bab iii tawajuhan dalam tarekat...

19
BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS I. Sejarah Tareqat Naqsabandiyah Kholidiyah a. Profil KH. Arwani Amin Kudus adalah kota yang unik dan menarik. Unik karena ia merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang mengambil nama dari bahasa Arab Qudus yang berarti suci. Menarik karena di kota ini pula terdapat beberapa tempat peninggalan sejarah seperti Masjid al Manar atau al Aqsha (yang kemudian lebih populer dengan sebutan Masjid Menara Kudus), makam Sunan Kudus, makan Sunan Muria dan Masjid Muria yang berdiri kokoh di puncak gunung. Dan lebih dari itu kota ini telah melahirkan ulama besar seperti almarhum K.H.R. Asnawi dan almarhum KH. Muhammad Arwani Amin. KH. Arwani di lahirkan di sebuah perkampungan Madureksan Kerjasan, kurang lebih 100 meter berada di sebelah selatan masjid Menara Kudus. Beliau lahir pada hari Selasa Keliwon jam 11.00 WIB, tanggal 5 Rajab 1323 H. bertepatan dengan tanggal 5 September 1905 m. beliau merupakan anak kedua dari pasangan H. Amin Said dan Hj. Wanifah yang berjumlah 12 orang. Nama beliau sejak lahir adalah Arwan, baru setelah menunaikan ibadah haji yang pertama (1927), nama yang semula “Arwan” di ubah atau di tambah satu huruf di belakangnya menjadi “Arwani”. Tidak bisa di ketahui secara pasti apa sebenarnya arti perubahan nama ini dan tidak pula dapat di ketahui mengapa perubahan itu dilakukan dan hanya dengan menambahi huruf “I” di belakangnya. Sepulang Arwani dari tanah suci, oleh masyarakat sekitarnya ia lebih populer di panggil dengan sebutan kang kaji, dan pada perkembangan berikutnya ia di juluki sebagai Kyai sae. Julukan ini

Upload: buiquynh

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

BAB III

TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH

KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

I. Sejarah Tareqat Naqsabandiyah Kholidiyah

a. Profil KH. Arwani Amin

Kudus adalah kota yang unik dan menarik. Unik karena ia

merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang mengambil nama dari

bahasa Arab Qudus yang berarti suci. Menarik karena di kota ini pula

terdapat beberapa tempat peninggalan sejarah seperti Masjid al Manar

atau al Aqsha (yang kemudian lebih populer dengan sebutan Masjid

Menara Kudus), makam Sunan Kudus, makan Sunan Muria dan

Masjid Muria yang berdiri kokoh di puncak gunung. Dan lebih dari itu

kota ini telah melahirkan ulama besar seperti almarhum K.H.R.

Asnawi dan almarhum KH. Muhammad Arwani Amin.

KH. Arwani di lahirkan di sebuah perkampungan Madureksan

Kerjasan, kurang lebih 100 meter berada di sebelah selatan masjid

Menara Kudus. Beliau lahir pada hari Selasa Keliwon jam 11.00 WIB,

tanggal 5 Rajab 1323 H. bertepatan dengan tanggal 5 September 1905

m.

beliau merupakan anak kedua dari pasangan H. Amin Said dan

Hj. Wanifah yang berjumlah 12 orang. Nama beliau sejak lahir adalah

Arwan, baru setelah menunaikan ibadah haji yang pertama (1927),

nama yang semula “Arwan” di ubah atau di tambah satu huruf di

belakangnya menjadi “Arwani”. Tidak bisa di ketahui secara pasti

apa sebenarnya arti perubahan nama ini dan tidak pula dapat di

ketahui mengapa perubahan itu dilakukan dan hanya dengan

menambahi huruf “I” di belakangnya.

Sepulang Arwani dari tanah suci, oleh masyarakat sekitarnya ia

lebih populer di panggil dengan sebutan kang kaji, dan pada

perkembangan berikutnya ia di juluki sebagai Kyai sae. Julukan ini

Page 2: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

48

48

melekat pada dirinya sehubungan dengan kebiasaan beliau yang

selalu menjawab atau menanggapi dengan kata-kata sae…-sae

…yang berarti baik…-baik…, apabila kepadanya sesorang

menyatakan buah pikiran atau pendapatnya. Selain itu juga karena

beliau tidak suka membeberkan aib orang lain, disamping tidak suka

mengucapkan kata-kata makian dan apalagi mengumpat dengan kata-

kata kotor.

Arwani sejak kecil hidup dalam lingkungan masyarakat santri

yang sangat ketat di dalam menghayati dan mengamalkan ajaran

Islam. Sejak kecil beliau sudah tampak sebagai anak yang patuh

terhadap orang tua dan taat melaksanakan ibadah. Perasaannya sangat

halus, baktinya kepada orang tua sangat tinggi. Mengalah adalah

merupakan salah satu prinsip hidup yang ia pegang sejak kecil, itulah

sebabnya, maka sepanjang masa bocahnya beliau hampir tidak pernah

terjadi bentrok dengan saudara-saudara maupun teman-temannya.

