bab iii tanggapan siswa panti karya wanita...
TRANSCRIPT
61
BAB III
TANGGAPAN SISWA PANTI KARYA WANITA “WANODYATAMA”
KENDAL TERHADAP PEMBIMBING DAN MATERI BIMBINGAN DAN
PENYULUHAN ISLAM
3.1. Sekilas Tentang Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal
3.1.1. Latar Belakang Berdirinya Panti Karya Wanita “Wanodyatama”
Panti Karya Wanita adalah panti rehabilitasi sosial wanita tuna
susila yang mempunyai tugas memberikan pelayanan sosial meliputi
pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku,
pelatihan ketrampilan dan resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi para
wanita tuna susila agar mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dewasa ini masalah ketunasusilaan terus berkembang baik secara
kualitas maupun kuantitas dan oleh golongan masyarakat tertentu
ketunasusilaan dijadikan sistem mata pencaharian yang bertentangan
dengan norma kehidupan.
Khusus masalah tuna susila, baik oleh Pemerintah Daerah maupun
Departemen Sosial Propinsi Jawa Tengah, telah ditempatkan sebagai salah
satu masalah sosial yang serius dan mendapatkan perhatian khusus serta
prioritas penanggulangannya. Hal ini mengingat :
62
a. Bahwa tindak tuna susila merupakan tindak yang sangat bertentangan
dengan nilai-nilai sosial, religius dan dapat merendahkan martabat
bangsa.
b. Dapat berakibat semakin meningkatnya penyimpangan seksual, di
mana pengaruhnya terhadap gangguan kejiwaan akan semakin meluas
dan berakibat pada terpengaruhnya sendi-sendi kehidupan masyarakat
dan bangsa dari segala aspek.
c. Tindak tuna susila sangat berpengaruh terhadap usaha pembinaan dan
pengembangan generasi muda sebagai harapan bangsa.
Dengan kata lain, bahwa tindak tuna susila sebenarnya sangat
menghambat lajunya pembangunan nasional, karena tindak tuna susila
sangat bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
Departemen Sosial sebagai aparat pemerintah yang mempunyai
misi dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial mendasarkan pada
panti dan sistem luar panti.
Dengan latar belakang itulah, maka pemerintah daerah propinsi
Jawa Tengah, berupaya menanggulangi ketunasusilaan dengan sistem
pembinaan dan pelayanan melalui didirikannya panti untuk wanita tuna
susila. Di propinsi Jawa Tengah sendiri ada dua panti untuk rehabilitasi
wanita tuna susila yang berada di Surakarta dan Semarang, di Semarang di
tempatkan di Kabupaten Kendal yaitu Panti Karya Wanita (PKW)
“Wanodyatama” Kendal.
63
PKW “Wanodyatama” Kendal adalah panti rehabilitasi wanita
tuna susila yang mempunyai tugas memberikan pelayanan rehabilitasi
sosial yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial dan resosialisasi serta
pembinaan lanjut dari para tuna susila agar mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat.
PKW “Wanodyatama” Kendal telah mulai operasi sejak tanggal 15
September 1981 dengan nama Sasana Rehabilitasi Wanita “Mardi Utama”
Kendal dan penghuni pada saat itu 40 orang tuna susila. Pada tanggal 30
April 1982 diresmikan oleh Menteri Sosial RI bersamaan dengan
peresmian SRCPM “Raharja” Sragen. Berdasarkan SK Ka. Kanwil Dep.
Sosial Propinsi Jawa Tengah No. Deg. 7/80/VII/93, berubah namanya
menjadi Panti Karya Wanita “Mardi Wanita” selanjutnya berdasarkan SK
Dirjen Bina Rehabilitasi Sosial Dep. Sosial RI tanggal 1 April 1994, No.
06/Kep/BRS/IV/1994, Nama PKW “Mardi Wanita” dirubah menjadi Panti
Sosial Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal dengan menempati tanah
seluas + 2 Ha, berlokasi di jalan Gemah Km 1 Desa Botomulyo,
Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal.
3.1.2. Tujuan, Visi, Misi dan Sasaran
a. Tujuan
1). Memberikan pembinaan terhadap tata kehidupan bagi masalah
kesejahteraan sosial tuna susila dalam kehidupan dan penghidupan
masyarakat secara normatif.
64
2). Mengembangkan pemulihan kembali harga diri, kepercayaan diri,
tanggung jawab sosial, kemauan dan kemampuan para siswa agar
dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan masyarakat.
b. Visi dan Misi
1). Visi:
Profesionalitas pelayanan Panti Karya Wanita “Wanodyatama”
menuju kesejahteraan sosial.
2). Misi:
a) Meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas kehidupan
manusia.
b) Mengembangkan prakarsa dan peran aktif masyarakat di dalam
penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
c) Menciptakan jaringan kerja dengan instansi, lembaga dan dunia
usaha.
d) Mengembangkan manajemen pelayanan dan administrasi
pekerjaan sosial dengan sistem panti.
e) Membina dan mengembangkan PMKS.
f) Menciptakan kondisi lingkungan sosial yang mampu
mendorong kelayan untuk memulihkan harga diri, percaya diri
dan kemandirian agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar.
65
c. Sasaran Garapan Panti Karya Wanita “Wanodyatama”
1) Sasaran Utama:
a). Wanita tuna susila dengan kriteria sebagai berikut:
- Berusia produktif antara 16-35 tahun
- Sehat jasmani dan tidak berpenyakit menular
- Sehat rohani dalam arti tidak sakit ingatan atau tuna laras
- Tinggal di asrama dan memenuhi ketentuan yang berlaku
di dalam panti
- Bimbingan berlangsung maksimal selama enam bulan
b). Eks Wanita Tuna Susila
c). Wanita-wanita rawan pelacuran
2). Sasaran lain:
a. Keluarga
b. Masyarakat
c. Organisasi sosial, LSM, Tokoh masyarakat
3.1.3. Landasan Hukum
Dalam hal ini, sebagai sebuah Panti Sosial yang bergerak dalam
bidang kesejahteraan sosial, dengan fokus utama untuk memberikan
bantuan berupa layanan dan rehabilitasi sosial, keberadaan Panti Karya
Wanita “Wanodyatama” Kendal ini mempunyai landasan hukum sebagai
berikut:
1. U.U. No.6 th.1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan
sosial.
