bab iii · web viewparameter kualitas air yang akan dianalisis dan metoda analisis yang akan...

32
KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PT SATRIA LESTARI BAB III BAB III METODE STUDI METODE STUDI 3.1. METODA PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA Pengumpulan data dimaksudkan untuk mengetahui dengan obyektif kondisi rona awal lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak oleh rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PT Satria Lestari dalam rangkaian kegiatan penambangan batubara. Data tersebut adalah data sebelum dilaksanakannya kegiatan dan merupakan karakteristik dari komponen lingkungan yang berperan sebagai media penyebaran dampak lingkungan. Komponen lingkungan yang dimaksud adalah komponen fisik-kimia, komponen biologi, komponen sosial dan komponen kesehatan masyarakat. Ditinjau dari sumbernya, data tersebut dikelompokan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu data primer dan data sekunder. Untuk memperoleh data primer akan dilakukan secara langsung dilapangan dengan cara observasi visual, pengukuran dan pengamatan secara langsung, pengambilan sampel serta wawancara. Sedangkan data sekunder akan diperoleh dari pihak pemrakarsa dan instansi terkait berupa peta, buku-buku peraturan perundang-undangan yang terkait serta literatur lainnya yang terkait. Data sekunder yang diperoleh dari suatu sumber akan dilakukan pengkajian silang dengan data dari sumber lain. Data primer maupun data sekunder yang dikumpulkan merupakan data yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dengan memperhatikan validitas dan reliabilitas dari data tersebut. Pengumpulan data tersebut, dimaksud untuk memperoleh data parameter lingkungan secara langsung yang terdiri atas komponen fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat. Lokasi pengambilan sampel ditentukan dengan mempertimbangkan : 1. Rencana tahapan kegiatan yang telah diidentifikasi secara hipotetik menimbulkan dampak. 2. Waktu pelaksanaan rencana kegiatan proyek/selang waktu setelah berlangsungnya kegiatan dan lokasi/penyebaran dampak. 3. Karakteristik lingkungan di wilayah studi. Pengumpulan data rona lingkungan hidup awal dalam studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) penambangan batubara PT Satria Lestari akan difokuskan terhadap data komponen lingkungan hidup yang disesuaikan dengan hasil pelingkupan dampak penting. Lokasi dari masing-masing titik pengambilan sampel komponen fisik-kimia, biologi serta sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1. METODE STUDI III - 1

Upload: trankhuong

Post on 14-Jun-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

BAB IIIBAB IIIMETODE STUDIMETODE STUDI

3.1. METODA PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATAPengumpulan data dimaksudkan untuk mengetahui dengan obyektif kondisi rona awal lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak oleh rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PT Satria Lestari dalam rangkaian kegiatan penambangan batubara. Data tersebut adalah data sebelum dilaksanakannya kegiatan dan merupakan karakteristik dari komponen lingkungan yang berperan sebagai media penyebaran dampak lingkungan. Komponen lingkungan yang dimaksud adalah komponen fisik-kimia, komponen biologi, komponen sosial dan komponen kesehatan masyarakat. Ditinjau dari sumbernya, data tersebut dikelompokan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu data primer dan data sekunder. Untuk memperoleh data primer akan dilakukan secara langsung dilapangan dengan cara observasi visual, pengukuran dan pengamatan secara langsung, pengambilan sampel serta wawancara. Sedangkan data sekunder akan diperoleh dari pihak pemrakarsa dan instansi terkait berupa peta, buku-buku peraturan perundang-undangan yang terkait serta literatur lainnya yang terkait. Data sekunder yang diperoleh dari suatu sumber akan dilakukan pengkajian silang dengan data dari sumber lain.Data primer maupun data sekunder yang dikumpulkan merupakan data yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dengan memperhatikan validitas dan reliabilitas dari data tersebut. Pengumpulan data tersebut, dimaksud untuk memperoleh data parameter lingkungan secara langsung yang terdiri atas komponen fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat. Lokasi pengambilan sampel ditentukan dengan mempertimbangkan :1. Rencana tahapan kegiatan yang telah diidentifikasi secara hipotetik menimbulkan

dampak.2. Waktu pelaksanaan rencana kegiatan proyek/selang waktu setelah berlangsungnya

kegiatan dan lokasi/penyebaran dampak.3. Karakteristik lingkungan di wilayah studi.Pengumpulan data rona lingkungan hidup awal dalam studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) penambangan batubara PT Satria Lestari akan difokuskan terhadap data komponen lingkungan hidup yang disesuaikan dengan hasil pelingkupan dampak penting.Lokasi dari masing-masing titik pengambilan sampel komponen fisik-kimia, biologi serta sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1.

METODE STUDI III - 1

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Tabel 3.1. Titik Koordinat Lokasi Pengambilan Sampel Rona Awal Lingkungan Hidup.No. Parameter Sampling Lokasi1. Kualitas Udara Areal pemukiman penduduk (Desa Margahayu)

Areal rencana jalan angkut Areal rencana tambangAreal rencana pelabuhan

2. Getaran Areal pemukiman penduduk (Desa Margahayu)Areal rencana tambang

3. Kualitas Air Sungai Mahakam (Zetty)Sungai SentakAnak Sungai TenggarongSumur penduduk (Desa Margahayu)

4. Tanah Areal Rencana PelabuhanAreal Rencana TambangAreal Rencana Tambang

5. Biologi Areal Rencana PelabuhanAreal Rencana TambangAreal Rencana Tambang

6. Sosekbudkesmas Desa MargahayuDesa Jonggon JayaKelurahan JahabDesa Sungai PayangDesa Loa Kulu Kota

METODE STUDI III - 2

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Gambar 3.1. Peta Pengambilan Sampel

3.1.1. Komponen Fisik KimiaA. Iklim

METODE STUDI III - 3

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang dihimpun dari Stasiun Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Temindung Samarinda berupa data iklim selama 10 tahun terakhir. Beberapa parameter komponen iklim masing-masing dianalisis seperti diuraikan di bawah ini.1. Tipe Iklim

Analisis penentuan Tipe iklim, penetapannya berdasarkan pada besarnya jumlah curah hujan yang terjadi di lokasi proyek pada setiap bulannya. Data curah hujan yang dikumpulkan selama periode 10 tahun terakhir dari stasiun iklim terdekat Kemudian curah hujan tersebut diklassifikasi berdasarkan pembagian bulan basah ( > 100 mm), bulan lembab (60 – 100 mm) dan bulan kering (< 60 mm). Selanjutnya dianalisis dengan klassifikasi iklim menurut Schmidth dan Ferguson dengan rumus :

Q = Rata-rata Jumlah Bulan KeringRata-Rata Jumlah Bulan Basah

Dimana :0,000 Q < 0,143 A = sangat basah0,143 Q < 0,333 B = basah0,333 Q < 0,600 C = agak basah0,600 Q < 0,100 D = sedang0,100 Q < 1,670 E = agak kering1,670 Q < 3,000 F = kering3,000 Q < 7,000 G = sangat kering7,000 Q < - H = luar biasa kering

2. SuhuParameter suhu udara dianalisis dengan cara menghitung rata-rata temperatur maksimum, minimum baik harian maupun bulanan.

3. Curah hujan bulanan dan tahunanParameter curah hujan bulanan dan tahunan dianalisis secara deskriptif yaitu melalui tabulasi dan perhitungan jumlah hujan rata-rata bulanan serta tahunan dalam periode 10 tahun.

