bab iv

22
BAB IV PEMBAHASAN 1. Pola/pemotongan Gambar 1. Pola dan pemotongan Faktor ergonomi : Pada proses ini terdapat dua tahap yaitu pola dijiplak dikain kemudian dlakukan pemotongan sesuai dengan pola tadi. Proses ini dilakukan oleh 2-4 orang pekerja. Pada proses ini dilakukan dengan menggunakan alat untuk memotong bahan. Awalnya bahan dibuat pola kemudian dilakukan pemotongan sesuai dengan pola. PAK atau PHAK yang mungkin timbul antara lain mialgia dan Low Back Pain. Mialgia mungkin terjadi saat posisi berdiri dalam waktu lama. Low Back Pain mungkin terjadi karena berdiri terlalu lama. Belum didapatkan adanya upaya modifikasi alat/lingkungan kerja pada perusahaan. Alat pelindung tidak digunakan pada alur produksi ini.

Upload: ibenu92

Post on 17-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab 4

TRANSCRIPT

BAB IVPEMBAHASAN1. Pola/pemotongan

Gambar 1. Pola dan pemotongan

Faktor ergonomi : Pada proses ini terdapat dua tahap yaitu pola dijiplak dikain kemudian dlakukan pemotongan sesuai dengan pola tadi. Proses ini dilakukan oleh 2-4 orang pekerja. Pada proses ini dilakukan dengan menggunakan alat untuk memotong bahan. Awalnya bahan dibuat pola kemudian dilakukan pemotongan sesuai dengan pola. PAK atau PHAK yang mungkin timbul antara lain mialgia dan Low Back Pain. Mialgia mungkin terjadi saat posisi berdiri dalam waktu lama. Low Back Pain mungkin terjadi karena berdiri terlalu lama. Belum didapatkan adanya upaya modifikasi alat/lingkungan kerja pada perusahaan. Alat pelindung tidak digunakan pada alur produksi ini.Menurut fungsi ergonomis, pedoman yang mengatur ketinggian landasan kerja pada posisi berdiri perlu pertimbangan sebagai berikut:a. Berdiri dengan posisi yang benar, tulang punggung lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua tungkaib. Kerja posisi berdiri lebih melelahkan daripada posisi duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10%-15% dibandingkan posisi dudukc. Ketinggian landasan kerja posisi berdiri sebagai berikut:1. Pekerjaan dengan ketelitian, tinggi landasan 5-10cm di atas tinggi siku berdiri2. Pekerjaan ringan, tinggi landasan 10-15cm di bawah tinggi siku berdiri3. Pekerjaan dengan penekanan, tinggi landasan 15-40cm di bawah tinggi siku berdiri.

Gambar 2. ketinggian landasan kerja pada posisi berdiri

Saran yang dapat diberikan untuk mengurangi terjadinya masalah kesehatan akibat ergonomi antara lain:a. Penjiplakan dan pemotongan dilakukan dalam waktu tertentu dan diselingi dengan istirahat sehingga lengan tidak terus menerus terpajan oleh getaran dari mesin pemotong. Hal ini dapat mengurangi risiko mialgia dan low back pain selama bekerja. 1. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama2. Jika memungkinkan, sediakan meja yang dapat diatur tingginya3. Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang berlebihan4. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun.Berdasarkan hasil pengamatan, kesan yang dapat disimpulkan dari keadaan di lapangan antara lain: a. Proses penjiplakan dan pemotongan bahan belum menggunakan APD yang seharusnya.b. Proses penjiplakan dan pemotongan bahan oleh pekerja kurang tepat (posisi berdiri membungkuk pada pekerja belum sesuai prosedur).Faktor psikis :PAK atau PHAK yang mungkin timbul antara lain bosan dan stress. Bosan dan stress yang mungkin diakibatkan karena pekerjaan yang monoton, hubungan kurang baik dengan sesama pekerja, hubungan kurang baik antara pekerja dengan atasan, tuntutan pekerjaan yang berlebihan jika target produksi meningkat serta hari libur hanya hari minggu, sementara hari sabtu tetap terhitung hari kerja (setengah hari). Upaya yang sudah dilakukan perusahaan antara lain disusunnya peraturan yakni jam kerja sudah tepat (8 jam/hari), lembur hanya 2x perbulan dan adanya jaminan kesehatan untuk pekerja. Menurut teori faktor risiko psikis, jumlah jam kerja yang sesuai prosedur dalam 1 minggu adalah 40 jam, dengan rincian 8 jam per hari dan 5 hari per minggu. Berdasarkan hasil pengamatan, kesan yang dapat disimpulkan dari keadaan di lapangan adalah faktor risiko psikis dapat diminimalisasi dengan ketentuan yang telah dibuat oleh perusahaan.

