bab iv
DESCRIPTION
BAB IV KUALITATIFTRANSCRIPT
1
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Dalam penelitian yang saya lakukan ini berlokasikan diperpustakaan universitas sultan
ageng tirtayasa. Karena yang akan menjadi objek penelitian adalah perpustakaan universitas
sultan ageng tirtayasa maka dengan demikian dibutuhkan para informen yaitu mahasiswa dan
siswi yang masih aktif kuliah, petugas / karyawan/I dan juga yang menggunakan perpustakaan
itu sendiri karena mereka yang bsa menilai sejauh mana kinerja perpustakaan tersebut.
Sejarah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dimulai dengan berdirinya Yayasan
Pendidikan Tirtayasa pada tanggal 1 oktober 1980 berdasarkan Akte Notaris No: 1 Tahun 1980,
kemudian dilakukan penyempurnaan dan dikukuhkan kembali dengan akte Notaris Ny. R.Arie
Soetardjo, Nomor 1, Tanggal 3 Maret 1986.
Kata Tirtayasa (Bahasa Sansekerta yang berarti Air Mengalir) diambil dari nama Pahlawan
Nasional yang berasal dari Banten, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa (Kepres RI Nomor:
045/TK/1070). Nama Asli Sultan Ageng Tirtayasa adalah Abul Fatih Abdul Fatah, pewaris ke-
IV tahta Kesultanan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa dianugerahi tanda jasa Pahlawan Nasional
karena dengan gigih menentang penjajahan Belanda dan berhasil membawa kejayaan dan
keemasan Kesultanan Banten.
Langkah awal Yayasan Pendidikan Tirtayasa mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum
(STIH) pada tahun 1981 disusul dengan pendirian Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP) pada tahun 1982. Berbarengan dengan pendiran STKIP, Yayasan Krakatau
Steel Cilegon mendirikan SekolahTinggi Teknik (STT) yang selanjutnya STT bergabung dengan
Yayasan Pendidikan Tirtayasa untuk persiapan berdirinya Universitas Tirtayasa Serang-Banten.
Universitas Tirtayasa Serang Banten merupakan merupakan penggabungan dari STIH, STT
dan STKIP berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud RI Nomor; 0596/0/1984, tanggal 28
2
November 1984, maka berubahlah status masing-masing sekolah tinggi menjadi Fakultas
Hukum, Fakultas Teknik, dan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Seiring dengan harapan masyarakat Banten, dari tahun ke tahun Universitas Tirtayasa
mengembangkan pendirian fakultas dan program studi baru ditandai dengan berdirinya Fakultas
Pertanian berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud RI Nomor: 0123/0/1989, tanggal 8 Maret
1989, dan Fakultas ekonomi dengan Surat Keputusan Mendikbud Nomor: 0331/0/1989, tanggal
30 Mei 1989.
Perubahan sosial politik yang terjadi di Indonesia telah ikut mempengaruhi perubahan yang
terjadi pada Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Didasari oleh perkembangan Untirta sebagai
Perguruan Tinggi Swasta yang kurang signifikan dan spirit era reformasi telah mendorong
Pimpinan Universitas dan para Pimpinan Fakultas di lingkungan Universitas Tirtayasa serta
Pengurus Yayasan Pendidikan Tirtayasa dan dukungan para tokoh Banten mengusulkan
penegerian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa kepada pemerintah pusat melalui Departemen
Pendidikan Nasional. Selanjutnya pada tanggal 13 oktober 1999 keluarlah Keppres RI Nomor;
130/1999 tentang Persiapan Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Atas
kerja keras dan kesungguhan dari pimpinan Untirta dan pengurus Yayasan maka pada tahun
2001 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor: 32 tanggal 19 maret 2001 Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa secara resmi ditetapkan menjadi PerguruanTinggi Negeri definitif.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sebagai perguruan tinggi negeri yang baru terus berupaya
melakukan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan, baik dibidang kelembagaan,
akademik, maupun dibidang kemahasiswaan dan kerjasama.
Perubahan mendasar dibidang organisasi dan tata kerja adalah dengan ditetapkannya
Keputusan Mendiknas Nomor 023/J43/d.1/SK/IV/2003 dan Statuta Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa berdasarkan Keputusan Mendiknas Nomor 10 tahun 2007. Demikian pula perubahan
dan perbaikan dibidang akademik khususnya pendirian fakultas dan jurusan-jurusan baru,
pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, pengembangan dan peningkatan kualitas dosen
dan tenaga pendidikan lainnya, pengembangan ICT untuk menunjang pendidikan dan pelayanan
akademik prima, pengembangan dan peningkatan sarana perpustakaan menuju e-library dan e-
jurnal penguatan atmosfer akademik di kampus, serta peningkatan kualitas pendidikan melalui
sistem penjaminan mutu dan evaluasi diri (Quality Assurance and Self evaluation).
