bab iii program perancangan...

50
54 BAB III PROGRAM PERANCANGAN A. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan mengambil konsep dari filosofi objek yang merupakan dasar dalam perencanaan arsitektur dimana konsep dasar yang diambil yaitu: Edukatif : Objek diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi pengunjung baik dari luar atau pengunjung lokal. Rekreatif : Objek mampu memberikan suasana rekreasi dan rileks dalam mencapai salah satu target dari objek itu sendiri yaitu tempat hiburan musik. Dinamis : Bertujuan untuk menampilkan nuansa dinamis kepada pemakai dan pengunjung dengan memberikan suatu tampilan yang memberikan ciri khas tersendiri berupa bentuk bangunan yang menarik dengan tampilan di buat dengan ketinggian yang berbeda-beda dan bentuk yang menyerupai cangkang hewan trenggiling, untuk memberi irama dan kedinamisan pada bangunan sehingga ketika dipandang akan memberikan kesan dan keunikan tersendiri. B. Tata Ruang Makro 1. Lokasi a. Studi Penentuan Lokasi Untuk menentukan lokasi dalam mendirikan suatu fasilitas bangunan ada beberapa persyaratan yang harus diketahui, yaitu : Lokasinya harus strategis, yaitu mudah dicapai oleh masyarakat umum.

Upload: vuonghuong

Post on 02-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

54

BAB III

PROGRAM PERANCANGAN

A. Konsep Dasar Perancangan

Konsep dasar perancangan mengambil konsep dari filosofi objek yang merupakan

dasar dalam perencanaan arsitektur dimana konsep dasar yang diambil yaitu:

Edukatif : Objek diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi pengunjung

baik dari luar atau pengunjung lokal.

Rekreatif : Objek mampu memberikan suasana rekreasi dan rileks dalam

mencapai salah satu target dari objek itu sendiri yaitu tempat hiburan

musik.

Dinamis : Bertujuan untuk menampilkan nuansa dinamis kepada pemakai dan

pengunjung dengan memberikan suatu tampilan yang memberikan ciri

khas tersendiri berupa bentuk bangunan yang menarik dengan

tampilan di buat dengan ketinggian yang berbeda-beda dan bentuk

yang menyerupai cangkang hewan trenggiling, untuk memberi irama

dan kedinamisan pada bangunan sehingga ketika dipandang akan

memberikan kesan dan keunikan tersendiri.

B. Tata Ruang Makro

1. Lokasi

a. Studi Penentuan Lokasi

Untuk menentukan lokasi dalam mendirikan suatu fasilitas bangunan ada

beberapa persyaratan yang harus diketahui, yaitu :

Lokasinya harus strategis, yaitu mudah dicapai oleh masyarakat umum.

55

Lokasinya harus sehat, dalam pengertian bahwa lokasi bukan berada di daerah

industri yang tinggi kadar polusinya dan bukan berada di daerah yang

berlumpur/tanah rawa atau tanah yang berpasir.

Faktor iklim yang berpengaruh adalah kelembaban yang harus terkontrol

mencapai kenetralan yaitu antara 55-65 %.

b. Pengenalan Lokasi

Provinsi Gorontalo berdiri pada tanggal 15 februari 2001, dengan Dasar Hukum

Undang-Undang No.22 tahun 1999. Gorontalo merupakan salah satu provinsi

termuda di Indonesia yang merupakan daerah tingkat 1 yang paling sedikit jumlah

penduduknya yaitu hanya sekitar 909.083 jiwa, dengan luas wilayah sekitar

12.215,44 Km2.

1) Letak Astronomis

Kota Gorontalo merupakan sebuah kota yang dahulunya termasuk dalam

Propinsi Sulawesi Utara, berdasarkan UU No. 38 Tahun 2000 terjadi pemekaran

wilayah, dimana terbentuknya Provinsi baru dengan nama Provinsi Gorontalo yang

beribukota di Kota Gorontalo.

Gambar 3.1 Peta Kota Gorontalo

56

2) Letak Administratif

Luas wilayah Kota Gorontalo adalah 64,79 km2 atau 0,28% dari luas wilayah

Propinsi Gorontalo yang meliputi 6 kecamatan. Kota Gorontalo terletak di pantai

barat, pada koordinat LU 00º 28’ 17”- LU 00

º 35’ 56” dan BT 122

º 59’ 44” - BT 123

º

05’ 59”.

Batas-batas Kota Gorontalo adalah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boalemo.

Sebagai Ibukota Provinsi, Kota Gorontalo dalam Rencana Umum Tata Ruang

Kota telah menentukan arah kebijaksanaan pembangunan. Arah kebijaksanaan

pembangunan ini menetapkan fungsi dan peranan kota Gorontalo sebagai pusat

kegiatan pemerintahan, perdagangan, jasa, rekreasi dan pendidikan.

Fungsi dan peranan kota ini dituangkan dalam struktur ruang kota yang disebut

dengan Bagian Wilayah Kota (BWK). Di Kota Gorontalo bagian wilayah kotanya

terdiri dari 5 BWK yang masing-masing memiliki rencana pengembangan dan fungsi

sendiri. Bagian wilayah kota tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2 Peta BWK Kota Gorontalo

57

BWK Utara

Meliputi dua kecamatan yaitu kecamatan Kota Utara dan kecamatan Sipatana.

dikecamatan Kota Utara antara lain Kelurahan Dulomo, Dulomo Selatan,

Wongkaditi, Wongkaditi Barat, Dembe II, dan Dembe Jaya. Sedangkan dikecamatan

Sipatana antara lain Kelurahan Bulotadaa, Bulotadaa Timur, Molosipat U, Tapa, dan

Tanggikiki. BWK ini menjadi kegiatan pendidikan, pusat transportasi regional dan

pemukiman.

