bab iv hasil analisis dan pembahasan a. persiapan dan ... · subjek di tempat kos untuk melakukan...
TRANSCRIPT
26
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan
Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk
mendukung proses penelitian yang lancar sesuai dengan tujuan penelitian.
Persiapan yang dilakukan diantaranya adalah: penyediaan alat perekam, kertas
catatan, pena dan alat pendukung lain. Alat perekam yang digunakan adalah
handphone yang memiliki kemampuan merekam panjang dan kualitasnya baik
sehingga hasil rekaman jelas untuk menyusun transkrip wawancara secara
baik, selain itu peneliti juga mempersiapkan garis besar pertanyaan
wawancara agar wawancara dapat terarah pada informasi yang diperlukan bagi
penelitian.
Persiapan lain yang dilakukan oleh penulis adalah persiapan mental,
persiapan ini dilakukan karena penulis merupakan instrument kunci dalam
penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif, penulis merupakan instrument
penelitian/alat pengumpul data utama.
2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian diawali dengan menentukan calon-calon sujek
penelitian.Kegiatan ini penulis lakukan dengan melakukan observasi di
kampus dan melakukan wawancara informal dengan beberapa teman dekat
27
penulis. Hal ini dilakukan untuk menentukan subjek-subjek yang mengalami
stres terutama pada calon subjek yang telah menulis skripsi dalam waktu yang
panjang.Setelah menemukan beberapa orang, peneliti menyeleksi lagi menjadi
3 orang yang paling sesuai dengan karakteristik subjek penelitian yang telah
ditentukan.
Setelah terpilih 3 orang subjek, penulis menanyakan kesediaan calon
subjek untuk melakukan wawancara dengan kondisi, bahwa semua hasil
wawancara akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan identitas subjek
dirahasiakan. Hal ini penting untuk diberitahukan pada subjek untuk
menghindari terjadinya konflik antara dosen dengan mahasiswa maupun
antara mahasiswa satu dengan mahasiswa lain sehubungan dengan informasi
yang diungkapkan dalam wawancara. Penulis juga memberitahukan tujuan
dari penelitian yang sedang dilakukan agar subjek dapat memberikan
informasi yang ssuai dengan kebutuhan penulis. Salah satu faktor yang
ditekankan dalam wawancara adalah keterbukaan dan kepercayaan subjek
pada penulis sehingga perlu dipahami secara baik bahwa tujuan dari penelitian
ini semata-mata adalah untuk kepentingan penelitian. Tempat dan waktu
wawancara diatur sesuai dengan kesediaan subjek dan diatur sedemikian rupa
agar tidak terjadi tekanan dalam wawancara. Hal ini bertujuan agar hal-hal
yang berkaitan dengan sikap subjek dapat bersifat natural tanpa ada dibuat-
buat.
Penulis melakukan pengamatan sebelum wawancara untuk melihat
kondisi calon subjek. Observasi ini dilakukan secara tidak langsung, terutama
28
melihat aktivitas subjek dalam melakukan penulisan skripsi, terutama,
sebelum dan sesudah subjek bimbingan dengan dosen dan saat subjek di
perpustakaan atau dilingkungan sekitar kampus. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran awal subjek dan tingkat stress yang dialami oleh
subjek.
3. Wawancara
Setelah mengamati kegiatan yang dilakukan semua subjek, langkah
selanjutnya adalah melakukan proses wawancara pada subjek I, II, dan III.
Sebelum melakukan wawancara penulis meminta ijin terlebih dahulu pada
subjek untuk menggunakan alat perekam berupa handphone selama proses
wawancara berlangsung untuk merekam informasi. Karena hasil wawancara
merupakan dokumen rahasia penelitian, maka peneliti tidak mengekspos hasil
rekaman maupun transkrip yang dibuat pada publik. Nama, tempat dan nama-
nama yang disebutkan dalam wawancara dirahasiakan untuk kepentingan
penelitian.
