bab iv

15
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Identifikasi Kasus Obyek pemeriksaan adalah Jembatan Noemuke yang berada pada wilayah Kecamatan Amanuban Selatan (Panite) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), tepatnya berada di Desa Oebelo (Bena) dengan jarak tempuh dari Kota Kupang 132,3 km arah Timur. Kondisi umum Jembatan Noemuke saat ini mengalami kerusakan yang cukup serius, di mana elemen jembatan, terutama pada tembok penahan tanah, pier dan lantai deck kendaraan dalam kondisi kritis yang membutuhkan penanganan secepatnya. Pentingnya dilakukan identifikasi ini adalah untuk mengetahui berapa besar kondisi kerusakan yang terjadi pada elemen Jembatan Noemuke dan menentukan nilai kondisi Jembatan Noemuke, untuk selanjutnya merumuskan solusi serta merekomendasikan alternative penanganan kerusakan yang terjadi pada jembatan Noemuke tersebut. Pemeriksaan inventarisasi dan detail telah dilakukan pada obyek Jembatan Noemuke tanggal 23 bulan Juni tahun 2012, oleh tim survei D IV Teknik Perancangan dan Pemeliharaan Jalan Jembatan (TPPJJ), situasi lapangan/cuaca saat itu cerah. Dalam pemeriksaan ini, selain berdasarkan pada pengamatan visual, juga dilakukan pengukuran dimensi elemen-elemen jembatan dilapangan, metode yang digunakan sebagai

Upload: mauko-khristian

Post on 02-Aug-2015

43 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

D4 TPPJJ POLITEKNIK NEGERI KUPANG

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Kasus

Obyek pemeriksaan adalah Jembatan Noemuke yang berada pada wilayah

Kecamatan Amanuban Selatan (Panite) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),

tepatnya berada di Desa Oebelo (Bena) dengan jarak tempuh dari Kota Kupang

132,3 km arah Timur. Kondisi umum Jembatan Noemuke saat ini mengalami

kerusakan yang cukup serius, di mana elemen jembatan, terutama pada tembok

penahan tanah, pier dan lantai deck kendaraan dalam kondisi kritis yang

membutuhkan penanganan secepatnya. Pentingnya dilakukan identifikasi ini

adalah untuk mengetahui berapa besar kondisi kerusakan yang terjadi pada

elemen Jembatan Noemuke dan menentukan nilai kondisi Jembatan Noemuke,

untuk selanjutnya merumuskan solusi serta merekomendasikan alternative

penanganan kerusakan yang terjadi pada jembatan Noemuke tersebut.

Pemeriksaan inventarisasi dan detail telah dilakukan pada obyek Jembatan

Noemuke tanggal 23 bulan Juni tahun 2012, oleh tim survei D IV Teknik

Perancangan dan Pemeliharaan Jalan Jembatan (TPPJJ), situasi lapangan/cuaca

saat itu cerah. Dalam pemeriksaan ini, selain berdasarkan pada pengamatan visual,

juga dilakukan pengukuran dimensi elemen-elemen jembatan dilapangan, metode

yang digunakan sebagai acuan dalam pemeriksaan ini yakni, Bridge Management

System, 1993.

Secara garis besar, digambarkan bahwa pemeriksaan ini meliputi: aliran

sungai (aliran air utama), bangunan pengaman (dinding penahan tanah), bangunan

bawah (abutmen/kepala jembatan, tembok sayap), bangunan atas (gelagar baja

dan plat lantai kayu), timbunan tanah jalan pendekat (oprit). Elemen-elemen yang

diperiksa dimaksud untuk menentukan nilai kondisi kerusakan Jembatan

Noemuke.