BWK Selatan

Meliputi dua kecamatan yaitu kecamatan Kota Selatan dan kecamatan

Hulandalangi. dikecamatan Kota Selatan antara lain Kelurahan Limba U I, Limba U

II, Limba B, Biawa’o, dan Biawu. Sedangkan dikecamatan Hulandalangi antara lain

Kelurahan Tenilo, Donggala, Siendeng, Tenda, dan Pohe. BWK ini menjadi pusat

rekreasi, transportasi laut/pelabuhan, perdagangan dan kawasan konservasi.

BWK Barat

Meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Dungingi dan Kecamatan Kota Barat.

Dikecamatan Dungingi diantaranya Kelurahan Molosipat W, Libuo, Buladu,

Tuladenggi, Huangobotu, Tomulabutao, Tomulabutao Timur dan Wumialo.

Sedangkan dikecamatan Kota Barat antara lain Kelurahan Lekobalo, Dembe I,

Pilolodaa, Buliide, dan Tenilo berfungsi sebagai pusat pemerintahan, kegiatan

pendidikan, pusat transportasi regional dan pemukiman.

BWK Timur

Meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kota Timur dan Kecamatan Dumbo

Raya. Dikecamatan Kota Timur antara lain Kelurahan Heledulaa, Heledulaa Selatan,

Moodu, Tamalate, Padebuolo, Ipilo, Budis, dan Tamalate. Sedangkan Kecamatan

Dumbo Raya antara lain Kelurahan Botu, Talumolo, Leato Utara, dan Leato Selatan.

58

sebagian wilayah kelurahan Padebuolo. BWK ini dijadikan sebagai pusat industri,

kerajinan dan pemukiman.

BWK Tengah

Meliputi beberapa wilayah kelurahan di kecamatan Kota Tengah antara lain

Kelurahan Dulalowo, Dulalowo Selatan, Liluwo, Pulubala, dan Paguyaman.

Dikelurahan ini menjadi pusat perdagangan regional / grosir, perbelanjaan,

pemerintahan, kawasan olahraga dan rekreasi, fasilitas peribadatan, kesehatan dan

pendidikan.

Pembagian BWK ini sangat berperan penting dalam penentuan lokasi objek

rancangan. Karena dengan adanya pembagian wilayah tersebut, objek rancangan

yang dalam hal ini adalah Gedung Pementasan Musik yang dapat dikategorikan

sebagai tempat rekreasi dan edukasi yang berada dalam pengelolaan pemerintah

dapat ditempatkan pada wilayah yang sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan

pengelompokkan fungsi daerah/wilayah pada setiap BWK, maka objek rancangan

dapat ditempatkan di kawasan BWK Selatan yang merupakan daerah yang berfungsi

sebagai pusat rekreasi, transportasi, laut/pelabuhan, perdagangan, dan kawasan

konservasi.

Gambar 3.3 Peta BWK Selatan

59

2. Penentuan Site

a. Kriteria Penentuan Site

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan site menyangkut fisik, tata

lingkungan dan kebutuhannya :

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota (RTRK)

Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat mendukung terciptanya

Gedung Pementasan Musik.

Mudah dijangkau dengan transportasi darat.

Kondisi topografi atau kontur lahan relatif datar.

Lalu lintas tidak padat.

b. Lokasi Alternatif Site

Berdasarkan pertimbangan diatas maka terdapat 2 (dua alternative site yang

memiliki potensi untuk menjadi lokasi site, yaitu :

Site A, altenatif yang berada pada bagian pusat kota daerah rekreatif.

Site B, alternatif yang berada pada bagian selatan daerah rekreatif.

Gambar 3.4 Peta Alternatif Site

SITE B

SITE A

60

a) Alternatif Site A

Lokasi Site :

Eks. Kantor Gubernur Jl. Jendral Sudirman, Kecamatan Kota Selatan, Kelurahan

Limba U2, Kota Gorontalo.

Batasan Site :

Sebelah Utara : Area perkantoran dan area kampus UNISAN.

Sebelah Timur : Rumah adat Dulohupa dan kolam renang Lahilote.

Sebelah Selatan : Area perkantoran dan area pendidikan.

Sebelah Barat : Area perkantoran.

Potensi Fisik :

Site terletak dikawasan area pendidikan dan perkantoran.

memiliki akses/pencapaian yang baik dan mudah dijangkau.

Keadaan tanah relative datar atau tidak berkontur.

Aksesbilitas:

Dilalui oleh jalan Arteri primer yaitu jalan Jendral Sudirman.

Infrastuktur:

Jaringan-jaringan infrastruktur seperti jaringan jalan, telepon, air bersih, saluran

air (riol kota) tersedia.

b) Alternatif Site B

Lokasi Site :

Eks. Bioskop Ideal Jl. Wolter Monginsidi, Kelurahan Tenda Kota Gorontalo.

Batasan Site:

Sebelah Utara : Gedung Dharma Wanita (Bele Li M’bui).

Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk.

61

Sebelah Timur : Alun-Alun Taruna Remaja.

Sebelah Barat : Pemukiman Penduduk.

Potensi Fisik:

Jangkauan untuk sampai ke site cukup dekat dari pusat kota.

Site juga terletak dikawasan rekreatif.