66
2. Perda Propinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2001 tentang
pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi
Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah.
3. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 1 Tahun 2002, tentang
pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi
Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa
Tengah.
3.1.4. Fungsi Panti
1. Penyusunan rencana tehnis pelayanan PMKS WTS.
2. Pengkajian dan analisis tehnis operasional PMKS.
3. Pelaksanaan kebijakan tehnis pelayanan PMKS.
4. Pelaksanaan identifikasi dan registerasi calon klien.
5. Penyaluran dan pembinaan lanjut.
6. Pelaksanaan evaluasi proses pelayanan panti.
7. Pelayanan penunjang penyelenggaraan tugas dinas.
8. Pengelolaan ketatausaha.
Persyaratan menjadi siswa/klein PKW “Wanodyatama” Kendal:
1) Tuna susila (WTS) usia 15-35 tahun
2) ABG/remaja rawan tindakan tuna susila
3) Bersedia mengikuti program pelayanan dan rehabilitasi sosial sistem
panti yang telah ditetapkan panti
4) Sehat jasmani kecuali berpenyakit kelamin
5) Sehat rohani, tidak sakit ingatan/tuna laras
67
6) Sanggup tinggal di asrama dengan lama waktu pelayanan selama 6
bulan.
3.1.5. Program Pelayanan Kegiatan
Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal ini pada dasarnya
melaksanakan tugas terhadap penanganan masalah sosial penyandang tuna
susila berupa pelayanan yang dikemas melalui suatu proses penyantunan
dan rehabilitasi sosial, di mana seperti yang tertera dalam sasaran
utamanya, siswa yang dalam hal ini memperoleh layanan dan bantuan
ditempatkan dalam asrama, untuk mendapatkan ketrampilan seperti:
menjahit, rias salon, tata boga, juga pembinaan fisik, mental kesehatan dan
sosial, budi pekerti serta ajaran agama. Pelayanan dan rehabilitasi sosial di
PKW “Wanodyatama” Kendal ini dilaksanakan selama enam bulan, di
mana dalam satu tahun terdiri dari dua angkatan, yaitu periode Januari s/d
Juni dan Juni s/d Desember. Lebih khusus lagi di dalam tiap angkatan
hanya melayani 70 orang siswa.
Dalam proses pelayanan ini ada tujuh proses kegiatan yaitu:
a. Tahap Pendekatan Awal
Adalah kegiatan untuk mendapatkan dukungan dari instansi
sosial, menunjang keberhasilan pelaksanaan pelayanan, khususnya
dalam penerimaan siswa. Pendekatan awal ini dilaksanakan satu bulan
sebelum program pelayanan di dalam panti dilaksanakan. Terkait
dalam fungsinya mengatasi dan menjaga tingkah laku para tuna susila
tersebut, dilakukan melalui pendekatan aktif dan pasif yang berbentuk:
68
1) Orientasi dan konsultasi
2) Identifikasi
3) Motifasi
4) Seleksi
b. Tahap penerimaan
Tahap penerimaan para tuna susila untuk menjadi kelayan,
yang disebut siswa di Panti ini, dengan kelengkapan administrasi,
biodata serta informasi lain tentang pelayanan panti dalam membantu
pemecahan permasalahan siswa yang berbentuk:
1. Registrasi
2. Assisment
3. Penempatan dalam program pelayanan
4. Pelayanan dan rehabilitasi
c. Tahap assisment/penelaahan dan pengungkapan masalah
Adalah proses pengungkapan dan pemahaman masalah siswa
untuk mendapatkan data dan informasi tentang permasalahan,
potensi dan kelemahan-kelemahan yang ada, serta rencana untuk
masa depan yang mendukung upaya pemecahan masalah siswa.
d. Tahap bimbingan
Bimbingan dilaksanakan secara terinteraksi dan saling terkait
antara kegiatan bimbingan yang satu dengan yang lain, meliputi:
1). Bimbingan Fisik
69
Yang merupakan bimbingan penanaman kedisiplinan
yang berupa latihan jasmani, yaitu olah raga.
2). Bimbingan mental
Merupakan usaha untuk melatih dan membentuk kondisi
mental, psikis, kepribadian dan integritas yang mantap pada diri
siswa serta kemampuan dan kemauan dalam menjalankan ibadah,
sehingga siswa mempunyai ketahanan mental, spiritual dan tidak
mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial serta dapat
menjalankan fungsi sosialnya secara wajar. Kegiatan ini
dilakukan melalui bidang keagamaan dan budi pekerti.
3). Bimbingan sosial
Adalah kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial untuk
membantu siswa baik secara individual, kelompok masyarakat
dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memenuhi
kebutuhan, menghadapi dan mengatasi masalah serta dalam
menjalin hubungan dalam lingkungan masyarakat.
