hubungan persepsi pasien tentang penyakitnya …repository.unimus.ac.id/2015/2/manuscript.pdf ·...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG PENYAKITNYA
DENGAN TINGKAT KECEMASAN DI POLIKLINIK RAWAT JALAN
RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG
Manuscript
Oleh :
WIWIK WIJAYANTI
NIM: G2A216011
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
http://repository.unimus.ac.id
http://repository.unimus.ac.id
1
HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG PENYAKITNYA
DENGAN TINGKAT KECEMASAN DI POLIKLINIK RAWAT JALAN
RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG
Wiwik Wijayanti 1
, Vivi Yosafianti Pohan 2, Heryanto Adi Nugroho
3
1. Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS, [email protected]
2. Dosen Keperawatan Manajemen Fikkes UNIMUS, [email protected]
3. Dosen Keperawatan Komunitas Fikkes UNIMUS, [email protected]
Latar Belakang: Persepsi terhadap penyakit adalah pemahaman pasien dalam menggambarkan
penyakit yang sedang dideritanya. Kecemasan merupakan reaksi yang timbul terhadap
penyakit yang dirasakan sebagai ancaman dan ketidaknyaman. Tujuan penelitian: Mengetahui
hubungan antara persepsi pasien terhadap penyakit dengan tingkat kecemasan. Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 150 responden yang diambil dengan teknik
purposive sampling. Analisis statistik yang digunakan adalah uji korelasi rank spearman. Hasil
dan simpulan: Sebagian besar responden mempunyai persepsi yang positif terhadap
penyakitnya yaitu sebanyak 81 responden (54%) dan mayoritas responden di rawat jalan
mengalami kecemasan sedang sebanyak (25,3%), didapatkan nilai p-value = 0,000 dan nilai r -
0,565. Kesimpulannya adalah ada hubungan antara persepsi pasien tentang penyakitnya dengan
tingkat kecemasan di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.
Hasil penelitian ini diharapkan perawat mampu melakukan pendekatan psikologis, memberikan
informasi yang benar mengenai penyakit yang diderita pasien.
Kata kunci : Persepsi terhadap penyakit, Tingkat Kecemasan, Rawat jalan
Background: Disease perception is patient’s representation about their diseases according to
their comprehension. Research Objective: Finding the correlation between disease perceptions
with anxiety level of patients in outpatient clinic at Roemani Muhammadiyah Hospital. Method:
It was adescriptive correlational research with cross sectional approach. 150 respondentswere
taken as sample using purposive sampling technique. Rank spearman correlation test was used
for the statistical analysis. Result and Conclusion: Most of the respondents showed a positive
perception about their disease, with total 81 respondents (54%). On the other hand, most of the
outpatients (25.3%) commonly experienced moderate anxiety. From the result, it was drawn that
p-value= 0,000 and r-value was -0,565. It can be concluded that there was correlation between
disease perceptions with anxiety level of patients in outpatient clinic at Roemani Muhammadiyah
Hospital. From the research, it is suggested for the nurse at outpatient clinic to apply
psychological approach and give the factual information about the disease.
Key words : Disease Perception, Anxiety Level, Outpatient
http://repository.unimus.ac.id
2
PENDAHULUAN
Kecemasan merupakan kondisi yang menandakan keadaan yang mengancam keutuhan
serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku seperti rasa tidak
berdaya, rasa tidak mampu, dan fobio tertentu (Nursalam,2015). Kecemasan melibatkan
tiga aspek yaitu aspek kognisi (persepsi), reaksi fisiologis (kesiapan melakukan aksi),
dan perasaan takut. Kecemasan menjadi sebuah masalah yang sering muncul di pusat
pelayanan kesehatan atau rumah sakit khususnya di poliklinik rawat jalan. Dampak
kecemasan terhadap sistem saraf sebagai neuro transmitter terjadi peningkatan sekresi
kelenjar norepinefrin, serotonin, dan gama aminobuyric acid sehingga mengakibatkan
terjadinya gangguan fisik dan gejala tingkah laku (Lutfa, 2008). Akibat dari kecemasan
yang berkelanjutan menyebabkan efek fisik yang berpotensi merusak tubuh atau
memperburuk kondisi sehingga mengharuskan pasien untuk mendapatkan pengobatan di
rumah sakit. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecemasan antara lain adalah usia,
jenis kelamin, pengetahuan, pengalaman, akses informasi dan proses adaptasi. Selain itu
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien adalah persepsi pasien
terhadap penyakit itu sendiri.