Proses wawancara dilakukan pada hari yang berbeda-beda sesuai
dengan kesepakatan penulis dengan subjek. Agar proses wawancara berjalan
sesuai dengan harapan, maka penulis mempersiapkan pedoman wawancara
yang digunakan untuk mengarahkan pertanyaan pada subjek, hal ini dapat
membantu penulis tetap fokus pada pokok permasalahan yang akan digali.
Subjek penelitian ini telah dikenal sebelumnya oleh peneliti sehingga
29
memudahkan subjek untuk berbicara secara terbuka pada peneliti tanpa
merasa sungkan.
Subjek I adalah teman satu angkatan dengan penulis, yaitu angkatan
2007.Subjek telah melakukan penulisan penelitian selama kurang lebih 8
bulan atau 2 sememster. Pada saat melakukan wawancara, subjek sedang
menulis bab IV dan mengalami kendala pada pengolahan data. Wawancara
dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2011. Observasi dilakukan setelah subjek
melakukan bimbingan di kampus.Observasi sebelumnya telah dilakukan
beberapa kali terutama saat subjek berada di perpustakaan.
Subjek II adalah mahasiswa BK angkatan 2006 yang telah melakukan
penulisan skripsi selama lebih dari 1 tahun.Subjek mengalami berbagai
kendala yang menyebabkannya stres sehingga sempat meninggalkan
skripsinya selama beberapa waktu sebelum mulai melakukan penulisan
kembali.Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2011 di lingkungan
kampus.
Subjek III adalah mahasiswa BK angkatan 2005 yang mengalami
kendala melakukan penulisan skripsi dan sempat berhenti selama 1 semester.
Subjek jarang terlihat di kampus sehingga penulis beberapa kali menemui
subjek di tempat kos untuk melakukan observasi dan wawancara awal. Selain
itu penulis juga melakukan observasi saat subjek berada di perpustakaan atau
di lingkungan kampus. Wawancara dilakukan pada tanggal 10 September
2011.
30
B. Pengumpulan Data
1. Catatan lapangan
Penulis membuat catatan lapangan dalam bentuk verbatim wawancara.
Verbatim wawancara merupakan data mentah yang sudah diproses
sebagiannya dalam bentuk transkripsi wawancara, atau dapat dikatakan
memberi catatan pada orang yang diwawancarai dalam bentuk transkrip.
(Poerwandari dalam Maria, 2009)
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses meringkas data yang dilakukan dengan
membuat abstraksi rangkuman inti, proses-proses dan pertanyaan dengan tetap
menjaga taat asas. Penulis membuat transkrip data rekaman dari handphone
tanpa mengubah kata serta merubah makna dari petanyaan tersebut. Hal ini
menyebabkan banyak digunakannya kata-kata dalam bahasa Jawa karena
wawancara dilakukan dalam kerangka yang informal. Hal ini tidak diubah
oleh penulis dalam transkrip untuk menjaga agar tidak terjadi pergeseran
makna dari informasi yang diungkapkan. Penulis kemudian mempelajari
secara teliti dan cermat seluruh data yang sudah terkumpul untuk membuat
deskripsi wawancara.
3. Kategorisasi
Di dalam proses pengkategorisasian data yang berupa hasil
wawancara, peneliti melakukan coding, yaitu usaha untuk memaknai data
melalui simbol-simbol atau kode dalam rangka mempermudah proses
kategorisasi, berupa angka-angka latin (1, 2, 3, dst...) yang menunjukkan baris.
31
Sedangkan kode berbentuk angka romawi (I, II, III, dst...) merupakan kode
untuk menunjukkan subjek. Kode romawi yang menunjukkan subjek akan
diikuti kode dalam angka latin yang akan menunjukkan baris disamping
deskripsi wawancara.
