bab iv
TRANSCRIPT
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang didirikan pada tahun 1953 atas
prakarsa Menteri Kesehatan RI Dr. Mohammad Ali ( Dr. Lee kiat Teng )
dengan biaya pemerintah pusat pada tanggal 03 Januari 1957 rumah sakit
ini dimulai operasional yang dapat melayani masyarakat se-Sumbagsel di
mana saat itu meliputi provinsi se-Sumatera Selatan, Lampung, Jambi,
Bengkulu dan Bangka Belitung.
Tahun 1993 – 1994 RSUP Palembang mengubah status dari RS
Vertikal ( RS Penerima Negara Bukan Pajak ) menjadi RS Swadana sesuai
SK. Menkes RI No.1279/Menkes/SK/XI/1997 RSUP Palembang resmi
bernama RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Tahun 2000 dengan PP No 122/2000, RSUP. Dr. Moh. Hoesin
Palembang ditetapkan menjadi salah satu dari 13 Rumah Sakit
Pemerintah menjadi Rumah Sakit Perusahaan Jawatan di Indonesia dan
operasionalnya dimulai tanggal 01 Januari 2002, sebagai Rumah Sakit
Perjan ( perusahaan jawatan ) secara operasional RSMH Palembang masih
tetap melaksanakan fungsi pelayanan sosialnya bagi masyarakat ekonomi
kurang mampu melalui Program ASKESKIN.
Kemudian tahun 2005 berdasarkan PP 23/2005 tanggal 13 Juni 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umun dengan SK Menkes
RI No: 1243/ Menkes/SK/VIII/2005, tanggal 11 Agustus 2005 tentang
Penetapan 13 eks Rumah Sakit Perjan statusnya menjadi Unit Pelaksan
Teknis Depkes RI dengan menerapkan pola pengelolaan, Keuangan Badan
Layanan Umun dilaksanakan pada Januari 2006 .
Sejalan dengan perkembangan RSMH telah banyak membangun
fasilitas maupun renovasi bangunan terutama fasilitas ruang rawat untuk
masyarakat menengah ke atas namun tetap memperhatikan untuk
38
39
masyarakat yang kurang beruntung yang mempergunakan Jamkesmas
(Jaminan Kesehatan Masyarakat) yang merupakan program dari
Departemen Kesehatan dan Jamsoskes Sumsel Semesta (Jaminan Sosial
Sumatera Selatan Semesta) yang merupakan program dari Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan , sehingga saat ini komposisi tempat tidur untuk
masyarakat kurang mampu lebih dari 50 % dari jumlah alokasi yang
tersedia.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat RSUP
Dr.Mohd.Hoesin Palembang telah membangun beberapa gedung antara
lain COT dan Gedung Brain & Heart Centre, dimana COT ini sendiri
merupakan salah satu pelayanan dengan standar Internasional , sedangkan
pelayanan Brain & Heart Centre merupakan pelayanan pertama di
Indonesia yang menggabungkan antaraPelayanan jantung dan Stroke.
Setelah melalui berbagai persiapan dan pembinaan serta penilaian dari tim
survey komisi gabungan Akreditasi Rumah Sakit , maka dengan keputusan
Menteri Kesehatan sejak tanggal 12 September 2009 Rumah Sakit Dr.
Mohd. Hoesin Palembang telah memperoleh status akreditasi penuh yaitu
memiliki 16 pelayanan yaitu : administrasi manajemen, pelayanan medis,
pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, rehabilitasi medik,
farmasi, Keselamatan Kecelakaan Kerja (K3), radiologi, laboratorium,
kamar operasi, pengendalian Infeksi di RS, perinatologi resiko tinggi,
pelayanan rehabilitasi medik, pelayanan gizi, pelayanan intensif dan
pelayanan darah. Dan saat ini RSUP Dr. Mohd Hoesin Palembang menjadi
Rumah Sakit kelas A.
4.1.2 Karakteristik Sampel
Dari penelitian yang telah dilakukan dari rekam medik RSUP Dr.