4. Kelembaban udaraParameter kelembaban udara dianalisis secara deskriptif yaitu melalui tabulasi dan perhitungan kelembaban udara maksimum, minimum dan rata-rata bulanan serta tahunan dalam periode 10 tahun pada kondisi musim kemarau dan musim penghujan.

5. Intensitas Penyinaran matahariParameter penyinaran matahari dianalisis dengan cara tabulasi dan perhitungan jumlah intensitas penyinaran yang terjadi pada setiap hari, bulanan dan tahunan selama periode 10 tahun.

6. Arah dan Kecepatan Angin.Parameter arah dan kecepatan angin dianalisis dengan cara tabulasi dan perhitungan kecepatan angin harian dan bulanan selama periode 10 tahun.

B. Kualitas udara AmbienPengumpulan data kualitas udara ambient akan dilakukan dengan cara pengambilan sampling langsung di lapangan sebagai data primer. Parameter yang dianalisis untuk mengetahui rona awal kualitas udara di lokasi proyek dan sekitarnya adalah kadar debu, SOX, NOX dan CO di udara.

METODE STUDI III - 4

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Penentuan lokasi pengambilan sampling kualitas udara ambient berdasar atas penentuan tingkat sebaran dampak yang bertitik berat kepada lokasi yang cenderung akan terjadi perubahan kualitas udara ambient akibat adanya kegiatan pertambangan batubara PT Satria Lestari. Pengambilan sampling kualitas udara ambient direncanakan akan dilakukan di 4 (empat) lokasi, yaitu disekitar pemukiman penduduk, rencana jalan tambang, areal rencana penambangan dan areal rencana pelabuhan batubara PT Satria Lestari.Metode pengukuran dan analisis kualitas udara beserta jenis peralatan yang akan digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Metoda Pengukuran dan Analisis Kualitas Udara Ambient

No. Parameter Waktu Pengukuran Peralatan Metode

Analisis1. Debu (TSP) 1 jam High Volume Air

Sampler Gravimetric2. Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam Spektrofotometer Pararosanilin3. Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam Spektrofotometer Saltzman4. Carbon Monoksida (CO) 1 jam CO Analyzer NDIR

Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999

Parameter debu, SO2, NO2 dan CO dianalisis secara deskriptif, dan dibandingkan dengan ambang batas baku mutu udara ambient nasional (Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

C. KebisinganPengumpulan data tingkat kebisingan akan dilakukan dengan cara pengambilan sampling langsung di lapangan sebagai data primer dan dianalisis untuk mengetahui rona awal intensitas kebisingan di lokasi proyek dan sekitarnya. Metode pengukuran intensitas kebisingan akan dilakukan langsung di tempat dengan menggunakan alat Sound Level Meter selama 10 menit untuk setiap pengukuran dan pembacaan dilakukan setiap 5 detik. Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam pada selang 22.00 – 06.00. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukurun.Penentuan lokasi pengambilan sampling tingkat kebisingan berdasar atas penentuan tingkat sebaran dampak yang bertitik berat kepada lokasi yang cenderung akan terjadi perubahan intensitas kebisingan akibat adanya kegiatan penambangan batubara PT Satria Lestari. Pengambilan sampling intensitas kebisingan direncanakan akan dilakukan di 4 (empat) lokasi, yaitu disekitar pemukiman penduduk, rencana jalan tambang, areal rencana penambangan dan areal rencana pelabuhan batubara PT Satria Lestari.Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi pengambilan sampel intensitas kebisingan dapat dilihat pada peta lokasi pengambilan sampel (Halaman III – 3). Parameter tingkat kebisingan dianalisis dengan dibandingkan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor : Kep-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan, yaitu sebesar 50 dBA (untuk ruang terbuka hijau), 55 dBA (untuk kawasan perumahan dan pemukiman), sebesar 60 dBA (untuk pemerintahan dan fasilitas umum) dan 70 dBA (untuk industri). Selain itu, Parameter tingkat kebisingan juga dibandingkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP–51/MEN/1999.

D. Struktur dan Kualitas Tanah

METODE STUDI III - 5

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Parameter tanah yang dikaji dalam studi ini adalah jenis dan kesuburan tanah meliputi ; jenis, sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah. Pengumpulan data parameter jenis tanah dilakukan dengan pembuatan profil tanah yaitu dengan menggali tanah dengan ukuran 1 x 1 x 1 m (data primer), sedangkan pengumpulan data parameter kesuburan tanah dilakukan dengan pengambilan sampel tanah (data primer) dengan menggunakan bor tanah. Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit dengan kedalaman 0 – 30 cm dan 30 – 60 cm. Penentuan lokasi pengambilan sampel tanah berdasarkan pada keterwakilan seluruh daerah studi dengan pertimbangan kondisi topografi, kelas kelerengan serta sebaran jenis tanah dengan menginterprestasi peta sebaran jenis tanah. Pengambilan sampel tanah di wilayah studi akan dilakukan pada berbagai jenis tanah yang dianggap dapat mewakili untuk seluruh daerah studi. Selanjutnya sampel tersebut dianalisis di laboratorium untuk mengetahui sifat fisik tanah yang terdiri dari tekstur, struktur, konsistensi, porositas dan permeabilitas, kedalaman solum, kedalaman tanah efektif serta sifat kimia tanah antara lain kandungan bahan organik dan kandungan unsur hara penting seperti Nitrogen, Fosfor, Kalium, Kation Basa (Ca, Mg, Na, dan K), Aldd, pH dan kejenuhan Al, C organik, N total, P total, pH (H20) dan pH (KCl), Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa. Metode yang digunakan untuk analisis parameter sifat fisika dan kimia tanah ini disajikan dalam Tabel 3.3.Tabel 3.3. Metoda Analisis Sifat Fisika dan Kimia TanahNo. Parameter Satuan Metode Analisis/Pengukuran Alat

1 pH (H2O) & pH (KCl) - Dikocok dengan H2O & KCl perbandingan 1 : 2,5

pH meter

2 C – Organik % Welkey dan black Alat gelas3 N – Total % Kjedahl Tabung Kjedahl4 P tersedia ppm Ekstraksi Bray 1 Spektrofotometer5 K, Na, Ca, Mg Me/100g Ekstraksi NH4Oac, pH 7 Flamefotometer

6 Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Me/100g Penjenuhan NH4Oac, pH 7, Dekantasi, titrasi

Alat-alat gelas

7 Al dan H Me/100g Titrasi Alat-alat gelas8 Tekstur

(pasir, debu dan liat) % Penyaringan, pemipetan pada waktu

tertentuPipet, saringan dan

bak pendinginSumber : Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1983

Analisis data parameter kesuburan tanah tersebut kemudian dianalisis melalui interpretasi data, tabulasi dan dibandingkan dengan klasifikasi tingkat kesuburan tanah berdasarkan Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1983 seperti yang disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kriteria Penilaian Sifat kimia Tanah

ParameterSangat Rendah

(SR)Rendah

(R) Sedang

(S)Tinggi

(T)Sangat Tinggi (ST)

Nitrogen (%) <0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75C-Organik (%) <1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5,00C/N Ratio <5 5-10 11-15 16-35 >25P2O5 HCl 25% (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60P2O5 Bray I (ppm) <5 5-10 11-15 16-25 >25K2O HCl 25% (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60Kation dapat tukar : Ca (me/100g) <2 2-5 6-10 10-20 >20 Mg (me/100g) <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0 K (me/100g) <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1,0 Na (me/100g) <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0

