bab iv

Upload: dodik-setiawan

Post on 28-Mar-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

g

TRANSCRIPT

BAB IVKOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN Untuk berlangsungnya suatu proses pendidikan,ada beberapa unsur yang harus ada. Unsur unsur tersebut diantaranya anak didik, pendidik, tujuan pendidikan, alat pendidikan, dan lingkungan pendidikan.Unsur-unsur tersebut bisa juga dikatakan ssebagai komponen pendidikan,untuk itu kita akan membahas komponen-komponen pendidikan tersebut.A. Anak Didik (Anak Sebagai Si Terdidik)Anak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,telah dianugerahi suatu bakat pembawaan yang sering disebut sebagai potensi. Itu merupakan sesuatu yang harus diterima oleh setiap anak manusia ketika lahir. Namun untuk mengembangkan dan menjadikan maju potensi yang ada dalam dirinya tersebut, adalah hak dari masing-masing anak. oleh karenanya, untuk dapat mengembangkan potensinya anak memerlukan adanya pendidikan dalam arti luas.Point dari uraian di atas yaitu;1. Pada hakekatnya,setiap anak manusia memiliki kebebasan yang terbatas. Bakat pembawaan merupakan ssesuatu yang mutlak harus diterima. Hak untuk berkembang dan maju akan muncul dalam cita-cita maupun keinginan yang bersifat manusiawi.2. Dan anak juga pada hakekatnya memerlukan pendidikan,karena bakatnya bisa tidak berkembang jika tidak disentuh oleh pendidikan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki anak.Dari pokok-pokok pikiran di atas dapat dipahami bahwaa ada dua kutub yang sinkron antara yang saatu dengan yang lain, yaitu;a. Pada paragraf kedua anak dalam keadaan terabatas sehingga perlu ditolong.b. Paragraf tiga pada dasarnya anak memerlukan pendidikan agaranak dapat berkembang.Intinya antara pendidik maupun yang dididik harus mempunyai keinginan yang sama dalam rangka mengembangkan potensi yang telah di anugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada anak. Hingga anak menjadi dewasa baik jasmani maupun rohani.Selain hal-hal di atas masih ada lagi anggapan tentang anak, diantaranya;a. Anak dianggap manusia yang kosong, belum mempunya cipta, rasa, dan karsa. Sehingga anak hanya dijadikan objek pendidikan.b. Anak sebagai manusia dewasa yang kecil,artinya mempunyai rasa,cipta, dan karsa yang kualitasnya sama dengan orang dewasa.c. Anak adalah anak, mempunyai cipta, rasa, dan karsa namun masih dalam tahap perkembangan. Karena anak masinh sangat bergantung pada wali ataupun pada orang tua. 3. Anak-anak pada usia awalAnak akan memperolah pengalaman pertamanya di lingkungan keluarganya,dan masuk ke sekolah telah mempunyai corak. Karenanya seorang pendidik harus tahu apa yang dibawa anak didiknya dari lingkungannya.Untuk mengkombinasikan pengalaman dari lingkungan dengan pengalaman yang diperolehnya dari sekolah, maka pendidik harus dapat menghubungkan dengan hal-hal yang pernah didengar atau dilihatnya dalam pergaulan dengan masyarakat.Peranan anak dalam proses pendidikan,mempunyai;a. Sifat yang merupakan pembawaan dari orang tuanya.b. Ego yang membuatnya tidak pasif, mempunyai hak untuk memilih yang akan diterimanya dari pendidik. Karenanya anak bukan hanya obyek tetapi juga berperan sebagai subyek.4. Dusta AnakPada dasarnya anak saat berusia 3-4 tahun tidak akan melakukan kebohongan , akan tetapi karena pengaruh lingkungan dan kesalahan keluarga dalam mendidik yang tidak sengaja yang menjadi pemicu anak untuk berdusta.Contoh yang serring tidak disadari diantaranya adalah apabila orang tua ingin mengajak anaknya pergi ke dokter untuk berobat, ia akan mengatakan jika akan pergi ke tempat rekreasi yang disenangi oleh anaknya agar anaknya mau pergi bersamanya.Namun itu sudah terlanjur terjadi, sekarang yang terpenting adalah mengetahui macam-macam dusta yang dilakukan anak, dan memikirkan cara untuk membrantasnya.a. Macam-macam dusta pada anak1) Dusta SemuTerjadi jika anak belum mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Dusta yang sebenarnya dilakukan apabila;a) Menginsafi bahwa ia benar-benar berdustab) Mempunyai tujuan untuk menipu orang lainc) Dengan dustanya ia mengharapkan mencapai suatu maksudHal-hal yang menyebabkan anak melakukan dusta semu yaitu;a) Pengamatan yang belum sempurnaMenurut