Saat pasien berada pada keadaan sakit, perilaku seseorang mengalami perubahan yaitu,
adanya perasaan takut, menarik diri, egosentris, sensitif terhadap persoalan kecil, reaksi
emosional tinggi, perubahan persepsi, dan berkurang minat. Ketika seseorang
dihadapkan pada suatu penyakit akan menggambarkan penyakit tersebut sesuai dengan
pemikirannya sendiri dalam rangka memahami dan menanggapi masalah yang dihadapi
(Hidayat,2007). Persepsi negatif seseorang terhadap penyakit yang diderita dapat
menimbulkan ketidakbahagiaan, sehingga menyebabkan seseorang tersebut enggan
untuk menjalani perawatan dan pengobatan. Begitu pula sebaliknya, persepsi positif
seseorang terhadap penyakit yang diderita akan membuat seseorang menjalani perawatan
dan pengobatan secara teratur (Ibrahim, Desa & Chiew-Tong, 2011).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Roemani
Muhammadiyah Semarang pada tanggal 21 Agustus 2017 jumlah pasien rawat jalan,
pada periode Januari-Juni 70.783, sedangkan pada bulan Juli jumlah pasien lama
sebanyak 12.231 dan pasien baru sebanyak 1001. Selain itu didapatkan hasil
wawancaradari 10 pasien, menunjukan bahwa 40% responden mempunyai persepsi yang
http://repository.unimus.ac.id
3
positif akan penyakitnya, ditunjukan dengan jawaban pasien yang mengatakan bahwa
penyakitnya tidak begitu mempengaruhi hidupnya, penyakitnya akan berlangsung dalam
waktu singkat, pasien dapat mengendalikan penyakitnya dengan baik, pengobatan yang
dijalani dirasakan sangat membantu, gejala yang dialami masih dapat di atasi, dapat
memahami penyakitnya dengan baik dan penyakit tidak mempengaruhi pasien secara
emosional, sedangkan 60% responden mempunyai persepsi negatif akan penyakitnya,
ditunjukan dengan jawaban pasien yang tidak memahami penyakitnya dengan baik,
mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya akan terjadi sangat lama bahkan selama
hidupnya, dan penyakit yang diderita mempengaruhi pasien secara emosional dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk hasil pengkajian kecemasan 20% mengalami kecemasan
ringan, 30% kecemasan sedang, 10% kecemasan berat dan 40% tidak mengalami
kecemasan. Beberapa pasien yang mengalami cemas mengatakan bahwa cemas yang
dialaminya disebabkan karena kurang paham akan penyakit yang dideritanya serta
berapa lama harus menjalani pengobatan. Selain itu penyebab lain yang membuat pasien
cemas adalah lama menunggu untuk mendapatkan pemeriksaan di poliklinik rawat jalan,
ini dapat dilihat dari hasil observasi yaitu banyak pasien yang nampak bertanya kepada
perawat prosedur pemeriksaan dan berapa lama lagi akan di panggil untuk melakukan
pemeriksaan. Bagaimana hubungan antara persepsi pasien tentang penyakitnya dengan
tingkat kecemasan di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif non eksperimental dengan
rancangan deskriptif korelasional. Pada penelitian ini memiliki variabel dependen yaitu
tingkat kecemasan dan variabel independen yaitu persepsi pasien tentang penyakitnya.