C. Interpretasi Data
1. Hasil Analisis
Penelitian ini dilakukan pada 3 orang subjek penelitian yang diambil
secara acak dari populasi penelitian.Subjek yang diwawancarai terdiri dari 2
orang laki-laki dan 1 orang perempuan.Subjek penelitian ini adalah mahasiwa
yang menyusun skripsi dalam tahap penyelesaian. Masing-masing subjek
penelitian diwawancarai dengan menggunakan panduan wawancara yang
sama namun dikembangkan berdasarkan situasi dan interaksi antara peneliti
dan subjek yang diwawancarai. Hasil wawancara masing-masing subjek
dianalisis sebagai berikut:
I. Subjek 1
a. Gambaran umum subjek
Subjek berinisial AH dan berusia 22 tahun. AH berasal dari
Kabupaten Semarang. Subjek merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Orang tua subjek bekerja sebagai pegawai negeri di
Kab.Semarang. Saat ini subjek sedang menyelesaikan skripsinya yang
sudah memasuki bagian analisa data.
32
Subjek mulai melakukan penulisan skripsi kurang lebih 10
bulan yang lalu, namun mengalami kendala dengan dosen pembimbng
sehingga sampai saat ini subjek baru mulai melakukan pengambilan
data. Proses yang panjang ini membuat subjek sering merasa tertekan
dan merasa stres. Subjek biasanya mengerjakan skripsi di rumah
dengan menggunakan komputer pribadi yang dimilikinya. Karena
subyek tidak lagi mengikuti kelas perkuliahan, maka subjek lebih
banyak berada di rumah dan hanya pergi ke kampus bila akan
bimbingan atau pergi ke perpustakaan.
Pada saat diwawancarai, subjek mengeluhkan sulitnya
menemui dosen pembimbing yang hanya memberi waktu seminggu
satu kali. Selain itu, subjek juga mengemukakan kesulitan-kesulitan
lain seperti susahnya mencari waktu untuk melakukan pengumpulan
data di lokasi penelitian. Subjek menjelaskan bahwa saat subjek
tertekan karena masalah skripsi, subjek pergi memancing untuk
menenangkan diri. Setelah itu baru subjek kembali mengerjakan
skripsinya. Selain itu, subjek juga berusaha mencari bantuan kepada
teman-temannya, terutama dalam mencari buku acuan sebagai
referensi.
Subjek berusaha untuk selalu menemui dosen pembimbing
seminggu sekali untuk meminta petunjuk demi kemajuan
perkembangan skripsinya. Namun demikian, subjek merasa arahan dan
bimbingan yang diberikan oleh dosen kurang memadai karena
33
biasanya subjek hanya bertemu dengan pembimbing selama 5 sampai
10 menit. Waktu yang diberikan tersebut terasa kurang untuk memberi
penjelasan, meskipun di lembar skripsi telah diberikan catatan-catatan
khusus oleh pembimbing.
Masalah lain yang dihadapai oleh subjek adalah prosedur yang
harus dilaluinya untuk melakukan pengambilan data. Subjek harus
mendatangi sebuah sekolah dan mengatur waktu pengambilan data.
Dalam proses ini, sekolah hanya memberikan waktu yang terbatas,
sedangkan data yang diperlukan oleh subjek cukup banyak. Hal ini
menjadikan proses pengambilan data berjalan sangat lambat dan
kurang memadai. Terlebih lagi, ketika subjek perlu menambah jumlah
sampel tetapi sekolah tidak mengijinkannya. Subjek mengalami dilema
karena arahan dosen pembimbing mengharuskannya mengambil
sampel lebih banyak sedangkan lokasi penelitian tidak
mengijinkannya.Untuk mengatasi rasa stres yang dialaminya, subjek
berusaha menjelaskan pada dosen pembimbingnya tentang kesulitan
mendapatkan sampel yang lebih besar.
b. Observasi selama wawancara
Pengambilan data atau wawancara di lakukan di luar rumah
subjek, yaitu pada saat subjek sedang berada di kampus UKSW setelah
selesai bimbingan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat
perekam, panduan wawancara, catatan dan pensil untuk mencatat bila
34
diperlukan. Wawancara dilakukan sambil makan siang sehingga
suasana wawancara menjadi tidak terlalu formal. Selain itu, peneliti
telah mengenal subjek sebagai teman kuliah sehingga proses
wawancara menjadi lebih mudah.