Di kalangan para santrinya, ia biasa dipanggil dengan panggilan

akrab mbah yai.panggilan serupa di lakukan pula oleh orang-orang

yang mengenal beliau. Sedangkan anak-anak dan menantunya

memanggil beliau dengan sebutan Abah. Sampai sekarang nama

beliau adalah Kyai Haji Muhammad Arwani Amin. Nama Amin di

belakangnya bukanlah seperti gelar yang di berikan kepada Nabi

Muhammad, melainkan pelengkap yang diambilkan dari nama depan

bapaknya. Namun ada sebagian kalangan juga yang menganggap

julukan tersebut juga pantas bila yang menyandang adalah Arwani,

karena sejak kecil sifat-sifat terpuji selalu melekat pada dirinya.

.seperti telah disinggung dimuka, KH. Arwani Amini adalah

putra kedua dari pasangan suami istri H. Amin Said dengan Hj.

Wanifah. Keluarga Amin Said ini termasuk keluarga besar, karena

putra putri beliau terdiri tidak kurang dari 12 orang jumlahnya.

Terdiri dari 6 orang putra dan 6 orang putri dengan urutan sebagai

berikut:

Page 3: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

49

49

1. Muzaimah

2. KH. Arwani

3. Farkhan

4. Shalikhah

5. H. Abdul Muqsith

6. Khafidz

7. Ahmad Da’in

8. Ahmad Malikh

9. I’anah

10. Ni’mah

11. Muflikhah

12. ‘ulya

dari dokumen catatan tentang silsilah keluarga Arwani dapat

diketahui bahwa silsilah beliau dari pihak Ibu melalui garis keturunan

orang tua perempuan sampai pada tingkat ketujuh, dengan urutan

sebagai berikut:

1. Arwani. 2. Wanifah. 3. Rosimah. 4. Sawijah. 5. Habibah. 6.

Mursyid. 7. Jonggrang. 8. Pangeran Diponegoro. 1

Sedangkan data yang ada mengenai silsilah keluarga KH.

Arwani dari pihak ayah tidak banyak, hanya sampai di tingkat buyut

(ayahnya kakek), dengan urutan sebagai berikut: H. Amin said adalah

anak KH. Imam Kharomain, salah seorang tokoh ulama terkemuka di

Kudus yang cukup di segani dan di hormati. Anak-anak KH. Imam

Kharomain berjumlah 7 orang, yaitu: Marzuki, Rumani, Seni, KH.

Muslim, H. Amin Said, Hasna dan H. Ahmad.

Dari ke-12 putra H. Amin Said ada 3 orang yang sangat

menonjol, yaitu Arwani (anak kedua), Farkhan (anak ketiga) dan

Ahmad Da’in (anak ketujuh). Ketiga-tiganya hafal al Qur’an. yang

pertama kali hafal dari ketiga bersaudara ini ialah Ahmad Da’in. Usia

1. Untuk lebih jelasnya silahkan dilihat dan di baca silsilah pada biografi KH.

Arwani Amin Pondok Khufadz Yanbu’ul Qur’an Kudus yang telah di teliti oleh Drs. Rosihan Anwar dalam karyanya tersebut.

Page 4: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

50

50

Ahmad Da’in ketika hafal al Qur’an tergolong masih sangat muda,

kurang lebih 9 tahun. Setelah itu di susul oleh Arwani dan Farkhan.

Pada tahun 1935 KH. Arwani menikah dengan Naqiyul Khud

di waktu beliau masih menuntut ilmu di pesantren Krapyak

Yogyakarta, memasuki tahun keenam beliau nyantri di sana.

Pasangan ini termasuk lama mempunyai keturunan. Selang beberapa

tahun kemudian barulah lahir anak yang pertama lalu disusul anak-

anak berikutnya. Hingga beliau di karuniai 4 orang anak. Namun

yang samapai sekarang masih hidup tinggal dua, dia adalah Ulin

Nuha dan Ulil Albab yang sampai sekarang ini sebagai penerus

perjuangan beliau baik di dalam al Qur’an maupun tarekat

Naqsabandiyah Kholidiayah.

Gus Ulin panggilan akrab Ulin Nuha lahir pada tanggal 21

Muharram 1368 H atau 22 Nopember 1948 m. Sementara Ulil Albab

(Gus Bab) lahir pada tanggal 22 Syawal 1373 H yang bertepatan

dengan tanggal 23 Juni 1954 M. keduanya tidak ada yang menempuh

jalur pendidikan umum, keduanya memasuki jalur pendidikan agama,

yakni madrasah dan pesantren.

Semenjak kecil Arwani mempunyai bakat atau keahlian dalam

bidang seni baca al Qur’an dan menulis Khot (tulis arab). Memasuki

usia remaja, Arwani meninggalkan kota kelahirannya untuk menuntut

ilmu. Berbekal doa restu dari kedua orang tuanya. Kegiatan safari ini

beliau mulai dari pesantren Jamsaren Solo, Tebu Ireng, dan Krapyak

Yogyakarta sebagai lahan pencarian ilmu. Pesantren-pesantren

tersebut sangatlah tepat sebagai pilihannya, sebab kridibilitas kyai

Idris, Kyai Hasyim As’ari dan Kyai Munawir yang memimpin

masing-masing pondok tersebut sudah tidak di sangsikan lagi. dari

tangan merekalah telah lahir ulama-ulama yang berkualitas tinggi.

