bab iv

14
BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang didirikan pada tahun 1953 atas prakarsa Menteri Kesehatan RI Dr. Mohammad Ali ( Dr. Lee kiat Teng ) dengan biaya pemerintah pusat pada tanggal 03 Januari 1957 rumah sakit ini dimulai operasional yang dapat melayani masyarakat se-Sumbagsel di mana saat itu meliputi provinsi se-Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu dan Bangka Belitung. Tahun 1993 – 1994 RSUP Palembang mengubah status dari RS Vertikal ( RS Penerima Negara Bukan Pajak ) menjadi RS Swadana sesuai SK. Menkes RI No.1279/Menkes/SK/XI/1997 RSUP Palembang resmi bernama RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Tahun 2000 dengan PP No 122/2000, RSUP. Dr. Moh. Hoesin Palembang ditetapkan menjadi salah satu dari 13 Rumah Sakit Pemerintah menjadi Rumah Sakit Perusahaan Jawatan di Indonesia dan operasionalnya dimulai tanggal 01 Januari 2002, sebagai Rumah Sakit Perjan ( perusahaan jawatan ) secara operasional RSMH Palembang masih tetap melaksanakan fungsi pelayanan sosialnya bagi 38

Upload: dwi-akbarini-awi

Post on 14-Aug-2015

22 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang  didirikan pada tahun  1953 atas

prakarsa Menteri Kesehatan  RI Dr. Mohammad Ali ( Dr. Lee kiat  Teng )

dengan biaya pemerintah pusat pada tanggal 03 Januari 1957 rumah sakit

ini dimulai operasional yang dapat melayani masyarakat se-Sumbagsel di

mana saat itu meliputi provinsi se-Sumatera Selatan, Lampung, Jambi,

Bengkulu dan Bangka Belitung.

Tahun 1993 – 1994 RSUP Palembang mengubah status dari RS

Vertikal ( RS Penerima Negara Bukan Pajak ) menjadi RS Swadana sesuai

SK. Menkes RI No.1279/Menkes/SK/XI/1997 RSUP Palembang resmi

bernama RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Tahun 2000 dengan PP No 122/2000, RSUP. Dr. Moh. Hoesin

Palembang ditetapkan menjadi salah  satu dari  13 Rumah Sakit

Pemerintah menjadi  Rumah Sakit Perusahaan Jawatan di Indonesia dan

operasionalnya dimulai tanggal 01 Januari 2002, sebagai Rumah Sakit

Perjan ( perusahaan jawatan ) secara operasional RSMH Palembang masih

tetap melaksanakan fungsi pelayanan sosialnya bagi masyarakat  ekonomi

kurang mampu melalui Program ASKESKIN.

Kemudian tahun 2005 berdasarkan PP 23/2005 tanggal 13 Juni 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umun dengan SK Menkes

RI No: 1243/ Menkes/SK/VIII/2005, tanggal 11 Agustus 2005 tentang

Penetapan 13 eks Rumah Sakit Perjan statusnya menjadi Unit Pelaksan

Teknis Depkes RI dengan menerapkan pola pengelolaan, Keuangan Badan

Layanan Umun dilaksanakan pada Januari 2006 .

Sejalan dengan perkembangan RSMH telah banyak membangun

fasilitas maupun renovasi bangunan terutama fasilitas ruang rawat untuk

masyarakat menengah ke atas namun tetap memperhatikan untuk

38

Page 2: BAB IV

39

masyarakat yang kurang beruntung yang mempergunakan Jamkesmas

(Jaminan Kesehatan Masyarakat) yang merupakan program dari

Departemen Kesehatan dan Jamsoskes Sumsel Semesta (Jaminan Sosial

Sumatera Selatan Semesta) yang merupakan program dari Pemerintah

Provinsi Sumatera Selatan , sehingga saat ini komposisi tempat tidur untuk

masyarakat kurang mampu lebih dari 50 % dari jumlah alokasi yang

tersedia.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat RSUP

Dr.Mohd.Hoesin Palembang telah membangun beberapa gedung antara

lain COT dan Gedung Brain & Heart Centre, dimana COT ini sendiri

merupakan salah satu pelayanan dengan standar Internasional , sedangkan

pelayanan Brain & Heart Centre merupakan pelayanan pertama di

Indonesia yang menggabungkan antaraPelayanan jantung dan Stroke.