4). Bimbingan ketrampilan kerja
Adapun bimbingan ketrampilan kerja yang diberikan oleh
panti ini disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan siswa,
antara lain berbentuk:
- Menjahit
- Salon
- Tata Boga
70
Setelah selesai mengikuti bimbingan fisik, mental,
sosial maupun ketrampilan selama lima bulan, maka siswa
melaksanakan kegiatan magang (praktek belajar kerja) di berbagai
perusahaan sesuai dengan ketrampilan yang diikuti selama satu
bulan.
e. Tahap resosialisasi, yang meliputi:
1). Bimbingan kesiapan dan peran masyarakat
2). Bimbingan sosial hidup bermasyarakat
3). Bimbingan pembinaan bantuan/stimulan
4). Bimbingan usaha/kerja produktif
5). Bimbingan penempatan dan penyaluran
f. Tahap bimbingan lanjut, antara lain:
1) Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran serta
dalam pembangunan
2) Bimbingan pengembangan usaha
3) Bimbingan pemantapan peningkatan usaha
g. Terminasi
Merupakan pemutusan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi
siswa yang telah dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar.
3.1.6. Sarana dan Prasarana
Dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan yang memenuhi
syarat sangat menentukan kelancaran proses bimbingan dan penyuluhan itu
sendiri.
71
Adapun sarana dan prasarana yang ada di panti karya wanita
“Wanodyatama” Kendal adalah sebagai berikut :
a. Kantor : 2 unit
b. Asrama : 4 unit
c. Ruang kelas/aula : 1 unit
d. Ruang ketrampilan : 1 unit
e. Ruang makan/dapur : 1 unit
f. Musholla : 1 unit
g. Rumah dinas : 3 unit
h. Lapangan olah raga : 1 Unit
3.1.7. Struktur Organisasi
PKW “Wanodyatama” Kendal adalah merupakan salah satu Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas Kesejahteraan Sosial termasuk Panti type-A
Eselon III, yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada kepala Dinas
Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah (Nur Kholish: 2005).
Kepala Panti
Ka Sub Bag TU
Kasi Penyantunan Kasi Rehablur
72
3.1.8. Sumber Dana
Adapun Sumber dana PKW “Wanodyatama” Kendal diperoleh dari :
1). APBD Propinsi Jawa Tengah.
2). Dana Dekonsentrasi (APBD dan Bantuan Luar Negeri)
3). Sumber lainnya yang tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan
ketentuan yang berlaku.
3.1.8. Kondisi Penghuni Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal
a. Pembimbing
Tenaga pembimbing atau pengelola yang ada di Panti Karya
Wanita “Wanodyatama” di Kendal sampai sekarang 21 orang, tetapi ada
dari Departemen Agama dan dinas-dinas lainnya. Data identifikasinya
adalah tabel sebagai berikut :
Tabel I Usia Pengelola/Pembimbing Panti Karya Wanita “Wanodyatama”
Kendal
No. Usia / Tahun Responden Prosentase 01 30 - 35 Tahun 5 orang 23,8 % 02 36 - 40 Tahun 3 orang 14,3 % 03 41 - 45 Tahun 3 orang 14,3 % 04 46 Tahun – Keatas 10 orang 47,6 % Jumlah 21 orang 100 %
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pengelola Panti Karya
Wanita “Wanodyatama” Kendal lebih banyak dikelola orang yang
berusia 46 tahun keatas (47,6 %), usia termuda adalah 30 sampai 35
tahun sebanyak 23,8 %. Hal itu menunjukkan bahwa pengelola di panti
tersebut lebih banyak dikelola oleh mereka yang lebih matang mental
karena usianya tua. Karena, bagaimana juga mengelola panti tersebut
73
dibutuhkan kesabaran yang tinggi, sehingga dengan usia pengelola yang
lebih tua diharapkan tingkat kesabarannya juga tinggi.
Tabel II Jenis Kelamin Pengelola/Pembimbing Panti Karya Wanita
“Wanodyatama”Kendal
No. Jenis Kelamin Responden Prosentase 01 Laki-Laki 15 orang 71,4 % 02 Perempuan 6 orang 28,6 %
Jumlah 21 orang 100 %
Begitu pula dalam tabel tersebut, menunjukkan bahwa jenis
kelamin pengelola di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” di Kendal,
kebanyakan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (71,4 %).
Sedangkan yang berjenis perempuan berjumlah 6 orang (28,6 %).
Tabel III Asal Domisili Pengelola Pembimbing Panti Karya Wanita
“Wanodyatama” Kendal
No. Asal Domisili Responden Prosentase 01 Kendal 8 orang 38,1 % 02 Semarang 5 orang 23,8 % 03 Karanganyar 1 orang 4,7 % 04 Pekalongan 1 orang 4,7 % 05 Surakarta 1 orang 4,7 % 06 Jepara 1 orang 4,7 % 07 Sukoharjo 1 orang 4,7 % 08 Solo 1 orang 4,7 % 09 Surabaya 1 orang 4,7 % 10 Sragen 1 0rang 4,7 %
Jumlah 21 orang 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa, domisili pengelola Panti
Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal itu lebih banyak berasal dari
daerah Kendal yaitu 8 orang (38,1 %) dan yang berasal dari Semarang 5
74
orang (23,8 %). Sedangkan sisanya berasal dari luar Kendal dan
Semarang. Kondisi demikian menunjukkan adanya efektifitas layanan
yang dilakukan oleh pengelola panti tersebut terhadap pembinaan siswa
yang berada di panti itu.
Tabel IV
Pendidikan Pengelola Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal
No. Pendidikan Responden Prosentase 01 S.1 8 orang 38,1 % 02 Diploma dua 1 orang 4,7 % 03 SLTA 8 orang 38,1 % 04 SLTP 2 orang 9,5 % 05 SD 2 orang 9,5 % Jumlah 21 orang 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa, pendidikan pengelola di
Panti Karya Wanita “Wanodyatama” di Kendal adalah pendidikan
sarjana strata satu (S.1) berjumlah 8 orang (38,1 %), diploma dua
berjumlah 1 orang (4,8 %), Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 8
orang (38,1 %), Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 2 orang
(9,5 %), dan terakhir pendidikan sekolah dasar berjumlah 2 orang (9,5
%). Jadi dari data itu menunjukkan bahwa pengelola di panti tersebut
kebanyakan pendidikan SMA dan S.1, dan paling kecil adalah
pendidikan diploma dua. Tenaga pengelola yang berpendidikan SMA
dan S.1 itu mengindikasikan bahwa, tenaga tersebut merupakan tenaga-
tenaga pengelola yang profesional, dengan indikasi pendidikan yang
sarjana S1. Namun, mayoritas pengelola di Panti Karya Wanita
“Wanodyatama” di Kendal 100 % beragama Islam.
