bab iv gereja dari salib dan bulan sabit - institutional...

62
Gereja Lintas Agama 175 BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit Nabeel T. Jabbour Biodata dan Konteks Berteologi Nabeel T. Jabbour adalah seorang teolog Kristen asal Siria dan dibesarkan di Lebanon. Lebih dari 15 tahun ia tinggal di Kairo untuk menyelesaikan studi doktor di bidang Islam. Sejak 1997 ia dan keluarganya tingga di Amerika dan menjadi guru besar di Universitas kota Colorado Springs Amerika Serikat. Ia memberi kuliah tentang Islam and Current Events di tiga seminari Amerika Serikat dan satu di Kanada. Dia menulis tiga buku dalam bahasa Arab dan empat dalam bahasa Inggris: Unshackled and Growing, Muslims and Christians on The Journey to Freedom, The Rumbling Volcano on Islamic Fundamentalism and The Unseen Reality on Spiritual Warfare. Bukunya yang terakhir dan yang akan kita dalami adalah The Crescent Through the Eyes of The Cross on the Muslims' worldview. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit Pionir Jakarta (2010). Nabeel Jabbour akan menjadi pemandu wisata bagi kita untuk menjelajah masuk ke dunia Muslim dan mengenal orang-orang Muslim dan tanggapan- tanggapan mereka terhadap Injil. Tanggapan- tanggapan itu berguna untuk kita memahami model

Upload: trantram

Post on 08-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 175

BAB IV

Gereja dari Salib dan Bulan Sabit

Nabeel T. Jabbour

Biodata dan Konteks Berteologi

Nabeel T. Jabbour adalah seorang teolog

Kristen asal Siria dan dibesarkan di Lebanon. Lebih

dari 15 tahun ia tinggal di Kairo untuk menyelesaikan

studi doktor di bidang Islam. Sejak 1997 ia dan

keluarganya tingga di Amerika dan menjadi guru besar

di Universitas kota Colorado Springs Amerika Serikat.

Ia memberi kuliah tentang Islam and Current Events

di tiga seminari Amerika Serikat dan satu di Kanada.

Dia menulis tiga buku dalam bahasa Arab dan empat

dalam bahasa Inggris: Unshackled and Growing,

Muslims and Christians on The Journey to Freedom,

The Rumbling Volcano on Islamic Fundamentalism

and The Unseen Reality on Spiritual Warfare.

Bukunya yang terakhir dan yang akan kita dalami

adalah The Crescent Through the Eyes of The Cross on

the Muslims' worldview. Buku ini diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit

Pionir Jakarta (2010).

Nabeel Jabbour akan menjadi pemandu wisata

bagi kita untuk menjelajah masuk ke dunia Muslim

dan mengenal orang-orang Muslim dan tanggapan-

tanggapan mereka terhadap Injil. Tanggapan-

tanggapan itu berguna untuk kita memahami model

Page 2: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

176 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

eklesiolgi yang ditawarkan Nabeel Jabbour sebagai

kontribusinya bagi pembaharuan kehidupan

mengereja dalam konteks masyarakat multi agama.

Ada tiga alasan pilihan jatuh kepada Nabeel

Jabbour dalam menjajaki jawaban terhadap pertanyaan

utama dalam buku ini. Pertama, sebagai yang lahir

dalam keluarga Kristen dan menjalani hampir separuh

usia hidupnya di lingkungan Islam (Syiria, Libanon

dan Mesir) lewat mana ia bersekolah, bermain dan

berolah raga bersama dengan banyak sahabat muslim

semasa kecil sampai menyelesaikan program

doktornya, Nabeel Jabbour, seperti pengakuannya

sendiri, dia memahami Islam dari dalam, yakni

melihat Islam dari mata orang Islam.1 Jelasnya, teologi

yang dikerjakan Jabbour berakar pada otobiografinya.

1 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit Melalui Mata Salib.

Pengalaman-Pengalaman Mendalam dari Seorang Kristen

Arab. Jakarta: Pioner Jawa. 2010. hlm. 29. Untuk

menghindari munculnya banyak footnote dari buku yang

Page 3: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 177

Orang-orang Islam, kata Nabeel Jabbour,

sangat loyal dan bangga akan agama, keluarga dan

peradaban mereka. Keluarga dan agama bagi mereka

adalah lingkungan yang memberi mereka akar,

identitas dan otensitas. Kalau mereka tertarik pada

pengajaran Yesus dan nilai-nilai dalam Injil itu adalah

untuk memperluas sekaligus memperkuat akar

keberadaan, identitas dan otensitas mereka untuk

memiliki karakter global. Karena itu kepada teman-

teman Kristen mereka berkali-kali mengingatkan agar

dalam persahabatan tidak boleh ada upaya saling mentobatkan, dalam arti pemaksaan pindah agama. Jika ada niat ke arah itu biasanya orang muslim akan

segera mengakhiri persahabatan.2

Mengenal orang Islam dari dalam kami anggap

penting dalam upaya menjajaki jawaban atas

pertanyaan yang kita geluti, sebab pengenalan itu

menolong kita untuk memberitakan Yesus Kristus dan

memperlihatkan Injil dalam cara yang dapat diterima

oleh saudara kita dari agama yang lain, sekaligus

menjadikan Yesus Kristus dan Injil sebagai

penggenapan atau jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan atau kebutuhan-kebutuhan esensial dalam

penghayatan religius mereka.

tadi, kami membatasi hanya dua footnote dari buku yang

sama pada satu halaman. Rujukan lainnya kami taruh dalam

tanda kurung di isi tulisan bertuliskan Sabit-Salib dan

nomer halaman buku. 2 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit... hlm. 37.

Page 4: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

178 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Perkenankan kami menjelaskan hal ini dengan

contoh berikut. Supaya dokter bisa memberikan obat

yang tepat dan berkhasiat menyembukan penyakit

pasiennya, dokter harus lebih dulu menggali informasi

dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

keadaan pasien dengan peralatan-peralatan medis yang

dibutuhkan. Tanpa melakukan itu, bisa saja dokter

memberikan balsam penyembuh eksim untuk pasien

yang mengeluh sakit gigi.

Buah pikiran Nabeel Jabbour sebagaimana

yang dituangkan dalam tulisan-tulisannya

menunjukkan dengan jelas bahwa selama ini gereja

memberitakan Kristus dan memperlihatkan Injil

kepada saudara-saudara Muslim dan menuntut mereka

untuk beralih dari agamanya, tetapi tidak menurut

cara yang patut dilakukan dokter terhadap pasiennya.

Akibatnya, banyak orang muslim mengaku bingung

dan sama sekali tidak memahami pesan Kristen itu.

Kita akan melihat hal itu dalam uraian di bagian-

bagian selanjutnya.

Alasan kedua pentingnya Nabeel Jabbour bagi

pokok yang kita gumuli ialah model hermeneutiknya

terhadap kitab suci Kristen. Pengenalannya akan

pertanyaan-pertanyaan esensial dan kebutuhan-

kebutuhan hakiki dari saudara-saudari Muslim yang

berhubungan dengan agama sebagai pemberi makna

kehidupan, membuat dia mendekati dan menjelaskan

teks-teks Alkitab secara baru dengan hasil yang benar-

benar menjungkir-balikkan dogma dan doktrin Kristen

Page 5: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 179

yang selama ini dijadikan standar bagi kehidupan

orang Kristen.

Jelasnya model hermeneutik yang dipakai

Nabeel Jabbour adalah hermenutik dari perspektif

pendengar dan bukan dari perspektif pemberita.

Hermenutik ini dinamakan oleh Bert Altena model

empiris –induktif sebagai lawan dari model normatif-

deduktif.3 Hermeneutik model empiris-induktif mengandaikan pekerjaan refeksi terhadap iman

sebagai sebuah ziarah ke dalam tiga dunia: dunia

realita yang penuh dengan pertanyaan dan masalah-

masalah, selanjutnya masuk ke dalam dunia kitab suci

atau teks untuk belajar dari pengalaman orang-orang

percaya pada masa lalu dalam nenggumuli masalah

hidupnya dalam iman kepada Tuhan, dan akhirnya

kembali lagi ke dunia realita dengan membawa

pencerahan dari hasil belajar itu untuk menyikapi

masalah atau pertanyaan secara baru.4

Dengan cara ini Alkitab dijadikan sebagai kitab

yang terbuka di tengah-tengah kehidupan orang

percaya yang sarat dengan berbagai masalah dan

pertanyaan (konteks) sehingga terjadi dialog yang

dialektis antara kedua belah pihak: teks dan konteks.

3 Bert Altena. Wolken gaan voorbij. Een homiletisch onderzoek naar mogelijkheden voor de preek in een postmodern klimaat. Zoetemeer: Boekencentrum. 2003.

hlm. 59-62. 4 Ebenhaizer Nuban Timo. Apa dan Bagaimana Berteologi.

Orasi Ilmiah di HUT ke-5 Sekolah Tinggi Agama Kristen

Negeri Kupang. 2011. hlm. 17.

Page 6: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

180 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Model hermeneutik ini berbeda dengan model

normatif-deduktif di mana Alkitab dianggap sebagai

kitab yang tertutup, berisi kebenaran-kebenaran yang

final dan absolut dan tinggal diterapkan begitu saja

dalam konteks. Terjadi semacam pemaksaan teks

kepada konteks. Ini hermeneutik satu arah,

hermeneutik garis lurus dari dunia kudus ke dunia

berdosa. Nabeel Jabbour memperlihatkan

kepiawaiannya mengeksplorasi makna teks-teks

Alkitab secara baru dan penuh daya eksplosif yang

mengejutkan karena hermeneutik.

Urgensi ketiga Nabeel Jabbour berhubungan

dengan masalah relasi dunia Barat dan dunia Timur

yang diasosiasikan dengan Kristen versus Islam.

Peristiwa 11 September 2001, yakni penyerangan

terhadap menara kembar di Amerika oleh sekelompok

orang berlatar belakang muslim telah merobek dunia

dalam dua kelompok: kita yang beradab dengan nota bene orang Kristen dan mereka yang Muslim adalah

orang-orang asing, kelompok yang melahirkan para

teroris, jadi sasaran kebencian dan permusuhan.5 Kita

ingat misalnya pidato presiden Amerika Serikat Bush

Junior mengajak dunia untuk berdiri dipihaknya

untuk melawan terorisme. Dalam pidato itu ia

menggunakan ungkapan crusade (perang salib) sebagai

perang melawan terror.6

5 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit... hlm. 27. 6 Lihat Richard M. Daulay. Amerika VS Irak. Bahaya Politisasi Agama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2009.

Page 7: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 181

Robeknya dunia dalam dua belahan ini makin

memperburuk hubungan dua umat beragama: Islam

dan Kristen yang memang sudah sarat dengan beban

masa lalu yang masih belum selesai dicerna. Orang

Kristen mudah sekali mencap dedikasi orang muslim

sebagai ekstrimis, penyerahan hidup orang muslim

kepada Allah sebagai terorisme, pandangan hidup

mereka sebagai fanatisme dan banyak lagi stereo type

negatif. Orang muslim bukan hanya dicap negatif,

tetapi juga ditakuti.

Nabeel Jabbour menganggap cap-cap negatif

ini dan rasa takut itu terburu-buru. Kalau itu tidak

dihentikan akan mempersulit relasi kedua agama ini.

Nabeel Jabbour percaya, seperti juga yang ditegaskan

Rahner bahwa dunia yang damai akan sulit dibangun

selama masih ada sikap saling curiga bahkan

permusuhan antara para pemeluk agama.7 Nabeel

Jabbour berjuang untuk mempertemukan umat dari

kedua agama ini. Ia bercita-cita membangun jembatan

penghubungan bukan tembok pemisah antara kedua

komunitas agama tadi. Mereka tidak boleh terus

tinggal dalam sangkar agama masing-masing. Sikap

terbuka untuk saling belajar dan memahami adalah

penting.

7 Dikutip dari Rikard Kristian Sarang. “Dialog antar Agama

Sebagai Model Penerimaan, Pengakuan Terhadap

Keberagaman dalam Terang Pemikiran Paul F. Knitter.”

Dalam: BERBAGI: Jurnal Asosiasi Perguruan Tinggi Agama Kristen (APTAK). Volume 2 No. 1. Januari 2013. hlm. 78.