METODE STUDI III - 6

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Kejenuhan Al (%) <10 10-20 21-30 31-60 >60Kejenuhan Basa (%) <20 20-35 36-50 51-70 >70KTK (me/100g) <5 5-16 17-24 25-40 >40

Parameter Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkali

pH (H2O) <4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5pH (KCl) <2,5 2,5-4,0 4,1-6,0 6,1-6,5 >6,5

Sumber : Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1983

Tabel 3.5. Kriteria Penilaian Parameter Kesuburan TanahNo. Komponen Kimia Tanah Satuan Kandungan Harkat

1 Kapasitas Tukar Kation (KTK) me/100 g

> 25 Tinggi17 – 25 Sedang5 – 16 Rendah< 5 Sangat Tinggi

2 Kejenuhan Basa (KB) %> 50 Tinggi

35 – 50 Sedang< 35 Rendah

3 Fosfat (P2O5) mg/100 g> 40 Tinggi

20 – 40 Sedang< 20 Rendah

4 Kalium mg/100 g> 40 Tinggi

20 – 40 Sedang< 20 Rendah

5 C – Organik %> 3 Tinggi2 – 3 Sedang< 2 Rendah

Sumber : Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1983.

Analisis data jenis tanah secara deskriptif yaitu dengan cara mengklassifikasikan tanahnya berdasarkan klassifikasi tanah sistem Amerika Serikat (USDA) dari order sampai dengan sub group. Kemudian dipadankan dengan sistem klassifikasi tanah menurut Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983).Selanjutnya dari beberapa kombinasi status parameter kesuburan tanah tersebut dapat ditetapkan tingkat kesuburan tanah dengan kriteria yang disajikan pada Tabel 3.6.Tabel 3.6. Kombinasi Beberapa Sifat Tanah dan Penetapan Tingkat Kesuburan

Tanah.KTK KB Kombinasi P2O5, K2O,

C–Organik Tingkat Kesuburan TanahTinggi Tinggi 2 Tinggi tanpa Rendah TinggiTinggi Tinggi 2 Tinggi dengan Rendah SedangTinggi Tinggi 2 Sedang Tanpa Rendah Tinggi

METODE STUDI III - 7

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Tabel 3.6. LanjutanKTK KB Kombinasi P2O5, K2O,

C–Organik Tingkat Kesuburan TanahTinggi Tinggi 2 Sedang Dengan Rendah SedangTinggi Tinggi Tinggi Sedang Rendah SedangTinggi Tinggi 2 Rendah Dengan Tinggi SedangTinggi Tinggi 2 Rendah Dengan Sedang Rendah Tinggi Sedang 2 Tinggi Tanpa Rendah TinggiTinggi Sedang 2 Tinggi Dengan Rendah SedangTinggi Sedang 2 Sedang SedangTinggi Sedang Kombinasi Lain RendahTinggi Rendah 2 tinggi Tanpa Rendah SedangTinggi Rendah 2 Tinggi Dengan Rendah Rendah Tinggi Rendah Kombinikasi Lain Rendah Sedang Tinggi 2 Tinggi Tanpa Rendah SedangSedang Tinggi 2 Tinggi Tanpa Rendah SedangSedang Tinggi Kombinasi Lain Rendah Sedang Sedang 2 Tinggi Tanpa Rendah SedangSedang Sedang 2 Sedang Tanpa Rendah SedangSedang Sedang Kombinasi Lain Rendah Sedang Rendah 3 Tinggi Sedang Sedang Rendah Kombinasi Lain Rendah Rendah Tinggi 2 Tinggi Tanpa Rendah Sedang Rendah Tinggi 2 Tinggi Dengan Rendah Rendah Rendah Tinggi 2 Sedang Tanpa Rendah Sedang Rendah Tinggi Kombinasi Lain RendahRendah Sedang 2 Tinggi Tanpa Rendah Rendah Rendah Sedang Kombinasi Lain Rendah Rendah Rendah Semua Kombinasi Rendah Sangat Rendah

Tinggi, Sedang, Rendah

Semua Kombinasi Sangat Rendah

Sumber : Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983).

E. Aliran Permukaan (Run Off)Analisis data aliran permukaan (run off) dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan rumus rasional (Chow, 1964) sebagai berikut:

Q = C . I . ADimana :Q = Debir Aliran Permukaan (m3/hari hujan)C = Koofisien Air LarianI = Intensitas Hujan (m/hari hujan)A = Luas Daerah (m2)Nilai koofisien air larian (C) mengunakan kriteria seperti yang disajikan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Nilai Koofisien Air Larian

Tipe Daerah Drainase Koofisien Air Larian (C)Lapangan Rumput- Tanah berpasir, datar, 2%- Tanah berpasir, rata – rata, 2 – 7%- Tanah berpasir, berlereng, 7%- Tanah berat, datar, 2%- Tanah berat, rata – rata, 2 – 7%- Tanah berat, berlereng, 7%

0,05 – 0,100,10 – 0,150,15 – 0,200,13 – 0,170,18 – 0,220,25 – 0,35

Daerah usaha- Daerah usaha di kota- Daerah usaha di kampung

0,70 – 0,950,50 – 0,70

METODE STUDI III - 8

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Tabel 3.7. LanjutanTipe Daerah Drainase Koofisien Air Larian (C)

Daerah Pemukiman- Perumahan individual- Multi unit, berdiri sendiri- Multi unit, tergabung- Suburban- Daerah pemukiman apartemen

0,30 – 0,500,40 – 0,600,60 – 0,750,25 – 0,400,50 – 0,70

Industri- Berindustri berat- Berindustri ringan

0,50 – 0,800,60 – 0,90

Daerah tidak terbangun 0,10 – 0,30Jalan- Aspal- Beton- Bata- Kerikil- Tak diperkeras, lahan kosong

0,70 – 0,950,80 – 0,950,70 – 0,850,15 – 0,300,10 – 0,30

Atap (genteng) 0,75 – 0,95Daerah berhutan baik 0,01 – 0,10

Sumber : Soemarwoto (1996).

F. Tingkat ErosiParameter erosi tanah analisis datanya dilakukan dengan cara menduga potensi erosi yang terjadi pada kawasan proyek. Adapun persamaan matematis seperti yang dikemukakan oleh Wischmeier dan Smith (1978) dan dikenal sebagai persamaan (USLE), sebagai berikut :

A = R . K . L . S . C . PDimana :A = Besarnya erosi (ton/ha/tahun)R = Faktor erosivitas hujanK = Faktor erodibilitas tanahL = Indeks panjang lerengS = Indeks kemiringan lereng C = Indeks faktor pengelolaan tanamanP = Indeks faktor teknik konservasi tanahFaktor erosivitas hujan (R) dihitung berdasarkan data hujan bulanan dengan menggunakan persamaan Bols (1978) berikut :

R = 12(1 (El30) i

El30 = 0.119 (P)1.21 (H)-0.47 (MP)0.53

Dimana :El30 = Indeks erosivitas bulananP = Curah hujan rata-rata bulanan (cmH = Curah hujan rata-rata per bulan (hari hujan)MP = Curah hujan bulanan maksimum selama 24 jam dalam 1 bulan (mm)

Faktor Erodibilitas (K) tanah (faktor kepekaan erosi tanah) dihitung dengan menggunakan persamaan Wischmeier dan Smith (1978) yaitu :

METODE STUDI III - 9

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

100 K = 2,713 M1.14 (10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2.5 (c-3)Dimana :K = nilai faktor erodibilitas tanahM = (% pasir halus + % debu) x (100 % - % Liat)a = % kadar bahan organik tanah (1,724 x C-Organik)b = kode struktur tanah

