bab ii.rtf

Download BAB II.rtf

If you can't read please download the document

Upload: putra-bayah

Post on 17-Jan-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Kajian Teoritis

Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologis pendidikan dan teori belajar yang di rancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kurikulum yang terus mengalami perubahan. Adapun berikut ini adalah pengertian model pembelajaran menurut pendapat para tokoh pendidikan antara lain:

Menurut Agus Suprijono model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Menurut Millsmodel adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.

Menurut Richard I Arendsmodel pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Dari beberapa definisi para ahli di atasdapat di simpulkan bahwa model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Secara harfiah model pembelajaran merupakan strategi yang di gunakan untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yangoptimal. Model pembelajaran adalah betuk penjabaran yang tergambar dari awal sampe akhir yang disajikan secara khas oleh guru kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.

Jenis- jenis model pembelajaran

Sugiyanto (2008) mengemukakan bahwa ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran tersebut antara lain terdiri dari:

Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Pembelajaran ini juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika siswa belajar.

Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Model Pembelajaran Kuantum

Model pembelajaran kuantum merupakan rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi yang jauh sebelumnya sudah ada.

Model Pembelajaran Terpadu

Model pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning PBL)

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning PBL) merupakan pembelajaran yang mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan siswa tetapi pada apa yang siswa pikirkan selama mereka mengerjakannya. Guru memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berfikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhanKunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)hal. 359.

Secara sederhana, kata kooperatif berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim. Jadi, pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar bersama, saling membantu satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah di tentukan sebelumnya.

Lie menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan teman-teman yang lainnya dalam tugas yang terstruktur. Sedangkan pendapat jahiri menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran kooperatif yang menuntut di terapkannya pendekatan belajar siswa yang sentris, humanistik dan demokratis serta disesuaikan pada kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelasatau di sekolah.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam memepelajari materi pelajaranSlavin, Cooperative Learning, (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2008) hal. 4bit. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk masalah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran koopertif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum msa belakangan ini metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. Ibid. Hal 4

Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikann kooperat. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri.

Inilahinti dari pembelajaran kooperatif (Slavin, 1928a,b)Ibid, hal. 8. Dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Anggota timnya heterogen yang terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah, laki-laki dan perempuan, dan berasal dari latar belakang etnik yang berbeda.

Metode pembelajaran kooperatif tentu saja bukan hal baru. Para guru sudah menggunakannya selama bertahun-tahun dalam bentuk laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi, dan sebagainya. Namun penelitian terakhir di Amerika dan beberapa negara lain telah menciptakan metode-metode pembelajaran kooperatif yang sistematik dan praktis yang ditujukan untuk digunakan sebagai elemen utama dalam pola pengaturan di kelas, pengruh penerapan metode-metode ini juga telah di dokumentasikan, dan telah di aplikasikan ada kurikulum pengajaran yang lebih luas. Metode-metode ini sekarang telah digunakan secara ekstensif dalam setiap subjek yang dapat dikonsepkan, pada tingkat kelas mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, dan pada berbagai macam sekolah di seluruh dunia Ibid, hal. 9

Metode Think Pair Share (TPS)

Tipe ini di kembangkan oleh Frank Lyman, dkk. Dari universitas Maryland 1981 yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam seting kelompok kelas secara keseluruhan. Tipe ini memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta salaing bantu satu sama lain. Kunandar, Guru Profesional implementasi kurikulum KTSP dan sukses dalam sertifikasi guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) hal. 37

Dikemukakan oleh Lie bahwa, Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.

Sedangkan menurut gunter Think-Pair-Share adalah pembelajaran dengan cara siswa saling belajar satu sama lain dan mendapatkan jalan keluar dari ide mereka setelah berdiskusi dan membuat ide mereka untuk didiskusikan dalam seluruh kelas.