Setelah melalui berbagai persiapan dan pembinaan serta penilaian dari tim

survey komisi gabungan Akreditasi Rumah Sakit , maka dengan keputusan

Menteri Kesehatan sejak tanggal 12 September 2009 Rumah Sakit Dr.

Mohd. Hoesin Palembang telah memperoleh status akreditasi penuh yaitu

memiliki 16 pelayanan yaitu : administrasi manajemen, pelayanan medis,

pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, rehabilitasi medik,

farmasi, Keselamatan Kecelakaan Kerja (K3), radiologi, laboratorium,

kamar operasi, pengendalian Infeksi di RS, perinatologi resiko tinggi,

pelayanan rehabilitasi medik, pelayanan gizi, pelayanan intensif dan

pelayanan darah. Dan saat ini RSUP Dr. Mohd Hoesin Palembang menjadi

Rumah Sakit kelas A.

4.1.2 Karakteristik Sampel

Dari penelitian yang telah dilakukan dari rekam medik RSUP Dr.

Moehammad Hoesin diperoleh data dari bulan Januari sampai dengan

Desember 2011, didapatkan populasi penelitian sebanyak 201 bayi dan

sampel sebanyak 60 bayi. Data diperoleh dengan melihat berat badan bayi

masuk dalam kategori BBLR atau tidak.

Page 3: BAB IV

40

Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat karakteristik sampel

penelitian sebagai berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur (n=60)

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 48 responden, rata-rata umur

ibu hamil adalah 26,3 tahun, umur ibu hamil terendah adalah 20 tahun dan

umur ibu hamil tertinggi adalah 35 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk

mengurangi bias dalam penelitian. Umur 20-35 tahun merupakan umur

yang ideal dan relatif aman untuk hamil dan melahirkan.

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan Paritas (n=60)

Usia Jumlah Persentase (%)

15-20 3 5

21-25 27 45

26-30 22 36,67

31-35 8 13,33

Total 60 100

Paritas Jumlah Presentase (%)

2 26 43,33

3 23 38,33

4 11 18,33

Total 60 100

Page 4: BAB IV

41

Paritas bervariasi dari paritas 2 sampai 4. Ibu dengan paritas ke-2

sebanyak 26 kasus, paritas ke-3 sebanyak 23 kasus, dan paritas ke-4

sebanyak sebanyak 11 orang.

4.1.3 Analisis Univariat

1. Hemoglobin Ibu hamil

Tabel 4.3 Karakteristik Hemoglobin Ibu Hamil (n=60)

Ibu hamil yang kadar Hemoglobinnya (Hb) < 11 gr/dl dan

dikategorikan anemia sejumlah 20 orang atau 33,33%. Sedangkan ibu

hamil yang memiliki kadar hemoglobin ≥ 11 gr/dl dan dikategorikan

tidak mengalami anemia, berjumlah 41 orang atau 66,67%. Hasil

penelitian juga meunjukkan rata-rata Hemoglobin ibu hamil adalah

11,440 gr/dl, dengan kadar hemoglobin terendah adalah 6,4 gr/dl,

sedangkan kadar hemoglobin tertinggi adalah 15 gr/dl.

Tabel 4.4 Karakteristik derajat Anemia dalam kehamilan (n=20)

Hb Ibu Hamil Jumlah Persentase (%)

Tidak Anemia 40 66,67

Anemia 20 33,33

Total 60 100

Hb Ibu Hamil Jumlah Persentase (%)

Anemia Ringan/Sedang 14 70

Anemia Berat 6 30

Total 20 100

Page 5: BAB IV

42

Pada tabel 5.4 dapat dilihat dari 20 ibu hamil dengan anemia, 14

(70%) diantaranya menderita anemia ringan/sedang dan yang

menderita anemia berat sebanyak 6 orang (30%) .

2. Berat Bayi Lahir

Hasil penelitian rata-rata berat badan bayi baru lahir adalah 2556,7

gr. Berat badan bayi lahir terendah adalah 1500 gr, sedangkan berat

badan bayi lahir tertinggi adalah 4000 gr.