1 = Granular sangat halus2 = Granular halus3 = Granular sedang – kasar4 = Lempung atau masif

c = kode permeabilitas tanah1 = Cepat2 = Sedang - cepat3 = Sedang4 = Lambat - sedang5 = Lambat6 = Sangat lambat

Nilai K yang diperoleh dikalikan dengan 1,292. (faktor konversi).Faktor topografi (LS) diperoleh dengan persamaan Weischmeier dan Smith (1978) yaitu :

LS = X ( 0,0138 + 0,00965 S + 0,00138 S2 )Dimana :LS = Faktor topografiX = Panjang lereng (m)S = Faktor kemiringan lereng (%)Faktor kemiringan lereng (S) dapat ditentukan dengan melihat Tabel 3.8. Tabel 3.8. Faktor Kemiringan Lereng (S) Menurut Kemiringan Lereng

Kemiringan Lereng (%) Faktor Kemiringan Lereng (S)0 – 5 0,255 – 15 1,20

15 – 35 4,2535 – 50 9,50> 50 12,00

Faktor pengelolaan tanah dan tanaman penutup tanah (C) dan faktor teknik konservasi tanah (P) diprediksi berdasarkan hasil pengamatan lapangan dengan mengacu hasil penelitian tentang nilai C dan P pada kondisi yang identik. Data hasil perhitungan erosi di wilayah studi ini dianalisis dengan cara membandingkannya dengan kriteria Tingkat Bahaya Erosi (TBE) seperti yang tersaji pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Kriteria Tingkat Bahaya Erosi

No KedalamanSolum Tanah (cm)

Kelas Erosi (ton/ha/thn)I

(< 15)II

(15-60)III

(60-180)IV

(180-480)V

(> 480)

METODE STUDI III - 10

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

1. > 90 (dalam) SR R S B SB2. 60 – 90 (sedang) R S B SB SB3. 30 – 60 (dangkal) S B SB SB SB4. < 30 (sangat dangkal) B SB SB SB SB

Keterangan : SR = sangat ringan, R = ringan, S = sedang, B = berat, SB = sangat berat

G. SedimentasiPengumpulan data sedimentasi dilakukan dengan pengambilan sampel air di sungai Mahakam, Sentek dan anak sungai Tenggarong (data primer). Kandungan sedimen yang terbawa aliran air disamping dipengaruhi oleh besarnya beban sedimen, juga dipengaruhi oleh debit aliran. Karena itu besarnya beban sedimen melayang (suspension load) dalam suatu aliran air dapat diduga dengan menggunakan rumus berikut :

Qs = 0,0864 x Q x CDimana :Qs = beban sedimen (ton/hari)Q = debit aliran air (m3/detik)C = rata-rata kandungan sedimen (mg/liter)0,0864= konstanta.

H. Kualitas AirData kualitas air dihimpun dari data primer, yaitu dengan melakukan pengambilan contoh air untuk dianalisis dan data sekunder berupa hasil penelitian atau publikasi yang ada. Contoh air diambil dengan menggunakan water sampler dan dilakukan secara komposit vertikal pada setiap titik pengambilan contoh. Dalam rangka menjamin sampel air dalam kondisi baik, maka langkah pengawetan sampel air yang dilakukan adalah penambahan asam sulfat dan untuk sampel analisis COD dan BOD saat dilapangan akan diberikan pendinginan dan bila di laboratorium ditempatkan di kulkas. Beberapa parameter yang cepat berubah diukur di tempat (insitu), sedangkan parameter lainnya dianalisis di laboratorium. Penentuan lokasi pengambilan sampel kualitas air didasarkan atas penentuan tingkat sebaran dampak yang bertitik berat kepada badan perairan yang cenderung akan terjadi perubahan kualitas air akibat adanya kegiatan penambangan batubara PT Satria Lestari.Berdasarkan kondisi areal studi, lokasi pengambilan sampel kualitas air akan dilakukan pada 4 (empat) lokasi yakni di Sungai Mahakam, Sungai Sentak, anak Sungai Tenggarong dan sumur penduduk Desa Margahayu.Selanjutnya, hasil analisis kualitas air akan dilakukan pembandingan dengan baku mutu kualitas air yang telah ditetapkan yaitu PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Standar Baku Mutu Kualitas Air.Parameter kualitas air yang akan dianalisis dan metoda analisis yang akan digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Metoda dan Parameter Analisis Data Kualitas Air

METODE STUDI III - 11

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

3.1.2. Komponen BiologiA. Vegetasi Penutup Lahan

Parameter komponen vegetasi penutupan lahan yang akan dikaji meliputi : keberadaan jenis-jenis vegetasi, manfaat vegetasi dan status keberadaannya, tipe-tipe ekosistem alami dan binaan (pemukimam dan pertanian) yang ada.

METODE STUDI III - 12

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Pengumpulan data vegetasi penutupan lahan terutama pada ekosistem alami dilakukan studi floristik, yakni mencatat tipe-tipe habitat, jenis-jenis yang dominan serta penyebarannya. Juga dilakukan observasi dan pencatatan tentang kepekaan komunitas vegetasi yang bersangkutan terhadap perubahan akibat rencana penambangan yang akan dilakukan serta vegetasi langka khususnya di ekosistem alami akan diidentifikasi jenis, jumlah dan penyebarannya.Pada ekosistem binaan dilakukan pengukuran luas penutupan lahan seperti pertanian, perkebunan dan lain-lain secara planimetris, serta jenis-jenis yang dominan.Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan (inventarisasi) dengan metode kuadrat (data primer). Dimana penentuan titik sampling didasarkan pada keterwakilan tipe flora darat yang terdapat didaerah studi dan letak areal yang perkirakan akan terkena dampak. Arahan penempatan plot serta jumlah dan letak plot pengamatan vegetasi terkait dengan plot pengamatan tanah, karena kondisi vegetasi sangat erat kaitannya dengan kondisi tanah. Komponen flora ini diamati berdasarkan plot petak ukur (kuadrat) yang berukuran 20 x 20 meter untuk pohon 10 x 10 meter untuk tingkat tiang, 5 x 5 meter untuk tingkat pancang dan 2 x 2 meter untuk tingkat semai dari masing-masing jalur pengamatan yang telah ditentukan. Lokasi pengamatan akan dilakukan di sekitar lingkungan rencana penambangan batubara pada 3 (tiga) lokasi di areal rencana lokasi penambangan. Agar diperoleh keterwakilan terhadap jenis penutupan lahan, maka setiap titik pengamatan terdiri dari 2 jalur yang masing-masing jalur terdapat 3 plot pengamatan dengan demikian jumlah keseluruhan jalur dan plot pengamatan adalah 6 jalur dan 18 plot pengamatan/pengukuran. Kriteria yang digunakan untuk mengklassifikasikan masing-masing tingkat pertumbuhan vegetasi yang ada (Fandeli, C. 1995) adalah :

Semai = mulai dari anakan sampai tinggi vegetasi < 1,5 m

Pancang = diameter batang < 10 cm dan tinggi vegetasi > 1,5 m

Tiang = diameter batang 10 – 20 cm

Pohon = diameter batang > 20 cm

Hasil pengukuran pada ekosistem alami dianalisis secara kualitatif dan persentasi. Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan analisis vegetasi dengan metode kuadrat Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974) adalah :

Kerapatan :

Kerapatan (pohon/ha) = Jumlah Individu Suatu JenisLuas Seluruh Plot

Kerapatan Relatif (KR) :

