bab iv analisis 1. - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2011-2-00130-ar bab 4.pdf ·...

58
53 BAB IV ANALISIS IV.1. Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1. Analisa Kondisi Eksisting Tapak dan Sekitarnya Terdapat beberapa point yang ada disekitar lokasi tapak yang dapat dianalisa. Point-point tersebut yaitu : 1. Kegiatan Sekitar Lingkungan Tapak Jenis kegiatan, peruntukan fungsi dan sarana yang ada diatas tapak dan sekitarnya dapat dilihat pada table berikut ini : Tabel IV.1.1.1. Analisa sekitar tapak di Senayan Posisi Dari Tapak Jenis Kegiatan dan Fungsi Di atas tapak - Bangunan wisma atlet yang tidak di operasionalkan lagi Posisi Utara - Bangunan Mezquita geloran difungsikan untuk tempat peribadahan umat Islam - Stadion Utama Gelora Bung Karno

Upload: duongdat

Post on 07-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

53  

BAB IV

ANALISIS

IV.1. Analisa Aspek Lingkungan

IV.1.1. Analisa Kondisi Eksisting Tapak dan Sekitarnya

Terdapat beberapa point yang ada disekitar lokasi tapak yang

dapat dianalisa. Point-point tersebut yaitu :

1. Kegiatan Sekitar Lingkungan Tapak

Jenis kegiatan, peruntukan fungsi dan sarana yang ada diatas

tapak dan sekitarnya dapat dilihat pada table berikut ini : Tabel IV.1.1.1. Analisa sekitar tapak di Senayan

Posisi Dari Tapak Jenis Kegiatan dan Fungsi

Di atas tapak - Bangunan wisma atlet yang

tidak di operasionalkan lagi

Posisi Utara - Bangunan Mezquita

geloran difungsikan

untuk tempat peribadahan

umat Islam

- Stadion Utama Gelora

Bung Karno

54  

Posisi Selatan - Lahan kosong

- Plaza Senayan Arcadia

(pusat perbelanjaan)

Posisi Timur - Hotel Atlet Century

merupakan tempat

penginapan bagi atlet

- Lapangan baseball senayan

- Lapangan golf

Posisi Barat - Gedung Koni Pusat

kantor pengelola Gelora

Bung Karno

55  

- Senayan golf

Sumber : Dokumentasi pribadi dan web googles

Gambar IV.1.1.1. Kegiatan di sekitar tapak

Sumber : Google maps

Dari hasil tinjauan Sisi Utara dan Selatan tapak memiliki

sudut pandang yang cukup menarik untuk menonjolkan

keistimewaan pada bentuk bangunan. Hal ini didukung oleh jalan

utama yaitu Jl. Pintu Satu Senayan yang sering dilalui oleh

kendaraan.

2. Akses Transportasi dan Lalu Lintas Sekitar Tapak

Lokasi tapak berada di jalan Pintu Satu Senayan yang

mengarah ke stadion utama GBK. Jalan ini merupakan jalur yang

cukup ramai dilalui oleh kendaraan-kendaraan (kendaraan pribadi

dan bus trans). Jalan Pintu Satu Senayan terhubung ke jalan Jenderal

Sudirman (Barat) dan jalan Asia Afrika (Timur).

Perkantoran, Apartemen dan Bank Panin

Perkantoran, high rise building

Gedung DIKTI, Hotel Atlet Century, Plaza FX

Stadion utama GBK, Mesjid 

Perkantoran koni

Lokasi tapak

56  

Peta IV.1.1.1. Sirkulasi kendaraan di sekitar tapak

Sumber : Tata dinas kota

Keramaian terjadi hampir pada setiap saat karena lokasi ini

berdekatan dengan jalan utama. Puncak keramaian dapat terjadi pada

saat terdapat event-event tertentu seperti adanya pertandingan-

pertandingan sepak bola, dll.

3. Ketinggian Bangunan Sekitar Tapak

Jumlah lapis atau ketinggian di sekitar tapak cukup

bervariasi. Ketinggian bangunan KONI pusat yang ada di sebelah

timur tapak mencapai +/- 12 lantai dan bangunan hotel Atlet Century

yang berada di sebelah timur tapak mencapai +/- 17 lantai. Gambar IV.1.1.2. Jumlah lapis bangunan di sekitar tapak

Sumber : Google maps

Ketinggian bangunan di sekitar tapak sangat mempengaruhi

beberapa faktor seperti pengaruh view bangunan, datangnya angin,

dan bayangan cahaya matahari. Aliran angin akan berbelok jika

Jl.Pintu Satu Senayan

Jl.Manila-Kebayoran lama

+/-20 Lt +/-20 Lt

+/-12 Lt

Hotel Century

Diknas 1 Wisma atlet yang akan dirancang

Koni pusat

57  

terdapat objek di depannya. Oleh sebab itulah diperlukan

pertimbangan matang dalam perancangan wisma atlet.

Simulasi pembayangan pada bangunan yang akan dirancang

menggunakan software sketchup, dimana posisi Jakarta terletak pada

6o – 7o LS dan 107o – 108o BT adalah seperti dibawah ini : Tabel IV.1.1.2. Analisa pembayangan pada wisma atlet di Senayan

Pembayangan Tapak Waktu

Jam 06.00 WIB

Kondisi pembayangan

masih belum tampak di

lokasi tapak.

Jam 09.00

Matahari pagi

menyebabkan

pembayangan pada

bangunan di lokasi tapak

Jam 12.00 WIB

Posisi matahari berada di

atas gedung, menyebabkan

pembayangan di sekeliling

bangunan

Jam 15.00 WIB

Posisi matahari berada di

Barat menyebabkan posisi

bangunan yang menghadap

Utara terjadi pembayangan

58  

Jam 18.00 WIB

Pembayangan hanya sedikit

terjadi pada bagian Barat.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Kesimpulan dari analisa pembayangan yang terjadi di lokasi

wisma atlet – Senayan adalah cahaya matahari yang mengenai tapak

tidak terhalang oleh bangunan tinggi di sekitarnya karena pengaruh

jarak antar bangunan yang relatif cukup jauh. Pembayangan terjadi

hanya karena terdapat objek di atas tapak itu sendiri. Perencanaan

dan perancangan jumlah lapis pada wisma atlet di perkirakan

mencapai +/- 20 lapis. Pertimbangan ini diambil karena lokasi tapak

berada di area bangunan medium rise – high rise. Gambar IV.1.1.3. Analisa ketinggian wisma atlet yang akan dirancang

Sumber : Google maps

IV.1.2. Analisa View

1. View Dari Tapak

View dari tapak ke sebelah Utara berupa jalan utama yaitu Jl.

Pintu Satu Senayan dan di seberang jalan terdapat view kearah

pepohonan hijau yang di sekitarnya terdapat bangunan mesjid

Mezquita Geloran, dan view utama dari tapak ke sebelah Utara

adalah stadion utama Gelora Bung Karno.

20 lt

59  

Foto IV.1.2.1. View ke pintu masuk senayan dan ke stadion utama GBK

Sumber : Dokumentasi pribadi dan web googles

Perletakan massa bangunan disesuaikan dengan potensi view

yang ada. Bangunan wisma atlet akan diletakkan pada posisi

bangunan yang menghadap ke Utara dan Selatan tapak. Sementara

untuk area servis akan diletakan di sebelah Barat atau Timur. Gambar IV.1.2.1. Respon desain ke view sekitar tapak

Sumber : Google maps

Pertimbangan (+) dan (-) pada view bangunan di lokasi tapak

ditentukan oleh potensi-potensi view yang ada disekeliling tapak.

Apakah bangunan yang ada di sekeliling tapak terlalu tinggi sehingga

menghalangi view dari dalam ke luar tapak.

2. View Dalam Tapak

Dilihat dari bentuk tapak yang hampir membentuk segiempat,

maka pertimbangan pada beberapa bagian tapak akan ditanami

penghijauan yang mengelilingi tapak, dengan maksud untuk

menciptakan penghijauan didalam area tapak.

View ke bangunan tinggi

View ke beberapa bangunan tinggi

View ke lapangan olahraga & RTH

View ke stadion utama GBK

60  

Gambar IV.1.2.2. Penghijauan di sekeliling tapak

Sumber : Google maps

Selain menciptakan penghijauan, pada area tapak akan

dirancang sebuah plaza dan area publik tempat orang-orang

berkumpul, sehingga terdapat aktivitas yang berlangsung di dalam

tapak.

3. View Ke Tapak

View ke tapak pada saat ini terdapat bangunan wisma atlet

fajar. Bangunan ini merupakan bangunan lama yang akan di redesain

atau dibangun kembali. Lokasi tapak berada di tempat yang cukup

strategis. Hal ini dikarenakan jalur utama kendaraan yang melalui

tapak tersebut. Sehingga dari arah jalan dapat melihat ke dalam

tapak. Gambar IV.1.2.3. View ke tapak dari Jl. Pintu Satu Senayan

Sumber : Google maps

Kesimpulan dari analisa view ke tapak adalah penerapan

perancangan lingkungan di lokasi tapak, adalah dengan pembuatan plaza,

tempat komunal seperti ruang terbuka hijau dengan tempat duduk. Hal

Bangunan lama wisma atlet fajar yang akan dibangun kembali 

61  

ini dimaksudkan agar view tercipta didalam tapak menjadi lebih menarik

dan hidup secara kegiatan. Gambar IV.1.2.4. Perencanaan taman di dalam tapak

Sumber : Dokumentasi pribadi

IV.1.3. Analisa Kebisingan

Lokasi tapak yang berdekatan dengan jalan utama menyebabkan

kebisingan didalam tapak tidak dapat dihindari. Oleh karena itulah

diperlukan solusi dalam mengatasi kebisingan tersebut seperti

pengolahan zona ruang pada bangunan. Lantai bawah akan dimanfaatkan

sebagai ruang publik. Ruang-ruang diatasnya difungsikan sebagai tempat

hunian dan berbagai fasilitasnya.

