bab iv analisa penafsiran al-h}aq dan implikasinya …digilib.uinsby.ac.id/14456/54/bab 4.pdf ·...

43
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Digilib.uinsby.ac.id | BAB IV ANALISA PENAFSIRAN AL-H}AQ DAN IMPLIKASINYA A. Analisa Terhadap Makna al-h}aq dalam Penafsiran Ulama. Sebagaimana yang dijelaskan pada bab III, al-Qur’an merangkum ratusan kata yang memiliki derivasi yang sama kata al-h}aq. Untuk menjelaskan apa arti al-h}aq yang dimaksud, mesti meneliti tiap kata dan mengklasifikasikan makna yang terkandung dalam semua kata al-h}aq. Berdasarkan penelitian penulis terhadap semua kata-kata al-h}aq yang ada dalam al-Qur’an, penulis menemukan dua hal penting: pertama, tafsir ulama terhadap makna kata al-h}aq. Antara satu kata al-h}aq dengan kata al-h}aq yang lain memiliki makna berbeda. Tergantung redaksi ayat. Kedua, kecendrungan makna al-h}aq yang sering kali dipakai oleh al-Qur’an dan itu diulang ulang. Untuk hal kedua ini, penulis simpulkan bahwa weltaunchung al-h}aq dalam al- Qur’an mengarah pada beberapa gagasan besar dimana kata al-h}aq lain yang tidak memiliki makna eksplisit, justru mendukung gagasan besar tersebut. Kata al-h}aq memiliki makna antara lain: 1. Al-H}aq dengan makna Allah SWT ini terlihat pada ayat 71 surat al- Mukminûn. 56

Upload: voxuyen

Post on 31-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

Digilib.uinsby.ac.id |

BAB IV

ANALISA PENAFSIRAN AL-H}AQ DAN IMPLIKASINYA

A. Analisa Terhadap Makna al-h}aq dalam Penafsiran Ulama.

Sebagaimana yang dijelaskan pada bab III, al-Qur’an merangkum ratusan

kata yang memiliki derivasi yang sama kata al-h}aq. Untuk menjelaskan apa arti

al-h}aq yang dimaksud, mesti meneliti tiap kata dan mengklasifikasikan makna

yang terkandung dalam semua kata al-h}aq.

Berdasarkan penelitian penulis terhadap semua kata-kata al-h}aq yang ada

dalam al-Qur’an, penulis menemukan dua hal penting: pertama, tafsir ulama

terhadap makna kata al-h}aq. Antara satu kata al-h}aq dengan kata al-h}aq yang

lain memiliki makna berbeda. Tergantung redaksi ayat. Kedua, kecendrungan

makna al-h}aq yang sering kali dipakai oleh al-Qur’an dan itu diulang ulang.

Untuk hal kedua ini, penulis simpulkan bahwa weltaunchung al-h}aq dalam al-

Qur’an mengarah pada beberapa gagasan besar dimana kata al-h}aq lain yang

tidak memiliki makna eksplisit, justru mendukung gagasan besar tersebut.

Kata al-h}aq memiliki makna antara lain:

1. Al-H}aq dengan makna Allah SWT ini terlihat pada ayat 71 surat al-

Mukminûn.

56

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

Digilib.uinsby.ac.id |

2. Al-H}aq dengan makna Al-Qur’an ditemui pada ayat 29-30 surah al-

Zukhruf.

3. Al-H}aq dengan makna Al-Islam, ditemui pada ayat 81 surah al-

Isrâ’.

4. Al-H}aq dengan maksud Al-‘Adl, adil, terdapat pada ayat 25 surah

al-Nur.

5. Al-H}aq dengan maksud tauhid, ada pada ayat 37 surah al-Shaffât

6. Al-H}aq dengan maksud al-Shidq, benar, jujur, tepat.terdapat pada

ayat 4 surah Yunus.

7. Al-H}aq dengan maksud wajib, pasti, terdapat pada ayat 13 surah al-

Sajdah.

8. Al-H}aq dengan maksud ‘ain, al-H}aq itu sendiri, bukan yang bathil.

Terdapat pada ayat 62 surah al-H}ajj.

9. Al-H}aq dengan maksud harta dan hutang yang tetap, terdapat pada

ayat 282 surah al-Baqarah.

10. Al-H}aq dengan maksud awlâ, lebih utama seperti pada ayat 81surah

al-An‘âm.

11. Al-H}aq dengan makna had}d{an (bagian dari pembagian harta)

seperti yang termuat dalam surah al-Ma’arij ayat 24.

Ayat-ayat yang memuat kata al-h}aq, sepanjang pengamatan penulis,

menitik beratkan kepada satu hal: segala apa yang disampaikan Allah kepada Nabi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

Digilib.uinsby.ac.id |

Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya yaitu Al-Qur’an dan kitab-kitab

sebelumnya.

Dengan berpijak kepada seluruh hal yang disampaikan al-Qur’an dan kitab-

kitab sebelumnya, maka perihal ketuhanan, kenabian dan hari kiamat – tema-

tema pokok yang banyak dibahas dalam al-Qur’an dengan menggunakan kata al-

h}aq – secara otomatis include di dalamnya.

Karena itulah, sering diulang-ulang oleh al-Qur’an bahwa al-h}aq adalah

berasal dari Allah.1 Sedangkan al-bat}il bukan dari Allah. Bahkan al-h}aq adalah

Allah sendiri. Tuhan yang wajib disembah. Selain Allah adalah tuhan-tuhan al-

bat}il.2 Ketika yang al-h}aq datang, yang al-bat}il lenyap.3 Al-bat}il akan dengan

mudah lenyap seperti busa yang dihanyutkan air.4

Jika Allah adalah al-h}aq maka yang diturunkan oleh Allah juga al-h}aq.

Hanya al-h}aq yang bisa menunjukkan jalan kepada yang al-h}aq pula.

Prasangka-prasangka yang dibangun, sebab tidak didasarkan kepada kitab-kitab

Allah, sama sekalai menyesatkan.5 Lebih dari itu, tidak hanya menurunkan al-

h}aq, Allah juga memiliki preogratif untuk membuat orang berjalan di atas yang

al-h}aq dan juga berjalan di atas yang al-bat}il.6

1Al-Baqarah: 147, Al-A'raf: 105 2Yunus:30 3Al-Anfal:8 4Al-Ra'du:17 5Al-Najmu:36 6 Al-kahfi:29

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

Digilib.uinsby.ac.id |

Sebab itu, penulis akan menfokuskan penjelasan tentang al-h}aq kepada

ayat-ayat yang menjelaskan bahwa al-h}aq adalah dari Allah (al-h}aqu min

rabbika). Penulis juga akan mendedahkan bagaimana penafsiran ulama terhadap

kata al-h}aq dalam redaksi ayat tersebut:

1. Al-Baqarah : 147

احلق من ربك فال تكونن من الممرتين

Artinya: Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.7 Para mufassir berbeda pedapat tentang arti al-h}aq. Ibnu Abbas menafsiri

bahwa ia bermakna Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Khitab ayat ini adalah

orang-orang kafir Quraish.8 Abu Ja'far al-Thabari memberikan tafsir lain.

Menurutnya, al-h}aq dalam ayat di atas merujuk kepada ka'bah.9 Yang menjadi

khitab dari ayat di atas adalah nabi Muhammad. Penulis lebih sepakat dengan

panafsiran al-Thabari, sebab dua hal: pertama, konteks ayat tersebut berkaitan

dengan perpindahan kiblat umat Islam dari Baitil Maqdis ke Masjidil Haram.

Kedua, sesuai dengan asbabanun nuzul – yang juga ditulis oleh al-Tabari –

bahwa ketika umat Islam menghadap kiblat, serentak ahli kitab menegasikan

bahwa ka'bah bukanlah kiblat para nabi. Padahal dalam kitab Taurat dan Injil

yang diturunkan Allah kepada mereka, dijelaskan bahwa sejak nabi Adam dan

7 Departemen Agama, 23 8'Imaduddin Abil Fida' Isma'il Ibnu Katsir al-Quraish al-Damsyhiq, Tafsirul Quranil Adzim,(Maktabah wa Matba'ah Toha Putera Semarang, tt), Volume I, 252 9Abu Ja'far al-Thabari, Jami'ul Bayan fi Ta'wilil Quran, (Muassasah al-Risalah, 2000), volume 2, . 143

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

Digilib.uinsby.ac.id |

nabi setelahnya, ka'bah adalah kiblat mereka. Namun ahli kitab

menyembunyikannya.

Ayat di atas jelas hendak menegaskan dan membongkar al-h}aq yang

disembunyikan ahli kitab. Sekaligus memantapkan hati Nabi, bahwa ka'bah

adalah kiblat para nabi. Tidak usah ragu. Apa yang dikatakan ahli kitab adalah

bohong. Mereka tetap akan berbohong kedatipun diberikan beberapa bukti yang

nyata.10

Coba perhatikan, kendatipun al-h}aq disini bermakna ka'bah, tetap saja

rujukan utamanya adalah kitab yang Allah turunkan, yaitu kitab Taurat dan Injil.