Kerapatan Relatif (%) = Kerapatan Suatu Jenis x 100 %Kerapatan Seluruh Jenis

METODE STUDI III - 13

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Frekuensi :

Frekuensi (m2/ha) = Jumlah Petak Terisi Suatu Jenis x 100 %Jumlah Seluruh Petak

Frekwensi Relatif (FR) :

Frekuensi Relatif (%) = Frekwensi Suatu Jenis x 100 %Frekwensi Seluruh Jenis

Dominansi Untuk Tingkat Pohon :

Dominansi (m2/ha) =

Basal Area Suatu JenisLuas Seluruh plot

Dominansi Relatif (DR) Untuk Tingkat Pohon :

Dominansi Relatif (%) = Dominansi Suatu Jenis x 100 %Dominansi Seluruh Jenis

Indeks Nilai Penting/Important Value (IV) :

IV = FR + KR + DR

Khusus untuk vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah, maka Indeks Nilai Penting (IV) dihitung berdasarkan rumus :

IV = FR + KR

Dimana :IV = Indeks Nilai Penting/Important Value.FR = Frekwensi Relatif (%)KR = Kerapatan Relatif (%)DR = Dominansi Relatif (%)

B. Satwa LiarPengumpulan data fauna darat dilakukan di wilayah studi secara purposive dengan cara observasi langsung di lapangan dengan melihat dan mendengar bunyi atau suara untuk jenis burung, untuk jenis mamalia dengan perjumpaan langsung maupun melalui pengenalan tanda-tanda yang dijumpai seperti bunyi, jejak hewan, bekas gigitan atau cakaran pada pohon serta kotoran yang ditinggalkan. Selain dengan pengamatan di lapangan, untuk melengkapi pengumpulan data mengenai jenis fauna darat yang ada di lokasi studi dilakukan dengan observasi tidak langsung berupa informasi dari masyarakat setempat. Penentuan titik sampling didasarkan pada keterwakilan penyebaran fauna darat termasuk daerah yang akan terkena dampak dan keterwakilan habitat fauna darat yang terdapat di daerah studi dan disesuaikan dengan lokasi pengamatan flora darat karena kehidupannya erat kaitannya dengan tipe vegetasi setempat. Jenis-jenis fauna darat yang diamati meliputi :1. Satwa Exotic.

Satwa exotic dicatat jenis (list of species) dan daerah asalnya. Populasi jenis ini diperhatikan dari statistik data yang tersedia. Jenis pakan dan daerah asal juga perlu mendapat perhatian secara ekologis maupun ekonomis.

2. Satwa Endemik.

METODE STUDI III - 14

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Jenis satwa endemik merupakan asli Indonesia. Data yang dikumpulkan adalah mendaftar jenis (list of species), populasi, asal daerah.

3. Satwa Liar.Jenis ini merupakan satwa setempat dari mengembara dan mungkin singgah atau tertarik. Data yang dikumpulkan adalah dengan mendaftar jenis (list of species), keadaan populasi dalam kelompok dan keragaman habitat atau relung ekologi yang diperlukan.

C. Biota PerairanBiota perairan erat sekali hubungannya dengan penurunan kualitas air sebagai akibat adanya kegiatan penambangan batubara. Biota perairan yang ditelaah adalah : 1. Plankton

Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara menyaring air dengan volume 100 liter menggunakan alat Plankton Net Nomor 25. Sampel plankton tersebut dimasukan kedalam botol sampel dan diawetkan dengan larutan formalin 4% dengan maksud untuk menghindari berbagai kerusakan bentuk plankton.Sampel plankton dianalisis untuk mengetahui komposisi serta kelimpahan plankton dalam Indeks Keanekaragaman Shannon Wienner dengan perhitungan rumus matematis sebagai berikut :

H’ = log 2

Dimana : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon WiennerS = Jumlah jenisN = Jumlah individu semua jenisni = Jumlah individu yang termasuk jenis ke-i

Keseragaman jenis biota plankton dinyatakan dengan Indeks keseragaman (E) menurut Margalef dalam Krebs (1972), sebagai berikut :

E = atau E =

Dimana :E = Indeks keseragaman jenisH’ = Indeks keanekaragaman Shannon WiennerHmaks = Indeks keanekaragaman maksimum (2 LogS 3.33219 log 10 )S = Jumlah jenis (species) di dalam komunitas

2. BenthosPengambilan sampel benthos dilakukan dengan cara mengambil substrat dasar perairan menggunakan alat Eckman Dredge. Kemudian substrat tersebut disaring dengan menggunakan ayakan (sieve) ukuran 30 dan 100 mesh untuk memisahkan organisme benthos dari lumpur. Selanjutnya, sampel substrat tersebut dituangkan kedalam kantong plastik dan diawetkan dengan larutan formalin 4 %.

METODE STUDI III - 15

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Informasi benthos yang yang diperlukan adalah komposisi serta kelimpahan benthos. Metode pengukuran kelimpahan benthos (ind/m ) menurut Koesbiono ( 1990) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

X =

Dimana : X = Rata-rata jumlah individu pada pengambilan contoh sebanyak n kaliXi = Jumlah individu pada pengambilan contoh ke-in = Jumlah individu pada pengambilan contoh

3. NektonData jenis nekton/ikan yang berada diperairan wilayah studi diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan masyarakat. Data yang dihimpun dari pengamatan dan wawancara tersebut kemudian dikelompokkan menurut jenis/species yang bernilai ekonomis dan jenis/species yang dilindungi.

3.1.3. Komponen Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan MasyarakatUntuk penelaahan dampak penting terhadap komponen sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat perlu dilakukan kajian dengan metode gabungan beberapa teknik pengumpulan data baik primer maupun sekunder.Data primer dapat diperoleh langsung dari lapangan melalui pedoman wawancara berstruktur dan terfokus serta mendalam dengan menggunakan alat bantu kuisioner. Sedangkan untuk data sekunder dapat diperoleh melalui studi pustakan/literatur pada beberapa sumber baik dari dinas atau instansi terkait seperti Kantor Desa/Kecamatan, BPS, Dinas Kesehatan/Puskesmas.Pengambilan sampel sosekbudkesmas dilakukan dengan metode purposive proportional sampling dan gabungan dari beberapa aspek pengumpulan data sosekbudkesmas. Untuk jumlah responden minimal 10 % dari jumlah kepala keluarga didasarkan pada tingkat keterwakilan mayarakat yaitu berusia 15 tahun s/d 60 tahun, pendidikan (minimal SD), telah bekerja atau sebagai Kepala Keluarga, dan status sosial dalam masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan sederajat. Lokasi pengamatan komponen sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat akan dilakukan pada Desa/Kelurahan/Kampung yang berada di sekitar areal lokasi penambanagn batubara PT Satria Lestari yaitu Desa Margahayu, Jonggon Jaya, Jahab, Sungai Payang dan Loa Kulu Kota.Parameter-parameter yang dikaji dalam studi ini meliputi sebagai berikut:A. Demografi (kependudukan)

Pengumpulan data demografi yang meliputi struktur penduduk, jumlah dan kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, angka kerja produktif, pertumbuhan penduduk meliputi angka kelahiran, kematian, perpindahan penduduk dan tingkat pendidikan. Data diperoleh dari kantor pemerintah daerah setempat, BPS, dan kantor kecamatan atau kepala desa terkait.Data-data demografi tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu dengan cara perhitungan, evaluasi dan klassifikasi. Kemudian data hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan uraian-uraian.Analisis data menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :1. Angka Pertumbuhan Penduduk