Selain itu dapat juga dengan pemanfaatan barrel pada bagian

depan tapak serta penanaman tanaman untuk mereduksi kebisingan yang

berasal dari jalan utama. Solusi lainnya dapat menggunakan material

bangunan yang dapat mereduksi suara seperti double glazing dan dinding

yang lebih masif. Gambar IV.1.3.1. Penempatan fungsi dan lansekap untuk menghindari kebisingan

Sumber : Google maps

Unit kamar Ruang aktivitas dan publik

Area servis

Barrel pepohonan

Sumber kebisingan

62  

Berdasarkan analisa kebisingan, sumber kebisingan lebih di

dominasi dari arah jalan utama yaitu Jl. Pintu Satu Senayan yang banyak

dilalui oleh kendaraan. Oleh sebab itulah diperlukan langkah-langkah

dalam mengatasi kebisingan tersebut agar tidak menggangu bangunan

wisma atlet. Tabel IV.1.3.1. Analisa mengatasi kebisingan

Penggunaan tanaman sebagai pemecah

kebisingan

Memundurkan massa bangunan agar jarak

bising tidak sampai ke bangunan

Pembagian zoning yang tepat

Sumber : Dokumentasi pribadi

Berdasarkan dari analisa kebisingan, penentuan peletakan massa

bangunan, pengaturan zoning dan pemilihan tanaman pada bagian tapak

yang dekat dengan kebisingan, sangat diperlukan sekali agar tidak

merusak view bangunan yang tercipta pada lokasi tapak.

IV.1.4. Analisa Iklim

Menurut analisis dan penelitian menggunakan thermometer di

lokasi serta menurut data dari badan Meteorologi dan Geofisika, hasil

yang didapat adalah suhu rata-rata mencapai 30 - 340C. Kondisi

lingkungan tersebut terasa sejuk apabila cuaca sedang mendung dan juga

dikarenakan terdapat pepohonan di sekitarnya, jika kondisi cuaca sedang

panas kondisi suhu baik di dalam ruangan maupun di luar bangunan akan

terasa cukup panas. Foto IV.1.4.1. Pepohonan pada sekeliling tapak

Sumber : Dokumentasi pribadi

privatSemi privat Publik

Tanaman

63  

Di butuhkan penghijauan untuk menciptakan suhu udara yang

nyaman di lokasi tersebut. Selain penghijauan pada tapak, penghijauan

pada bangunan juga dapat dilakukan seperti roof garden, green roof,

vertical garden dan pembuatan air mancur atau kolam untuk

menurunkan suhu panas lingkungan.

IV.1.5. Analisa Vegetasi

Di sekitar lokasi tapak terdapat cukup banyak penghijauan,

karena lokasi Senayan ini selain direncanakan untuk pembangunan juga

sebagai paru-paru kota. Hampir setiap area dipenuhi oleh pepohonan

yang sudah cukup lama berada di lokasi tersebut.

Di lokasi tapak terdapat beberapa pohon eksisting yang ada di

sekeliling tapak. Perancangan pembangunan gedung akan diusahakan

tidak menggangu pepohonan yang ada. Jika memang ada yang

menggangu view atau struktur maka pepohonan akan di pindahkan. Gambar IV.1.5.1. Pohon eksisting yang ada di tapak

Sumber : Google maps

Foto IV.1.5.1. Pohon-pohon eksisting yang ada di tapak

Sumber : Dokumentasi pribadi

64  

IV.1.6. Analisa Sirkulasi Ruang Luar

1. Sirkulasi Manusia

Dilihat dari kondisi tapak yang berbentuk memanjang dan

pertimbangan-pertimbangan mengenai tapak yang berdekatan dengan

jalan Pintu Satu Senayan maka jalur sirkulasi manusia direncanakan

dan dirancang mengelilingi tapak.

Untuk menjaga keamanan dan privasi dari penghuni wisma

atlet ini maka akan dibuat sebuah pemisah antara luar tapak dan

dalam tapak. Gambar IV.1.6.1. Sirkulasi manusia

Sumber : Google maps

Gambar IV.1.6.2. Pemisah atau pembatas kegiatan tapak

Sumber : Architectural Graphic Standard

Sirkulasi manusia

65  

Pemisahan juga dapat berfungsi untuk membatasi dua

kegiatan yang berbeda, sehingga tidak menggangu kegiatan orang

lain.

2. Sirkulasi Kendaraan Bermotor

Sirkulasi kendaraan bermotor dibatasi dengan luasan

seminimal mungkin atau sesuai dengan fungsinya. Hal ini

dimaksudkan untuk memaksimalkan area pejalan kaki dan ruang

terbuka hijau. Penerapannya dapat berupa area-area pedestrian pada

tapak yang dipisahkan dengan kendaraan-kendaraan bermotor agar

tidak terjadi cross antara pejalan kaki dan kendaraan bermotor.

Sirkulasi kendaraan bermotor didalam tapak di batasi dengan

penyediaan fasilitas tempat parkir dan akses sirkulasi di dalam tapak.

hal ini dimaksudkan agar tapak terbebas dari kegiatan kendaraan

yang berlebihan sehingga terhindar dari polusi udara. Gambar IV.1.6.3. Pedestrian eksisting pada lokasi tapak

Sumber : Dokumentasi pribadi

3. Sirkulasi Matahari

Posisi tapak memanjang ke arah Barat dan Timur sehingga

orientasi massa bangunan lebih mengarah ke arah Utara dan Selatan.

Hal ini memberikan keuntungan tersendiri bagi massa bangunan.

Panas matahari tidak akan mengenai langsung ruang-ruang yang ada

pada bangunan.

Perencanaan ruang pada posisi Barat dan Timur,

dimanfaatkan untuk area servis. Hal ini dimaksudkan untuk tidak

menggangu para penghuni wisma atlet tersebut.

Area parkir

ME SE

66  

Gambar IV.1.6.4. Sirkulasi matahari pada lokasi tapak

Sumber : Google maps

Tabel IV.1.6.1. Analisa matahari

Bagian Bangunan Yang Terkena matahari

Waktu

Jam 06.00 WIB

Sisi bagian pendek bangunan yang

terkena cahaya matahari

Jam 09.00 WIB

Sisi bagian bangunan yang

menghadap Timur yang terkena

cahaya matahari

Jam 12.00 WIB

Posisi matahari berada di posisi

atas bangunan dan mengenai atap

bangunan

Jam 15.00 WIB

Cahaya matahari mengenai

bangunan yang cenderung lebih

menghadap ke arah Selatan

T

B Bangunan wisma atlet lama yang akan dibangun kembali

T

B

T

B

T

B

T

B

peran

cahay

secon

beber

skin

perm

4. Angi

maka

berad

knot

sebag

T

Kec

<0

0.25

Berdasark

ncangan wis

ya matahari

nd skin fasad

rapa metode

fasade se

asalahan rua

n

Berdasark

a untuk arah

da pada juru

(1.45-2.55

gai tempat poGambar

Tabel IV.1.6.2.

cepatan AngBergerak 0.25 m/detik

5 – 0.5 m/det

T

Sumber : Si

kan analisa

sma atlet y

langsung a

de, overhang

pemecahan

ebagai salah

angan yang t

kan data da

h tapak yan

usan 265° d

m/s) pada k

otensi bukaaIV.1.6.5. Sirku

Sumber

. Kecepatan an

gin PeK

k Tidak

tik Paling

B

Cahaya

mengen

yang m

imulasi softwar

a matahari

yang bagian

akan di atas

g, shansedin

n maka dipili

h satu alt

terkena caha

ari Badan K

ng berada d

dan dengan

ketinggian

an yang palinulasi angin has

: Dokumentasi

ngin dan penga

engaruh ataKenyamanank dapat dirasa

g nyaman

Jam 18.0

a matahari ce

nai sisi pend

menghadap k

re sketchup

maka pe

n sisi bangu

si atau dibe

ng dan vertik

ihlah shanse

ternatif dal

aya matahari

Klimatologi

di Senayan

kecepatan

10 meter. D

ng potensial sil survey lapan

i pribadi

aruhnya atas ke

as n

Efe(Pa

akan

00 WIB

enderung

dek banguna

ke arah Barat

erencanaan

unannya ter

eri solusi be

kal garden.

eding dan se

lam pemec

langsung.

dan Geofi

secara dom

rata-rata 2.9

Data ini ber

pada bangunngan

enyamanan

ek Penyegarada Suhu 30

00C

0.5 – 0.70C

67

n

t

dan

rkena

erupa

Dari

econd

cahan

isika,

minan

9-5.1

rguna

nan.

ran 00C)