Nilai kondisi jembatan berdasarkan standar Bridge Management System

yakni : 0 elemen / jembatan dalam kondisi baik dan tanpa kerusakan, 1 elemen /

jembatan mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan pemeliharaan rutin, 2

elemen / jembatan mengalami kerusakan yang memerlukan pemantauan atau

Page 2: BAB IV

pemeliharaan berkala, 3 elemen / jembatan mengalami kerusakan dan

memerlukan tindakan secepatnya, 4 elemen / jembatan dalam kondisi kritis, 5

elemen / jembatan tidak berfungsi atau runtuh. Hasil pemeriksaan ini dapat dilihat

pada ( tabel 4.1)

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Elemen Jembatan Noemuke

No Item pemeriksaan Hasil pengamatan Keterangan

1. Aliran Sungai

Aliran Air Utama Terhambat, sehinggga pada dasar pier Jembatan bagian tengah terjadi gerusan.

- Tumpukan sedimen dan sampah yang menghalangi aliran air saat banjir.

- Terjadinya tumpukan sampah, kotoran dan pepohonan pada pier jembatan.

2. Bangunan Atas

a. Lantai Kayu

b. Gelagar Baja

Rusak Kritis

Rusak Ringan

Retak, pecah dan ada yang patah sehingga berbahaya bagi lalu lintas yang lewat pada jembatan tersebut.

Mengalami karatan sehingga perlu diadakan pemeliharaan.

Page 3: BAB IV

3. Bangunan Bawah

a. Pondasi langsung

b. Pier Jembatan

c. Tembok Sayap

Rusak Ringan

Rusak ringan

Rusak Kritis

Retak vertikal, pada pasangan batu dan terjadi kerusakan di dasar dan pinggir abutmen.

Terjadi penumpukan kotoran, yang berupa batang pohon kayu yang dapat mengakibatkan kerusakan.

Terjadinya patahan pada daerah atas dari tembok penahan tanah akibat banyaknya pepohonan sehingga akarnya merusak tembok penahan tanah.

4. Bangunan Pengaman

Dinding Penahan Tanah Rusak berat Dinding penahan tanah bangunan pengaman atau pengarah aliran air hancur akibat terjadinya gerusan air sungai.

Sumber : Hasil Pengamatan Dilokasi.

Page 4: BAB IV

KERUSAKAN BALOK KAYU LANTAI JEMBATAN NOEMUKE

(

BEBAN TETAP YANG BERLEBIHAN

TIDAK ADANYA PEMELIHARAAN

STATUS JALAN TERJADI PENINGKATAN

ADANYALOKASI TAMBANG

JENIS & KELAS KAYU

KONDISIALAM / CUACA

4.2. Identifikasi Masalah Lantai Jembatan

Pada dasarnya permasalahan yang terjadi pada obyek studi Jembatan

Noemuke adalah pada bangunan atas jembatan yaitu pada elemen lantai deck

jembatan yang sampai pada saat ini masih terbuat dari balok kayu, sedangkan jika

dilihat dari status jalan pada ruas jalan batu putih – kolbano sudah masuk pada

kategori jalan propinsi yang akan berakibat naiknya arus lalulintas yang akan

melewati pada jalur jalan tersebut. Dengan semakin besarnya arus lalulintas yang

melewati jalur jalan tersebut maka semakin bertambah juga beban tetap yang akan

melewati jembatan tersebut. Dalam menganalisis masalah kerusakan lantai

jembatan dijelaskan dengan metode pohon masalah pada diagram dibawah ini.

Pohon Masalah

Akar Masalah

Gambar 4.1. Diagram Analisis Kerusakan Lantai Jembatan

Sumber : Hasil Analisa

Lantai deck Jembatan Noemuke terbuat dari balok kayu dengan ukuran

20cm x 15cm dengan panjang 5 meter sesuai lebar jembatan, menurut informasi

yang diperoleh dari masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi jembatan

bahwa jenis kayu yang digunakan pada lantai jembatan adalah jenis kayu kasuari

dengan klasifikasi kayu tersebut masuk dalam kayu kelas 2 lokal.