METODE STUDI III - 16

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Dimana: R = Angka Pertumbuhan Penduduk (%)Pt = Jumlah Penduduk Pada Tahun ke-t (jiwa)Po = Jumlah Penduduk Pada Tahun ke-0 (jiwa)N = Lamanya Waktu Antara Po dan Pt (tahun)

2. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) :

SR =L

x KP

Dimana : SR = Rasio Jenis KelaminL = Banyaknya Penduduk Laki-laki (jiwa)P = Banyaknya Penduduk perempuan (jiwa)K = Konstanta (100)

3. Kepadatan Penduduk (D) :

D =Jumlah Penduduk (jiwa)

Luas Wilayah (Km2)

4. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) :

DR =P 0-14 + P 60+

P 15-59

Dimana: DR = Angka Beban TanggunganP 0-14 = Jumlah Penduduk Usia 0 – 14 TahunP 60+ = Jumlah Penduduk Usia 60 Tahun Ke AtasP 15-59 = Jumlah Penduduk Usia 15 –59 Tahun

B. PerekonomianPengumpulan data komponen perekonomian seperti :1. Mata pencaharian penduduk serta prasarana dan sarana perekonomian

(jenis usaha yang berkembang di masyarakat) dilakukan dengan menghimpun data sekunder yang diperoleh dari monografi Desa, kantor kecamatan maupun dari Biro Pusat Statistik (BPS). Kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif yaitu dengan cara perhitungan, evaluasi dan klasifikasi dan disajikan dalam bentuk tabel serta uraian-uraian.

2. Status dan penguasaan lahan, produktifitas lahan dan manfaat sumberdaya alam bagi masyarakat serta sumberdaya alam milik umum (ekonomi sumberdaya alam). Data diperoleh dari monografi desa, kantor

METODE STUDI III - 17

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

pemerintah daerah setempat, Biro Pusat Statistik (BPS) dan kantor kecamatan atau kepala desa terkait serta dari observasi, wawancara/questioner dan pencatatan. Data tersebut dianalisis secara deskriptif yaitu dengan cara perhitungan, evaluasi dan klasifikasi.

3. Pendapatan masyarakat pengambilan data dilakukan secara langsung (data primer) dengan menggunakan alat bantu queistioner. Data tersebut dianalisis secara deskriptif yaitu dengan cara diklassifikasikan dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar serta uraian-uraian.

4. Data mengenai lapangan kerja diperoleh dengan melihat jumlah tingkat pengangguran di lokasi studi dengan cara menghitung selisih antara jumlah masyarakat yang masuk dalam angkat kerja produktif dikurangi dengan jumlah penduduk (KK) yang telah bekerja.

5. Data mengenai peluang usaha diperoleh dengan mengumpulkan data jenis dan jumlah sarana perekonomian yang ada di masyarakat yang diperkirakan akan ikut terlibat dalam penyediaan barang dan jasa untuk kebutuhan karyawan dan perusahaan.

C. Sosial BudayaPengumpulan data komponen budaya seperti adat-istiadat dan pola kebiasaan, pranata sosial/lembaga-lembaga kemasyarakatan dan orientasi nilai budaya, suku, etnik, agama, sarana peribadatan, tingkat pendidikan masyarakat, sikap dan persepsi masyarakat. Data diperoleh dari kantor pemerintah daerah setempat, BPS dan kantor kecamatan atau kepala desa terkait serta dari observasi dan pengamatan di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara/kuesioner dan pencatatan (data primer) yang selanjutnya data tersebut dianalisis secara deskriptif yaitu dengan melakukan penilaian dan interpretasi serta membandingkan dengan norma-norma yang umum berlaku.

D. Komponen Kesehatan MasyarakatParameter-parameter yang dikaji dalam studi komponen kesehatan masyarakat adalah berupa informasi yang mencakup ketersediaan air bersih, jenis penyakit yang diderita, jumlah dan jenis fasilitas kesehatan, pelayanan tenaga dokter dan para medis, sanitasi lingkungan dan kecukupan pangan (status gizi). Data tersebut diperoleh dengan cara menghimpun data sekunder dari puskesmas/puskesmas pembantu, kantor pemerintah daerah setempat, BPS dan kantor Kecamatan, Desa/Kelurahan/Kampung terkait serta dari observasi atau pengamatan langsung di lapangan dengan cara wawancara (questioner). Analisis data dengan mengolah data secara kodefikasi dan penghitungan kuantitatif melalui evaluasi, perbandingan, hubungan dan penilaian-penilaian, kemudian dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sample dilakukan secara bersamaan dengan pengambilan sampel puntuk komponen sosial karena kesehatan masyarakat erat kaitannya dengan kondisi sosial masyarakat.

3.2. METODE PRAKIRAAN BESARAN DAN TINGKAT KEPENTINGAN DAMPAK Dampak besar dan penting yang akan dianalisis dalam studi ANDAL adalah berdasarkan parameter lingkungan yang terkena dampak sesuai dengan hasil pelingkupan yang merupakan isu-isu pokok lingkungan.3.2.1. Metode prakiraan besaran dampakDalam memprakirakan seberapa besar dampak dari masing-masing kegiatan tersebut terhadap komponen lingkungan, akan digunakan metode formal dan metode informal.

METODE STUDI III - 18

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

A. Model formalMetode formal digunakan untuk memprakirakan dampak dari parameter-parameter yang sifatnya dapat diukur atau diestimasi menggunakan model matematik atau statistik.

B. Metoda InformalMetode informal didasarkan pada instuisi, analogi dan pengalaman untuk memprakirakan parameter-parameter lingkungan yang sangat sulit didekati dengan model matematik. Pada umumnya metode informal yang digunakan adalah :1. Berdasarkan Analogi

Melalui metode ini masalah-masalah lingkungan yang timbul disuatu lokasi sebagai akibat beberapa kegiatan akan dikaji guna dijadikan dasar dan pertimbangan untuk memprakirakaan dampak yang akan timbul di lokasi lain yang mempunyai prilaku ekosistem yang sama. Dengan cara ini dampak yang telah terjadi di daerah sejenis dikaji dan digunakan sebagai analogi untuk memprakirakan dampak pada studi ini.

2. Berdasarkan Baku Mutu LingkunganPrakiraan dampak terhadap suatu komponen kegiatan dapat diprediksikan melalui penggunaan standar atau kriteria baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku baik di tingkat nasional, sektoral maupun regional, atau penggunaan suatu kriteria yang telah dibakukan dan diterima secara luas.Penggunaan standar atau kriteria dalam prakiraan dampak umumnya dilakukan dengan cara membandingkan suatu nilai parameter komponen lingkungan yang telah maupun diprakirakan akan berubah terhadap nilai ambang batas yang diperbolehkan atau diijinkan.

3. Berdasarkan Penilaian Para Ahli (Proffesional Judgement)Prakiraan dampak ditetapkan berdasarkan penilaian para ahli/pakar (professional judgement). Metode ini diterapkan bila data dan informasi yang diperoleh di lapangan sangat terbatas serta kurang dipahami gejala yang diprakirakan akan terjadi.