68  

0.5 – 1 m/detik Masih nyaman, tetapi gerakan udara dapat dirasakan

1.0 – 1.20C

1 – 1.5 m/detik Kecepatan maksimal 1.7 – 2.20C

1.5 – 2 m/detik Kurang nyaman, Berangin

2.0 – 3.30C

>2 m/detik Kesehatan penghuni terpengaruh oleh kecepatan angin yang tinggi

2.3 – 4.20C

Sumber : Ilmu fisika bangunan

Berdasarkan data diatas maka kecepatan angin yang paling

nyaman bagi manusia adalah 0.25 – 0.5m/detik. Untuk lokasi tapak

di Senayan berdasarkan data BMKG yang mengambil lokasi Pondok

Betung sebagai lokasi yang paling dekat dengan lokasi Senayan

menyatakan bahwa kecepatan angin rata-rata mencapai 0.8 –

1.5m/detik dengan suhu udara tertinggi 350C dan suhu udara

terendah mencapai 250C - 280C. Gambar IV.1.6.6. Data BMKG kecepatan angin

Sumber : Web BMKG

Gambar IV.1.6.7. Data BMKG rata-rata suhu udara

Sumber : Web BMKG

Kecepatan maksimalMasih

nyaman

Suhu dapat mencapai 350C

Suhu dapat mencapai 25-280C

69  

Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan

angin di Senayan khususnya di lokasi tapak cukup kencang pada saat

bulan-bulan tertentu dengan suhu udara yang cukup tinggi, sehingga

diperlukan solusi pada saat perancangan bangunan wisma atlet,

seperti ukuran bukaan jendela dan penanaman pohon untuk

membelokan aliran angin serta menciptakan sirkulasi udara yang

baik.

IV.1.7. Analisa Pencapaian ke Tapak

Terdapat dua jalan utama menuju ke lokasi tapak yaitu Jl. Pintu

Satu Senayan dan Jl. Manila – Kebayoran Lama. Tabel IV.1.7.1. Analisa pencapaian ke tapak

Kelebihan alternatif 1:

- Posisi main entrance berada di jalan

utama Pintu Satu Senayan.

- Side entrance berada pada Jl. Manila –

Kemayoran Lama, sehingga dapat

menghindari kemacetan jalan utama

- Posisi tapak lebih terlihat dari arah

jalan utama, sehingga memudahkan

sirkulasi keluar masuk tapak.

- Servis entrance di letakan pada bagian

tapak yang menghadap ke Jl. Manila –

Kemayoran Lama. Jalur ini dipilih

berdasarkan pertimbangan jalur

sirkulasi dari jalan ini yang dapat

tembus ke arah Jl. Pintu Satu Senayan.

Dan juga untuk menghindari

terganggunya kegiatan didalam tapak.

Kekurangan alternatif 1 :

- Side entrance dan servis entrance

berada pada satu jalur keluar, sehingga

membuat sirkulasinya lebih padat di

ME

SE SV

ME

SE SV

70  

dalam tapak.

Kelebihan alternatif 2 :

- Main entrance dan side entrance

berada di Jl. Pintu Satu Senayan yang

merupakan jalur utama

- Servis entrance berada di Jl. Manila –

Kemayoran Lama, sehingga tidak

menganggu jalur sirkulasi di dalam

tapak.

Kekurangan alternatif 2 :

- Side entrance berada di jalan utama

Pintu Satu Senayan, dapat

menyebabkan kemacetan pada jalan

utama.

- Sirkulasi servis entrance tidak

mengelilingi tapak, sehingga lokasi

servis hanya ditentukan di beberapa

lokasi saja.

Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google

Dari analisa pencapaian ke tapak maka dipilihlah alternatif 1,

untuk di terapkan dalam perancangan wisma atlet di Senayan. Alternatif

1 dipilih karena pertimbangan jalur sirkulasi di dalam tapak yang

memanfaatkan 2 sirkulasi jalan yang ada di Senayan yaitu Jl. Pintu Satu

Senayan dan Jl. Manila – Kemayoran Lama.

IV.1.8. Analisa Orientasi Massa Bangunan

Orientasi massa bangunan sangat dipengaruhi oleh aspek

matahari, arah angin, view, dan letak pintu masuk.

ME

SV

SE servis

ME

SV

SE servis

B

B

Tabel

U

S

U

S

IV.1.8.1. Ana

K

-

-

-

-

-

K

-

-

-

K

-

-

T

T

alisa orientasi m

Kelebihan a

Massa ba

matahari B

Tampak

terlihat de

Senayan d

Lama.

Keadaan

sejuk.

View lebih

Orientasi

menerima

karena an

arah Selat

Kekurangan

Posisi ba

arah jalan

Luasnya b

yang terk

dan Selat

khusus da

Diperluka

mengatasi

menerpa l

Kelebihan a

Sirkulasi

baik pada

Posisi

terciptany

cukup ba

massa banguna

alternatif 1 :

angunan terh

Barat dan Ti

depan b

engan jelas

dan Jl. Mani

di dalam

h menarik

bangunan c

a arah da

ngin bertiup

tan ke Utara

n alternatif

angunan tam

n.

bidang perm

kena cahaya

tan, sehing

alam menagg

an solusi

i kecepatan

langsung ke

alternatif 2

udara dapat

a jalur kiri ka

bangunan

ya sirkulasi

aik di dalam

an

:

hindar dari

imur.

angunan d

di Jl. Pintu

ila – Kemay

ruangan

ukup baik d

atangnya a

p cenderung

1 :

mpak datar

mukaan bang

a matahari

gga perlu s

gapinya.

khusus d

n angin

bangunan.

:

t tercipta de

anan bangun

memungki

i manusia

tapak.

71

sinar

dapat

Satu

yoran

lebih

dalam

angin

dari

dari

gunan

utara

solusi

dalam

yang

engan

nan.

inkan

yang

72  

- Posisi massa bangunan cukup baik

karena massa bangunan yang

memiliki penampang yang lebih kecil

yang menghadap ke arah datangnya

angin, sehingga kecepatan angin yang

menerpa massa bangunan dapat

dibelokan.

Kekurangan alternatif 2 :

- Bangunan akan cukup panas karena

orientasi massa bangunan menghadap

ke sebelah Barat dan Timur.

- Bangunan tidak terlalu terlihat dari

arah jalan utama.

- Posisi massa bangunan dapat

menciptakan tornado angin pada

bagian area tapak dan juga dapat

menyebabkan tidak adanya sirkulasi

udara diantara bangunan tersebut,

dikarenakan terhalang oleh 2 – 3

massa bangunan.

Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google

IV.2. Analisa Aspek Manusia

IV.2.1. Analisa Pelaku Kegiatan

Pelaku kegiatan dibagi menjadi 4 kelompok yang memiliki

karakteristik dan kebutuhan yang berbeda :

1. Penyewa Wisma Atlet

Pelaku kegiatan pada wisma atlet ini adalah penghuni atau

para atlet yang menyewa wisma atlet. Para atlet menyewa wisma

atlet untuk tinggal dan mempersiapkan pertandingan-pertandingan

yang akan dilaksanakan. Target pengunjung lainnya adalah pada saat

73  

terdapat event-event pertandingan seperti pertandingan sepak bola,

karate, badminton dan tenis.

2. Staf Pengelola - Administrasi

Staf pengelola adalah orang yang bertugas mengurus

administrasi penyewaan unit hunian pada bangunan wisma atlet. Staf

pengelola administrasi meliputi orang-orang yang bekerja dalam

kantor pengelolaan, dan staf yang terlibat langsung dengan tamu.

3. Staf Pengelola – Servis

Staf pengelola – servis adalah meliputi koki, housekeeping,

teknisi, perawatan gedung, dan keamanan. Biasanya untuk

housekeeping terdapat jalur khusus untuk kesetiap lantai.

4. Pelaku bisnis

Sedangkan pelaku bisnis adalah orang-orang yang

menjalankan usahanya seperti membuka toko-toko, retail shop, dan

kios-kios. Pelaku bisnis ini biasanya menyewa ruang-ruang yang ada

di lantai dasar untuk membuka usaha.

Adapun syarat-syarat dan fasilitas-fasilitas yang harus dimiliki

wisma atlet agar para pengunjung merasa cukup nyaman dalam

melaksanakan aktivitasnya :

1. Wisma atlet harus dapat memberikan kenyamanan thermal, verbal,

visual, dan spasial.

2. Wisma atlet menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan dalam

menjalankan aktivitasnya.

3. Wisma atlet menyediakan cukup ruang untuk menampung atau

mewadahi berbagai aktivitas pengunjung.

4. Area servis harus diperhatikan persyaratan-persyaratannya seperti

kebersihan, agar tidak menganggu pengunjung atau penghuni kamar.

5. Wisma atlet harus dapat memberikan atau menciptakan keamanan

dan privasi bagi penghuninya.

IV.2.2. Analisa Penghuni (Atlet)

Pengguna dari wisma atlet ini adalah atlet-atlet baik nasional

maupun internasional. Selain untuk atlet, wisma atlet ini juga di sewa

74  

untuk pelajar maupun masyarakat umum untuk menunjang produktivitas

jangka panjang pada bangunan wisma atlet.

Wisma atlet akan diperuntukan bagi atlet-atlet yang akan

mengikuti pertandingan. Berikut adalah kegiatan atlet sepanjang hari. Tabel IV.2.2.1. Jadwal kegiatan atlet

Pukul Kegiatan Pukul Kegiatan 04.00-05.30 Bangun, Gosok

Gigi, Mandi, Bersih-Bersih, sarapan

14.00-18.00 Latihan fisik (barbel, skipping, sit up, push up, benchpress, legpress, shoulder rising, dll)

05.30-07.00 Latihan fisik 18.00-19.00 Istirahat, Duduk 07.00-11.00 Sekolah 19.00-21.00 Sekolah 11.00-14.00 Istirahat, Makan,

Tidur 21.00-04.00 Istirahat, Tidur,

Duduk Sumber : Analisa aktivitas atlet dari jadwal kegiatan pada wisma atlet ragunan.

