bab iv
DESCRIPTION
medicineTRANSCRIPT
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Gastroenteritis Akut
2.1 Definisi
Diare (Gastroenteritis) adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut
dapat/tanpa disertai lender atau darah.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan
menurut World Gastroenterology Organisation global guidelines 2005, diare akut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek denganjumlah lebih dari
normal, berlangsung kurang dari 14 hari.
2.3 Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi
(bakteri,parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.
(PAPDI) Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah infeksi. Sisanya adalah
akibat obat, bahan toksik, iskemia dan lain-lain.
Diare infeksi dibedakan atas :
- Diare enterotoksigenik : karena bakteri noninvasive seperti V cholera, ETEC
(Enterotoxigenic E.coli), c perfringens. Toksin pada mukosa menimbulkan sekresi
aktif anion klorida diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
12
- Diare enterovasif : EIEC (Enteroinvasif E.coli), salmonella, shigella. Yersenia
sehingga terjadi diare sekretorik eksudatif, dimana tinja dapat bercampur lender
dan darah.
2.4 Patogenesis
Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama dilakukan secara fekal
oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi
tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan
yang disajikan tanpa dimasak penularannya transmisi orang ke orang melalui
aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang terkontaminasi (clostridium
difficille), atau melalui aktivitas seksual. Kuman tersebut membentuk koloni-
koloni yang dapat menginduksi diare patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri
terbagi dua yaitu :
a. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh
bakteri tersebut. Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung,
didalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah
bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos kedalam usus 12 jari
(duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga
jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml cairan usus. Denan
memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang
menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam
membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan
toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B melekat di dalam
membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta
mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat
merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi
cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut.
Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan
tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini
akan menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai
reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas
13
atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar.
Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk
menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila
jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum
terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap,
maka akan terjadi diare.
b. Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan
ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir
dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E.
Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis,
Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe C.
Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa
usus besar (E. Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit
dan zat makanan (lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis
belum jelas, mungkin karena superinfeksi dengan jasad renik lain.
2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Anamnesis
Pasien dengan diare akut akan datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari.
Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering
berhubungan dengan ,malabsorbsi, dan dehidrasi sering di dapatkan. Diare karena
kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering,
bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan doare akut
infektif datang dengan keluhan khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen,
14
demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau berdarah tergantung
bakteri pathogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak invasive,
dan pathogen iliokolon lebih mengarah ke invasive. Pasien yang memakan tpksin
atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami mual
muntah sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang
mengalami demam.muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan
mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan. Parasit
yang tidak menginvasi mukosa usus, seprti Giardia lamblia dan Cryptosporidium,
biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman di abdomen yang ringan. Giardiasis
mungkin berhubungan dengan steatorea ringan, perut begas dan kembung.bakteri
invasive seperti Campylobacter, salmonella dan shigella dan organism yang
menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium difficile dan enterohemoragic E coli
menyebabkan inflamasi usus berat.
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena
nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi
bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air
kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan
ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan
status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi menjadi 3 tingkatan.
1. Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5 % BB)
Turgor kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok.
2. Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8 % BB)
15
Turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi
cepat, napas cepat dan dalam.
3. Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10% BB)
Tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai
koma), otot-otot kaku, sianosis.
Pemeriksaan Fisik
Kelainan – kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna
dalam menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status
volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah
dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang
seksama merupakan hal yang penting adanya dan kualita sbunyi usus dan adanya
atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan meurpakan “clue” bagi
penentuan etiologi.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau tosisitas berat atau diare berlangsung
lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tersebut antara lain pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin,
hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum,
kreatinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan ELISA mendeteksi giardiasis dan
test serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen.
Pasien diare karena virus biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit yang
normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama infeksi bakteri
invasive ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan daerah putih muda.
Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin diperiksa
16
untuk memeriksa adanya kekurnagan volume cairan mineral tubuh. Pemeriksaan
tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan
adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa. Pasien yang telah
mendapatkan pengobatan antibiotic 3 bulan sebelumnya atau yang mengalami
diare di rmah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran toksin Clostridium
difficile. Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-
pasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah, atau pasien dengan diare akut
persisten. (PAPDI)
2.7 Diagnosa banding
Diare kronik
Diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Penulis lain mendefinisikan diare
kronik sebagai diare lebih dari 4 minggu atau jumlah feses > 200 gram/hari
2.8 Penatalaksanaan
1. Rehidrasi
Bila keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan adekuat data di capai
dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan
cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan agresif seperti cairan intravena
atau rehidrasi oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau
srach harus diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif dan lebih praktis
daripada cairan intravena. Cairan oral antara lain : oralit. Cairan infuse antara
lain : ringer laktat dll. Cairan diberikan 50 – 200 ml/kgBB/24 jam tergantung
kebutuhan status hidrasi. Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan
yaitu sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Salah satu cara
pemberian cairan yaitu : metode Daldiyono
17
Kebutuhan ciaran = Skor/15 x 10% x kgBB x 1 Liter
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberkan cairan peroral
(sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok
diberikan cairan perintravena. Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral,
enteral melalui selang nasogastri atau intravena.
Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse
pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat
diberikan cairan peroral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi
atau oral/saluran cerna atas tak dapat dipakai. Pemberial peroral diberikan larutan
oralit yang hipotonik dengan komposisi 29g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium
Bikarbonat dan 1,5 g KCL setiap liter. Contoh oralit generic, renalyte, pharolit dll.
Pemberian cairan rehidrasi terbagi atas :
a. Dua jam pertama (tahap rehdrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan
menurut rumus BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam
2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.
b. Satu jam berikut/jam ke 3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan
cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor
Daldyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan
melalui tinja dan insensible water loss (IWL)
Skor dehidrasi menurut Daldiyono
No Klinis Skor
1 Rasa haus/muntah 1
2 TD sistolik 60-90 mmHg 1
18
3 TD sistolik < 60 mmHg 2
4 Frekuensi nadi > 120/menit 1
5 Kesadaran apati 1
6 Somnolen,spoor, koma 2
7 Frekuensi napas > 30/menit 1
8 Facies cholerica 2
9 Vox cholerica 2
10 Turgor kulit menurun 1
11 Washer woman’s hand 1
12 Ekstremitas dingin 1
13 Sianosis 2
14 Usia 50-60 tahun -1
15 Usia > 60 tahun -2
2. Diet
Pasien diare tidakdi anjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien di
anjurkan justru minum minuman sari buah, teh,minuman tidak bergas, makanan
mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup. Susu sapi harus dihindarkan
karena adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan
bakteri. Minuman berkafein dan alcohol harus dihindari karena dapat
meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
3. Obat anti diare
Obat – obat ini dapat mengurangi gejala.
19
a. yang efektif yaitu derivate opioid missal loperamide, difenoksilat atropine
dan tintur opium. Loperamid disukai karena tidak aditif dan memiliki efek
samping paling keci. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat
digunakan tetapi kontraindikasi terhadap orang HIV karena dapat
menimbulkan enselopati bismuth. Obat antimotilitas hati-hati pada pasien
disentri yang panas(termasuk infeksi Shigella) bila tanpa disertai anti
mikroba, karena dapat memperlama penyembuhan penyakit.
b. Obat yang mengeraskan tinja : atapulgite 4x2 tab/hari, smectite 3x1 saset
diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti.
c. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase : Hidrasec 3x1 tab/hari
4. Obat antimikroba
Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited disease
karena virus atau bakteri non-invasif, pengobatan empiric tidak dianjurkan untuk
semua pasien. Pengobatan empirik diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga
mengalami infeksi bakteri invasive, diare turis (travelers diarrhea) atau
imunosupresif. Obat pilihan yaitu kuinolon (missal siprofloksasin 500 mg 2x/hari
selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri pathogen invasive termasuk
Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, dan Aeromonas species. Sebagai
alternative yaitu kotrimoksasol (trimetroprim/sulfametoksasol, 160/800 mg
2x/hari, atau eritromisin 250-500 mg4x/hari). Metronidazol 250 mg 3x/hari
selama 7 hari diberikan bagi yang dicurigai giardiasis.
20
2.9 Komplikasi
Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagai macam komplikasi seperti:
1. Gangguan keseimbangan asam basa
2. Hipokalemi (keadaan kadar kalium yang rendah)
3. Hipoglikemi (keadaan kadar glukosa darah yang rendah)
4. Gejala hypoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah sampai 40 mg%
pada bayi disertai lemas apatis, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang
sampai koma.
21
BAB IV
KESIMPULAN
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi. Etiologi terdiri dari
Faktor infeksi , Faktor malabsorbsi, Faktor makanan, Faktor psikologis, Obat-
obatan, Defisiensi enzim pencernaaan, Neoplasma, Kelainan anatomi, Kelainan
hati, pangkreas dan endokrin. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi
cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran.
Prinsip utama penanganan gastroenteritis, yaitu menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit mengembalikan fungsi normal sistem pencernaan mencegah penyebaran
infeksi pada orang yang kontak dengan anak diare.
22