bab iv

17
BAB III TINJAUAN PUSTAKA Gastroenteritis Akut 2.1 Definisi Diare (Gastroenteritis) adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa disertai lender atau darah. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek denganjumlah lebih dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. 2.3 Etiologi Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri,parasit, virus), keracunan 12

Upload: novitasimbolon

Post on 14-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

medicine

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Gastroenteritis Akut

2.1 Definisi

Diare (Gastroenteritis) adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja

berbentuk cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya

lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,

yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut

dapat/tanpa disertai lender atau darah.

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan

menurut World Gastroenterology Organisation global guidelines 2005, diare akut

didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek denganjumlah lebih dari

normal, berlangsung kurang dari 14 hari.

2.3 Etiologi

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi

(bakteri,parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.

(PAPDI) Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah infeksi. Sisanya adalah

akibat obat, bahan toksik, iskemia dan lain-lain.

Diare infeksi dibedakan atas :

- Diare enterotoksigenik : karena bakteri noninvasive seperti V cholera, ETEC

(Enterotoxigenic E.coli), c perfringens. Toksin pada mukosa menimbulkan sekresi

aktif anion klorida diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.

12

Page 2: BAB IV

- Diare enterovasif : EIEC (Enteroinvasif E.coli), salmonella, shigella. Yersenia

sehingga terjadi diare sekretorik eksudatif, dimana tinja dapat bercampur lender

dan darah.

2.4 Patogenesis

Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama dilakukan secara fekal

oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi

tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan

yang disajikan tanpa dimasak penularannya transmisi orang ke orang melalui

aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang terkontaminasi (clostridium

difficille), atau melalui aktivitas seksual. Kuman tersebut membentuk koloni-

koloni yang dapat menginduksi diare patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri

terbagi dua yaitu :

a. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)

Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh

bakteri tersebut. Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung,

didalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah

bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos kedalam usus 12 jari

(duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga

jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml cairan usus. Denan

memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang

menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam

membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan

toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B melekat di dalam

membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta

mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat

merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi

cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut.

Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan

tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini

akan menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai

reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas

13

Page 3: BAB IV

atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar.

Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk

menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila

jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum

terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap,

maka akan terjadi diare.

b. Bakteri enteroinvasif

Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan

ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir

dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E.

Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis,

Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe C.

Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa

usus besar (E. Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit

dan zat makanan (lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis

belum jelas, mungkin karena superinfeksi dengan jasad renik lain.

2.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

Anamnesis

Pasien dengan diare akut akan datang dengan berbagai gejala klinik tergantung

penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari.

Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering

berhubungan dengan ,malabsorbsi, dan dehidrasi sering di dapatkan. Diare karena

kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering,

bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan doare akut

infektif datang dengan keluhan khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen,

14

Page 4: BAB IV

demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau berdarah tergantung

bakteri pathogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak invasive,

dan pathogen iliokolon lebih mengarah ke invasive. Pasien yang memakan tpksin

atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami mual

muntah sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang

mengalami demam.muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan

mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan. Parasit

yang tidak menginvasi mukosa usus, seprti Giardia lamblia dan Cryptosporidium,

biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman di abdomen yang ringan. Giardiasis

mungkin berhubungan dengan steatorea ringan, perut begas dan kembung.bakteri

invasive seperti Campylobacter, salmonella dan shigella dan organism yang

menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium difficile dan enterohemoragic E coli

menyebabkan inflamasi usus berat.

Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena

nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi

bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air

kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan

ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan

status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.

Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi menjadi 3 tingkatan.

1. Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5 % BB)

Turgor kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok.

2. Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8 % BB)

15

Page 5: BAB IV

Turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi

cepat, napas cepat dan dalam.

3. Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10% BB)

Tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai

koma), otot-otot kaku, sianosis.

Pemeriksaan Fisik

Kelainan – kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna

dalam menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status

volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah

dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang

seksama merupakan hal yang penting adanya dan kualita sbunyi usus dan adanya

atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan meurpakan “clue” bagi

penentuan etiologi.

Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau tosisitas berat atau diare berlangsung

lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan tersebut antara lain pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin,

hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum,

kreatinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan ELISA mendeteksi giardiasis dan

test serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen.

Pasien diare karena virus biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit yang

normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama infeksi bakteri

invasive ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan daerah putih muda.

Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin diperiksa

16

Page 6: BAB IV

untuk memeriksa adanya kekurnagan volume cairan mineral tubuh. Pemeriksaan

tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan

adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa. Pasien yang telah

mendapatkan pengobatan antibiotic 3 bulan sebelumnya atau yang mengalami

diare di rmah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran toksin Clostridium

difficile. Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-

pasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah, atau pasien dengan diare akut

persisten. (PAPDI)

2.7 Diagnosa banding

Diare kronik

Diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Penulis lain mendefinisikan diare

kronik sebagai diare lebih dari 4 minggu atau jumlah feses > 200 gram/hari

2.8 Penatalaksanaan

1. Rehidrasi

Bila keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan adekuat data di capai

dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan

cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan agresif seperti cairan intravena

atau rehidrasi oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau

srach harus diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif dan lebih praktis

daripada cairan intravena. Cairan oral antara lain : oralit. Cairan infuse antara

lain : ringer laktat dll. Cairan diberikan 50 – 200 ml/kgBB/24 jam tergantung

kebutuhan status hidrasi. Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan

yaitu sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Salah satu cara

pemberian cairan yaitu : metode Daldiyono

17

Page 7: BAB IV

Kebutuhan ciaran = Skor/15 x 10% x kgBB x 1 Liter

Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberkan cairan peroral

(sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok

diberikan cairan perintravena. Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral,

enteral melalui selang nasogastri atau intravena.

Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse

pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat

diberikan cairan peroral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi

atau oral/saluran cerna atas tak dapat dipakai. Pemberial peroral diberikan larutan

oralit yang hipotonik dengan komposisi 29g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium

Bikarbonat dan 1,5 g KCL setiap liter. Contoh oralit generic, renalyte, pharolit dll.

Pemberian cairan rehidrasi terbagi atas :

a. Dua jam pertama (tahap rehdrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan

menurut rumus BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam

2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.

b. Satu jam berikut/jam ke 3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan

cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor

Daldyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.

c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan

melalui tinja dan insensible water loss (IWL)

Skor dehidrasi menurut Daldiyono

No Klinis Skor

1 Rasa haus/muntah 1

2 TD sistolik 60-90 mmHg 1

18

Page 8: BAB IV

3 TD sistolik < 60 mmHg 2

4 Frekuensi nadi > 120/menit 1

5 Kesadaran apati 1

6 Somnolen,spoor, koma 2

7 Frekuensi napas > 30/menit 1

8 Facies cholerica 2

9 Vox cholerica 2

10 Turgor kulit menurun 1

11 Washer woman’s hand 1

12 Ekstremitas dingin 1

13 Sianosis 2

14 Usia 50-60 tahun -1

15 Usia > 60 tahun -2

2. Diet

Pasien diare tidakdi anjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien di

anjurkan justru minum minuman sari buah, teh,minuman tidak bergas, makanan

mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup. Susu sapi harus dihindarkan

karena adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan

bakteri. Minuman berkafein dan alcohol harus dihindari karena dapat

meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

3. Obat anti diare

Obat – obat ini dapat mengurangi gejala.

19

Page 9: BAB IV

a. yang efektif yaitu derivate opioid missal loperamide, difenoksilat atropine

dan tintur opium. Loperamid disukai karena tidak aditif dan memiliki efek

samping paling keci. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat

digunakan tetapi kontraindikasi terhadap orang HIV karena dapat

menimbulkan enselopati bismuth. Obat antimotilitas hati-hati pada pasien

disentri yang panas(termasuk infeksi Shigella) bila tanpa disertai anti

mikroba, karena dapat memperlama penyembuhan penyakit.

b. Obat yang mengeraskan tinja : atapulgite 4x2 tab/hari, smectite 3x1 saset

diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti.

c. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase : Hidrasec 3x1 tab/hari

4. Obat antimikroba

Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited disease

karena virus atau bakteri non-invasif, pengobatan empiric tidak dianjurkan untuk

semua pasien. Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga

mengalami infeksi bakteri invasive, diare turis (travelers diarrhea) atau

imunosupresif. Obat pilihan yaitu kuinolon (missal siprofloksasin 500 mg 2x/hari

selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri pathogen invasive termasuk

Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, dan Aeromonas species. Sebagai

alternative yaitu kotrimoksasol (trimetroprim/sulfametoksasol, 160/800 mg

2x/hari, atau eritromisin 250-500 mg4x/hari). Metronidazol 250 mg 3x/hari

selama 7 hari diberikan bagi yang dicurigai giardiasis.

20

Page 10: BAB IV

2.9 Komplikasi

Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat

terjadi berbagai macam komplikasi seperti:

1. Gangguan keseimbangan asam basa

2. Hipokalemi (keadaan kadar kalium yang rendah)

3. Hipoglikemi (keadaan kadar glukosa darah yang rendah)

4. Gejala hypoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah sampai 40 mg%

pada bayi disertai lemas apatis, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang

sampai koma.

21

Page 11: BAB IV

BAB IV

KESIMPULAN

Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk

cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih

banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi. Etiologi terdiri dari

Faktor infeksi , Faktor malabsorbsi, Faktor makanan, Faktor psikologis, Obat-

obatan, Defisiensi enzim pencernaaan, Neoplasma, Kelainan anatomi, Kelainan

hati, pangkreas dan endokrin. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi

cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran.

Prinsip utama penanganan gastroenteritis, yaitu menjaga keseimbangan cairan dan

elektrolit mengembalikan fungsi normal sistem pencernaan mencegah penyebaran

infeksi pada orang yang kontak dengan anak diare.

22