IV.2.3. Analisa Jenis dan Kebutuhan Ruang

1. Rencana Program Ruang Wisma Atlet Gambar IV.2.3.1. Skema program ruang

Sumber : Dokumentasi pribadi

2. Kegiatan Tamu Khusus Penghuni Wisma Atlet

Plaza/lobby

Parkir

Hunian

K.PengelolR.Penunjang

Taman

Servis

Main entrance

securit

75  

Gambar IV.2.3.2. Skema kegiatan tamu

Sumber : Dokumentasi pribadi

3. Kegiatan Tamu Khusus Staf Pengelola Wisma Atlet Gambar IV.2.3.3. Skema kegiatan staff pengelola

Sumber : Dokumentasi pribadi

4. Analisa kebutuhan ruang/unit hunian untuk 2 orang Tabel IV.2.3.1. Kebutuhan ruang untuk 2 orang

No Kebutuhan Ruang Elemen Ruang Dimensi Ruang

Sumber

1 Kamar tidur 1 Tempat tidur, Lemari pakaian, meja

17 m2 Survey

2 Kamar mandi Shower, kloset, wastafel

4 m2 Survey

Berkunjung ke unit hunian yang dituju

Parkir security

Keluar masuk hunian melalui main

& side entrance

Pengelola

R.Pengelola

Entrance

Cek security

Parkir Kegiatan lain

76  

3 Balkon Tempat duduk 3 m2 Survey TOTAL 24m2

Sumber : Dokumentasi pribadi

a. Konfigurasi ruang/unit hunian pada wisma atlet Gambar IV.2.3.4. Skema program ruang unit hunian

Sumber : Dokumentasi pribadi

b. Kegiatan penghuni wisma atlet pada unit hunian Gambar IV.2.3.5. Skema kegiatan pada unit hunian

Sumber : Dokumentasi pribadi

c. Kegiatan penghuni wisma atlet pada bangunan

K. Tidur

Balkon

Km. Mandi

Tidur

Bersantai, duduk, mengobrol,

Keluar/masuk

Mck

Balkon

77  

Gambar IV.2.3.6. Skema kegiatan penghuni wisma atlet

Sumber : Dokumentasi pribadi

Berikut adalah kegiatan-kegiatan yang ada pada wisma atlet :

a. Kegiatan penghuni wisma atlet Tabel IV.2.3.2. Kegiatan penghuni wisma atlet

Ruang Kegiatan Pengguna Sifat Ruang Kamar tidur Beristirahat,

Tidur Penghuni Privat, Tertutup

Pantry/Dapur Masak, Cuci piring, Makan

Penghuni, Pengunjung

Servis, Terbuka

Ruang Jemur Menjemur Pakaian

Penghuni, Pengunjung

Publik,Tertutup

Kamar mandi Buang air besar & kecil, Mandi

Penghuni, Pengunjung

Privat, Tertutup

Ruang bersama Duduk, Nonton, Bersosialisasi

Penghuni, Pengunjung

publik,Tertutup

Taman Hijau Bermain, bersosialisasi, relaksasi

Penghuni, Pengunjung

Publik, Terbuka

Sumber : Dokumentasi pribadi

b. Kegiatan pengunjung wisma atlet

Hunian

Keluar masuk melalui main & side entrance

Parkir security

Toko, kios/retail Fasilitas

umum

R. Pengelola

Istirahat, mandi, tidur, bekerja, beraktivitas

78  

Tabel IV.2.3.3. Kegiatan pengunjung wisma atlet

Ruang Kegiatan Pengguna Sifat Ruang Plaza Sirkulasi

manusia, bersosialisasi

Penghuni, pengunjung, pengelola

Publik,Terbuka

Ruang Komunal Bersosialisasi, berkumpul, penyelenggaraan acara

Penghuni, Pengunjung, Pengelola

Publik,Terbuka

Kamar mandi Buang air besar & kecil, Mandi

Penghuni, Pengunjung

Privat, Tertutup

Taman Hijau Bersosialisasi, relaksasi

Penghuni, Pengunjung, Pengelola

Publik,Terbuka

Sumber : Dokumentasi pribadi

c. Kegiatan pengelola wisma atlet Tabel IV.2.3.4. Kegiatan pengelola wisma atlet

Ruang Kegiatan Pengguna Sifat Ruang Ruang Administrasi & Keuangan

Pengurusan masalah administrasi dan keuangan

Staff administrasi & keuangan

Publik, tertutup

Ruang Bulding Management

Mengelola management gedung

Staff Pengelola gedung

Semi privat, tertutup

Ruang unit pelayanan dan utilitas

Mengelola sistem pengoperasian, pemeliharaan rutin dan preventif

Staff pengelola teknis gedung

Semi privat, Tertutup

Ruang kepala pengelola gedung

Diskusi dan rapat laporan bulanan

Staff pengelola Semi privat, tertutup

Kamar Mandi Buang air besar & kecil

Staff pengelola Servis, tertutup

Sumber : Dokumentasi pribadi

d. Kegiatan pengelola – servis pada wisma atlet Tabel IV.2.3.5. Kegiatan pengelola – servis wisma atlet

Ruang Kegiatan Pengguna Sifat Ruang Pos Keamanan Menjaga

Keamanan 24 Jam

Staff Keamanan

Servis, Tertutup

79  

Ruang ME & Genset

Penempatan Mekanikal & Elektrikal, genset

Staff Servis, tertutup

Gudang Penyimpanan barang barang servis

Staff Servis, Tertutup

Sumber : Dokumentasi pribadi

e. Kegiatan penunjang wisma atlet Tabel IV.2.3.6. Kegiatan fasilitas penunjang wisma atlet

Ruang Kegiatan Pengguna Sifat Ruang Ruang serba guna Acara formal dan

non formal Penghuni, pengunjung dan pengelola

Publik, tertutup

Ruang Komersil/ Retail

Kegiatan jual beli kebutuhan sehari hari

Penghuni, pengunjung dan pengelola

Publik

Musholla Beribadah Penghuni, pengunjung dan pengelola

Publik, Tertutup

Lapangan Serba guna

Berolahraga, beraktifitas sosial

Penghuni, pengunjung dan pengelola

Publik, terbuka

Ruang Terbuka Hijau

Rekreasi, bermain, bersosialisasi

Penghuni, pengunjung, pengelola

Publik, terbuka

Ruang Komunal Bersosialisasi, berkumpul santai

Penghuni, pengunjung dan pengelola

Publik, terbuka

Sumber : Dokumentasi pribadi

IV.2.4. Program Ruang

Tabel IV.2.4.1. Program ruang wisma atlet di Senayan

Jenis Kebutuhan Ruang Standart Sumber Jumlah Ruang

Luas Ruang

Hunian

Hall/Lobby 250 m2 AS 1 250 m2 R.Penjaga 13m2 AS 2 26 m2 Unit kamar 24 m2

- 1000 24.000m2

Ruang bersama 0.05 m2 /

room

NAD 1 / lantai 0.05 x 500

x 20 = 500

m2

Total Luas Pelayanan Hunian 24.776 m2

80  

Sumber : Data arsitektur dan Amerika standar

Perhitungan regulasi jumlah kamar :

Tapak proyek ini memiliki luas 10.891,18m2.

KDB = 20%

Luas lantai dasar yang boleh dibangun = 20% x 10.891,18 = 2.178.24m2.

Jenis Kebutuhan Ruang Standart Sumber Kapasitas/ Jumlah

Luas Ruang

Kantor Pengelola

R.Administrasi 2 m2

/orang NAD 3 12 m2

R.Keuangan 2 m2

/orang NAD 2 8 m2

R.Maintenance 2 m2

/orang NAD 2 12 m2

Toilet 9 m2 AS 2 18 m2 R. Marketing 2 m2

/orang AS 2 8 m2

R. Meeting 1,5 m2

/orang AS 12 18 m2

Total Luas Pelayanan Kantor Pengelola 76 m2

Jenis Kebutuhan Ruang Standart Sumber Kapasitas/ Jumlah

Luas Ruang

Penunjang

Retail Kios 0.2 m2 / room

NAD 4 0.2x500x5=500

m2 Ruang Serba Guna 1 m2

/orang TS 175 175 m2

Mushola 11 m2 AS 8 88 m2 Toilet Umum 20 m2 NAD 5 100 m2

Gudang Perlengkapan 25 m2 AS 1 25 m2

Gymansium/fitnes

0.9

m2/room

NAD

135

121.5m2

Restauran 0.6 m2/room

NAD 500 300 m2

Kolam renang 58 m2 NAD 20 1160 m2

Laundry dan linen 0.7 m2 / room

NAD 500 350 m2

Total Luas Pelayanan Ruang Penunjang 2819.5m2

Jenis Kebutuhan Ruang Standart Sumber Kapasitas/ Jumlah

Luas Ruang

Servis

R.Genset 100 m2 AS 1 100 m2 R.Panel 80 m2 AS 2 160 m2

R.Pompa 122 m2 AS 2 244 m2

Area Penampungan Shaft

36 m2 AS 4 144 m2

TPS 80 m2 AS 1 80 m2 Gudang 22 m2 AS 1 22 m2

Total Luas Pelayanan Ruang Servis 750m2

81  

Perencanaan jumlah lantai = 20 lapis.