Page 8: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

182 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Ada dua keuntungan yang diperoleh jika

mereka saling terbuka dan menerima. Pertama, orang

Kristen dapat menyampaikan pesan-pesan injil secara

efektif atau dapat dipahami orang Muslim. Kedua,

orang Kristen memperoleh kesempatan memurnikan

pemahaman tentang Injil dan membaharui cara hidup

sesuai dengan Injil. Dengan kata lain orang Kristen

harus bertobat dan membaharui diri supaya bisa hadir

secara baru (Sabit-Salib: 106). Buku Nabeel Jabbour

yang akan kitab bahas ini ditulis dengan maksud tadi.8

Orang Muslim dan Dunianya

Sama seperti manusia pada umumnya, orang

muslim adalah makhluk yang menginginkan

penerimaan, penghargaan dan persaudaraan. Mereka

juga adalah orang-orang yang bangga terhadap

agamanya dan warisan-warisan islami. Agama dan

warisan itu merupakan sumber pembentukan jatidiri

sekaligus teropong melalui mana mereka melihat dan

memahami dunia dan agama lain. Orang Kristen harus

belajar mengenal orang Muslim dan dunianya secara

benar, yakni dari dalam, jika dia mau memberitakan

Injil kepada mereka.

Pengalaman bertumbuh dan bergaul dalam

dunia islam selama lebih dari 40 tahun sehingga

mengenal Islam dari dalam, Nabeel Jabbour mencatat

beberapa profil orang Muslim. Pertama, orang Muslim

8 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit... hlm. 16.

Page 9: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 183

adalah manusia, sesama kita. Mereka bukan orang-

orang kasar, jahat, kafir dan tak bertuhan. Mereka

hidup dalam hubungan-hubungan sosial yang kuat dan

memperkembangkan simbol-simbol dan bahasa khusus

untuk memaknai hidup dan dunianya. Mereka bangga

akan keluarganya, negaranya dan agamanya (Sabit-salib: 37). Mereka bukan makhluk dari planet yang

berbeda sehingga patut dicurigai, ditakuti dan

kemudian dikucilkan.

Orang Muslim adalah orang-orang yang peka

terhadap berbagai perlakuan dan siap juga memberi

tanggapan terhadap perlakuan-perlakuan itu. Mereka

sangat menghargai perlakuan-perlakuan manusiawi,

akrab dan bersahabat dari orang yang berbeda

keyakinannya, terutama Kristen dan siap untuk

memberi respons yang sama. Mereka akan menerima

orang lain yang menerima mereka berdasarkan kasih.

Sebaliknya, orang-orang yang menolak mereka dan

agamanya juga akan mereka tolak. Bahkan mereka

tidak segan-segan melakukan perlawanan bahkan siap

membela diri dan membalas serangan yang ditujukan

kepada diri, agama dan iman mereka (Sabit-Salib: 222-

230).

Kedua, ada tiga kategori orang Muslim:

Muslim kultural, Muslim Qur’anis dan Muslim Militan

(Sabit-Salib: 93). Muslim kultural adalah mereka yang

mematuhi norma-norma sosial daripada teologi.

Muslim Qur’anis adalah mereka yang memeluk iman,

mematuhi pengajaran Qur’an yang eksplisit. Mereka

menjalankan ajaran Qur’an secara ketat. Muslim

Page 10: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

184 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

militan. Mereka aktif membela Islam melalui

tindakan-tindakan heroik, konflik bersenjata dan

upaya-upaya lain dengan tujuan menaklukan yang

non-Muslim. Kalau jujur, orang Kristen pun dapat kita

masukan dalam ketiga kategori ini.

Nabeel Jabbour menggambarkan komposisi

tiga kategori orang Muslim tadi dalam bagan berikut

(Sabit-Salib: 94):

Komposisi ini menunjukkan bahwa persentasi

terbesar adalah Muslim kultural. Muslim Qur’anis dan

Muslim Militan tersaring ke bawah, ke Muslim Kultural, seperti yang ditunjukkan oleh arah anak

panah. Keadaan ini terjadi di awal abad ke-20. Tetapi

komposisi ini telah berubah. Pada saat ini bagan itu

telah menjadi seperti ini.

Page 11: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 185

Muslim Kultural masih dalam prosentasi besar.

Tetapi terancam akan makin tersaring ke bawah

menjadi Muslim Qur’anis dan Muslim Militan. Dunia

Barat (Amerika Serikat, Eropa) dan juga sikap orang

Kristen berperan besar dalam perubahan bagan ini.

Singkatnya, ketertarikan orang Muslim ke arah

tindakan-tindakan militan disebabkan oleh sikap

dunia dan orang Kristen terhadap mereka (Sabit-Salib:

93).

Mayoritas orang Muslim pada masa kini

sedang ditarik menuju salah satu dari dua arah:

Muslim Kultural atau Muslim Militan. Nabeel Jabbour

mengemukakan dua contoh. Pertama, Sayyid Qutb,

seorang Muslim Mesir. Dia datang ke Amerika sebagai

orang Moderat. Tetapi kembali ke Mesir sebagai

pemimpin kaum fundamentalis.9 Kedua, kakak Nabeel

9 Sayyid Qutb bukan satu-satunya orang moderat yang

menjadi militant. Disebutkan bahwa Osama bin Laden di

masa mudanya adalah anak yang cakap dan periang. Hanya

satu hal yang menyedihkannya yakni nasib orang Palestina.

Kebijakan terror Israel terhadap orang Palestina

mengembangkan keyakinan dalam hatinya bahwa adalah

Page 12: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

186 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Jabbour sendiri. Dia datang ke Amerika sebagai

seorang Muslim untuk belajar. Tahun 1950 dia pulang

ke Mesir sebagai seorang murid Kristus, bahkan karena

kesaksian hidupnya dia membuat seluruh keluarganya

menjadi pengikut Kristus (Sabit-Salib: 96-8).

Dengan contoh ini Nabeel Jabbour

menegaskan bahwa kita sebagai orang Kristen dan juga

dunia Barat memiliki peran dalam membantu mereka

ke arah keterbukaan pikiran, yakni kepada Kristus

atau ke arah ketertutupan, yakni militant (Sabit-Salib:

95).

Ketiga, orang Muslim bukanlah orang-orang

yang tersandung oleh Kristus. Umumnya mereka

seperti Mahatma Gandhi mereka adalah orang-orang

yang sangat tertarik kepada Yesus. Banyak dari rekan-

rekannya yang mengaku bahwa Kristus sama sekali

tidak melukai mereka. Ketertarikan mereka kepada

Yesus lebih banyak ditunjukkan dalam sikap dan

kesalehan hidup, bukan dalam pengakuan verbal. Ia

menunjukkan itu dengan mengutip doa seorang

perempuan muslim Irak, Rabi’a al-Adawiyya berikut

ini:10

hal yang adil dan benar untuk mengembalikan kepada AS

apa yang mereka lakukan kepada bangsa Palestina melalui

bonekanya Israel. Olaf Schumann. Agama-Agama Kekerasan dan Perdamaian. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

2011. hlm. 606. 10 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit... hlm. 31.

Page 13: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 187

Tuhan, mengapa aku mengasihi Engkau? Apakah

aku mengasihi engkau karena aku takut masuk

neraka? Kalau itu alasanku, maka masukanlah

aku ke neraka. Atau, apakah aku mengasihi

Engkau karena aku ingin masuk sorga? Kalau itu

alasanku, usirlah aku dari sorga. Ya Allah,

kumohon murnikanlah alasan-alasanku. Tolong

agar aku mengasihi Engkau karena Engkau

sendiri; karena Engkau layak menerima seluruh

kasih dan penyembahanku.

Ini satu contoh bahwa semua yang benar,

semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci,

semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua

yang disebut kebajikan dan patut dipuji, yang oleh

Alkitab diwajibkan untuk dipikirkan oleh orang para

pengikut Kristus (Fil. 4:8) juga dipikirkan oleh orang

Muslim. Dalam arti ini orang Muslim adalah juga

warga gereja. Yang menjadi batu sandungan bagi

mereka atau hal yang melukai mereka adalah

kekristenan atau yang oleh Nabeel Jabbour disebut

bungkusan-bungkusan Kristus dan itu tidak lain

adalah agama Kristen (Sabit-Salib: 104). Bungkusan-

bungkusan itu kotor. Itu yang membuat orang Muslim

tersandung bahkan memilih lebih baik tidak

menyeberang ke dalam agama Kristen tetap tinggal

dalam agamanya, Islam.

Dengan menggunakan alat peraga, yakni

sebuah jeruk yang dibungkus dengan berbagai kertas

bertuliskan macam-macam hal Nabeel Jabbour

Page 14: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

188 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

menunjukkan kepada kita hal-hal kotor dalam

kekristenan yang melukai orang Muslim (Sabit-Salib:

102-105): mengubah nama dari Ali ke Steve. Dibaptis

dan memberitahukan kepada orang-orang terutama

keluarga bahwa ia sudah menjadi Kristen supaya tidak

dicurigai sebagai pura-pura. Mulai menyerang Islam,

Muhamad dan Qur’an. Kalau wanita harus memakai

kalung salib, rok pendek, baju terbuka dan berhenti

memakai jiblab. Mengkonsumsi miras dan semua

makanan yang mengandung babi dan bebas

melakukan apa saja karena dosa sudah diampuni.

Berhenti mengucapkan istilah-istilah Muslim yang

penuh makna dan diganti dengan istilah-istilah

Kristen yang asing. Berdoa sambil duduk di kursi

bahkan berpangku kaki sambil membesarkan nama

Tuhan.11 Mempercayai bahwa Allah punya anak

sebagai hasil hubungan seks dengan Maria. 12

11 Di kampus saya ditugasi mengajar matakuliah Agama

kepada mahasiswa dari fakultas non teologi. Kami sepakat di

awal kuliah bahwa kegiatan belajar mengajar diawali dan

diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh mahasiswa secara

bergilir. Ada cukup banyak mahasiswa saya yang Muslim.

Setiap kali saya menunjuk mereka untuk menaikan doa,

mereka mengajak semua berdoa, tetapi hanya dimulai

dengan ajakan: “Doa mulai” dan diakhiri dengan: “Doa

selesai.” Beberapa kalai saya meminta mereka untuk

mengucapkan rumusan doa agar biasa didengar bersama.

Tetapi tidak satu pun yang melakukannya. Mulanynya saya

merasa kurang hati dengan sikap itu. Setelah membaca buku

Nabeel Jabbour, terutama tentang doa bagi seorang Muslim

harus dilakukan dengan berlutut, bukan dengan duduk

Page 15: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 189

Keempat, orang Muslim hidup dalam dunia

yang dibingkai dalam paradigma berpikir yang sama

sekali berbeda dengan paradigma berpikir orang

Kristen. Nabeel Jabbour mencatat ada tiga paradigma:

aib/kehormatan, najis/bersih dan rasa takut/kuasa.

Sementara orang Kristen lebih banyak berpikir dalam

paradigma salah/benar. Tiga paradigma pertama dianut

juga oleh sebagian besar masyarakat di Timur. Mereka

biasanya membingkai makna hidup dalam tiga

paradigma lainnya.13 Sementara paradigma benar/salah

adalah umum di kalangan Kristen secara khusus di

Barat.

Perenungan orang Muslim terhadap

keselamatan juga dibingkai dalam ketiga paradigma

tadi. Mereka kata Nabeel Jabbour sangat terbeban

dengan tiga paradigma itu. Untuk jelasnya, mari kita

simak kasus yang diangkat Nabeel Jabbour berikut ini.

Hampir semua wanita muslim yang tidak pernah

mengalami sukacita kemenangan Idul Fitri di akhir

bulan puasa Ramadhan, karena siklus menstruasi

merusak ibadah puasa mereka. Selama menstruasi

santai di kursi, saya mulai memahami hal itu dan tidak lagi

merasa terganggu. 12 Tentu saja ada beberapa hal yang dianggap kotor oleh

orang Muslim seperti tertera di atas yang perlu ditanggapi.

Tetapi hal-hal di atas seperti berpakaian dan sikap berdoa

yang memang berguna untuk kita sebagai orang Kristen

membenahi diri. 13 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit... hlm. 165.