Dari awal wawancara sampai akhir, subjek terlihat santai dan
cukup tenang meskipun banyak mengeluhkan kelangsungan
penyusunan skripsinya. Bahkan proses wawancara juga diselingi senda
gurau karena subjek memang dikenal suka bergurau. Subjek terlihat
agak sedih saat bercerita tentang harapan orangtuanya agar subjek
segera menyelesaikan kuliah.
c. Analisis Data
Dari hasil wawancara dengan subjek dapat diketahui usaha
coping stress yang dilakukan oleh subyek AH adalah sebagai berikut:
1) Activecoping
Active coping yaitu mengambil tindakan secara aktif untuk
mengatasi stres. Tindakan pengatasan masalah yang dilakukan oleh
subjek merupakan usaha untuk mencoba memperbaiki dampak
yang bisa ditimbulkan atau untuk menghindari tekanan yang ada.
Tindakan-tindakan tersebut berupa sikap menanyakan dan
memperjelas penyebab stressor atau meninggalkan stressor. Halini
tampak dalam pernyataan subjek:
35
browsing-browsing internet cari referensi, ke perpus lihat-lihat
judul yang lain. Gitu-gitu aja.Kadang konsultasi juga ke dosen
yang ngasi judul.(47 – 49)
ya paling cari-cari referensi dari internet. Aku ke Unika cari
materi referensi juga. (98 – 99)
“menanyakan lagi pada pembimbing maksudnya harus
bagaimana, kadang kan tidak jelas memberi petunjuk, apalagi
pembimbingnya kan ada 2 ya sering tidak klop.“mengkonfirmasi
ke pembimbing,sudah benar atau belum konsep yang dipakai.
Kalau pakai instrumen ini gimana, boleh ngga, atau buat sendiri,
ya hal-hal seperti itu lah harus disetujui dosen dulu. Baru berani
mencari data” (158 – 161)
2) Planning
Planning yaitu memikirkan tentang cara mengatasi
penyebab stress. Subjek memikirkan bagaimana mengatasi stres
yang dialaminya, bagaimana menentukan tindakan yang diambil
serta bagaimana cara penanganan yang terbaik untuk memecahkan
masalah. Pernyataan subjek yang sesuai dengan hal-hal ini
diantaranya:
“….alternatif terakhir aku minta bantuan untuk olah datanya.
Mending gitu lebih cepat daripada aku kangelan to.(173 – 175)
36
“… Paling tidak sedikit membantu aku ngga begitu memikirkan
masalah olah datanya.Meskipun aku juga harus belajar. Sebelum
bimbingan sudah aku siapin dulu yang aku tulis apa jadi ya nti
kalo ditanya alasannya bisa jawab” (182 –185)
3) Restraint coping
Restraint coping yaitu menunggu saat yang tepat untuk
bertindak. Subjek cenderung menahan diri untuk mengatasi
tekanan. Subjek juga mempertimbangkan situasi dan kondisi
stressor terlebih dahulu saat akan melakukan sesuatu. Sehingga
seringkali subjek hanya akan menunggu saat yang dirasa tepat
untuk melakukan tindakan. Hal ini dinyatakan oleh subjek:
“apa ya..“Saat pusing ngerjake skripsi, ya aku tinggal dulu…
ngademke pikir.Kalo sudah adem, baru dikerjain lagi. Pelan-pelan
lah” (101 – 102)
4) Positive reframing
Coping dengan positive reframing adalah mencoba
menafsirkan suatu kondisi dengan lebih positif. Hal ini ditunjukkan
oleh subyek dengan pernyataan:
“skripsi sulit ya wajar, kalau gampang ya SMA aja. Dijalani aja,
nek sudah waktunya kan y lulus. kalau pusing, ya banyak
37
temannya. Skripsi memang harus pusing, kalau ngga pusing, ngga
afdol” (39 – 40)
5) Mental dissengagement
Mental dissengagement adalah usaha untuk mengalihkan
perhatiannya dari stressor. Usaha ini ditunjukkan oleh perilaku
subjek yang melakukan kegiatan lain untuk menghindari penyebab
stress yang dirasakannya. Hal ini dinyatakan subjek sebagai
berikut:
“…. Mancing menyelesaikan masalah.Daripada stres mending
mancing.Aku ngilangin stres dengan mancing. Biasanya habis
mancing jadi lebih fresh” (207 – 209)
II. Subjek II
a. Gambaran umum subjek
Subjek berinisial SP, saat ini berusia 23 tahun, berasal dari
Kabupaten Temanggung. Subjek adalah anak tunggal, orang tuanya
telah bercerai dan masing-masing telah menikah kembali. Subjek saat
ini tinggal dengan ayahnya yang bekerja sebagai guru SD. Subjek telah
melakukan penulisan skripsi selama kurang lebih 7 bulan dan telah
memasuki bagian terakhir dari penulisan.