KLB = 2,5.

Luas total bangunan yang boleh dibangun=2,5 x 10.891,18= 27.227,95 m2

Sirkulasi 30% = 27.227,95 x 30% = 8168,385 m2

Luas total – sirkulasi = 27.227,95 – 8168,385 = 19059,565 m2

Hasil luas total dan sirkulasi : luas kamar : jumlah lantai : jumlah bangunan

= 19059,565 : 24 : 20 : 2 = 20 unit kamar/lantai/bangunan.

• Analisa jumlah parkir :

Kebutuhan luas 1 mobil + sirkulasi = 25 m²

Kebutuhan luas 1 motor + sirkulasi = 3 m²

Kebutuhan parkir mobil service + sirkulasi = 35 m²

• Mobil

Skala ratio 5:1

Jumlah kamar 617

Jumlah mobil = 617 : 5 = 123 mobil

Kebutuhan luas parkir mobil = 123 x 25 m² = 3.075 m²

• Motor

Kapasitas = 100 motor

Kebutuhan luas parkir motor = 100 x 3 m² = 300 m²

Total luas parkir penghuni = 3.375 m²

• Bus

Asumsi 1 bus berisi 50 orang. Jumlah unit kamar = 800.

Jumlah bus = 800 : 50 = 16 bus. Di sediakan 8 tempat parkir bus yang

sisanya akan diparkir di GBK (Gelora Bung Karno).

Total luas parkir bus = 8 x 35 m² = 280 m²

• Kendaraan servis

Asumsi jumlah truck servis = 2 truck

Total luas parkir truck servis = 2 x 35 m² = 70 m²

Perhitungan Plumbing :

• Kebutuhan air bersih

Unit kamar 2 orang/unit = 135 x 1.234 orang = 166.590L

Restaurant = 70 x 200 orang = 14.000L

82  

Total = 166.590+14.000 = 180.590L

• Kebutuhan air panas

Unit kamar 2 orang/unit = 135 x 1.234 orang = 166.590L

Kolam renang = 45 L x 20 orang = 900L

Laundry = 20L x 617kmx 3 kg = 37.020L

Restaurant = 2,5L x 200orang = 5000L

Total = 209.510L

• Pencegahan kebakaran

Jumlah sprinkler = luas bangunan/25 = 27.227,95/25

= 1089 sprinkler

Air sprinkler = jumlah sprinkler x 18x30L

= 1089 x 18 x 30L = 588.060L

Jumlah hidran = L. bangunan x2/800 = 27.227,95 x2/800 = 68

Jumlah air hidran = jumlah hidran x 40 x 30 = 68 x 40 x 30

= 81.600L

Total = 588.060L + 81.600L = 669.660L

Kebutuhan air bersih = volume air dingin + air hangat + air kebakaran

= 180.590L+ 209.510L+ 669.660L= 1.059.760L

Volume tangki bawah tanah = 40% x volume total

= 40% x 1.059.760L = 423.904L

= 450 m3 = 10m x 9m x 5m

Volume reservoir atas = 15% x volume total

= 15% x 1.059.760L = 158.964L

= 160 m3 = 8m x 5m x 4m

Perkiraan volume STP = 9m x 9m x 9m. Dimensi pipa pembuangan air

hujan 5” dan volume sumur resapan min. 32m3.

IV.3. Analisa Aspek bangunan

IV.3.1. Analisa Pola Sirkulasi Bangunan

Sistem sirkulasi dalam bangunan dapat dibedakan menjadi

sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal. Sirkulasi horizontal berguna

untuk menghubungkan ruangan yang masih berada dalam satu level

sedangkan horzontal untuk menghubungkan ruangan antar level.

83  

• Sirkulasi Horizontal Tabel IV.3.1.1. Sirkulasi horizontal

Jenis Sirkulasi Kelebihan Kekurangan Linier • Menerus

• Bertekuk

• Berpotongan

• Bercabang

• Berbelok

• Melingkar

• Radial

• sesuai dengan

bangunan Wisma Atlet dalam hal efisiensi ruang

• cocok untuk bangunan yang mengutamakan perjalanan arsitektur

• cocok untuk

bangunan dengan banyak klasifikasi ruang

• sesuai dengan

bangunan Wisma Atlet dengan banyak unit hunian dan fasilitas

• cocok untuk

bangunan yang mengutamakan perjalanan arsitektur

• cocok untuk

bangunan pameran atau museum

• memusatkan

kegiatan/ orientasi • mudah untuk

mencapai ke titik tertentu

• cenderung

statis • tidak efisien

pada koridor wisma atlet

• tidak cocok

dengan bentuk Wisma Atlet yang memanjang

• perlunya penunjuk arah yang jelas

• membentuk

suasana yang patah/terhenti

• Sulit memberi

aksen pada jenis ruang

• Cocok

diterapkan pada bangunan fungsi ruang seragam

Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google

Pola sirkulasi yang akan digunakan pada bangunan wisma atlet

ini adalah pola sirkulasi menerus dan pola linear berbelok. Hal ini

84  

dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi pengunjung untuk

mengakses ke tempat-tempat hunian serta ke beberapa fasilitas

penunjangnya.

Sedangkan untuk sistem koridor yang digunakan adalah double

loaded. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengaturan jumlah

tempat hunian dan pengaturan view ke pemandangan luar lebih

maksimal. Dalam hal ini bangunan akan cenderung lebih memipih dan

memanjang ke samping.

• Sirkulasi Vertikal

Berikut tabel perbandingan beberapa sistem sirkulasi vertikal : Tabel IV.3.1.2. Analisa sirkulasi vertikal

Jenis sirkulasi

Kelebihan Kekurangan

Tangga

Eskalator

Lift

Ramp

• tidak menggunakan listrik • fleksibel dan murah, sesuai

dengan bangunan wisma atlet • dapat dipakai setiap saat • berguna di saat kebakaran • fleksibel diletakkan di mana

saja • perjalanan arsitektur lebih baik

• efisien • daya angkut yang besar • tidak melelahkan • cocok untuk wisma atlet saat

mengangkut perabotan besar ke lantai atas

• bernilai estetika • efisien bagi trolley

• melelahkan bagi pengguna

• butuh listrik

dan space besar, tidak efisien bagi wisma atlet

• butuh listrik dan waktu tunggu

• butuh space

besar, tidak efisien bagi wisma atlet

Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi

Menginat bangunan ini berfungsi sebagai wisma atlet, maka

sirkulasi vertikal yang digunakan adalah tangga dan lift. Penggunaan

tangga dianggap lebih baik untuk menghemat penggunaan energi listrik.

Sedangkan penggunaan lift dikarenakan bangunan wisma atlet ini

IV.3

tergolong

berupa k

bangunan

seterusny

konsums

pa

tangga d

gempa bu

.2. Analisa B

Variasi B

g medium r

ombinasi an

n wisma atle

ya akan men

i energi listr

ada sirkulas

arurat sebag

umi, dll.

Bentuk Ban

Bentuk Ban

Su

rise. Sirkula

ntara penggu

et akan meng

nggunakan li

rik.

i vertikal, b

gai akses ev

ngunan

Tabel IV.3.2

ngunan

--

-

-

-

-

-

-

umber : F.C.K.

si vertikal p

unaan tangga

ggunakan tan

ift. Hal ini b

bangunan wi

vakuasi peng

2.1. Analisa va

Kelebiha

Lebih fungLayout lebih mudbaik Dapat memaksimruang

Bentuk dinamis Layout lebih mudbaik

Bangunansecara konstruksigempa

Bentuk bangunan kaku Relatif indah estetik

. Ching. Bentu

pada bangu

a dan lift. L

ngga, sedang

bertujuan unt

isma atlet ju

ghuni bila te

ariasi bentuk ba

an

gsional ruang

dah &

malkan

-

lebih

ruang dah &

-

-

n stabil

i/ tahan

-

-

tidak

lebih secara

-

-

uk, ruang dan ta

nan wisma

Lantai 1 – 4

gkan lantai 4

tuk penghem

uga menyedi

erjadi kebak

angunan

Kekuranga

Bentuk cenderung statis

Layout rcenderung sSulit dipaddengan belain

Layout watlet kuefisien Sulit dipaddengan belain

Sulit dpenataan laSulit dipaddengan belain

atanan

85

atlet

pada

4 dan

matan

iakan

karan,

an

ruang sulit

dukan entuk

wisma urang

dukan entuk

dalam ayoutdukan entuk

86  

Dari keempat bentuk dasar massa bangunan yang akan diterapkan

dalam bangunan wisma atlet adalah bentuk segiempat dan bentuk

lengkung. Hal ini berdasarkan pertimbangan fungsi, efisien dan estetika

dalam pengolahan suatu bangunan agar dapat berfungsi secara maksimal. Tabel IV.3.2.2. Analisa bentuk bangunan berdasarkan arah datang angin

Bentuk Massa keterangan

Bentuk Massa Persegi Bangunan yang bermassa kotak

atau persegi cenderung terkena

terpaan angin yang lebih

kencang. Hal ini dikarenakan

posisi bangunan yang lebih

lurus dan memanjang sehingga

bidang permukaan yang terkena

terpaan angin lebih banyak.