75
Dari uraian tersebut di atas penulis mengambil kesimpulan
bahwa pembimbing yang ada di PKW “Wanodyatama” Kendal sebagian
besar berasal dari luar Kendal, usia mayoritas 45 tahun keatas, jenis
kelamin didominasi oleh kaum laki-laki, pendidikannya SMA dan S1,
dan pengelolanya semua beragama Islam.
b. Siswa
Pada tahun anggaran 2004-2005 di PKW “Wanodyatama” Kendal
menampung 70 siswa rehabilitasi yang mendaftar di Panti Karya Wanita
“Wanodyatama” Kendal di kelurahan Botomulyo. Sehubungannya dengan
tempat yang tersedia, maka untuk masuk PKW “Wanodyatama” tersebut
diadakan seleksi dan pemeriksaan terlebih dahulu dan jumlah siswa/klien
rehabilitasi dibatasi.
1. Jumlah siswa rehabilitasi: 70 orang.
Tabel V Asal Daerah Penghuni Panti Karya Wanita “Wanodyatama”
di Kendal
No. Asal Daerah Responden Prosentase 01 Demak 14 orang 20 % 02 Kendal 19 orang 27,1 % 03 Temanggung 15 orang 21,4 % 04 Batang 5 orang 7,2 % 05 Sukoharjo 1 orang 1,4 % 06 Tegal 12 orang 17,3 % 07 Pekalongan 2 orang 2,9 5 08 Semarang 1 orang 1,4 % 09 Lampung Tengah 1 orang 1,4 %
Jumlah 70 orang 100 %
Dari tabel tersebut di atas, maka penghuni Panti Karya
Wanita “Wanodyatama” di Kendal terbanyak berasal dari Kendal
76
sendiri, yaitu sebanyak 19 orang (27,1 %), sedangkan urutan kedua dari
kabupaten Temanggung sebanyak 15 orang (21,4 %), sedang urutan
ketiga dari daerah Demak sebanyak 14 orang ( 20 %). Penghuni terkecil
dari daerah Sukoharjo, Semarang, dan Lampung Tengah sebanyak
masing-masing 1 orang (1,4 %).
Pelayanan yang diperoleh para siswa rehabilitasi selama
berada di PKW “Wanodyatama” tersebut meliputi :
1. Pengasramaan dengan rincian: setiap kamar terdiri dari 4 orang dan
tempat tidur komplit.
2. Pemberian pakaian seragam untuk pembinaan.
3. Pelayanan kesehatan.
- Pemeriksaan 1 minggu sekali
- Pemberian obat-obatan bagi yang sakit ringan
4. Pelayanan ketrampilan.
- Menjahit
- Salon
- Memasak.
Mengenai pendidikan siswa rehabilitasi yang berada di PKW
“Wanodyatama” berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan
petugas dan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini (Agus: 2005).
77
Tabel VI Keadaan Siswa PKW “ Wanodyatama” Kendal Menurut
Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Responden Prosenatase 01. SD 5 orang 7,2 % 02. SMP 37 orang 52,8 % 03. SMU 28 orang 40,0 %, Jumlah 70 orang 100 %
Dari tabel tersebut, dapat disebutkan bahwa mayoritas siswa di
Panti Karya Wanita “Wanodytama” Kendal adalah berpendidikan
SMP sebanyak (52,8 %). Sedangkan yang berpendidikan SMA 40
%, yang berpendidikan SD 7,2 %. Ini menunjukkan bahwa siswa
yang ada di panti tersebut mayoritas melaksanakan wajib belajar
sembilan tahun.
Apabila diperhatikan, usia mereka banyak yang termasuk usia
produktif, dimana mereka merupakan generasi muda penerus
bangsa. Untuk lebih jelasnya, dapat di lihat dalam tabel berikut ini :
Tabel VII Keadaan Responden Di PKW “WANODYATAMA” Kendal
Menurut Golongan Usia
No. Golongan Usia Responden Prosentase 01 16 – 23 25 orang 35,7 % 02 25 – 30 35 orang 50,0 % 03 31 – keatas 10 orang 14,3 %
Jumlah 70 orang 100 %
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa di Panti Karya
Wanita “Wanodytama” Kendal paling banyak berusia 25 – 30 tahun
78
atau 50 %. Usia 16 – 23 tahun sebanyak 35,7 %. Jadi siswa yang
direhabilitasi di panti tersebut adalah berusia produktif.
Selain itu untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
klien menjadi Wanita Tuna Susila, maka penulis mengadakan
wawancara dengan siswa dan beberapa pembimbing di PKW
“Wanodyatama”. Hasil dari wawancara tersebut, lihat tabel dibawah
ini:
Tabel VIII Faktor Penyebab Responden Menjadi Wanita Tuna Susila Di PKW
“WANODYATAMA” Kendal
No. Faktor Penyebab Responden Prosentase 01. Ekonomi 55 orang 78,5 % 02. Sakit Hati 9 orang 12,9% 03. Pengaruh
Lingkungan 6 orang 8,6 %
Jumlah 70 orang 100 %
Setelah diperhatikan tabel di atas, jelaslah bahwa faktor
ekonomi mencapai 78,5%, pengaruh lingkungan 8,6 %, Sakit Hati
12,9%. Dengan demikian maka faktor ekonomi menduduki tempat
yang paling tinggi, bahkan merupakan penyebab yang paling tinggi
intensitasnya pada tiap-tiap angkatan. Hal ini menunjukkan bahwa,
status mereka mayoritas tergolong ekonomi lemah. Dan sampai saat
ini, kondisi yang seperti itu masih banyak belum bisa di atasi,
terutama di daerah terpencil dan miskin lainnya.