Dengan kata lain, untuk mengetahui bahwa ka'bah adalah al-h}aq, maka

parameternya adalah kitab Allah itu sendiri, buka prasangka-prasangka yang

dibangun oleh ahli kitab.

2. Ali Imra@n : 60

احلق من ربك فال تكونن من الممرتين

Artinya: (apa yang Telah kami ceritakan itu), Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, Karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.11

Dalam ayat ini, kata al-h}aq berbeda dengan makna al-h}aq sebelumnya.

Yang membedakan adalah konteks ayat. Ulama’ tafsir relatif sependapat tentang

10Al-Baqarah:145 11 Departemen Agama, 56

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

Digilib.uinsby.ac.id |

makna al-h}aq yaitu firman Allah tentang kebatilan ketuhanan Isa. Al-Tabari

secara lebih rinci menurunkan asbabun nuzul ayat ini.

Suatu hari, Rasul mengatakan bahwa Nabi Isa bahwa adalah manusia, bukan

tuhan. Mendengar itu, empat utusan dari Najran datang untuk mengklarifikasi hal

tersebut kepada Nabi. Empat utusan tersebut adalah 'Aqib, Sayyid, Masarjis dan

Wamaryahaz. Mereka berkata kepada Nabi bahwa tidak mungkin Isa adalah

manusia biasa. Isa lahir tanpa ayah. Tidak lumrah. Dia juga menyembuhkan

berbagai penyakit dengan terapi yang tidak dimiliki manusia pada umumnya.12

Untuk menanggapi pernyataan mereka, turunlah ayat di atas untuk menolak

dan menegaskan bahwa tidak hanya Isa yang tidak berbapak. Adam juga tidak

berbapak. Bahkan tidak beribu. Bahwa nabi Isa bisa menyembuhkan beragam

penyakit hanyalah mukjizat yang dimiliki oleh semuan Nabi dan Rasul. Dalam

konteks kenabian, keajaiban seperti itu, adalah hal lumrah.

Titik tekan pada ayat di atas, dalam konteks tafsir al-h}aq, tetap merujuk

kepada wahyu Allah yang termaktub dan al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya.

Artinya, untuk memastikan bahwa Isa bukan tuhan, hanya hamba Allah, maka

rujukan utamanya adalah firman Allah.

3. Yunus : 94

12 Abu Ja'far al-Thabari, Jami'ul Bayan fi Ta'wilil Quran, volume 3, . 456

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

Digilib.uinsby.ac.id |

حلق فإن كنت يف شك مما أنـزلنا إليك فاسأل الذين يـقرءون الكتاب من قـبلك لقد جاءك ا من ربك فال تكونن من الممرتين

Artinya: Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang kami turunkan kepadamu, Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca Kitab sebelum kamu. Sesungguhnya Telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu.13

Ayat di sini juga menginformasikan bahwa Allah telah menurunkan al-h}aq

yaitu al-Qur’an kepada Nabi Muhammad. Ini versi Ibnu Abbas. Khit}ab ayat

diatas adalah nabi Muhammad. Yang mengherankan, Allah menantang Nabi

untuk bertanya kepada ahli kitab yang jujur – misalnya Abdullah bin Salam –

tentang al-Qur’an.14 Ini bukan berarti Rasul ragu. Menurut al-Thabari, Nabi tidak

pernah bertanya kepada ahli kitab. Tantangan Allah hanyalah penegasan bahwa

al-Qur’an benar-benar berasal dari Allah.

Bedanya al-Thabari dengan Ibnu Abbas terletak pada penafsiran arti al-

h}aq, yang ditafsiri sebagai nabi Muhammad.15 Pandangan al-Thabari ini

didasarkan pada konteks ayat di atas. Ayat sebelumnya menjelaskan bahwa ahli

kitab pada awalnya percaya bahwa kelak akan ada nabi terakhir. Muhammad

namanya.

Begitu turun al-Qur’an yang menjelaskan tentang kerasulan Muhammad,

mereka berbeda pendapat. Sebagian besar tidak percaya.16 Sebab itu, Rasulullah,

13 Departemen Agama, 219 14Ibnu Abbas, Tanwirul Miqbas Min Tafsiril Ibnu 'Abbas, (Mauqiut Tafasir, tt), . 199 15Abu Ja'far al-Thabari, Jami'ul Bayan fi Ta'wilil Quran…, volume 8, .123 16Yunus: 93

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

Digilib.uinsby.ac.id |

yang saat itu dipapari beragam asumsi yang disebarkan oleh ahli kitab, ditantang

oleh Allah untuk bertanya kepada ahli kitab yang jujur untuk menjelaskan bahwa

asumsi sebagian besar ahli kitab adalah salah serta berbeda dengan penjelasan

yang termaktub dalam Taurat dan Injil.

Al-h}aq di atas juga merujuk kepada kitab Allah.

Hud : 17

لوه شاهد منه ومن قـبله كتاب موسى إماما ورمحة أو لئك أفمن كان على بـينة من ربه ويـتـ به ومن يكفر به من األحزاب فالنار موعده فال تك يف مرية منه إنه احلق من ربك يـؤمنون

ولكن أكثـر الناس ال يـؤمنون

Artinya: Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur’an) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad)17 dari Allah dan sebelum Al-Qur’an itu Telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat?. mereka itu beriman kepada Al-Qur’an. dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, Maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, Karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al-Qur’an itu. Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.18

Ayat di atas menjelaskan tentang tuduhan orang kafir terhadap Rasulullah

bahwa beliaulah yag membuat al-Qur’an. Allah menjelaskan bahwa tuduhan itu

salah, maka Allah mengatakan bahwa al-Qur’an hanyalah salah satu kitab Allah

yang diturunkan. Sebelumnya sudah ada kitab-kitab suci yang lain, seperti Taurat,

Injil dan Zabur. Memang tidak semua orang bisa percaya bahwa al-Qur’an adalah

17 ada yang menafsirkan saksi di sini dengan Jibril a.s. Adapula yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan saksi di sini ialah Al Quran itu sendiri Karena Al Quran itu adalah suatu mukjizat yang tidak dapat dibantah atau dibatalkan. 18 Departemen Agama, 223

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

Digilib.uinsby.ac.id |

wahyu Allah. Hanya orang-orang yang berilmu saja yang bisa mengetahui akan

hal tersebut.

Hal demikian dijelaskan al-Qur’an dalam surat Saba':

من ربك فـيـؤمنوا به فـتخبت له قـلوهبم وإن اهلل هلاد الذين وليـعلم الذين أوتوا العلم أنه احلق آمنوا إىل صراط ويـرى الذين أوتوا العلم الذي أنزل إليك من ربك هو احلق ويـهدي إىل

)٦صراط العزيز احلميد (

Artinya: Dan orang-orang yang diberi ilmu (ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu Itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.19

Lalu siapakah yang dianggap orang berilmu tersebut? ahli Taurat semisal

Abdullah bin Salam dan sahabatnya. Ini menurut tafsir Ibnu Abbas.20 Al-Thabari

lebih luas lagi tafsirannya. Selain ahli Taurat, juga sahabat Rasulullah.21 Kedua

kelompok ini adalah orang yang berilmu sehingga bisa mengetahui dan meyakini

bahwa al-Qur’an benar-benar wahyu dari Allah, bukan buatan Rasulullah.

Kendatipun orang yang berpengatahuan adalah syarat untuk mengimani al-

Qur’an, namun ia bukan syarat mutlak. Yang mutlak adalah kehendak Allah. Jika

Allah berkehendak orang ingkar kepada kitab Allah, maka dia pasti kafir. Jika

Allah berkehendak orang beriman, maka dia pasti beriman. Ini adalah tafsir al-

Thabari terhadap ayat 29 surat al-Kahfi:

19 Departemen Agama, 265 20 Ibnu Abbas, Tanwirul Miqbas Min Tafsiril Ibnu 'Abbas..,. 245 21 Abu Ja'far al-Thabari, Jami'ul Bayan fi Ta'wilil Quran…,volume 13, . 67

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

Digilib.uinsby.ac.id |

� أعتد� للظالمني �را أحاط هبم سرادقـها وقل احلق من ربكم فمن شاء فـليـؤمن ومن شاء فـليكفر إ وقل احلق من ربكم وإن يستغيثوا يـغاثوا مباء كالمهل يشوي الوجوه بئس الشراب وساءت مرتـفقا

فـليكفر إ� أعتد� للظالمني �را أحاط هبم سرادقـها وإن يستغيثوا يـغاثوا فمن شاء فـليـؤمن ومن شاء مباء كالمهل يشوي الوجوه بئس الشراب وساءت مرتـفقا

Artinya: Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.22

Ibnu Abbas memberikan tafsiran lebih hati-hati. Ibnu Abbas tidak setuju

jika Allah yang membuat orang kafir dan beriman. Beriman atau kafir adalah

pilihan bebas setiap orang. Allah memberikan kebebasan penuh. Ayat di atas –

kata Ibnu Abbas -adalah wa'id dan tahdid kepada manusia.23

Pendapat Ibnu Abbas menurut penulis kurang kuat. Banyak ayat lain yang

justru mengatakan dengan tegas bahwa segala hal, termasuk iman dan kufur,

adalah hak preogratif Allah.24 Pandangan demikian semakin menguat ketika

dikaitkan dengan salah satu arti al-h}aq, seperti yang dijelaskan di awal, adalah

Allah. Jika Allah adalah al-h}aq yang menurunkan al-h}aq yakni kitab suci

kepada umat manusia, maka jelas tidak ada yang punya kuasa untuk membuat

orang beriman atau kafir kepada yang kecuali al-h}aq pula yaitu Allah.