Di dalam dunia pesantren beliau Arwani telah banyak

menguasai disiplin ilmu yang di pelajarinya, seperti Nahwu, Sorof,

Page 5: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

51

51

Fiqih, Usul Fiqih, Balaghoh, Mantiq, Ilmu Tajwid dan Qiro’ah, Ilmu

Tafsir, Khadits, Tasawuf, Falaq, Wasathi dan Ta’dil.

Beliau nyantri di Tebu Ireng selama 4 tahun berguru kepada

KH. Hasyim Asy’ari. Diasana ia mempelajari teori qiro’ah sab’ah

dengan memakai kitab Sirahul Qori karangan Abdul Qosim Ali bin

Utsman bin Muhammad bin Ahmad bin Hasan al Qashih al “uzdari,

juga syarah dari kitab Hizrul Amani wa Wajhut Tahani, karangan Abu

Muhammad Qasim al Fairah bin Abil Qasim Khalaf bin Ahmad ar

Ra’ini Asy Syatibi.2

Di Yogyakarta, di Pondok Pesantren al Munawir, beliau

mengaji kepada Kyai Munawir. Di sana beliau berhasil menghafalkan

al Qur’an dan mengaji tentang qiro’ah sab’ah.3

Menjelang Arwani pulang ke Kudus, ia mendapat wasiat dari

KH. Munawir supaya mengajarkan kembali apa yang di perolehnya

dari beliau, yakni mengajar al Qur’an bin nadzor, bil ghoib dan

qiro’ah sab’ah.

Mengenai aktifitas tarekatnya. KH. Arwani berguru kepada

salah seorang kiyai di Undaan Kudus, yaitu kyai Syirojuddin. Namun

pelajaran tarekat Arwani pada kyai Syirojuddin terpotong di tengah

jalan karena beliau keburu wafat sebelum pelajaran itu khatam.

Kemudian kyai Arwani melanjutkan pelajaran tarekat kepada KH.

Muhammad Mansur di Popongan Solo.4

Tidak kurang dari 10 tahun lamanya Arwani mendalami ilmu

tarekat di Popongan. Di tempat ini ia bertemu kembali dengan sahabat

karibnya ketika di Krapyak Yogyakarta, yaitu Umar Surur dari Solo

dan dengan seorang lagi temannya waktu belajar di Undaan, yakni

Maswan dari Kudus.5

Selama hidup beliau mempunyai hasil karya, antara lain:

2 Ibid, hal. 87-88 3 Ibid, hal. 90-92 4 Wawancara dengan KH. Mansur pada tanggal 23 Nopembenr 2002 5 Ibid, hal. 99-100

Page 6: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

52

52

1. Faidhil Barokaat fii Sab’il Qiro’at. Kitab ini terdiri dari 30 juz,

dengan menggunakan tulisan tangan beliau sendiri.

2. Risalah Mubarokah. Kitab ini berisi tuntunan praktis bagi para

murid atau pengikut tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah. Kitab ini

di terbitkan oleh percetakan Menara.6

b. Sejarah Berdirinya Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah

Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah yang ada di Kudus merupakan

salah satu dari sekian banyak perkumpulan tarekat yang ada di Indonesia

dan sudah dikenal oleh masyarakat di daerah Kudus dan sekitarnya.

Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah di Kudus mulai didirikan pada

awal tahun 1960 an setelah beliau pulang dari memperdalam ilmu

tarekatnya kepada teman dan sekaligus guru beliau kyai Mansur di

Popongan Solo pada tahun 1957. keberadaan tarekat Naqsabandiyah

Kholidiyah ini sebenarnya sudah ada sebelum periode tahun 1960 an. Ini

terbukti dengan adanya KH. Muhammad Arwani berguru ilmu tarekat

Naqsabandiyah Kholidiyah adalah kepada kyai Syirojuddin di Undaan

kudus. Hal ini menandakan bahwa tarekat tersebut sudah ada sebelum

periode beliau, hanya saja perkembangan yang cukup pesat terjadi adalah

pada masa beliau pulang dari menimba ilmu tarekat di Solo.

Sebenarnya munculnya tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah di

Kudus ini yang mempelopori adalah kyai Hambali Sumardi (Kudus).

Diamana pada saat itu di Kudus dan sekitarnya sangat membutuhkan

adanya sentuhan tarekat, hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat

yang saat itu selalu datang ke kediaman kyai Arwani dan kyai Hambali.

Dengan banyaknya desakan dari masyarakat, khususnya adalah kawula

tua yang meminta kepada simbah kyai Arwani untuk mendirikan tarekat

Naqsabandiyah Kholidiyah yang tujuannya adalah untuk menyelamatkan

masyarakat awam, terutama mereka yang sudah tua agar terhindar dari

suul khotimah, dimana masyarakat awam sangat membutuhkan bekal

6 Ibid, hal. 136

Page 7: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

53

53

untuk berpandangan ukhrowi (spiritual), untuk mengimbangi hal-hal

keduniawian dan untuk menguatkan atau mewujudkan ukhuwah

Islamiyah.