3
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa saat ini menyelenggarakan program pendidikan
akademik dan program pendidikan vokasi. Program Pendidikan Akademik terdiri atas Program
Pendidikan Sarjana(S1) sebanyak 6 fakultas dan 1 Program Pendidikan Megister ( Pascasarjana),
yaitu
(1) Fakultas Hukum,
(2) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
(3) Fakultas Teknik,
(4) Fakultas Pertanian,
(5) Fakultas Ekonomi,
(6) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan
(7) Pascasarjana.
Jurusan/Program Studi yang saat ini dimiliki sebanyak 21 Prodi untuk Program Sarjana
dan 3 Prodi untuk Program Megister dan Program Diploma III Ekonomi dengan rincian :
Program Sarjana (S1) meliputi : FH 1 jurusan ( Jurusan Ilmu Hukum ); FKIP 3 Jurusan
dengan 7 Prodi (Jurusan Ilmu Pendidikan meliputi Prodi PLS, PGSD dan PGPAUD; Jurusan
Pendidikan Bahasa meliputi Prodi Diksastrasia dan Bahasa Inggris; Jurusan IPA meliputi Prodi
Matematika dan Biologi); FT 5 Jurusan ( Jurusan T. Mesin, T. elektro, T. Sipil, T. Kimia; T.
Industri; dan T. Metalurgi); FAPERTA 3 Jurusan ( Jurusan Agribisnis; Agroteknologi; dan
perikanan); FE meliputi 3 Jurusan ( Jurusan manajemen; Jurusan Akuntansi; Jurusan Ekonomi
Pembangunan); FISIP Meliputi 2 Jurusan ( Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu
Komunikasi). Fakultas Pascasarjana menyelenggarakan Program Megister (S2) dengan 3
Program Studi, yaitu (Prodi Teknologi Pembelajaran, Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan
Ilmu Hukum).
Selain Program Pendidikan Akademik sebagaimana tersebut di atas, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa juga menyelenggarakan Program Pendidikan Vokasi yaitu Program Diploma
III. Fakultas yang menyelenggarakan Program Diploma III, yaitu Fakultas Ekonomi terdiri atas
Prodi Akuntansi, Prodi Marketing/Pemasaran, Prodi Perpajakan, Prodi Keuangan dan
Perbankan. Fakultas Teknik dengan 1 Prodi yaitu Prodi Teknik Komputer dan Multimedia.
Program Studi Teknik Komputer dan Multimedia pada tahun akademik 2011/2012 dipindahkan
ke jenjang Sarjana (S1) program studi lain di lingkungan Fakultas Teknik
4
4.1.2 Gambaran Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
VISI
Terwujudnya Universitas terbaik yang memiliki kemandirian, kreatifitas, inovasi, unggul,
dan kompetitif dalam bidang pendidikan, penelitian, serta pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni dalam rangka pengabdian kepada masyarakat .
MISI
a. Menyelenggarakan pendidikan tinggi dengan kualitas terbaik dan relevan dengan
kebutuhan masyarakat masa kini dan mendatang.
b. Meningkatkan kualitas dosen dan tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan
berbagai program pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sesuai
dengan kebutuhan stakeholders
c. Membangun dan mengembangkan sistem manajemen mutu menuju efisiensi dan
profesionalitas.
d. Mengembangkan sistem teknologi informasi yang dapat memacu terwujudnya perguruan
tinggi yang unggul, mandiri, kreatif, inovatif, dan kompetitif.
e. Membangun dan mengembangkan jejaring kerja (networking) untuk mendorong
percepatan peningkatan kualitas pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat,
dan kerjasama.
f. Meningkatkan tanggung jawab sosial Untirta bersama Pemerintah Daerah membawa
modernisasi dan memelihara nilai luhu
Tujuan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
a. Menyiapkan dan menghasilkan tenaga kerja ahli dalam kempampuan akademik, profesi /
vokasi yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang mahah Esa, berakhlak mulia, sehat
5
berilmu, cakap, kreatif, inovatif, kompetitif mandiri dan menjadi warga Negara
yangdemokrastis, serta bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup bangsa dan Negara
Republiik Indonesia
b. Mengembangkan untuirta sebagai pusat unggulan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
untuk kemaslahatan umat manusia.
Fungsi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
a. Menyelengarakan Tri Dharnma Perguruan Tinggi
b. Menyelengarakan pembinaan aktivitas akademeika serta membina
c. Hubungan dengan lingkungan strategis sesuai dengan peraturan
d. Perundang undangan yang berlaku
e. Menyelenggarakan tujuan administrasi
4.2 Informan Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan di bab 3, bahwa dalam penelitian mengenai
kualitas pelayanan perpustakaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dalam pemilihan
informan penelitiannya peneliti menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan bahwa orang yang dijadikan informan peneliti merupakan orang yang
mengetahui tentang pelaksanaan kegiatan perpustakaan di Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, sehingga dapat memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang
diharapkan.
