bab iv

Upload: mannaaiya

Post on 08-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bab IV

TRANSCRIPT

BAB IVPEMBAHASAN

Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan okupasi (occupational health problems) yang tertua. Nyeri punggung bawah adalah salah satu penyakit akibat kerja yang sering terjadi pada perawat di rumah sakit, terutama di ruang rawat inap; karena sifat pekerjaannya yang banyak mengangkat beban pasien dewasa yang berat, dengan gerakan membungkuk dan memutar tubuh, khususnya sekitar tulang punggung bawah. Rata-rata seorang perawat akan mengangkat 20 pasien dari kursi roda/ usungan ke tempat tidur, dan memindahkan 5 s.d. 10 pasien dari tempat tidur ke kursi roda pada setiap kali giliran jaga. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan kerja yang sering menimpa para perawat di rumah sakit. Salah satu penelitian yang telah dilakukan yaitu oleh Widiyanti, Basuki dan Jannis (2009) dengan judul Hubungan Sikap Tubuh Saat Mengangkat dan Memindahkan Pasien pada Perawat Perempuan dengan Nyeri Punggung Bawah yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penentu terjadinya nyeri punggung bawah pada perawat perempuan yang bekerja di ruang rawat inap pasien dewasa di Rumah Sakit. Sebanyak 422 orang perawat yang diikutsertakan pada penelitian potong lintang pada sebuah rumah sakit di bangsal rawat inap ini mengikuti skrining untuk didiagnosis nyeri punggung bawah yaitu dengan kriteria: (1) Numeric Pain Intensity Scale (NPIS) (+); (2) Lasegue test (-); (3) ada nyeri tekan pada palpasi dan perkusi lumbo-sakral; (4) Tidak memiliki riwayat hernia nukleus pulposus. Untuk penelitian kasus-kontrol, responden dipilih secara acak sebanyak 58 perawat yang menderita NPB pada saat penelitian (kasus) dan 58 perawat yang tidak menderita NPB (kontrol) dengan cara padanan (matching) umur. Sebelum penelitian dilakukan, diadakan wawancara dengan pimpinan pelatihan perawat untuk menanyakan apakah ada pelatihan cara mengangkat dan memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur; apakah ada supervisi berkala sewaktu perawat melakukan pekerjaan sehari-hari; apakah ada penyediaan APD (misalnya korset) dan alat bantu kerja. Sebelum dilakukan wawancara maka setiap perawat perempuan yang bersedia ikut diminta mengisi formulir kesediaan setelah sebelumnya diberikan penjelasan.

Faktor Risiko NPBBeberapa keadaan merupakan faktor risiko dari NPB, seperti yang telah ditemukan pada beberapa penelitian sebelumnya. Pada tabel 1 memperlihatkan sebaran responden kelompok kasus dan kontrol berdasarkan tinggi badan, IMT, masa kerja, jumlah rerata pasien yang diangkat dari kursi roda ke tempat tidur, sudut lengkung punggung pada waktu mengangkat dan memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur, dan cara mengangkat pasien.

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi nyeri punggung bawah sebesar 23,0% dari 422 pekerja yang diperiksa. Prevalensi ini lebih kecil dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh J. Smedley, dan kawan-kawan di Inggris pada 1995, dengan metode cross-sectional menunjukkan NPB banyak terjadi pada perawat. Dari 1616 perawat perempuan yang diteliti, ternyata prevalensi NPB selama hidup (lifetime prevalence) 60% dan prevalensi tahunan (annual prevalence) sebesar 45%.