Karena adanya kenyataan tersebut, maka simbah KH. Arwani

meminta petunjuk kepada syekh Mansur (Solo). Dan pengutaraan hal

tersebut ternyata didukung sepenuhnya oleh Syakh Mansur dan di

anjurkan untuk segera mendirikan tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah di

daerah Kudus. Setelah tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah berdiri di

daerah tersebut, maka mulailah beliau melaksanakan kegiatannya, mula-

mula dalam jam’iyah tersebut bernggotakan kurang lebihnya ada 25

orang yang mula-mula mereka kebanyakan berasal dari daerah Kudus,

dan juga berasal dari beberapa anggota yang pernah nyantri pada beliau.

Dari 25 orang inilah kemudian mereka ikut berperan serta

menyebar luaskan keberadaan kegiatan tarekat tersebut, dan sampai

sekarang pengikut dari tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah ini sudah lebih

dari 1000 orang anggota.

Untuk memperjelas mengenai sejarah perkembangan tarekat

Naqsabandiyah Kholidiyah, berikut ini penulis kemukakan juga

mengenai sililah masyayikh tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah sebagai

berikut:

1. Syekh Arwani

2. Syekh Mansur Solo

3. Syekh Muhammad

4. Syekh Sulaiman al Zuhdi

5. Syekh Ismail al Barusiy

6. Syekh Sulaiman al Quraimi

7. Syekh Kholid al Baghdadi

8. Syekh Abdillah al Dahlawi

9. Syekh Khabibillah

10. Syekh Nur Muhammad al Badwani

11. Syekh saifiddin

Page 8: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

54

54

12. Syekh Muhammad Ma’sum

13. Syekh Ahmad al Faruqi

14. Syekh Muhammad al Baqy Billah

15. Syekh Muhammad alkhowaajiki

16. Syekh Darwisy Muhammad

17. Syekh muhammad Zahid

18. Syekh Ubaidillah al kharor

19. Syekh Ya’qub al Jarkhiy

20. Syekh Muhammad ibn ‘alaiddin al ‘atthor

21. Syekh Muhammad Bahaiddin al Naqsabandi

22. Syekh Amir Kullal

23. Syekh muhammad Baabaa al Samasi

24. Syekh Ali al Rumtani

25. Syekh Mahmud al anjir faghnawi

26. Syekharif al Riwikari

27. Syekh Abdil Kholiq al Ghozduwani

28. Syekh Yusuf al Hamadaani

29. Syekh Abi Ali al Fadhil

30. Syekh Abi al Hasan Ali al Khorqni

31. Syekh Abi Yaid Thoifur al Bisthomi

32. Syekh Ja’far Shodiq

33. Syekh Qosim bin Muhammad

34. Sayyidina Salman al Farisi

35. Sayyidina Abi Bakar assiddiq

36. Rasulillah Muhammad SAW.

37. Sayyidina Jibril as.

38. Allah Ta’aala Jalla Wa ‘azza.

II. Sistem Pengelolaan Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah

Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah yang ada di Kudus ini sebagai

sekretariatnya berada di Masjid Kwanaran pondok tarekat

Page 9: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

55

55

Naqsabandiyah Kholidiyah. Di pilihnya masjid Kwanaran sebagai

tempat pusat kegiatan tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah oleh KH.

Arwani mengingat suasana di sekeliling masjid itu cukup sepi dan sejuk

dengan pohon-pohon nyiur, bambu serta tumbuh-tumbuhan lainnya yang

rindang. Selain itu rumah-rumah penduduk tidak begitu jauh dari

pondok. Air sungai Gelis yang jernih membantu dalam penyediaan air

untuk para peserta khalwat.

Kegiatan tarekat ini sebagai mursyidnya adalah pengasuh pondok

pesantren itu sendiri, yaitu KH. Ulin Nuha untuk masa sekarang ini,

dahulu di pimpin atau di asuh oleh simbah KH. Muhammad Arwani.

Sampai sekarang ini pengelolaannya adalah sebagai berikut:

Secara umum kegiatan tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah

dilaksanakan di masjid Kwanaran sebagai pondok tarekat, baik itu

tawajuhan, sulukan ataupun pengajian. Baik itu penajian al Qur’an

maupun siraman rohaninya. Dan dalam kegiatan itulah materi-materi

diajarkan kepada para pengikut tarekat ini. Dalam setiap kegiatan yang

dilaksanakan, para anggota tarekat berdatangan ke tempat yang telah di

tentukan.

Seperti lazimnya yang terdapat di setiap perkumpulan tarekat, para

pengikut tarekat yang di pimpin oleh KH Arwani kebanyakan adalah

mereka yang sudah lanjut usia yang tampaknya sudah tidak lagi di

dorong oleh keinginan mengejar kehidupan duniawi sebagai dasar utama

untuk memperoleh kebahagiaan, mereka merasakan bahwa kebutuhan

spiritual untuk lebih mendekati Allah adalah merupakan tuntutan

hidupnya yang paling menonjol.