Page 16: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

190 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

mereka menjadi najis dan aib bagi sesama dan bagi

Allah.

Menstruasi pada perempuan bukan masalah

benar/salah. Menstruasi juga adalah faktor bawaan

hidup seorang perempuan. Itu adalah masalah

najis/bersih. Salah apakah seorang perempuan jika dia

mengalami menstruasi sehingga harus dibenarkan oleh

Allah? Bukankah ia dikodratkan sebagai perempuan?

Pengalaman yang sama juga berlaku bagi laki-

laki. Kaum muslim dan Yahudi selalu melakukan

upacara pembersihan atau pembasuhan sebelum

mereka sembahyang. Mereka mencuci tangan, wajah,

kaki dan bagian-bagian tubuh lainya. Setelah

melakukan pembasuhan, seorang laki-laki tidak boleh

berjabat tangan lagi dengan orang lain yang tidak

bersih, karena jika demikian maka kemurnian yang

telah diupayakan menjadi tidak berarti.

Rasa takut juga selalu melingkupi hidup

banyak orang di dunia Timur. Mereka takut

berhadapan dengan kuasa-kuasa atau roh-roh yang

melingkupi mereka, roh-roh yang menetap di pohon,

batu, gunung, mata-mata air, dst. Mereka

membutuhkan adanya kuasa yang mendampingi

mereka mengatasi rasa takut itu. Ini sepenggal

pengalaman yang menunjukkan betapa upaya manusia

untuk memperoleh keselamatan juga terbingkai dalam

paradigma pemaknaan aib/kehormatan, najis/bersih

dan rasa takut/kuasa.

Page 17: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 191

Tetapi seringkali orang Kristen mengecilkan

makna injil keselamatan dalam satu paradigma saja,

yakni benar/salah. Bahkan paradigma benar/salah ini

dijadikan satu-satunya bingkai pemberi makna bagi

keselamatan. Percaya kepada Allah di dalam Kristus

artinya kita yang berdosa (bersalah) di hadapan Allah

karena dosa memperoleh pembenaran dan

pengudusan.

Mayoritas orang Muslim tidak menemukan

keselamatan dalam pewartaan Injil yang dikemas

dalam paradigma benar/salah. Tentu saja pemaknaan

keselamatan dalam paradigma benar/salah syah dan

valid. Tetapi jika keselamatan dalam Injil hanya

dipahami dalam batasan salah/benar, tidak banyak

menolong saudara-saudara yang bukan Kristen

mengalami kuasa pembebasan. Benar/salah adalah

pemaknaan yuridis terhadap injil. Saudara-saudara

non-kristen umumnya membingkai makna kehidup

yang mereka cari di dalam agama mereka dalam

paradigma aib/kehormatan, najis/bersih dan rasa takut/kuasa, yang merupakan pemaknaan kultus,

bukan yuridis.

Kalau begitu, apakah dalam Injil ada ruang

bagi penghayatan keselamatan yang dipahami dalam

paradigma aib/kehormatan, najis/bersih dan rasa takut/kuasa? Nabeel Jabbour sendiri merumuskan

pertanyaan itu dalam kalimat berikut: Apakah Injil

juga adalah kabar sukacita Kepada Orang Muslim?

Page 18: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

192 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Apakah Injil Juga Adalah Kabar Sukacita Kepada

Orang Muslim?

Kita sudah melihat tanggapan orang Muslim.

Mereka tidak terganggu dengan Yesus dan Injil.

Mereka juga siap memberi respons kasih dan

penerimaan jika mereka diperlakukan dengan kasih

dan diterima. Injil, menurut Nabeel Jabbour

mengajarkan kita hal itu. “Kasihilah sesamamu

manusia seperti dirimu sendiri.” Nabeel Jabbour

mengaku bahwa ini perintah yang sulit. Saya tidak

pernah bisa mencintai orang lain seperti dia mencintai dirinya, kecuali kalau saya mencintai Allah. Jadi kalau

orang Kristen benar-benar mencintai Allah, mereka

harus bisa mencintai orang Muslim seperti dirinya sendiri.

Injil mengajarkan para pengikut kristus untuk

mengasihi sesama seperti diri sendiri. Orang Muslim

adalah adalah sesama. Cinta kasih kepada sesama yang

diajarkan Injil juga berlaku pada orang Muslim,

termasuk saat orang Kristen mewartakan Injil kepada

mereka. Ini jelas menunjukkan bahwa bagi Nabeel

Jabbour injil juga merupakan kabar baik kepada orang

Muslim. Kabar baik itu ditunjukkan dengan tidak

meminta orang-orang Muslim yang percaya kepada

Injil untuk memutuskan hubungan dengan keluarga

mereka dan meninggalkan agama mereka. Hal ini

ditegaskan Nabeel Jabbour dengan kisah tentang

Mustafa yang akan kami kisahkan di sub-judul

penginjilan relasional.

Page 19: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 193

Bahwa Injil adalah juga kabar baik bagi orang

Muslim ditegaskan Nabeel Jabbour dalam uraian

berikut. Alkitab sendiri bersaksi bahwa Injil adalah

kekuatan Allah yang menyelamatkan baik orang

Yahudi maupun Yunani (Rm. 1:16), demikian kata

Nabeel Jabbour. Kalau begitu, kita harus berani keluar

dari pendekatan tradisional. Injil tidak boleh terus

dipahami hanya sebagai pesan yuridis yakni dalam

paradigma berpikir salah/benar. Tiga paradigma lain

juga harus diintegrasikan, atau injil dibingkai dalam

pemaknaan kultus yang menjadi domain untuk

paradigma aib/kehormatan, najis/bersih dan rasa takut/kuasa.

Injil keselamatan Allah di dalam Kristus adalah

kekuatan penyelamatan yang mencakup ketiga

paradigma pemaknaan tadi. Nabeel Jabbour

memperlihatkan contoh-contoh yang secara melimpah

ditunjukan dalam kitab Injil, yakni dalam Markus 5:1-

20, 5:21-34.14 Dalam teks-teks kitab Injil ini

ditunjukkan dengan jelas tentang kehadiran Yesus dan

karya penyelamatannya sebagai pemenuhan sekaligus

pembebasan kepada manusia dari terbelenggu

paradigma berpikir kultus yang digumuli orang-orang

Muslim.

14 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit... hlm. 175-186.

Page 20: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

194 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Misionaris Yang Perlu Bertobat

Anjangsana kita ke dunia Muslim dengan

Nabeel Jabbour sebagai pemandu wisata menunjukkan

kepada kita beberapa hal tentang orang Muslim.

Pertama, orang Muslim adalah orang-orang yang

sangat bangga dengan agamanya karena memberikan

kepada mereka akar dan identitas. Adalah sebuah

penghianatan yang terlalu berat jika mereka harus

meninggalkan agama itu. Kedua, orang Muslim bukanlah orang-orang yang tersandung oleh Kristus.

Umumnya mereka adalah orang-orang yang sangat

tertarik kepada Yesus. Yang menjadi masalah bagi

mereka ialah agama Kristen. Ketiga, ketertarikan orang

Muslim kepada fundamentalisme bahkan militansi

adalah karena sikap orang Barat yang nota bene adalah

Kristen.

Pada sisi lain, juga di bawah pimpinan Nabeel

jabbour sebagai pemandu wisata kita juga telah dibuat

mengerti bahwa Injil adalah juga kabar baik kepada

orang Muslim, karena Injil adalah kekuatan Allah

yang menyelamatkan baik orang Yahudi maupun yang

non-Yahudi. Kekuatan Injil adalah pada daya

keselamatan terhadap manusia yang meliputi empat

paradigma benar/salah, aib/kehormatan, najis/bersih

dan rasa takut/kuasa.

Dua sudut pandang ini disadari penuh oleh

Nabeel Jabbour bukan dengan maksud menafikan

pekabaran Injil kepada orang Muslim. Dia mencatat

hal ini bagi kita untuk menegaskan bahwa gereja tetap

Page 21: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 195

harus melakukan pekabaran Injil kepada orang

Muslim. Untuk itu ada hal mendesak yang patut gereja

lakukan, yakni gereja sebagai pelaku pekabaran Injil

harus bertobat. Atau dengan kata-kata Nabeel Jabbour:

“Misionaris yang perlu bertobat” (Sabit-Salib: 106).

Ada tiga pertobatan yang perlu dijalani gereja

dalam rangka pekabaran Injil kepada orang Muslim.

Pertama, pekabaran Injil kepada orang Muslim tidak

boleh disertai dengan tuntutan untuk membawa orang

Muslim menyeberang ke agama Kristen. Hanya orang

Muslim yang bodoh sajalah yang akan menyeberang ke agama Kristen.

Orang Muslim memiliki Al-quran yang sama

keilahiannya dan juga kualitasnya dengan Yesusnya

orang Kristen. Mereka percaya bahwa Al-quran adalah

firman Allah yang kekal, sama seperti orang Kristen

percaya bahwa Yesus Kristus adalah Firman Allah

yang kekal. Hanya orang Muslim bodoh sajalah yang

menerima pendapat orang Kristen bahwa Muhammad

setara dengan Yesus, Al quran dengan Alkitab.

Pembandingan-pembandingan itu semuanya tidak

tepat. Yang benar ialah Kristus harus dibandingkan

dengan Al-quran, bukan dengan Muhammad.

Orang Islam tidak percaya kepada Muhammad.

Mereka percaya kepada Firman Allah, yakni Al-quran.

Bandingan yang tepat dari pihak Kristen bagi

Muhammad adalah Maria. Keperawanan Maria adalah

setara dengan ketidakcakapan membaca dan menulis

dari Muhammad. Itu menjamin kemurnian firman

Page 22: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

196 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

(Yesus dan Al-quran) yang mereka teruskan (Sabit-Salib: 193). Selain itu Quran lebih baik dari Alkitab

karena Quran didiktekan oleh Allah kata demi kata

melalui malaikat. Ini sama seperti orang Kristen

mempercayai Sepuluh Hukum. Quran tidak ditulis

oleh manusia. Bagi orang muslim Alkitab itu sama

dengan hadits.

Hadits berisi cerita tentang kehidupan dan

pengajaran Muhammad. Itu ditulis oleh orang-orang

muslim yang mengasihi Allah. Karena para penulisnya

adalah manusia, maka tulisan-tulisan mereka bisa jadi

ada salahnya. Jadi Hadits adalah sejajar dengan Alkitab

(Sabit-Salib: 194). Karena itu bagaimana mungkin

orang muslim meninggalkan Quran dan

menggantikannya dengan Alkitab yang pesan yang

lebih rendah, yakni yang ditulis oleh manusia (Sabit-

Salib: 43). Mereka juga berpendapat sama seperti orang

Yahudi dan Kristen bahwa pindah agama adalah

sebuah penghianatan yang sangat besar terhadap

keluarga dan terhadap Allah (Sabit-Salib: 234).

Kedua, gereja harus bertobat dari penyajian

kuasa pembebasan Injil hanya dalam paradigma

benar/salah. Kuasa pembebasan itu harus ditambahkan

juga dengan aib/kehormatan, najis/bersih dan rasa

takut/kuasa. Mengabaikan tiga paradigma tadi sama

artinya, demikian kata Nabeel Jabbour, dengan

menyajikan Injil yang terpenggal-penggal (Sabit-Salib:

166).

Page 23: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 197

Ketiga, orang Kristen harus bertobat dari

sikap-sikap yang mendorong orang Muslim beralih

dari Muslim Kultur ke Muslim Qur’an apalagi ke

Muslim Militan. Orang Muslim, sebagaimana

diajarkan Qur’an bukanlah manusia yang suka

menutup diri dan hidup dalam isolasi. Mereka rindu

pengalaman lintas budaya dan agama, mencintai nilai-

nilai kemanusiaan dan perdamaian. Kalau kenyataan

yang terjadi sekarang di mana orang muslim

cenderung menutup diri, melakukan tindakan-

tindakan kekerasan, itu disebabkan oleh orang Kristen

juga. Dua hal disebutkan oleh Nabeel Jabbour.15

1. Orang muslim merasa sulit memahami

pesan-pesan religius dari sesamanya yang Kristen

karena diungkapkan dengan perbendaharaan kata dan

simbol-simbol yang asing. Isi pesannya pun asing bagi

mereka. Kita sudah tunjukkan itu dengan paradigma

benar/salah. 2. Sikap merendahkan, mencurigai,

mengkafirkan dan menjauhi yang diperlihatkan orang

dari agama lain (Kristen) terhadap mereka. Kalau

akhirnya orang muslim masuk dalam sangkar muslim

dan menutup diri terhadap pergaulan dengan agama

lain, bahkan memilih masuk menjadi anggota gerakan

fundamentalis itu karena dua hal di atas.

