) dalam hal ini guru
sudah terbiasa menggunakan metode NHT (Numbered Head Together), guru
sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode NHT (Numbered Head
Together).
Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa
pertemuan kedua pada pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered
Head Together) yang diterapkan oleh guru, memperoleh jumlah 79 dengan
kategori A (Sangat Baik). Terjadi peningkatan dibandingkan dengan pertemuan
pertama, hal ini dikarenakan guru sudah menggunakan metode NHT (Numbered
Head Together) secara maksimal dan guru dapat menguasai kelas, siswa terlihat
senang dalam mengikuti pembelajaran.
55
Pada observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa
pertemuan ketiga pada pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered
Head Together) yang diterapkan oleh guru, memperoleh jumlah 83 dengan
kategori A (Sangat Baik). Pada pertemuan ketiga ini ditemukan peningkatan
yang signifikan dibandingkan dengan pertemuan kedua, hal ini dikarenakan guru
sudah menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) secara maksimal
dan setiap siswa dalam anggota kelompok melakukan diskusi dengan baik, tidak
ada yang membicarakan topik lain selain topik materi pembelajaran.
Sedangkan pada siklus 2 dengan menggunakan model pembelajaran NHT
(Numbered Head Together) juga diperoleh data aktivitas siswa pada tabel 9
berikut ini.
Tabel 9
Data Aktivitas Siswa Siklus 2
Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Semester 2/2012-2013
No. Pertemuan
Hasil Observasi
Siswa
Jumlah
Skor Kriteria
1. 1 56 A (Sangat Baik)
2. 2 61 A (Sangat Baik)
3. 3 63 A (Sangat Baik)
Untuk lebih jelasnya data aktivitas siswa pada tabel 9 dapat dilihat pada data
aktivitas siswa diagram batang pada gambar 5 berikut ini.
56
Gambar 5 Grafik aktivitas siswa siklus 2 pada siswa kelas 5 SD Negeri
01 Karangduren
Dari data tabel dan diagram diatas untuk siklus 2 observasi yang dilakukan
oleh observer dapat disimpulkan bahwa pertemuan pertama pembelajaran
menggunakan metode NHT (Numbered Head Together), observasi yang
dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pertemuan pada pembelajaran
menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) yang diterapkan oleh
siswa memperoleh jumlah 56 dengan kategori A (Sangat Baik), siswa dalam
bekerjasama melibatkan semua anggota kelompok, setiap kelompok
mendiskusikan materi yang sedang diajarkan, siswa tidak ada yang berbicara
diluar pokok bahasan materi.
Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa
pertemuan kedua pada pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered
Head Together) yang diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 61 dengan
kategori A (Sangat Baik), siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya
terlihat kompak.
57
Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa
pertemuan ketiga pada pembelajaran menggunakan metode NHT (Numbered
Head Together) yang diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 63 dengan
kategori A (Sangat Baik). Setiap siswa dalam anggota kelompok merasa senang
dengan metode pembelajaran yang diterapkan guru, karena meningkatkan
aktivitas siswa dan bersemangat untuk berdiskusi, dan bekerjasama untuk
menemukan jawaban dari lembar LKS.
d. Refleksi (Reflecting)
Setelah selesai pembelajaran pada siklus 2 maka dilaksanakan evaluasi
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Diketahui hasil
pengamatan dari observer pada siklus 1 yaitu penggunaan model NHT
(Numbered Head Together) dalam penerapannya masih banyak kekurangan
yang terjadi, saat siswa melakukan diskusi guru tidak memantau diskusi
kelompok siswa, siswa saat melakukan diskusi cenderung berbicara dengan
teman, dan membicarakan hal diluar diskusi materi pelajaran. Siswa juga terlihat
tidak percaya diri saat ingin menanyakan materi-materi pembelajaran yang
belum dimengerti.
Pada siklus 2 ini telah dilakukan perbaikan yaitu saat siswa melakukan
diskusi guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lainnya untuk
memantau dan membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan
untuk mengurangi intensitas siswa yang berbicara sendiri diluar topik diskusi,
guru melakukan dengan lebih baik dari semua langkah-langkah model
pembelajaran NHT dalam kegiatan belajar dan mengajar di kelas sehingga siswa
lebih terfokus untuk melakukan diskusi dengan temannya serta membahas LKS
yang diberikan oleh guru.
