bab iii tinea pedis
DESCRIPTION
hubungan lama kerja dengan angka kejadian tinea pedisTRANSCRIPT
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Penelitian ini di tujukan kepada para pekerja pendulang intan tradisional di Desa Pumpung
Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah survai dengan desain cross sectional, yaitu pendekatan yang bersifat sesaat
pada suatu waktu dan tidak diikuti dalam kurun suatu waktu untuk mengetahui bagaimana
hubungan lamanya bekerja pendulang intan tradisional dengan penyakit tinea pedis di Desa
Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan
Selatan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :
1. Sebagian besar masyarakat di Desa pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan bekerja sebagai pendulang intan tradisional.
2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan lamanya kerja dengan penyakit Tinea
Pedis di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan juli 2015
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini merupakan masyarakat yang bekerja sebagai pendulang intan di Desa
pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan tahun 2015 berjumlah 58
orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 58 orang yang merupakan pekerja pendulang intan
tradisional.
Kriteria inklusi sampel adalah apabila orang tersebut adalah pekerja pendulang intan tradisional
yang ada di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.
Kriteria ekslusi sampel adalah apabila orang tersebut bukan pekerja pendulang intan tradisional.
E. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan beberapa para pendulang intan
tradisional yang mewakili seluruh pendulang dengan menggunakan kuesioner dan melakukan
observasi langsung terhadap pekerja pendulang intan tradisional di desa Pumpung Kecamatan
Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data statistic web kota banjar baru yang terupdate.
F. Kriterian Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi:
Semua pendulang intan tradisional di Desa Pumpung Kecamatan Cempaka Kota
Banjarbaru Kalimantan Selatan
Bersedia jadi responden
Kriteria ekslusi:
Tidak bersedia menjadi responden
G. Teknik Pegujian Instrumen Penelitian
Setelah data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang sebelumnya sudah diberi kode,
maka perlu dilakukan pengolahan data. Dalam pengolahan data ada beberapa langkah yang
dilakukan yaitu :
a. Editing (pemeriksaan data)
Data yang dikumpulkan melalui kuesioner diperiksa kembali satu persatu dengan maksud
untuk memastikan kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk pengisian. Jika terdapat
kuesioner yang belum diisi atau pengisian belum sesuai dengan petunjuk dan tidak
relevan pertanyaan dengan jawaban maka jawaban kuesioner diperbaiki lagi dengan cara
mencari responden semula.
b. Coding (pemberian kode)
Pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan diberi kode untuk mempermudah pada saat
tabulasi dan analisa data. Tanda-tanda kode disesuaikan dengan pengertian yang dibuat
peneliti.
c. Tabulating (tabulasi data)
Data yang telah diberikan kode dipindahkan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan
dengan menggunakan program yang ada di komputer.
H. Pengukuran
Untuk mengukur higiene responden penelitian digunakan skala Guttman, yakni skala yang
terdiri dari pernyataan dan disertai jawaban setuju-tidak setuju, sering-tidak pernah, cepat-
lambat, baik-buruk dan lain sebagainya tergantung dari tujuan pengukuran. Pengukuran
tindakan pencemaran dilakukan dengan menggunkan skala Likert yakni skala yang terdiri
dari pernyataan dan disertai jawaban baik, sedang, buruk, dan buruk sekali tergantung dari
tujuan pengukuran.
I. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa data dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga dapat
diketahui bagaimana angka kejadian tinea pedis pada pekerja pendulang intan
b. Analisa Bivariat
Variabel lama kerja dengan penyakit Tinea Pedis akan dianalisa dengan menggunakan uji
hipotesis chi-square atau exact fisher sehingga diketahui bagaimana hubungan antar
variabel penelitian.
J. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Tinea Pedis infeksi dermatofita pada
kaki, terutama pada sela
jari dan telapak kaki
Observasi,
Kuestioner
dan
Wawancara
Melakukan
observasi
langsung,
kemudian
menanyakan
gejala yang
berkaitan
dengan tinea
pedis
kepada
objek
1= tidak
ditemukan
2= ditemukan
Nominal
2. Lama
bekerja
waktu yang dihabiskan
untuk bekerja dalam
sehari, dalam satuan
jam
Kuestioner Menanyakan
berapa
waktu yang
dihabiskan
bekerja
dalam sehari
1= <5 jam
2= >5 jam
Rasio
3. Usia Lama hidup seseorang Kuestioner Menanyakan
berapa usia
pekerja
1= <40 tahun,
2= >40 tahun
Rasio
4. Jenis
Kelamin
Jenis gental, pembeda
laki-laki dan perempuan
Kuestioner Menanyakan
jenis
kelamin
pekerja
1=laki-laki,
2=perempuan
Nominal
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
5. Pendidikan Pembelajaran
pengetahuan,
keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok
orang yang diturunkan
dari satu generasi ke
generasi berikutnya
melalui pengajaran,
pelatihan, atau
penelitian
Kuestioner Menanyakan
tingkat
pendidikan
pekerja
1= rendah
2= tinggi
Ordinal
6. Pemakaian
APD
kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan risiko
kerja untuk menjaga
keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di
sekelilingnya
Observasi
dan
Wawancara
Melihat
langsung
kelengkapan
APD yang
dipakai,
menanyakan
beberapa
pertanyaan
mengenai
APD secara
langsung
1= tidak
memakai
2= memakai
Nominal
7. PHBS semua perilaku yang
dilakukan atas
kesadaran sehingga
anggota keluarga atau
keluarga dapat
menolong dirinya
sendiri di bidang
kesehatan dan berperan
aktif dalam kegiatan-
Kuestioner
dan
Wawancara
Memberikan
pertanyaan
berupa hal-
hal yang
berkaitan
dengan
hiegene
perorangan
1= tidak
bagus
2= bagus
Nominal
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
kegiatan kesehatan di
masyarakat
8. Lingkungan
pekerjaan
kerbersihan lingkungan
pekerjaan, dapat berupa
tersedia atau tidaknya
air bersih, makanan,
dan tempat di
lingkungan kerja
Observasi
dan
Wawancara
Melihat
langsung
keadaan
lingkungan
pekerjaan
dan
menanyakan
hal-hal yang
berkaitan
dengan
kebersihan
lingkungan
pekerjaan
1= kotor,
2=bersih
Nominal
DAFTAR PUSTAKA1. Badan pusat statistic kota banjarbaru. 2014. Statistic Daerah Kecamatan Cempaka.
Banjarbaru. http://banjarbarukota.bps.go.id
2. Djuanda, Adhi dkk,. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
3. Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffel D, Wolff K. Fitzpatrick's dermatology
in general medicine. USA: Mc Graw-Hill Companies; 2012
4. Geographer, eni. 2012. Penambangan Intan Kecamatan Cempaka Kalsel.
http://egeografer.blogspot.com
5. Carlo CJ, Mac Williams Bowe P. 2012. Tinea Pedis (Athlete’s foot). Available at :
http://www.bhchp.org
6. Claire J. Carlo, MD, Patricia MacWilliams Bowe, RN, MS. 2012. Tinea pedis, also
called “athlete’s foot”, is a fungal infection of the foot that is very common among
homeless populations. Fungi are plant-like organisms that live as parasites or
saprophytes (organisms that rely on dead tissue for their nutrition). The health care of
homeless person
7. Nester, Anderson, Roberts. 2012. Microbiology a human perspective. Edisi 7. McGraw-
Hill Internasional Edition
8. Mandell, Douglas & Bennett’s. 2010. Principle and practice of Infectious disease.
Churchill Livingstone
9. Jawetz, Melnick & Adelberg’s. 2010. Medical microbiology. Edisi 25. McGraw-Hill
Medical
10. Lawrence, Sarah, Marcia, Jennifer. 2010. Manual of gender dermatology. Jones &
Bartlett Learning
11. Micheal, Jonathan, Kashif. 2010. Essential dermatology for chiropractor. Jones &
Bartlett Learning
12. Kelly Cowan, Marjorie. 2014. Microbiology: A system approach. Edisi 4. McGraw Hill
Higher Education
13. Courtney, MR. 2014. Tinea pedis. www.emedicine.com
14. Ali naseri, Muhammad Javad, Hojjatollah. 2013. Survillance of dermatophytosis in
northeast of Iran (Mashhad) and review of published studies. Journal of Mycopathologia
15. Richardson MD, Warnock DK. 2012 Fungal infection: diagnosis and management UK.
Edisi 4. Oxford: Wiley
16. Nweze E. 2010. Dermatophytosis in Western Africa: a review. Pak J Biol Sci.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
17. Ameen M. 2010. Epidemiology of superficial fungal infections. Clin Dermatol.
www.sciencedirect.com/science/article
18. Sabadin CS, Fontoura MMC, Saggin LMF, Fischman Olga. 2010. Onychomycosis and
Tinea pedis in althletes from the state of rio grande do sul (Brazil): a cross-sectional
study. Mycopathologia
19. Zhan Ping, Jiang Qing. 2013. The epidemiologi of Tinea mannum in Nanchang area,
South China. Mycopathologi
20. Zhan P, Ge YP, Lu XL, She XD, Li ZH, Liu WD. 2010. A casecontrol analysis and
laboratory study of the two feet-one hand syndrome in two dermatology hospitals in
China. Clin Exp Dermatol.
21. Brasch J. 2010. Pathogenesis of tinea. J Dtsch Dermatol Ges
22. Achterman, RR. 2012. A foot in the door for dermatophyte research. PLoS Pathogens
www.plospathogens.org
23. Setiabudy rianto, bahroelim bahry. 2012. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI
24. MIMS edisi bahasa Indonesia. Volume 13. 2012. PT. Buana Ilmu Populer (Gramedia)