B. Motivasi al-Qur’an dalam Perintah al-h}aq

22 Departemen Agama, 246 23 Ibnu Abbas, Tanwirul Miqbas Min Tafsiril Ibnu 'Abbas..,volume 2, . 315 24 Al-Takwir:29

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

Digilib.uinsby.ac.id |

Ketika sudah diketahui bahwa titik rujukan makna al-h}aq dalam al-Qur’an

adalah kitab suci, maka penulis akan menguraikan apa motivasi al-Qur’an di balik

perintah meyakini kitab suci al-Qur’an itu sendiri:

Pertama, agar manusia tidak mengikuti prasangka dalam memutuskan mana

yang benar dan mana yang salah. Untuk memutuskan kebenaran, rujuklah kitab

suci yang diturunkan Allah. Salah fatal jika ikut prasangka.25 Ahli kitab salah fatal

ketika meyakini bahwa Uzair adalah anak Allah.26 Orang Nasrani juga salah

ketika meyakini bahwa Isa adalah tuhan.27 Kiblat dan juga sosok Rasulullah

diyakini salah oleh orang ahli kitab karena mereka mendasarkan keyakinannya

kepada prasangka saja. Begitu juga orang kafir di zaman Nabi yang tidak percaya

tentang hari kebangkitan, kesaan Allah dan juga orisinilitas al-Qur’an.

Tentang hari kebangkitan, tentu akal mereka tidak menjangkaunya. Tentang

keesaan Allah, jelas mereka banyak dipengaruhi oleh keyakinanan nenek moyang

mereka. Tentang al-Qur’an, adalah murni prasangka dan kebodohan mereka

karena tidak menemukan alasan lagi untuk mengingkari Rasulullah. Hanya kitab

suci yang diturunkan Allah merupakan dasar pijakan yang sempurna

kebenarannya.

Tentu saja, motivasi tersebut tidak hanya diarahkan kepada ahli kitab dan

orang kuffar Makkah. Juga diarahkan kepada umat Islam sendiri yang sempat

25 Al-Baqarah: 147 26 Al-Tawbah: 30 27 Al-Nisa': 171

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

Digilib.uinsby.ac.id |

diadukan oleh Rasulullah kepada Allah sebagai umat yang tidak acuh kepada

kitab sucinya sendiri.28

Kedua, al-h}aq selamanya akan menang. Ini sebuah prinsip. Ketika yang al-

h}aq datang, pergulatan terjadi dengan al-bathi, maka yang menjadi pemenang

adalah al-h}aq.29 Hanya saja peminat kepada al-h}aq sangat sedikit. Kebanyakan

ikut al-bat}il. Al-Qur’an pada awalnya banyak yang ragu, namun hingga sekarang

ia tetap Berjaya. Orang yang tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an, akan

banyak bersebrangan dengan orang yang meninggalkannya. Pada akhirnya, orang

yang berpegang teguh kepada al-Qur’an adalah yang akan terus bertahan. Al-

Qur’an menjelaskan bahwa yang batil seperti buih. Akan terbawa hanyut –

kendatipun jumlahnya banyak – oleh air.30

Ketiga, untuk menjelaskan dan menegaskan bahwa kitab suci al-Qur’an

adalah dasar pijakan mutlak yang sudah ada sejak dulu. Al-Qur’an bukanlah satu-

satunya buku pedoman al-h}aq yang ada. Sebelumnya sudah ada kitab-kitab

suci.31 Semua kitab suci itu saling berhubungan dan memiliki misi utama yang

sama pula. Sebab itu, untuk mengetahui tentang kebenaran al-Qur’an, bisa dilacak

pada kitab suci sebelumnya. untuk mengetahui tentang kebenaran risalah Rasul,

bisa merujuk kepada kitab suci sebelumnya.

28 Al-Furqan: 30 29 Al-Isra': 81 30 Al-Ra'du: 17 31 Al-Baqarah: 4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

Digilib.uinsby.ac.id |

C. Implikasi Penafsiran al-h}aq dalam Kehidupan Umat

1. Sumber dan Sasaran al-h}aq

Sumber dari al-h}aq adalah kitab suci. Dalam konteks agama Islam, al-

Qur’an adalah sumber dari al-h}aq. Dari al-Qur’an itu sendiri termaktub beberapa

petunjuk tentang cara untuk mendapatkan al-h}aq. Misalnya, mengembalikan

kepada Rasulullah ketika ada persoalan. Jika Rasul sudah tidak ada, maka

bertanyalah kepada ahli dzikri. Menggunakan akal pikiran.32 Bermusyawarah atas

setiap persoalan33 dan juga membaca34 serta mengamati35. Semua itu adalah

beberapa sumber al-h}aq yang disarankan oleh al-Qur’an sebagai sumber utama

al-h}aq itu sendiri.

Sasaran keberadaan al-h}aq secara umum adalah umat manusia secara

keseluruhan. Sebagian ayat mengarahkannya kepada ahli kitab. Dalam beberapa

ayat al-Qur’an, sasaran dari kitab suci adalah untuk orang yang bertakwa.36

Karena hanyalah mereka yang akan meyakini dan mengamalkannya.

Dengan berpegang teguh kepada al-Qur’an, maka manusia akan

mendapatkan kebenaran yang sejati. Bahkan pada tataran yang lebih dangkal,

misalnya mendengarkan al-Qur’an saja, bisa memberikan pengaruh yang sangat

besar terhadap perbaikan fisik dan mental. Ini tidak saja berpatokan kepada ayat

32Al-baqarah: 266, al-'An'am: 50 33 Al-Imran: 159 34 Al-'Alaq: 1 35 Al-'An'am: 11 36Al-Baqarah: 2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

Digilib.uinsby.ac.id |

al-Qur’an yang menjelaskan bahwa al-Qur’an adalah syifa', melainkan sudah hasil

uji coba medis.37

2. Objek Kajian dari Terma al-H}aq

Implikasi yang sangat jelas dari penafsiran al-h}aq, dalam tataran koginitif-

psikologis, bagi umat adalah pengetahuan mereka tentang hakikat Tuhan,

eksistensi hari kebangkitan, pedoman hidup dunia akhirat, cara mendapatkan

kebahagiaan hidup, ajaran agama yang benar, parameter kebenaran serta

mengetahui untuk apa mereka hidup di dunia ini.

Semua pembahasan tersebut ada dalam al-Qur’an. Bahwa orang akan

mendapatkan balasan atas setiap usahanya kelak di akahirat adalah al-h}aq. Berita

yang nyata. Berita itu termaktub dalam al-Qur’an. Tidak ada tuhan yang patut

disembah selain Allah adalah al-h}aq. Berita ini juga termaktub dalam al-Qur’an.

Semua hal yang mencakup dasar-dasar kehidupan ideal termaktub dalam al-

Qur’an. Sebab itu, sangat wajar jika Allah menegaskan bahwa tidak ada satupun

hal yang terlewatkan dalam al-Qur’an. Dengan demikian, pernyataan bahwa

seluruh makna al-h}aq include dalam al-Qur’an itu bukanlah finis, karena

kebenaran yang dimiliki al-Qur’an masih merujuk pada kebenaran yang lain, yaitu

kebenaran tentang Allah.

Secara bahasa keseluruhan menggunakan redaksi wahyu yang sama; al-

h}aqu min rabbika fala@ taku@nanna min al-mumtari@n; kebenaran datangnya 37Yusuf al-Qaradhawi, Kaifa Nata'ammal Ma'al Quran al-'Adzim?, (Kairo, Darus Suruq, Cet. Ke- 3), .176

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

Digilib.uinsby.ac.id |

dari Allah, maka janganlah sekali-kali meragu. Pertama penulis ingin

mengungkap artikulasi perkata ayat-ayat tersebut hingga terkelompokkan menjadi

empat bagian seperti (1) al-h}aqu (2) min (3) rabbika (4) fala takunanna min al-

mumtari.

Pertama, al-h}aq sebagaimana telah dijelaskan dalam BAB III memiliki

makna yang beragam, namun jika dikaji lebih lanjut lagi seluruh arti tersebut

memiliki kesinambungan makna yang sama. Prinsipnya sederhana, karena itu

adalah wahyu;38 apa yang datang dari Allah tidak ada yang sia-sia;39 dan tidak ada

perselisihan dalam al-Qur’an.40

Kedua, kata min dalam gramatikal arab memiliki dua fungsi makna, pertama

li al-tab’id untuk menerangkan bagian, sehingga al-h}aqqu Min Rabbika akan

berarti seperti ini, “al-h}aq itu adalah bagian dariTuhanmu. Kedua li al-baya@n

untuk menjelaskan keterangan maka akan menunjukkan arti seperti ini,

“kebenaran datangnya adalah dari Tuhanmu.”