Topografi cukup landai sehingga mudah dalam penataan pedestrian.

Aksesbilitas:

Dilalui oleh jalan arteri primer yaitu jalan Wolter Monginsidi.

Infrastruktur :

Kondisi jalan baik.

Drainase air kotor baik.

Perolehan air bersih dan PDAM cukup baik.

Memiliki jaringan listrik dan telepon.

Berdasarkan beberapa alternatif lokasi site yang berpotensi didirikan suatu

Gedung Pementasan Musik, serta melihat persyaratan pemilihan lokasi maka dibuat

tabel pembobotan kriteria-kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pembobotan Pemilihan Site

No. Kriteria Bobot SITE A SITE B

NILAI N x B NILAI N x B

1. Sesuai dengan Bagian Wilayah Kota

(BWK) 30 % 0,5 15 % 0,5 15 %

2. Kesediaan lahan yang cukup serta

kemudahan penataan parkir. 30 % 0,3 15 % 0,5 9 %

3. Mudah dijangkau dengan transportasi

darat. 20 % 0,5 10 % 0,5 10 %

4. Memiliki potensi atau keistimewaan

yang bisa menjadi daya tarik. 10% 0,5 5 % 0,5 5 %

5.

Lingkungan yang mendukung seperti

dekat dengan area pendidikan , jasa dan

perkantoran untuk menarik banyaknya

pengunjung yang datang.

10 % 0,1 5 % 0,5 3 %

Jumlah 100 % 42 % 50 %

Keterangan Nilai : 0,5 = Baik 0,3 = Cukup 0,1 = Kurang

62

Dari hasil pembobotan diatas yang sesuai dengan kriteria pemilihan lokasi,

maka lokasi yang terpilih adalah SITE B, sebagai lokasi yang cocok untuk

pembangunan Gedung Pementasan Musik.

c. Lokasi dan Analisa Site

Lokasi Site

Site terpilih berada di Jln. Wolter Monginsidi, Kelurahan Tenda, Kecamatan

Kota Selatan, Kota Gorontalo, yang merupakan kawasan yang pesat

perkembangannya serta fasilitas yang menunjang perencanaan pembangunan Gedung

Pementasan Musik di Kota Gorontalo.

Analisa Site

1) Pencapaian

Letak lokasi site tidak jauh dari pusat Kota Gorontalo, dan dapat dicapai

hanya dengan waktu 5-10 menit dari pusat Kota Gorontalo dengan menggunakan

kendaraan umum.

Gambar 3.5 Peta Lokasi Site Terpilih

63

2) Batas-Batas Site

Kondisi existing site mempunyai batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Gedung Dharma Wanita Belle Li M’bui

Sebelah Timur : Alun-Alun Taruna Remaja.

Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk.

Sebelah Barat : Pemukiman Penduduk.

3) Topografi

Berdasarkan hasil survey keadaan tanah pada site yang ada relative datar

dan tidak berkontur. Dengan kondisi lahan yang demikian, maka dalam

perencanaan pembangunan tidak akan terlalu banyak mengalami perubahan atau

perombakan. Namun pada lahan-lahan tertentu seperti untuk lansekap atau taman,

maka lahan tersebut akan dibuat sedikit berkontur.

Gambar 3.6 Kondisi Existing Site

64

4) Klimatologi Matahari, Angin, dan Curah Hujan

Orientasi Matahari

Orientasi matahari sangat mempengaruhi kenyamanan hunian seseorang,

karena merupakan sumber panas alam yang perlu diantisipasi. Untuk itu terdapat

beberapa efek dan manfaat yang di timbulkan.

a. Sinar matahari pagi sangat baik bagi tubuh manusia, yaitu antara pukul 06.00-

10.00. sehingga massa bangunan yang menghadap ke timur (arah matahari

terbit) sebaiknya diberi bukaan yang cukup.

b. Terangnya langit yang dihasilkan dari pantulan sinar matahari yang

merupakan sumber penerangan alamiah disiang hari, dapat dimanfaatkan

sebagai penerangan pada massa bangunan.

c. Selain manfaat-manfaat diatas, sinar matahari juga memiliki efek silau dan

radiasi panas yang cukup tinggi, khususnya antara pukul 12.00-15.00, yang

Gambar 3.7 Analisa Kllimatologi, Matahari. Angin,dan Curah Hujan.

65

dapat mengganggu aktivitas dan kenyamanan pemakai. Untuk diterapkan

beberapa hal yang dapat mengatasinya:

1) Pemanfaatan vegetasi sebagai peneduh/pelindung pada daerah-daerah

dimana aktivitas diluar bangunan/ruangan dilakukan.

2) Pemakaian bahan penutup tapak yang tidak memantulkan panas, melainkan

dipilih yang dapat menyerap panas, misalnya rumput.

Dari analisa klimatologi diatas dpat disimpulkan bahwa matahari, angin, dan

curah hujan tidak menjadi masalah dalam perancangan Gedung Pementasan

Musik di site terpilih.

Angin dan Curah Hujan

a) Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, Kota Gorontalo memiliki dua

musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada bulan Oktober-April arus

angin berasal dari barat/barat laut yang mengandung banyak uap air sehingga

mengakibatkan musim hujan, sedangkan pada bulan Juni-September arus

angin berasal dari timur yang tidak mengandung uap air sehingga terjadi

musim kemarau.

b) Angin laut terjadi pada malam hari dan angin darat pada siang hari.

c) Penghadiran vegetasi yang cukup banyak di sekitar bangunan yaitu untuk

mengantisipasi kecepatan dan mengarahkan angin.