Dengan melihat gejala seperti itu, maka pihak pemerintah
tidak tinggal diam. Melalui panti-panti pada khususnya, seperti
79
PKW “Wanodyatama” dengan dibantu instansi terkait berusaha
mengatasi masalah tersebut dengan memberikan berbagai bimbingan
pembinaan WTS yang terkena razia.
3.2. Tanggapan Siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal
Terhadap Pembimbing Dan Materi Bimbingan Penyuluhan Islam
3.2.1. Tanggapan Siswa Panti Terhadap Pembimbing
Secara teoritikal fungsi bimbingan dan penyuluhan secara
umum adalah sebagai fasilitator dan motivator klien dalam upaya
mengatasi dan memecahkan problem kehidupan klien dengan
kemampuan yang ada pada diri klien. Hal itu, sangat terkait dengan
keberadaan pembimbing dalam mencapai fungsi bimbangan dan
penyuluhan sebagaimana tersebut.
Adapun pembimbing di PKW “Wanodyatama” secara umum
telah memberikan pelayanan kepada siswa agar supaya mampu
mengaktifkan potensi fisik dan psikisnya sendiri dalam menghadapi
dan memecahkan kesulitan-kesulitan hidup yang dirasakan sebagai
penghalang atau penghambat perkembangan lebih lanjut dalam
bidang-bidang tertentu (Wawancara dengan Rani P tanggal 4 april
2005)
Pembimbing yang ada di PKW “Wanodyatama” ternyata
memiliki tiga sikap pokok, yaitu menerima (acceptance), sikap ingin
memahami (understanding), sikap bertindak dan berkata secara jujur
80
(sincerry). Sikap menerima di sini berarti bahwa pembimbing
menerima siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” sebagaimana
adanya dan tidak segera “mengadili” siswa tentang kebenaran dari
pendapatnya/perasaannya/perbuatannya. Sikap ingin memahami
menuntut dari pembimbing agar dia berusaha sekuat tenaga untuk
menangkap dengan jelas dan lengkap hal-hal yang sedang
dikemukakan oleh siswa, baik dengan kata-kata maupun dengan
isyarat yang lain. Maka pembimbing berusaha untuk ikut merasakan
(empathy) apa yang diungkapkan dan apa yang dialami oleh siswa
(Uswa. H tanggal 4 april 2005). Begitu juga menurut Siti. M (tanggal
4 april 2005) yang dikuatkan oleh Indri. N (2005), bahwa sikap
bertindak dan berbicara secara jujur oleh pembimbing, adalah dalam
bentuk pembimbing di PKW “Wanodyatama” tidak bersikap
berpura-pura, sehingga dalam pandangan siswa Panti Karya Wanita
“Wanodyatama”, pembimbing kelihatan secara spontan. Misalnya,
pembimbing tidak berpura-pura bersikap ramah terhadap seorang
murid yang berpakaian terlalu seenaknya; lebih baik pembimbing
mengatakan bahwa caranya berpakaian kurang pantas dan lain kali
sebaiknya dibenarkan.
Berdasarkan uraian di atas jelas kiranya, bahwa kesan yang
ditangkap oleh siswa di PKW “Wanodyatama” dalam pertemuan
awal sangat menentukan bagi kelancaran pertemuan-pertemuan
bimbingan yang akan datang. Dalam pertemuan yang untuk pertama
81
kalinya itu siswa akan “menilai” pembimbing, apakah dia pada lain
kesempatan masih mempunyai daya tarik terhadap siswa di PKW
“Wanodyatama”. Pertemuan yang pertama kalinya itu sangatlah
menentukan bagi terciptanya hubungan pribadi antar pembimbing
dan yang dibimbing (Endang P tanggal 4 april 2005).
Begitu juga, kepekaan terhadap apa yang terdapat “di
belakang” kata-kata siswa Panti Sosial Wanita “Wanodyatama”,
misalnya macam-macam perasaan yang dialami siswa di panti, tetapi
sering kali tidak dapat diungkapkan dalam kata-kata. Kepekaan
(sensitivity) ini seolah-olah harus menjadi suatu sifat kepribadian
yang diperoleh melalui studi ilmiah, pengalaman dalam memberi
bimbingan kepada siswa-siswa, membaca-baca roman yang bermutu,
dan melihat film yang mengisahkan kehidupan batin pada manusia.
kepekaan ini lebih penting daripada metode dan masalah yang
menimbulkan kegelisahan dan kebingungan ternyata bisa ditangkap
oleh pembimbing di PKW “Wanodyatama”yang peka terhadap apa
yang dirasakan oleh siswa di PKW “Wanodyatama” Kendal (Dwi. A,
Kaswa, dan Siti. M tanggal 4 april 2005)..
Kemampuan dalam cara berkomunikasi yang tepat (rapport),
hal ini, pembimbing di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” telah
menunjukkan bahwa, pembimbing telah mampu menyatakan
pemahamannya terhadap hal-hal yang diungkapkan oleh siswa.
Caranya pembimbing menyatakan “pengertiannya” dengan
82
bijaksana, agar jangan menimbulkan sikap defensif pada siswa,
misalnya jangan dikatakan: “Ternyata kau bertindak tolol; rupanya
engkau seorang penakut”, atau menimbulkan rasa malu pada siswa,
misalnya jangan dikatakan: “rupanya kau merasa sangat bermusuhan
dengan ayahmu, ya toh ?”. Pembimbing selalu mengingat bahwa
kata-katanya, nada bicara, dan reaksinya yang lain dapat
menimbulkan reaksi terkejut atau tersinggung (Ike. K tanggal 6 april
2005)..