Adapun informan-informan yang peneliti tentukan merupakan orang-orang yang
menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Karena
informan itu sendiri berhubungan langsung dengan masalah yang sedang diteliti oleh
peneliti. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Kepala Perpustakaan
2. Staff
3. Penjaga perpustakaan 1
4. Penjaga barang titipan
6
5. Anwar Musadat, Beliau merupakan Mahasiswa aktif juurusan
Administrasi Negara Smester 5 dan sering mengunjungi perpustakan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Mia Amelia, Beliau merupakan mahasiswi Non regular yang bekerja dan
mengeluhkan berbagai masalah menyangkut perpustakaan dan waktu
bekerjanya
7. Dadan Muhram Hayat, beliau merupakan Mahasiswa aktif jurusn hukum
yang sering mengunjungi perpustakaan, beliau merupakan mahasiswa Non
Reguler semester 5
8. Pipin Purnama Sari, Beliau merupakan mahasiswa non regular jurusan
keguruan smester 7
9. Andrean Kello, Beliau merupakan mahasiswa jurusan hukum smester 7
10. Arif Julivan, Beliau merupakan mahasiswa jurusan managemen smester 7
11. Pihak atau Mmahasiswa dan siswi lain yang terkait sebagai Narasumber
penelitian.
4.3 Deskripsi Data dan Analisis Data
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang di dapat dari hasil penelitian
yang sudah dilakukan . data ini dapat dilihat dari hasil penelitian teknik analisis data kualitatif.
Adapun dalam penelitian kualitas playanan perpustakaan universitas sultan ageng tirtayasa, data
yang peneliti dapatkan lebih berupa kata-kata dan tindakan peneliti berdasarkan hasil
wawancara. Dalam penelitian ini wawancara merupakan sumber utama dalam penelitian, Untuk
mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang permasalahan sudah diteliti sehingga
mampu mendapatkan informasi tentang masalah yang terjadi di perpustakaan universitas sultan
ageng tirtayasa, peneliti menggunakan jenis wawancara tidak terstruktur . Sumber data ini
kemudian oleh peneliti dicatat dengan menggunakan instrument penelitaian yaitu berupa hasil
wawan cara yang dicatat dan juga direkma dalam hal pengambilan data.
Dalam penelitian ini juga peneliti menggunakan data dokumentasi yang bertempatkan di
perpstakaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Adapun studi pustaka atau dokumentasi yang
memudahkan peneliti dalam mengenali objek penelitian yaitu dengan mengguankan berbagai
7
referensi yang di dapat dari buku-buku tenteng pelayanan perpustakaan dan pelayanan public
sebagai mana ditulis dalam buku pengelolaan perpustakaan sekolah dan juga pelayanan public.
Selanjutnya peneliti ini merupakan peneliti kualitatif, maka dalam proses menganalisa
datanyapun peneliti melakukan analisa secara bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya, bahwa dalam prosesnya analisa dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
model interaktif yang telah dikembangkan oleh Milles dan Huberman, yaitu selama penelitian
dilakuakn dengan menggunakan tiga kegiatan penting, diantarannya; Data Reduction (reduksi
data), mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan
memberikan yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya,
dan mencari data yang diperlukan.
Data Display (Penyajian data) , setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data , penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat , bagan,
hubungan antar kategori dan selanjutnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data maka
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi berdasarkan apa yang sudah dimengerti
sebelumnya.
Langkah selanjutnya yaitu dalam analisis data kualitatif menurut Milles dan Huberman
adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya . tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
dan didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulakan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel. Kemudian untuk menjaga validitas data selama penelitian berlangsung , peneliti juga
menggunbakan aktivitas triangulasi, triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini oleh
peneliti adalah triangulasi sumber.
8
4.4 Interprestasi Hasil Penelitian
4.4.1 Deskripsi Kualitas Pelayanan Perpustakaan Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
Perpustkaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tyertentu yang
mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku yang diatur
secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagi sumber informasi
oleh sebagaian penggunanya.
Pada bab 1 pasal 1 ayat 23 disebutkan bahwa"Sumber daya pendidikan adalah segala
sesuatu yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga pendidikan,
masyarakat, dana, sarana, dan prasarana " Namun Dalam UU No. 2 tahun 1989 pasal 35
menyebutkan jelas setiap sekolah atau satuan pendidikan harus mempunyai atau menyediakan
sumber belajar. Oleh sebab itu di sekolah nasional plus Smart EI, perpustakaan sangatlah penting
baik bagi siswa maupun bagi guru.Dalam skala umum fungsi dari perpustakaan ada 6
yaitu:Fungsi Informasi, Fungsi Pendidikan, Fungsi Kebudayaan, Fungsi Rekreasi, Fungsi
Penelitian, Fungsi Deposit Kebudayaan, Fungsi Rekreasi, Fungsi Penelitian, Fungsi Deposit.