Kerusakan pada balok kayu lantai jembatan dengan melihat kondisi

dilapangan maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya keretakan dan patahan di

akibatkan karena beban tetap yang melewati jembatan tersebut sudah melebihi

kapasitas kayu dalam menahan/memikul beban. Adapun akibat lain adalah kondisi

cuaca yang tidak menentu sehingga dapat merusak kayu dan tidak adanya

pemeliharaan pada lantai jembatan tersebut, menurut masyarakat setempat bahwa

Page 5: BAB IV

dalam waktu ± 1 bulan balok kayu pada lantai jembatan tersebut sudah rusak/

retak, bahkan ada yang patah. Pada daerah pinggir dari lantai jembatan baloknya

sudah mulai lapuk dan baut pengikatnya juga longgar dan ada yang terlepas.

Kerusakan ini terjadi akibat kurang adanya perhatian yang dilakukan oleh

pemerintah atau dinas terkait terhadap struktur jembatan tersebut. Untuk lebih

melihat jelasnya kondisi lantai jembatan dapat dilihat pada foto yang dilampirkan

pada lampiran.

4.3. Hasil Pemeriksaan

Pemeriksaan inventarisasi dan detail jembatan sesuai dengan hasil

pengamatan visual dan pengukuran di lapangan, maka diidentifikasi jenis-jenis

kerusakan yang terjadi di jembatan Noemuke yakni :

1. Daerah aliran sungai (DAS).

Elemen aliran air utama terjadi penumpukan sampah yang di hanyutkan oleh

banjir dan menumpuk disekitar daerah abutmen dan terutama pada pier

jembatan yang mengakibatkan pengikisan dasar abutmen dan perubahan aliran

sungai. Kerusakan elemen ini diberi nilai kondisi 3, dan 4 dimana

elemen/jembatan mengalami kerusakan yang memerlukan tindakan secepatnya

dan elemen jembatan dalam kondisi kritis.

2. Bangunan pengaman (Tembok penahan tanah)

Dinding penahan tanah runtuh dan terjadi pengikisan tanah timbunan jalan

pendekat sepanjang 4 m. nilai kondisi 3, dan 4 dimana elemen/jembatan

mengalami kerusakan yang memerlukan tindakan secepatnya sebelum elemen

jembatan menjadi dalam kondisi kritis.

3. Bangunan bawah

Pondasi langsung, tembok sayap mengalami penurunan mutu pada pasangan

batu dan terjadi retakan serta hilangnya adukan pengikat akibat dari pengikisan

dan gerusan air pada dinding abutmen. Nilai kondisi kerusakan elemen 3, dan 4

dimana elemen/jembatan mengalami kerusakan yang memerlukan tindakan

secepatnya.

4. Gelagar

Gelagar baja sebagai penopang lantai jembatan mengalami penurunan mutu

akibat terjadinya karatan pada gelagar. Kerusakan yang terjadi pada elemen ini

Page 6: BAB IV

diberi nilai 1 dan 2 karena mengalami kerusakan ringan, hanya memerlukan

pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala.

5. Lantai Kendraan ( Deck Kendaraan)

Lantai kendaraan terbuat dari balok kayu yang berukuran 9/20 cm mengalami

retakan, pelapukan dan menyerpih yang mana membutuhkan penanganan

darurat dalam elemen ini kerusakan yang terjadi cukup serius. Nilai kondisi

kerusakan elemen ini 4, dimana elemen/jembatan dalam kondisi kritis.

Dari hasil pemeriksaan inventarisasi dan detail, maka ditentukan total nilai

kondisi kerusakan yang terjadi pada elemen jembatan Noemuke yaitu (NK = 4),

elemen/jembatan dalam kondisi kritis. Laporan hasil pemeriksaan inventarisasi

dan detail dapat dilihat pada halaman lampiran.

