bab iv
DESCRIPTION
Bab 4TRANSCRIPT
Pendahuluan
Hepar secara mikroskopis terdiri atas bermacam–macam sel, hepatosit meliputi
60% sel hati, sedangkan sisanya terdiri atas sel–sel epitelial sistem empedu dalam jumlah
yang bermakna dan sel–sel non–parenkimal yang termasuk di dalamnya endotelium, sel
kupffer, dan sel steallata yang berbentuk seperti bintang. (Amirudin, 2007). Pembungkus
hepar atau yang disebut stroma terdiri atas simpai yg tebal, berasal dari serabut kolagen
dan jaringan elastis yg disebut Kapsul Glisson. Kapsul glisson ini menebal di hilus,
tempat vena porta dan arteri hepatika memasuki hati dan keluarnya duktus hepatika kiri
dan kanan serta pembuluh limfe dari hati. (Junquiera, 2007).
Komponen utama struktural hati adalah sel–sel hati, atau hepatosit. Sel-sel
epitelnya berkelompok membentuk lempeng–lempeng yang saling berhubungan, dan
tampak struktur lobulus hati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Lobulus hati
dibentuk oleh masa poligonal jaringan, dan pada daerah perifer masing–masing lobulus
dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung duktus biliaris, pembuluh limfe, saraf,
dan pembuluh darah. Daerah ini disebut celah portal yang dijumpai pada sudut–sudut
lobulus hati. Hepar manusia memiliki 3–6 celah portal per lobulus, dengan masing–
masing terdiri dari venula, arteriol, sebuah duktus (bagian dari sistem duktus biliaris), dan
pembuluh limfe. (Junquiera, 2007).
Dibagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut
traktus portalis/triad yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang vena porta,
arteri hepatika, duktus biliaris. Cabang dari vena porta dan arteri hepatika akan
mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan. Sistem
bilier dimulai dari kanalikuli biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan
bahkan turut membentuk dinding sel. Kanalikuli akan mengeluarkan isinya ke dalam
intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar , air keluar dari saluran empedu
menuju kandung empedu yang tersusun dari perifer lobulus ke pusatnya, dan
beranastomosis secara bebas dengan membentuk struktur yang menyerupai labirin dan
busa. Setiap hepatosit dipisahkan oleh celah sinusoid yang tersusun melingkar. Kapiler
sinusoid adalah pembuluh darah yang lebar yang tidak teratur, dan hanya terdiri atas
lapisan tidak utuh dari endotel berfenestra. Terdapat celah Disse sebagai celah tempat
berkontaknya masing–masing permukaan hepatosit dan kapiler sinusoid. Pada saat
berkontak dengan sesama hepatosit, akan terbentuk suatu celah tubular di antara kedua sel
yang disebut kanalikulus biliaris.(Junquiera, 2007).
Hepatosit memiliki satu atau dua inti bulat dengan suatu atau dua anak inti.
Sebagian intinya polipoid, yaitu mengandung perkalian genap dari jumlah kromosom
haploid. Hepatosit memiliki banyak retikulum endoplasma baik yang halus maupun kasar.
Retikulum endoplasma yang kasar membentuk agregrat yang tersebar dalam sitoplasma,
dan agregrat ini disebut badan basofilik. Retikulum endoplasma halus merupakan sistem
labil yang segera bereaksi terhadap molekul yang diterima hepatosit. (Junquiera, 2007).
Selain sel–sel endotel, sinusoid juga mengandung sel kupffer. Sel – sel ini
ditemukan pada permukaan laminal sel–sel endotel. Fungsi utamanya adalah
memetabolisme eritrosit tua, mencerna hemoglobin, mensekresi protein yang
berhubungan dengan proses imunologis, dan menghancurkan bakteri yang berhasil masuk
ke darah portal melalui usus besar. Sel – sel kupffer mencakup 15% dari populasi sel hati,
dan banyak terdapat di daerah periportal di lobulus hati, tempat berlangsungnya
fagositosis yang sangat aktif. (Junqueira, 2007).