Keempat, orang Kristen harus bertobat dari

pemberian label ekstrimisme, memprtaktekkan

terorisme, menjalani kehidupan yang fanatisme dan

lebih banyak kesombongan dan omong kosongnya

15 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit... hlm. 41, 34.

Page 24: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

198 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

kepada orang Muslim. Sebab menurut pengenalan

Nabeel Jabbour semua label itu bukan wajah Islam

yang sebenarnya. Sikap ekstrim kaum muslim

sebenarnya adalah sebuah produk peradaban. Artinya

ada hal-hal yang memicu sikap ekstrim yang muncul

di kalangan Islam terhadap dunia Barat dan

kekristenan. Jelasnya, ekstrimitas orang Muslim

sebenarnya adalah reaksi terhadap ekstrimitas orang

Kristen.

Nabeel Jabbour mencatat tiga alasan:16 1).

Perang salib pada abad ke-11 dan 12. 2). Eksploitasi

kekayaan alam negara-negara di wilayah muslim

(Timur Tengah) oleh dunia Barat yang beragama

Kristen disertai pemaksaan demokrasi gaya Amerika di

Timur Tengah. 3). Dukungan terang-terangan

Amerika dan sekutunya terhadap berdirinya negara

Israel di Palestina sekaligus sikap membela tindakan

penindasan Israel terhadap warga Palestina adalah

penyebab reaksi-reaksi ekstrim dari orang Islam

terhadap Barat dan kekristenan.

Tentang perang salib, betapapun terjadi enam

abad yang lalu tetapi lukanya masih membekas dan

menjadi ingatan kolektif orang Islam di Timur Tengah.

Luka itu makin meradang mengingat alasan kedua dan

ketiga yang baru saja kami tunjukan. Teman-teman

Nabeel Jabbour mengungkapkan pendapat mereka

16 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit... hlm. 43-49.

Page 25: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 199

tentang Perang Salib dan dua alasan lain dalam kalimat

berikut:17

Fanatisme orang Kristen yang haus darah ….

yang menciptakan fanatisme Islam. Dalam

kebijakan negara anda mengenai Timur Tengah,

bukankah anda telah mengisi tangki dan

memperkuat fanatisme dalam diri Islam? Dalam

diri prajurit perang salib modern anda, bukankah

anda melampiaskan amarah terhadap fanatisme

Islam dan meningkatkan kekerasan? Dalam

keinginan anda untuk memberlakukan

demokrasi gaya Amerika pada Timur Tengah,

bukankah anda telah membuka sekaleng cacing

Islam fundamentalis? …. Sejak penciptaan Israel

tahun 1948, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi

sesudahnya, Israel telah menjadi duri dalam

daging bagi kami. Umma kami, solidaritas umat

Allah dalam Islam, menyatukan kami dalam rasa

sakit dan sukacita kami.

Kami ingin meminta perhatian khusus

pembaca mengenai dukungan orang Kristen Eropa dan

Amerika terhadap pendirian negara Israel di Palestina

tahun 1948.18 Saudara-saudara muslim mencatat itu

17 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit... hlm. 44-45. 18 Ada dua buku lain dalam bahasa Indonesia yang

menolong kita untuk memahami duduk persoalan

sebenarnya dari konflik Israel-Palestina. Kedua buku itu

adalah: Olaf Schumann. Agama-Agama Kekerasan dan

Page 26: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

200 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

sebagai pemicu terkini aksi-aksi terror dan radikalisme

yang dipraktekan kelompok-kelompok tertentu dalam

Islam.19 Seorang teman Nabeel Jabbour menulis begini

kepadanya:20

Tak seorang pun dalam keluarga besar saya

adalah kaum fundamentalis, atau bahkan

simpatisan kaum fundamentalis. Tetapi sejak saya

datang ke negara anda (Amerika) dan melihat

dengan mata kepala sendiri standar ganda anda…

saya jadi tertarik kepada fundamentalisme.

Seolah-olah anda sedang mendorong saya ke arah

sana. Apabila seorang pria muda Yahudi

meninggalkan negara ini, pergi ke Israel, secara

sukarela bergabung dengan pasukan Israel, dan

dengan senjata mesinnya menewaskan orang-

orang Palestina ketika ia menduduki tanah

mereka, anda tidak memandangnya sebagai

seorang teroris. Karena anda memandang Israel

sebagai demokrasi. Saya, di pihak lain,

memandang Israel sebagai sebuah negara yang

mempraktekkan rasisme karena ia

memberlakukan rezim apartheid atas Palestina di

tanah mereka. Sebaliknya, apabila seorang pria

Perdamaian. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2011 (terutama

halaman 573-615). Gary M. Bruge. Palestina Milik Siapa. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2010. 19 Lihat umpamanya Olaf Schumann. Agama-Agama, Kekerasan dan Perdamaian. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

2011. hlm. 573-615 20 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit... hlm. 46.

Page 27: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 201

muda Amerika berkebangsaan Palestina

meninggalkan negara ini, pergi ke Palestina, dan

menggunakan senjata satu-satunya yang ada,

yaitu tubuhnya, untuk membela wilayahnya

yang diduduki oleh orang lain, anda memandang

dia sebagai teroris. Ketika anda membaca dalam

Alkitab anda bagaimana Simson mati, apakah

anda memandangnya sebagai seorang teroris?

Apakah anda menyalahkan Simson karena ia

menggunakan satu-satunya senjata yang ada,

yakni tubuhnya, untuk membunuh penduduk

sipil yang tidak berdaya?

Contoh-contoh ini didaftarkan Nabeel Jabbour

untuk memperlihatkan betapa pentingnya para

pengikut Kristus membangun keterhubungan yang

otentik dengan saudara-saudara yang beragama lain

(muslim). Para pengiktu Kristus harus siap ambil

bagian dalam kehidupan sehari-hari saudara-

saudaranya yang berbeda agama supaya bisa

memahami simpul-simpul pemaknaan hidup yang

membingkai pergumulan iman saudara-saudara dari

agama lain dan atas dasar itu memberitakan Injil

Kristus sebagai pemenuhan dari pertanyaan-

pertanyaan pemaknaan hidup yang mereka gumuli

dalam agamanya. Para murid Kristus harus keluar dari

kenyamanan kantong Kristen dan bergaul secara alami

dengan saudara-saudara dari agama lain, tanpa niat

mentobatkan mereka. Sebaliknya, dalam perjumpaan

dengan orang Muslin orang kristenlah yang harus

bertobat.

Page 28: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

202 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Jelasnya, pilihan yang dihadapi orang Muslim

apakah menjadi orang-orang yang pikiran terbuka

(meneladani Yesus) atau menjadi orang-orang yang

berpikiran tertutup (menjadi Muslim Militan)

ditentukan oleh sikap orang Kristen dan dunia Barat

yang Kristen kepada orang Muslim. Karena itu orang

Kristen harus mengembangkan pemahaman tentang

Injil dalam paradigma pemaknaan yang baru. Ada dua

hal yang ditawarkan: 1). Belajar mengenal Islam dari

mata Allah atau mengenal Islam dari dalam. 2). Orang

Kristen juga belajar meninggalkan sangkar Kristen

yang nyaman atau keluar dari etnosentrisme. Poin

pertama sudah kita jabarkan di atas. Sekarang kita

akan beranjak kepada poin kedua.

Etnosentrisitas versus Tinggal di Antara Bangsa-

Bangsa

Umat beragama perlu keluar dari sangkar agama masing-masing untuk mulai belajar saling

mengenal dan menerima perbedaan. Ini sebuah

petualangan yang baru dan membutuhkan keberanian

tetapi perlu dalam rangka membangun masyarakat

baru yang berkedamaian dan berkeadaban. Gerakan

keluar dari kenyamaman sangkar itu menurut Nabeel

T. Jabbour harus dimulai oleh orang Kristen. Warga

gereja tidak perlu menunggu orang dari agama

melakukan itu. Gereja yang harus memprakarsainya

karena hal itu sejalan dengan hakikat gereja sebagai

umat yang dipanggil keluar.

Page 29: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 203

Para pengikut Kristus harus menjadi orang-

orang di barisan depan yang melakukan gerakan

keluar dari kenyamanan sangkar agama mereka untuk

bertemu dan ambil bagian dalam kehidupan orang

beragama lain. Nabeel Jabbour membahas pokok ini

dengan lebih dahulu mendiskusikan tiga pola hidup

umat Allah baik dalam PL maupun PB sambil

memperlihatkan kekuatan dan kelemahan dari

ketiganya. Ketiga pola itu dia namakan etnosentrisitas, kehidupan duniawi dan tinggal di antara bangsa-

bangsa. Baiklah kita perhatikan ketiga pola ini satu per

satu.

Pertama, etnosentrisitas sama dengan hidup

eksklusif, mengisolasikan diri dari semua bentuk

kontak dengan sesama yang berbeda agama dan

pandangan hidup. Pola hidup etnosentrisme juga

bermuara pada sikap hidup membenarkan diri dan

kelompok sendiri sambil merendahkan bahkan

mempersalahkan orang-orang dari kelompok yang

lain. Dunia dipecah dalam dua kelompok: kita dan

mereka. Kelompok kita adalah yang beradab,

kelompok mereka adalah biadab. Dalam pola

etnosentrisme umat Allah memilih menjadi komunitas

yang tertutup di tengah masyarakat. Mereka

mengembangkan bahasa, kebiasaan serta nilai-nilai

sendiri bahkan juga cenderung kawin-mawin di antara

kalangan mereka sendiri. Gaya hidup mereka terisolasi

dari masyarakat sekitarnya (Sabit-Salib, 134).

Page 30: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

204 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Gambar di atas memperlihatkan gaya hidup

etnosentrisme. Para pengikut Kristus (tiga orang yang

kepalanya diberi warna hitam) berkumpul dalam

kelompok khusus, menjadi eksklusif dan tertutup.

Nabeel Jabbour menyebut mereka orang Kristen

bermental benteng (Sabit-Salib: 152). Pola

etnosentrisitas ini saya sejajarkan dengan gambaran

Yesus tentang pelita yang ditaruh di bawah gantang

(Mat. 5:15). Pola ini disebut juga kehidupan yang

memisahkan diri dari dunia. Orang Kristen menjadi

sebuah masyarakat yang hidup di pulau tersendiri dan

menggembangkan kosa-kata bahasa yang hanya

berlaku dan dikenal dalam lingkungan mereka sendiri.

Paul Borthwick mencatat beberapa ciri

kehidupan etnosentrisme yang berbahaya bagi iman

kepada Yesus.21 Pertama, kecenderungan untuk

menilai budaya lain dengan menggunakan standar

budaya kita. Sebagai contoh orang Amerika berkata

bahwa orang-orang di Inggris semuanya salah karena

mereka mengendarai mobil di sisi jalan yang tidak

benar. Kedua, menuntut orang dari budaya lain untuk

menyesuaikan diri dengan budaya dan cara hidup kita,

sementara kita merasa tidak perlu menyesuaikan diri

21 Paul Borthwick. Six Dangerous Questions…. hlm. 23.

Page 31: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 205

dengan budaya mereka. Ketiga, menciptakan

ungkapan-ungkapan yang bersifat merendahkan atau

menghina orang dari budaya lain atau juga menutup-

nutupi kelemahan kita sendiri.