Bentuk Massa Lengkung

Bentuk massa lengkung lebih

memiliki kemampuan dalam

membelokan arah datang angin

sehingga kondisi terpaan angin

ke massa bangunan relatif lebih

baik dibandingkan dengan

bentuk kotak. Sumber : Dokumentasi pribadi

Tabel IV.3.2.3. Analisa bentuk bangunan berdasarkan Pembayangan Matahari

Bulan Jam

Januari 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

Massa

kotak

Massa

lengkung

Udara tidak dapat dibelokan karena pengaruh massa bangunan.

Arah datang angin

Arah datang angin

Proses pembelokan angin

87  

Februari 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

Massa

kotak

Massa

lengkung

Maret 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

Massa

kotak

Massa

lengkung

April 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

Massa

kotak

Massa

lengkung

Mei 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

Massa

kotak

88  

Massa

lengkung

Juni 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

Massa

kotak

Massa

lengkung

Juli 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

Massa

kotak

Massa

lengkung

Agustus 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

Massa

kotak

Massa

lengkung

September 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

89  

Massa

kotak

Massa

lengkung

Oktober 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

Massa

kotak

Massa

lengkung

November 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

Massa

kotak

Massa

lengkung

Desember 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

Massa

kotak

90  

Massa

lengkung

Sumber : Dokumentasi pribadi

Berdasarkan analisa perbandingan antara bentuk persegi dengan

bentuk lengkung, dilihat dari segi arah datangnya angin menunjukkan

bahwa bentuk lengkung lebih memiliki kemampuan dalam membelokan

arah datangnya angin sehingga terpaan angin yang terjadi pada massa

bangunan lengkung lebih baik dibandingkan dengan bentuk persegi.

Sedangkan analisa perbandingan antara bentuk massa persegi dan

bentuk massa lengkung dengan menggunakan software sketchup

memberikan hasil bahwa bentuk massa lengkung dapat menciptakan

pembayangan yang lebih banyak pada area tapak dibandingkan dengan

bentuk massa persegi ( penelitian berdasarkan software sketchup dari

bulan Januari – Desember). Berdasarkan analisa bentuk bangunan maka

dipilihlah bentuk massa lengkung sebagai konsep dalam mendesain

massa bangunan wisma atlet fajar di Senayan.

IV.3.3. Analisa Zoning Bangunan

1. Zoning Vertikal Tabel IV.3.3.1. Alternatif zoning vertikal

Variasi Zoning Kelebihan Kekurangan

Area servis mudah dijangkau dari setiap unit ruangan, Susunan zoning lebih terarah.

Terdapat sebagian area publik yang dekat dengan area servis

Area publik yang cukup banyak

Setiap area publik dan privat berdekatan dengan area servis

Privat Publik Servis

Sumber : Dokumentasi pribadi

Berdasarkan penentuan zoning vertikal yang dikaitakan dengan

fungsi, kegiatan yang ada didalamnya maka dipilihlah alternatif 1. Hal

91  

ini juga ditentukan dari orientasi massa bangunan yang menghadap ke

Utara dan Selatan sehingga sisi Timur dan Barat baik untuk area servis.

2. Zoning Horizontal

a. Analisa zoning lantai 1 – 4 Gambar IV.3.3.1. Analisa zoning horizontal Lt 1 - 4

Sumber : Dokumentasi pribadi

b. Analisa zoning lantai 5 – 20 Gambar IV.3.3.2. Analisa zoning horizontal Lt 5 - 20

Sumber : Dokumentasi pribadi

IV.3.4. Analisa Sistem Struktur Bangunan

Sistem struktur dapat mempengaruhi ketahanan dan lamanya

massa bangunan dan ketahanannya terhadap elemen-elemen perusak

bangunan seperti gempa bumi, bencana angin topan, faktor biologis

(hewan perusak), dan sebagainya. Sistem struktur bangunan dapat dibagi

menjadi 2 bagian, yaitu :

• Sub Structure (Struktur bawah)

Merupakan bagian struktur bawah yang menahan beban yang

bekerja dari atas kebawah. Berikut tabel perbandingan beberapa

jenis pondasi : Tabel IV.3.4.1. Analisa sub structure

Jenis Pondasi Kelebihan KekuranganTiang Pancang • waktu pelaksanaan cepat

• Relatif murah

• cocok untuk menahan beban

vertikal

• memerlukan banyak

sambungan dan

ketelitian yang tinggi,

kurang ekonomis bagi

Publik

Publik Unit

Hunian

servis

R.bersama

Unit Hunian

servis

R.bersama

Area penunj

ang

Area penunj

ang

Servis Servis

92  

wisma atlet tapi bagi

hotel ekonomis

• menimbulkan bising

dan getaran

Bored Pile • pemasangan tidak

berdampak buruk bagi

lingkungan, cocok dengan

konsep wisma atlet

• memiliki kekuatan yang

cukup untuk bangunan

bertingkat tinggi

• cocok untuk segala jenis

tanah

• waktu pelaksanaan

lebih lama

• jika kadar air tinggi

pengecoran akan

beresiko

Pondasi Rakit

(basement)

• tahan gempa

• ruang pada pondasi dapat

difungsikan sebagai

basement/efisiensi lahan

• kedalaman sebesar volume

yang dipindahkan

• boros dalam pemakaian

bahan, kurang efisien

bagi Wisma Atlet

• pelaksanaan sulit

Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi

Berdasarkan analisa sub structure pada tabel diatas, maka Wisma

Atlet ini menggunakan kombinasi pondasi tiang pancang dan bored pile.

Pondasi tiang pancang dan bored pile dipilih karena relatif murah,

pengerjaan cepat, dan bersih, juga karena kemampuannya untuk

menahan beban yang cukup besar dan juga dalam tahap pengerjaannya

tidak mengganggu keadaan sekitar atau gangguan relatif kecil.

• Upper Structure (Struktur atas)

Upper-structure merupakan struktur utama yang bertugas untuk

menerima seluruh beban hidup atau beban lateral yang

diterimanya untuk diterukan pada pondasi. Berikut tabel

perbandingan beberapa jenis sistem upper structure :

93  

Tabel IV.3.4.2. Analisa upper structure

Jenis Struktur Kelebihan KekuranganPortal

(kolom dan balok)

• kekakuan cukup

• fleksibel dalam

penataan interior unit

wisma atlet

• struktur sederhana

dan ringan

• dimensi relatif

besar untuk bentang

lebar

• trafe kolom relatif

kecil

Dinding pemikul • kekakuan tinggi

• material beton pada

bidang datar dapat

mereduksi suara

• Memipih sesuai

ruang (efisiensi)

• Waktu pemasangan

cepat

• Biaya yang cukup

besar

• Harus terjadi

banyak penyesuaian

dengan barang dari

pabrik

Struktur baja

(balok, rangka,

grid, dan slab)

• pemakaian bahan

sedikit dan berupa

prefab

• waktu pengerjaan

cepat

• dapat digunakan

untuk bentang lebar

• bahan baja kuat

tarik relatif kurang

ekonomis bagi

wisma atlet

• korosi

Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi Untuk struktur atas, penggunaan sistem struktur portal dan baja

(truss). Struktur portal dipilih karena bentangan pada wisma atlet relatif

pendek, mengingat fungsi dari bangunan ini adalah hunian. Struktur

portal juga tergolong sederhana dan mudah pengerjaannya. Sedangkan

baja dipilih karena kemampuan bentangannya yang dapat mencapai 18 –

24m. terdapat beberapa bagian yang membutuhkan sistem struktur baja

untuk memperoleh bentangan yang lebar tanpa terhalang kolom, seperti

hall/ruang serba guna.

94  

IV.3.5. Analisa Material Bangunan Tabel IV.3.5.1. Analisa material bangunan

Lantai Kelebihan Kekurangan

Keramik - harga ekonomis

- Mudah didapat

- Pilihan banyak

- Mudah pecah

Marmer - Kuat/keras

- Elegant

- Harga relatif mahal

- Pemasangan

cenderung sulit

Granit

- Kuat/keras

- Elegant

- Pilihan banyak

- Harga relatif mahal

- Pemasangan

cenderung sulit

Dinding Kelebihan Kekurangan

Batu bata - Tahan panas

- Kuat

- Harga ekonomis

- Pemasangan lama

- Boros bahan baku

seperti semen

Batako - harga ekonomis

- Mudah didapat

- Ringan

- Kurang kuat

- Mudah rusak

Bata ringan - Mudah didapat

- Hemat bahan baku

- Pemasangan cepat

- Harga relatif mahal

Pelapis Dinding Kelebihan Kekurangan

Cat - harga ekonomis

- Mudah didapat

- Banyak pilihan

warna

- Mudah

pudar/rontok

- Tidak tahan lama

Wallpaper - Banyak corak - Sulit diperbaiki jika

95  

- Pemasangan cepat rusak

- Harga relatif mahal

Softboard - harga ekonomis

- Pemasangan cepat

& mudah

- Perawatan sulit

- Tidak tahan cuaca

Plafond Kelebihan Kekurangan

Triplek - Pemasangan cepat

- Ringan

- Mudah didapat

- Tidak tahan cuaca

- Bahaya rayap

- Kurang menarik

Gypsum - Kedap suara

- Lebih hemat bahan

- Elegant

- Harga mahal

- Pemasangan lama

GRC Board - harga ekonomis

- Kedap suara

- Tahan cuaca

- Berat

- Kurang menarik

Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google Kesimpulan dari analisa material yang ada maka material yang

dipakai pada perancangan wisma atlet adalah : Tabel IV.3.5.2. Penggunaan material bangunan

Lantai Dinding Pelapis Dinding

Plafond

Granit Hebel Cat Gypsum

Sumber : Dokumentasi pribadi IV.3.6. Analisa Sistem Utilitas

Sistem utilitas merupakan sistem penunjang suatu bangunan

dalam beroperasional. Sistem utilitas pada bangunan terdiri dari :

1. Analisa Penghawaan

Konsumsi energi terbesar pada bangunan atau gedung-gedung

di Indonesia adalah penggunaan AC untuk mencapai kenyamanan

thermal pada manusia 24.50C – 270C. Penggunaan energi listrik

tersebut dapat mencapai 60% - 70% dari seluruh konsumsi energi

listrik pada bangunan. Penghawaan terbagi menjadi 2 macam yaitu

penghawaan alami dan penghawaan buatan.