Subjek tidak mengalami banyak kendala dalam penulisan
skripsi yang membuatnya stres, kecuali dalam hal pengolahan data
secara statistik. Selain itu, subjek mengalami hambatan di awal saat
38
menyusun proposal. Berkali-kali subjek harus mengganti topik dan
judul penelitian sehingga membuat subjek hampir menyerah. Setelah
berkonsultasi dengan dosen pembimbing, akhirnya subjek memilih
salah satu topik penelitian yang berhubungan dengan dunia
pendidikan.
Setelah seminar proposal, subjek ditetapkan memiliki dua
pembimbing yang menurut subjek adalah dosen-dosen yang mudah
ditemui dan baik. Subjek dapat melakukan bimbingan di rumah
maupun di kampus. Hal ini memudahkan subjek untuk menyelesaikan
skripsinya. Dalam satu minggu subjek kadang bimbingan lebih dari
satu kali, sehingga proses penulisan menjadi lebih cepat.
Subjek mengaku kesulitan mulai dirasakan setelah subjek
melakukan pengambilan data. Subjek tidak paham statistik sehingga
tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan data tersebut. Subjek
sempat mundur beberapa minggu karena bingung. Sampai akhirnya
subjek mendapatkan bantuan dari teman yang membantunya
melakukan pengolahan data secara statistik.
b. Observasi selama wawancara
Wawancara dengan subjek SP dilakukan dilingkungan kampus,
yaitu di kafe Rindang pada sore hari setelah kegiatan perkuliahan
sudah mulai sepi. Subjek adalah salah satu teman satu angkatan
39
peneliti di progdi BK. Karena telah mengenal subjek dengan baik,
maka wawancara dilakukan secara non formal dan cenderung santai.
Subjek dengan sukarela memberikan informasi secara jujur dan
terbuka pada peneliti. Selama wawancara subjek tidak menunjukkan
wajah yang tertekan, bahkan terkesan sudah lega karena penulisan
skripsinya hampir selesai. Selama wawancara subjek banyak tertawa
dan justru menyemangati peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi.
c. Analisa data
1) Active coping
Active coping dilakukan subjek dengan menceritakan
masalah pada orang lain. Dengan cara ini subjek juga mampu
menenangkan emosi dalam diri sendiri dan berusaha tetap
menjalani hidup seperti sebelum mengalami masalah dalam
penyusunan skripsi. Hal ini dinyatakan subjek dalam wawancara
sebagai berikut:
“Tiap hari cari dosen Pak BB, tanya kira-kira topik apa yang
mudah untuk skripsi.Sambil cari-cari sendiri di internet atau di
perpus.”(63 – 64)
“Cari-cari judul sendiri dulu lalu dikonsultasikan pada dosen.”