Ketiga, kata rabbika memiliki konotasi konsep tauhid rububiyah bukan

uluhiyah. Yaitu sikap yang tegas bahwa Allah adalah yang menciptakan, member

rizqi dan mengatur seluruh makhluk.

Keempat, fala@ taku@nanna min al-mumtarin. Ayat ini mengintrogasikan

kita untuk tidak meragu pada apa yang dikabarkan dalam al-Qur’an; pada

38 Al-Najm: 04 39 Ali ‘Imra@n: 191 40 Al-Nisa@’

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

Digilib.uinsby.ac.id |

kemurnian al-Qur’an sebagai kitab suci; kepada siapa al-Qur’an diturunkan dan;

dari siapa al-Qur’an bersumber. Semuanya itu niscaya untuk kita yakini

kebenarannya.

Posisi kalimat fala@ taku@nanna minal mumtarin dalam redaksi wahyu

yang dimaksud adalah sebagai jumlah keterangan, bukan jumlah primer

(‘umdah41) dalam unsur kalimat, sebagaimana kata min. Kalimat pokoknya

adalah al-h}aqu dan rabbuka, sebagai jumlah ismiyah yang terdiri dari mubtada’

dan khabar, hingga artinya akan menjadi “al-h}aq adalah tuhanmu.” Oleh sebab

itu setiap makna al-h}aq dalam al-Qur’an sekalipun maknanya berbeda-beda,

sudah pasti memiliki analogi yang kuat dengan makna Allah.

Jadi pengungkapan al-h}aq dalam al-Qur’an bertemu pada dua makna yaitu,

al-Qu’an sebagai pedoman kebenaran dan Allah sebagai sumber dari segala

kebenaran.

3. Implikasi al-H}aq dalam Kehidupan Umat.

Setidaknya dari sebelas makna al-h}aq yang diungkap dalam al-Qur’an

memiliki tiga orientasi yaitu (1) ta’rif rabb al-‘alamin (memperkenalkan siapa

Tuhan semesta alam dengan menunjukkan nama dan sifat-sifatNya) terlihat dari

al-h}aq yang bermakna Allah dan Al-‘Adl (adil) (2) ta’rif t}ariqah al-wus}u@l ila

41 Dalam ilmu nahwu secara keseluruhan pembagian kalimat dalam bahasa Arab dari sisi susunannya terbagi menjadi dua: ‘umdah dan fud}lah. ‘umdah adalah susunan dasar yang fisatnya prinsipil, seperti mubtada’ dan khabar atau fi’el dan fa’el. susunan ini adalah susunan pokok yang membentuk pola yang tanpanya sebuah kalimat tidak akan bisa dimengerti. Berbeda dengan fud}lah, ia merupakan jumlah keterangan untuk melengkapi susunan yang ada jika diperlukan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

Digilib.uinsby.ac.id |

al-rab (menerangkan jalan bisa sampai pada Tuhan dengan mengerjakan

perintahNya dan menjauhi laranganNya) terlihat dari al-h}aq yang bermakna Al-

Qur’an, Al-Islam, , tauhid, al-s}idqu (jujur atau benar), al-h}aq sebagai lawan

dari al-Bat}il, harta atau hutang, lebih utama dan bagian (3) ta’rif al-thamrah

ba’da wusu@l aw adamiha@ (menerangkan akibat atau balasan dari setelah

sampai pada Raba tau tidak) terlihat dari al-h}aq yang bermakna wajib terjadinya

siksa bagi orang mushrik di akhirat.

Tiga orientasi tersebut memiliki indikasi yang sama, memperkenalkan

kebenaran Tuhan. Semakin mempertegas kepada kita bahwa al-h}aqqu min

rabbika fala taku@nanna min al-mumtari@n; kebenaran itu benar-benar hanya

dari Tuhanmu maka jangan meragu; kebenaran adalah Tuhanmu Allah maka tidak

perlu ragu. Oleh sebab itu seharusnya ummat yang berpegangan terhadap

kebenaran ini, niscaya mereka akan memiliki sikap sebagaimana berikut:

a. Tidak suka berselisih satu sama lain.

Sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali ‘Imra@n ayat 103

تم أعداء فألف واعتصموا حببل يعا وال تـفرقوا واذكروا نعمت اهلل عليكم إذ كنـ اهلل مجتم على شفا حفرة من النار فأنـقذكم منـه ا بني قـلوبكم فأصبحتم بنعمته إخوا� وكنـ

ا لكم آ�ته لعلكم هتتدونكذلك يـبني هلل

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

Digilib.uinsby.ac.id |

tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.42

b. Ummat al-muttahidah, bersatu dan saling menasehati.

Sebagaimana dalam surah Ali ‘Imra@n ayat 110:

هون عن المنكر وتـؤمنون ابهلل تم خري أمة أخرجت للناس أتمرون ابلمعروف وتـنـ كنـهم المؤمنون وأكثـرهم الفاسقون ولو آمن أهل الك تاب لكان خريا هلم منـ

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.43

c. Setiap perselisihan dikembalikan kepada Allah dan setiap tindakan

didasarkan pada aturan Allah.

Sebagaimana dalam surah al-Ma@idah ayat 48:

م الكتاب ومهيمنا عليه فاحك ن وأنـزلنا إليك الكتاب ابحلق مصدقا لما بني يديه م نـهم مبا أنـزل اهلل وال تـتبع أهواءهم عما جاءك من ا حلق لكل جعلنا منكم شرعة بـيـ

هاجا ولو شاء اهلل جلعلكم أمة واحدة ولكن ليـبـ ريات م يف ما آاتكم فاستبقوا اخل لوك ومنـتم فيه خت يعا فـيـنـبئكم مبا كنـ تلفونإىل اهلل مرجعكم مج

Artinya: Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian44 terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu

42 Departemen Agama, 144 43 Ibid, 152 44 Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

Digilib.uinsby.ac.id |

mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu45, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu,46

d. Tegas menyikapi kekafiran dan saling mengasih sayangi antar sesame

muslim.

Sebagaimana dalam surah al-Fath} ayah 29:

اء على الكفار رمحاء بـ حممد نـهم تـراهم ركعا سجدا يـ رسول اهلل والذين معه أشد تـغون يـ بـ ود ذلك مثـلهم يف التـوراة فضال من اهلل ورضوا� سيماهم يف وجوههم من أثر السج

يل كزرع أخرج شطأه فآزره فاستـغل ومثـلهم جن الزراع ظ فاستـوى على سوقه يـعجب يف اإل الذين آمنوا وعملوا الصاحل هم مغفرة وأجرا عظيم ليغيظ هبم الكفار وعد اهلل اات منـ

Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.47 Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.48

e. Tidak mudah terpengaruh lingkungan dan tidak pula mudah terpancing

emosi.

45 Maksudnya: umat nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya. 46 Departemen Agama, 47 Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka. 48 Deartemen Agama, 515

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

Digilib.uinsby.ac.id |

Sebagaimana dalam surah al-Ma@idah ayat 105

كم مرجع ذا اهتديـتم إىل اهلل � أيـها الذين آمنوا عليكم أنـفسكم ال يضركم من ضل إ تم تـعملون يعا فـيـنـبئكم مبا كنـ مج

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu Telah mendapat petunjuk.49 Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, Maka dia akan menerangkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.

Maka dengan ini akan tercapai cita-cita luhur agama ini, baldatun

t}aibah wa rabbun ghafur; yaitu terbentuknya masyarakat madani

yang berbudi pekerti yang baik serta berkeimanan Tuhan yang maha

esa.

4. Karakteristik Kebenaran.

Pada prinsipnya al-h}aq berarti kebenaran. Ini bisa kita jadikan sebagai

makna represetatif dari seluruh makna yang diungkap dalam al-Qur’an. Tidak

diragukan bahwa al-Qur’an berbica tentang kebenaran tentang Tuhan, Rasul dan

Shari’ah Islam. Namun dalam perkembangannya, kebenaran selalu diberlakukan

secara subyektif. Kenyataan selalu menampilkan fakta bahwa setiap orang atau

kelompok dalam islam—khususnya—saling mengklaim satu sama lain bahwa

dirinya adalah yang benar.

49 Maksudnya: kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, Asal kamu Telah mendapat petunjuk. tapi tidaklah berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

Digilib.uinsby.ac.id |

Kemudian kebenaran sebagai persesuaian antara idea dan kenyataan

menjadi rumit ketika dibawa pada ranah agama. Kebenaran agama jika dinilai

suyektif dengan didasarkan pada kualitas pengetahuan masing-masing individu,

niscaya akan terdapat banyak perselisihan dalam memahaminya. Hal ini

bersebrangan dengan konsep sami’na@ wa at}a’na@. seharusnya agama adalah

kepatuhan karena dasar dari agama adalah keyakinan. Keyakinan mewajibkan

kepatuhan terhadap tuntunan dan ajaran shari’ah al-ma’bu@d yang semuanya

termaktub di dalam al-Qur’an.