Sebagaimana telah tertuang dalam bab dua, bahwa tulisan ini tidak

mengupas tasawuf dari segi falsafahnya, tetapi lebih menekankan pada

penguasaan amaliah atau praktek di dalam menjalankan tarekat. Karena

hal inilah yang kelihatannya lebih mudah menarik perhatian serta minat

kaum awam untuk mengikuti tarekat, karena mereka rata-rata minat

agamanya cukup kuat tetapi pengertian agamanya masih terbatas. Seperti

Page 10: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

56

56

yang sering di singgung oleh para pengamat tarekat di Indonesia, bahwa

gerakan-gerakan tarekat di Indonesia pada umumnya kurang begitu

memikirkan perkembangan aspek kontemplasi filosofisnya, tapi justru

pada umumnya lebih menekankan kepada praktek-praktek

ketarikatannya.

Kegiatan rutin tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah yang dipimpin

K.H.M. Arwani ini ialah pengajian tiap hari Selasa di pondok Masjid

Kwanaran yang di mulai pada pukul 09.00 WIB. sampai waktu dzuhur,

berupa pengajian syari’at yang biasanya di berikan oleh kyai pembatu

(badal) yaitu antara lain: Kyai Muhammad Hambali Sumardi (Alm.),

KH. Ma’mun, Kyai Maswan (Alm.), K.H. Sa’roni Ahmadi, Kyai

Naschan Imam dan KH. Amin Dimyati. Kitab-kitab yang di jadikan

pegangan dalam pengajian ini diantaranya ialah Safinatun Najah,

Jauharotut Tauhid, Bidayatul Hidayah, Irsyadul ‘ibad, Wasyiyyatul

Musthofa, Nashoikhud Diniyah, Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya.

Di samping menerima pengajian di bidang agama, pengikut tarekat

Naqsabandiyah Kholidiyah juga menerima bimbingan khusus mengenai

amaliah sehari-hari tentang praktek yang dapat di baca pada kitab-kitab

tarekat, seperti Risalah Mubarokah, Ad Duruss Tsamin, al Idloh fie At

Thariqat al Khalidiyah, al Futuhah Ar Robbaniyah dan Umdatus Salik

fii Khairil Masaalik. Dalam kegiatan yang di laksanakan pada hari

Selasa inilah yang dinamakan dengan tawajuhan.

Selain kegiatan tawajuhan, para pengikut tarekat Naqsabandiyah

Kholidiyah juga melaksanakan kegiatan Khalwat atau Suluk. Khalwat

adalah mengandung pengertian belajar menetapkan hati, melatih jiwa

dan hati itu berkekalan ingat kepada Allah dan dengan demikian tetap

memperhambakan diri kepada Allah.7 Dimana pada saat yang telah di

tentukan para pengikut tarekat berkumpul melaksanakan wirid bersama,

sholat berjaah, puasa, memperbanyak sholat sunnah. Semuanya ini

7 Drs. Moh. Saifulloh al Aziz S, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya, terbit

terang, 1998, hlm. 196

Page 11: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

57

57

dilaksanakan berdasar bimbingan dan petunjuk sang mursyid (guru),

derajat kesufian seseorang di kalangan mereka di tentukan oleh seberapa

tinggi tingkat khalwat mereka dalam suatu tataran yang telah di

tentukan.

Biasanya di kalangan pengikut tarekat, mereka sering mengartikan

sama saja antara khalwat dengan suluk. Namun berbeda halnya dengan

yang ada di dalam tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah mereka

mengartikan kholwat itu lebih umum di bandingkan dengan suluk. Suluk

adalah memisahkan diri (menyendiri) dari keluarga dan melakukan

wirid. Orang asalkan menyendiri (nyepi dalam bahasa Jawa), tekun

beribadah, melakukan wirid, dinamakan khalwat sekalipun yang

bersangkutan itu berada di dalam rumahnya sendiri.8

Kegiatan khalwat ini biasanya dilakukan oleh pengikut tarekat

Naqsabandiyah Kholidiyah di Pondok Masjid Kwanaran selama 10 hari.

Yaitu setiap tanggal 1-10 Muharam,1-10 Rajab, dan 1-10 Ramadlan.

Dalam pelaksanaan khalwat ini bisanya pesertanya di batasi hanya

1200 orang saja, terdiri dari 600 peserta putra dan 600 peserta putri.

Pembetasan terpaksa dilakukan mengingat fasilitas yang tersedia di

pondok Kwanaran sangat terbatas.mereka berdatangan dari berbagai

daerah di Jawa Tengah, terutama daerah-daerah Kudus, Jepara, Pati dan

Semarang. Bahkan juga ada yang datang dari Jawa Timur dan Jawa

Barat.

Selama mengikuti kegiatan khalwat ini mereka benar-benar di

bimbing untuk meningkatkan ibadah, seperti sholat-sholat sunnah,

berpuasa, senantiasa dalam keadaan berwudlu (da’im wudlu) dan mereka

tidak di perkenankan makan daging, telur dan ikan. Mereka menanak

sendiri secara kelompok dan menghindari makan masakan orang yang

tidak dalam keadaan suci (punya wudlu).

8 Wawancara dengan KH. Muhammad Mansur, tanggal 23 Oktober 2002

Page 12: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

58

58

Dalam tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah tahapan khalwat

mempunyai 14 tahapan, yang berarti untuk mengkhatamkannya

memerlukan waktu 5 tahun masa khalwat.