(66)
40
“Cerita ke teman, seperti sama pacar gitu. Kadang ya minta
bantuan ngetik.”(69)
2) Supression of competing activities (penekanan pada aktivitas
utama)
Coping ini dilakukan dengan berusaha fokus pada masalah
yang dialami, membatasi kegiatan yang bisa menimbulkan masalah
baru, berusaha mendapatkan informasi yang berkaitan dengan
masalah yang dialami. Subjek menggunakan coping supression of
competing activities seperti diungkapkan dalam wawancara:
“aku jarang main sama teman, ya ngga seperti dulu sebelum
skripsi. Sekarang sih fokus dulu sama skripsinya. Kalau sudah
selesai kan bisa jalan-jalan semaunya”(95 – 97)
“lebih banyak di perpus sekarang mencari materi, baca-baca
referensi.” (91)
3) Planning (perencanaan)
Subjek menggunakan coping planning dengan membuat
rencana penanganan masalah penyusunan skripsi dan berusaha
mempersiapkan dengan baik penulisan skripsinya. Hal ini
diungkapkan subjek dalam wawancara sebagai berikut:
“Aku sudah buat rencana penulisannya, pokoknya setiap minggu
harus ada kemajuan. Bab I sampai III kan sudah tinggal revisi
41
dikit setelah seminar. Pengambilan data sebulan harus selesai trus
buat analisa kira-kira ya 2 minggu.”(100 – 103)
“pokoknya setiap selesai menulis aku langsung bimbingan, telpon
dulu bisa ketemu dimana, apa dikampus, apa di rumah. Setiap
bimbingan aku catet apa yang disuruh nambahin biar ngga bolak-
balik salah terus. Yang penting rajin bimbingan” (131 – 134)
4) Use of emotional support
Subjek juga mengatasi stres dengan mencari dukungan
moral, simpati, emosional. Hal ini diungkapkan subjek sebagai
berikut:
“ya biasane kalau sudah agak malas, diingatkan sama pacar.
Terutama nek ada kesulitan ya aku curhat sama pacarku” (111 –
112)
42
III. Subjek III
a. Gambaran umum subjek
Subjek berinisial MD adalah mahasiswa perempuan berusia 24
tahun. Saat ini subyek kos di daerah sekitar kampus UKSW karena
subjek berasal dari luar Jawa. Subjek sedang dalam menyusun analisa
dan pembahasan untuk skripsinya. Subjek berasal dari angkatan yang
lebih tinggi dari subjek dan sudah lebih dari 4 tahun kuliah di UKSW.
Subjek berasal dari keluarga besar, dia adalah anak ke-3 dari
lima bersaudara. Selain subjek, ada pula saudaranya yang saat ini
kuliah di UKSW di program studi yang berbeda. Orang tua subjek
adalah pengusaha yang tinggal di luar Jawa.Untuk kepentingan
penulisan skripsinya, orang tua subjek membelikan laptop yang saat ini
selalu dibawa oleh subjek kemanapun dia pergi. Meskipun sudah tidak
ada kegiatan kuliah, subjek masih sering berada di kampus untuk
mengerjakan skripsi sekaligus memanafatkan fasilitas wifi yang ada di
lingkungan kampus.
Menurut subjek, subjek mengalami banyak kendala dalam
penulisan skripsinya sejak awal. Subjek menjelaskan bahwa dia sudah
lebih dari 1 tahun mengerjakan skripsi, tetapi prosesnya sangat lambat
sehingga sampai sekarang belum selesai. Di awal penulisan, subjek
sering berganti judul karena materi yang diperoleh kurang mendukung.
Alasan lain subjek berganti judul adalah karena tidak sesuai dengan
keinginan dosen pembimbing. Subjek memiliki dua orang pembimbing
43
yang sulit ditemui karena sering bepergian ke luar kota. Selain itu,
subyek juga sulit untuk menentukan teori yang harus digunakan.
Proses penyusunan instrumen penelitian juga sangat sulit menurut
subyek hingga subjek menyerah dan tidak mengerjakan skripsinya
selama beberapa bulan.
Subjek kembali mengerjakan skripsinya setelah mendapatkan
dukungan moral dari orang tua untuk berusaha lebih keras. Akhirnya,
dengan bantuan dari saudara dan teman-teman dekatnya, subjek
termotivasi lagi untuk menyelesaikan penyusunan instrumen
penelitian. Saat ini subjek telah selesai melakukan pengambilan data
dan sedang dalam proses pembuatan analisa dan pembahasan
penelitian. Subjek sudah merasa lebih bersemangat sekarang karena
penyusunan skripsi sudah mulai berjalan lancar lagi.
b. Observasi selama wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan subjek di tempat kos
subjek karena subjek malu jika bertemu di kampus. Pada awal
wawancara subjek menunjukkan agak sedikit tertekan karena
diingatkan kembali pada proses penyusunan skripsi yang cukup sulit.