58
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Deskripsi Data
4.2.1.1 Data Siklus 1
Setelah proses pembelajaran menggunakan model NHT (Numbered Head Together)
yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus 1, diperoleh hasil belajar pada akhir siklus 1
pada pertemuan ke-3 seperti pada tabel 10.
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKn Siklus 1
Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Semester 2/2012-2013
No. Interval Frekuensi Persentase
1. ≥79 19 50%
2. 69-78 14 37%
3. 59-68 5 13%
4. ≤58 0 0%
Jumlah 38 100%
Untuk lebih jelasnya data hasil belajar pada tabel 10 dapat dilihat pada data
distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 6 berikut ini.
59
Gambar 6. Grafik hasil perolehan nilai siklus 1 siswa kelas 5 SD Negeri 01
Karangduren
Pada siklus 1 ini juga diperoleh data observasi afektif siswa pada tabel 11
berikut ini.
60
Tabel 11
Data Observasi Afektif Siswa Siklus 1
Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Semester 2/2012-2013
Pernyataan Pendapat Siswa Jumlah Siswa Persentase
1 Setuju 36 95%
Tidak setuju 2 5%
Total 38 100%
2 Setuju 34 90%
Tidak setuju 4 10%
Total 38 100%
3 Setuju 5 13%
Tidak setuju 33 87%
Total 38 100%
4 Setuju 35 92%
Tidak setuju 3 8%
Total 38 100%
5 Setuju 2 5%
Tidak setuju 36 95%
Total 38 100%
Untuk lebih jelasnya data observasi afektif siswa pada tabel 11 dapat dilihat
pada data observasi afektif siswa diagram batang pada gambar 7 berikut ini.
61
Gambar 7. Grafik observasi afektif siswa siklus 1 pada siswa kelas 5 SD Negeri
01 Karangduren
4.2.1.2 Data Siklus 2
Setelah proses pembelajaran menggunakan model NHT (Numbered Head Together)
yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus 2, diperoleh hasil belajar pada akhir siklus 2
pada pertemuan ke-3 seperti pada tabel 12.
62
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKn Siklus 2
Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Semester 2/2012-2013
No. Interval Frekuensi Persentase (%)
1. ≥79 23 61%
2. 69-78 13 34%
3. 59-68 2 5%
4. ≤58 0 0%
Jumlah 38 100
Untuk lebih jelasnya data hasil belajar pada tabel 12 dapat dilihat pada data
distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 8 berikut ini.
Gambar 8. Grafik hasil perolehan nilai siklus 2 siswa kelas 5 SD Negeri
01 Karangduren
Pada siklus 2 ini juga diperoleh data observasi afektif siswa pada tabel 13
berikut ini.
63
Tabel 13
Data Observasi Afektif Siswa Siklus 2
Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Semester 2/2012-2013
Pernyataan Pendapat Siswa Jumlah Siswa Persentase
1 Setuju 34 90%
Tidak setuju 4 10%
Total 38 100%
2 Setuju 35 92%
Tidak setuju 3 8%
Total 38 100%
3 Setuju 33 87%
Tidak setuju 5 13%
Total 38 100%
4 Setuju 30 80%
Tidak setuju 8 20%
Total 38 100%
5 Setuju 31 81%
Tidak setuju 7 19%
Total 38 100%
Untuk lebih jelasnya data observasi afektif siswa pada tabel 13 dapat dilihat pada
data observasi afektif siswa diagram batang pada gambar 9 berikut ini.
64
Gambar 9. Grafik observasi afektif siswa siklus 2 pada siswa kelas 5 SD
Negeri 01 Karangduren
4.2.2 Analisis Data
4.2.2.1 Analisis Ketuntasan
a) Siklus 1
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=69), hasil belajar siswa
kelas 5 siklus 1 disajikan dalam tabel 14 berikut ini.