Menurut Perpustakaan Nasional RI (2005:4) menyatakan bahwa perpustakaan adalah unit
kerja yang memiliki sumber daya manusia sekurang-kurangnya seorang pustakawan, ruangan/
tempat khusus, dan koleksi bahan pustakaan sekurang-kurangnya seribu judul dari berbagai
disiplin ilmu yang sesuai dengan jenis dan misi perpustakaan yang bersangkutan serta dikelola
menurut sistem tertentu untuk kepentingan masyarakat penggunanya.
Perpustakaan menurut Sulistyo,Basuki (1991) adalah sebuah ruangan, bagian sebuah
gedung.ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya
yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk
dijual. Dalam pengertian buku dan terbitan lainnya termasuk di dalamnya semua bahan
cetak,buku, majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip (naskah), lembaran musik, berbagai
karya musik, berbagai karya media audiovisual seperti filem, slid ( slide), kaset, piringan hitam,
bentuk mikro seperti mikrofilm, mikrofis, dan mikroburam ( microopaque ). Webster
menyatakan bahwa perpustakaan merupakan kumpulan buku, manuskrip, dan bahan pustaka
9
lainnya yang digunakan untuk keperluan studi `atau bacaan, kenyamanan, atau kesenangan
(Sulistyo,Basuki ,1991).
Perpustakaan menurut Sugiyanto (1991) adalah suatu unit kerja yang berupa tempat
menyimpan koleksi bahan pustaka yang di atur secara sistematis dan dapat digunakan oleh
pemakainya sebagai sumber informasi.(Sugiyanto)
Perpustakaan Menurut Radom House (1992) adalah suatu tempat, berupa sebuah ruangan
atau gedung yangberisi buku dan bahan lain untuk bacaan, studi, ataupun rujukan. Menurut
Ensiklopedia Britannica, bahwa sebuah perpustakaan adalah himpunan bahan – bahan tertulis
atau tercetak yang diatur dan diorganisir untuk tujuan studi dan penelitian atau pembacaan umum
atau kedua-duannya (Dictionary of The English Language).
Menurut Reitz ( menyatakan bahwa perpustakaan adalah koleksi atau sekumpulan koleksi
buku atau bahan lainnya yang diorganisasikan dan dipelihara unutk penggunaan/keperluan
membaca, konsultasi, belajar, meneliti, yang dikelola oleh pustakawan dan staf terlatih lainnya
dalam rangka menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
Dalam hal ini Perpustakaan merupakan suatu tempat, berupa sebuah ruangan
atau gedung yangberisi buku dan bahan lain untuk bacaan, studi, ataupun rujukan. Menurut
Ensiklopedia Britannica, bahwa sebuah perpustakaan adalah himpunan bahan – bahan tertulis
atau tercetak yang diatur dan diorganisir untuk tujuan studi dan penelitian atau pembacaan umum
atau kedua-duannya (Dictionary of The English Language). Dalam UU No. 2 tahun 1989 pasal
35 menyebutkan jelas setiap sekolah atau satuan pendidikan harus mempunyai atau
menyediakan sumber belajar. Oleh sebab itu di sekolah nasional plus Smart EI, perpustakaan
sangatlah penting baik bagi siswa maupun bagi guru.Dalam skala umum fungsi dari
perpustakaan ada 6 yaitu:Fungsi Informasi, Fungsi Pendidikan, Fungsi Kebudayaan, Fungsi
Rekreasi, Fungsi Penelitian, Fungsi Deposit Kebudayaan, Fungsi Rekreasi, Fungsi Penelitian,
Fungsi Deposit. Perpustakaan merupakan program pemerintah dalam menagatasi beberapa
maslah terkait dengan proses belajar dalam proses belajar perpustakaan merupakan salah satu
faktor vital dalam mendukunng pembelajaran siswa dan siswi di berbagai sekolah atau pun
diperguruan tinggi. Dengan demikina dibutuhkan kualitas dalam sebuah perpustakaan yang
mana perpustakan termasuk dalam pelayanan public yang menyangkut hajat orang banyak,
10
dalam hal ini masayarakat diaerikan sebagi mahasiswa atu pun siswi yang sedang aktif belajar
maupun sudah selesai dalam menjalankan kegiatan belajar maupun mengajar. Oleh karena itu
dibutuhkan kerjasama yang apik dari seorang pelaya public dalam segi kualitas dan sebagainya,
Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen
atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya
mereka harapkan / inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa yang
diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas
pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan
konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.Sebaliknya jika
jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan
dipersepsikan buruk.
Hal ini senada dengan ungkapan yang dikemukakan oleh beberapa mahasiswa dan
siswi yang sudah peneliti wawancara bahwa Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived
service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan
memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan
dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah
daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.