Subjek bercerita dengan agak sedih karena banyak kesulitan yang
dihadapinya di awal penyusunan skripsi yang telah berjalan lebih dari
satu tahun.
44
Subjek menunjukkan perasaan bersalah saat bercerita tentang
kemundurannya dalam menyusun skripsi yaitu selama kurang lebih 2
bulan subyek tidak melakukan apapun untuk menyelesaikan
skripsinya.Subjek juga terlihat murung ketika bercerita tentang harapan
orangtuanya yang menginginkan subjek cepat lulus. Semangat subjek
mulai muncul saat bercerita tentang kemajuan penulisan skripsinya
saat ini yang telah memasuki analisa dan pembahasan.
c. Analisa data
1) Active coping
Active coping yang digunakan oleh subjek adalah
menenangkan emosi dalam diri sendiri, berusaha tetap
menyelesaikan skripsi meskipun banyak mengalami masalah dan
tetap menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Hal ini muncul dari
pernyataan subjek dalam wawancara:
“meskipun sulit, tapi tetap saya jalani. Mau tidak mau harus
dikerjakan.Kasihan orang tua yang membayar kuliah.” (60 – 61)
“skripsi itu kan hanya sebagian kecil dari kegiatan sehari-hari,
kalau tidak mengerjakan skripsi biasanya saya main dengan teman
atau mencari hiburan di Semarang” (85 – 86)
45
2) Supression of competing activities (penekanan pada aktivitas
utama)
Subjek berusaha fokus pada masalah yang dialami dengan
cara mengesampingkan masalah lain yang dapat membuat
konsentrasinya buyar. Selain itu subjek juga berbagi dengan orang
tua serta saudaranya untuk mengurangi stres yang dirasakan. Hal
ini diungkapkan subjek dalam pernyataan:
“saya sering ditelpon orang tua, ditanya, perkembangan skripsi
saya. Saya curhat pada mama biasanya diberi nasehat.”(54 – 55)
“akhir-akhir ini saya sering ke perpus untuk menyusun
pembahasan. Jarang pergi sekarang, soalnya mau ngejar ujian
secepatnya”(67 – 68)
“ada adik juga yang sering bantu cari materi. Kadang menemani
di kampus” (76)
3) Planning (perencanaan)
Jenis coping planning menekankan pada pembuatan
rencana dan persiapan untuk menyelesaikan skripsi. Subjek
melakukan merencanakan apa yang akan dilakukannya untuk
mengurangi stres yang dia alami dengan cara:
46
“rencananya saya akan bimbingan seminggu 2 kali, kalau tidak
nanti tidak bisa mengejar ujian”(63 – 64)
“saya sudah mempersiapkan semua materinya, buku-buku saya
fotocopy, bahan” (73 – 74)
4) Use of religion
Sikap individu untuk menyelesaikan masalah dengan
keagamaan. Hal ini diungkapkan subjek dalam wawancara sebagai
berikut:
“saya hanya bisa banyak berdoa, pasrah, Tuhan mau buat apa
dalam hidup saya” (50 – 51)
“kalau Tuhan ijinkan, pasti saya segera lulus, tidak ada yang
mustahil”(71)
D. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing subjek
menggunakan jenis coping yang berbeda-beda untuk mengatasi stres yang
dirasakan saat menyusun skripsi. Secara sederhana dapat disusun tabel coping
stres subjek sebagai berikut:
Tabel 4.2 Coping Stress Subjek Penelitian
Subjek Problem focused coping Emotional focused coping
I Active coping use of emotional support
47
Planning
Supression of competing activities
mental disengagement
II
Active coping
Planning
Supression of competing activities
use of emotional support
III
Active coping
Planning
Supression of competing activities
use of religion
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa subjek melakukan problem focused
coping dan emotional focused coping. Jenis problem focused coping yang
digunakan oleh ketiga subjek adalah sama yaitu active coping, planning dan
suppression of competing activities, sedangkan emotional focused coping yang
digunakan oleh subjek berbeda yaitu use of emotional support, use of religion and
mental disengagement. Ini berarti bahwa ketika subjek mengalami kesulitan
dalam menyusun skripsi, sebagian besar mengatasinya menggunakan jenis
problem focused coping yaitu sesuatu yang digunakan untuk mengurangi stressor
dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan baru yang dkiyakini
akan dapat mengubah situasi. Stres muncul ketika merasakan ketidakcocokan
antara tuntutan situasi dalam penyusunan skripsi dengan kemampuan biologis,
psikologis dan sistem sosial subjek.