Teknik sample menggunakan teknik purposive sampling dengan besar sampel yang
sesuai kriteria inklusi berjumlah 150 responden. Penelitian dilakukan di Rawat Jalan
Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang pada tanggal 28 Desember 2017-5
januari 2018. Pengambilan data variabel persepsi pasien tentang penyakitnya
menggunakan kuesioner B-IPQ. Pengambilan data variabel kecemasan pasien
menggunakan kuesioner HARS yang telah dimodifikasi dan telah dilakukan uji validitas
dan reliabilitas. Analisis statistik yang digunakan adalah uji korelasi rank spearman
dengan bantuan program SPSS 20.0 for Windows.
http://repository.unimus.ac.id
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik responden
Tabel 1
Karakteristik responden penelitian di Poliklinik Rawat Jalan
Rumah Sakit Roemani PKU Muhammadiyah Semarang (n=150) tahun 2018 Karakteristik Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
57
93
38,0 %
62,0 %
2. Usia
Remaja (17-25 tahun)
Dewasa (26-45 tahun)
Lansia (46-65 tahun)
22
76
52
14,7 %
50,7 %
34,7 %
3. Tingkat pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
38
26
64
22
25,3 %
17,3 %
42,7 %
14,7 %
4. Sakit yang diderita
Asma
Penyakit jantung
Penyakit ginjal
DM Tipe II
21
42
37
50
14,0 %
28,0 %
24,7 %
33,3 %
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan, berusia dewasa (26-45 tahun), pendidikan responden sebagian besar
SMA, dan sakit yang diderita oleh responden sebagian besar adalah DM Tipe II .
B. Analisa univariat
1. Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya
Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan persepsi pasien tentang penyakitnya di Ruang Rawat
Jalan Rumah Sakit Roemani PKU Muhammadiyah Semarang (n=150) tahun 2018
Persepsi terhadap penyakit Jumlah Presentase (%)
Persepsi negatif 69 46 %
Persepsi positif 81 54 %
Total 150 100
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai
persepsi yang positif terhadap penyakitnya yaitu sebanyak 81 responden (54%),
sedangkan sebanyak 69 responden (46%) mempunyai persepsi yang negatif
terhadap penyakitnya.
http://repository.unimus.ac.id
5
2. Tingkat kecemasan
Tabel 3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan responden di Poliklinik
Rawat Jalan Rumah Sakit Roemani PKU Muhammadiyah Semarang (n=150) tahun 2018 Tingkat Kecemasan responden Jumlah Presentase (%)
Tidak ada kecemasan 22 14,7 %
Kecemasan ringan 85 56,7 %
Kecemasan sedang 38 25,3 %
Kecemasan berat 5 3,3 %
Total 150 100
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami
kecemasan ringan (56,7%), kecemasan sedang (25,3%), kecemasan berat (3,3%),
dan tidak mengalami kecemasan (14,7%).