Adapun isi wawancara tersebut adalah sebagai berikut, dari segi pelayanan 3 dari
mahasiswa/I mengatakan bahwa terdapat beberapa kualitas pelayanan yang kurang baik yaitu
bentuk catalogue buku yang tidak tertata dengan baik yang menyebabkan sulitnya pecarian buku-
buku yang dicari, ruangan yang sedikit tidak mendukung diantaranya kodisi ruangan yang
terkadang panans dikarenakan alat pendingin yang kurang mendapatkan perhatian ekstra yang
menyebabkan ruangan menjadi panas, menurut mahasiswa yang sudah saya wawancarai
diantara nya adalah mahasiswa pekerja yang manan dalam kualitas pelayanan perpustakaaan ini,
mereka mengeluhkan kurang nya rentang waktu yang diberikan dalam hal peminjaman buku
masih kurang karena mereka para mahasiswa pekerja sulit untuk meminjam dikarenankan
keerbatasan waktu mereka bekerja sedangkan apabila meminjam pada malm hari/ sesudah kuliah
perpustakann tersebut sudah tutup.
11
Adapun ungkapan dari kepala perpustakaan beserta staf-stafnya yang sudah
diwawancarai tentang kondisi perpustakaan pada saat ini, beberapa mengungkapkan bahwa
kualitas pelayanan sudah cukup baik namun memang ada beberapa sector yang belum dibenahi
karena adabeberapa faktor yang mendasari belum berjalanya program yang sedang dilakukan
mengenai perpustakaan dikarena kan berlum selesainyarencana-rencana yang dibuat, namun
menurut kepala perpustakaan sudah menyatkan akan segera melakukan renovasi-renovasi yang
saat ii sedang berjalan adalah renovasi depan gedung perpustakaan itu sendiri, dan renovasi yang
lain akan segera dilakukan selain itu untuk masalah penambahan buku pun sudah dilakukan
namun ada beberapa pertimbangan dalam penambahan buku tersebut, salahsatunya adalah
manfaat dan intensitas pinjam buku yang masih menjadi pertimbangan karena apabila
penambahan buku baru tersebut masih sedikit peminjammnya maka tidak akan ditambah lagi
(ujar kepala perpustakaan pada tanggal 26 Desember 2012 di perpustakaan univerista Sultan
Ageng Tirtayasa).
Adapun hasil wawancara dari staf / kasir peminjaman buku, beliau mengungkapkan
sudah merasa melayani para mahasiswa dan siswi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan
baik, namun terkadang keterbatasan fisik dan waktu membuat mereka merasa kelelahan yang
menimbulkan pemberian pelayanan sedikit menurun, namun saya tetap bekerja secara
professional ( Wawancara Staff Perpustakaan Sultan Ageng Tirtayasa pada tanggal 26
Desember 2012)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diartikan bahwa perpustakaan Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa sudah menjalankan sebagi mana yang sudah tertulis dari berbagai
sumber teori terkait dengan pelayanan public maupun perpustakaan yuang sudah ada contohnya
Dalam skala umum fungsi dari perpustakaan ada 6 yaitu: Fungsi Informasi, Fungsi Pendidikan,
Fungsi Kebudayaan, Fungsi Rekreasi, Fungsi Penelitian, Fungsi Deposit Kebudayaan, Fungsi
Rekreasi, Fungsi Penelitian, Fungsi Deposit.
4.4.2. Permasalahan Dalam Kualitas Pelayanan Perpustakaan Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
Dibalik berbagai aktivitas kegiatan mengenai perpustakaan, dari segi pelayanan 3 dari
mahasiswa/I mengatakan bahwa terdapat beberapa kualitas pelayanan yang kurang baik yaitu
12
bentuk catalogue buku yang tidak tertata dengan baik yang menyebabkan sulitnya pecarian buku-
buku yang dicari, ruangan yang sedikit tidak mendukung diantaranya kodisi ruangan yang
terkadang panans dikarenakan alat pendingin yang kurang mendapatkan perhatian ekstra yang
menyebabkan ruangan menjadi panas, menurut mahasiswa yang sudah saya wawancarai
diantara nya adalah mahasiswa pekerja yang manan dalam kualitas pelayanan perpustakaaan ini,
mereka mengeluhkan kurang nya rentang waktu yang diberikan dalam hal peminjaman buku
masih kurang karena mereka para mahasiswa pekerja sulit untuk meminjam dikarenankan
keerbatasan waktu mereka bekerja sedangkan apabila meminjam pada malm hari/ sesudah kuliah
perpustakann tersebut sudah tutup.