Dalam sejarahnya, al-Qur’an diturunkan secara graduasi, bertahap sesuai

realitas yang terjadi saat itu. Seolah al-Qur’an adalah koreksi pada setiap realitas

yang dijalani manusia. Ketika ada kelakuan manusia yang tidak sesuai dengan

ketentuan hukum ‘azali maka al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman untuk

kembali pada jalan yang benar. Secara umum ini menolak pernyataan kelompok

mu’tazilah yang menyatakan bahwa akal bisa mencapai kebenaran tanpa bantuan

wahyu.

Al-Qur’an menegaskan bahwa yang perlu dilakukan manusia dalam

mencari kebenaran cukup dengan mengikuti al-Qur’an,50 dan tidak usah meragu

karena tugas menjaga dan menjelaskannya juga hak kuasa Allah.51

Namun setelah terputusnya masa penurunan wahyu dasn berkembangnya

problematika hidup kita semua dituntut untuk berpikir guna mendapatkan

kebenaran dan melakukan persesuaian antara realitas dan teks-teks al-Qur’an.

50 QS. Al-An’a@m : 155 dan al-Qiya@@mah : 18 51 QS. Al-Qiyamah :19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

Digilib.uinsby.ac.id |

Hingga penafsiran terhadap al-Qur’an niscaya dikembangkan menurut

perkembangan pengetahuan yang ada. Artinya sudah terdapat intervensi manusia

dalam menetapkan nilai-nilai kebenaran itu sendiri. Seperti yang dikatakan Ulil

Abshar Abdillah, bahwa 90 % dari tafsir al-Qur’an adalah hasil pemikiran

manusia.

Karena itulah, nilai-nilai dari kebenaran itu haruslah bersifat obyektif dan

harus didasarkan kepada al-Qur’ann. Oleh sebab itu penulis mencoba untuk

merumuskannya sebagaimana berikut:

a. Kebenaran harus bersumber dari wahyu

Di bagian ini penulis ingin menguatkan bahwa akal tanpa bantuan

wahyu tidak bisa benar-benar mencapai kebenaran. Ini diibrahkan oleh

al-Qur’an dalam kisah Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan yang

penulis kutib dari al-Qur’an Surat al-An’am ayah 74 sampai 79 sebagai

mana berikut:

(Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, A@zar52, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya Aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata." (74)

Dan Demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. (75)

52 di antara Mufassirin ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Abiihi (bapaknya) ialah pamannya karena ayah dari Nabi Ibrahim adalah Ta@rah. Namun hal ini banyak mendapat pertentangan dari ulama’ tafsir. Mereka mengatakan ayah dari Nabi Ibrahim memang Ta@rah dan A@zar adalah laqabnya, berasal dari bahasa khawazim artinya tua. Lihat Ibnu ‘Ashur, al-Tahdir wa al-Tanwi@r, 136.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

Digilib.uinsby.ac.id |

Ketika malam Telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." (76)

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, Pastilah Aku termasuk orang yang sesat." (77)

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, Ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (78)

Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (79)53 Ayat-ayat diatas menunjukkan terhadap kita akan perbedaan

mendasar antara akal dan wahyu. Bahwa pengutahuan akal

berdasarkan pada tiga bagian sebagaimana berikut:

1) Apa yang diketahui akal adalah sesuatu yang sifatnya Nampak,

jelas dan pasti. Lihat ketika Nabi Ibrahim melihat gunung, bulan

dan matahari dia mengira bahwa itu adalah Tuhan. Namun ketika

mereka tenggelam, asumsi Ibrahim menjadi berubah dan akhirnya

beliau pasrah.

2) Pengetahuan akal bisa bersumber dari mengira-ngira dan keragu-

raguan. Dalam kasus cerita diatas Nabi Ibrahim pertama kali

meragukan akan tindak tanduk ayah dan kaumnya yang

53 Departemen Agama, 136

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

Digilib.uinsby.ac.id |

menyembah berbahala yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri

dan tidak bisa berbicara.

3) Akal selalu membutuhkan bantuan wahyu. Seperti pengakuan yang

dilakukan Nabi Ibrahim, "Hai kaumku, Sesungguhnya Aku

berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya Aku

menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan

bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku

bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”

Dari tiga point diatas jelas bahwa posisi wahyu adalah menjadi

solusi dari kebuntuan berpikir yang dimiliki manusia untuk

membimbingnya kepada kebenaran hakiki. Ini juga menunjukkan

bahwa akal lantas tidak mempunyai peran sama sekali dalam

memperoleh kebenaran. Akal dan wahyu keduanya berasal dari Tuhan,

oleh sebab itu yang dikatakan kebenaran adalah sesuainya akal dan

wahyu dan diterimanya wahyu oleh akal. Bahwa akal adalah

diciptakan Allah adalah haq dan al-Qur’an sebagai wahyu Allah juga

haq. Karenanya seharusnya tidak ada pertentangan antara akal dan al-

Qur’an.

Nabi Muhammad Bersabda, kekuatan seseorang ada pada akalnya.

Tidaklah bermanfaat agama bagi orang yang tidak berakal.54 Akal

54 Hadith ini diriwayatkan dari jabir dengan sanad yang lemah. Bahkan Beberapa ulama’ hadith kontempoler seperti al-Bani menggolongkannya dalam hadith maudhu’ tapi dengan matan yang berbeda yang artinya, sesungguhnya kebaikan sebuah perkara hanya akan diperoleh dengan sempurna jika diambil dengan akal (berpikir), dan sesungguhnya tidak ada agama bagi orang yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

Digilib.uinsby.ac.id |

berfungsi sebagai wadah diterimanya perintah shara’ dan menentukan

kualitas keberagamaan seseorang. Sebabnya hadith yang lain

Rasulullah bersabda, berbicaralah dengan seseorang sesuang tingkat

pemahamannya.55

Dalam konteks ini wahyu berfungsi sebagai penguat dari yang

disampaikan akal. Karena kebenaran yang dimiliki akal adalah

kebenaran yang kasat mata, jelas dan nyata. Oleh sebab itu wahyu

tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang pasti. Oleh sebab

itu tidak ada satupun agama yang mengatakan bahwa berbuat baik

kepada orang tua adalah sebuah kejahatan.

Kedua, wahyu berfungsi untuk menghilangkan keraguan yang

menjadi sifat dasar akal manusia. Oleh hal itu Allah menunjukkan

bukti-bukti kekuasaanNya, baik dari firman-firmanNya atau dari

keagungan ciptaannya. Makanya tidak sedikit di dalam al-Qur’an yang

mengajak untuk berfikir, afala@ tadakkarun, afala@ ta’qilun dan

semacamnya.

Ketiga, wahyu diturunkan untuk membimbing akal agar tidak

terjebak dalam kamuflase dan kebenaran yang mungkin paradox.

Dalam hal ini puncak dari pencarian kebenaran adalah kepatuhan

terhadap firman-firman Tuhan dan pasrah apa yang ada dalam kandung

shara’. tidak berakal. Lihat Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, al-Tabwil al-Maud}u’I li al-Aha@dith, 21694 55 Abdul Ra’uf al-Muna@wi, Faid al-Qadir (Mesir: Maktabah al-Tijariyah al-Kubra) Juz 4, 528

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

Digilib.uinsby.ac.id |

Allah berfirman dalam surah Ali ‘Imra@n ayah 7, Dia-lah yang

menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada

ayat-ayat yang muhkamaat56, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan

yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat57. adapun orang-orang yang

dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti

sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk

menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada

yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang

mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang

mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat

mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang

berakal.

b. Kebenaran Tafsir terhadap al-Qur’an bukanlah Wahyu.

Secara etimologi wahyu bermakna “isharat yang cepa”,

pemberitahuan secara rahasia dan cepat58. Menurut al-Raghib wahyu

adalah sebuah petunjuk yang sangat cepat. Wahyu terkadang dengan

perkataan simbotik, terkadang dalam bentuk suara tanpa susunan,

56 Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas Maksudnya, dapat dipahami dengan mudah. 57 termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya Hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain. 58 Musaid Bin Sulaiman, Sharhu Muqaddimah Fi Us}uli al-Tafsir Li Ibnu Taymiyah (Da@r Ibnu Jauzi) 119.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

Digilib.uinsby.ac.id |

terkadang dengan isharah sebagian anggota badan dan terkadang

dengan tulisan.”

Menurut Ibnu Kathir, kata wahyu dalam hadith sering

dimaknakan sebagai tulisan, isharat, risalah, ilham dan bisikan.

Sedangkan menurut T}abat}a’i dan Isma’el Haqqi, penulis tafsir

Rauh}ul Bayan, makna inti dari wahyu adalah isharat yang cepat,

sesuatu yang dikatakan sebagai wahyu karena terlaksana dengan cepat,

wahyu adalah pemahaman itu sendiri dan yang dipahami itu sendiri.59

Pemaknaan tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah, “terkadang

datang seumpama suara bel dan itu terasa sangat berat bagi saya,

kemudian pecah dan tiba-tiba saya bisa mengerti, terkadang malaikat

datang menyerupai seorang laki-laki kemudian saya bisa mengerti apa

yang dia katakana.”60

Secara ist}ilah wahyu berarti pemberitahuan dari Allah Swt.

kepada para RasulNya tentang Shari’at atau tentang kitab yang akan

diturunkan kepada mereka baik dengan atau tanpa peranta. Artinya

secara khusus wahyu adalah sesuatu yang disampaikan kepada para

Rasul, dalam hal ini adalah al-Qur’an, sebagai petunjuk dan pemisah

antara yang h}aq dan bat}il.