Moehammad Hoesin diperoleh data dari bulan Januari sampai dengan
Desember 2011, didapatkan populasi penelitian sebanyak 201 bayi dan
sampel sebanyak 60 bayi. Data diperoleh dengan melihat berat badan bayi
masuk dalam kategori BBLR atau tidak.
40
Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat karakteristik sampel
penelitian sebagai berikut :
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur (n=60)
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 48 responden, rata-rata umur
ibu hamil adalah 26,3 tahun, umur ibu hamil terendah adalah 20 tahun dan
umur ibu hamil tertinggi adalah 35 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi bias dalam penelitian. Umur 20-35 tahun merupakan umur
yang ideal dan relatif aman untuk hamil dan melahirkan.
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan Paritas (n=60)
Usia Jumlah Persentase (%)
15-20 3 5
21-25 27 45
26-30 22 36,67
31-35 8 13,33
Total 60 100
Paritas Jumlah Presentase (%)
2 26 43,33
3 23 38,33
4 11 18,33
Total 60 100
41
Paritas bervariasi dari paritas 2 sampai 4. Ibu dengan paritas ke-2
sebanyak 26 kasus, paritas ke-3 sebanyak 23 kasus, dan paritas ke-4
sebanyak sebanyak 11 orang.
4.1.3 Analisis Univariat
1. Hemoglobin Ibu hamil
Tabel 4.3 Karakteristik Hemoglobin Ibu Hamil (n=60)
Ibu hamil yang kadar Hemoglobinnya (Hb) < 11 gr/dl dan
dikategorikan anemia sejumlah 20 orang atau 33,33%. Sedangkan ibu
hamil yang memiliki kadar hemoglobin ≥ 11 gr/dl dan dikategorikan
tidak mengalami anemia, berjumlah 41 orang atau 66,67%. Hasil
penelitian juga meunjukkan rata-rata Hemoglobin ibu hamil adalah
11,440 gr/dl, dengan kadar hemoglobin terendah adalah 6,4 gr/dl,
sedangkan kadar hemoglobin tertinggi adalah 15 gr/dl.
Tabel 4.4 Karakteristik derajat Anemia dalam kehamilan (n=20)
Hb Ibu Hamil Jumlah Persentase (%)
Tidak Anemia 40 66,67
Anemia 20 33,33
Total 60 100
Hb Ibu Hamil Jumlah Persentase (%)
Anemia Ringan/Sedang 14 70
Anemia Berat 6 30
Total 20 100
42
Pada tabel 5.4 dapat dilihat dari 20 ibu hamil dengan anemia, 14
(70%) diantaranya menderita anemia ringan/sedang dan yang
menderita anemia berat sebanyak 6 orang (30%) .
2. Berat Bayi Lahir
Hasil penelitian rata-rata berat badan bayi baru lahir adalah 2556,7
gr. Berat badan bayi lahir terendah adalah 1500 gr, sedangkan berat
badan bayi lahir tertinggi adalah 4000 gr.
Dari 60 sampel yang diteliti, sejumlah 30 orang bayi (50%) yang
dilahirkan memiliki berat lahir < 2500 gr dan dikategorikan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan sejumlah 30 orang bayi (50%%)
dilahirkan dengan berat ≥ 2500 gr. Data dapat dilihat pada table 5.3
berikut:
Tabel 4.5 Karakteristik Berat Bayi Lahir (n=60)
4.1.4 Hasil Analisis Bivariat
A. Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian BBLR
Tabel 4.6 Perbandingan Anemia dalam Kehamilan dengan Kejadian BBLR
Status Anemia
BBLRTota
l% P ORBBLR
(+)% BBLR (-) %
Anemia (+) 16 53.33 4 13.33 20 33.33 0.001 7.429
Berat Bayi Lahir Jumlah Presentase (%)
Tidak BBLR 30 50
BBLR 30 50
Total 60 100
43
Anemia (-) 14 46.67 26 86.67 40 66.67
Total 30 100 30 100 60 100
Berdasarkan tabel 5.5 terlihat dari 20 ibu hamil dengan anemia
terdapat 16 (53,33%) yang melahirkan bayi BBLR dan 4 kasus melahirkan
bayi tidak BBLR. Sedangkan sejumlah 40 ibu hamil yang tidak mengalami
anemia terdapat 14 (46,67%) yang melahirkan bayi BBLR.