66

5) Kebisingan/Noise

Untuk mengatasi kebisingan yang mungkin nantinya mengganggu aktivitas

objek, maka hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:

Menggunakan material yang dapat meredam dan mereduksi kebisingan.

Menempatkan area privat (zona private) pada daerah dengan tingkat

kebisingan yang rendah, serta mengatur massa dan ruang dalam bangunan.

Menggunakan vegetasi/tumbuhan untuk mengurangi atau meredam

kebisingan.

Gambar 3.8 Analisa Kebisingan di Sekitar Site

67

6) View/Tata Pandangan

a) View arah utara adalah areal pemukiman, perhotelan dan Gedung Dharma

Wanita Belle Li Mbu’i.

b) View arah barat merupakan areal pemukiman penduduk dan Peribadatan.

c) View arah selatan adalah areal pemukiman penduduk.

d) View arah timur merupakan Alun-Alun Taruna Remaja, lapangan tenis dan

kompleks perkantoran.

Gambar 3.9 Analisa View Sekitar Tapak

68

7) Utilitas

Jaringan utilitas disekitar site sangat mendukung perencanaan objek, hal ini

dapat dilihat dengan tersedianya jaringan utilitas kota, yaitu:

a) Jaringan listrik yang disediakan oleh PT. PLN sebagai penyuplai tenaga

listrik ke objek dan sekitarnya.

b) Jaringan air bersih PDAM yang dapat disuplai ke objek rancangan guna

memenuhi kebutuhan air bersih.

c) Jaringan komunikasi yang disediakan oleh PT. Telkom sebagai provider

yang menyuplai jasa telekomunikasi.

8) Pencapaian Sirkulasi

Site berada dekat dengan sarana fasilitas olahraga dan Alun-ALun Taruna

Remaja yang memiliki fasilitas jalan raya sehingga untuk pencapaiannya sangat

mudah, baik menggunakan transportasi umum maupun pribadi. Dalam site

Gambar 3.10 Analisa Utilitas Sekitar Site

69

terdapat jalur entrance (jalur masuk) dan jalur exit (jalur keluar) sehingga tercipta

kemudahan dan keteraturan sirkulasi.

9) Sistem Parkir

Pengguna parkir. Pengguna parkir pada area parkir adalah untuk pengunjung,

baik pengunjung gedung maupun pengelola gedung tersebut.

Sistem parkir. Area parkir pada tapak diberi perkerasan. Parkir untuk

pengelola disediakan dalam areal yang terpisah dari areal pengunjung. Sistem

parkir digunakan untuk kendaraan roda empat dan roda dua. Parkir mobil

pengunjung disatukan dalam satu areal yang terpisah dari parkir pengelola.

10) Detail Lansekap

Vegetasi

Pada site ini diberikan vegetasi yang banyak untuk mengantisipasi apabila

musim kemarau tiba, maka dengan adanya vegetasi ini akan dapat memberikan

Gambar 3.11 Analisa Sirkulasi Sekitar Site

70

kesejukan dan kenyamanan dalam site serta dapat memperoleh nilai estetika yang

baik. Melihat kondisi site yang terletak dipersimpang jalan, maka pada bagian-

bagian tertentu diberikan vegetasi yang banyak untuk mengantisipasi kebisingan.

Seperti yang diketahui bahwa disekitar site tersebut telah memiliki vegetasi tetapi

vegetasi tersebut masih kurang, sehingga perlu ditanami vegetasi yang lebih

banyak lagi.

Saluran Air Kotor

Saluran air kotor jika diolah dengan baik dan benar dapat menjadi unsur

landsekap yang baik. Fungsi dari saluran air kotor selain untuk membuang air

kotor juga sebagai pemisah fungsi bangunan, pemisah daerah ruang, sebagai

detail pola lansekap, dan lain-lain.

Perkerasan

Digunakan untuk perkerasan berupa aspal untuk jalan kenderaan dan

perkerasan paving block untuk area parkir dalam site, karena kenderaan yang

masuk ke dalam site memiliki beban yang berat sehingga menuntut perkerasan

yang kuat.

Street Furniture

Lampu penerangan, terdiri dari lampu penerangan jalan, ditempatkan

diantara tanaman untuk memberikan kesan estetika. Serta bak sampah berfungsi

sebagai tempat pembuangan sampah sementara yang kemudian akan diteruskan

ke bak sampah induk, dan kemudian diangkut oleh truk sampah ke Tempat

Pembuangan Akhir (TPA).

71

C. Tata Ruang Mikro

1. Analisa Pelaku Kegiatan

Segala kegiatan yang berlangsung di dalam bangunan tergantung pada fungsi

bangunan beserta pelakunya, baik pengunjung maupun para staf pengelolanya.

Kegiatan-kegiatan di dalam kawasan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Aktifitas Pengunjung

Aktifitas pengunjung yang datang ke Gedung Pementasan Musik, yaitu :

Datang,

Bertanya/mencari informasi,

Membaca,

Membeli tiket,

Duduk, menonton/melihat pertunjukkan,

Istrahat,

Makan dan Minum,

Main Musik, dan

Buang air kecil dan air besar.

b. Aktifitas Pengelola

Aktifitas pengelola pada Gedung Pementasan Musik, yaitu :

Datang,

Melakukan aktivitas pengelolaan bangunan,

Diskusi,

Istrahat,

Makan,

Sholat, dan

Buang air kecil dan air besar.