Faktor fisik:PAK atau PHAK yang mungkin timbul antara lain kecelakaan kerja (teriris pisau saat memotong kain). Potensi bahaya yang terjadi adalah terpapar suhu yang panas karena ventilasi kurang dan jarak antara lampu ddengan kepala sangat dekat. Intensitas penerangan yang kurang. Hal ini mungkin terjadi karena faktor ketidakhati-hatian dari pekerja. Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak diduga atau diharapkan yang dapat menimbulkan berbagai kerugian. Faktor yang mempengaruhi antara lain adalah faktor manusia serta faktor mekanik dan lingkungan. Kerugian karena kecelakaan kerja adalah terjadinya luka, kelainan tubuh, cacat bahkan kematian. Selain itu tiap kecelakaan kerja menyebabakan besarnya pengeluaran biaya kecelakaan, oleh karena itu diperlukan pencegahan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada perusahaan. Sebelum melakukan pencegahan, hal yang harus diketahui adalah penyebab kecelakaan kerja dengan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukan identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan kecelakaan di perusahaan serta mengakses besarnya risiko bahaya. Pencegahan kecelakaan kerja ditujukan pada lingkungan, mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama faktor manusia. Belum didapatkan adanya upaya modifikasi alat/lingkungan kerja pada perusahaan. Tidak ada alat pelindung diri yang digunakan pekerja. Berdasarkan hasil pengamatan, kesan yang dapat disimpulkan dari keadaan di lapangan antara lain para pekerja belum menganggap serius akibat yang ditimbulkan bila tidak menggunakan APD.

2. Penjahitan

Gambar 3. PenjahitanFaktor ergonomi :Pada proses ini dilakukan penjahitan bahan yang telah dipola. Pada proses dilakukan oleh 6-8 orang. Para penjahit bekerja berdasarkan proses penjahitan yang dilakukan. Mesin jahit yang digunakan juga sama sekai tidak disesuaikan dengan kebutuhan ergonomi penjahit. Hal tersebut menimbulkan keluhan berupa kram dan rasa tidak nyaman pada punggung. Selain itu kursi yang disiapkan juga tanpa sandaran untuk relaksasi. Namun tampak beberapa pegawai mengatasi masalah tersebut dengan bantalan yang digunakan sebagai alas duduk untuk melakukan relaksasi dengan sekali-sekali berdiri. PAK dan PAHK yang mungkin muncul adalah mialgia, CTS dan LBP. CTS mungkin terjadi karena gerakan repetitif dan terpaparnya getaran mesin jahit selama menjahit. LBP mungkin terjadi saat posisi duduk menjahit dalam jangka waktu yang lama. Mialgia mungkin terjadi pada saat posisi membungkuk saat menjahit karena tidak ada sandaran kursi, selain itu juga jarak antara meja jahit dan kursi jahit tidak sesuai ergonomis. Lordosis mungkin terjadi karena posisi duduk yang kurang tepat.