48
Coping stress merupakan bentuk tindakan atau usaha yang dilakukan
individu sebagai reaksi dari situasi yang penuh tekanan baik berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya. Proses penyusunan skripsi yang panjang seringkali
membuat mahasiswa mengalami tekanan. Oleh karena itu ketidakmampuan
mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan yang ada, baik
kenyataan yang ada di dalam maupun di luar diri, sehingga menimbulkan tekanan
batin dan konflik.Active coping, planning dan suppression of competing activities
digunakan sebagai alternatif mencari solusi mengatasi stres oleh semua subyek.Ini
menunjukkan bahwa subyek menggunakan coping stress yang berfokus pada
masalah yang dihadapi.
Pada permasalahan yang ada dalam penyusunan skripsi, misalnya saat
mengalami kendala dalam menyusun Tinjauan Pustaka (BAB II), mahasiswa
memilih melakkan active coping dengan mencari referensi di perpustakaan dan
meminjam buku acuan. Ini menunjukkan adanya usaha dari subjek untuk
mengurangi stres dengan cara menghadapi masalah daripada meninggalkannya.
Mahasiswa mengatasi tekanan yang dirasakan dengan berkunjung ke
perpustakaan untuk mencari referensi yang dapat digunakan dalam
penelitiannya.Selain itu mahasiswa juga meminjam buku-buku acuan yang dapat
dipergunakan untuk menyusun dasar teori.Demikian pula saat subjek mengalami
masalah penyusunan instrumen penelitian, para subjek berusaha menyelesaikan
masalah dengan merencanakan tindakan selanjutnya sebelum melakukan
bimbingan dengan dosen.
49
Subjek penelitian ini juga menggunakan suppression of competing activities
atau menekan kegiatan lain yang dapat menimbulkan stres. Ini berarti bahwa
subyek lebih banyak menggunakan waktunya untuk menghadapi masalah dalam
menyusun skripsi. Ini dilakukan untuk mengurangi potensi timbulnya tekanan
karena ada kegiatan lain yang juga membawa dampak stres pada subjek.
Umumnya subjek memusatkan perhatiannya pada masalah skripsi karena ada
tuntutan untuk segera lulus dari orang tua. Hal ini menjadi faktor pendorong yang
memotivasi subjek untuk menghilangkan tekanan dalam penyusunan skripsi.
Jenis emotional focused coping yang digunakan oleh dua subyek adalah use
of emotional support. Ini menunjukkan bahwa subjek membutuhkan dukungan
sosial dari orang-orang terdekat mereka seperti keluarga dan pacar.Dukungan
sosial sangat penting artinya bagi subjek, karena dapat memberikan motivasi dan
dukungan bagi subjek dalam mengurangi tekanan yang dialaminya.Ada pula
subjek yang menggunakan use of religion sebagai alternatif mengurangi tekanan.
Subjek yang religius menggunakan agama sebagai salah satu usaha untuk
mengurangi stres yang dialaminya dengan cara berdoa dan menyerahkan
bebannya kepada Tuhan. Use of religion pada penelitian ini hanya digunakan oleh
subyek perempuan. Ini menunjukkan bahwa subyek laki-laki lebih cenderung
pada penggunaan problem focused coping.