bab iv

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan jiwa skizofrenia Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah 1

Upload: putra-dewa

Post on 12-Jul-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gvbj

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan

kesehatan di seluruh dunia adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan

jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan industrial suatu

masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya, yang pada

gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu

mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan jiwa

skizofrenia

Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan

klinis, banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula

Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan dengan istilah

dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif

yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri

diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk

menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emmosi dan

perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler

mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal

dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.

1

Page 2: BAB IV

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering,

hampir 1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka

di Amerika. Skizofrenia lebih sering terjadi pada Negara industri

terdapat lebih banyak populasi urban dan pada kelompok sosial

ekonomi rendah. Walaupun insidennya hanya 1 per 1000 orang di

Amerika Serikat, skizofrenia seringkali ditemukan di gawat darurat

karena beratnya gejala, ketidakmampuan untuk merawat diri,

hilangnya tilikan dan pemburukan sosial yang bertahap. Kedatangan

diruang gawat darurat atau tempat praktek disebabkan oleh halusinasi

yamg menimbulkan ketegangan yang mungkin dapat mengancam jiwa

baik dirinya maupun orang lain, perilaku kacau, inkoherensi, agitasi

dan penelantaran

Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan dikalangan sosial

ekonomi rendah. Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetik

diduga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya skizofrenia.5

75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun.

Usia remaja dan dewasa muda memang beresiko tinggi karena tahap

kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat

disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian

dari tahap penyesuaian diri

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik.

Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau

balau” yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan

2

Page 3: BAB IV

tertawa kekanak-kanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh

seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh,

mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri

secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).

Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat

dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut

menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia)

karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-

budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari

kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).

3

Page 4: BAB IV

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang

ditandai dengan kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas,

ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari

(Atkinson dkk, 1992), perasaan dikendalikan olehn kekuatan dari luar

dirinya, waham/delusi, gangguan persepsu (PPDGJ, 1983)

Gangguan skizoprenia ini terdapat pada semua kebudayaan

dan mengganggu di sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-

kebudayaan yang jauh dari tekanan modern sekalipun. Umunya

gangguan ini muncul pada usia yang sangat muda, dan memuncak

pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan yang muncul dapat terjadi

secara lambat atau dating secara tiba-tiba pada penderita yang

cenderung suka menyendiri yang mengalami stress (Atkinson dkk,

1992).

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia

hebefrenik. Beberapa pendapat yang menyebutkan tentang pengertian

Skizofrenia, antara lain : “Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk

Skizofrenia yang ditandai dengan perilaku klien regresi dan primitif,

4

Page 5: BAB IV

afek yang tidak sesuai, wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis dan

menarik diri secara ekstrim”. (Townsend, alih bahasa Helena,

1998:143).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan

perubahan afektif yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai

waham dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus

(fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat

diramalkan, serta umumnya maneurisme (Depkes RI, 1993:111-112).

Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau

“kacau balau” yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku

dan tertawa kekanak-kanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh

seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh,

mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri

secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan

perubahan prilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat

diramalkan,ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan prilaku

menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang

menyendiri,dan ungkapan kata yang di ulang – ulang, proses pikir

mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya

penurunan perawatan diri pada individu. ( Rusdi Maslim,Dr.PPDGJ-

III 2001: 48)

5

Page 6: BAB IV

2.2 Etiologi

Etiologi Skizofreni Hebefrenik pada umumnya sama seperti etiologi

skizofrenia lainnya. Dibawah ini beberapa etiologi yang sering

ditemukan:

1. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya

respon neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain :

a.Faktor Genetis

Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan melalui

kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa

menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam

tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6

dengan kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar

identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika

salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigot peluangnya

sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami

skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka

peluangnya menjadi 35%.

b. Faktor Neurologis

Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien

skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien

skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.

Neurotransmiter yang ditemukan tidak normal khususnya dopamine,

6

Page 7: BAB IV

serotonine,dan glutamat.

c. Studi Neurotransmiter

Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbangan

neurotransmiter dopamine yang berlebihan.

d. Teori Virus

Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi

factor predispossisi skizofrenia.

e. Psikologis

Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi

skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas,

terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang

mengambil jarak dengan anaknya.

