bab iv

4
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil determinasi bunga rosella Determinasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran dari bunga rosella yang akan didestilasi minyak atsiriinya sehingga tidak terjadi kesalahan dalam jenisnya. Berdasarkan hasil detrminasi diperoleh klasifikasi bunga rosella dengan: divis: magnoliphyta, kelas: magnoliopsida (dicots), anak kelas: dilleniilade, bangsa: malvales, family: malvaceae, spesies: hibiscus sabdariffa L, nama umun: rosella, tempat detrminsi dilakukan di hebarium laboratorium taksonomi tumbuhan di sekolah ilmu dan teknologihayati institute teknologi bandung dengan sertifikat determinasi disertakan dalam lampiran. 4.2 hasil pengumpulan minyak atsiri Dari 1 kg bunga rosella didestilasi minyak atsirinya menggunakan metode destilasi uap air dengan system kukus. Dari hasil destilasi tersebut diperoleh minyak atsiri sebanyak 1,0 ml, berwarna kuning dengan aroma dan bau khas bunga rosella. Fraksidestilat minyak atsiri yang masih mengandung air dipisahkan dengan natrium sulfat anhidrat untuk dianalisis lebih lanjut GC- MS. 4.3 Analisis minyak atsiri menggunakan GC-MS 4.3.1 perlakuan sampel sebelum masuk GC-MS

Upload: hilmy-nurhidayat

Post on 26-Sep-2015

233 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

bab 4

TRANSCRIPT

BAB IVPEMBAHASAN4.1 Hasil determinasi bunga rosellaDeterminasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran dari bunga rosella yang akan didestilasi minyak atsiriinya sehingga tidak terjadi kesalahan dalam jenisnya. Berdasarkan hasil detrminasi diperoleh klasifikasi bunga rosella dengan: divis: magnoliphyta, kelas: magnoliopsida (dicots), anak kelas: dilleniilade, bangsa: malvales, family: malvaceae, spesies: hibiscus sabdariffa L, nama umun: rosella, tempat detrminsi dilakukan di hebarium laboratorium taksonomi tumbuhan di sekolah ilmu dan teknologihayati institute teknologi bandung dengan sertifikat determinasi disertakan dalam lampiran.4.2 hasil pengumpulan minyak atsiriDari 1 kg bunga rosella didestilasi minyak atsirinya menggunakan metode destilasi uap air dengan system kukus. Dari hasil destilasi tersebut diperoleh minyak atsiri sebanyak 1,0 ml, berwarna kuning dengan aroma dan bau khas bunga rosella. Fraksidestilat minyak atsiri yang masih mengandung air dipisahkan dengan natrium sulfat anhidrat untuk dianalisis lebih lanjut GC-MS.4.3 Analisis minyak atsiri menggunakan GC-MS4.3.1 perlakuan sampel sebelum masuk GC-MSMinyak atsiri yang sudah didestilasi diekstraksi denganMTC (metilen klorida) sebanyak 5ml, untuk mengecerkan minyak atsiri dengan pelarut yang digunakan pada GC-MS. Kemudian ditambahkan sampel sebanyak 0,5 ml dan natrium sulfat anhidrat supaya keberadaan air yang masih terdapat dalam minyak atsiri dapat dihilangkan. Dimasukan kedalam vial injek Pengondisian alat dilakukan sebelum dimulai analisis minyak atrisi dengan parameter berdasarkan nilai keberadaan hydrogen dan oksigen pada alat tidak lebih dari 10% dengan memanaskan suhu oven 200C. kondisi metode GC-MS yang digunakan di sertakan lebih rinci pada kondisi optimum GC-MS

4.3.2 kondisi optimum instrument GC-MS yang digunakan:Instrument: agilent technologies 7890A GC system, kolom: kolom kapiler HP-5MS (Phenyl methyl silox) panjang 29,81 m diameter kolom 250 pm ukuran partikel 0,25 pm, suhu injector: 250 dengan split rtaio 5:1 split flow 4,5 ml/mnt, suhu program:40/2 mnt/10 mnt/30mnt 299/3 mnt, gas pembawa: helium dengan kecepatan alir 8,4 ml/mnt, detector: spektrometri masa suhu 150, waktu analisid: 29,633mnt4.4 hasil analisis dengan GC-MSHasil analisis minyak atsiri bunga rosella dengan menggunakan GC-MS ditunjukan pada lampiran 4. Secara keseluruhan teridentifikasi 4 komponen senyawa (lampiran) yang ditampilakan dalam bentuk puncak/peak, setiap puncakihasilkan dari pemisahan GC meawakili senyawa yang berbeda. Masing- masing puncak kemudian diananlisis dalam spectrometer massa dan di bandingkan dengan library the nationalinstitute of standard and technology database (NIST) yang sudah terintegrasi dalam MS. Pada lampiran 4 menunjukan grafik yang memiliki puncak yang bervariasi dan setiap senyawa memiliki perbedaan jumlah puncak yang teridentifikasi oleh GC. Perbedaan itu bergantung pada kepolaran zat yang dianalisis, yang akan menentukan banyak sedikitnya waktu untuk berunteraksi dnegan fase diam yaitu lamanya suatu senyawa yang tertahan dalam kolom. Zat terlarut didalam suatu fase gerak mengalir pada suatu fase diam.Fase gerak yang yang digunakan adalah gas helium, karena helium memberikan resolusi yang lebih baik pada kecepatan alir tinggi dan dapat mempercepat kesetimbangan di antara fasa gerak dan fase diam sehingga meningkatkan efisiensi yang relative stabil seiring dnegan perubahan kecepatan air. Fase diam yang digunakan bersifat non polar yaitu phenyl methyl silox (HP-5MS), sehingga komponen yang bersipat non polar akan tertahan lebih lama dalam kolom dan memiliki waktu retensi yang besar. Suhu yang digunakan dalam kolom mengguanakn suhu terprogram dengan suhu awal 40sampai suhu akhir 299. Digunakannya suhu terprogram karena untuk meningaktkan resolusi komponen- komponen dakam minyak atsiri yang mempunyai titik didih pada kisaran yang luas sehingga tidak emnyebabkan alas suatu punak meluas.Zat terlarut yang memiliki afinitas terhadap fase gerak yang lebih besar akan tertahan lebih lama pada fase diam. Dengan demikian senyawa- senyawa dapat di pisahkandemi komponen akibat perbedaan migrasi didalam fase gerak dan fase diam. Puncak maksimum untuk senyawa tersebut, karena setiap senyawa memiliki waktu retensi yang berbeda. Pemisahan masing- masing komonen dalam daam minyak atsiri bunga rosella didasarkan pada interaksi masing- masing komponen dengan fase diam dan fase gerak pada GC.Kromatogram hasil pemisahan GC bunga rosella disertakan dalam lampiran. Data hasil pemisahan GC yang terdapat paa minyak atsiri bunga rosella di tujukan pada table 4.1NoPuncakWaktu retensi(menit)Luas area (mm)Kadar (%)

1

2

3

4

5

6

7

Table 4.1 komponen kimia hasil pemisahan minyak atsiri dengan bunga rosella