Gambar 4. Posisi Duduk ErgonomisSaran yang dapat diberikan untuk mengurangi terjadinya masalah kesehatan akibat ergonomi antara lain:a. Posisi duduk selama penjahitan sebaiknya disesuaikan dengan pedoman yang mengatur ketinggian landasan kerja. Hal ini dapat mengurangi risiko mialgia dan lordosis tulang belakang selama bekerja. 1. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama2. Jika memungkinkan, sediakan meja yang dapat diatur tingginya3. Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang berlebihan4. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun.Berdasarkan hasil pengamatan, kesan yang dapat disimpulkan dari keadaan di lapangan antara lain: a. Posisi duduk pekerja selama cukup lama karna harus menjahit dengan posisi yang kuran nyaman.Faktor psikis :Jadwal kerja yang diterapkan pada tempat penjahitan ini sama seperti industri rumahan lainnya. Penjahitan dimulai pukul 08.00-16.00. PAK atau PHAK yang mungkin timbul antara lain bosan dan stress. Bosan dan stress yang mungkin diakibatkan karena pekerjaan yang monoton, kelebihan beban kerja, tuntutan pekerjaan yang berlebihan jika target produksi meningkat. Hubungan para penjahit terlihat cukup harmonis, dan menurut para penjahit gaji yang mereka peroleh bervariasi, tergantung jumlah orderan yang mereka selesaikan. Hal ini bisa menimbulkan tekanan psikis dalam mengejar target produksi.Menurut teori faktor risiko psikis, jumlah jam kerja yang sesuai prosedur dalam 1 minggu adalah 40 jam, dengan rincian 8 jam per hari dan 5 hari per minggu. Berdasarkan hasil pengamatan, kesan yang dapat disimpulkan dari keadaan di lapangan adalah faktor risiko psikis dapat diminimalisasi dengan ketentuan yang telah dibuat oleh perusahaan.Faktor fisik :Faktor kebisingan yang muncul pada tempat penjahitan ini umumnya berasal dari mesin jahit. Konstruksi dalam tempat penjahitan yang tidak terlalu lapang dan padat dengan bahan baku menjadikan suara dari mesin jahit menjadi lebih keras. PAK atau PAHK yang mungkin timbul antara lain adalah NIHL (Noising induce hearing loss) akibat bising dari mesin bisa saja awalnya bising tersebut tidak mengganggu, namun bila terjadi paparan yang terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan gangguan pendengaran. Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi dari ketidak hati-hatian pekerja. CTS dan HAVS mungkin terjadi karena gerakan repetitif dan terpaparnya getaran mesin jahit selama menjahit. Kebisingan juga disebut sebagai bunyi yang tidak dikehendaki dan mengganggu kesehatan serta kenyamanan lingkungan (dinyatakan dalam satuan desibel (dB)). Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran. Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Beberapa faktor terkait kebisingan yaitu: Faktor kebisingan yang muncul pada tempat penjahitan ini umumnya berasal dari mesin jahit. Nilai ambang batas untuk kebisingan adalah 85 dB untuk 8 jam pemajanan, 90 dB untuk 4 jam pemajanan, 95 dB untuk 2 jam pemajanan, dan seterusnya1.Frekuensi, adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik) dengan satuan Hz.2.Intensitas suara, adalah energi suara rata-rata yang ditransmisikan melalui gelombang suara menuju arah perambatan dalam media .3. Amplitudo, adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber suara pada arah tertentu.4.Kecepatan suara, adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan udara per satuan waktu.5.Panjang gelombang, adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara untuk satu siklus.6.Periode, adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo, satuan periode adalah detik.7.Oktave band, adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara yang dapat didengar dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-frekuensi puncak suara meliputi frekuensi: 31,5 Hz - 63 Hz - 125 Hz - 250 Hz - 500 Hz - 1000 Hz - 2 kHz - 4 kHz - 8 kHz - 16 kHz.8.Kekuatan suara, adalah satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per satuan waktu.9.Tekanan suara, adalah satuan daya tekanan suara per satuan.Menurut teori fisik, getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia. Dalam kesehatan kerja, getaran terbagi atas getaran seluruh badan dan getaran tangan-lengan. Vibrasi atau getaran dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat mekanis lainnya, yang dibedakan dalam dua bentuk yakni vibrasi karena getaran udara (pengaruh utamanya pada akustik) dan vibrasi karena getaran mekanis (mengakibatkan resonansi dan berpengaruh pada alat-alat tubuh melalui sentuhan/kontak dengan permukaan benda yang bergerak). Sentuhan ini melalui daerah yang terlokasi (tool hand vibration) atau seluruh tubuh (whole body vibration). Bentuktool hand vibration merupakan bentukyang terlazim dalam pekerjaan. Efek dari gangguan ini berupa kelainan peredaran darah dan persarafan (vibration white finger) serta kerusakan pada persendian dan tulang. Sindroma getaran tangan lengan (Hand Vibration Arm Syndrome=HVAS) merupakan gangguan yang sering terjadi, terdiri atas efek vaskuler-pemucatan episodik yang bertambah parah pada suhu dingin (fenomena raynaud) dan efek neurologik yang mengalami kesemutan total dan baal. Frekuensinya biasanya antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz. Para pekerja yang tangannya terpajan alat-alat yang bergetar dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah sehingga mengurangi suplai darah ke saraf. Hal ini menyebabkan kehilangan sensoris yang permanen. Kerusakan pada tulang dan otot menjadi lemah seperti yang terjadi pada arthritis. Perubahan anatomi vaskuler terjadi dengan hipertrofi dinding pembuluh darah disertai kerusakan sel endotel. Spasme vaskuler yang disebabkan rasa dingin dimediasi oleh dinding jaringan. HAVS terjadi pada pekerja yang menggunakan alat bergetar. Getaran yang bersumber dari alat akan ditransmisikan ke tangan dan lengan dari pekerja yang memegang alat tersebut. Efek getaran yang ditimbulkan tergantung dari besar getaran, lama penggunaan dan frekuensi. Faktor yang mempengaruhi HAVS antara lain umur, masa kerja, lama kerja, jenis kelamin dan penggunaan APD.Berdasarkan hasil pengamatamn, kesan yang dapat disimpulkan dari keadaan di lapangan antara lain: a. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung telinga atau semacamnya sehingga PAK sangat mungkin terjadi.