65
Tabel 14
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 1
Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Semester 2/2012-2013
No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
1. Tuntas 33 87%
2. Tidak Tuntas 5 13%
Rerata 75,26
Maksimum 100
Minimum 60
Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=69) sebanyak 5 siswa atau 13%, sedangkan
yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 33 siswa dengan persentase
87%. Dari jumlah keseluruhan siswa 38 dengan nilai rata-rata 75,26 dan nilai
tertinggi 100 serta nilai terendah 60. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 14
dapat dilihat pada gambar 10 berikut ini.
Gambar 10. Diagram lingkaran ketuntasan hasil belajar PKn sikus 1
siswa kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
66
Berdasarkan pada gambar 10 kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
NHT (Numbered Head Together) siswa yang belum tuntas atau di bawah KKM=69
sebanyak 5 siswa dengan persentase 13% sedangkan siswa yang tuntas dalam
belajarnya sebanyak 33 siswa dengan persentase 87%. Untuk lebih meningkatkan hasil
belajar siswa agar nilai belajar siswa di atas KKM=69 diperlukan siklus 2 sebagai
penguat bahwa dengan menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) dapat
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar PKn.
b) Siklus 2
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=69), hasil belajar siswa
kelas 5 disajikan dalam tabel 15 berikut ini.
Tabel 15
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar PKn Siklus 2
Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Semester 2/2012-2013
No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
1. Tuntas 36 95%
2. Tidak Tuntas 2 5%
Rerata 77,36
Maksimum 90
Minimun 60
Berdasarkan tabel 15 terlihat bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=69) sebanyak 2 siswa atau 5%, sedangkan
yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 36 siswa dengan persentase
95%. Dari jumlah keseluruhan siswa 38 dengan nilai rata-rata 77,36 dan nilai
tertinggi 90 serta nilai terendah 60. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 15 dapat
dilihat pada gambar 11 berikut ini.
67
Gambar 11. Diagram lingkaran hasil belajar PKn siklus 2 siswa kelas 5
SD Negeri 01 Karangduren
Berdasarkan pada gambar 11 kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
NHT (Numbered Head Together) siswa yang belum tuntas atau di bawah KKM=69
sebanyak 2 siswa dengan persentase 5% sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya
sebanyak 36 siswa dengan persentase 95%. Hal ini menunjukkan bahwa indikator
kinerja penelitian pada siklus 2 telah tercapai dengan baik.
4.2.2.2 Analisis Komparatif
Berikut ini dapat dilihat tabel nilai sebelum tindakan, siklus 1, dan siklus 2
serta hasil belajar pengelompokan nilai dalam tabel 16.
68
Tabel 16
Analisis Komparatif Hasil Belajar PKn
Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Semester 2/2012-2013
No. Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa
Persen
(%)
Jumlah
Siswa
Persen
(%)
Jumlah
Siswa
Persen
(%)
1. Tuntas 24 63% 33 87% 36 95%
2. Tidak
Tuntas
14 37% 5 13% 2 5%
Rerata 75,26 77,36
Maksimum 100 90
Minimun 60 60
Dari tabel hasil belajar pengelompokkan nilai pada tabel 16 dapat dilihat
adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran PKn
terbukti untuk klasifikasi “tuntas”, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya
24 siswa dengan persentase 63%. Setelah siklus 1 jumlah siswa yang tuntas
adalah 33 siswa dengan persentase 87%, sedangkan setelah siklus 2 jumlah
siswa yang tuntas ada 36 siswa dengan persentase 95%. Hal ini membuktikan
bahwa pembelajaran metode NHT (Numbered Head Together) dapat
meningkatkan hasil belajar PKn. Pada klasifikasi “tidak tuntas”, sebelum
diadakan tindakan terdapat 14 siswa dengan persentase 37% yang belum tuntas
pada mata pelajaran PKn, setelah siklus 1, siswa yang belum tuntas dalam
pelajaran PKn adalah 5 siswa dengan persentase 13%, dan siklus 2 siswa yang
belum tuntas hanya ada 2 siswa atau dengan persentase 5%. Hal ini dapat dilihat
pada gambar 12.