Sebelum menggunakan metode-metode tersebut diatas, terlebih dahulu ditentukan skala kualitas lingkungan pada komponen lingkungan yang akan mengalami perubahan. Penentuan skala kualitas lingkungan yang akan digunakan dikelompokan kedalam 5 (lima) katagori, yaitu ; Sangat Baik (Skala 5), Baik (Skala 4), Sedang (Skala 3), Buruk (Skala 2) dan Sangat Buruk (Skala 1). Untuk lebih jelasnya mengenai kriteria penilaian kualitas lingkungan dapat dilihat pada Tabel 3.11.Tabel 3.11. Skala Kualitas Lingkungan

Parameter Kualitas Lingkungan Skala Kriteria Yang Digunakan

Kualitas Udara (Debu) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999

Sangat Baik 5 < 46 μg/m3

Baik 4 46 - < 92 μg/m3

Sedang 3 92 - < 138 μg/m3

Buruk 2 138 - < 230 μg/m3

Sangat Buruk 1 > 230 μg/m3

SO2Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999

Sangat Baik 5 < 0,02 mg/m3

Baik 4 0,03 – 0,45 mg/m3

Sedang 3 0,46 – 0,90 mg/m3

Buruk 2 0,91 – 1,34 mg/m3

Sangat Buruk 1 > 1,34 mg/m3

NO2Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999

Sangat Baik 5 < 0,05 mg/m3

Baik 4 0,06 – 0,22 mg/m3

Sedang 3 0,23 – 0,40 mg/m3

Buruk 2 0,41 – 0,57 mg/m3

METODE STUDI III - 19

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Sangat Buruk 1 > 0,57 mg/m3

COBerdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999

Sangat Baik 5 < 0,5 mg/m3

Baik 4 0,6 – 15,3 mg/m3

Sedang 3 15,4 – 30,0 mg/m3

Buruk 2 30,1 – 45,0 mg/m3

Sangat Buruk 1 > 45 mg/m3

Kebisingan (Pemukiman)Berdasarkan SK Menneg LH Nomor Kep-48/MENLH/1996

Sangat Baik 5 < 35 dB(A)Baik 4 35 - < 45 dB(A)

Sedang 3 45 - < 55 dB(A)Buruk 2 55 dB(A)

Sangat Buruk 1 >55 dB(A)Kebisingan (Lingkungan Kerja) Berdasarkan SK Menteri Tenaga Kerja No.Kep-51/MEN/1999

Sangat Baik 5 < 55 dB(A)Baik 4 55 - < 70 dB(A)

Sedang 3 70 - < 85 dB(A)Buruk 2 85 dB(A)

Sangat Buruk 1 > 85 dB(A)Laju Erosi Berdasarkan PPT Bogor 1983

Sangat Baik 5 Sangat Ringan (<15 ton/ha/tahun)Baik 4 Ringan (15-60 ton/ha/tahun)

Sedang 3 Sedang (60-180 ton/ha/tahun)Buruk 2 Berat (180-480 ton/ha/tahun)

Sangat Buruk 1 Sangat Berat (>480 ton/ha/tahun)Beban SedimenBerdasarkan SDR = 30%, Solum tanah > 90 cm

Sangat Baik 5 < 4.5 ton/ha/tahunBaik 4 4,5-18 ton/ha/tahun

Sedang 3 18-54 ton/ha/tahunBuruk 2 54-144 ton/ha/tahun

Sangat Buruk 1 > 144 ton/ha/tahunKualitas Air Permukaan (TSS) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Sangat Baik 5 < 10 mg/lBaik 4 10 - < 25 mg/l

Sedang 3 25 - < 50 mg/lBuruk 2 50 - < 200 mg/l

Sangat Buruk 1 200 mg/lKualitas Air Permukaan (pH) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Sangat Baik 5 6 - 9Baik 4 5 – 5,9 dan 9,1 - 10

Sedang 3 4 – 4,9 dan 10,1 - 11Buruk 2 3 – 3,9 dan 11,1 - 12

Sangat Buruk 1 1 – 2,9 dan 12, 1 - 14Kualitas Air Permukaan (Besi) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Sangat Baik 5 < 0,06Baik 4 0,06- < 0,12

Sedang 3 0,12 - < 0,18Buruk 2 0,18 - < 0,3

Sangat Buruk 1 > 0,3

METODE STUDI III - 20

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Tabel 3.11. LanjutanParameter Kualitas

Lingkungan Skala Kriteria Yang DigunakanKualitas Air Permukaan (Mangan) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Sangat Baik 5 < 0,02Baik 4 0,02 - < 0,04

Sedang 3 0,04 - < 0,06Buruk 2 0,06 - < 0,1

Sangat Buruk 1 > 0,1Kualitas Air Permukaan(Minyak dan Lemak)Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Sangat Baik 5 0,0 mg/lBaik 4 0,1 – 0,49 mg/l

Sedang 3 0,50 – 0,99 mg/lBuruk 2 1 – 5 mg/l

Sangat Buruk 1 > 5 mg/lBiota PerairanBerdasarkan Indeks Keanekaragaman Shannon- Wienner

Sangat Baik 5 Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’) > 2,5

Baik 4 Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’) 2,0 – 2,5

Sedang 3 Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner(H’) 1,6 – 2,0

Buruk 2 Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’) 1,0 – 1,6

Sangat Buruk 1 Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’) < 1,0

Flora/Vegetasi Sangat Baik 5 Hutan Rimba PerawanBaik 4 Hutan Sekunder, Hutan Tanaman, Perkebunan

TerawatSedang 3 Semak BelukarBuruk 2 Rumput/semak

Sangat Buruk 1 TerbukaHabitat Satwa Liar Sangat Baik 5 Hutan primer

Baik 4 Hutan Sekunder tuaSedang 3 Hutan sekunder muda/semak belukarBuruk 2 Padang rumput/hutan tanaman

Sangat Buruk 1 Terbuka/degradasi vegetasiTata air permukaan Sangat baik 5 Tidak terpotongnya drainase alam & suplai air ke

badan perairan tidak terhambatBaik 4 Terpotongnya drainase alam & suplai air ke badan

perairan tidak terhambatSedang 3 Terpotongnya drainase alam & membentuk

konsentrasi aliranBuruk 2 Terpotongnya drainase alam & membentuk

genangan periodikSangat buruk 1 Terpotongnya drainase alam & memnentuk

genagan permanenStabilitas Lahan Sangat baik 5 Tidak terjadi longsor dan tanah stabil

Baik 4 Terbentuknya paritan pada tanahSedang 3 Tanah anjlokBuruk 2 Anjlok dan berpotensi longsor

Sangat buruk 1 longsorLapangan Pekerjaan dan Lapangan Usaha

Sangat Baik 5 Ada Matapencaharian Pokok dan SambilanBaik 4 Ada Matapencaharian Pokok

Sedang 3 Ada MatapencaharianBuruk 2 Tidak Menentu

Sangat Buruk 1 MenganggurTingkat Pendapatan Sangat Baik 5 > UMK Kukar

Baik 4 = UMK KukarSedang 3 75%- < UMK KukarBuruk 2 50 - 74% UMK Kukar

Sangat Buruk 1 < 50% UMK Kukar

METODE STUDI III - 21

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Tabel 3.11. LanjutanParameter Kualitas

Lingkungan Skala Kriteria Yang DigunakanSikap dan Persepsi Masyarakat

Sangat Baik 5 Tidak setuju 15% dan setuju 85%Baik 4 Tidak setuju 16 – 25% dan setuju 75 – 84%

Sedang 3 Tidak Setuju 26 – 49% dan setuju 51 – 74%Buruk 2 Tidak setuju 50% dan setuju 50%

Sangat Buruk 1 Tidak setuju > 50% dan setuju < 50%Konflik Sosial Sangat Baik 5 Koperasi/Kerjasama