4.4. Kemungkinan Penyebab Kerusakan

Berdasarkan hasil pemeriksaan inventarisasi dan detail di lapangan, maka

selanjutnya dianalisa penyebab-penyebab kerusakan yang terjadi pada elemen

Jembatan Noemuke, sebagai berikut :

1. Daerah aliran sungai (aliran air utama)

Dari hasil pemeriksaaan di lapangan kerusakan pada elemen ini disebabkan

penumpukan sampah dan sedimentasi yang hanyut akibat banjir, tertumpuk

pada abutmen/kepala jembatan dan menjadi tumpukan yang besar yang dapat

memberikan beban tambahan bagi abutmen. Penampang jembatan yang tidak

sebanding dengan penampang basah aliran sungai, dan mempengaruhi aliran

air sungai saat bajir yang berakibat pada pengikisan/gerusan dasar abutmen.

Gambar 4.2. Elemen Aliran Air utama

Sumber : Bridge Management System, 1993

Tumpukan Sampah Penyempitan Aliran Sungai

Page 7: BAB IV

2. Dinding penahan tanah ( patah/retak )

Kerusakan yang terjadi pada elemen ini disebabkan terjadinya gerusan air

pada saat banjir dan penurunan mutu pada pasangan batunya.

3. Pondasi langsung (Retak vertical)

disebabkan keadaan cuaca yang tidak menentu, seperti panas dan air hujan

yang mengakibatkan hilangnya kerekatan antara adukan dan batu. Kerusakan

pada elemen ini bisa membahayakan karena abutmen/kepala jembatan

mengalami retakan vertical yang mana konstruksi ini tidak lagi dapat bekerja

sebagai satu kesatuan melainkan menjadi terpisah.

Gambar 4.3. Retak Pada Pasangan Batu

Sumber : Bridge Management System, 1993

4. Tembok sayap (pecah/retak)

Dimana disebabkan mutu material dan terjadinya penurunan tanah yang

mengakibatkan hilangnya kerekatan antara adukan dan dapat mengurangi

kekuatan pada pasangan batu.

5. Gelagar Baja (Terjadinya Karatan)

Berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukan penyebab terjadi kerusakan

elemen ini yakni banyak terdapatnya tumpukan material (tanah) dan

tumbuhnya rumput pada daerah perletakan sehingga dapat terjadinya serangan

jamur pada gelagar jembatan dan tidak adanya pemeliharaan sehingga terjadi

karatan pada daerah gelagar bajanya. Penyebab kerusakan elemen ini adalah

serangan jamur dan akibat cuaca panas dan hujan yang silih berganti.

Page 8: BAB IV

6. Lantai Jembatan (Retak, Lapuk dan patah pada balok kayunya)

Kerusakan pada elemen ini sesuai yang diuraikan diatas mengalami

kerusakaan fungsional dan structural. Namun sesuai dengan hasil identifikasi

kerusakan ini disebabkan balok kayu pada lantai yang sudah lapuk sehingga

apabila terjadi pembebanan yang tetap dari roda kendaraan yang akan

mengakibatkan baut pengikatnya longgar dan akan terjadi retak/pecah dan

patah.

Gambar 4.4. Retak dan pecah pada balok/papan lantai jembatan

Sumber : Bridge Management System, 1993

4.5. Rekomendasi Alternatif Penanganan

Dari uraian pemeriksaan inventarisasi dan detail diatas serta analisa

penyebab-penyebab kerusakan yang di kemukakan di atas, maka selanjutnya

dapat dirumuskan solusi / rekomendasi alternatif penanganan dari kerusakan

eleman pada Jembatan Noemuke, sebagai berikut :

1. Aliran air utama.

Pada elemem ini dimana terdapat penumpukan sampah dan sedimentasi

yang mana membutuhkan penanganan yakni ; pembersihan

sedimentasi/sampah secepatnya. Penampang jembatan dalam perencanaan

disesuaikan dengan luas penampang basah/lebar sungai, sehingga daerah

gerusan/pengikisan disekitar abutmen tidak terlampau luas.

