bab iv

10

Click here to load reader

Upload: muzayyanah

Post on 17-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bab iv

TRANSCRIPT

19

LAPORAN STUDI KASUS STASE GIGI DAN MULUT

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 AnamnesisPasien datang ke poli gigi RSUD Mardi Waluyo dengan keluhan gigi berlubang dan bengkak pada langit-langit kanan. Gigi berlubang sejak 4 tahun yang lalu. Pasien mengaku pernah mencabutkan gigi geraham kiri bawah. Pasien mengeluh tidak sakit pada gigi yang berlubang namun Sdr.B mengeluhkan tidak nyaman ketika makan karena selalu ada makanan yang terselip pada gigi. Sdr.B juga mengeluhkan ada pembengkakan pada langit-langit mulut sebelah kanan. Pasien memiliki alergi yaitu alergi suhu dingin yang bisa menyebabkan biduran.Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien baik. Pemeriksaan intraoral didapatkan adanya 16 sisa akar, 28 gigi hilang, karang gigi pada posterior rahang bawah, edema pada palatal.

4.2 Diagnosis BandingKista OdontogenKista odontogen adalah kista yang berasal dari sisa-sisa epitelium pembentuk gigi (epitelium odontogenik). Kista adalah rongga patologi yang berisi cairan bening yang dilapisi oleh epitel, tepinya putih dalamnya hitam. EtiologiAda tiga macam sisa jaringan yang masing-masing berperan sebagai asal kista:a) The epithelial rests or glands of serres yang tersisa setelah terputusnya dental lamina. Ini merupakan penyebab odontogenik keratosis, kista gingival dan periodontal lateral developmental.b) Email epitelium tereduksi yang berasal dari organ email dan selubung gigi yang belum erupsi namun telah terbentuk sempurna. Kista dentigerous (folikular) dan kista erupsi berasal dari sini.c) The rests of malassez yang terbentuk melalui fragmenstasi dari epithelial root selubung Hertwig. Tanda dan gejalaPembengkakan, gigi menjadi renggang sehingga mahkota gigi dipaksa keluar jaringan, gigi dapat goyah.

4.3 DiagnosisAbses Palatal et causa Infeksi Gigi 16Diagnosa ini ditegakkan karena terdapat pembengkakan di daerah palatum kanan kurang lebih dengan diameter 1 cm, konsistensi lunak dan berisi nanah. Terdapat gangren radix pada gigi 16 yang bisa menjadi penyebab terjadinya abses.

4.4 PenatalaksanaanPrinsip penatalaksanaan : 4.4.1 Insisi dan drainase abses Insisi dilakukan menggunakan scalpel nomer 11 dengan anastesi lokal, lalu mengeluarkan abses.4.4.2 AntibiotikAmoxicilline 500 mg 3x1 sebagai antimikroba, dipilih yang bersifat broadspectrum karena infeksi odontogen disebabkan oleh berbagai bakteri.4.4.3 Ekstrasi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik pembedahan. Teknik sederhana dilakukan dengan melepaskan gigi dari perlekatan jaringan lunak menggunakan elevator kemudian menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari tulang alveolar menggunakan tang ekstraksi. Sedangkan teknik pembedahan dilakukan dengan pembuatan flep, pembuangan tulang disekeliling gigi, menggoyangkan dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari tulang alveolar kemudian mengembalikan flep ke tempat semula dengan penjahitan.

Indikasi Tujuan dokter gigi adalah menciptakan rongga mulut yang sehat dan dapat berfungsi dengan baik sampai akhir pertumbuhan gigi. Walaupun demikian, ekstraksi gigi penting dilakukan dengan berbagai alasan.a. Karies Besar Gigi yang mahkotanya sudah sangat rusak dan tidak dapat direstorasi lagi. b. Nekrosis Pulpa Gigi dengan pulpitis irreversible yang perawatan endodonti tidak dapat dilakukan lagi atau merupakan kegagalan setelah dilakukan perawatan endodonti. c. Penyakit Periodontal Periodontitis dewasa yang berat dan luas akan menyebabkan kehilangan tulang berlebihan dan mobiliti gigi yang menetap. d. Gigi Retak Gigi yang retak atau mengalami fraktur akar yang biasanya menyebabkan nyeri hebat dan tidak dapat dikendalikan dengan perawatan endodonti. e. Gigi Malposisi Gigi yang dapat menyebabkan trauma jaringan lunak dan posisinya tidak dapat diperbaiki dengan perawatan orthodonti. f. Gigi Terpendam Apabila gigi terpendam menimbulkan masalah dan menyebabkan gangguan fungsi normal dari pertumbuhan gigi, maka gigi terpendam ini diekstraksi. g. Gigi Berlebih Dapat mengganggu pertumbuhan gigi geligi normal atau menyebabkan gigi berjejal berat dan estetis yang kurang pada gigi anterior. h. Gigi yang berkaitan dengan lesi patologis Ekstraksi gigi dengan lesi patologis harus dilakukan bersamaan dengan pembuangan lesinya.i. Gigi Persistensi Gigi susu yang sudah waktunya tanggal tetapi masih kuat dan gigi penggantinya sudah erupsi. Biasanya gigi susu mengalami resorbsi sehingga akan goyah, tetapi pada gigi susu yang gangren tidak mungkin terjadi resorbsi atau karena kondisi kesehatan dari pasien maka gigi susu itu masih tetap tertanam dalam tulang alveolar. j. Keperluan Ortodonti Ekstraksi gigi premolar dilakukan untuk perawatan orthodonti dengan pertumbuhan gigi yang berjejal. k. Ekstraksi Preprostetis Untuk keperluan pembuatan protesa dilakukan ekstraksi gigi. l. Preradioterapi Pasien yang akan mendapatkan perawatan radioterapi pada rongga mulutnya harus dilakukan ekstraksi gigi terlebih dahulu pada gigi-gigi yang merupakan indikasi pada daerah yang akan diradioterapi. Kontraindikasi Walaupun gigi memenuhi persyaratan untuk dilakukan ekstraksi, pada beberapa keadaan tidak boleh dilakukan ekstraksi gigi karena beberapa faktor atau merupakan kontraindikasi ekstraksi gigi. Pada keadaan lain, kontraindikasi ekstraksi gigi sangat berperan penting untuk tidak dilakukan ekstraksi gigi sampai masalahnya dapat diatasi. a. Penderita penyakit jantung, hipertensi, arteriosklerosis, dan diabetes mellitus kontraindikasi pada pemberian adrenalin Adrenalin pada ekstraksi gigi merupakan kontraindikasi pada penderita penyakit jantung, hipertensi, arteriosklerosis dan diabetes melitus. b. Penderita Trombositopenia Penderita trombositopenia memiliki jumlah trombosit lebih sedikit dari normal sehingga darah sukar membeku. Seperti yang telah diketahui bahwa trombosit penting artinya dalam pembekuan darah.