72

c. Aktifitas Pemusik

Aktifitas pemusik yang menjadi objek pada Gedung Pementasan Musik adalah:

Datang,

Ganti kostum dan berias,

Performance,

Istrahat, dan

Buang air kecil dan air besar.

2. Kebutuhan Ruang

Berdasarkan aktifitas yang terjadi pada objek rancangan dan dari study kasus yang

ada, maka diperoleh suatu pengelompokkan kebutuhan ruang yang dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Tabel 3.2 Pengelompokkan Kebutuhan Ruang Gedung Pementasan Musik

No. Fasilitas No. Nama Ruang

Sifat Ruang

Publik Semi

Publik Privat Servis

1 2 3 4 5 6 7 8

1. PENGELOLA 1. Rg. Penerimaan Tamu

2. Rg. Direktur Utama

3. Rg. Sekretaris

4. Rg. Arsip

5. Rg. Meeting

6. Rg. Karyawan

7. Toilet

2. UTAMA 8. Lobby

9. Tiket Box

10. Rg. Informasi

11. Rg. Security

12. Rg. Serba Guna

13. Auditorium

14. Backstage Area 15. Stage/Panggung

16. Rg. Ganti/Rias

17. Rg. Pengamanan Stage

18. Rg. Medical Center

19. Rg. Monitoring

20. Rg. Proyektor

73

21. Rg. Mixer

22. Rg. Alat Pendukung Artis 23. Gudang

24. Toilet

25. Rg. Host Acara

26. Rg. Persiapan Artis

27. Rg. Komputerisasi

3. PENUNJANG 28. Restaurant

29. Mushola

30. Studio Musik

31. Studio Live Streaming

4. SERVICE 32. Penitipan Barang

33. Loading Dock

34. Rg. Mekanikal Elektrikal

35. Rg. Panel

36. Rg. Genset

37. Rg. Air Heating Unit/AHU

38. Gudang Perlengkapan Gedung

5. AREA PARKIR 34. Pos Jaga/Keamanan

35. Area Parkir Mobil

36. Area Parkir Motor

3. Organisasi Ruang

a. Tujuan

Penataan organisasi ruang yang sistematik bertujuan pada prinsip-prinsip yang

diharapkan sebagaimana berikut :

Kaitan antara lingkup kegiatan dan fungsi penunjang tidak saling mengganggu

kegiatan masing-masing.

1) Komunikasi maksimal antara masing-masing lingkup kegiatan.

2) Pencapaian yang efektif ke masing-masing lingkup kegiatan.

3) Kemudahan operasional dan pengamanannya.

b. Dasar Pertimbangan

1) Tuntutan karakter ruang berdasarkan sifat kegiatannya/tuntutan ketenangan.

2) Adanya fungsi kegiatan yang sejenis.

74

3) Adanya fungsi kegiatan yang berbeda tetapi erat hubungannya.

c. Prinsip Distribusi Ruang

Untuk memberikan kemudahan kontrol, kecepatan komunikasi dan interaksi

antara personil akan lebih baik bila dikelompokan dalam dua lantai, maka :

1) Distribusi vertikal dan horisontal dapat dilakukan pada ruang.

2) Tiap lingkup kegiatan didistribusikan secara vertikal dan horizontal, sehingga

masing-masing menempati tiap lantai dengan distribusi dua lantai.

d. Pola Peruangan

Faktor-faktor yang menjadi dasar petimbangan terhadap pola peruangan, antara

lain:

1) Pola hubungan kerja menurut struktur organisasi.

2) Pengelompokan ruang sesuai fungsi.

3) Sistem sirkulasi pencapaian dan pola sirkulasi.

Berdasarkan pada kegiatan yang ada, maka pola peruangan diwujudkan

dalam:

a) Pengaturan unit-unit ruang sehingga didapat pola sirkulasi dan lay-out

keseluruhan yang menunjang pencapaian dan sirkulasi yang jelas.

b) Sistem flow pelayanan umum dan khusus dipisahkan agar kiranya pelayanan

lebih teratur dan tidak menyulitkan.

c) Penyesuaian sifat dan karakter masing-masing kegiatan.

75

D. Study Besaran Ruang

1. Tujuan

Untuk mendapatkan optimalisasi pemenuhan kebutuhan ruang yang efektif dan

efisien, dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan

besaran ruang yang akan dipakai.

2. Dasar Pertimbangan

Adapun beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mempengaruhi

penentuan besaran ruang yang akan dipakai, yaitu :

Jenis pemakai yang menggunakan ruang.

Jenis aktivitas dan perabotan yang digunakan.

Fungsi dan jenis ruang.

Asumsi yang dipakai.

Adapun standar yang dijadikan acuan dalam perencanaan besaran ruang objek

rancangan gedung konser musik adalah dengan menggunakan Data Arsitek jilid I dan II

(Architect’s Data Neuvert). Hal ini digunakan apabila ada ruang yang tidak atau belum

memiliki standard, besaran ruang diambil berdasarkan studi ruang gerak, sirkulasi dan

perletakan perabot.

3. Tinjauan Potensi Pengunjung dan Kapasitas Kebutuhan Bangunan

Kapasitas dari suatu gedung atau bangunan tidak terlepas dari jumlah pengunjung

yang diperkirakan akan masuk kedalam bangunan itu, hal tersebut yang akan

menentukan berapa besar bangunan itu untuk dapat menampung kapasitas dari pada

pengunjung dan pengelolanya.