96  

a. Penghawaan Alami

Penghawaan dengan mengandalkan sirkulasi udara pada

ruangan dalam bangunan. Sirkulasi udara itu dapat terjadi jika

terdapat bukaan-bukaan yang mendukung terciptanya ventilasi

silang dalam ruangan, seperti jendela, pintu, jalusi. Gambar IV.3.6.1. Variasi inlet – outlet

Sumber : Climate Responsive Architecture, Arvand Krishan

Tabel IV.3.6.1. Variasi inlet - outlet

Variasi Kelebihan Kekurangan

1 aliran udara lebih bebas

didalam ruangan.

Aliran udara sulit mencapai

area sudut ruangan

2 Penempatan furniture

dapat dimaksimalkan

dengan baik

Terdapat sisi bidang yang

menghalangi aliran udara ke

sebagian ruangan

3 Sirkulasi udara dapat

mengalir dengan bebas

Posisi inlet – outlet harus

berada pada posisi silang

tidak boleh sejajar dengan

inlet udara

4 Sirkulasi udara dapat

terjadi dengan baik

karena terdapat

ventilasi yang cukup

banyak

Sulit dalam penempatan

furniture ruangan

Sumber : Dokumentasi pribadi Aliran udara dipengaruhi selain dari bukaan-bukaan juga

dipengaruhi oleh penempatan tanaman-tanaman di sekitarnya.

1 2 3 4 

97  

Udara akan berbelok jika mengenai tanaman-tanaman yang

menghalangi sirkulasi udara. Gambar IV.3.6.2. Pembelokan aliran udara

Sumber : Bangunan tropis

Kenyamanan thermal pada ruangan dipengaruhi oleh

peningkatan suhu ruangan yang diakibatkan oleh radiasi matahari

yang mengenai dinding bangunan. Oleh sebab itulah pemilihan

bahan material dan orientasi massa bangunan perlu untuk

dipertimbangkan dengan baik. Tabel IV.3.6.2. Data karakteristik bahan bangunan terhadap panas

Sumber : Ilmu fisika bangunan

Terdapat beberapa cara dalam mengatasi permasalahan

radiasi matahari pada bangunan, yaitu :

a. Sun shading Gambar IV.3.6.3. Variasi sun shading

98  

Sumber : Norbert Lechner – Heating, Cooling, Lighting

b. Vertikal Garden atau Pepohonan

Untuk menghalangi radiasi matahari langsung dapat

menggunakan tanaman pohon atau tanaman rambat untuk

bangunan tinggi. Gambar IV.3.6.4. Variasi tanaman sebagai penahan radiasi matahari

Sumber : Norbert Lechner – Heating, Cooling, Lighting

c. Teknologi

Menggunakan bahan-bahan seperti Styrofoam dalam

lapisan dinding. Prosesnya adalah setelah pemasangan

dinding maka dinding dilapisi dengan bahan-bahan

Styrofoam atau lapisan polystyrene. Penggunaan lapisan

polystyrene atau bahan Styrofoam dapat menahan radiasi

matahari sehingga suhu didalam ruangan dapat terjaga

dengan baik. Gambar IV.3.6.5. Material dinding yang dapat menahan radiasi matahari

99  

Sumber : Web google

Pada bangunan tinggi, ruangan-ruangan pada bagian atas

puncak bangunan sering kali terasa panas dikarenakan cahaya

matahari mengenai langsung bagian atas bangunan. Untuk

permasalahan tersebut dapat diatasi dengan roof garden atau

green roof dan kolam air. Gambar IV.3.6.6. Variasi atap sebagai penahan radiasi matahari

Sumber : Dasar-dasar arsitektur ekologis

Penggunaan kolam air pada atap bangunan memiliki

kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah dapat menahan

radiasi matahari untuk masuk ke dalam ruangan. Kerugiaannya

adalah berat air yang mempengaruhi konstruksi bangunannya.

b. Penghawaan Buatan

Penghawaan buatan adalah penggunaan Air Conditioner

(AC). Penggunaan AC ini hanya digunakan pada ruangan-

ruangan pada wisma atlet. Penghawaan buatan pada wisma atlet

hanya akan digunakan 2 jenis AC yaitu AC split dan AC central.

Penggunaan AC split pada wisma atlet dimaksudkan untuk

jangka panjang, seperti pada unit huniannya atau kamar-kamar.

Untuk penggunaan AC central relatif untuk waktu yang singkat.

Penggunaan AC split pada massa bangunan hunian dalam

jangka waktu panjang menghemat ruang AHU, chiller dan

100  

cooling tower. Sehingga bisa dioperasionalkan sesuai dengan

penghuni yang ada. AC split hanya digunakan pada ruang kamar

tidur saja, tidak untuk digunakan pada ruangan lain. Gambar IV.3.6.7. AC split

Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi

Penggunaan AC spilt harus memperhatikan peletakan

outdoor unit agar tidak merusak estetika fasad bangunan. Gambar IV.3.6.8. Solusi penempatan outdoor unit AC

Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi

Penggunaan AC central digunakan pada ruang-ruang

bersama yang penggunaannya bersifat sementara atau dalam

waktu singkat seperti ruang serba guna. Hal ini dimaksudkan

untuk penghematan penggunaan energi listrik yang dikonsumsi

oleh AC. Gambar IV.3.6.9. Pengoperasian AC central

Sumber : Web google

101  

Pengukuran Suhu Pada Lokasi Tapak - Senayan.

Berdasarkan hasil pengukuran suhu dengan menggunakan

thermometer digital pada ruangan wisma atlet fajar (yang

merupakan lokasi tapak), diperoleh suhu rata-rata pada ruangan

30.50C dan 34.50C pada luar bangunan. Posisi bangunan

menghadap Utara dan Selatan

Dalam pengukuran suhu ruangan, penulis mengambil

contoh satu ruangan kamar pada wisma atlet untuk dilakukan

pengukuran suhu ruangan dan suhu di luar ruangan. Gambar IV.3.6.10. Suhu kamar wisma atlet di Senayan

Sumber : Dokumentasi pribadi

Dalam penerapan rancangan wisma atlet harus dapat

menurunkan suhu yang ada pada ruangan sampai pada suhu rata-

rata inlet 28.50C - 29.50C dan outlet 300C - 330C. Untuk mencapai

kenyamanan thermal penghuni wisma atlet yaitu atlet. Hal ini

dapat dicapai dengan menciptakan ventilasi silang dalam

ruangan, penggunaan sun shading, vertikal garden, material yang

tidak atau dapat meminimalkan radiasi matahari pada bangunan.

In 30.60C

In 30.90C Out 34.50C

In 30.90C

In 30.90C In 30.90C

102  

Gambar IV.3.6.11. Analisa suhu ruangan

Sumber : Ilmu Fisika Bangunan

2. Analisa Pencahayaan

Pada iklim tropis, radiasi matahari cukup tinggi. Pemanfaatan

cahaya matahari alami harus dioptimalkan pada siang hari untuk

menghemat penggunaan lampu yang dapat memboroskan energi

listrik. Pemanfaatan itu dapat berupa bukaan-bukaan jendela,

skylight.

Pemanfaatan overstek dapat menghindari radiasi matahari

langsung, yang dapat meningkatan suhu dalam ruangan. Gambar IV.3.6.12. Cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan

Sumber : Norbert Lechner – Heating, Cooling, Lighting

Jarak antar bangunan juga harus dipertimbangkan dengan

baik agar cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan tidak

terhalang oleh bangunan yang lain di sekitarnya.

3. Analisa Sistem Proteksi Kebakaran

Bangunan dapat menggunakan konstruksi yang tahan api

untuk melindungi penghuninya jika terjadi kebakaran minimal dalam

waktu 2 jam. Setiap bagian bangunan dapat menggunakan sistem ini

dan biasanya sistem ini digunakan pada tangga dan lift.

103  

Berdasarkan peraturan bangunan tinggi jarak jangkauan

tangga tidak boleh lebih dari 30 meter. Pada jalan buntu tangga harus

di tempatkan pada jarak 12 meter dari pintu paling ujung. Gambar IV.3.6.13. Tangga darurat

Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi

Selain itu sistem deteksi asap seperti smoke detector dan

sprinkler di tempatkan pada setiap unit kamar dan koridor gedung

untuk mengantisipasi apabila terjadi kebakaran. Foto IV.3.6.1. Smoke detector dan sprinkler

Sumber : Dokumentasi pribadi

hidran juga perlu disediakan pada setiap bangunan. Hidran

dalam biasanya ditempatkan di dekat atau di dalam tangga darurat,

dan biasanya dilengkapi dengan selang, katup, tabung pemadam,

serta alarm atau tombol panggil. Air yang digunakan diambil dari

menara air, yang memang sebagian isinya dicadangkan untuk

keperluan darurat. Hidran luar berupa kepala hidran dan selang.