Dari pengamatan yang penulis lakukan, bahwa selama mengikuti

kegiatan tersebut para anggota dengan tenang memperhatikan apa yang

telah di sampaikan oleh guru. Sehingga terlihat adanya kepatuhan yang

amat besar dari seorang murid terhadap mursyid ataupun syekhnya.

Itulah gambaran kegiatan tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah yang

berhasil penulis teliti baik itu melalui wawancara maupun pengamatan

secara langsung.

Secara khusus dalam rangka memperkuat sistem yang ada dan

juga dalam rangka membina para pengikutnya agar selalu mengamalkan

ajaran Islam sesuai dengan al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, maka

tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah mengadakan kegiatan-kegiatannya

sebagai berikut:

Dalam rangka meningkatkan kuantitas anggota atau pengikut,

lembaga tarekat ini membuka pendaftaran anggota baru yang di lakukan

pada tiap hari Jum’at Keliwon.

Tempat pendaftaran tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah terletak

di kantor sekretariat masjid Kwanaran sebagai pondok tarekat dan juga

bisa di pesantren pesantren Yanbu’ul Qur’anm untuk mempermudah

proses menjadi anggota.

Pada umumnya ada beberapa syarat yang mesti di penuhi oleh

seseorang yang hendak masuk dalam tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah,

yaitu:

a. Tujuannya benar, bermaksud semata-mata untuk melakukan

ibadah dan bukan karena riya.

b. Murid harus mempunyai kepercayaan bahwa guru mursyid itu

mempunyai sirrul khususiyah yang bisa menyampaikannya

kepada Allah.

Page 13: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

59

59

c. Tatakrama yang di ridloi syara’, seperti belas kasih terhadap

orang yang di bawah, menghormati orang yang sederajat dan

orang yang lebih atas, adil terhadap diri sendiri dan tidak

mengutamakan kepentingan diri pribadi.

d. Tingkah laku yang bagus, baik ucapan maupun tindakan.

e. Menjaga kehormatan dan kemuliaan. Artinya murid harus selalu

menghormati guru, baik dalam keaadaan hadir (berhadapan)

maupun sesudah meninggalkannya. Demikian pula terhadap

sesama muslim.

f. Pelayanan yang baik terhadap guru, demikian juga harus selalu

berkhikmad kepada Allah SWT. dengan jalan mengerjakan segala

perintahNya dan menjauhi segala larangannya.

g. Meluruskan kemauan, yaitu menuju jalan ma’rifat kepada Allah.

h. Kelestarian niat di dalam menjalankan tarekat, sebab hal itu akan

menghasilkan ma’rifat.

Sebelum dengan resmi di terima menjadi salik atau murid

dalam tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah, calon murid harus terlebih

dahulu melalui proses sebagai berikut:

a. mendapat ijin dari guru atau mursyid

b. melakukan sholat istikharah, mohon petunjuk kepada Alloh

apakah ia mampu mengikuti tarekat atau tidak. Lamanya

istikharah 1 sampai 7 hari. Dari mimpi yang di peroleh setelah

istikharah itu kemudian di ta’birkan oleh mursyid ataupun

syekhnya.

c. Setelah dua diatas bisa di penuhi barulah salik boleh di bai’at dan

di talqin dengan menggunakan dzikir.

Seperti yang di lakukan dalam tarekat yang lain, Pembaiatan

yang ada pada tarekat ini dilaksanakan pada tiap-tiap hari Jum’at

Pahing. Namun yang menjadi ciri dari tarekat Naqsabandiyah

Kholidiyah adalah setiap yang ingin masuk sebagai anggotanya

haruslah terlebih dahulu melaksanakan Kholwat sebelum di baiat

Page 14: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

60

60

menjadi anggota. Kegiatan pembaiatan ini di lakukan oleh para

mursyid. Adapun mursyid yang ikut membaiat dalam kegiatan ini

adalah KH. Arwani Amin sendiri. Namun pada masa sekarang ini

setelah KH. Arwani Wafat kegiatan pembaiatan dilakukan oleh

mursyid yang sekarang, yaitu putra-putra beliau sebagai pewaris

kepemimpinan tarekat tersebut, yaitu KH. Ulin Nuha, dan KH. Ulil

Albab.

Dimasa sekarang ini kegiatan yang di lakukan dalam tarekat

Naqsabandiyah Kholidiyah adalah sama seperti yang di lakukan pada

masa KH. Arwani. Hanya saja yang membedakan terletak pada guru-

guru yang mengajar para salik. Dalam bidang pengisian rohani

biasanya di lakukan oleh KH. Sa’roni Ahmadi, KH. Ma’ruf Irsyad,

KH. Mansur, KH. Sa’dullah, KH. Ma’mun. mengenai harinya masih

mengambil hari yang sama, yaitu Selasa pagi.

Mengenai pokok-pokok ajaran Tarekat Naqsabandiyah

Kholidiyah, adalah:

1. berpegang teguh terhadap paham Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

2. Mengamalkan sesuatu yang halal tetapi tidak sepenuhnya, seperti

makan minum tidak terlalu kenyang, mengurangi tidur supaya

dapat berdzikir dengan baik.