76

Tabel 3.3 Jumlah Pengunjung

No. Tahun

Jumlah

Penonton

(org/thn)

Jenis Musik di Gelar Jumlah

Tempat

1. 2007 8.441 Pop Rock, Dangdut, Pop 3

2. 2008 8.472 Pop, Dangdut 2

3. 2009 8.520 Pop, Slow Rock, Dangdut 4

4. 2010 8.574 Pop, Dangdut 4

5. 2011 8.721 Pop, Dangdut 4

Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, 2011

Perhitungan jumlah penonton pada gedung pentas yang datang pada tahun 2020

atau 10 tahun ke depan. jumlah penonton ini merupakan hasil dari pertunjukan musik

lokal dan non lokal yang dilangsungkan di Provinsi Gorontalo.

Rumus yang digunakan dalam memprediksi peningkatan pengunjung/penonton

adalah pengembangan dari rumus probabilitas yang dikembangkan oleh ahli matematika

Perancis Pimeon D Poisson. Rumus ini dulu digunakan untuk menghitung atau

diterapkan pada putusan-putusan pengadilan pidana dan perdata, namun seiring

perkembangan rumus ini digunakan untuk menghitung prediksi jumlah penduduk.

(sumber pengantar teknik)

RUMUS :

keterangan :

Pn = Jumlah pengunjung tahun ke-n (2020).

Po = Jumlah pengunjung tahun saat proyeksi.

r = Pertumbuhan rata-rata pertahun.

n = Selisih tahun antara saat proyeksi dan tahun proyeksi.

maka :

a. Prediksi Jumlah Pengunjung

1) Pengunjung Datang

Maka Pertambahan pengunjung tiap tahun.

Pn = Po ( 1 + r )ⁿ

77

4 tahun terakhir = 8.472 – 8.441 × 100%

8.472

= 31 × 100%

8.472

= 0,36%

3 tahun terakhir = 8.520 – 8.472 × 100%

8.520

= 48 × 100%

8.520

= 0,56%

2 tahun terakhir = 8.574 – 8.520 × 100%

8.574

= 54 × 100%

8.574

= 0,63%

1 tahun terakhir = 8.721 – 8.574 × 100%

8.721

= 147 × 100%

8.721

= 1,68%

r = 0,36 + 0.56 + 0,63 + 1,68

4

= 3,23

4

= 0,81%

2) Proyeksi jumlah pengunjung tahun 2020 (sepuluh tahun mendatang)

Pn = Po ( 1 + r )ⁿ

Pn = 8.721 (1 + 0,81%)¹º

= 8.721 (1 + 0,0081)¹º

= 8.721 (1,0081)¹º

= 8.721 (1,084)

= 9.453 orang

78

Jadi jumlah pengunjung pertahun adalah: 9.453/3 kali konser = 3.151 org/thn

b. Prediksi Jumlah Pengunjung pada Konser Lokal dan Non Lokal

Prediksi jumlah pengunjung pada konser lokal dan non lokal adalah 1 : 2

Jumlah penonton yang datang adalah:

Konser lokal = 1 × 3.151 × 1 kali konser = 3.151 orang

Konser non lokal = 2 × 3.151 × 2 kali konser = 18.906 orang

Jumlah pengunjung yang datang pada konser, dengan perbandinagn 1:3 adalah

3.151 + 18.906 = 22.057 orang.

Persentasi pengunjung untuk konser lokal dan non lokal adalah:

Konser lokal = 3.151 : 22.057 × 100% = 14,3%

Konser non lokal = 18.906 : 22.057 × 100% = 85,7%

Maka :

Jumlah penonton konser lokal : 0,143 × 9.453 = 1.352 orang/tahun.

Jumlah penonton perkonser lokal : 1.352 : 3 kali konser = 450 orang/konser.

Jumlah penonton konser non lokal : 450 × 2 = 900 orang/konser.

4. Besaran Ruang

Tabel 3.4 Besaran Ruang Fasilitas Pengelolah

Kebutuhan

Ruang Kapasitas

Standar

/orang (M²) Acuan Perhitungan Luas

Ruang

Direktur

Utama

1 orang kepala, 1 Orang

Sespri 16 m

2 NAD 2 × 16 m

2 32 m

2

Ruang

Sekretaris 1 orang 8 m

2 NAD 1 × 8 m

2 8 m

2

Ruang Arsip 1 orang kepala bagian,1

orang Sekretaris 8 m

2 NAD 2 × 8 m

2 16 m

2

Ruang

Karyawan 6 kepala bagian, 48 staf 8 m

2 NAD

54 × 8 m

2 432 m

2

Ruang Tamu 20 orang 2,4 m2 NAD

20 × 2,4 m

2 48 m

2

79

Ruang Meeting 60 orang 8 m2

NAD

60 × 8 m2 480 m

2

Tiolet

1 toilet untuk 5 - 10 org.

50 % dari pengelola 60 =

30/15 org = 2 unit pria dan

wanita

@untuk pria dalam 1 unit

terdapat 1 wc, 1 urinoir

0,8, 1 wastafel.