Pemaknaan diatas sekaligus memberi pembatasan kepada kita

bahwa selain yang difirmankan oleh Allah bukanlah wahyu, seperti

59 Isma’il Haqqi Bin Mus}t}afa, Rauh}ul Bayan (Dar Ihya@’ al-Turath al-‘Arabi) Juz 1, 28 60 Muhammad Bin Isma’il al-Bukhari, S}ahih Bukhari, (T}ab’ah al-Hindiyah) juz 1, 7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

83

Digilib.uinsby.ac.id |

tafsir dan ta’wil. Oleh sebab itu kebenaran yang mut}lak hanya milik

Allah selain itu adalah nisbi. Termasuk dari wahyu adalah sabda-sabda

Rasulullah, sesuai firmanNya,”dan tidaklah yang dia (Muhammad)

bicarakan melainkan wahyu yang diwahyukan.61

Para ulama’ mufakat bahwa tafsir bukanlah bagian dari al-Qur’an,

karenanya tidak dishari’atkan suci untuk menyentuhnya. Tafsir

merupakan prodak dari pemikiran manusia sebagaimana fiqh.

Sehingga klaim kebenaran dan saling menyesatkan dalam masalah

furu’ tidak diperbolehkan dalam agama.

Tidak adanya pertentangan di dalam al-Qur’an adalah bukti yang

prinsipil bahwa ia adalah wahyu. Berbeda dengan tafsir yang satu sama

lainnya saling bertentangan, bahkan dalam satu kitab tidak menutup

kemungkinan adanya pertentangan antara tafsir satu ayat dengan ayat

yang lainnya. Itu menunjukkan kapasitas yang menjadi sumbernya. Al-

Qur’an sumbernya adalah Allah al-H}aq yang tidak mungkin

melakukan kesalahan, sedangkan tafsir sumbernya adalah manusia

tempatnya salah dan lupa.

Berangkat dari itu, semestinya orang yang berpegang teguh pada

al-h}aq akan meninggalkan pertikaian dalam agama dan

mengembalikannya kepada al-h}aq, sebagaimana firmanNya:

61 QS. Al-Najmu: 5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

Digilib.uinsby.ac.id |

أطيعوا اهلل وأطيعوا الرسول وأويل األمر منكم فإن تـنازعتم يف � أيـها الذين آمنوا تم تـؤمنون ابهلل واليـوم اآلخر ذلك خري شيء فـردوه إىل اهلل والرسول إن كنـ

وأحسن أتويال

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.62

Kalimat terakhir dalam ayat diatas, ahsanu ta’wila,

mengisharatkan dengan jelas bahwa pertikaian yang dimaksud adalah

berkenaan dengan masalah agama. Ayat tersebut mengintruksikan

kepada kita agar mengembalikan semua pertikaian dalam agama

kepada Allah dan RasulNya. Ini adalah hukum paling prinsip dalam

agama, ketika terdapat masalah dan pertentangan dalam masalah furu’

maka harus dikembalikan kepada hukum asas.

Setidaknya ada tiga komponen yang harus dita’ati, Allah,

Rasulullah dan uli al-amr.63 Hanya saja Allah dan Rasul adalah

sebagai pemegang kebenaran yang solid, berbeda dengan uli al-amr

yang memiliki karakter untuk berbeda dengan yang lain. Oleh sebab

itu dalam ayat diatas dijelaskan, apabila terdapat pertentangan antara

62 Departemen Agama, 87 63 Terdapat ragam perbedaan penafsiran ulama’ tentang uli al-amr yang dimaksud dalam ayat ini diantaranya ada yang mengartikan pemimpin yang mengatur semua urusan negara, ulama’ sebagai wali al-amr dalam urusan agama dan ada yang mengartikan sebagai sistem system dalam wilayah al-amri. Lihat al-Zuhaili, tafsir al-Munir Fi al-Shari’ah wa al-‘Aqidah wa al-Manhaj (Damaskus: Dar al-Fikri al-Mu’as}ir) juz 5, 125

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

85

Digilib.uinsby.ac.id |

uli al-amr yang mengakibatkan kebingunan atau perselisihan diantara

umat, maka hendaklah kembalikan sepenuhnya kepada Allah.

Argumen ini diperkuat oleh hadith al-Miqda@d bin al-Aswad dan

Hadith Usamah bin Zaid tentang keharaman membunuh orang kafir

yang telah mengucapkan kalimat tauhid sekalipun dalam keadaan

terdesak atau terpaksa. Rasulullah melarang al-Miqdad membunuh

orang kafir yang telah memotong salah satu tangannya karena dia

mengucapkan kalimat shahadat.

ثـنا أبو عاصم عن ابن جريج عن الزهري عن عطاء بن يزيد عن - ٤٠١٩ حدثـنا يـعقوب عبـيد اهلل بن ثين إسحاق حد عدي عن المقداد بن األسود ح حد

ه قال أخربين عطاء بن ثـنا ابن أخي ابن شهاب عن عم بن إبـراهيم بن سعد حداهلل بن عدي بن اخليار أخربه أن المقداد بن يزيد الليثي مث اجلندعي أن عبـيد

عمرو الكندي وكان حليفا لبين زهرة وكان ممن شهد بدرا مع رسول اهلل صلى صلى اهلل عليه وسلم أرأيت إن لقيت اهلل عليه وسلم أخربه أنه قال لرسول اهلل

رجال من الكفار فاقـتـتـلنا فضرب إحدى يدي ابلسيف فـقطعها مث الذ مين ا فـقال رسول اهلل صلى بشجرة فـقال أسلمت هلل أأقـتـله � رسول اهلل بـعد أن قاهل

اهلل عليه وسلم ال تـقتـله فـقال � رسول اهلل إنه قطع إحدى يدي مث قال ذلك تـلته فإنه بـعد ما قطعها فـقال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم ال تـقتـله فإن قـ

مبنزلتك قـبل أن تـقتـله وإنك مبنزلته قـبل أن يـقول كلمته اليت قال

Dari Abu ‘As}im dari Ibnu Jarikh dari al-Zuhri, dari ‘At}a’ bin Yazid dari Ubaidillah bin ‘Addi dari al-Miqdad bin Aswad, (H) dari Ya’qub bin Ibrahim bin Sa’id (H) dari Saudara saya Ibnu Shihab dari pamannya berkata, meriwayatkan kepada saya ‘At}a’ bin Yazid al-Laithi kemudian al-Junda’i sesungguhnya ‘Ubaidillah bin ‘Addi bin al-Khiyar diberitahu bahwa al-Miqdad Umar bin al-Kindi, dia adalah sekutu bani Zuhrah dan salah satu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

Digilib.uinsby.ac.id |

yang syahid di perang Badar, mengabarkan bahwa sesungguhnya dia berkata kepada Rasulullah Saw. “apa pendapatmu wahai Rasulullah apabila hamba bertemu dengan seorang kafir dalam sebuah peperangan, dia berhasil memutus salah satu tanganku dengan pedangnya, setelah itu dia tersudutkan di sisi sebuah pohon, lantas berkata, “saya berislam kepada Allah,” apakah saya boleh membunuhnya wahai Rasulullah setelah dia berkata demikian? Rasulullah menjawab, ”jangan bunuh dia!” Miqdad berkata, “dia mengatakannya setelah memutuskan salah satu tangan hamba ya Rasulullah?” beliau menjawab, “jangan bunuh dia, sesungguhnya bila engkau membunuhnya, dia berada pada posisi yang sama denganmu sebelum kau membunuhnya, dan kamu sebelumnya berada pada posisi yang sama dengannya sebelum ia mengatakan kalimat (tauhid) itu.”64

Demikian Rasulullah juga muraka kepada Usamah yang telah

memasung orang kafir yang telah bershahadat kerena terdesak dalam

perang.