Hal senada juga disampaikan oleh Ibrahim, dkk, mereka menyatakan bahwa TPS (Think Pair Share) atau (Berfikir Berpasangan Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think-Pair-Share menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koopratif learning tipe ThinkPairShare (TPS) adalahModel Pembelajaranyangmenggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.http://desyhandayanii.blogspot.com/2012/04/think-pair-share-tps0.html(di akses tanggal 12-01-2013, jam 09.50)

Think-Pair-Sharemerupakan model pembelajaran yang menggunakan teknik sederhana namun menghasilkan keuntungan yang besar. Think-Pair-Sharedapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think-Pair-Sharejuga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan berpartisipasi dalam kelas.

Think-Pair-Share digunakan untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Guru menciptakan interaksi yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Guru memberi informasi, hanya informasi yang mendasar saja, sebagai dasar pijakan bagi anak didik dalam mencari dan menemukan sendiri informasi lainnya. Atau guru menjelaskan materi dengan mengaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan anak sehingga memudahkan mereka menanggapi dan memahami pengalaman yang baru bahkan membuat anak didik mudah memusatkan perhatian. Karenanya guru sangat perlu memperhatikan pengalaman dan pengetahuan anak didik yang didapatinya dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil dari Think-Pair-Share adalah untuk mengembangkan partisipasi siswa dalam kelas dengan berdiskusi dan meningkatkan pemahaman konsep. Dengan cara siswa saling belajar satu sama lain dan mendapatkan jalan keluar dari ide mereka setelah berdiskusi dan membuat ide mereka untuk didiskusikan dalam kelas (Gunter, 1999).

Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share. Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat dilihat pada tabel berikut :

Fase Atau Tahapan

Perilaku Guru

Fase 1: Memberikan orientasi kepada peserta didik

Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiapkegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalahGuru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa

Fase 2:

Think (berfikir secara individu)

Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasiGuru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswaSiswa mengerjakan LKS tersebut secara individu

Fase 3:

Pair (berpasangan dengan teman sebangku)

Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunyaSiswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan

Fase4:

Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain)

Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.

Fase 5:

Penghargaan

Siswa dinilai secara individu dan kelompok

Model pembelajaran kooperatif dengan metode Think-Pair-Share juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain :

1. Meningkatkan daya pikir siswa.

2. Memberikan lebih banyak waktu pada siswa untuk berfikir.

3. Mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep sulit karena siswa saling membantu dalam menyelesaikan masalah.

4. Pengawasan guru terhadap anggota kelompok lebih mudah karena hanya terdiri dari 2 orang.

Selain beberapa kelebihan di atas, metode Think-Pair-Share juga memiliki kelemahan antara lain :

1. Jika jumlah kelas sangat besar, maka guru akan mengalami kesulitan dalam membimbing siswa yang membutuhkan perhatian lebih.

2. Pemahaman tentang konsep dalam setiap pasangan akan berbeda sehingga akan dibutuhkan waktu tambahan untuk pelurusan konsep oleh guru dengan menunjukkan jawaban yang benar.

3. Lebih banyak waktu yang diperlukan untuk mempresentasikan hasil diskusi karena jumlah pasangan yang sangat besar.

Pengertian Belajar

Balajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangant fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.

Menurut Gage belajar dapat di definisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akiba pengalamanRatna wilis Dahar, Teori Teori Belajar, (Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama, 1996) hal. 11.

Menurut W.S. Winkel, belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang tersebutW.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996) hal. 52.

Menurut Arief S. Sadiman, dkk. belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya prubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).Arief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan (pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya), (Jakarta: Rajawali Press, 2010) hal. 23

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah lakusebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkahlakuSlameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hal. 2.

Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan, misalnya psikologi pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah, manusia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah dibumi. Selain itu, dengan kemampuan berubah melalui belajar itu, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan penting untuk kehidupannya. E.L. Thorndike meramalkan, jika kemampuan belajar umat manusia dikurangi setengahnya saja maka peradaban yang ada sekarang tak akan berguna bagi generasi mendatang. Bahkan, mungkin peradaban itu sendiri akan lenyap ditelan zaman Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010) hal. 92 .

Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru).

Jadi hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Nana Sudjana mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Dalam belajar terjadi proses berpikir dan terjadi kegiatan mental, dan dalam kegiatan menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut. Dengan demikian dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan yang dipelajari tersebut, inilah yang disebut hasil belajar.