Upaya yang sudah dilakukan sebenarnya perpustakaan ini sudah melakukan berbagai
upaya dalah hal memberikan pelayanan perpustakaan contohnya saja penambahan jam pinjam
yang semula sampai dengan jam enam sore namun kini sudah ditambah menjadi jam Sembilan
malam, selanjutnya penambahan buku sudah dilakukan namun belum sebnyak buku-buku
terdahulu karena melihat intensitas pinjam buku yang masih dipertimbangkan, selain itu masalah
catalogue memang belum sepenuhnya di perbaharui dikarenankan terdapat rencana pembaharuan
posisi-posisi rak yang belum selesai, dalam masalah sosialisai sebenarnnya sudah dilakukan
ketika mashasiswa dan siswi memasuki perguruan tinggi Universitas Sultan Agneg Tirtayas
dengan cara sosialisasi diantara nya pembuatan kartu perpustakaan Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Kartu Perpustakaan Sultan Ageng Tirtayasa merupakan suatu ID yang berfungsi
sebagai alat pinjaman buku yang dipegang oleh pemilik kartu tersebut.
Dalam wawancara terdapat mahasiswa yang mengatakan “ Sebenarnya Pelayanan
Perpustakaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Sudah Baik namun ada beberapa hal yang
menjadi permasalahan , Ruangan yang kecil membuat saya susah dalam bergerak, terus masalah
buku sudah lengkap, namun jumlahnya sedikit, yang mana apabila ada tugas dari dosen kita tidak
bisa meminjam buku yang disarankan tersebut msalah waktu peminjaman sudah cukup, saya
setuju dengan denda keterlambatan buku “ ( wawancara pada tanggal 7 Desember 2012
berlokasi didepan fusda info, Informan : Anwar Musyadat, Beliau selaku mahasiswa yang aktif
dalam peminjaman buku)
Hal lain diungkapkan oleh sodari Mia Amelia beliau merupakan Mahasiswa Aktif dalam
bekerja dan juga kuliah, dengan pernyataan beliau yaitu:
13
“ Pelayanan yang kurang maksimal terutama terkait petugas perpustakaan yang tidak
ramah, kurang memiliki sikap yang baik dalam melakukan pelayanan tersebut , terlebih jika sore
hari, ketentuan untuk jam buka ataupun tutupnya tidak konsisten. Kemudian masalah
penempatan buku, masih banyak buku yang ditempatkan pada kategori yang kurang tepat
dengan tema/ judul buku tersebut. Kalau untuk jangka waktu peminjaman saya rasa sudah cukup
sesuai, dan saya setuju mengenai denda keterlambatan pengembalian buku, karena itu
merupakan sanksi yang dilakukan untuk menjaga serta meminimalisir buku yang lewat masa
pinjam/ hilang. Saran saya, Dari pegawai/ karyawan perpustakaan yang perlu diberikan arahan
mengenai pelayanan yang baik. Dari kataogisasi buku yang dalam penyimpanan /
penempatannya dibiasakan untuk sesuai pada tempatnya sehingga tidak ada buku yang salah
menyimpan . Menambah buku2 baru yang ditawarkan kepada mahasiswa agar ilmu yang
didapat dapat diperbaharui kembali. (wawancara pada tanggal 14 Desember 2012 Ruang Kelas
Gedung D Informan : Mia Amelia, Belia Selaku Mahasiswi aktif bekerja dan kuliah di
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tirtayasa dan cukup sering dalam hal meminjam buku )
Dari hasil wawancara kedua informan, bahwa mereka ,masih belum merasakan
pelayanan, yang baik karene berbagai alasan yang sudah diuraikan sebelumnya dimana
kurangnya keramahan, buku-buku yang tersedia masih belum cukup, penyimpanan buku yang
tidak rapih, namun hasil wawancara menunjukan kesetuan mereka tentang denda ataupun
rentang peminjman yang sudah cukup.
Berdasarkan hasil observasi peneliti memang berdasarkan fakta dilapangan bahwa dalam
alokasi dana pinjaman PNPM Mandiri Perdesaan di desa gunungkencana memang belum tepat
sasaran dan sesuai dengan prioritas utama program yaitu mengutamakan masyarakat miskin
sehingga mereka mampu untuk berpartisipasi dalam program, namun pada kenyataanya sebagian
besar penerima dana SPP adalah mereka yang memang telah dianggap mampu bahkan mereka
yang sudah sejahtera bahkan ada sebagian masyarakat yang menerima pinjaman dana padahal
beliau adalah para istri dari pegawai negri sipil yang dianggap telah mapan dan memiliki
kekayaan yang berlimpah yang terdapat di Desa Gunungkencana.
Selain itu terdapat beberapa anggota kelompok yang menerima bantuan akan tetapi
mereka tidak memiliki usaha, dan bantuan tersebut digunakan hanya untuk kebutuhan sehari-hari
14
saja dengan alasan bahwa dana Simpan Pinjam Perempuan belum mampu mencukupi modal
yang digunakan dan dengan alasan bahwa mereka bingung harus membuka usaha apa,
Permasalahan ini pun merupakan sebagai bentuk dari kesalahan dalam penggunaan dana Simpan
Pinjam Perempuan. Selain itu permasalahan yang ada yakni, pengembangan usaha yang kurang
maksimal karena tidak adanya pelatihan yang berorientasi pada peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dari para petugas PNPM.