Histopatologi Sel Hepar
Sel Hepar Normal Sel Hepar AbnormalSele Hepar
Pembentukan Glikogen
Foto
Pengamatan
Gambar
Literatur
Hepar merupakan organ yang berperan penting dalam detoksifikasi racun
karena hati menerima 80% suplai darah dari saluran pencernaan melalui vena porta.
Hepar juga dapat menghasilkan enzim-enzim yang mempunyai kemampuan
bertransformasi pada berbagai macam zat endogen dan oksigen untuk dieliminasi oleh
tubuh. Proses biotransformasi ini mengaktifkan beberapa zat menjadi lebih toksik dan
menyebabkan terjadinya perlukaan hepar (Carlton dan Mc Gavin, 1995). Hal ini
menyebabkan hepar berpotensi mengalami kerusakan, meskipun hepar memiliki
kemampuan regenerasi yang sangat besar dan mengembalikan fungsinya secarah
utuh.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur jaringan pada hepar dalam
keadaan normal dan abnormal. Preparat yang diamati adalah preparat sel hepar
normal, yang mengalami pembengkakan, dan yang mengalami pembentukkan
glikogen.
Perubahan histopatologi hepar terjadi akibat toksin dan reaksi imun
melawanya sehingga timbul jejas pada sel hepatosit yang bersifat reversible. Dari
pengamatan dengan mikroskop cahaya di hepar akan terlihat gambaran degenaerasi
lemak disertai pembengkakan sel sebagai manifesti pertama akibat penggeseran air
ekstra ke intra seluler. Hepar mengalami hypremia, lebih lunak untuk membengkak
serta dapat terjadi pembentukan abses. Claudy swelling juga bias terjadi pada minggu
pertama infeksi. Terjadi degenerasi blonning dengan vakuolisasi sel-sel hepatosit.
Proliferasi sel kupfiner, limfosit, dan neutrofil muncul diantara sel-sel hepatosit yang
disertai pembentukan fokal nodal typhoid (Permata, 2009).
Glycogen storage disease (GSD) merupakan penyakit yang disebabkan karena
kelainan genetik yang diturunkan yang ditandai dengan penurunan enzim-enzim yang
berperan baik dalam pembentukan glikogen maupun dalam pemecahan glikogen,
yang mengakibatkan jumlah glikogen dalam jaringan dapat mengalami pengurangan
maupun penumpukan Glycogen Storage Diseases menyebabkan tubuh tidak dapat
memproduksi glukosa dalam jumlah yang cukup dan juga mengakibatkan tubuh tidak
dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi, sehingga mengakibatkan
timbulnya berbagai macam gejala dalam tubuh seperti hipoglikemia, pembesaran
liver, gangguan pertumbuhan dan muscle cramp, dimana jika gejala-gejala tersebut
tidak segera diatasi dapat mengakibatkan kematian.
Kerusakan hepar akibat bahan kimia (obat) ditandai dengan lesi awal yaitu lesi
biokimiawi, yang memberikan rangkaian perubahan fungsi dan struktur (Bhara,
2001). Perubahan struktur hepar akibat obat yang dapat tampak pada pemeriksaan
mikroskopis antara lain (Sarjadi, 2003) :
1. Radang
Radang bukan suatu penyakit namun reaksi pertahanan tubuh melawan
berbagai jejas. Dengan mikroskop tampak kumpulan sel-sel fagosit berupa
monosit dan polimorfonuklear.
2. Fibrosis
Fibrosis terjadi apabila kerusakan sel tanpa disertai regenerasi sel yang cukup.
Kerusakan hepar secara makroskopis kemungkinan dapat berupa atrofi atau
hipertrofi, tergantung kerusakan mikroskopis.
3. Degenerasi
Degenerasi dapat terjadi pada inti maupun sitoplasma.
4. Nekrosis
Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan pada organisme hidup. Inti sel
yang mati dapat terlihat lebih kecil, kromatin dan serabut retikuler menjadi
berlipat-lipat. Inti menjadi lebih padat (piknott) yang dapat hancur bersegmen-
segmen (kerioreksis) dan kemudian sel menjadi eosinofilik (kariolisis).