3. Bordir

Gambar 5. Bordir Faktor ergonomi :Pada proses ini dilakukan pembordiran bahan yang telah dijahit. Pada proses dilakukan oleh 3-4 orang. Para pekerja bekerja berdasarkan pola yang sudah dibuat di computer, kemudian dikerjakan oleh mesin. PAK atau PHAK yang mungkin timbul antara lain mialgia dan Low Back Pain. Mialgia mungkin terjadi saat posisi berdiri dalam waktu lama. Low Back Pain mungkin terjadi karena berdiri terlalu lama. Belum didapatkan adanya upaya modifikasi alat/lingkungan kerja pada perusahaan. Alat pelindung tidak digunakan pada alur produksi ini. PAK dan PAHK lain yang mungkin muncul adalah mialgia, CTS. CTS mungkin terjadi karena gerakan repetitif dan terpaparnya getaran mesin bordir selama menjahit. Mialgia mungkin terjadi pada saat posisi membungkuk saat membordir karena tidak ada sandaran kursi, dan pekerja harus mengawasi dan mengatur mesin bila ada yang tidak sesuai.Saran yang dapat diberikan untuk mengurangi terjadinya masalah kesehatan akibat ergonomi antara lain:a. Pembordiran dilakukan dalam waktu tertentu dan diselingi dengan istirahat sehingga lengan tidak terus menerus terpajan oleh getaran dari mesin pemotong. Hal ini dapat mengurangi risiko mialgia dan low back pain selama bekerja. 1. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama2. Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang berlebihan3. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun.