ثين عمرو بن - ٤٢٦٩ يان حد ثـنا هشيم أخرب� حصني أخرب� أبو ظبـ حممد حدهما يـقول بـعثـنا رسول هللا صلى هللا عليه عت أسامة بن زيد رضي هللا عنـ قال مس

م وحلقت أ� ورجل من األنصار رجال وسلم إىل احلرقة فصبحنا القوم فـهزمناه ته برحمي حىت هم فـلما غشيناه قال ال إله إال هللا فكف األنصاري عنه فطعنـ منـ

فـقال � أسامة أقـتـلته بـعد ما قـتـلته فـلما قدمنا بـلغ النيب صلى هللا عليه وسلم قال ال إله إال هللا قـلت كان متـعوذا فما زال يكررها حىت متنـيت أين مل أكن

أسلمت قـبل ذلك اليـومDari Umar bin Muhammad dari Hushaim dari H}us}ain dari abu D}abya@n berkata, saya mendengar Usamah bin Zaid Ra. Berkata, “Rasulullah mengutus kami kepada Huraqah, kami berhadapan dengan sebuah kaum tapi kami bisa mengalahkan mereka, kemudian saya dan teman saya dari sahabat ans}ar berhadapan dengan seorang laki-laki dari mereka, ketika kami

64 Lihat Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il, S}ahih al-Bukhari, 10/3836

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

87

Digilib.uinsby.ac.id |

bisa mendesaknya dia berkata, “la ilaha illa allah,” kemudian sahabat ans}ar saya melepaskannya tapi saya tetap menikamnya dengan tombakku sampaii meninggal. Ketika kami kembali teman ans}ar saya menyampaikan itu kepada Nabi, maka Rasulullah berkata, “wahai Usamah kenapa engkau membunuhnya setelah berucap kalimat tauhid?” saya menjawab, “dia hanya mencari perlindungan wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah mengulang-ulangi perkataannya itu (marah) sampai saya berandai-andai kalau saja saya tidak islam saat itu.65

Agama islam benar-benar mengagungkan kalimah tauhid hingga

orang yang mengucapkannya wajid dijaga kehormatan, harta dan

darahnya. Dan termasuk dalam hal ini adalah pemasrahan dan

pengembalian segala sesuatu kepada Allah dan RasulNya sebagaimana

dalam ayat yang dimaksud diatas. Hal ini karena yang pasti benar

hanyalah Allah dan semua yang bersumber dariNya.

c. Al-H}aq adalah riil dan al-Bat}il adalah ilusi.

Bagian terakhir dari surah al-Ra’d ayat 17 menunjukkan bahwa

al-Bat}il pasti akan hilang dan sia-sia, sedangkan kebenaran kekal dan

memberikan manfaat. Ini menunjukkan bahwa pada dasarnya al-bat}il

memang tidak ada, ia adalah ilusi. Hal ini digambarkan oleh Allah

dalam surah al-Nu@r ayat 39 perihal perbuatan orang-orang kafir yang

bat}il:

ده والذين كفروا أعماهلم كسراب بقيعة حيسبه الظم آن ماء حىت إذا جاءه مل جي سريع ئا ووجد اهلل عنده فـوفاه حسابه واهلل احلساب شيـ

Dan orang-orang kafir amal-amal mereka (yang bat}il) adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh

65 Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

88

Digilib.uinsby.ac.id |

orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.66

Di dalam filsafat al-Bat}il digambarkan dengan tidak adanya

kebenaran, sebagaimana kegelapan adalah sebuah ungkapan dari tidak

adanya cahaya. Al-Qur’an mengatakan apabila datang yang haq maka

lenyap yang bat}il.67

Istilah al-Bat}il di dalam al-Qur’an digunakan untuk

menunjukkan makna ilusi dan persepsi yang besifat ilusif.

Penyembahan orang arab terhadap patung adalah sikap yang bat}il.

Mereka beranggapan bahwa patung-patung tersebut bisa

mendatangkan mudarat atau kemanfaatan secara objektif, padahal

tidak lebih dari sebongkah batu. Allah menegaskan bahwa yang bat}il

adalah penghambaan mereka kepada batu (berhala) tersebut, bukan

batunya.

“dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam keadaan bat}il.” (S}ad:27) “orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Allah, Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini secara bat}il. Maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali ‘Imran: 191)

66 orang-orang kafir, Karena amal-amal mereka tidak didasarkan atas iman, tidaklah mendapatkan balasan dari Tuhan di akhirat walaupun di dunia mereka mengira akan mendapatkan balasan atas amalan mereka itu. 67 QS. Al-Isra’: 81, al-Ra’d: 49 dan al-Taubah: 48

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

89

Digilib.uinsby.ac.id |

Ketika istilah al-Bat}il digunakan untuk konteks pemahaman

halal dan haram dalam prilaku manusia, di dalam al-Qur’an tetap

menggunakannya dengan kensepsi tersebut. Allah berfirman, “Hai

orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari

orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar

memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-

halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan

emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka

beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa

yang pedih.”68 “dank arena mereka memakan harta orang-orang

dengan cara yang bat}il (haram).”69

Digunakan istilah al-Bat}il karena tokoh-tokoh Yahudi dan Rahib

Nas}rani menanamkan dalam pemikiran pengikut mereka gambaran-

gambaran yang bersifat ilusi, seakan-akan mereka adalah mediator

untuk mendapatkan ampuunan dari Allah dan pelantara dalam

mendekatkan diri kepadaNya. Lalu mereka mengambil harta-harta

mereka dengan berlandaskan pada gambaran-gambaran tersebut. Oleh

sebab itu al-Qur’an menyebutnya al-bat}il.

Berbda dengan istilah al-h}aq, al-Qur’an menggunakannya pada

sesuatu yang benar-benar nyata dan benar-benar bermanfaat, bukan

68 QS. Al-Taubah: 34 69 QS. Al-Nisa@’ : 161

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

90

Digilib.uinsby.ac.id |

ilusif. Sebagaimana dalam firmanNya, “Yusuf berkata, ‘wahai

ayahku. Inilah ta’wil dari mimpiku yang dahulu, sesungguhnya Allah

telah menjadikannya riil (h}aq).70

Dalam kajian ini al-h}aq merujuk pada tiga pemaknan

komprahendsip, yaitu: 1) Allah, 2) segala sesuatu yang bersumber dari

Allah dan 3) semua yang membawa kita kepadaNya.

Al-Qur’an menggambarkan bahwa Allah wujud objektif yang

berada di luar pikiran manusia dan bukan hasil dari kontruksi

pemikiran manusia semata. Seperti firmanNya:

“yang demikian itu, adalah Karena Sesungguhnya Allah, dialah (Tuhan) yang H}aq dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, Itulah yang bat}il, dan Sesungguhnya Allah, dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.”71 Al-Qur’an mengilustrasikan wujud Allah sebagai wujud yang riil

diluar pemikiran manusia yang berbeda dan tidak ada sesuatupun yang

sama dengan wujudNya.72 Segala sesuatu berlaku kepadanya hukum

dialektik bentuk pertama dan kedua. Segala sesuatu (selain wujud

Allah) selalu berubah dan berevolusi sesuai dengan dialektik bentuk

pertama, dan juga memiliki hubungan pengaruh dan mempengaruhui

secara timbal balik sesuai dengan dialektik perubahan bentuk kedua.

Segala sesuatu bergerak kepada Allah dengan gerak eksistensial, dan

70 QS. Yusuf : 100 71 QS. Al-Hajj: 62 72 QS. Al-Shura: 11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

91

Digilib.uinsby.ac.id |

menyucikanNya dari keserupaan dengan mereka, dimana mereka

(‘alam) akan hancur sedangkan wujud Allah kekal abadi.

Terkait dengan hukum dualitas yang berlaku untuk segala

sesuatu, al-Qur’an menggambarkan wujud ilahi sebagaimana berikut:

1) Tidak berlaku kepadaNya dialektika bentuk pertama dan

kedua. “tidak ada sesuatu yang serupa denganNya.” (al-

Shura: 11)

2) Maha Esa, tidak dicirikan dengan sifat dualis dalam

kualitasNya. “katakanlah Dia adalah Esa. (al-Ikhlas: 1)

3) Satu dalam Kuantitasnya. “sesungguhnya Dia adalah

Tuhanmu yang satu.” (al-kahfi:110)

4) Tidak ada kontradiksi padaNya karena wujud yang Esa tidak

mengandung perlawanan dalam esensiNya, dan sebagai

konsekwensinya wujud Tuhan tidak rusak, berubah dan

berkembang biak. “segala sesuatu akan musna kecuali

dzatNya.” (al-Qas}as}: 88) “Dia tidak beranak dan tidak

diperanakkan.” (al-Ikhlas: 3)

5) Tidak berdimensi ruang dan waktu. “dialah yang pertama dan

yang akhir, yang d}ahir dan yang bati}n.” (al-Hadid:3)73

Dengan dasar-dasar itu kita bisa mengerti bahwa wujud obyektif

yang berada di luar kesadaran manusia adalah wujud yang riil bukan

73 Muhammad Syahrur, Epistemologi Qurani; Tafsir Kontemporer Ayat-ayat al-Qur’an Berbasis Materialis, Dualis dan Historis (Bandung: Marja), 103

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

92

Digilib.uinsby.ac.id |

ilusi, yang hanya sebatas konsep dalam pikiran. Dari itu,

konsekuwensi yang logis adalah, bahwa realitas bersember dariNya

dan kembali kepadaNya adalah realitas yang h}aq, riil dan benar.

d. Kebenaran Harus Bernilai Mas}lah Lil Ummat

Dalam menggambarkan al-h{aq di dalam al-Qur’an Allah

menggunakan redaksi ma@ yanfa’u li al-na@s (sesuatu yang

bermanfaat untuk manusia). Hal ini selaras dengan yang dikatakan

ulama’ us{ul bahwa inti sari dari shari’at islam adalah li maslahat al-

ummah.