Hubungan antara Faktor Risiko dan NPBHasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tinggi badan dengan NPB. Tinggi badan sebagai faktor risiko NPB memang masih diperdebatkan. Penelitian Palmer KT dan kawan-kawan (2002) memperlihatkan lebih besarnya prevalensi NPB pada orang yang lebih tinggi. Berat badan yang berlebih menyebabkan tonus otot abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis akan bertambah yang kemudian menimbulkan kelelahan pada otot paravertebra, hal ini merupakan risiko terjadinya NPB. Pada penelitian ini status gizi tidak berhubungan bermakna dengan NPB. Riihimaki berpendapat bahwa hubungan antara postur tubuh dan kelebihan berat badan masih kontradiksi, namun Fuortes et al (1994) menemukan bahwa overweight dan obesitas merupakan faktor risiko NPB dengan OR masing-masing 2,1 dan 3,2.Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fakta bahwa 12,1% perawat memiliki masa kerja >5 tahun. Hanne Christensen et al (1995) pada pekerja perusahaan kayu dan furniture, menunjukkan bahwa NPB berhubungan dengan umur dan masa kerja yang lebih lama. Namun pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan bermakna antara masa kerja perawat dengan NPB. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siswarti yang tidak menemukan hubungan antara masa kerja dengan NPB pada perajin pelat logam. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 39,5% perawat mengangkat pasien dari kursi roda ke tempat tidur sebanyak >3 orang per minggu, dan hanya 3,4% perawat mengangkat pasien dengan cara yang kurang baik. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah rerata pasien yang diangkat dari kursi roda ke tempat tidur maupun cara mengangkat pasien dengan NPB. Hasil ini sesuai dengan penelitian Ernawati yang memperlihatkan bahwa frekuensi mengangkat, dan cara mengangkat beban secara statistik tidak terbukti berhubungan dengan NPB.Sikap tubuh yang diamati dengan mengukur sudut lengkung punggung perawat pada waktu membuka kunci kursi roda dalam proses mengangkat dan memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur, ternyata berhubungan bermakna dengan NPB (p=0,03; OR 4,5; 95% CI 4,4-4,6). Hal ini berarti perawat yang melakukan pekerjaan dengan membungkuk dengan sudut lengkung punggung >45 mempunyai risiko 4,5 kali untuk terjadinya NPB dibandingkan dengan perawat yang membungkuk dengan sudut lengkung punggung 45) sebesar 6 kali kontrol. Perawat pada penelitian ini melakukan gerakan membungkuk dengan sudut lengkung punggung >45 pada waktu membuka kunci kursi roda dalam proses mengangkat dan memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur karena tinggi kursi roda yang lebih rendah daripada tinggi badan perawat. Gerakan ini menimbulkan rasa nyeri di punggung bawah. Mengingat bahwa jumlah rerata pasien yang diangkat hanya sekitar 3 orang per minggu, perlu dipikirkan mungkin ada faktor-faktor lain yang menjadi penyebab NPB pada responden, antara lain gerakan-gerakan yang terjadi pada waktu melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan lain sebagai perawat misalnya memandikan pasien dan atau merapikan tempat tidur. Akan tetapi pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan terhadap jenispekerjaan lain tersebut di atas, sehingga masih ada kemungkinan NPB disebabkan juga oleh pekerjaan tersebut.Bila dilihat pada tabel 2, terdapat perbedaan hasil penelitian antara sudut lengkung punggung dengan cara mengangkat pasien: sebanyak 94,8% kasus membungkuk dengan sudut lengkung punggung >45, sedangkan pada cara mengangkat pasien yang kurang baik diperoleh kasus sebanyak 3,4%. Hasil kedua faktor risiko tersebut tidak sejalan, karena kedua faktor risiko tersebut merupakan dua hal yang berbeda yakni sudut lengkung punggung diukur pada saat perawat membungkuk untuk membuka kunci kursi roda, sedangkan cara mengangkat pasien diukur dengan melihat apa yang dilakukan perawat pada saat mengangkat pasien, dari ketiak dengan menggunakan 2 tangan atau mengangkat dari pinggang dengan 2 atau 1 tangan.Dari wawancara dan pengamatan yang dilakukan di rumah sakit ini diperoleh hasil belum pernah dilakukan pelatihan cara bekerja yang sesuai dengan standar ergonomi, misalnya sikap tubuh yang baik saat bekerja. Seyogyanya rumah sakit membuat SOP mengenai cara bekerja yang baik dan benar bagi karyawan pada umumnya, khususnya para perawat yang bekerja di rumah sakit ini. Selain itu perlu dilakukan surveilans laporan kesehatan dan keselamatan kerja oleh tim K3 rumah sakit untuk mengidentifikasi pola cedera atau penyakit yang paling sering terjadi agar cedera yang lebih berat dapat dihindari. Job analysis juga perlu dilakukan untuk mengidentifikasi pekerja yang terpajan faktor-faktor risiko yang menyebabkan sering terjadinya cedera atau penyakit; job design and redesign bila perlu untuk mengurangi atau mengeliminasi faktor-faktor risiko ergonomi. Demikian pula perlu disediakan alat pelindung diri (APD) misalnya korset dan alat bantu kerja, contohnya Hoyers lift. Perawat perlu memelihara sendi dan otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan olah raga yang baik dan benar.

PencegahanTerdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh tim K3 rumah sakit untuk mencegah NPB antara lain dengan memberikan pelatihan cara bekerja yang sesuai dengan standar ergonomi, seperti misalnya sikap tubuh yang baik saat bekerja yakni tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai. Pemeriksaan radiologis sebenarnya diperlukan untuk menyingkirkan kelainan anatomis atau penyakit degenerative pada tulang belakang khususnya vertebra lumbosakral. Namun karena keterbatasan biaya, maka pemeriksaan ini tidak dilakukan. Implikasi terhadap hasil penelitian ini adalah kejadian NPB pada kelompok kasus dapat pula disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut yang belum disingkirkan.Selain itu, pada penelitian lain yang berjudul The Incidence of Low Back Pain among Theatre Nurses: A Case Study of University of Ilorin and Obafemi Awolowo University Teaching Hospital oleh Christiana D. Hinmikaiye dan Eunice I. Bamishaiye (2012) menemukan bahwa dari 80 perawat yang menjadi subjek penelitan, sebanyak 57 (78,1%) perawat mengalami NPB untuk pertama kalinya tepat setelah mereka mulai menjadi seorang perawat. Selain itu, nyeri yang biasa di rasakan perawat terdapat pada punggung bagian bawah (77,9%). Menurut penelitian ini juga, perawat kebanyakan meminum obat anti nyeri untuk mengatasi NPB yang dirasakan (46,25%) sementara kegiatan yang menyebabkan perawat merasakan NPB adalah memindahkan pasien baik itu dari kursi ke tempat tidur ataupun sebaliknya(50%).