Faktor psikis :PAK atau PHAK yang mungkin timbul antara lain bosan dan stress. Bosan dan stress yang mungkin diakibatkan karena pekerjaan yang monoton, hubungan kurang baik dengan sesama pekerja, hubungan kurang baik antara pekerja dengan atasan, tuntutan pekerjaan yang berlebihan jika target produksi meningkat serta hari libur hanya hari minggu, sementara hari sabtu tetap terhitung hari kerja (setengah hari). Upaya yang sudah dilakukan perusahaan antara lain disusunnya peraturan yakni jam kerja sudah tepat (8 jam/hari), lembur hanya 2x perbulan dan adanya jaminan kesehatan untuk pekerja. Menurut teori faktor risiko psikis, jumlah jam kerja yang sesuai prosedur dalam 1 minggu adalah 40 jam, dengan rincian 8 jam per hari dan 5 hari per minggu. Berdasarkan hasil pengamatan, kesan yang dapat disimpulkan dari keadaan di lapangan adalah faktor risiko psikis dapat diminimalisasi dengan ketentuan yang telah dibuat oleh perusahaan.Faktor fisik:Faktor kebisingan yang muncul pada tempat pembordiran ini umumnya berasal dari mesin jahit. Nilai ambang batas untuk kebisingan adalah 85 dB untuk 8 jam pemajanan, 90 dB untuk 4 jam pemajanan, 95 dB untuk 2 jam pemajanan, dan seterusnya Sumber kebisingan yang ada terletak pada saaat pekerja mulai menjalankan mesin jahit yang mengakibatkan ruangan tersebut menjadi bising. Konstruksi dalam tempat penjahitan yang tidak terlalu lapang dan padat dengan bahan baku menjadikan suara dari mesin jahit menjadi lebih keras. PAK atau PAHK yang mungkin timbul antara lain adalah NIHL (Noising induce hearing loss) akibat bising dari mesin bisa saja awalnya bising tersebut tidak mengganggu, namun bila terjadi paparan yang terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan gangguan pendengaran. Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi dari ketidak hati-hatian pekerja. CTS mungkin terjadi karena gerakan repetitif dan terpaparnya getaran mesin jahit selama menjahit.Menurut teori fisik, bising adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis dan bunyi tersebut tidak dikehendaki. Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi yaitu frekuensi dan intesitas. Dampak bising terhadap kesehatan pekerja antara lain berupa gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, gangguan keseimbangan dan efek pada pendengaran. Noise Induced Hearing Loss (NIHL) merupakan cacat pendengaran akibat kerja, berupa hilangnya sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus di lingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yang dialami, semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan. Faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan pada NIHL antara lain intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan, lamanya waktu pemaparan bising, kerentanan individu, jenis kelamin, usia dan kelainan di telinga tengah. NIHL hanya dapat dibuktikan dengan pemeriksaan audiometri. Apabila bising dengan intensitas tinggi tersebut terus berlangsung dalam waktu lama, akhirnya pengaruh penurunan pendengaran akan menyebar ke frekuensi percakapan (500-2000 Hz). Pada saat itu pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak dapat mendengar pembicaraan sekitarnya. Berdasarkan hasil pengamatan, kesan yang dapat disimpulkan dari keadaan di lapangan antara lain: a. Pekerja belum menggunakan air plug sebagai upaya untuk menghindari risiko gangguan pendengaran.4. GudangFaktor ergonomi :Pada gudang dari dua tahap yaitu pemasukan pakaian dan penyimpanan kardus di gudang. Proses ini dilakukan oleh 1-2 orang. Pakaian dimasukan ke kardus. Lalu kardus diplester dan disusun serta disimpan di gudang. PAK atau PHAK yang mungkin timbul antara lain mialgia, lordosis dan LBP. Mialgia mungkin terjadi karena posisi membungkuk selama memasukan pakaian ke kardus. Lordosis mungkin terjadi karena posisi duduk yang kurang tepat selama memasukan pakaian ke kardus. LBP mungkin terjadi saat mengangkut kardus ke gudang. Upaya perusahaan dalam modifikasi alat/lingkungan kerja antara lain dengan penggunaan trolly barang. Menurut fungsi ergonomis, pedoman yang mengatur ketinggian landasan kerja pada posisi berdiri perlu pertimbangan sebagai berikut:a. Berdiri dengan posisi yang benar, tulang punggung lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua tungkaib. Kerja posisi berdiri lebih melelahkan daripada posisi duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10%-15% dibandingkan posisi dudukc. Ketinggian landasan kerja posisi berdiri sebagai berikut:1. Pekerjaan dengan ketelitian, tinggi landasan 5-10cm di atas tinggi siku berdiri2. Pekerjaan ringan, tinggi landasan 10-15cm di bawah tinggi siku berdiri3. Pekerjaan dengan penekanan, tinggi landasan 15-40cm di bawah tinggi siku berdiri.Proses pengangkatan sebaiknya mengikuti cara pengangkatan ergonomis, yakni: a. Menyesuaikan berat beban yang akan diangkat sesuai dengan yang dianjurkan (laki-laki dewasa, berat beban sekitar 45-55 kg). Hal ini bertujuan agar pekerja tidak cepat lelah ataupun mialgiab. Mula-mula berjongkok untuk mencari posisi seimbang dengan kaki setengah terbuka, merapatkan badan ke arah benda. Pada saat benda akan terangkat punggung harus lurus, dagu diangkat agar kepala dan badan tidak cenderung membungkuk/sedapat mungkin tegak lurus.c. Langkah mengangkat, pegangan tangan harus kuat dan mengerahkan tenaga yang ditanggung oleh tulang dan otot, tegakan dan luruskan kaki, maka terangkatlah benda tersebut.d. Langkah terakhir, meluruskan badan bagian atas sehingga lurus dengan kaki dan sedapat mungkin tegak lurus dengan lantai.