Nabeel mencontohkan pola etnosentrisme

dengan sebuah komentar dari Ahmad seorang pemuda

Arab yang tertarik pada kekristenan:22

Pesan Kristen anda merupakan suatu pesan

yang asing bagi saya. Asing dalam

perbendaharaan katanya dan asing juga

dalam isinya. Perbendaharaan kata religious

anda saya diberikan sebuah Alkitab dalam

bahasa Arab. Sekalipun Alkitab itu

berbahasa Arab, dan bahasa ibu saya adalah

bahasa Arab, saya sangat kesulitan

memahaminya. Anda orang-orang Kristen

tampaknya memiliki bahasa religius anda

sendiri. Bahkan figur sentral dalam agama

anda, Yesus, memiliki dua nama dalam

Alkitab Arab. Orang-orang Kristen Arab

menyebut Yesus Yasou’, sementara kami

orang-orang muslim menyebutnya Isa.

Karena anda begitu berhasrat agar kami

memahami agama anda, mengapa tidak

memakai bahasa yang dapat kami mengerti?

22 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit Melalui Mata Salib.

hlm. 41.

Page 32: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

206 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Pengalaman saya mengajar di UKSW juga

tidak jauh berbeda. Di kelas Magister Sosiologi Agama

yang saya asuh ada beberapa mahasiswa berlatar

belakang Islam. Saya menjelaskan tentang pembenaran

oleh anugerah di dalam iman. Selesai menjelaskan,

seorang mahasiwi berkerudung langsung berkomentar:

“Pak, saya benar-benar merasa asing dengan cara

kalian berpikir tentang iman dan Allah. Ungkapan

pembenaran oleh anugerah dalam iman membuat saya

berkesan bahwa kamu boleh sesuka hati berbuat dosa

dan kejahatan, karena toh nanti Allah siap untuk

mengampuni. Bagi kami di dalam Islam, pembenaran

seperti itu terlalu murah. Kami harus bekerja keras

untuk mendapat perkenanan dari Allah.23

Kedua, lawan dari etnosentrisitas adalah

kehidupan yang menyatu dengan dunia atau menjadi

duniawi. Dalam pola ini, umat Allah membaur dengan

kehidupan masyarakat di mana mereka berada.

Pembauran itu terjadi begitu rupa sampai mereka

terhanyutkan atau kehilangan identitas sebagai

utusan-utusan Kristus. Meminjam gambaran Yesus,

mereka ini ibarat garam yang telah menjadi tawar

(Mat. 5:13).

23 Titi Fauzi. Dialog dalam kelas kuliah Magister Sosiologi

Agama tahun 2012.

Page 33: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 207

Dalam gambar ini para pengikut Kristus (tiga

orang dengan kepala berwarna hitam) menyebar atau

membaur ke dalam lingkungan orang-orang bukan

Kristen. Tetapi karena tidak adanya kontak intensif

atau rutin di antara mereka maka kemuridan mereka

akan Kristus luntur. Mereka menjadi serupa dengan

dunia.

Pola ketiga adalah kehidupan Kristen yang

tinggal di antara bangsa-bangsa. Orang-orang yang

percaya kepada Yesus membiarkan Injil

mempengaruhi seluruh hidup mereka. Mereka yang

sudah diubah oleh Injil tidak membentuk kelompok

yang eksklusif (model pertama). Mereka ini tinggal di

tengah-tengah masyarakat, menggunakan bahasa yang

dipakai masyarakat sekeliling, pergi ke pasar, sekolah,

rumah sakit dan restoran yang juga dikunjungi orang-

orang non-Kristen. Mereka berada di arus utama

kehidupan bukan sebagai orang yang kehilangan

identitas sebagai utusan Kristus seperti yang terjadi

dengan model kedua.

Sebaliknya, di tengah-tengah masyarakat

mereka, seperti yang dikehendaki Allah di dalan

Kristus, bercahaya menerangi kegelapan seperti pelita

atau menjadi seperti ragi atau garam yang

mengkhamiri masyarakat dengan anugerah dan

Page 34: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

208 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

kebenaran (Sabit-Salib, 138). Meminjam pernyataan

Pdt. L.Z. Raprap, kehadiran mereka berdampak bagi

lingkungan di mana mereka berada, yakni mengubah

keadaan sekitarnya menjadi lebih baik.24

Para pengikut Kristus dalam model ketiga,

seperti ditunjukkan Nabeel Jabbour dalam tiga orang

berwarna hitam dalam gambar di atas, menjaga

keseimbangan antara hidup yang terpisah dari dunia

dan yang duniawi. Mereka berjalan di atas palang

keseimbangan antara dua sisi tadi. Para pengikut

Kristus tadi berada dalam dunia tetapi tidak menjadi

serupa dengan dunia. Mereka mengarami dan

menerangi kehidupan di sekitarnya karena secara rutin

mereka yang berserak itu bersekutu dalam ibadah dan

bersama memahami kehendak Tuhan melalui

pendalaman terhadap pesan-pesan Injil.

24 Pdt. L.Z. Raprap. Ada Waktu Mengelus Ada Waktu Menampar. Kumpulan Khotbah Jenaka. Jakarta: BPK

Gunung Mulia. 2008. hlm. 27.

Page 35: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 209

Plus-Minus Tiga Pola Hidup Umat Allah

Sikap hidup etnosentrisme tentu saja baik,

terutama bagi satu komunitas yang berstatus sebagai

kaum minoritas sebab dengan menutup diri terhadap

masyarakat sekitar dan dunia luas mereka memperkuat

identitas dan jatidiri dan menjadi solid. Nilai-nilai

hidup yang dimiliki oleh masyarakat dalam komunitas

itu tidak mudah hilang, bahkan akan dipelihara turun

temurun. Dalam pola hidup etnosentrisme solidaritas

sosial antar sesama anggota komunitas menjadi sangat

kuat dan tak tergoyahkan.

Meskipun begitu ada juga bahaya jika umat

Allah hanya menjadi kaum yang hidup terisolasi atau

memisahkan diri dari dunia, atau mengembangkan

pola hidup etnosentrisitas. Kalau diringkas dari

pendapat Paul Borthwick bahayanya adalah bukan lagi

interese Allah (Alkitab) yang menjadi patokan bagi

sikap kita terhadap orang dari luar kelompok kita,

melainkan interese kita sendiri, lalu ayat-ayat kitab

suci dipakai untuk membenarkan interese kita itu.25

Bahaya itu ditunjukkan Nabbel Jabbour dengan

menganalisa keberadaan Israel di Mesir sebelum

peristiwa keluaran (eksodus). Kejadian 47

menyaksikan bahwa Yusuf menunjuk tanah di Ramses

sebagai tempat tinggal saudara-saudaranya. Ia

menjamin kehidupan saudara-saudaranya dengan

kemewahan dan keamaman. Mereka tidak perlu

bekerja. Kemewahan itu diterima secara cuma-cuma.

25 Paul Borthwick. Six Dangerous Questions…. hlm. 13-22.

Page 36: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

210 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Perlakuan Yusuf terhadap orang Mesir justru

sebaliknya. Ia menerapkan sebuah sistim yang

membuat kekayaan Firaun terus menumpuk dan

seluruh penduduk Mesir akhirnya menjadi budak

Firaun. Mereka yang adalah penduduk asli dan

mayoritas dipaksa bekerja keras demi memperoleh

makanan dari Firaun. Yusuf memperkenalkan sebuah

sistim feodal yang membuat Firaun menjadi sangat

berkuasa di seluruh Mesir (Sabit-Salib, 143).

Yusuf membuat keluarga Yakub, umat Israel

menjadi satu komunitas yang tertutup, atau yang oleh

Andreas Yewangoe disebut menghetto. Kehidupan

Israel di Mesir yang menghetto ini terpisah dari

masyarakat berlangsung sekitar selama 400 tahun.

Kebijakan ini membuat orang Israel menjadi

masyarakat yang tertutup selama menetap di Mesir.

Mereka mengembangkan bahasa, kebiasaan serta nilai-

nilai sendiri bahkan juga cenderung kawin-mawin di

antara kalangan mereka sendiri.

Sikap Firaun yang naik tahta setelah kematian

Yusuf, yakni menerapkan perbudakan dan kerja paksa

kepada orang Israel tidak bisa dilepaskan dari latar

belakang tadi. Setelah 400 tahun ternyata orang Israel

tetap sebagai orang asing bagi saudara-saudara di

Mesir. Adalah normal jika kemudian orang Mesir

mencurigai keberadaan orang-orang Israel yang

eksklusif tadi, apalagi jumlah mereka makin hari

makin bertambah. Mereka bisa menjadi kekuatan yang

menakutkan, terutama jika mereka bersekutu dengan

musuh untuk menaklukkan bangsa Mesir.

Page 37: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 211

Nabeel Jabbour tidak eksplisit tetapi dari

uraiannya timbul kesan bahwa perlakuan istimewa

Yusuf terhadap saudara-saudaranya bertentangan

dengan tujuan Allah memilih Israel, yakni menjadi

berkat bagi bangsa-bangsa. Yusuf justru membuat

Israel menjadi ancaman bagi Mesir. Perlakuan Yusuf

terhadap saudara-saudaranya selama di Mesir lebih

didasarkan pada interese pribadi dan bukan interese

Allah (Sabit–Salib, 149).

Penindasan dan penderitaan yang dialami

Israel di bawah pemerintahan Firaun yang

memerintah pasca Yusuf adalah reaksi atas

eksklusivitas (etnosentrisme) Israel. Kalau rakyat

Mesir berdiam diri terhadap kebijakan rejim Firaun

yang baru, itu bukan pertama-tama karena mereka

menyetujui penindasan dan perbudakan. Tetapi karena

minimnya pengenalan personal dan longgarnya rasa

persaudaraan di antara kedua kelompok itu: orang

Mesir dan orang Israel dan tentu saja sikap curiga,

jangan-jangan satu kali kelak Israel akan menjadi

ancaman bagi mereka.

Sikap hidup eksklusivisme atau etnosentrisme

di dalam kehidupan masyarakat yang majemuk tidak

memungkinkan terjadinya pergaulan serta

persaudaraan yang kuat di antara kelompok-kelompok

tadi. Ini membuat rendahnya semangat solidaritas di

antara mereka. Eksklusivisme hanya akan

menimbulkan saling curiga dan makin memperkuat

adanya roh permusuhan di antara kelompok-kelompok

itu.

Page 38: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

212 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Menjalani hidup dengan pola duniawi atau

menyatu dengan masyarakat sehingga kehilangan

identitas dan otensitas diri tentu saja memperlihatkan

kemampuan adaptasi yang tinggi dari komunitas yang

bersangkutan. Tetapi bahayanya ialah pembaruan itu

berakibat hilangnya nilai-nilai dasar yang menjadi

pijakan dan pembentuk karakter dari komunitas

dimaksud. Hilangnya nilai yang menjadi pijakan akibat

terlalu bersifat akomodatif membuat komunitas itu

bukan lagi sekedar bisa beradaptasi, malah menjadi

kompromistis dan oportunistis.

Pemberitaan Nabi-Nabi Adab ke-8 SM

Belajar dari akibat negatif kehidupan Israel

selama diperbudak di Mesir dan mempertimbangkan

kembali tujuan pemilihan Allah atas Israel, para nabi

abad ke-8 tak henti-hentinya melakukan perlawanan

terhadap pola hidup etnosentrisitas. Isi pemberitaan

mereka kepada orang Israel yang hidup sebagai orang

tawanan dan pendatang di Babel diformat ulang.

Mereka menentang dengan keras eksklusivisme, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Yeremia adalah salah satu nabi yang dengan

terang-terangan menentang pola hidup eksklusivisme.

Ia menyampaikan pemberitaan yang bercorak

melawan arus, yakni berkata bahwa Allah

Page 39: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 213

menghendaki Yerusalem menyerah.26 Kepada saudara-

saudari sebangsa yang diangkut ke pembuangan di

Babel Yeremia menyarankan mereka untuk hidup

berbaur. Ia mendorong mereka untuk menjalani

kehidupan di Babel bukan dengan mental pengungsi.

Mereka harus berperilaku sebagai penduduk yang

menetap di Babel (lamanya masa pembuangan 70

tahun, itu sama dengan lamanya masa hidup seorang

manusia). Seruan Yeremia ini kita temukan dalam

Kitab Yeremia 29:4-7.

Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah

Israel, kepada semua orang buangan yang

diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem

ke Babel: Dirikanlah rumah untuk kamu diami;

buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya;

ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-

laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi

anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi

anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan

anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu

bertambah banyak dan jangan berkurang!

Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu

Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada

TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah

kesejahteraanmu.

26 Eka Darmaputera. Tuhan Dari Poci dan Panci. Jakarta:

BPK Gunung Mulia. 1979. hlm. 152.

Page 40: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

214 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Yeremia menyerukan kepada bangsa itu untuk

hidup berbaur dengan masyarakat selama berada di

pembuangan. Mereka harus menjauhkan diri dari pola

hidup isolasi sebagaimana yang dikembangkan Yusuf

di Mesir terhadap nenek moyang mereka dahulu.

Mereka perlu memiliki pandangan jauh ke depan.

Karena pemberitaan itu Yeremia dibenci. Ia dianggap

tidak patriotik tetapi inilah pilihan hidup yang berada

pada koridor panggilan mereka, yakni menjadi berkat

bagi sesama (Sabit-Salib, 145).

Dengan sikap membaur, beberapa orang

pilihan, seperti Daniel, Sadrakh, Mesakh dan

Obednego mendapat kedudukan yang penting dalam

istana dan memberi pengaruh pada kerajaan, persis

seperti pengalaman Yusuf sewaktu di Mesir. Dia

membaur, tinggal di rumah Potifar, menjadi sahabat

juru minum dan juru makan Fairau di penjara. Semua

ini menjadi kekayaan yang kemudian membuat dia

diingat waktu ada masalah di Istana karena mimpi

Firaun itu.

Paul Borthwick menyebut pola hidup

membaur ini dengan istilah integrasi sebagai lawan

dari pola hidup evangelism.27 Integrasi artinya ambil

bagian aktif dalam perjuangan dan pergumulan nyata

yang dialami sesama bertolak dari pemahaman iman

yang mendalam akan kasih Allah di dalam Kristus,

sebagaimana dicontohkan oleh Bunda Teresa.

Sedangkan evangelisme menunjuk pada sikap hidup

27 Paul Borthwick. Six Dangerous Questions…. hlm. 88-92.

Page 41: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 215

yang didorong oleh semangat untuk mentobatkan

sesama ke dalam agama kita.

Patut dicatat bahwa mengembangkan hidup

yang berkarakter integrasi tidak berarti kehilangan

identitas dan jatidiri sebagai pengikut Kristus. Integrasi

tidak harus membuat terhanyutkan. Daniel, Sadrakh,

Mesakh, dan Obednego menyadari hal itu. Mereka

mengintegrasikan hidupnya dalam keseluruhan

dinamika bangsa Babel, tetapi mereka tetap menjaga

identitas kemuridan mereka. Hal yang sama juga

dilakukan oleh Yusuf selama dia menetap di Mesir.

Inilah juga inti dari seruan Yeremia kepada saudara-

sudarinya yang di pembuangan.

Penginjilan Evangelisme dan Penginjilan Relasional

Dari tiga pola hidup Kristen di tengah

masyarakat majemuk: etnosentrisitas, kehidupan

duniawi dan tinggal di antara bangsa-bangsa Nabeel T.

Jabbour memilih pola ketiga sebagai yang harus

dijalani para pengikut Kristus. Nama Yesus Kristus dan

pengajaranNya akan lebih mudah diamini dan diimani

oleh sesama dari agama tetangga jika para pengikut

Kristus mengembangkan pola hidup ketiga (tinggal di

antara bangsa-bangsa tetapi tidak terhanyutkan).

Pengikut Kristus yang harus pergi ke ruang hidup

orang-orang yang agamanya berbeda dan menjadi satu

dengan mereka, bukan meminta orang-orang itu

meninggalkan agamanya dan menjadi satu dengan

orang Kristen.

Page 42: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

216 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Pola hidup tinggal di antara bangsa-bangsa

sama sekali tidak meniadakan penginjilan. Tugas

penginjilan tetap harus dilaksanakan karena itu adalah

perintah sang Juruselamat. Yang berbeda ialah metode

atau model penginjilan. Nabeel T. Jabbour lalu

berbicara tentang penginjilan relasional yang berbeda

dengan penginjilan evangelisme. Seperti apakah dua

model penginjilan itu? Untuk jelasnya Nabeel Jabbour

mengisahkan dua kasus berikut.

Pertama, tentang dua orang Kristen Koptik

(orang Kristen Mesir): Samuel dan Maged (Sabit-Salib,

153-159). Samuel adalah anggota kelompok

pemahaman Alkitab. Ia bekerja sebagai guru di sebuah

sekolah milik pemerintah yang berjarak hanya lima

menit dari apartemennya. Dalam sehari ia bekerja

delapan jam. Gaji yang diperolehnya sangat kecil.

Meskipun begitu, ia menyukai pekerjaan itu, karena

sisa waktunya dia pakai untuk urusan di gereja, yakni

mengikuti rapat-rapat dan berbagai aktivitas internal

jemaat.

Suatu waktu ia mendapat tawaran bekerja di

sebuah pabrik dengan gaji yang lumayan besar. Tapi

untuk itu ia harus bekerja enam hari dalam seminggu

12 jam dalam sehari. Ia juga harus bekerja di antara

sesama pekerja pabrik yang mayoritas beragama Islam.

Sebelum mengambil keputusan menerima atau

menolak tawaran itu, Samuel berkonsultasi dengan

Nabeel Jabbour.

Page 43: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 217

Pendirian awal Samuel adalah menolak

tawaran bekerja di pabrik. Alasannya, ia akan

kehilangan banyak waktu yang selama ini dipakai

untuk melayani dalam gereja. Nabeel, menyarankan

Samuel menerima pekerjaan itu. Memang waktunya

untuk pelayanan di gereja akan banyak tersita, tetapi

justru waktunya untuk memperkenalkan Yesus kepada

rekan-rekan sekerja yang Muslim akan sangat besar

kalau ia hadir di sana dan membangun relasi personal

dengan mereka. Setelah berembuk agak lama dan

mendengarkan pertimbangan Nabeel, Samuel

memutuskan untuk menerima tawaran sebagai pekerja

di pabrik itu.

Satu minggu kemudian, yakni hari pertama

Samuel mulai bekerja di pabrik, dia dijemput oleh bus

pegawai. Ternyata ada juga seorang Kristen lain yang

diterima bekerja di pabrik. Namanya Maged. Dia

adalah anggota satu gereja dengan Samuel. Maged

adalah seorang Kristen yang bergaya etnosentrisme,

orang Kristen yang suka mengisolasikan diri. Mereka

menunggu bus di halte yang sama.

Bus yang menjemput mereka sudah tiga

perempatnya penuh. Maged lebih dulu masuk ke

dalam bus. Maged menyapa semua orang yang sudah

di dalam bus dengan istilah Kristen Arab: “Syalom.”

Tidak seorangpun yang menanggapinya, dan tak

satupun yang menawarkan Maged tempat duduk.

Maged terus melangkah ke bagian paling belakang dan

duduk seorang diri si situ.

Page 44: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

218 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Samuel menyusul. Dia memberi senyum dan

menyampaikan selamat kepada mereka yang sudah

dalam bus dengan ucapan salam muslim Arab:

“Assalamu’alaikum.” Seperti di komando, semua yang

ada di dalam bus menjawab Samuel: “Wa’alaikum

salam warahmatullahi wabarakatu.” Lalu tiap orang

menggeser duduk sebagai isyarat mengajak Samuel

duduk di samping mereka. Samuel duduk di sisi

seorang teman muslim.

Beberapa bulan berikutnya umat Islam

memasuki bulan puasa. Pemimpin pabrik

menyediakan tempat khusus bagi pegawai yang

Kristen untuk makan dan minum dalam tiga kali

kesempatan istrahat. Setiap pegawai yang muslim tahu

apa yang dilakukan pegawai Kristen di kamar itu.

Mereka membenci orang Kristen karena hal itu.

Samuel dan Maged bergabung dengan teman-

teman Kristen di ruang itu pada waktu istrahat di

bulan Ramadhan. Tetapi setelah lewat beberapa hari

Samuel berbuat lain. Dia berdoa kepada Tuhan

melaporkan rencananya untuk ikut berpuasa dengan

orang-orang muslim, meskipun tidak persis sama

dengan mereka. Selama berada di tempat kerja,

bersama saudara-saudara muslim ia tidak makan dan

minum sedikitpun. Samuel hendak menyampaikan

pesan kepada saudara-saudara muslim bahwa karena ia

telah menjadi teman mereka, ia juga berpuasa karena

mengasihi mereka dan mengintegrasikan hidupnya

dengan mereka.

Page 45: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 219

Pegawai-pegawai yang muslim sangat

menghormati Samuel. Mereka tidak segan-segan

meminta nasehat dan bimbingan dari Samuel. Bahkan

seringkali mereka memohon Samuel mendoakan

mereka, bahkan mereka tidak keberatan Samuel

mendoakan mereka dalam nama Yesus Kristus.

Setahun setelah bekerja di pabrik itu, Samuel bertemu

Nabeel. Dia bercerita bahwa sejak bekerja di sana, ia

mendapat banyak kesempatan untuk menceritakan

Kristus kepada saudara-saudara muslim. Kalau saja ia

tetap memilih sebagai guru, kesempatan itu tidak

pernah akan terbuka baginya.

Samuel adalah salah satu model bagaimana

menjadi orang Kristen yang tinggal di antara bangsa-bangsa. Samuel mempraktekan penginjilan relasional, bukan penginjilan evangelisme. Penginjilan relasional

tidak mulai dengan menceritakan Kristus kepada

sesama, tetapi dengan mengintegrasikan diri dengan

perjuangan dan pergumulan nyata yang dialami

sesama. Di penghujung dari relasi persaudaraan itu

barulah nama dan karya Kristus disampaikan. Tujuan

penginjilan relasional bukan untuk membuat

seseorang berpindah agama, melainkan mengukuhkan

dia tetap dalam agamanya. Tetapi karena yang

bersangkutan telah mengalami perjumpaan dengan

Yesus dan menjadi muridNya, maka yang

bersangkutan bukan hanya memahami ajaran

agamanya secara baru. Ia juga dengan sendirinya akan

ikut membersihkan hal-hal dalam agamanya yang

nyata-nyata bertentangan dengan Injil Kristus.

Page 46: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

220 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Kedua, Mustafa adalah contoh lain dari

penginjilan relasional. Dia tertarik kepada Yesus dan

minta diajari Injil dalam pertemuan rutin setiap

minggu. Nabeel Jabbour menyanggupi permintaan itu

dengan syarat apabila Mustafa mendapat ijin dari

kedua orang tuanya. Mustafa terkejut dan menjelaskan

kepada Nabeel bahwa kalau ia harus minta ijin lebih

dahulu dari ayahnya, pastilah ijin itu tidak akan

diperoleh. Nabeel menunjukkan kepadanya perintah

kelima Dasa Titah Musa dan menjelaskan kepadanya

bahwa kesepuluh perintah itu adalah ringkasan dari

syari’at bagi pengikut Kristus. Keterkejutan Mustafa

tidak hilang, tetapi karena Nabeel menegaskan harus

ada ijin terlebih dahulu maka Mustafa berjanji

melakukannya.

Pertemuan yang disepakai minggu berikutnya

ternyata tidak terjadi, karena Mustafa tidak muncul.

Nabeel kehilangan kontak dengan Mustafa. Kira-kira

setahun setelah itu, secara kebetulan Nabeel bertemu

Mustafa di pusat perbelanjaan Kairo. Mustafa bercerita

kepada Nabeel bahwa ia mentaati perintah agar

menghormati orang tuanya sebagai wujud hormat

kepada Allah. Ia tidak datang menjumpai Nabeel

karena orang tuanya tidak memberi ijin. Nabeel

menghormati keputusan Mustafa dan orang tuanya.

Mustafa lalu memberitahu Nabeel bahwa

pamannya baru saja dimakamkan. Mereka sedang

berduka. Di Mesir, selama tiga malam setelah

pemakaman kaum kerabat akan datang untuk

memberi ucapan belasungkawa bagi keluarga. Nabeel

Page 47: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 221

bertanya kepada Mustafa apakah baik kalau dia datang

ke rumah Musfata untuk ikut memberi ucapan

belasungkawa. Mustafa setuju dan memberikan alamat

rumahnya kepada Nabeel.