69
Gambar 12. Grafik ketuntasan hasil belajar PKn pra Siklus, siklus 1,
dan siklus 2 siswa kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Pada tabel 16 dan gambar 12 menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan
hasil belajar PKn pada siswa kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
4.3 Pembahasan
Hasil penelitian sebelum tindakan yang dilakukan di kelas 5 SD Negeri 01
Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ditemukan bahwa hasil
belajar PKn siswa masih rendah. Hal ini disebabkan pemahaman tentang materi
yang dipelajari, siswa belum secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Proses
pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan bahwa siswa masih pasif, siswa
lebih cenderung mendengarkan ceramah guru sehingga siswa terkesan bosan
pada proses pembelajaran. Siswa masih bekerja secara individual, tidak percaya
diri saat mengemukakan pendapat maupun jawaban di depan kelas, dan tidak
berani bertanya tentang materi pembelajaran yang belum dimengerti. Siswa
70
terlihat jenuh karena pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata
pelajaran PKn rendah. Nilai rata-rata yang didapatkan siswa sebelum tindakan
adalah 68,15. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=69)
sebanyak 24 siswa atau 63%, sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal sebanyak 14 siswa atau 37%. Nilai tertinggi yang berhasil
didapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 90 sedangkan nilai terendahnya
adalah 50.
Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan
tidak tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan dapat menangkap
materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah, sedangkan
siswa yang lain belum bisa menangkap materi yang disajikan oleh guru hanya
dengan ceramah saja karena daya tangkap mereka rendah jika hanya
mendengarkan saja.
Menurut Anita Lie (2007:8) metode NHT merupakan metode yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Metode ini juga mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka, saling berbagi ide dan
adanya semangat kerjasama yang tumbuh dari metode tersebut memungkinkan
siswa memahami materi yang diajarkan guru. Arends dalam Awaliyah (2008:3)
juga menjabarkan bahwa metode pembelajaran NHT dapat meningkatkan
interaksi antara siswa melalui diskusi atau siswa secara bersama dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi, siswa pandai maupun lemah sama-sama
memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif, dan dengan bekerja
secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih
besar atau kemungkinan bagi siswa dapat sampai pada kesimpulan yang
diharapkan, serta dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan memgembangkan bakat
kepemimpinan.
71
Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar PKn pada siswa, diperlukan
pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek ketrampilan siswa untuk lebih
aktif dalam suatu pembelajaran. Metode NHT (Numbered Head Together)
adalah metode yang melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran, mengetahui pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran.
Pendapat yang dikemukakan oleh Anita Lie tersebut selaras dengan metode
pembelajaran yang diterapkan penulis. Karena saat penulis menggunakan NHT
(Numbered Head Together), siswa tidak lagi terlihat pasif dalam mengikuti
pembelajaran, siswa terlibat secara aktif, bekerja dengan kelompoknya untuk
menemukan jawaban yang diberikan oleh guru. Sehingga hal tersebut
berpengaruh terhadap hasil belajar PKn. Peningkatan hasil belajar PKn
didapatkan dari hasil perolehan nilai siklus 1 dan 2.
1. Siklus 1
Siklus 1 dengan penerapan metode NHT (Numbered Head Together) siswa
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=69) sebanyak 33 siswa atau
87% dan 5 atau 13% siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 75,26 sedangkan nilai tertinggi
adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 60.
2. Siklus 2
Siklus 2 dengan penerapan metode NHT (Numbered Head Together) siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=69) sebanyak 36 siswa atau 95%
dan sebanyak 2 siswa atau 5% yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 77,36 sedangkan nilai tertinggi
adalah 90 dan nilai terendahnya adalah 60.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Dian Kurniasih Wahyusari, tahun 2009 dengan judul “Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) Untuk
Meningkatkan Prestasi Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SDN Luwuk Kecamatan
72
Kejayan Kabupaten Pasuruan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah dengan menggunakan metode NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPS
pada siswa kelas 5 SDN Luwuk Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan.
Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus 1 dan siklus 2
didapatkan bahwa menggunakan metode NHT dengan menekankan pada
keterlibatan siswa secara aktif yang pada akhirnya siswa lebih mudah
memahami pelajaran PKn materi “Memahami Keputusan Bersama”, sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas 5 SD Negeri 01
Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran
2012/2013.