Hal ini pun dipertegas dengan pernyataan Bapak Haerudin, beliau adalah mantan ketua
tim ferivikasi kecamatan Gunungkencana tahun 2010-2011 yang mengungkapkan permasalahan
yang terkait dengan penyaluran dana SPP, ia mengemukakan bahwa
“Dalam penyaluran dana SPP memang belum tepat sasaran sesuai dengan prosedur dan
persyaratan kriteria si penerima. yaitu dengan syarat miskin tapi produktif, mereka yang
memiliki usaha namun kekurangan modal, adanya usaha kecil yang bisa di kembangkan,
dan dana tidak diperuntukan untuk kegiatan konsumtif namun dalam realisasinya
memang amat berbeda” (Hasil wawancara pada tanggal 10 Desember pukul 19.00
bertempat di kediaman bapak Haerudin)
Menanggapi hal tersebut, saya sebagai peneliti menambah rasa penasaran dan
keingintahuan saya mengenai bagaimana pemetaan yang dilakukan oleh pelaku dan petugas
PNPM di desa mengenai kriteria Rumah Tangga Miskin sebagai prosedur dalam rangka
impelentasi agar dalam pengalokasian dana sesuai dengan menilai dari berbagai kriteria tersebut
sehingga lebih tepat sasaran bagi sipenerima.
Dalam hal ini Bapak Ade selaku ketua Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, beliau
mengungkapkan bahwa:
“ Data RTM tersebut dahulu sudah pernah dibuat karena sebenernya data tersebut adalah
tugas desa walaupun mungkin dalam pendataanya masih kurang baik, nah desa yang
memiliki kewajiban untuk mendatanya, adapun untuk realisasinya saya tidak menamfik dan
saya jujur bahwa data pemetaan RTM memang tidak berfungsi dengan baik dan tepat
sehingga memang program belum sepenuhnya dirasakan masyarakat bawah”.(Hasil
wawancara pada tanggal 3 Desember pukul 20.00 bertempat di kediaman bapak Ade)
15
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa memang dalam melakukan pemetaan kriteria
rumah tangga miskin di desa gunungkencana memang belum optimal dan maksimal dalam hasil
yang dicapai dengan adanya pemetaan tersebut, padahal disisi lain pemetaan kriteria rumah
tangga miskin tersebut ditujuan agar adanya evaluasi dan penilaian untuk menentukan prioritas
yang akan dijadikan sasaran dalam program dengan menimbang dari berabgai kriteria tersebut.
Dalam hal ini menanggapi permasalahan alokasi dana yang tidak sesuai dengan prioritas
rumah tangga miskin, menjadi suatu tugas dan pertanggungjawaban PJOK (Penanggung Jawab
Operasional Kegiatan) dalam hal ini ia menanggapi permasalahan tersebut sebagai berikut:
“ Dalam hal ini Teknis pengelola kegiatan desa yang mendata dan mengusulkan
mengenai siapa saja orang-orang yang akan mendapatkan dana Simpan Pinjam
Perempuan (SPP), kami hanya menerima laporan saja berdasarkan data dari Unit
Pengelola kegiatan jika dikatakan tepat sasaran memang belum” ( Hasil wawancara
dengan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan Kecamatan Gunungkencana, pada
tanggal 3 Desember 2012, berlokasi di Aula Kecamatan Gunungkencana).
Dalam hal ini ketua tim verifikasi pun memberikan opininya terkait dengan adanya
permasalahan tersebut, beliau mengemukakan dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti
sebagai berikut:
“ Menanggapi adanya ketidaksesuaian dalam alokasi dana untuk prioritas RTM tersebut
memang itu menjadi hal yang sudah biasa dikarenakan sudah menjadi tradisi dimanapun bahwa
mayoritas yang sudah mapan pun jika ada bantuan dari pemerintah mereka seolah-olah tidak
mampu karena menginginkan dana tersebut. Adapun terkait masalah pinjaman SPP saya selaku
tim ferivikasi telah melakukan penilaian terhadap kelayakan sipeminjam, terkait masalah
alokasinya itu mah TPK dan UPK yang harusnya lebih jeli.(Hasil wawancara dengan
Penanggung Jawab Operasional Kegiatan Kecamatan Gunungkencana, pada tanggal 3
Desember 2012 pukul 11.00 WIB, berlokasi di Aula Kecamatan Gunungkencana).
Dari hasil wawancara dengan PJOK (Penanggung Jawab Operasional Kegiatan) dan tim
ferivikasi tersebut dapat tergambarkan bahwa memang dalam implemntasi program PNPM ini
dalam peran dan tugas dengan pelaksanaannya kurang baik dari tim teknis pengelola kegiatan,
Unit pengelola kegiatan maupun dari unit pengelola kegiatan dan berbagai kepentingan yang
16
terkait, karena berdasarkan observasi peneliti dilapangan mengidentifikasi bahwa para pelaku
baik dari tingkat desa dan kecamatan sebenernya telah mengetahui akan permasalahan ini.