Malam itu Nabeel pergi ke rumah Mustafa. Dia

tiba saat Syeik sedang melantunkan ayat-ayat Al-

quran. Nabeel duduk dengan tenang menikmati

lantunan ayat-ayat Al-quran itu. Mustafa yang melihat

Nabeel berbisik kepada ayahnya dan memberitahu

bahwa itulah orang yang mendorong dia untuk

meminta ijin terlebih dahulu dari ayah sebelum

bertemu dia untuk membacakan Injil baginya. Ayah

Mastafa memperhatikan Nabeel yang duduk

menikmati pembacaan Al-quran tanpa memegang

hidup sebagai tanda jijik atau bahasa tubuh yang

meremehkan Islam seperti yang biasa dilakukan orang

Kristen kalau merasa tidak nyaman dengan ibadah

agama lain.

Saat Syeik berhenti mengaji Nabeel mendekati

Mustafa dan meminta diperkenalkan kepada ayahnya.

Ayahnya langsung berdiri, menjabat tangan dan

mempersilahkan Nabeel duduk di sampingnya.

Mereka berbincang-bincang dan bercerita tentang

banyak hal kira-kira selama satu jam. Lalu Nabeel

pamit. Dia kaget karena bukan hanya Mustafa yang

mengantar dia sampai di luar tenda. Ayahnya juga ikut

berjalan sampai kira-kira 25 meter sebagai tanda

hormat. Nabeel karena itu berhenti dan meminta ayah

dan anak untuk masuk karena masih ada banyak tamu,

tetapi mereka terus menemani dia sampai ke tempat

Page 48: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

222 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

parkir. Lalu ayah dan anak itu kembali ke tenda duka.

Pada saat Nabeel menghidupkan mobil dan hendak

menutup pintu untuk pergi, Mustafa berlari-lari

mendekati Nabeel dengan kabar bahwa baru saja

ayahnya memberikan dia ijin untuk bertemu Nabeel

supaya mengajarkan Injil kepada Mustafa (Sabit-Salib: 226-230).

Penginjilan evangelism berbuat sebaliknya.

Nabeel Jabbour menunjukkan itu dengan kisah nyata

lain yang dia sendiri alami, yakni tentang Ali. Di Kairo

ada seorang pemuda Muslim bernama Ali. Ia

menunjukkan ketertarikan kepada Yesus. Ia datang

kepada Nabeel Jabbour dan meminta sebuah Alkitab

sekaligus bimbingan agar bisa memahami isi kitab itu.

Setelah enam bulan pertemuan rutin seminggu sekali

secara sembunyi-sembunyi, Ali mengaku bahwa ia

telah percaya kepada Kristus. Nabeel Jabbour dan

istrinya mensyukuri hal itu bersama Ali dalam doa.

Lalu mereka meminta Ali menceritakan hal itu

kepada kedua orang tuanya. Semula Ali keberatan

karena itu akan berakibat merusak hubungannya

dengan keluarganya karena akan dianggap sebagai

sebuah penghinaan terhadap Islam dan iman orang

tuanya. Tetapi karena Nabeel dan istrinya menegaskan

bahwa seorang pengikut Kristus harus bersaksi kepada

orang lain tentang imannya, apapun resikonya, maka

Ali melakukannya. Hasilnya, justru fatal. Ali diusir

oleh orang tuanya. Hidupnya menjadi terkatung-

katung (Sabit-Salib: 222-225).

Page 49: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 223

Penginjilan evangelism menuntut penerima

Injil untuk melakukan pemutusan hubungan yang

radikal dan total dengan semua yang menjadi bagian

dari masa lalu, yakni, keluarganya, agamanya, caranya

berpakai, bahasa dan ungkapan-ungkapan religius

yang telah menjadi bagian dari kepribadian dan

integritas dirinya. Seorang pengikut Kristus harus

menyangkal segala sesuatu yang telah menjadi darah

dagingnya dan memulai sesuatu yang baru, betapapun

itu berat dan asing karena Kristus memang

menghendaki begitu. Penginjilan evangelisme,

menurut istilah Kosuke Koyama, mewajibkan

penerima Injil untuk meludahi semua yang

dimilikinya sebelum mengenal Kristus. 28

Penginjilan evangelisme menurut Nabeel

Jabbour bertentangan dengan pesan Injil: Kasihilah

sesamamu seperti dirimu sendiri. Injil adalah kuasa

yang mempersekutukan bukan mencabik-cabik dan

menghancurkan persaudaraan. Mewajibkan seseorang

memutuskan hubungan dengan semua miliknya

sebelum mengenal Injil ditolak oleh Nabeel Jabbour

sebagai sesuatu yang anti Injil.

Alkitab Tentang Penginjilan Reasional

Penginjilan relasional memberitakan Injil

kepada seseorang tanpa mewajibkan dia untuk

28 Kosuke Koyama. Tidak Ada Gagang Pada Salib. Jakarta:

BPK Gunung Mulia. 1989. hlm. 123.

Page 50: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

224 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

menyeberang ke agama Kristen. Kebebasan perlu

diberikan kepada penerima Injil untuk memilih

apakah tetap tinggal dalam agama semua atau

menyeberang ke agama Kristen (Sabit-Salib: 267).

Pertimbangannya, ada orang dari agama lain yang

merasa terlalu berat untuk memutuskan hubungan

dengan orang tua, keluarga dan teman-temannya.

Mereka lebih suka tinggal dalam latar belakang

mereka sendiri dan berupaya membersihkan saluran-

saluran dalam relasi mereka. Sadar bahwa gagasannya

ini bakal ditolak karena tidak memiliki pendasaran

Biblis, Nabeel Jabbour menunjukkan dasar-dasar biblis

untuk penginjilan relasional.

Nabeel Jabbour mulai dengan menunjuk pada

kisah Naaman dalam Perjanjian Lama (II Raja. 5).

Pejabat tinggi Aram ini sakit kusta. Ia disembuhkan

oleh Allah lewat perantaraan nabi Elisa. Naaman

mengaku percaya kepada Yahweh dan hanya

menyembah Dia sebagai Allah yang hidup. Tetapi

Naaman adalah orang kepercayaan raja Aram. Raja

selalu meminta Naaman menemani untuk ke kuil,

berdoa di depan patung Rimon dan berlutut di depan

patung itu. Naaman tahu bahwa Rimon hanya berhala

dan ia tidak boleh menyembah Rimon lagi setelah dia

mengenal Yahweh.

Tetapi kalau dia menolak permintaan raja

menemaninya dalam ibadah, doa dan sujud di hadapan

Rimon, pastilah Naaman dipecat. Naaman tidak ingin

kehilangan jabatan itu, pindah ke Israel untuk

menyembah Yahweh. Naaman berada dalam dilemma.

Page 51: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 225

Waktu masalah itu diceritakan kepada Elisa untuk

minta nasehat, Elisa tidak keberatan. Dia mengijinkan

Naaman untuk kembali ke Damsyik dan tetap

menyertai raja masuk kuil dan ikut berlutut di depan

Rimon bersama raja (Sabit-Salib: 255-257).

Kisah Naaman yang disejajarkan Nabeel

Jabbour dengan cerita Kornelius dalam Kisah Rasul 10-

11 dijadikan dasar untuk menegaskan bahwa orang

yang percaya kepada Yahweh boleh tetap menjalankan

kewajiban-kewajiban yang dituntut dalam agamanya

sebab yang Yahweh lihat adalah hati manusia, bukan

hanya bentuk-bentuk luar ibadah. Cerita hidup dua

pejabat militer ini juga menunjukkan bahwa Yahweh

hadir di luar batas-batas agama dan geografi Israel.

Teks kedua yang ditunjuk Nabeel Jabbour

adalah I Korintus 7:17-24 dengan referensi silang I

Petrus 3:1-6. Nabeel Jabbour memakai teks ini bukan

sekedar untuk mendukung pendapat bahwa seorang

Muslim boleh tetap tinggal dalam agamanya pada saat

ia menerima Injil. Teks ini dipakai juga untuk

menunjukan bahwa orang yang sudah menerima Injil

boleh tetap tinggal di dalam agamanya semula, tapi

bukan tinggal secara pasif. Tidak! Ia harus ada dalam

agamanya secara aktif, atau ada tugas yang harus dia

kerjakan di dalam agama itu. Nabeel Jabbour

menyebut tugas itu sebagai menjadi garam dan terang (Sabit-Salib: 258). Artinya, dia dapat membersihkan

saluran-saluran relasi dan pemahaman-pemahaman

statis yang ada dalam agamanya.

Page 52: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

226 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Kata kunci dalam I Korintus 7 yang dijadikan

pijakan bagi Nabeel Jabbour untuk membangun

pemahaman tadi adalah “baiklah tiap-tiap orang

tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil

Allah. Apakah engkau hamba waktu engkau dipanggil?

Itu tidak apa-apa. Tetapi jika engkau mendapat

kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah

kesempatan itu.” Pernyataan ini penting karena

diulang Paulus sampai tiga kali (ayat 17, 20, 24).

Menurut Nabeel Jabbour pernyataan ini tidak

boleh dibatasi hanya dalam hubungan tuan-hamba,

tetapi juga hubungan percaya-tidak percaya antara

suami-istri seperti yang ditulis Paulus dalam ayat-ayat

sebelumnya, tetapi juga dalam pengertian perbedaan

agama: Yahudi-bukan. Paulus berkata bahwa tetap

tinggal dalam latar belakangnya pada saat dipanggil

adalah tugas atau panggilan dari dia (Sabit-Salib: 263).

Mengomentari teks ini Nabeel Jabbour menulis sebagai

berikut:29

Prinsip ini dapat juga diterapkan pada

kontroversi Yahudi/bukan Yahudi dan masalah

hamba-majikan. Kepada orang Yahudi yang telah

percaya kepada Kristus, Paulus mengatakan agar

jangan ia menjadi seorang Kristen bukan Yahudi.

Sedangkan kepada orang Kristen bukan Yahudi,

Paulus mengatakan agar jangan ia menjadi

seorang Kristen Yahudi. Menjadi orang Yahudi

29 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit. hlm. 263-4.

Page 53: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 227

atau menjadi orang bukan Yahudi tidak soal.

Yang penting adalah berserah kepada Kristus dan

mempertahankan identitas pribadi serta

menikmati asal-usulnya sendiri. Yang penting

bukan apakah ia orang Kristen persegi atau

lingkaran. Melainkan ia berada dalam lingkaran

ekklesia.

Setelah komentar ini Nabeel Jabbour

menegaskan bahwa gambaran tadi berlaku juga dalam

hal Kristen dan Muslim. Orang Muslim tidak harus

mengubah bentuk dan identitasnya agar bisa masuk

dalam Kerajaan Allah. Ia dapat langsung masuk

melalui pintu gerbang kerajaan yang lebar, dan tidak

perlu masuk melalui pintu gerbang sempit berupa dua

puluh abad identitas serta tradisi-tradisi Kristen.

Naaman dan kornelius jadi rujukan bagi Nabeel

Jabbour untuk ini (Sabit-Salib: 264).

Ekklesia Tersembunyi dan Gereja Kasat Mata

Bertolak dari pemahaman tentang penginjilan relasional Nabeel Jabbour sampai pada percakapan

mengenai ekklesia. Dalam merenungkan model gereja

yang tepat Nabeel juga mempertimbangkan pendapat

orang Muslim tentang perpindahan agama sebagai

sebuah penghianatan. Pencaharian dia akan model

gereja diawali dengan pertanyaan: “Apakah untuk

percaya kepada Kristus seseorang perlu meninggalkan

Islam dan masuk dalam kekristenan? Dapatkah

Page 54: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

228 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

seorang Muslim percaya dengan sepenuh hati kepada

Kristus namum tetap tinggal di antara kaumnya sendiri

sebagai garam dan terang? (Sabit-Salib: 234).

Jawaban yang diberikan Nabeel Jabbour untuk

pertanyaan ini adalah: “Kita harus memberikan dua

pilihan bagi orang Muslim untuk menentukan, apakah

bergabung dengan kekristenan atau tetap tinggal

dalam latar belakang mereka untuk membersihkan

saluran-saluran relasi mereka” (Sabit-Salib: 267). Kalau

seorang Muslim lebih memilih opsi kedua, kita harus

menghormati pilihan itu. Pilihan itu sendiri tidak

bertentangan dengan Injil.