Peran pembimbing di Panti Karya Wanita “Wanodyatama”
juga bertindak sebagai pendidik, tetapi mereka itu tidak
bertindak/berlagak “dominan” dalam mengambil sikap. Sehingga
seorang pembimbing tidak membuat siswa Panti Karya Wanita
“Wanodyatama” terlalu mengantungkan diri pada pembimbing (Sari
tanggal 6 april 2005).
Pembimbing di Panti Karya Wanita “Wanodyatama”
memiliki kesehatan dan mental yang layak. Hal itu terlihat dari sikap
pembimbing yang menyakini akan kebenaran agamanya,
menghayati, mengamalkan, karena mereka menjadi pembawa norma
sosial maupun agama yang konsekuen serta menjadikan idola
sebagai muslim lahir batin di kalangan siswa di PKW
“Wanodyatama” (Sri. M tanggal 6 april 2005). Begitu juga menurut
Muti (tanggal 6 april 2005), pembimbing memiliki kepribadian
menarik terhadap siswa di PKW “Wanodyatama” pada khususnya
83
dan kepada orang-orang yang berada di lingkungan sekitarnya.
Begitu juga, mereka memiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti
tinggi serta loyalitas terhadap tugas pekerjaannya yang konsisten
(tidak terputus-putus, atau berubah-ubah), di tengah-tengah
pergolakan masyarakat.
Di sisi lain menurut Endang. PW (tanggal 8 april 2005),
pembimbing di PKW “Wanodyatama” memiliki kematangan jiwa
dalam bertindak menghadapi permasalahan yang memerlukan
pemecahan. Kematangan jiwa yang dimaksud matang dalam
berpikir, berkehendak, dan merasakan (melakukan reaksi-reaksi
emosial) terhadap segala hal yang melingkupi tugas kewajibannya.
Bahkan, mampu mengadakan komunikasi (hubungan) timbal balik
dengan siswa di PKW “Wanodyatama” dan lingkungan sekitarnya,
baik kepada pengelola PKW “Wanodyatama”, karyawan dan staf
serta orang-orang yang perlu diajak bekerja sama, maupun dengan
masyarakat sekitarnya.
Pembimbing di PKW “Wanodyatama”mempunyai sikap dan
perasaan terikat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang harus
ditegaskan terutama di kalangan siswa yang dibimbingnya, dengan
menjunjung harkat dan martabat kemanusaian yang harus dijunjung
tinggi di kalangan mereka. Juga memiliki keyakinan bahwa tiap
siswa di PKW “Wanodyatama” memiliki kemampuan dasar yang
baik dan dapat dibimbing menuju ke arah perkembangan yang
84
optimal serta memiliki sikap tanggap dan peka terhadap kebutuhan
siswa di PKW “Wanodyatama” (Riyati tanggal 8 april 2005).
Bahkan menurut Dwi. A (tanggal 8 april 2005), pembimbing
di PKW “Wanodyatama” memiliki watak dan kepribadian yang
bersifat kekeluargaan sehingga orang yang berada disekitarnya suka
bergaul dengannya. Serta memiliki integritas pribadi (yang bulat dan
utuh) tidak berjiwa terpecah-pecah, karena jiwa yang terpecah-pecah
tidak dapat merekam sikap dan pandangan yang teguh dan konsisten,
melainkan selalu berubah-ubah karena pengaruh sekitar. Sisi lain
mereka memiliki pengetahuan teknis termasuk metode tentang
bimbingan dan penyuluhan serta menerapkan dalam tugasnya, hal itu
dikuatkan oleh Elly. A dan Puji A(tanggal 8 april 2005).
Dalam kaitannya dengan tugas dan karakter tersebut di atas,
maka proses bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan pembimbing
telah banyak membawa pengaruh terhadap siswa di PKW
“Wanodyatama” untuk melakukan perubahan sikap terhadap apa
yang telah diberikan oleh pembimbing yang tersebut.
Walaupun kadang ada sebagian kecil siswa yang
menghendaki seorang pembimbing harus memiliki bentuk jasmani
yang bagus dan tampan, dan berwajah berseri (dengan alasan bisa
memberi kesan akan kebersihan jiwanya), dahi muka lebar (yang
menandakan akan kecerdasannya), berdahi terbuka, tidak tertutup
85
oleh rambut kepalanya (tanda sebagai orang yang terpelajar atau
terdidik) (Indri. R dan Alimt. M tanggal 4 April 2005).
Jadi keberadaan dan karakter pembimbing di PKW
“Wanodyatama” ternyata sangat mempengaruhi perubahan sikap
bagi siswa di PKW “Wanodyatama”.
3.2.2 Tanggapan Siswa Panti Terhadap Materi Bimbingan Penyuluhan
Islam
Siswa rehabilitasi di Panti Karya Wanita “Wanodyatama”
jumlahnya 70 (tujuh puluh) orang, yang beragama Islam berjumlah
68 orang sedang yang lainnya yaitu Kristen 2 orang. Khusus untuk
agama Islam, pembinaan mental diberikan empat kali pertemuan
dalam seminggu. Materi-materi tersebut adalah tauhid, akhlak, baca
tulis al-Quran, tuntunan shalat.
Materi pertama adalah tauhid yang disampaikan oleh
instruktur dari Depag Kendal yaitu Bapak Muslikhan, pada hari
Senin jam 16.00 WIB. tujuan pengajaran tauhid kepada siswa Panti
Karya Wanita “Wanodyatama” adalah memantapkan keyakinan atau
kepercayaan agamanya kepada Tuhan Yang Esa dengan
mempertahankan kepercayaan-kepercayaan yang masih melekat.