Berangkat dari ini, setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan

dalam menguji kebenaran: 1) dengan dalil naqli, yaitu dilihat apakah

hal itu sesuai dengan ayat al-Qur’an dan hadith, 2) dengan dalil ‘aqli,

yaitu ketika tidak ditemukan di dalam al-Qur’an dan hadith maka harus

meneliti secara ilmiah dan 3) dengan mengukur nilai kemanfaatannya,

sebagaimana sabda Rasulullah, “paling baiknya kamu adalah yang

paling banyak member manfaat.74

Nilai kemanfaatan tersebut secara garis besar bisa dibagi

sebagaimana berikut:

1) Hablun Min Allah

Istilah hablun Min Allah di dalam al-Qur’an hanya disebut

satu kali dalam surah Ali Imra@n ayat 112 sebagaimana berikut: 74 Adalah hadits ahad yang diriwayatkan dari Jabir dan Abdul Malik bin Abi Karimah seorang diri meriwayatkannya dari Ibnu Jarij. Lihat Abu al-Qasim Sulaiman bin Ahmad al-T}abra@ni, al-Mu’jam al-Awsat}, (Qahirah: Dar Haramain. 1415), juz 6/ 58

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

93

Digilib.uinsby.ac.id |

وان اهلل وحبل من الناس وابء ضربت عليهم الذلة أين ما ثقفوا إال حببل م م كانوا يكفرون آب� بغضب من اهلل وضربت عليهم المسكنة ذلك أب ت �

وا وكانوا يـعتدون اهلل ويـقتـلون األنبياء بغري حق ذلك مبا عص Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia,75 dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.76 Sebenarnya secara umum ayat di atas membahas tentang

jaminan islam yang diberikan kepada ahlu al-kitab manakala

mereka tunduk pada hukum Islam, atau membayar pajak pada

pemerintah islam. Namun penulis mengambil makna yang

berkembang di public bahwa ini berkaitan dengan hubungan

vertical-manusia dan Tuhan sebagaimana dalam ayat berikut:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut77 dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (al-Baqarah:256)78

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, Maka

75 Maksudnya: perlindungan yang ditetapkan Allah dalam Al Quran dan perlindungan yang diberikan oleh pemerintah Islam atas mereka.

76 Departemen Agama, 64 77 Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t. 78 Departemen Agama, 93

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

94

Digilib.uinsby.ac.id |

Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan Hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (al-Lukman: 22)

Hubungan manusia dan Allah adalah hubungan antara

makhluq dan khaliq. sudah selayaknya kita sebagai makhluk

menyoal kenapa dan untuk apa kita diciptakan? Jawaban

daripertanyaan tersebut ada dalam firmanNya:

نس إال ليـعبدون وما خلقت اجلن واإلAku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mengabdi kepadaku.79 Ini adalah kebenaran yang benar-benar riil yang tak

terbantahkan. Bahwa kewajiban utama manusia adalah menghamba

kepada Allah. Oleh sebab itu semua realitas dalam hidup ini

haruslah berindikasi ibadah terhadap Allah Swt. dan inilah jalan

kebenaran yang dititahkan oleh langit dan disampaikan oleh para

utusan.

Dalam hal ini setiap individu mendapat bagian untuk saling

mengingatkan satu sama lain80, menegur kesalahan satu sama lain,

mengajak kepada kebaikan81 dan berlomba-lomba melakukannya.82

2) Hablun Min al-Na@s Menjadi taat beribadah tidak cukup dengan mengerjakan

shalat atau naik haji saja. Ada kewajiban lain yang tidak boleh 79 Ibid, 523 80 QS. Al-Balad: 17 / al-‘As}r: 3 81 QS. Ali Imra@n: 104 82 Al-Ma’idah: 48

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

95

Digilib.uinsby.ac.id |

dilewatkan oleh setiap muslim, yaitu yang disebut oleh Rasulullah

dalam hadithnya, “sesungguhnya saya diutus hanya untuk

menyempurnakan kes}alihan akhlak.”83

Sebagai makhluk social kita memiliki tanggung jawab moral

yang luar biasa. Hingga hal ini dijadikan tolok ukur dari keimanan

seseorang. Rasullah bersabda, “berbaiklah kepada tetanggamu

maka kau menjadi seorang mukmin.”84 Dan dijadikan untuk

mengukur kualitas sebuah ibadah, bahwa ibadah yang memiliki

nilai social lebih utama dari yang hanya terbatas pada pelakunya

saja.85

Dalam al-Qur’an Allah berfirman:

ارفوا لتـع اكم شعواب وقـبائل � أيـها الناس إ� خلقناكم من ذكر وأنـثى وجعلن إن أكرمكم عند اهلل أتـقاكم إن اهلل عليم خيب Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui

lagi Maha Mengenal.86

83 Hadith riwayat Abu Hurairah. Ini adalah termasuk hadith s}ahih yang diriwayatkan dengan sanad yang kuat, para perawinya s}ahih semua kecuali Muhammad bin Ajlan. Riwayat yang sama dikeluarkan oleh Ibnu Sa’d di dalam kitab Al-T}abaqa@t: 1/192. Lihat Abu Abdillah bin Muhammad bin Hambal, Masnal Imam Hanbal (Turki: Muassah al-Risalah), 14/513 84 Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa al-Tirmidi, Sunan al-Tirmidi, (Bairut: Dar al-Gharab al-Islami), 4/127 85 ‘At}iyah Bin Muhammad Salim, Sharhu Bulugh al-Mara@m, 43/7 86 Departemen Agama, 224

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

96

Digilib.uinsby.ac.id |

Menurut Ibnu ‘Ashur, ayat ini menerangkan akan pentingnya

menjaga hubungan social dan tidak mementingkan ego kelompok,

ras atau bangsa. Oleh sebab itu, ayat sebelumnya membicarakan

akan larangan berburuk sangka, tajassus dan menggunjing.

Ada sebuah cerita bahwa Saidina Umar Ibn Khattab pernah

ditanya tentang seorang perempuan yang malam harinya selalu

s}alat tahajjud dan siangnya selalu berpuasa sunnah, namun dia

selalu berkata buruk dan menyakitkan kepada tetangganya. Amir

al-mu’minin menjawab, dia bukan ahli surge karena Rasulullah

bersabda, “sesungguhnya orang-orang baikmu adalah yang paling

baik akhlaknya.”87

3) Hablun Min al-“A@lam

Allah berfirman dalam al-Qur’an:

ن فيها م فة قالوا أجتعل وإذ قال ربك للمالئكة إين جاعل يف األرض خليم ونـقدس لك قال إين أعل يـفسد فيها ويسفك الدماء وحنن نسبح حبمدك

ما ال تـعلمون Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al-Baqarah:30)88

87 Ibnu al-Mulqin S}irajuddin, al-Taud}ih li sharhi al-Jami’ al-S}ahih, (Damaskus: Dar a;-Nawadir), 20/130 88 Departemen Agama, 412

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

97

Digilib.uinsby.ac.id |

Ayat diatas menunjukkan tugas yang lain dari manusia—

selain menghamba dan bersosial—sebagai khalifah di muka bumi.

Yaitu sebagai orang yang berkuasa di bumi, sebagai wakil dari

Allah dan bertugas untuk menjaga dan mengelolanya.89 Ini

diperkuat oleh firmaNya yang lain:

أبني أن حيملنـها إ� عرضنا األمانة على السماوات واألرض واجلبال ف نسان إنه كان ظلوما ج ها ومحلها اإل لهو وأشفقن منـ

Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.90 Dalam dua ayat diatas ada kata sinis yang ditunjukkan pada

manusia. Pada ayat pertama ditunjukkan oleh Malaikat dengan

menyoal Allah, “apakah engkau akan menciptakan seseorang yang

akan berbuat kerusakan di dalamnya dan suka menumpahkan

darah?” dan pada ayat kedua dipertegas oleh Allah bahwa manusia

sangatlah d}alim—lawan dari h}aq—dan bodoh.

Al-Qur’an tidak pernah salah dalam mengungkap reliatas dari

pengrusakan yang dilakukan manusia di muka bumi.91

89 Maksud dari menjadi wakil dari Allah dalam mengelola bumi disini adalah majaz, bahwa manusia diberikan wewenang dalam memilih tindakan dalam menjalani hidup di bumi. Selebihnya, urusan mengatur ‘alam, dalam sekala yang lebih besar, adalah wewenang Allah Swt. lihat Ibnu ‘Ashur, al-Tahrir wa al-Tanwir, 1/89 90 Departemen Agama, 427 91 QS. Al-Ru@m : 41

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

98

Digilib.uinsby.ac.id |

Kenyataannya memang demikian, karena dalih eksplorasi sumber

daya alam, membangun tambang dan kemajuan zaman, kerusakan

tidak bisa dihindari mulai dari gempa karena gunung yang digeruk,

polusi udara, pencemaran lingkungan hingga global warming.

Kemegahan hidup dan modernisasi yang diaggap sebagai prestasi

hebat kemajuan zaman, harus dibayar dengan merapuhnya ‘alam.

Semua fakta diatas menunjukkan bahwa yang dilakukan

manusia selama ini, dalam mengelola bumi, adalah salah. Bisa jadi

karena kerakusan atau karena salah persepsi dalam menilai sebuah

prestasi kebenaran. Karena semestinya sebuah kebenaran

mendatangkan maslahat dan manfaat, bukan mudarat.