Gambar 21. Cara pengangkatan yang ergonomise. Jarak mengangkat beban juga sedapat mungkin dikurangi dan sebaiknya beban diangkat menggunakan keranjang yang mempunyai pegangan. Apabila beban dibawa dengan posisi tertentu, sebaiknya beban disesuaikan dengan posisi yang dipilih dalam mengangkat beban dan tidak terlalu tinggi. Dalam mengangkat beban perlu juga diingat agar bidangnya/lantai tidak licin.

Gambar 22. Pegangan pada keranjang untuk mengurangi kelelahan pekerjaf. Jika memungkinkan, minimalisasikan ketinggian beban yang akan diangkat. Untuk ini dapat digunakan meja. Hal ini bertujuan mengurangi risiko LBP.

Gambar 23. Penggunaan meja untuk meminimalisasi ketinggian

Pedoman yang mengatur ketinggian landasan kerja pada posisi berdiri, prosedur posisi pengangkatan benda dan posisi duduk selama bekerja telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan, kesan yang dapat disimpulkan dari keadaan di lapangan antara lain: a. Proses pengepakan pakaian kedalam kurang tepat (posisi duduk membungkuk pada pekerja belum sesuai prosedur)b. Posisi berdiri pekerja selama bekerja sudah sesuai prosedurc. Proses pengangkatan kardus sulit dievaluasi karena tidak didemonstrasikan saat kunjungan kerja.Faktor psikis :PAK atau PHAK yang mungkin timbul antara lain bosan dan stress. Bosan dan stress yang mungkin diakibatkan karena pekerjaan yang monoton, hubungan kurang baik dengan sesama pekerja, hubungan kurang baik antara pekerja dengan atasan, tuntutan pekerjaan yang berlebihan jika target produksi meningkat serta hari libur hanya hari minggu, sementara hari sabtu tetap terhitung hari kerja (setengah hari). Upaya yang sudah dilakukan perusahaan antara lain disusunnya peraturan yakni jam kerja sudah tepat (8 jam/hari), lembur hanya 2x perbulan dan adanya jaminan kesehatan untuk pekerja. Menurut teori faktor risiko psikis, jumlah jam kerja yang sesuai prosedur dalam 1 minggu adalah 40 jam, dengan rincian 8 jam per hari dan 5 hari per minggu. Berdasarkan hasil pengamatan, kesan yang dapat disimpulkan dari keadaan di lapangan adalah faktor risiko psikis dapat diminimalisasi dengan ketentuan yang telah dibuat oleh perusahaan.Faktor fisik:PAK atau PHAK yang mungkin timbul antara lain kecelakaan kerja (tertiban kardus berisi pakaian). Kecelakaan kerja mungkin terjadi karena faktor ketidak hati-hatian dari pekerja. Belum didapatkan adanya upaya modifikasi alat/lingkungan kerja pada perusahaan. Alat pelindung diri yang digunakan pekerja adalah masker dan sepatu khusus. Saran yang dapat diberikan antara lain menghindari penumpukan kardus yang terlalu tinggi untuk meminimalisasi risiko kardus yang jatuh.Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak diduga atau diharapkan yang dapat menimbulkan berbagai kerugian. Faktor yang mempengaruhi antara lain adalah faktor manusia serta faktor mekanik dan lingkungan. Kerugian karena kecelakaan kerja adalah terjadinya luka, kelainan tubuh, cacat bahkan kematian. Selain itu tiap kecelakaan kerja menyebabakan besarnya pengeluaran biaya kecelakaan, oleh karena itu diperlukan pencegahan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada perusahaan. Sebelum melakukan pencegahan, hal yang harus diketahui adalah penyebab kecelakaan kerja dengan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukan identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan kecelakaan di perusahaan serta mengakses besarnya risiko bahaya. Pencegahan kecelakaan kerja ditujukan pada lingkungan, mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama faktor manusia.Teori fisik yang membahas tentang panas, kelembaban udara dan bising telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan, kesan yang dapat disimpulkan dari keadaan di lapangan antara lain: a. Proses pengangkatan kardus sulit dievaluasi karena tidak didemonstrasikan saat kunjungan.