Karena sumber agama adalah tauhid ( Tri U tanggal 8 april 2005)
Ketika Islam datang, ajaran pertama yang disampaikan oleh
Rasul Allah setelah fungsinya sebagai utusan-Nya adalah ajaran
Tauhid yang mengesakan Tuhan. Oleh karena itu, setelah seseorang
86
menyatakan bersedia beriman, maka ia akan selalu mengucapkan
kesaksian bahwa Tuhan yang benar disembah adalah Allah SWT dan
Muhammad adalah utusan-Nya. Dengan materi inilah siswa di PKW
“Wanodyatama” akan tertanam rasa memiliki kepada Tuhannya yang
telah menciptakan hambanya dan mengakui bahwa Tuhan itu Esa
dan menghindari dari sifat musyrik (menyekutukan Allah). kesaksian
seperti ini dalam rumusan ajaran Islam disebut syahadat tauhid yang
berisi pernyataan negatif karena merupakan peniadaan, namun
kemudian diteruskan dengan pernyataan positif yang menyatakan
hanya Allah SWT yang berhak menjadi tujuan penyembahan.
Syahadat Rasul berisi tentang kesaksian bahwa Muhammad SAW
adalah Rasul, utusan dari Allah SWT kepada seluruh umat manusia.
Pertama-tama siswa PKW “Wanodyatama” diajarkan untuk
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Iman itu melahirkan tata
nilai berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang dijiwai oleh
kesadaran hidup ini berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan
(Innâ lillâh wa innâ ilaihirâji’un: Sesungguhnya kita berasal dari
Tuhan dan kita akan kembali kepada-NYA”), maka Tuhan adalah
asal dan tujuan hidup, bahkan seluruh makhluk yang hidup di dunia
ini, karena pada dasarnya bahwa hidup adalah hanyalah sementara
sedangkan kehidupan yang kekal adalah di akhirat.
Siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” yang
mentauhidkan Allah, berarti ia menempatkan Allah di atas segala-
87
galanya. Mereka yakin tidak ada sesembahan selain Allah, mereka
tidak sujud dan tidak ruku’ selain kepada Allah. Mereka tidak
mengharapkan rizki selain dari Allah.
Pengakuan terhadap Allah yang ajaran-ajarannya
dimasyarakatkan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan jantung
dari kehidupan orang-orang beragama. Mengesakan Allah SWT
adalah ajaran yang utama dan sebagai pengalaman ibadah yang
utama.
Materi tauhid tersebut adalah untuk memperkuatkan
keyakinan siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” kepada
Tuhannya, bahwa Tuhan adalah yang berhak atau wajib disembah
oleh hambanya dan tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu apapun
di dalam ibadah.
Penuturan Muawanah (tanggal 8 april 2005), materi ini
memperkuat bagi kami untuk menyembah kepada Allah, karena
Allahlah yang patut disembah setidaknya memberikan wawasan
yang luas bagi kami tentang hal-hal yang dapat menjeremuskan ke
liang kemusyrikan.
Materi kedua adalah akhlak yang disampaikan oleh instruktur
dari tokoh agama setempat yaitu bapak Muslikhan, pada hari Senin
jam 16.00 WIB. Kedudukan akhlak dalam agama dan pergaulan
hidup adalah sungguh amat penting. Dalam agama, akhlak menjadi
88
tiang yang teguh dan dalam masyarakat, akhlak menjadi sendi yang
kuat (Ulfah tanggal 8 april 2005).
Siswa yang ada di PKW “Wanodyatama”ini adalah wanita.
Karena wanita merupakan tiangnya negara, apabila wanita akhlaknya
rusak maka negaranya pun akan rusak, begitu juga dengan akhlak.
Apabila akhlaknya buruk maka agamanya akan menjadi hancur atau
roboh. Akhlak merupakan cerminan bagi manusia, karena seseorang
yang mempunyai akhlak yang baik maka hidupnya damai, tentram
dan tidak mempunyai rasa takut atau cemas kepada perbuatan yang
telah diperbuatnya.
Materi ketiga adalah baca tulis al-Qur’an, instrukturnya yaitu
bapak Nur Ruddin, kegiatan ini dilaksanakan setiap hari sehabis
shalat Maghrib. Baca tulis al-Qur’an merupakan sebagai wujud
cintanya kepada kitab suci-Nya, selain itu dengan membaca al-
Qur’an jiwanya menjadi tenang, damai, dan memperkuat keimanan
kita terhadap Allah SWT (Lilik tanggal 8 April 2005).
Baca tulis al-Qur’an ini sangat penting karena bagi kaum
muslim setidaknya dapat membaca kitabnya sendiri dan dapat
menulis dengan baik. Sebagian siswa yang berjumlah 70 (tujuh
puluh) orang dapat membaca dan menulis al-Qur’an. Kerena pada
dasarnya mereka sudah mendapatkan pendidikan agama. Sedangkan
yang lain ada yang sudah bisa tetapi belum lancar dan ada juga yang
betul-betul tidak bisa membaca al-Qur’an dan menulis al-Qur’an.
89
Bagi yang belum bisa membaca al-Qur’an dan menulis al-Qur’an, ini
membutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk mengajarkan kepada
siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama”.
Materi keempat adalah tuntunan shalat, setiap hari jam 18.15
WIB. Instruktur yaitu bapak Nur Ruddin dari tokoh agama setempat.
Shalat merupakan kewajiban bagi semua orang Islam selama masih
hidup. Tujuan mengajarkan shalat kepada penghuni Panti Karya
Wanita “Wanodyatama” ini adalah untuk menanamkan rasa
pengabdiannya kepada Allah, bahwa shalat merupakan kewajiban
yang harus dilaksanakan dalam keadaan apapun baik gembira
maupun susah. Kewajiban ini tidak ada alasan untuk ditinggalkan
walaupun di mana kita berada (Ike K tanggal 8 April 2005).