2. Faktor Prespitasi

Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :

a. Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima

dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

b. Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.

c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap

dan perilaku.

2.3. Tanda dan Gejala

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase

yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual.

7

Page 8: BAB IV

Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala  non

spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu

tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi :

hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu

luang dan fungsi perawatan diri.  Perubahan perubahan ini akan

mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman,

mereka akan mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin

lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.

Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti

tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai

gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini,

bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang

spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan.

Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala

gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif /

psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi

pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami

gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan

peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan

sosial).

Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan

gejala yang khas, antara lain;

8

Page 9: BAB IV

1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti

apa maksudnya.

2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau

ketolol-tololan.

3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan

rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.

4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi

sebagai suatu kesatuan.

5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi

sebagai satu kesatuan.

6. Gangguan proses berfikir

7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-

gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan

cenderung untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial

(Dadang Hawari, 2001 :640).

Gejala-gejala pencetus respon biologis :

Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama

sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat,

kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau layanan

kesehatan.

Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga,

kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola

aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain,

9

Page 10: BAB IV

isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi,

kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan

mendapatkan pekerjaan.

Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal,

kehilangan kendali diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan

berlebihan dengan gejala tersebut, merasa malang, bertindak tidak

seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya

kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan,

ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan

gejala.

Beberapa tanda dang gejala yang paling sering ditemukan pada

pasien-pasien Skizofrenia Hebefrenik adalah,

Waham; yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan

latar belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun

dipertahankan oleh pasien dan tidak dapat ditangguhkan.

Halusinasi; gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat

melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya.

Halusinasi yang sering terdapat pada pasien adalah halusinasi

auditorik (pendengaran). Terkadang juga terdapat halusinasi

penglihatan dan halusinasi perabaan.

Siar pikiran, yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan

melalui alat-alat bantu elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca

oleh orang lain. Terkadang pasien dapat mengatakan bahwa dirinya

10

Page 11: BAB IV

dapat berbincang-bincang dengan penyiar televisi maupun radio.

Beberapa pasien juga mengatakan pikirannya dimasuki oleh pikiran

atau kekuatan lain atau ditarik/diambil oleh kekuatan lain.

2.4. Psikofisiologi

1. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.

a. Tahap Comforting

Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien

biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi

sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.

b. Tahap Condeming

Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya

klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain

ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku

menarik diri (with drawl).

c. Tahap Controling

Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul

tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan

klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang

klien merasa sangat kesepian atau sedih.

d.Tahap Conquering

Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak

diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku

suicide.

11

Page 12: BAB IV

2.Waham

Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg

umumnya menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup.

Waham dapat berupa waham kejaran, hipokondrik, kebesaran,

cemburu, tubuhnya dibentuk secara abnormal,merasa dirinya bau dan

homoseks. Tidak dijumpai Gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi

secara intermitten. Onset biasanya pada usia pertengahan, tetapi

kadang-kadang yg berkaitan dgn bentuk tubuh yang salah dijumpai

pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan

dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada

kelompok minoritas. Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang

berhubungan dengan wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku

orang tersebut adalah normal.Waham ini minimal telah menetap

selama 3 bulan.

2.5. Diagnosis

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ;

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia

remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang

menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan

diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya

diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk

12

Page 13: BAB IV

memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar

bertahan : Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat

diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu

menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan

hampa perasaan; 

Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate),

sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-

satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap,

tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces),

mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan

hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated

phrases); 

Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu

(rambling) serta inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak,

serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan

waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and

fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak

(drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran

ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas,

yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of

purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-

buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin

13

Page 14: BAB IV

mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien. Menurut DSM-

IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.

2.6. Penatalaksanaan

Terapi Somatik (Medikamentosa)

----Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut

antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan

perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin

dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat

atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.

Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan

merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati

Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat

ini, yaitu : antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics,

dan Clozaril (Clozapine).

a. Antipsikotik Konvensional

----Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut

antipsikotik konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik

konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh

obat antipsikotik konvensional antara lain :

1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)

2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)

14

Page 15: BAB IV

3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)

4. Prolixin (fluphenazine)

----Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh

antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan

penggunaan newer atypical antipsycotic.

----Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional).

Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan)

yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek

samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk

meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien

mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol

dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan

interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot

formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu

dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak

dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.

b. Newer Atypcal Antipsycotic

----Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena

prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila

dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.

15

Page 16: BAB IV

Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara

lain:

Risperdal (risperidone)

Seroquel (quetiapine)

Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani

pasien-pasien dengan Skizofrenia.

c. Clozaril

----Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik

atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien

yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional.

Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi

sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril

dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk

melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus

memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli

merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat

antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

16

Page 17: BAB IV

1. Cara penggunaan

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer

(efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama

pada efek samping sekunder.

Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala

psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian obat

disesuaikan dengan dosis ekivalen.

Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis

dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang

memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya dari

golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil

efek samping belum tentu sama.

Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya

jenis obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan

ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk

pemakaian sekarang

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

o Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

o Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

o Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

17

Page 18: BAB IV

o Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak

efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga

tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien

Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari

sampai mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis)

dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal

dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2

minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun

(diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis

diturunkan tiap 2-4 minggu) stop

Untuk pasien dengan serangan sindroma psikosis multi episode

terapi pemeliharaan dapat diberikan palong sedikit selama 5 tahun.

Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa

hari setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.

Pada umumnya pemberian obat psikosis sebaiknya dipertahankan

selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda

sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara

bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu -

2bulan.

Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat

walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga

potensi ketergantungan obat kecil sekali.

18

Page 19: BAB IV

Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic

rebound yaitu: gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing,

gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian

anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet

trihexypenidil 3x2 mg/hari)

Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk

pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang

tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc

setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc

setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya untuk terapi

stabilisasi danpemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.

Penggunaan CPZ (Chlorpromazine) injeksi sering menimbulkan

hipotensi ortostatik pada waktu peubahan posisi tubuh (efek alpha

adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya dengan injeksi

noradrenalin (effortil IM)

2. Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

----Newer atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk

penderita Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang

ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih

rendah.

----Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat

untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat

19

Page 20: BAB IV

gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba

memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)

3. Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

----Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu,

sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti

minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek

samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi,

dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek

sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya

lebih rendah.

----Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter

dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting,

diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih

simpel dalam penerapannya.

----Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi

obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk

menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik

konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau

newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal

lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila

terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

4. Pengobatan Selama fase Penyembuhan

20

Page 21: BAB IV

----Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan

walaupun setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5

pasien yang berhenti minum obat setelah episode petama Skizofrenia

dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia

episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan

sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita

Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada

episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu

diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab

tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

5. Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

----Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu

yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek

samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi

penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan

(kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping

Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih

lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak

(berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan

kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik

(biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk

mencegah atau mengobati efek samping ini.

21

Page 22: BAB IV

----Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia

dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol,

protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek

samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif

terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan

antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter

biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan

antipsikotik atipikal.

----Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan

fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri

pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter

akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan

newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.

----Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita

Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita

yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat

membantu mengatasi masalah ini.

----Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant

syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat

yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-

penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang

segera.

22

Page 23: BAB IV

Terapi Psikososial

a. Terapi perilaku

----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan

ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial,

kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi

interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau

hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak

istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi

perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang,

berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat

diturunkan.

b. Terapi berorintasi-keluarga

----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali

dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia

kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang

singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan

segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah

proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali,

anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak

saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur

23

Page 24: BAB IV

terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari

ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang

keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan

pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati.

Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah

efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol,

penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa

terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok

----Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada

rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok

mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara

psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif

dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan

meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang

memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,

tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual

----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual

dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi

akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu

konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah

24

Page 25: BAB IV

perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien.

Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi,

jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli

terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.

----Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang

ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan

hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali

kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan

kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika

seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia,

perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap

kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur

dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan

atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah

tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan,

manipulasi, atau eksploitasi.

Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan

diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan

bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk

ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

25

Page 26: BAB IV

----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan

adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat.

Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah

sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan

pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.

----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan

membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya

perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan

tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di

rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah

kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan

sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat

pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat

perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien

dalam memperbaiki kualitas hidup.

2.7. Prognosis

Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan

skizofrenia tipe lainnya, prognosisnya pada umumnya kurang begitu

menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari

episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal

(sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan

pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk.

26

Page 27: BAB IV

Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan

periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk

waktu yang singkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia

1.Keluarga 

Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari

keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami

Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami

gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.

2.Inteligensi

Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang

tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang

inteligensinya rendah.

3.Pengobatan

Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil

pasien (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan

kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis

reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang mengganggu

dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone

serta Clozapine.

4.Reaksi Pengobatan

27

Page 28: BAB IV

Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap

obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang

tidak bereaksi terhadap pemberian obat.

5.Stressor Psikososial

Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan

mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri

individu dapat diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya

apabila stressor datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau

tidak dapat diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau

akan bertambah parah.

6.Kekambuhan

penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.

7.Gangguan Kepribadian

Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan

sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran

yang sangat besar terhadap kesembuhan.

8.Onset

Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang

lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis

yang lebih baik.

9.Proporsi

28

Page 29: BAB IV

Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional)

mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang

bentuk tubuhnya tidak proporsional.

10.Perjalanan penyakit

Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal

prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif

dan fase residual.

11.Kesadaran

Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih.

Hal inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset lambat

Faktor pencetus

yang jelas

Onset akut

Riwayat sosial,

seksual dan

pekerjaan

premorbid yang

baik

Onset muda

Tidak ada factor pencetus

Onset tidak jelas

Riwayat social dan pekerjaan

premorbid yang buruk

Prilaku menarik diri atau

autistic

Tidak menikah, bercerai atau

29

Page 30: BAB IV

Gejala gangguan

mood (terutama

gangguan

depresif)

Menikah

Riwayat keluarga

gangguan mood

Sistem

pendukung yang

baik

Gejala positif

janda/ duda

Sistem pendukung yang buruk

Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologist

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam 3

tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia

hebefrenik. Beberapa pendapat yang menyebutkan tentang pengertian

Skizofrenia,antara lain:

30

Page 31: BAB IV

“Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai

dengan perilaku klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai,

wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara

ekstrim”. (Townsend, alih bahasa Helena, 1998:143).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan

perubahan afektif yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai

waham dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus

(fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat

diramalkan, serta umumnya maneurisme (Depkes RI, 1993:111-112).

Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau

balau” yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan

tertawa kekanak-kanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh

seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh,

mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri

secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan

perubahan prilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat

diramalkan,ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan prilaku

menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang

menyendiri,dan ungkapan kata yang di ulang – ulang, proses pikir

mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya

penurunan perawatan diri pada individu. ( Rusdi Maslim,Dr.PPDGJ-

III 2001: 48)

31

Page 32: BAB IV

Dari ketiga pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa Skizofrenia hebefrenik atau Skizofrenia disorganized adalah

suatu gangguan yang yang ditandai dengan regresi dan primitif, afek

yang tidak sesuai, serta menarik diri secara ekstrim dari hubungan

sosial. Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang

berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat

berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut

usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis

dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya

sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis

Psikiatri, ed 7, vol 1, Binarupa aksara, 1997

2. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan

Ringkasan dari PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika

Atmajaya, Jakarta, 2001.

32

Page 33: BAB IV

3. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Diunduh dari

http//www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm tanggal 16

November 2010

4. Skizofrenia,Naruto. blogspot. file:///C:/Documents%20and

%20Settings/F%20A%20D%20L%20I/My%20Documents/makalah-

skizofrenia.html

5. www.psikomedia.com/article/psikologi-klinis/1006/skizofrenia

diunduh tanggal 19 september 2011

33