3. Berhati-hati terhadap masalah subhat

4. Senantiasa merasa diawasi oleh Alloh SWT.

5. Menghadapkan diri kepada Alloh secara kontinyu

6. Berpaling (tidak tergiur) terhadap kemewahan harta dunia

7. Merasa sepi sendirian dalam suasana ramai dan hati selalu hudlur

kepada Alloh.

8. Berpakaian yang rapi

9. Dzikir khafi (samar tidak bersuara)

10. Menjaga keluar masuknya nafas jangan sampai lupa mengingat

Alloh

Page 15: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

61

61

11. Berakhlak yang luhur seperti yang di contohkan Rosululloh

SAW.9

III. Tawajuhan Sebagai Model Pengajaran

Setiap lembaga tarekat mempunyai tradisi tersendiri di dalam

mengarahkan para murid, demikian pula halnya dengan apa yang

ada dalam tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah.

Mengenai kegiatan tawajuhan juga ada kemungkinan

keberbedaan model dan juga sistem yang di gunakan. Dalam tarekat

Naqsabandiyah Kholidiyah kegiatan tawajuhan yang dilaksanakan

adalah dengan mengambil bentuk pemberian siraman rohani dan

pengarahan khusus kepada para murid dengan menggunakan kitab-

kitab tarekat dan kitab-kitab salaf sebagaimana tersebut diatas, yang

intinya adalah dzikir. Menurut keterangan dari Bapak KH. Mansur

kegiatan tawajuhan yang di lakukan oleh tarekat Naqsabandiyah

Kholidiyah dengan mengambil bentuk dzikir. Karena menurut

beliau dzikir ini sangat bisa menyentuh pada masing-masing pribadi

pengikut tarekat tersebut. 10 Sebenarnya dalam kegiatan tawajuhan

ini tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah mengambil banyak bentuk

didalam melakukan kegiatan tawajuhan, seperti mauidloh (siraman

rohani), pendalaman syari’ah, simakan al Qur’an sebelum kegiatan

tarekat dimulai, serta wirid atau dzikir. Namun di dalam

melaksanakan kegiatan tawajuhan ini yang paling diutamakan

adalah kegiatan wirid atau dzikir. Kegiatan ini mendapatkan porsi

9 . Hamam Nasiruddin, Al Idhoh fie At Thariqah al Khalidiyah, Menara Kudus,

1974, hal. 18-20 10. KH. Mansur adalah salah satu dari Mursyid yang ada pada lembaga tarekat

Naqsabandiyah Kholidiyah. Kegiatan keseharian beliau di dalam tarekat tersebut adalah memberikan mauidloh yang baik kepadsa para pengikut tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah. Ketika penulis wawancara dengan beliau, penulis diterangkan mengenai banyak hal tentang tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah. Antara lain yang paling berperan di dalam pembinaan mental para pengikutnya adalah persoalan dzikir. Menurut beliau yang namanya dzikir itu intinya adalah mengingat kepada Allah dengan jalan melafaldkan kalimat-kalimat yang baik.

Page 16: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

62

62

paling utama menurut pengakuan dari KH. Sya’roni Ahmadi11. Hal

ini dikarenakan inti dari kegiatan tarekat adalah agar manusia

terbiasa mengingat Allah. Setelah manusia ingat kepada Allah

tentunya manusia ketika hidup di dunia ini tidak takabur, dengan

kata lain beliau menjelaskan agar manusia di dalam hidupnya bisa

sabar dan ikhlas. Karena dari kasabaran dan kaikhlasan itulah

manusia dapat mengetahui hakikat dirinya sendiri.

Dilain kesempatan beliau juga menerangkan bahwa dengan

adanya kagiatan tarekat, lebih khusus lagi adalah kegiatan

tawajuhan beliau mengharapkan manusia agar selalu ingat dengan

yang namanya mati. Karena di dalam tawajuhan ini para murid

mendapatkan bekal keterangan tentang persiapan-persiapan yang

harus di punyai di dalam menghadapi pati. Karaena di dalam

anggotanya tarekat ini sebagian besar adalah orang yang sudah

lanjut usia, maka baliau mengungkapkan pula bahwasannya yang

boleh mengikuti kegiatan tarekat bukanlah hanya orang-orang yang

usianya sudah lanjut yang menurut prediksi kita ajalnya akan segera

datang. Namun lebih jauh menurut beliau yang namanya tarekat itu

bolehlah diikuti siapa saja, kapan saja dan dimanapun manusia itu

berada, karena dengan mengikuti kegiatan tarekat manusia akan

senantiasa ingat bahwa yang namanya pati itu adalah urusan Allah

dan semua manusia akan merasakannya. Hal ini tentunya kalau

manusia selalu merasa ada yang mengawasi.

Secara lebih lanjut beliau menerangkan bahwa tawajuhan

yang dilaksanakan oleh tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah adalah

sebagaimana yang tercantum di dalam kitab Risalah Mubarokah,

sebagai berikut:

1. Membaca al Qur’an semampunya.

11. Beliau dalam tarekat Naqsabandiyah adalah berkedudukan sebagai guru atau

mursyid yang khusus menangani tentang syari’ahnya.