C. Analisa bivariat
Tabel 4
Hasil Uji Korelasi Variabel Korelasi Signifikansi Koefisiensi Determinasi
(r2)
Persepsi terhadap
penyakit*Tingkat
kecemasan pasien
-0,565 0,000 0,274
Gambar 1
Hubungan persepsi pasien tentang penyakitnya dengan tingkat kecemasan di
poliklinik rawat jalan RS Roemani Muhammadiyah Semarang,
Februari 2018 (n=150)
Berdasarkan gambar 1 diatas didapatkan nilai korelasi -0,565 dan p-value 0,00 < α
(0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara persepsi pasien
tentang penyakitnya dengan tingkat kecemasan pasien di poliklinik rawat jalan RS
Roemani Muhammadiyah Semarang. Hasil penelitian ini menunjukan adanya
hubungan yang negatif antara kedua variabel. Artinya semakin rendah nilai
http://repository.unimus.ac.id
6
persepsi pasien tentang penyakitnya maka ada kecenderungan tingkat kecemasan
pasien akan meningkat.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai persepsi pasien terhadap penyakitnya sebagian
besar memiliki persepsi yang positif terhadap penyakitnya yaitu sebanyak 81 responden
(54%), yang memiliki persepsi yang negatif terhadap penyakitnya sebanyak 69
responden (46%). Banyaknya jumlah responden yang mempunyai persepsi yang positif
dikarenakan sebagian besar responden sudah menderita penyakitnya cukup lama
(>5tahun), mempunyai mekanisme koping yang baik, support system yang mendukung
ditunjukan dengan banyaknya responden yang di temani oleh keluarga selama
melakukan pemeriksaan, banyak responden yang telah mendapatkan informasi tentang
penyakitnya dengan baik, selain itu sebagian besar responden telah mempunyai asuransi
kesehatan yang membuat responden merasa tenang dan nyaman. Hal ini juga ditunjukan
dengan jawaban pasien pada kuesioner B-IPQ pada pertanyaan nomor 4 rata-rata 7,65
yang artinya responden merasa sangat terbantu dengan pengobatan yang dijalaninya saat
ini. Ketika pasien mendapat pelayanan yang memuaskan baik dari pelayanan rumah sakit
atau dari petugas kesehatan khususnya perawat, pasien akan merasa senang dan nyaman
selama melakukan pengobatan rawat jalan dan menjauhkan dari perasaan cemas. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wulandari D (2015) menyebutkan bahwa aspek timeline
cyclical (siklus penyakit) ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan
kepatuhan pasien gagal ginjal menjalani diet cairan. Persepsi sangatlah dipengaruhi oleh
konsep yang dibuat pasien terhadap penyakitnya. Konsep tersebut berupa pemahaman.
Proses memahami diartikan dapat menginterpretasikan obyek secara benar. Persepsi
positif akan penyakit yang di miliki oleh pasien akan membuat pasien menjalani
perawatan dan pengobatan secara teratur,sedangkan persepsi negatif seseorang terhadap
penyakit yang dideritanya dapat menimbulkan ketidakbahagiaan, sehingga menyebabkan
seseorang tersebut enggan untuk menjalani perawatan dan pengobatan. Penelitian Pasek
(2013), menyebutkan bahwa pada penderita TB yang memiliki persepsi positif mengenai
penyakit TB memiliki kemungkinan untuk patuh dalam pengobatan 11,93 kali lebih
besar daripada penderita TB yang memiliki persepsi yang negatif. Selain penelitian
tersebut, dalam penelitian Puspasari (2017) menunjukan hasil bahwa ada hubungan
antara persepsi dengan manajemen diri penderita DM tipe II. Semakin baik persepsi
http://repository.unimus.ac.id
7
seorang penderita DM tipe II tentang penyakitnya maka semakin baik pula manajemen
diri terhadap terhadap pengelolaan penyakit DM tipe II yang dideritanya. Hasil penelitian
diketahui bahwa sebagian besar (56,7%) responden mengalami kecemasan ringan,
kecemasan sedang (25,3%), kecemasan berat (3,3%) dan tidak mengalami kecemasan
sebanyak (14,7%). Lebih dari setengah responden mengalami kecemasan ringan, hal ini
disebabkan karena pasien sudah mendapatkan informasi yang baik tentang penyakitnya,
selain itu juga pasien mendapatkan support system yang baik dari keluarga, sikap caring
perawat yang baik dan mekanisme koping yang baik,tetapi lama tunggu dalam menerima
pemeriksaan dari dokter masih membuat pasien merasa tidak nyaman dan gelisah selama
menunggu di poliklinik rawat jalan. Tetapi jika kecemasan yang di alami pasien semakin
meningkat, dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam menjalani pengobatan.