@untuk wanita dalam 1

unit terdapat 1 wc, 1

wastafel

Pria

1,8 m + 0.8 =

2,6

Wanita

1,8 m

2

NAD 2 × 4,4 m2 9 m

2

Sub total 1.025m²

30% sirkulasi 307,5m²

Total 1332,5m²

Tabel 3.5 Besaran Ruang Fasilitas Utama

Kebutuhan

Ruang Kapasitas

Standar

/orang (M²) Acuan Perhitungan Luas

Lobby 10 % dari 900

Orang = 90 org 1,48 m

2 NAD 90 × 1,48 m

2 133,2 m

2

Tiket Box 2 loket (1 loket, 2 petugas) 1,5 m2 NAD 4 × 1,5 m

2 6 m

2

Ruang

Informasi - 1 ruangan NAD - 12 m

2

Ruang Security - NAD - 12 m2

Ruang Serba

Guna

20% dari pengunjung 900

= 180 org 1,2 m

2 NAD 180 × 1,2 m

2 216 m

2

Auditorium 80 % dari pengunjung 900

= 720 org 1,2 m

2 TSS 720 × 1,2 m

2 864 m

2

Backstage Area 50 Orang - Asumsi 50 0rang 85 m2

Stage/Panggung 25 Orang 3 m2 Asumsi 25 × 3 m

2 75 m

2

Ruang

Ganti/Rias 10 orang 2 m

2 NAD 10 × 2 m

2 20 m

2

Ruang

Pengamanan

Stage

- 1 ruangan Asumsi - 24 m2

Medical Center - 1 ruangan Asumsi - 16 m2

Ruang Monitor - - NAD - 15 m2

Ruang

Proyektor - 1 ruangan Asumsi - 75 m

2

Ruang Mixer - 1 ruangan Asumsi - 36 m2

Ruang Lighting - 60 m2 Asumsi 60 m

2 60 m

2

80

Ruang Alat

Pendukung

Artis

10 orang 1,8 m2

NAD 10 × 1,8 m2 18 m

2

Ruang Host

Acara 6 orang 2 m

2 NAD 6 × 2 m

2 12 m

2

Ruang

Persiapan Artis 8 orang 2 m

2 NAD 8 × 2 m

2 14 m

2

Ruang

Komputerisasi 15 orang 1 ruangan NAD - 38 m

2

Gudang - - NAD - 20 m2

Toilet

Pria/Wanita

1 toilet untuk 50-70 org.

40 % dari pengunjung 900

= 360 / 60 org = 6 unit

pria dan wanita

@untuk pria dalam 1 unit

terdapat 1 wc, 1 urinoir

0,8, 1 wastafel.

@untuk wanita dalam 1

unit terdapat 1 wc, 1

wastafel

Pria

1,8 m + 0.8

= 2,6 m2

Wanita

1,8 m2

NAD 6 × 4,4 m2 26,4 m

2

Sub Total 1777,6 m2

30% sirkulasi 533,28 m²

Total 2310,88 m²

Tabel 3.6 Besaran Ruang Fasilitas Penunjang

Kebutuhan

Ruang Kapasitas

Standar

/orang (M²) Acuan Perhitungan Luas

Restoran &

Cafe

30% dari pengunjung 900

= 270 org 1,48 m

2 NAD 270 × 1,48 m

2 399,6 m

2

Dapur 25 Orang 0,5 m2 NAD 25 × 0,5 m

2 12,5 m

2

Gudang - - NAD - 5 m2

Toilet

1 toilet untuk 10 - 20 org.

5 % dari pengunjung 670

= 34/20org = 1,7 = 2 unit

pria dan wanita

@untuk pria dalam 1 unit

terdapat 1 wc, 1 urinoir

0,8, 1 wastafel.

@untuk wanita dalam 1

unit terdapat 1 wc, 1

wastafel

Pria

1,8 m + 0.8

= 2,6 m2

Wanita

1,8 m2

NAD 2 × 4,4 m2 9 m

2

Mushola 10 Orang 1,5 m2 Asumsi 10 × 1,5 m

2 15 m

2

Studio Musik - - Asumsi - 106 m2

Studio Live

Streaming

- - Asumsi - 97 m2

Sub Total 649,1 m2

30% sirkulasi 194,73 m²

Total 843,83 m²

81

Tabel 3.7 Besaran Ruang Fasilitas Service

Kebutuhan

Ruang Kapasitas

Standar

/orang (M²) Acuan Perhitungan Luas

Loading Dock - - Asumsi - 47 m2

Penitipan

Barang - 15 m

2 NAD

15 m

2 15 m

2

Ruang

Mekanikal

Elektrikal

- 15 m2 NAD

15 m

2 15 m

2

Ruang Panel 4 orang - NAD 4 × 4 16 m2

Ruang Genset 5 orang 5,5 m2 NAD 5 × 5,5 m

2 27 m

2

Ruang Air

Heating

Unit/AHU

2 orang - Asumsi - 16 m2

Gudang - - NAD - 57 m2

Sub Total 193 m2

30% sirkulasi 57,9m²

Total 250,9m²

Tabel 3.8 Lahan Parkir

Kebutuhan

Ruang Kapasitas

Standar

/orang (M²) Acuan Perhitungan Luas

Pos Keamanan 2 Loket (1 Loket, 1

Petugas) 4 m

2 NAD 2 × 4 m

2 8 m

2

Parkir Mobil

1 mobil = 4 orang

30 % dari pengunjung &

pengelola 900 + 60 = 960

288/4 orang = 72 mobil

24 m2/

mobil NAD 72 × 24 m

2 1728 m

2

Parkir Sepeda

Motor

1 sepeda motor = 2 orang

70 % dari pengunjung &

pengelola 900 + 60 = 960

672. 50% dari 672 = 336.