Hasil uji chi square pada software menunjukkan tingkat
signifikansi (p) sebesar 0,001 dimana signifikansi α < 0,05. Sedangkan
pada perhitungan nilai X2 yang didapat sebesar 10,8 lebih besar dari X2
tabel sebesar 3,841 (p > 0,05) pada taraf signifikansi α=0,05 dengan db=1.
Dengan demikian maka χ2 terletak di daerah penolakan sehingga terdapat
hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah di RSUP dr. Moehammad Hoesin Palembang. Hubungan
kekuatan antar variabel dalam penelitian ini dinilai dengan menggunakan
odds ratio. OR hasil perhitungan adalah sebesar 7,429. Karena OR (7,429)
> 1, hal ini berarti ada asosiasi positif antara faktor risiko dengan penyakit.
Kesimpulan faktor risiko yang diteliti meningkatkan kejadian BBLR.
Koefisien Kontingensi (KK) digunakan untuk mengetahui keeratan
hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan kejadian BBLR.
Koefisien kontingensi semakin mendekati nilai 1 maka hubungan yang
terjadi semakin erat. Dan jika mendekati 0 maka hubungan semakin lemah
(Priyatno, 2009). Hasil Koefisien kontingensi yang diperoleh adalah 0,391,
hal ini menandakan bahwa keeratan hubungan antara anemia dalam
kehamilan dengan kejadian BBLR bersifat lemah. Uji statistik dan
hasilnya dapat dilihat pada lampiran.
B. Hubungan Derajat keparahan Anemia dalam Kehamilan dengan
Kejadian BBLR
Status AnemiaBBLR
Total % P ORBBLR (+) % BBLR (-) %
44
Anemia Berat 5 16,7 1 3,3 4 10,0 0,052 9,286
Anemia Ringan/Sedang 11 36,6 3 10,0 16 23,3 0,009 6,810
Tidak Anemia 14 46,7 26 86,7 40 66,7
Total 30 100 30 100 60 100
Tabel 4.7 Perbandingan derajat Anemia dalam Kehamilan dengan
kejadian BBLR
Hubungan antara Anemia dalam kehamilan dengan BBLR terlihat
bahwa semakin berat derajat anemia dalam kehamilan akan semakin
besar kemungkinan untuk melahirkan bayi BBLR. Dari 6 ibu yang
mengalami anemia berat, sebesar 16,7% melahirkan bayi dengan
BBLR. Dari 16 ibu yang mengalami anemia ringan/sedang, sebanyak
36,6% melahirkan bayi BBLR, dan dari 40 ibu yang 16 ibu yang tidak
mengalami anemia dalam kehamilan sebanyak 46,7% bayi BBLR.
Dari Nilai OR dapat disimpulkan bahwa ibu yang mengalami
anemia mengalami Anemia Berat mempunyai kecenderungan untuk
melahirkan bayi BBLR sebesar 9,286 kali lebih besar dibandingkan
dengan ibu yang tidak mengalami anemia (p = 0.052). Sedangkan ibu
yang mengalami Anemia Ringan/Sedang mempunyai kecenderungan
untuk melahirkan bayi BBLR sebesar 6,810 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami anemia (p value =
0.009).
4.2 Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan pada rekam medik RSUP dr.
Moehammad Hoesin diperoleh data Bayi Berat Lahir Rendah dari bulan
Januari sampai dengan Desember 2011 sebanyak 201. Menurut Depkes RI
(2008) Salah satu penyebab Bayi Berat Lahir Rendah adalah anemia dalam
kehamilan, yang merupakan proses fisiologis dalam kehamilan yang menjadi
semakin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan dan konsumsi makanan yang
buruk terutama makanan yang mengandung zat besi.