Baik 4 AsosiasiSedang 3 AkomodasiBuruk 2 Kontradiksi/Kontroversi

Sangat Buruk 1 KonflikKeselamatan & Kesehatan kerja (K3)

Sangat Baik 5 Tidak adaBaik 4 Ringan

Sedang 3 SedangBuruk 2 Berat

Sangat Buruk 1 AkutKesehatan Masyarakat Sangat Baik 5 Nihil

Baik 4 Gangguan pernafasan ringanSedang 3 ISPABuruk 2 Gejala silicocis

Sangat Buruk 1 Silicosis kronisLalulintas Umum (Darat) Sangat Baik 5 Tidak ada gangguan lalu lintas umum/tanpa

kemacetanBaik 4 Menyebabkan kemacetan lalu lintas umum, namun

tidak sampai berhentiSedang 3 Menghentikan lalu lintas umum sesaat Terhenti

sesaatBuruk 2 Menghentikan lalu lintas umum sampai beberapa

menit Sangat Buruk 1 Menghentikan lalu lintas umum sampai berjam-jam

Lalulintas Umum (Perairan) Sangat Baik 5 Tidak ada gangguan lalulintas perairanBaik 4 Terjadi gangguan secara temporal

Sedang 3 Terjadi gangguan pada siang hariBuruk 2 Terjadi gangguan lalu lintas perairan pada siang

maupun malam hariSangat Buruk 1 Terjadi gangguan selama berhari-hari

Gangguan Lalulintas Perairan

Sangat Baik 5 Tidak ada gangguan lalulintas perairanBaik 4 Terjadi gangguan secara temporal

Sedang 3 Terjadi gangguan pada siang hariBuruk 2 Terjadi gangguan lalu lintas perairan pada siang

maupun malam hariSangat Buruk 1 Terjadi gangguan selama berhari-hari

Keselamatan Masyarakat Sangat Baik 5 Tidak terjadi Kecelakaan lalulintasBaik 4 Tidak terjadi kecelakaan yang disebabkan badan

jalanSedang 3 Kecelakaan mengakibatkan luka ringanBuruk 2 Kecelakaan mengakibatkan cacat

Sangat Buruk 1 Kecelakaan mengakibatkan kematianFungsi Lahan Sangat Baik 5 Tidak terjadi perubahan fungsi agraris lahan

Baik 4 25% luas lahan mengalami perubahan fungsi Sedang 3 50% luas lahan mengalami perubahan fungsi Buruk 2 75% luas lahan mengalami perubahan fungsi

Sangat Buruk 1 Lahan berubah secara total menjadi areal rehabilitasi

Sumber : Tim Studi AMDAL PT Satria Lestari, 2009.

Selanjutnya untuk memprakirakan besarnya dampak dilakukan dengan menetapkan besaran dampak lingkungan yang terjadi dengan cara menilai berapa besar perubahan skala kualitas lingkungan dari kondisi sebelum adanya kegiatan dengan kondisi setelah adanya kegiatan.

METODE STUDI III - 22

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

Kriteria penetapan besarnya dampak lingkungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.12. Tabel 3.12. Kategori Dampak

No.Selisih

Skala Kualitas Lingkungan

SkalaBesaran Dampak Tingkat Dampak

(1) (2) (3) (4)1. 0 0 Tidak Ada Dampak2. +1 / -1 +1 / -1 Positif Kecil / Negatif Kecil3. +2 / -2 +2 / -2 Positif Sedang / Negatif Sedang4. +3, +4 / -3, -4 +3 / -3 Positif Besar / Negatif Besar

3.2.2. Penentuan Tingkat Kepentingan DampakSetelah dilakukan prakiraan besarnya dampak lingkungan, kemudian memprakirakan tingkat kepentingan dampaknya (Importance), apakah suatu dampak lingkungan tersebut bersifat penting atau tidak penting dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor : 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (khususnya Pasal 5 Ayat 1). Dimana suatu dampak dikatakan penting ditinjau dari :1. Jumlah Manusia Yang Akan Terkena Dampak.

Bila manusia di wilayah studi ANDAL yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan di wilayah studi.

2. Luas Wilayah Persebaran Dampak.Apabila rencana suatu kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak.

3. Intensitas dan Lamanya Dampak Berlangsung.a. Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat

fisik dan atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan pertimbangan ilmiah.

c. Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan species-species yang langka dan atau endemik, dan atau dilindungi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku terancam punah, atau habitat alaminya mengalami kerusakan.

d. Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, dan sebagainya) yang telah ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan.

e. Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan benda-benda bangunan peninggalan sejarah yang bernilai tinggi.

f. Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat, pemerintahan daerah atau pemerintah pusat, dan atau menimbulkan konflik atau kontroversi di kalangan masyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah pusat.

g. Rencana usaha atau kegiatan akan mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi.

METODE STUDI III - 23

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

h. Rencana suatu kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak, yang berlangsung pada satu atau lebih tahapan kegiatan atau secara terus menerus.

4. Banyaknya Komponen Lingkungan Lainnya Yang Terkena Dampak.Apabila rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.

5. Sifat Kumulatif Dampak.a. Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus sehingga

pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.

b. Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.

c. Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek saling memperkuat (sinergetik).

6. Berbalik (reversible) atau Tidak Berbaliknya (irreversible) Dampak.Bila perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan interverensi manusia.Selanjutnya, setelah ditentukan suatu dampak bersifat penting atau tidak penting, selanjutnya akan dilakukan pembobotan tingkat kepentingannya. Adapun pembobotan tingkat kepentingan dampak dapat dilihat pada Tabel 3.13.Tabel 3.13. Pembobotan Tingkat Kepentingan DampakNo. Bobot Dampak Kriteria1. Tidak Penting Jika ke-6 (enam) kriteria pedoman mengenai

ukuran dampak penting adalah bersifat tidak penting.

Jika 1 (satu) dari 6 (enam) kriteria selain dari kriteria jumlah manusia yang terkena dampak bersifat penting.

2. Penting Jika kriteria jumlah manusia yang terkena dampak bersifat penting.

Jika 2 (dua) dari 6 (enam) kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting adalah bersifat penting.

3.3. Metode Evaluasi Dampak PentingEvaluasi dampak penting merupakan kajian yang bersifat holistik, yakni telaahan secara totalitas terhadap berbagai dampak penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan terhadap lingkungan sebagaimana hasil dari prakiraan dampak penting. Dampak-dampak penting tersebut baik positif maupun negatif ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui sejauhmana perimbangan antara dampak penting yang bersifat positif dan negatif.Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-14/MENLH/3/1994 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dimana metoda evaluasi dampak yang akan digunakan untuk menelaah dampak besar dan penting terhadap komponen lingkungan dilakukan secara holistik dengan menggunakan Fisher & Davies. Penelaahan dampak terhadap komponen lingkungan seperti yang telah diuraikan diatas akan digunakan sebagai :

METODE STUDI III - 24

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUPPT SATRIA LESTARI

1. Dasar untuk menelaah kelayakan lingkungan hidup dari berbagai komponen kegiatan.

2. Identifikasi dan perumusan arah pengelolaan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang lebih lanjut akan dijabarkan dalam Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).

Metoda evaluasi dampak juga dilakukan dengan penggunaan standar atau kriteria baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik ditingkat nasional, sektoral maupun regional, atau penggunaan suatu kriteria yang telah dibakukan dan diterima secara luas.

METODE STUDI III - 25