Dari 60 sampel yang diteliti, sejumlah 30 orang bayi (50%) yang

dilahirkan memiliki berat lahir < 2500 gr dan dikategorikan Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan sejumlah 30 orang bayi (50%%)

dilahirkan dengan berat ≥ 2500 gr. Data dapat dilihat pada table 5.3

berikut:

Tabel 4.5 Karakteristik Berat Bayi Lahir (n=60)

4.1.4 Hasil Analisis Bivariat

A. Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian BBLR

Tabel 4.6 Perbandingan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian BBLR

Status Anemia

BBLRTota

l% P ORBBLR

(+)% BBLR (-) %

Anemia (+) 16 53.33 4 13.33 20 33.33 0.001 7.429

Berat Bayi Lahir Jumlah Presentase (%)

Tidak BBLR 30 50

BBLR 30 50

Total 60 100

Page 6: BAB IV

43

Anemia (-) 14 46.67 26 86.67 40 66.67

Total 30 100 30 100 60 100

Berdasarkan tabel 5.5 terlihat dari 20 ibu hamil dengan anemia

terdapat 16 (53,33%) yang melahirkan bayi BBLR dan 4 kasus melahirkan

bayi tidak BBLR. Sedangkan sejumlah 40 ibu hamil yang tidak mengalami

anemia terdapat 14 (46,67%) yang melahirkan bayi BBLR.

Hasil uji chi square pada software menunjukkan tingkat

signifikansi (p) sebesar 0,001 dimana signifikansi α < 0,05. Sedangkan

pada perhitungan nilai X2 yang didapat sebesar 10,8 lebih besar dari X2

tabel sebesar 3,841 (p > 0,05) pada taraf signifikansi α=0,05 dengan db=1.

Dengan demikian maka χ2 terletak di daerah penolakan sehingga terdapat

hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian Bayi Berat

Lahir Rendah di RSUP dr. Moehammad Hoesin Palembang. Hubungan

kekuatan antar variabel dalam penelitian ini dinilai dengan menggunakan

odds ratio. OR hasil perhitungan adalah sebesar 7,429. Karena OR (7,429)

> 1, hal ini berarti ada asosiasi positif antara faktor risiko dengan penyakit.

Kesimpulan faktor risiko yang diteliti meningkatkan kejadian BBLR.

Koefisien Kontingensi (KK) digunakan untuk mengetahui keeratan

hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian BBLR.

Koefisien kontingensi semakin mendekati nilai 1 maka hubungan yang

terjadi semakin erat. Dan jika mendekati 0 maka hubungan semakin lemah

(Priyatno, 2009). Hasil Koefisien kontingensi yang diperoleh adalah 0,391,

hal ini menandakan bahwa keeratan hubungan antara anemia dalam

kehamilan dengan kejadian BBLR bersifat lemah. Uji statistik dan

hasilnya dapat dilihat pada lampiran.

B. Hubungan Derajat keparahan Anemia dalam Kehamilan dengan

Kejadian BBLR

Status AnemiaBBLR

Total % P ORBBLR (+) % BBLR (-) %

Page 7: BAB IV

44

Anemia Berat 5 16,7 1 3,3 4 10,0 0,052 9,286

Anemia Ringan/Sedang 11 36,6 3 10,0 16 23,3 0,009 6,810

Tidak Anemia 14 46,7 26 86,7 40 66,7

Total 30 100 30 100 60 100

Tabel 4.7 Perbandingan derajat Anemia dalam Kehamilan dengan

kejadian BBLR

Hubungan antara Anemia dalam kehamilan dengan BBLR terlihat

bahwa semakin berat derajat anemia dalam kehamilan akan semakin

besar kemungkinan untuk melahirkan bayi BBLR. Dari 6 ibu yang

mengalami anemia berat, sebesar 16,7% melahirkan bayi dengan

BBLR. Dari 16 ibu yang mengalami anemia ringan/sedang, sebanyak

36,6% melahirkan bayi BBLR, dan dari 40 ibu yang 16 ibu yang tidak

mengalami anemia dalam kehamilan sebanyak 46,7% bayi BBLR.

Dari Nilai OR dapat disimpulkan bahwa ibu yang mengalami

anemia mengalami Anemia Berat mempunyai kecenderungan untuk

melahirkan bayi BBLR sebesar 9,286 kali lebih besar dibandingkan

dengan ibu yang tidak mengalami anemia (p = 0.052). Sedangkan ibu

yang mengalami Anemia Ringan/Sedang mempunyai kecenderungan

untuk melahirkan bayi BBLR sebesar 6,810 kali lebih besar

dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami anemia (p value =

0.009).

4.2 Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan pada rekam medik RSUP dr.

Moehammad Hoesin diperoleh data Bayi Berat Lahir Rendah dari bulan

Januari sampai dengan Desember 2011 sebanyak 201. Menurut Depkes RI

(2008) Salah satu penyebab Bayi Berat Lahir Rendah adalah anemia dalam

kehamilan, yang merupakan proses fisiologis dalam kehamilan yang menjadi

semakin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan dan konsumsi makanan yang

buruk terutama makanan yang mengandung zat besi.