Untuk mengkonfirmasi permasalahan tersebut peneliti melakukan observasi dan
wawancara kepada Unit Pengelola Kegiatan dimana UPK ini sebagai unit pengelola dalam
operasional pelaksanaan kegiatan antar desa yang dimana seluruh kegiatan PNPM desa
dikoordinir dan dievaluasi pelaksanaannya oleh UPK (Unit Pengelola Kegiatan). Dalam hal ini
peneliti meminta konfirmasi mengenai permasalahan yang terkait dengan alokasi dana SPP yang
tidak tepat sasaran. Dalam hal ini bapak Asep beliau sebagai ketua Fasilitator Kecamatan, ia
mengemukakan bahwa
“Alokasi memang belum tepat sasaran bahkan jauh dari sasaran, namun ini lah
kekurangan manajemen di Kecamatan gunungkencana khususnya di desa Gunungkencana,
adapun menanggapi permasalahan tersebut memang kami akui sulit dan memang dilematis
dalam menentukan orang-orang yang berhak mendapatkan dana tersebut, karena jika
memilih orang-orang yang benar benar masuk kriteria rumah tangga miskin kami juga
ketakutan akan mengalami keterlambatan atau kemacetan dalam pembayaran SPP
sehingga berakibat pada terhambatanya pencairan dana fisik dan ketakutan tidak
diikutsertakan kembali dalam tahap pencairan dana berikutnya, sebenarnya ini memang
jauh dari PTO”. (Hasil Wawancara Pada Tanggal 3 Desember 2012, pukul 19.00 berlokasi
di Kantor Unit Pelaksana Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan
Gunungkencana.)
Dalam hal ini juga diperkuat oleh pernyataan ketua Unit Pengelola Kegiatan (UPK) yaitu
bapak Ridwan , beliaupun mengungkapkan dalam hal ini bahwa:
“Kami pernah mengalami kemacetan dalam dana SPP hingga dibawah 60% dan
mendapatkan tegoran langsung dari fasilitator kabupaten Lebak dan dikenakan sangsi
penundaan dana untuk pencairan fisik, sehingga hal ini menjadi ketakutan tersendiri bagi
kami, maka dengan itu akhirnya kami memilih orang orang yang mampu untuk membayar
walaupun mereka memang sebetulnya tidak pantas untuk mendapatkan dana tersebut tapi
memangg ga ada pilihan lain ini juga demi kelancaran pembangunan fisik dan dana
17
berikutnya” ( Hasil wawancara pada tanggal 19 November 2012 pada pukul 10.00 WIB
yang berlokasi di Kantor UPK Kecamatan Gunungkencana)
Hal ini pun senada dengan hasil wawancara dengan perwakilan ketua kelompok yaitu Ibu
Lilis dan Ibu Ipur beliau dengan argument yang sama mengemukakan dalam hal ini yaitu
“ Tau ko neng sebenernya mah memang sebagian besar orang yang diberikan dana SPP
itu orang yang tergolong sudah sejahtera tapi ini jalan menghindari permasalahan
keterlambatan pembayaran karena pas perguliran pertama pernah tuh nyampe macet dan
akhirnya saya yang sibuk nagih sana sini, akhirnya berdampak juga ke seluruh anggota
kelompok SPP, jadi akhirnya kita lebih memilih orang-orang yang mampu membayar
tepat waktu yang penting mah lancar lah pembayarannya, biar sayanya juga ga di tegur
lagi sama UPK ”. (Hasil wawancara pada tanggal 3 Desember 2012 yang berlokasi
dikediaman beliau)
Dari berbagai hasil wawancara dengan para narasumber tersebut, dapat disimpulkan
bahwa memang dalam alokasi dana Simpan Pinja Perempuan (SPP) Dalam alokasinya daftar
penerima manfaat tidak sesuai dengan prosedur prioritas yang tergolong rumah tangga miskin
atau masyarakat yang memiliki usaha kecil karena masih terdapat penerima yang tergolong tidak
layak untuk mendapatkan dana tersebut sehingga dalam realisasinya terkesan tidak tepat sasaran
dalam pengalokasiannya, hal ini dikarenakan tidak adanya pendataan kriteria penerima program
secara jelas dengan melakukan pemetaan RTM (Rumah Tangga Miskin), karena lemahnya
sumber daya manusia petugas pelaksana dan rendahnya skill dan kompetensi masyarakat dalam
menanggapi suatu program, dan masih lemahnya manajemen dalam alokasi dana SPP ini
1. Kurangnya sosialisasi dan komunikasi dari para petugas pelaksana PNPM Mandiri
Perdesaan
18
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. J. Mulung lexy, M.A. “Metodologi Penelitian Kualititatif”. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya
Drs. H . Sujardi, M.Si., Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung, PT. Refika Aditama