45
Hasil analisis uji statistik menggunakan uji chi square menunjukkan
signifikansi (p) sebesar 0,001 dimana signifikansi α < 0,05. Hasil perhitungan
odds ratio (OR) adalah 7,429. Karena OR (7,429) > 1, berarti ada asosiasi
positif antara faktor resiko yang diteliti (anemia dalam kehamilan)
meningkatkan kejadian BBLR. Dengan kata lain, anemia dalam kehamilan
merupakan faktor risiko. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nelly (2008) di Rumah Sakit Umum Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu,
yang mengungkapkan bahwa Noviza (2011) di RSU Dr. Pirngadi Medan.
Hasil analisis statistik juga mengungkapkan bahwa ibu yang mengalami
Anemia Ringan/Sedang mempunyai kecenderungan untuk melahirkan bayi
BBLR sebesar 6,810 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak
mengalami anemia (p value = 0.009), sedangkan ibu yang mengalami anemia
mengalami Anemia Berat mempunyai kecenderungan untuk melahirkan bayi
BBLR sebesar 9,286 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak
mengalami anemia (p = 0.052). Temuan ini sama dengan hasil penelitian yang
dilakukan Ali (2011) yang mengungkapkan juga bahwa dibandingkan dengan
ibu yang tidak mengalami anemia, resiko melahirkan BBLR 2,5 kali lebih
besar pada ibu hamil dengan Anemia Ringan/Sedang, dan 8,0 kali lebih besar
pada ibu hamil dengan Anemia Berat.
Berdasarkan hasil analisa statistik kedua variabel tersebut, dapat diketahui
bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berat badan bayi lahir
yaitu faktor lingkungan internal, faktor lingkungan eksternal, dan faktor
penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan
kehamilan atau antenatal care (ANC). Kadar hemoglobin ibu hamil termasuk
ke dalam faktor lingkungan internal.
Dalam faktor lingkungan intenal tidak hanya kadar hemoglobin ibu hamil
yang dapat mempengaruhi berat badan bayi baru lahir tetapi juga dapat
dipengaruhi oleh umur ibu, jarak kelahiran, paritas, status gizi ibu hamil,
pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan (Bernabe, 2004).
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas,
46
berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan
hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus
imatur/prematur) (Amiruddin & Wahyudin, 2004).
Dalam proses pertumbuhannya, janin, apabila mengalami kekurangan
kadar substrat, baik nutrien maupun oksigen, akan mengubah aktivitas
metaboliknya agar dapat bertahan hidup, dengan cara mengaktifkan hormon
norephineprine yang bisa distimulasi CRH dan Cortisol, yang kita tahu punya
dampak negative terhadap pertumbuhan janin. Selain itu pada kekurangan
nutrisi yang dapat disebabkan oleh anemia dapat meningkatkan Oxidative
stress yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan fetus (Gruslin, 2007).
Penurunan tingkat pertumbuhan ini mengakibatkan berat bayi lahir lebih
rendah dari normal. Pengaruhnya tidak hanya pada ukuran panjang, berat,
lingkar kepala, tetapi juga organ-organ dalam tubuh bayi (Wiknojosastro,
2006).
Keterbatasan penelitian ini adalah pada pengambilan data anemia ibu
hamil, peneliti tidak dapat melakukan penelitian pada berapa lama dan
penyebab ibu mengalami anemia. Kelemahan penelitian ini yang lain adalah
penelusuran dan pengamatan efek tidak dilakukan secara prospektif dengan
desain kohort. Hal ini karena rancangan penelitian yang dilakukan adalah
kasus kontrol. Kelemahan pada penelitian kasus kontrol adalah karena data
yang dipakai data sekunder yaitu catatan medik, biasanya data catatan medik
rutin yang sering dipakai sebagai sumber data tidak begitu akurat.sehingga
Rawan terjadi bias sangat mungkin, tidak diketahuinya pengaruh variabel luar
yang tidak terkendali dengan teknik matching, selain itu Oleh karena kasus
dan kontrol dipilih sendiri oleh peneliti maka sukar untuk meyakinkan bahwa
kedua kelompok sebanding dalam berbagai faktor dan sumber bias lainnya.