Gagne mengelompokan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas. Gagne dan Briggs (1978 : 49-55) menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Bandung: Erlangga, 1996) hal. 135-140:

Keterampilan Intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi, kaidahserta konsep.Strategi Kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat dan berpikir. Informsi Verbal adalah kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.Keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta keterampilan-keterampilan. Kawasan psikomotorik adalah kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak. Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu 1) pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, 2) pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal, 3) penerapan adalah kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata, 4) analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, 5) sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, 6) penelitian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau ekstern maupun yang yang ditetapkan terlebih dahulu.

Hakikat hasil belajar

Menurut Gagne, hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan berupa penampilan yang dapat diamati, kemampuan-kemampuan itu dapat bersifat kognitif, afektif dan psikomotorikRatna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal. 134. Hakikat hasil belajar fisika adalah untuk mengantarkan siswa mengausai konsep-konsep, teori-teori,dan hukum-hukum fisika serta keterkaitannya agar agar dapat memecahkan masalah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, kata menguasai mengisyaratkan bahwa peserta didik tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang konsep-konsep, teori-teori, dan hukum-hukum fisika, melainkan peserta didik harus bisa memahami dan mengerti konsep-konsep, teori-teori, dan hukum-hukum fisika dan menghubungkan keterkaitan satu konsep dengan konsep yang lainya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar menumbuhkan pengetahuan dan pengertian dalam diri seseorang sehingga ia dapat mempunyai kemampuan berupa keterampilan dalam bentuk kebiasaan, sikap dan cita-cita hidupnya. Dengan menilai hasil belajar peserta didiknya, sebenarnya guru tidak hanya menilai hasil usaha peserta didiknya saja tetapi sekaligus juga menilai hasil usahanya sendiri.

Hasil belajar menempatkan seseorang dari tingkat abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain. Mengenai perubahan tingkat abilitas menurut Bloom meliputi tiga ranah, yaituHisyam Zaini,dkk., Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta, 2002), hal. 68:

Kognitif, meliputi: pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis, menilai, dan menerapkan.Afektif, meliputi : sikap menerima, respon, menilai, organisasi, dan karakterisasi.Psikomotorik, meliputi : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, gerakan pola penyesuaian, dan kreativitas.

Sebenarnya hasil belajar merupakan realisasi pemekaran dari kecakapan atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dari seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun yang menyangkut nilai dalam sikapArief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan (pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya), (Jakarta: Rajawali Press, 2010) hal. 2. Hasil belajar diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar, dan evaluasi tersebut dilakukan karena adanya kegiatan balajar. Jadi, hasil belajar fisika siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang dicapai siswa pada mata pelajaran fisika setelah mengalami proses pembelajaran di sekolah dan dari hasil evaluasi (tes) atau ujian yang diberika setelah melewati proses belajar pada akhir rumusan tertentu.

Kerangka teoritis

Think-Pair-Sharemerupakan model pembelajaran yang menggunakan teknik sederhana namun menghasilkan keuntungan yang besar. Think-Pair-Sharedapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think-Pair-Sharejuga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan berpartisipasi dalam kelas. Think-Pair-Sharesebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu thingking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).

Think-Pair-Share digunakan untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Guru menciptakan interaksi yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Guru memberi informasi, hanya informasi yang mendasar saja, sebagai dasar pijakan bagi anak didik dalam mencari dan menemukan sendiri informasi lainnya. Atau guru menjelaskan materi dengan mengaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan anak sehingga memudahkan mereka menanggapi dan memahami pengalaman yang baru bahkan membuat anak didik mudah memusatkan perhatian. Karenanya guru sangat perlu memperhatikan pengalaman dan pengetahuan anak didik yang didapatinya dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan suatu strategi, model dalam pembelajaran fisika merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa secara konstruktif dan mengarah kepada penguasaan materi, kareena itu dalam proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi dan model pembelajaran yang tepat, efisisen, efektif dan mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satunya dapat melibatkan siswa mengembangakan motifasi siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan krangka pikir di bawah ini:

Belajar

Proses

Input

output

Kualitas proses pembelajaran

Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

Hasil belajar

Bagan 2.1

Kerangka Berpikir

Rumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini sampai terbukti kebenarannya melalui data yang telah terkumpul dan telah diuji.