c. Penderita Leukemia Penderita leukemia memiliki jumlah leukosit yang lebih banyak dari normal dalam darah sehingga mudah mengalami perdarahan. d. Kaheksi Penderita memiliki keadan umum yang sangat buruk karena malnutrisi atau sesudah menderita penyakit yang lama dan berat. Akibatnya semua keadaan menjadi jelek, perdarahan banyak, penyembuhan luka lambat dan dengan suntikan atau sedikit trauma ia dapat kolaps. Ekstraksi gigi ditunda sampai keadaan umum penderita lebih baik. e. Penderita Hemofilia Merupakan penyakit atau kelainan susunan darah yang bersifat herediter dan hanya terdapat pada laki-laki. Apabila penderita mendapatkan luka, maka darahnya tidak dapat membeku. Hal ini disebabkan oleh trombosit tidak dapat pecah kalau berhubungan dengan udara karena kekurangan zat antihemofilia dalam serum, sehingga darah akan terus mengalir.f. Kehamilan Ekstraksi gigi merupakan kontraindikasi pada trimester pertama, karena keadaan umum ibu hamil pada trimester pertama sering sangat lemah dan dalam masa pembentukan janin. g. Peradangan di sekitar Gigi Apabila terdapat peradangan di sekitar gigi, maka ekstraksi gigi adalah kontraindikasi. Ekstraksi gigi dapat dilakukan jika inflamasinya sudah sembuh.

Prinsip Ekstraksi Gigi Dalam prakteknya, ekstraksi gigi harus mengikuti prinsip-prinsip yang akan memudahkan dalam proses ekstraksi gigi dan memperkecil terjadinya komplikasi ekstraksi gigi.

a. Asepsis Untuk menghindarkan atau memperkecil bahaya inflamasi, seharusnya bekerja secara asepsis, artinya melakukan pekerjaan dengan menjauhkan segala kemungkinan kontaminasi dari kuman atau menghindari organisme patogen. Asepsis secara praktis merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memberantas semua jenis organisme. Tindakan sterilisasi dilakukan pada tim operator, alat-alat yang dipergunakan, kamar operasi, pasien terutama pada daerah pembedahan. b. Pembedahan atraumatik Pada saat ekstraksi gigi harus diperhatikan untuk bekerja secara hati-hati, tidak kasar, tidak ceroboh, dengan gerakan pasti, sehingga membuat trauma sekecil mungkin. Tindakan yang kasar menyebabkan trauma jaringan lunak, memudahkan terjadinya inflamasi dan memperlambat penyembuhan. Peralatan yang digunakan haruslah tajam karena dengan peralatan yang tumpul akan memperbesar terjadinya trauma.c. Akses dan lapangan pandang baik Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akses dan lapangan pandang yang baik selama proses ekstraksi gigi. Faktor-faktor tersebut adalah posisi kursi, posisi kepala pasien, posisi operator, pencahayaan, retraksi dan penyedotan darah atau saliva. Posisi kursi harus diatur untuk mendapatkan akses terbaik dan kenyamanan bagi operator dan pasien. Pada ekstraksi gigi maksila, posisi pasien lebih tinggi dari dataran siku operator dengan posisi sandaran kursi lebih rendah sehingga pasien duduk lebih menyandar dan lengkung maksila tegak lurus dengan lantai. Sedangkan ekstraksi gigi pada mandibula, posisi pasien lebih rendah dari dataran siku operator dengan posisi sandaran kursi tegak dan dataran oklusal terendah sejajar dengan lantai. Pencahayaan harus diatur sedemikian rupa agar daerah operasi dapat terlihat dengan jelas tanpa bayangan hitam yang membuat gelap daerah operasi. Retraksi jaringan juga dibutuhkan untuk mendapatkan lapangan pandang yang jelas. Daerah operasi harus bersih dari saliva dan darah yang dapat mengganggu penglihatan ke daerah tersebut sehingga dibutuhkan penyedotan pada rongga mulut.

4.4.4 Scalling Scalling pada rahang atas dan rahang bawah dilakukan untuk membersihkan kalkulus yang merupakan salah satu pencetus infeksi odontogen.13