penyelidikan yang dilakukan oleh ahli jiwa, anak mempunyai pengamatan yang bersifat global, keseluruhan dan kabur. Dan anak juga belum bisa mengamati dengan teratur. Atau juga karena pengetahuan anak terhadap benda yang diamati belum mendalam. Serta pengamatan seorang anak dipengaruhi oleh keinginannya.b) Karena daya ingat anak yang belum sempurnaTiap-tiap fungsi dari jiwa anak akan mengalami perkembangan. Pada masa anak-anak belum bisa mengingat kejadian yang terjadi padanya secara lama, dan anak juga belum paham mengenai waktu minggu lalu, bulan lalu, satu tahun kedepan, dan yang sejenisnya. Tidak heran jika anak-anak memberikan keterangan yang tidak tepat terhadap kejadian yang dialaminya.c) Karena fantasi yang sangat kuatMenurut ahli psikologi Jerman, Oswald Kroh bahwa anak-anak sampai umur 8 tahun belum dapat membedakan antara fantasi yang dipikirkanynya dengan realitas yang ada.Sikap yang seharusnya dilakukan oleh orang tua maupun pendidiknya di sekolah yaitu guru adalah;a) Tunjukan kepada anak hal yang jujur,dan tidak menghukum anak yang melakukan dusta semu.b) Memimpin anak-anak agar dalam pelajaran mereka mengamati objek secara seksama, teratur, dan objektif.2) Dusta Sebenarnyaa) Apabila dusta tersebut dilakukan secara sengaja, yang melakukan menginsafinya bahwa perbuatan tersebut tidak baik, dan karena suatu maksud tertentu.b) Hal-hal yang menyebabkan dilakukannya dusta yang sebenaranya;(1) Dusta Kareana TakutKarena takut dimarahi oleh orang tuanya atau gurunya apabila mengatakan hal yang sebenarnya. Dan takut jika orang tua atau gurunya tidak mempercayainya.(2) Dusta Sosial atau dusta altruistisAnak berdusta untuk menutupi kesalahan yang dilakukan oleh temannya. Untuk menyikapi hal ini pendidik harus bisa membuat anak didiknya paham jika segala hal yang bersifat dusta itu tidak baik. Karena segala hal yang diniati secara baik juga harus dilakukan dengan hal yang baik pula.(3) Dusta untuk dirinya sendiri atau dusta egoistisHal inilah yang seringkali dilakukan bukan hanya oleh anak-anak tetapi juga oleh orang dewasa, karena keinginan dari nafsunya untuk mendapat sesuatu yang diinginkannya ia melakukan dusta.Untuk dusta yang semacam ini sudah sewajarnya jika pendidik memberikan suatu hukuman pada anak didiknya yang melakukan dusta ini.(4) Dusta kompensasiDuta ini dilakukan oleh seorang anak karena peerasaan kurang harga diri. Ia menganggap bahwa dirinya bodoh, atau tidak sanggup berbuat apa-apa. Karenanya ia melakukan dusta agar ia bisa menjadi dipandang oleh orang lain. Kesalahan pendidik yang menyebabkan dusta ini adalah karena pendidik teerlalu memanjakan anak didiknya.c) Usaha yang harus dilakukan oleh pendidik diantaranya;(1) Memberikan contoh yang baik pada anak didiknya. Karena apabila ia ingin membrantas dusta yang dilakukan anak didiknya sedangkan ia melakukan dusta maka sia-sia usahanya untuk membrantas dusta. Dan anak juga cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang yang sering mengajarinya suatu hal.(2) Anatara pendidik dan anak didiknya haruslah saling mempercayai. Karena apabila tidak saling mempercayai seorang anak seringkali melakukan suatu hal yang seharusnya tidak dilakukannya atau yang bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya.(3) Pendidik tidak boleh brtindak terlalu keras pada anak didiknya karena akan membuat anak takut padanya yang menyebabkan anak melakukan dusta yang sebenarnya.(4) Si pendidik harus berusaha memperkokoh keberanian anak didiknya dalam mengahadapi rintangan agar tidak mudah untuk berputus asa. Hal ini penting untuk menghindarkan anak melakukan dusta kompensasi.(5) Pendidikan hendaklah bisa menginsafkan anak-anak bahwa dusta adalah perbuatan yang tidak baik, tidak susilan, dan dilarang oleh agama maupun masyarakat. Pada anak yang sudah mengenai mengenai benar dan salah, hal tersebut bisa dilakukan dengan menasehatinya. Tetapi pada anak yang belum mengetahui baik atau buruknya suatu hal, harus dilakukan dengan cara membiasakan anak tersebut untuk berbuat yang sesuai dengan norma atau etika yang baik. Dan hal itu harus terlaksana baik di lingkungan seekolah maupun keluarga, oleh karena itu harus ada komunikasi yang baik antara guru dan orang tua si anak.