Sumber airnya dari sistem hidran kota. Foto IV.3.6.2. Hidran air di sekitar bangunan

Sumber : Dokumentasi pribadi

104  

4. Analisa Instalasi Listrik

Instalasi listrik di salurkan dari PLN ke gardu dan dari gardu

di salurkan lagi ke panel-panel pada bangunan. Selain listrik dari

PLN, pada bangunan juga disiapkan generator yang berfungsi

sebagai listrik cadangan apabila terjadi pemadaman lampu dari PLN.

Biasanya peletakan ruang panel dan generator atau genset

diletakan pada ruangan tertentu baik di basement maupun di ruang-

ruang yang jauh dari aktivitas manusia. Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari kebisingan yang terjadi akibat suara mesin genset. Gambar IV.3.6.14. Ruang panel dan genset

Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi

Jaringan listrik masuk ke lokasi tapak melalui tiang listrik

yang ada di sekeliling tapak. Foto IV.3.6.3. Lokasi tiang listrik

Sumber : Dokumentasi pribadi

Pada perancangan bangunan wisma atlet, genset akan

diletakan di semi basement agar tidak menggangu kegiatan manusia

di sekitar bangunan wisma atlet di Senayan.

5. Analisa Pengolahan air bersih dan Pembuangan Limbah

Pipa pada bangunan atau gedung terdiri dari 2 pipa yaitu air

bersih dan air kotor. Sistem air bersih dapat berasal dari PAM dan air

Tiang listrik

105  

tanah. Air yang dialiri dari PAM akan di tampun di reservoir bawah

yang kemudian akan di tarik/sedot ke reservoir atas atau di tangki

penampungan yang berada pada dak atas bangunan. Setelah di

tamping di reservoir atas air kemudian dialirkan ke setiap kamar

mandi, dapur/pantry.

Pipa buangan limbah kamar mandi harus di letakan pada

tempat yang mudah di akses. Biasanya pipa tersebut di letakkan

dekat dinding koridor yang telah dipersiapkan shaft-shaftnya agar

mudah untuk memperbaiki apabila terjadi kerusakan. Gambar IV.3.6.15. Alternatif perletakan shaft kamar mandi

Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi

Limbah padat pada kamar mandi dapat di salurkan dari pipa

kamar mandi menuju SPT sehingga dapat diolah dengan baik tanpa

mencemari lingkungan. Limbah cair dapat di salurkan ke sumur

resapan, kemudian diolah kembali dan di tampung di bak

penampungan bawah yang kemudian dapat digunakan kembali untuk

menyirami tanaman. Gambar IV.3.6.16. Skematik sumur resapan dan biopori aliran air

Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi dan web google

106  

Air hujan sebaiknya di tampung ke dalam tangki-tangki atau

bak yang dibuat untuk menampung air hujan rainwater harvesting.

Hasil tampungan dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, dan

kebutuhan air kamar mandi. Gambar IV.3.6.17. Tangki penampungan air hujan

Sumber : Web google

6. Analisa Pengolahan dan Pembuangan Sampah

Sistem pengolahan sampah pada bangunan tinggi dapat

dilakukan dengan 2 cara yaitu cara door to door, Petugas kebersihan

mangambil sampah pada setiap unit-unit ruangan yang kemudian

akan di tampung di TPS. Cara yang ke dua yaitu dapat dilakukan

dengan shaft pembuangan sampah yang di sediakan pada setiap unit

kamar. Tabel IV.3.6.3. Sistem pembuangan sampah

Sistem Pembuangan

Sampah

Kelebihan Kekurangan

Door to door Tidak perlu

menciptakan shaft

khusus sampah,

Pemeriksaan

sampah lebih teliti

pada setiap unit

kamar

Tidak praktis,

Membutuhkan

petugas kebersihan

yang banyak

Shaft pembuangan Praktis, Petugas

kebersihan tidak

perlu terlalu banyak

Perlu menciptakan

shaft khusus, Tidak

bersih

Sumber : Dokumentasi pribadi

107  

Gambar IV.3.6.18. Sistem pembuangan sampah

Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi

7. Analisa Penangkal Petir

Bangunan yang memiliki fungsi publik, harus memiliki

sistem keamanan gedung. Tidak hanya di dalam gedung saja, bagian

luar gedung juga harus memiliki sistem keamanan bagi orang-orang

yang berada di luar gedung. Salah satu sistem keamanan luar gedung

adalah penangkal petir.

Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem

Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas,

daerah bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan

yang terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam radius 125

m. sistem ini sangat cocok untuk digunakan pada bangunan tinggi

karena dapat melindungi area publik pada bangunan itu sendiri,

bangunan-bangunan di sekitarnya dan pepohonan pada area sekitar

gedung. Gambar IV.3.6.19. Sistem penangkal petir

Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi

Sampah

Shaft Sampah

TPS TPA

108  

IV.4. Analisa Sustainable – Green Design

IV.4.1. Analisa Green Design

Green design adalah topik yang saya ambil untuk perancangan

Wisma Atlet ini. Prinsip-prinsip green design yang diambil adalah hemat

energi listrik. Beberapa analisa sebelumnya, diketahui bahwa

penggunaan energi listrik yang paling besar adalah penggunaan AC

untuk penghawaan. Oleh karena itulah diperlukan beberapa solusi yang

dapat digunakan untuk menghemat penggunaan energi listrik untuk

penghawaan yaitu :

• Dengan mengoptimalkan penghawaan alami misalnya pada

koridor, tangga darurat, ruang bersama, dan kamar mandi bila

asumsi koridor dari sebuah lantai adalah 30% maka berarti sudah

bisa menghemat di atas 30% dari penggunaan penghawaan buatan.

• Pencahayaan alami pada unit-unit yang menggunakan single

loaded. Selain itu penggunaan cahaya alami pada double louded

juga dapat diterapkan dengan memberikan bukaan-bukaan berupa

jendela dan objek transparan agar cahaya dapat masuk ke dalam

gedung.

• Pemanfaatan vertikal garden dapat mereduksi radiasi matahari

pada bangunan. Penggunaan tanaman pada fasad bangunan dapat

menciptakan oksigen pada ruangan dan lingkungan sekitar

bangunan wisma atlet. Menurut penelitian Aep Syaepul Rohman menyatakan bahwa dalam sejam satu lembar daun memproduksi

oksigen sebanyak 5 ml. Bila rata-rata jumlah daun per pohon 200

lembar dan terdapat 10 pohon, maka pohon-pohon yang ada di

wisma atlet dan sekitarnya akan menyumbang oksigen sebanyak 10

x 100 x 200 x 5 ml = 1.000 liter per jam. Angka ini setara dengan

jumlah kebutuhan oksigen untuk pernapasan sebanyak 18 orang

(kebutuhan oksigen untuk satu orang bernapas adalah 53 liter per

jam).

• Penggunaan Overhang, sun shading pada bangunan terutama pada

bagian jendela memiliki fungsi sebagai penghalang atau lebih

109  

tepatnya untuk mengurangi jumlah sinar/radiasi matahari yang

masuk melalui jendela. Overhang dan sun shading ini juga

berfungsi untuk menghalangi percikan air masuk pada saat hujan Gambar IV.4.1.1. Overhang untuk menahan radiasi dan air hujan

Sumber : Web google

• Penggunaan skylight merupakan salah satu cara untuk memasukan

cahaya matahari ke dalam bangunan. Penggunaan skylight biasanya

diletakan pada bagian paling atas bangunan, agar cahaya matahari

dapat masuk ke dalam bangunan. Penggunaan skylight harus

mempertimbangkan berapa intensitas cahaya matahari yang masuk

ke dalam bangunan karena apabila intensitas yang masuk terlalu

banyak maka dapat menyebabkan naiknya suhu dalam bangunan. Gambar IV.4.1.2. Alternatif skylight

Sumber : Web google

• Bukaan Pada Bangunan

Bukaan pada bangunan dapat diartikan sebagai bagian bangunan

yang dapat memasukan aliran udara ke dalam bangunan, seperti

jendela, jalusi, selain itu jarak antar bangunan juga dapat

110  

menciptakan aliran udara di antara jarak bangunan. Memasukan

aliran udara ke dalam bangunan bertujuan untuk memenuhi

kenyamanan thermal penghuni sehingga kerja AC dapat

diminimalkan dan dapat menghemat konsumsi energi listrik. Gambar IV.4.1.3. Aliran udara yang masuk melalui bukaan pada bangunan

Sumber : Dasar-dasar arsitektur ekologis

Penerapan green design pada perancangan bangunan wisma atlet

diharapkan dapat mengatasi konsumsi energi listrik yang besar untuk

penggunaan AC sebagai salah satu penunjang kenyamanan thermal bagi

penghuni wisma atlet. Meskipun pada dasarnya penggunaan AC tetap

diterapkan dalam bangunan wisma atlet. Dengan menerapkan

kenyamanan thermal dengan ventilasi alami diharapkan dapat

meringankan kerja AC sehingga konsumsi energi listrik tidak terlalu

besar.