Menurut penelitian Puspita (2014) terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan
terhadap tingkat kontrol asma, didapatkan nilai p sebesar 0,22 (p<0,05). Pasien asma
dengan kecemasan dapat mempengaruhi kontrol asma dan kualitas hidup. Kecemasan
dapat memperburuk penyakit asma, Taluta (2014) menyatakan bahwa mekanisme koping
yang adaptif akan mengurangi kecemasan pasien. Pada penelitiannya sebanyak 31,25%
responden dengan mekanisme koping maladaptif mengalami kecemasan berat dan hanya
12,5% responden dengan mekanisme koping adaptif mengalami kecemasan berat.
Kecemasan yang dialami pasien menimbulkan beberapa tanda dan gejala, pada penelitian
ini 90 responden (60%) mengalami gangguan berpikir seperti menjadi sering lupa,
konsentrasi menjadi buruk, sering kebingungan dan lapang persepsi menurun. Rata-rata
umur responden dalam penelitian ini adalah 39 tahun. Pada penelitian ini diketahui
bahwa sebanyak 17 responden pada rentang usia dewasa mengalami kecemasan sedang,
lebih banyak di banding rentang usia yang lain. Umur dipandang sebagai sebagai suatu
keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Furwanti (2014), bahwa kecemasan terjadi karena
pada usia <30 tahun seseorang belum matang dalam berpikir dan menghadapi masalah.
Kecemasan juga dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Dilihat hasil penelitian
karakteristik jenis kelamin menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan mengalami kecemasan ringan sebanyak (61%) sedangkan laki-laki
mengalami kecemasan ringan sebanyak (49%). Berkaitan dengan kecemasan pada laki-
laki dan perempuan, perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibandingkan
dengan laki-laki, laki-laki cenderung lebih aktif, eksploratif sedangkan perempuan
lebih sensitif.
http://repository.unimus.ac.id
8
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan korelasi rank spearman didapatkan nilai
koefisiensi korelasi sebesar -0,565 dengan nilai p sebesar 0,000 (P<0,05), sehingga dapat
dinyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi pasien tentang
penyakitnya dengan tingkat kecemasan pada pasien di Rawat Jalan Rumah sakit Roemani
Muhammadiyah Semarang yang mempunyai penyakit kronis (diabetes mellitus tipe 2,
penyakit jantung, asma dan penyakit ginjal). Hubungan kedua variabel adalah negatif
yaitu apabila persepsi pasien terhadap penyakitnya rendah maka ada kecenderungan
tingkat kecemasan pasien akan meningkat. Hasil ini sama dengan penelitian yang
dilakukan Wulandari (2012) yang menunjukan bahwa ada hubungan antara persepsi
terhadap penyakit dengan tingkat stres pada penderita diabetes mellitus tipe II dengan
nilai p value 0,000. Persepsi dalam penelitian ini lebih menekankan pada tingkat stres
yang dialami oleh respondennya, dengan asumsi bahwa semakin negatif persepsi
terhadap penyakit maka semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami oleh penderita
diabetes mellitus tipe II, sebaliknya semakin positif persepsi terhadap penyakit, maka
semakin rendah pula tingkat stres yang dialami oleh penderita diabetes mellitus tipe II.
Penelitian Lorensia (2016), menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kontrol asma dengan dua aspek illness perception yaitu personal control dan identity,
sedangkan aspek yang lain tidak. Persepsi tentang penyakit pada penelitian ini lebih
menekankan pada aspek-aspek dari illness perception yang berhubungan dengan kontrol
asma. Persepsi terhadap penyakit dapat digunakan untuk membimbing pasien dalam
melakukan perawatan terhadap penyakit yang dideritanya, seperti melakukan pengobatan
dengan teratur. Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukan bahwa persepsi negatif
terhadap penyakit dapat diubah menjadi persepsi yang positif. Pengubahan persepsi
terhadap penyakit ini dapat berfungsi untuk meningkatkan penyesuaian pasien terhadap
penyakit yang diderita (Ibrahim, 2011).