Page 9: BAB IV

2. Dinding penahan tanah.

Elemen ini sudah mulai hancur dengan nilai kondisi 4, penangannya cukup

parah sehingga direkomendasikan untuk perencanaan dan pembangunan

dinding penahan yang baru.

3. Pondasi langsung.

pasangan batu pada pondasi ini mengalami kerusakan yang tidak terlalu

serius dengan nilai kondisi 2, maka dapat disimpulkan rekomendasi

alternatif penangannya dengan pemeliharaan berkala.

4. Tembok sayap.

Kondisi elemen dalam keadaan kritis, dengan nilai kondisi 4, maka

rekomendasinya yang harus dilakukan pembangunan/perencanaan baru.

5. Gelagar Baja.

Nilai kondisi kerusakan pada elemen ini 1 dan 2, dimana kerusakan elemen

ini dalam kondisi rusak ringan, dilihat dari segi ekonomis penanganannya

cukup dengan pekerjaan pembersihan dan pengecatan ulang pada gelagar,

namun dari segi mutu gelagar baja bisa bertahan dalam waktu yang lama

bila selalu berhubungan cuaca yang selalu berubah-ubah sesuai musim.

Rekomendasinya pemeliharaan rutin pada gelagar jembatan tersebut.

6. Lantai Kendaraan (tebuat dari balok kayu).

Kerusakan yang terjadi pada elemen ini cukup parah dan berbahaya bagi

lalu lintas, dimana nilai kondisinya 4, elemen jembatan dalam kondisi kritis.

Alternatif pananganan cukup ekonomis bila dilakukan penggantian balok

lantai yang baru atau bisa juga diganti dengan lantai deck kendaraan slab

beton bertulang di karenakan status jalan tersebut sudah menjadi jalan

propinsi, Rekomendasinya pembangunan baru (penggantian konstruksi)

dengan menggunakan lantai slab beton bertulang.

Dari uraian diatas tentang alternatif penanganan kerusakan yang terjadi pada

elemen Jembatan Noemuke, yang mana nilai kondisi kerusakan masing-masing

elemen cukup parah yang mana mulai mengarah pada kondisi kritis. Maka

direkomendasikan alternative penanganan dengan penggantian konstruksi pada

Page 10: BAB IV

lantai (Deck) kendaraan dengan menggunakan deck slab beton bertulang atau

pembangunan jembatan baru.

Adapun dari hasil pengamatan/survey pada lokasi Jembatan Noemuke,

maka diperoleh nilai kondisi jembatan seperti tabel 4.2. Nilai kondisi jembatan

seperti dibawah ini

Tabel 4.2. Nilai Kondisi Jembatan

KODE NILAI

ELEMEN KONDISI

1 3 4

I

1.       Aliran Air Utama 4.212 3

4.227 3

II BANGUNAN ATAS

1.       Gelagar (baja) 4.411 2

4.502 4

III

4.313 3

2.       Tembok Sayap 4.324 4

19

- 3.167

1,000 3

Sumber: Hasil pengolahan Data

JEMBATAN

Jembatan dalam kondisi yang memerlukan tindakan secepatnya. Direkomendasikan penggantian konstruksi khususnya pada deck lantai kendaraan atau pembangunan jembatan baru.

Rusak Kritis

 Jumlah I + II + III

Nilai rata-rata Nilai kondisi total 3,167 dibulatkan menjadi 3.

2.       Pelat lantai (kayu) Rusak Kritis

BANGUNAN BAWAH

1.       Pondasi langsung/pier Rusak yang memerlukan penanganan secepatnya

Memerlukan pemeliharaan berkala

NO PARAMETER KATEGORI

2 5

ALIRAN SUNGAI/ TIMBUNAN

Rusak yang memerlukan penanganan secepatnya

2.       Dinding penahan aliran Rusak yang memerlukan penanganan secepatnya