Ho : tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas xi pada konsep fluida statis.

Ha : terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas xi pada konsep fluida statis.

Hasil kajian pustaka yang relevan

Hasil-hasil penelitian yang menjadi dasar peneliti melakukan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, antara lain sebagai berikut :

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA NEGERI 8 SURAKARTA (oleh Peni Arianti)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 8 Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi experiment) menggunakan Posstest Only Control Group Design.Variabel bebas berupa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan variabel terikat adalah hasil belajar biologi siswa.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar ranah afektif dan ranah psikomotor tetapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa kelas X SMA Negeri 8 Surakarta.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNARUNGU (oleh Nur Azizah)

Hasil tes matematika seluruh siswa kelas IV sebelum dilakukan intervensi melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, menunjukkan tingkat hasil belajar dengan rata - rata 41,28 dan setelah dilakukan intervensi menunjukkan tingkat hasil belajar dengan rata rata 64,73. Adanya peningkatan yang signifikan hasil belajar matematika anak tunarungu kelas IV dari sebelum dan setelah dilakukan intervensi melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share Dari uraian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar matematika anak tunarungu kelas IV di SDLB B Karya Mulia I Surabaya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan berinteraksi social anak tunarungu dan dapat meningkatkan aktivitas siswa serta hasil belajar matematika di sekolah. Oleh sebab itu maka penulis menyarankan kepada: (1) Hendaknya guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share sebagai pengembangan proses pembelajaran di sekolah. Karena pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat merangsang siswa untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain dan siswa diberikan kesempatan untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya sehingga dapat merangsang siswa secara aktif untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan selama proses pembelajaran; (2) Orang tua dapat juga menerapkan model pembelajaran kooperatif sebagai proses pembelajaran dirumah. Seperti halnya ketika menyelesaikan pekerjaan dirumah, orang tua dan anak saling bekerja sama dalam melaksanakan tugas di rumah. Selain itu orang tua hendaknya menciptakan interaksi dan komunikasi dua arah yang aktif dengan anak serta memberikan kesempatan anak untuk berpendapat dalam keluarga; (3) Peneliti Lanjutan dapat mengembangkan lebih cermat tentang pembelajaran kooperatif dan memperhatikan langkah- langkahnya serta kondisi yang ada pada diri subyek penelitian.

CETLs : SUPPORTING COLLABORATIVE ACTIVITIES AMONG STUDENTS AND TEACHERS THROUGH THE USE OF THINK-PAIR-SHARE TECHNIQUES. (oleh : N. A. Nik Azlina)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh N. A. Nik Azlina bahwa lingkungan belajar kolaboratif computer-supported adalah sebuah kesempatan baik untuk belajar masyarakat untuk mempengaruhi teknologi baru. dengan demikian penelitian ini telah melaporkan pendekatan kolaboratif yang digunakan untuk mengajar dan belajar di Web. Pendekatan untuk mengajar dan belajar kolaboratif termasuk posisi guru sebagai pengawas, bersama dengan pengawas diskusi kelas dan pelajar, dan penggunaan dari sekelompok proyek. Beberapa alat CSCL telah ditinjau dan perbandingan dibuat sesuai. Kolaboratif belajar teknik Berpikir-pasangan-berbagi, diringkas, dan sistem CSCL yang menerapkan teknik ini menjadi berkembang. Sistem cscl yang disebut sebagai cetls, yang berharap untuk meningkatkan proses belajar mengajar, dengan demikian untuk meningkatkan kinerja para siswa di sekolah-sekolah. CETLs dipercaya sebagai mekanisme pembelajaran yang mampu menyediakan transformasi lebih baik tidak hanya untuk guru dan siswa, tetapi untuk seluruh masyarakat juga.