KESIMPULAN
Nilai persepsi pasien terhadap penyakitnya sebagian besar memiliki persepsi yang positif
terhadap penyakitnya yaitu sebanyak 81 responden (54%), yang memiliki persepsi yang
negatif terhadap penyakitnya sebanyak 69 responden (46%). Nilai kecemasan pasien
sebagian besar (56,7%) responden mengalami kecemasan ringan, kecemasan sedang
(25,3%), kecemasan berat (3,3%) dan tidak mengalami kecemasan sebanyak (14,7%).
Ada hubungan yang signifikan antara persepsi pasien tentang penyakitnya dengan tingkat
http://repository.unimus.ac.id
9
kecemasan pasien di Rawat Jalan Rumah Sakit Roemani Muhamadiyah Semarang
dengan nilai r = -0,565, dan p-value 0,000 < ɑ (0,05). Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa kekuatan korelasi sedang dengan arah korelasi linier negatif, artinya semakin
rendah nilai persepsi pasien tentang penyakit maka semakin tinggi angka kecemasan
pasien
SARAN
Hasil penelitian diharapkan agar perawat dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perawat untuk melakukan pendekatan psikologis, memberikan informasi yang benar
mengenai penyakit yang diderita untuk mengurangi kecemasan pasien dan diharapkan
perawat memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan tingkat kecemasan
pasien, misalnya mengajarkan teknik relaksasi. Selain itu perlu diadakannya pelatihan
bagi perawat tentang bagaimana menurunkan adanya stresor pada pasien rawat jalan,
misalnya hipnoterapi.
Apabila ada peneliti yang tertarik untuk meneliti topik ini lebih lanjut, maka disarankan
untuk meneliti variabel lain yang mempengaruhi kecemasan pasien dikarenakan persepsi
hanya menjelaskan 27,4% dari seluruh variabel yang ada.
KEPUSTAKAAN
Furwanti, E. (2014) Dalam Thesis “Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD Penembahan Senopati Bantul”
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Ibrahim, N.,Desa, A., & Chiew-Tong, N.K. (2011). Illnes Perception and Depression
in patients with End-Stage Renal Disease on Chronic Haemodialysis.
Medwell Journal, 6(3).221-226.
Lorensia, A, Rika Yulia & Ika Sari W. (2016). Hubungan Persepsi Penyakit
(IllnessPerception) dengan Kontrol Gejala Asma pada Pasien Rawat Jalan.
Media Pharmaceutica Vol.1 No.2
Lutfa, U. Maliya A. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien
Dalam Tindakan Kemoterapi Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Berita
Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol.4 :187-192
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam praktek keperawatan
professional (edisi 5). Jakarta: Salemba medika
http://repository.unimus.ac.id
10
Pasek, Made Suadnyani & I Made Satyawan. (2013). Hubungan Persepsi Dan Tingkat
Pengetahuan Penderita TB Dengan Kepatuhan Pengobatan Di Kecamatan
Buleleng. Vol 2 ISSN:2303-288X
Puspasari, Miranti. (2017). Persepsi Tentang Penyakit Terhadap Manajemen Diri
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo
Parakan
Puspita, RN. (2014). Hubungan Kecemasan Terhadap Tingkat Kontrol Asma Di Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta.
Taluta, Yanes P, Mulyadi & Rivelino S.Hamel. (2014). Hubungan Tingkat Kecemasan
Dengan Mekanisme Koping Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo Kabupaten
Halmahera Utara.
Wulandari, C, Sumi Lestari & Ika Herani. (2012). Hubungan Antara Persepsi Terhadap
Penyakit Dengan Tingkat Stres Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di
RSD DR.Haryoto Lumajang
Wulandari, Devi & Dwita Priyanti .(2015). Pengaruh Illness Perceptions, Dukungan
Sosial, Dan Health Locus Of Control Terhadap Kepatuhan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik. Vol.12 No. 1 Desember 2015 Universitas Paramadina
http://repository.unimus.ac.id