Mengajarkan rukun shalat dan adab-adabnya kepada siswa
Panti Karya Wanita “Wanodyatama” memahami tentang tata cara
dalam melaksanakan shalat karena shalat adalah tiang agama, sendi
ibadah. Tetap memelihara shalat, mendorong siswa PKW
“Wanodyatama” mengerjakan ibadat-ibadat yang lain, meninggalkan
segala yang haram dan amat mengendalikan hawa nafsu.
Siswa di PKW “Wanodyatama” dibimbing dan diarahkan
untuk berlatih shalat, karena shalat merupakan kewajiban bagi
muslim yang sudah dewasa dan akhlaknya sehat. Karena “shalat”
adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan shalat, berarti dia
90
mendirikan agama. Dan barang siapa meninggalkan shalat, berarti ia
merobohkan agama”.
Siswa di PKW “Wanodyatama” kebanyakan sudah hafal
dalam bacaan shalatnya, karena mereka sudah pernah mendapatkan
pendidikannya di daerahnya masing-masing. Maka materi tuntunan
shalat ini memperdalam tentang manfaatnya shalat. Sedangkan siswa
yang belum hafal doanya shalat diajarkan secara bertahap sehingga
siswa betul-betul hafal. Selain itu juga diajarkan apa maksud dari
bacaan tersebut (bacaan shalat), karena ini sangat penting bagi siswa,
dengan apa yang diucapkan maka tahu maksudnya.
Pemberian materi dalam bimbingan kerohanian merupakan
sebagai motivasi bagi mereka, bahwa Tuhan masih membuka pintu
taubat bagi orang-orang yang melakukan kesalahan, agar hidupnya
damai dan sejahtera. (Tutik tanggal 8 April 2005).
Setidaknya dengan materi kerohanian tersebut maka siswa
Panti Karya Wanita “Wanodyatama” akan terbuka dan kembali ke
jalan yang lurus dan juga mendapat pencerahan hidup bahwa hidup
adalah penuh tantangan dan cobaan bagi umatnya serta memotifasi
mereka agar tetap optimis dalam menjalani kehidupan ini yang
penuh liku-liku dan kembali bermasyarakat dengan sewajarnya.
Dalam rangka menumbuhkan kesadaran hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi siswa Panti Karya
Wanita “Wanodyatama” Kendal bekerjasama dengan lembaga terkait
91
melakukan bimbingan kesadaran hukum. Penyajian materi tersebut
bermaksud untuk memberikan pengetahuan tentang kesadaran
hukum-hukum perkawinan, keamanan dan penertiban masyarakat
(Kamtibmas), untuk menjadikan kedisiplinan bagi siswa Panti Karya
Wanita “Wanodyatama” Kendal sehingga setelah kembali
kemasyarakat dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan yang
normatif di masyarakat.
Penyajian materi dalam bidang keagamaan yang dilakukan
oleh Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal cukup berguna
bagi kehidupan di dunia ini, yaitu empat kali dalam seminggu. Selain
pembinaan keagamaan yang dilakukan Panti Karya Wanita
“Wanodyatama” Kendal empat kali dalam seminggu. Selain
penyajian materi-materi keagamaan yang dilakukan Panti Karya
Wanita “Wanodyatama”, kami memperoleh pengetahuan agama
melalui ceramah di televisi dan melalui buku-buku agama yang telah
disediakan oleh Panti Karya Wanita “Wanodyatama” ini (Puji
tanggal 8 April 2005).
Siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal setuju
dengan pendapat bahwa materi yang menyajikan bahwa hidup ini
terasa tidak berguna/hampa tanpa iman/percaya adanya Tuhan,
karena sesungguhnya pada diri mereka, ada rasa takut atau khawatir
dengan azab Tuhan Yang Maha Esa, yang mana tidak akan bisa
menghindar dari azab tersebut (Elly: 2005).
92
Bahkan Dwi (tanggal 8 April 2005) menuturkan, mereka
melakukan perbuatan diluar ketentuan agama, sebenarnya menyesali
perbuatannya itu. Mereka percaya terhadap adanya Tuhan,
sedikitpun tidak ragu. Pada dasarnya mereka percaya bahwa agama
memberikan bimbingan dengan penyajian materi dalam bidang-
bidang agama untuk hidup sehari-hari. Karena dengan agama hidup
kita menjadi bermakna, hal itu dikuatkan oleh Sariyatun (tanggal 8
April 2005).
Sesuai dengan penuturan (Indri tanggal 8 April 2005),
penyajian materi dalam pembinaan mental agama tidak hanya yang
sudah dijadwalkan saja, melainkan ada permainan kelompok yang
bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku siswa Panti Karya
Wanita “Wanodyatama”, yang dilakukan pada hari Rabu,
instrukturnya dari tim pekerja sosial yang berjumlah 2 orang. Selain
itu juga diadakan renungan malam yang dilakukan setiap satu bulan
sekali yang diambil dari ceramah ulama’ setempat. Tujuan dilakukan
renungan malam ini, agar siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama”
merenungi kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya dan tidak
akan mengulangi lagi perbuatan yang telah dilakukan itu (kembali ke
jalan yang diridhai oleh Allah).
Siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” yang berbuat
tidak sesuai dengan norma-norma agama atau menyimpang dari
peraturan yang telah ditentukan maka siswa PKW “Wanodyatama”
93
dikumpulkan lalu dibimbing dengan cara berkelompok, yang
langsung ditangani oleh pekerja sosial.
Demikian materi-materi yang disampaikan oleh pembimbing
di PKW “Wanodyatama” Kendal yang direspon oleh siswa tersebut,
dengan penuh antusias dan merasa ada pengaruhnya terhadap
perubahan prilaku atau sikap pada diri siswa PKW “Wanodyatama”
Kendal kearah yang lebih baik.
94