Page 8: BAB IV

45

Hasil analisis uji statistik menggunakan uji chi square menunjukkan

signifikansi (p) sebesar 0,001 dimana signifikansi α < 0,05. Hasil perhitungan

odds ratio (OR) adalah 7,429. Karena OR (7,429) > 1, berarti ada asosiasi

positif antara faktor resiko yang diteliti (anemia dalam kehamilan)

meningkatkan kejadian BBLR. Dengan kata lain, anemia dalam kehamilan

merupakan faktor risiko. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nelly (2008) di Rumah Sakit Umum Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu,

yang mengungkapkan bahwa Noviza (2011) di RSU Dr. Pirngadi Medan.

Hasil analisis statistik juga mengungkapkan bahwa ibu yang mengalami

Anemia Ringan/Sedang mempunyai kecenderungan untuk melahirkan bayi

BBLR sebesar 6,810 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak

mengalami anemia (p value = 0.009), sedangkan ibu yang mengalami anemia

mengalami Anemia Berat mempunyai kecenderungan untuk melahirkan bayi

BBLR sebesar 9,286 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak

mengalami anemia (p = 0.052). Temuan ini sama dengan hasil penelitian yang

dilakukan Ali (2011) yang mengungkapkan juga bahwa dibandingkan dengan

ibu yang tidak mengalami anemia, resiko melahirkan BBLR 2,5 kali lebih

besar pada ibu hamil dengan Anemia Ringan/Sedang, dan 8,0 kali lebih besar

pada ibu hamil dengan Anemia Berat.

Berdasarkan hasil analisa statistik kedua variabel tersebut, dapat diketahui

bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berat badan bayi lahir

yaitu faktor lingkungan internal, faktor lingkungan eksternal, dan faktor

penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan

kehamilan atau antenatal care (ANC). Kadar hemoglobin ibu hamil termasuk

ke dalam faktor lingkungan internal.

Dalam faktor lingkungan intenal tidak hanya kadar hemoglobin ibu hamil

yang dapat mempengaruhi berat badan bayi baru lahir tetapi juga dapat

dipengaruhi oleh umur ibu, jarak kelahiran, paritas, status gizi ibu hamil,

pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan (Bernabe, 2004).

Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada

kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas,

Page 9: BAB IV

46

berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat.

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan

hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus

imatur/prematur) (Amiruddin & Wahyudin, 2004).

Dalam proses pertumbuhannya, janin, apabila mengalami kekurangan

kadar substrat, baik nutrien maupun oksigen, akan mengubah aktivitas

metaboliknya agar dapat bertahan hidup, dengan cara mengaktifkan hormon

norephineprine yang bisa distimulasi CRH dan Cortisol, yang kita tahu punya

dampak negative terhadap pertumbuhan janin. Selain itu pada kekurangan

nutrisi yang dapat disebabkan oleh anemia dapat meningkatkan Oxidative

stress yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan fetus (Gruslin, 2007).

Penurunan tingkat pertumbuhan ini mengakibatkan berat bayi lahir lebih

rendah dari normal. Pengaruhnya tidak hanya pada ukuran panjang, berat,

lingkar kepala, tetapi juga organ-organ dalam tubuh bayi (Wiknojosastro,

2006).

Keterbatasan penelitian ini adalah pada pengambilan data anemia ibu

hamil, peneliti tidak dapat melakukan penelitian pada berapa lama dan

penyebab ibu mengalami anemia. Kelemahan penelitian ini yang lain adalah

penelusuran dan pengamatan efek tidak dilakukan secara prospektif dengan

desain kohort. Hal ini karena rancangan penelitian yang dilakukan adalah

kasus kontrol. Kelemahan pada penelitian kasus kontrol adalah karena data

yang dipakai data sekunder yaitu catatan medik, biasanya data catatan medik

rutin yang sering dipakai sebagai sumber data tidak begitu akurat.sehingga

Rawan terjadi bias sangat mungkin, tidak diketahuinya pengaruh variabel luar

yang tidak terkendali dengan teknik matching, selain itu Oleh karena kasus

dan kontrol dipilih sendiri oleh peneliti maka sukar untuk meyakinkan bahwa

kedua kelompok sebanding dalam berbagai faktor dan sumber bias lainnya.