Page 17: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

63

63

Membaca al Qur’an ini dilakukan bersama-sama oleh seluruh

jama’ah yang mengikuti kegiatan tawajuhan, baik itu imam ataupun

makmum

2. Membaca lafald “astaghfirullah” sebanyak lima, atau lima belas dan

atau dua puluh lima.

3. Membaca surat al Fatihah sekali dan surat al Ikhlas tiga kali. Dimana

dalam membaca surat-surat tersebut diatas, pahalanya di hadiahkan

kepada para guru-guru tarekat12

4. Dzikir Ismu Dzat.

Dalam melakukan dzikir tersebut setidaknya ketika imam telah

mencapai hitungan tiga ratus atau seribu, selanjutnya imam

nawajuhi para murid.

Di kala imam akan memulai tawajuhan, terlebih dahulu seorang

imam membaca:

ملضغة صلح ان ىف جسد ابن ادم ملضغة اذا صلحت ا : وسلم s اهللا صل اهللا عليه رسول قال

اال وهي القلب صدق رسول اهللا عليه وسلمكلهاجلسد

Disaat imam membaca hadits Rasul tersebut para murid berhenti

memutar tasbihnya, kemudian para murid mendengarkan bacaan

imam. Ketika imam telah selesai membaca bacaan tersebut para

murid melanjutkan kembali memutar tasbihnya. Pada waktu itu

imam masih terus nawajuhi para murid semampunya dengan jalan

mujabahah (dengan jalan bertatap muka). Pada waktu imam nawajuhi para murid, di dalam hati para murid

membaca :

الدوام اهللا من نور شيخى اىل روحى على ضين افا

Artinya : “Semoga Allah menyatukan antara nur guru saya kepada

ruh saya selama-lamanya

12 Baca kitab Risalah Mubarokah, karya kiyai Hambali Sumardi. Pada kitab

tersebut akan dijumpai silsilah para masayikh tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah. Hal tersebut dapat anda lihat mulai dari halaman 3 sampai dengan halaman 8.

Page 18: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

64

64

Adapun niat tawajuhan yang dilakukan oleh tarekat

Naqsabandiyah Kholidiyah ialah:

1. Berniat mengumpulkan dzikir

2. Berniat menghilangkang hijab basyariyah 13

3. Berniat menurunkan Anwarul Ilaahiyah,14 kemudian berdzikir

kembali semampunya sesuai dengan yang di hajatkan. Setelah

semuanya selesai kemudian membaca al Qur’an dan di tutup dengan

do’a. 15

Dengan kegiatan tawajuhan seperti diatas tadi, diharapkan

pengikut dari tarekat tersebut bisa selalu ingat dengan Allah sang

pencipta. Karena telah penulis jelaskan di muka, dzikir versi tarekat

Naqsabandiyah Kholidiyah tersebut adalah semata-mata ingat

kepada Allah sang pencipta. Dengan jalan melakukan dzikir.

Pada hakikatnya adalah mengingat Allah dan melupakan apa

saja selain Allah sewaktu dalam berdzikir. Sebagaimana dalam

firma Allah Q.S. Kahfi ayat 24 di jelaskan, yang artinya:

“Dan ingatlah kepada Tuhanmu, jika kamu lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini”.

Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya:”Orang-orang

yang menyendiri (pertapa) adalah orang yang paling dahulu (masuk

surga)”. Lalu salah seorang sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah

siapakah pertapa itu ?” Rasulullah menjawab: “Pertapa ialah orang

yang selalu mengingat Allah” (H.R. Tirmidzi dari Abi Hurairah).

13 Hijab Basyariyah yang dimaksud dalam kalimat diatas yaitu segala sifat yang

tercela yang ada pada diri manusia yang dapat menyebabkan terhalangnya hubungan manusia dengan Allah dikala para murid melakukan kegiatan tawajuhan. Sifat-sifat tersebut antara lain adalah ujub, riya, takabur, dengki, yang dapat menghalangi antara Allah dengan manusia.

14 Yang dimaksud dengan menurunkan Anwarul Ilaahiyah adalah mengharapkan diturunkannya nur atau cahaya terang kepada oang-orang yang melakukan tawajuhan.

15 Op.Cit, hlm. 30

Page 19: BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1... · BAB III TAWAJUHAN DALAM TAREKAT NAQSABANDIYAH KHOLIDIYAH KH. ARWANI AMIN KUDUS

65

65

Dzikir asal mulanya adalah ash-shafa, artinya bersih dan

hening. Wadahnya adalah al wafa, artinya menyempurnakan. Dan

syaratnya adalah al hudlur, artinya hadir hati sepenuh. Hamparannya

adalah amal shaleh. Dan khasiatnya adalah pembukaan dari Tuhan.

Demikian menurut keterangan Syaikh Ahmad al Fathani.16

Dari penjelasan tentang tawajuhan diatas tadi dapat kita ketahui

bersama bahwa model pengajaran tawajuhan dalam tarekat

Naqsabandiyah Kholidiyah adalah dilaksanakan secara rutin, dengan

mengambil langkah selalu mengingat kepada Allah, dimana sebagai

implementasinya adalah melalui pendekatan dzikir.

16 Drs. Moh. Saifulloh Al Aziz S., Risalam Memahami Ilmu Tasawuf, Terbit

Terang, Surabaya 1998, hal. 179-180.