Ekklesia tersembunyi, gereja tidak kasat mata

adalah ungkapan yang dipakai Nabeel Jabbour untuk

menggambarkan posisi eklesiologinya. Yang dia

maksudkan dengan ekklesia tersembunyi adalah orang

yang menerima Injil atau percaya kepada Kristus

dalam perserakan atau diaspora. Mereka tetap tinggal

dalam dunia Islam, hidup sebagai orang Muslim tetapi

percaya kepada Kristus dengan sepenuh hati.

Mereka tidak memberitahukan secara terbuka

kepada keluarga dan orang-orang sekitar keberadaan

baru mereka sebagai pengikut Kristus, bukan karena

takut atau mengkompromikan Injil (Sabit-Salib: 234).

Mereka lakukan itu karena ada banyak hal dalam

kekristenan yang mereka anggap asing, bahkan tidak

bisa mereka terima, seperti berdoa sambil duduk

bahkan berpangku kaki atau cara berpakaian para

perempuan yang sangat menyolok dan kebarat-

Page 55: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 229

baratan. Selain itu, dengan tetap menjadi Muslim ada

dua misi positif yang mau mereka lakukan.

Pertama, mereka mau melakukan

pembersihan-pembersihan terhadap saluran-saluran

dalam agama mereka bertolak dari Injil Kristus,

dengan paradigma rangka empat kuasa pembebasan

Injil yang sudah kami utarakan. Kedua, harta terindah

yakni Injil yang sudah mereka miliki mau juga mereka

bagikan kepada keluarga mereka dengan harapan satu

saat kelak semua keluarga mereka juga menerima Injil

(Sabit-Salib: 236).

Anggota dari ekklesia tersembunyi tetap

menjalankan ketentuan-ketentuan ibadah dalam

agama mereka, Muslim tetapi dengan cara pandang

yang baru. Inilah juga yang terjadi dengan Petrus dan

Yohanes setelah Pentakosta pertama di Yerusalem.

Dua rasul ini tetap mengikuti ibadah di Bait Allah

sesuai jam-jam doa agama Yahudi. Mereka sama sekali

tidak mengutuk agama Yahudi dan menyeberang ke

agama baru, Kristen karena memang waktu itu belum

ada agama Kristen. Mereka adalah orang beragama

Yahudi yang percaya kepaada Yesus (Sabit-Salib: 238).

Dengan kata lain, ekklesia tersembunyi bukan

gambaran yang asing dalam Perjanjian Baru.

Mencermati ciri-ciri ekklesia tersembunyi yang digambarkan Nabeel Jabbour kami mendapat

kesan kuat bahwa para pengikut Kristus yang ada

secara tersembunyi atau diam-diam tetap tinggal

dalam agamanya, mereka ini menjadi seperti ragi yang

Page 56: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

230 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

diadukkan ke dalam terigu atau sebagai garam yang

bekerja secara senyap untuk membuat makanan

memiliki cita rasa yang menyenangkan. Nabeel

Jabbour memang tidak menggunakan gambaran ragi

atau garam, tetapi tugas yang dimainkan pengikut

Kristus dalam agamanya sama persis dengan fungsi ragi

atau garam. Fungsi itu Nabeel Jabbour gambarkan

dalam ilustrasi berikut:

Orang Kristen adalah kotak persegi empat dan

orang Muslin adalah kotak bulatan kecil. Sedangkan

garis tegak lurus adalah sekat permusuhan dan

kecurigaan yang selama ini memisahkan mereka. Pada

saat seorang Muslim percaya kepada Injil yang

ditandai dengan menerobos masuk ke wilayah kotak

persegi empat yang dibatasi oleh garis tegak lurus,

maka dia tidak perlu dipaksa berubah bentuk menjadi

segi empat. Begitu juga kalau seorang Kristen masuk ke

dunia Muslim, biarkan dia tetap ada sebagai persegi

Page 57: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 231

empat. Masing-masing mereka tidak kehilangan

identitas sosiologis mereka, tetapi sekarang hidup

bersama dalam damai di lingkaran ekklesia.

Gereja dalam perserakan adalah nama lain

yang Nabeel Jabbour berikan ekklesia tidak kasat mata.

Inilah juga corak bergereja jemaat perdana sebelum

adanya agama Kristen.30 Kita temukan ini dalam cerita

hidup para rasul yang berserak menyebar ke seluruh

Yudea dan Samaria akibat dari penganiayaan dari

agama Yahudi di Yerusalem. Dua tokoh yang

dikisahkan secara detail kegiatan mereka

membersihkan saluran-saluran dalam agama Yahudi

dengan kuasa pembebasan Injil adalah Stefanus dan

Paulus (Sabit-Salib: 238-9). Mereka membersihkan

konsep sunat, institusi perbudakan dan pandangan

terhadap perempuan dalam agama Yahudi dan budaya

bangsa-bangsa dengan Injil Kristus.

Gereja dalam perserakan yang dikonstruksi

Nabeel Jabbour tidak hanya berguna untuk

memperlihatkan kepada kita keberagaman bentuk

ekklesia dalam Perjanjian Baru, supaya kita tidak

memutlakan satu bentuk pemahaman tentang gereja

sebagaimana yang sering terjadi dalam gereja saat ini.

Gereja dalam perserakan juga dikonstruksikan oleh

Nabeel Jabbour sebagai kritik terhadap bentuk ekklesia perhimpunan, gereja kasat mata yang ia anggap

30 Penegasan ini menunjukkan kepada kita bahwa gereja ada

terlebih dahulu dari agama Kristen..

Page 58: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

232 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

menghalangi banyak orang yang berbeda agama untuk

menerima Injil dan percaya kepada Yesus.

Gambar 1 adalah ekklesia kasat mata.

Sedangkan gambar 2 adalah ekklesia tersembunyi atau

gereja tidak kasat mata. Lingkaran nomer 11 dalam

gambar dua adalah gereja, tetapi dia sama sekali tidak

punya hubungan dengan lingkaran-lingkaran lain. Dia

adalah warga gereja yang terputus hubungan dengan

semua orang yang ada dalam agamanya. Menyedihkan

sekali nasib warga gereja seperti ini. Inilah yang terjadi

kalau kita mewajibkan seseorang yang percaya kepada

Injil menyeberang ke dalam agama Kristen. Ia akan

menjadi orang asing bagi saudara-saudara dalam

agamanya semula, tetapi juga bagi agama yang

dimasukinya.

Ini tidak boleh kita lakukan kepada siapa pun

sekalipun itu demi Injil, karena Injil adalah kekuatan

Allah yang mempersekutukan, bukan mengasingkan

Page 59: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 233

seseorang. Kita meminta dia untuk melakukan

penyeberangan agama dengan maksud untuk

menjadikan dia gereja kasat mata, tetapi hasilnya yang

bersangkutan menjadi manusia yang tercabut dari akar

komunitasnya dan yang kehilangan relasi-relasi yang

membuat dirinya bermakna.

Yang dimaksud Nabeel Jabbour dengan gereja

kasat mata adalah pemahaman tentang gereja sebagai

sebuah bangunan dengan arsitektur yang khas atau

sekelompok umat yang selalu berkumpul setiap hari

minggu pagi, menyanyikan lagu-lagu pujian, duduk di

bangku panjang, mengumpulkan persembahan dan

sebagainya seperti nyata dalam gambar 1. Ini juga

paham yang syah tentang gereja, tetapi belum penuh.

Gereja yang berhimpun harus dibarengi dengan gereja yang berserak.

Gereja dalam perserakan yang Nabeel Jabbour

perkenalkan (gambar 2) tidak menyepelehkan perlu

dan pentingnya pertemuan-pertemuan pendalaman

dan pemahaman kitab suci. Orang-orang yang

menerima Injil memang tidak perlu melakukan

penyeberangan agama, tetapi pemahaman mereka

terhadap Injil perlu terus diperdalam. Untuk itu

pertemuan-pertemuan rutin bersama saudara seiman

yang lain dalam lingkaran ekklesia adalah sangat perlu.

Nabeel Jabbour mewajibkan orang-orang dari agama

seberang yang tertarik pada Injil dan tidak terganggu

dengan Yesus untuk bertemu secara berkala demi

mempelajari injil dan memperkuat persaudaraan

Page 60: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

234 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

universal dengan sesama anggota ekklesia (Sabit-Salib:

226).

Kewajiban ini membawa kita pada kesimpulan

bahwa orang Muslim yang percaya kepada Injil perlu

menerima baptisan, betapapun Nabeel Jabbour tidak

secara eksplisit mengatakannya. Tetapi baptisan tidak

dipahami sebagai tanda keanggotaan satu agama

institusional, melainkan meterai penyatuannya dengan

Kristus.

Kesimpulan dan Penutup

Nabeel Jabbour menghadirkan fakta yang

mengejutkan kita sebagai orang Kristen. Secara terus

terang ia menunjukkan bahwa kita, orang Kristen

tidak bisa mempersalahkan begitu saja Islam untuk

berbagai tindakan kekerasan atau terror. Orang

Kristen dan dunia Kristen (Barat) bukan malaikat dan

orang Muslim dan dunianya adalah sarang setan.

Tidak! Orang Kristen dan kekristenan ikut

bertanggung jawab atas eskalasi kekerasan terhadap

kemanusiaan yang dilakukan oleh sebagian besar

orang Muslim. Ibarat sebuah pertunjukan, kekristenan

dan dunia Kristen adalah sutradara atau penulis

scenario dari kekerasan itu sementara kaum Muslim

militant adalah aktor-aktornya. Nabeel Jabbour

menulis begini:31

31 Nabeel T. Jabbour. Memandang Sabit. hlm. 94-5.

Page 61: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

Gereja Lintas Agama 235

“Sebagian besar orang Muslim sedang ditarik ke

dua arah: mendekat kepada Kristus yakni ke arah

keterbukaan pikiran atau merapat ke fanatisme

atau sikap hidup yang tertutup dan bermusuhan.

Kita sebagai orang Kristen dan negara-negara

Barat yang diasosiasikan dengan negara Kristen

dan yang kuat secara ekonomi dan kekuasaan

memiliki peran dalam menolong orang Muslim

untuk mengarahkan pilihan kepada keterbukaan

pikiran, yakni untuk menjadi kaum Muslim

moderat.

Gambaran keadaannya adalah seperti ini:

Jelasnya, ketertarikan orang Muslim ke arah tindakan-

tindakan militan disebabkan oleh sikap dunia dan

orang Kristen terhadap mereka (Sabit-Salib: 93).

Peringatan Nabeel Jabbour ini terus menggiang

di telinga kami usai membaca bukunya dan sementara

menyelesaikan buku ini. Bahkan jujur kami mau

katakan bahwa kami merasa ditantang untuk menulis

buku ini karena membaca tulisan-tulisan Nabeel

Jabbour. Tantangan itu kami kemukakan kepada

Page 62: BAB IV Gereja dari Salib dan Bulan Sabit - Institutional ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6284/6/BOOK_Ebenhaizer I... · dari pasien tentang penyakitnya dan memeriksa

236 Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo

Nabeel Jabbour melalui e-mail dan mendapat respons

positif. Bahkan beliau mengirim timnya yang ada di

Indonesia (Surabaya) untuk bertemu kami di Salatiga

sekedar untuk bertemu. Hubungan kami dengan

Nabeel Jabbour terjalin dengan baik betapapun hanya

lewat e-mail.

Apa yang ingin kami katakan adalah bahwa

sebagai warga gereja kata-kata Nabeel Jabbour ini

patut kita perhatikan dengan serius. Kita suka sekali

berdoa agar Tuhan membebaskan kita dari yang jahat

dan tidak membawa kita ke dalam pencobaan. Doa itu

sekarang harus kita kerjakan, yakni menjalani hidup

begitu rupa untuk tidak membawa sesama kita ke

dalam pencobaan. Kalau toh tanpa sadar kita sudah

menjerumuskan sesama ke dalam pencobaan atau

kejahatan, dua hal patut kita lakukan, sebagaimana

yang ditegaskan juga oleh Nabeel Jabbour: Bertobat

dan memperbaiki sikap kita seturut dengan pertobatan

itu.