336 / 2 =

168 sepeda motor

1,6 m2

/sepeda

motor

NAD 168 × 1,6 m2

268,8 m2

Sub Total 2004,8 m2

30% sirkulasi 601,44 m²

Total 2606,24m²

Ket: NAD : Neufert, Ernst, Architect Data I & II

TSS : Time Saver Standart For Building Type

Tabel 3.9 Rekapitulasi Besaran Ruang

No. Jenis Ruang Luasan Ruang

1. Fasilitas Pengelola 1332,5 m2

2. Fasilitas Utama 2310,88 m2

3. Fasilitas Penunjang 843,83 m2

4. Fasilitas Service 250,9 m2

Total 4738,11 m2

82

5. Open Space

Total luasan area yang dibutuhkan untuk perancangan Gedung Pementasan Musik

adalah :

Total Luasan Ruang (BC) = 4738,11 m² : 2 = 2369,055 m²

Building Coverage (BC) : Open Space (OPS) = 40% : 60%

Untuk OPS = 60 × BC

40

= 60 × 2369,055 m²

40

= 3553,59 m²

Luas lahan tapak untuk area lansekap = 3553,59 m² - Luasan Lahan Parkir

= 3553,59 m² - 2606,24 m²

= 947,35 m²

Luas Lahan Efektif adalah :

= Building Coverage (BC) + Lahan Parkir + Lahan Lansekap

= 2369,055 m² + 2606,24 m² + 947,35 m²

= 5922,645 m²

6. Pola Hubungan Ruang

Hubungan ruang dalam objek rancangan terbagi atas:

a. Pola Hubungan Makro

Pola hubungan ruang makro menggambarkan secara skematik hubungan ruang-

ruang antar fasilitas secara keseluruhan dalam objek rancangan.

83

b. Pola Hubungan Ruang Mikro

Hubungan ruang mikro menggambarkan secara sistematik hubungan ruang-

ruang tiap bagian dalam objek rancangan, baik fasilitas utama maupun fasilitas

penunjang.

Fasilitas Utama: Recital

Gambar 3.12 Pola Hubungan Ruang Makro

Gambar 3.13 Pola Hubungan Ruang Mikro,

Recital

84

E. Analisa Bangunan

1. Konsep Dasar Bentuk

Terdapat 3 (tiga) wujud dasar sebagai bentuk yang paling sederhana dan teratur

yang nantinya dapat dikembangkan sebagai komposisi bentuk Arsitektur, yang oleh

Francis D.K Ching bentuk-bentuk dasar/murni itu, terdiri atas:

Tabel 3.10 Konsep Dasar Bentuk

SIFAT BENTUK OLAHAN RUANG

Serentetan titik-titik yang disusun

dengan dalam olahan jarak yang

sama dan seimbang terhadap

sebuah titik.

Rileks dan santai

Jika ditempatkan suatu

lingkaran pada suatu bidang

akan memperkuat sifat

alamnya sebagai poros.

Jika menempatkan garis lurus

atau bentuk-bentuk bersudut

di sekitar bentuk lingkaran

dapat menimbulkan perasaan

gerak putar yang kuat.

Pergerakan leluasa.

Agak sulit dalam olahan

ruang.

Sebuah bidang datar yang

mempunyai 4 buah sisi yang

sama penjang dan 4 buah sudut

900.

Memberi kesan formal dan

kaku.

Memberi kesan tertib dan

teratur.

Menghadirkan kesan dinamis,

stabil, statis, dan rasional.

Mudah.

Ruang terpakai secara efisien.

Sirkulasi mudah.

Sebuah bidang datar yang

dibatasi oleh 3 buah sisi dan

mempunyai 3 buah sudut.

Menghadirkan kesan stabil

dan dinamis.

Jika terletak pada satu sisi

merupakan bentuk yang stabil

dan seimbang.

Pada keadaan sangat kritis

akan tampak tidak stabil dan

cenderung jatuh.

Adanya sudut yang banyak,

akan membuat ruang tidak

terpakai secara efektif.

Sirkulasi kurang leluasa.

LINGKARAN

PERSEGI

SEGITIGA

85

2. Gubahan Bentuk

a. Proses Perubahan Bentuk

Proses perubahan bentuk dapat ditempuh dengan morfologi. dengan bentuk-

bentuk dasar yang diubah hingga diperoleh bentukan yang cocok dengan dasar

perancangan objek. Morfologi Arsitektural (architectural morphology) disebut juga

studi didalam Arsitektur, hal ini secara inti menyangkut dengan batasan-batasan

dimana bentuk geometri ditempatkan pada bentuk-bentuk yang memungkinkan atau

tepat dan ruang-ruang dimana bangunan-bangunan dan rencana denahnya diambil.

Morfologi juga merupakan proses perubahan bentuk yang diakibatkan oleh

faktor penting yang mempengaruhi bentuk denah dan tampilan bangunan itu sendiri.

Rencana perubahan bentuk dengan penggabungan bentuk berpengaruh terhadap

denah dan tampilan bentuk objek nanti, yang dalam hal ini objek rancangan

mengambil konsep biomorfik yang dapat mengambil inspirasi dari alam sekitar.

b. Jenis Bentuk Bangunan

Berdasarkan jenis massa yang ada maka untuk menunjang citra bangunan, kita

dapat mengetahui jenis massa apakah yang cocok nantinya agar bangunan terlihat

unik, dinamis, individual dan menarik.

Pada objek rancangan Gedung Pementasan ini diambil jenis massa tunggal

dengan pertimbangan sebagai berikut:

Mudah mengelompokkan kegiatan tanpa terjadi tumpang tindih antara fungsi

yang berbeda lewat perbedaan lantai dan pembagian zone tiap lantai.

Aktivitas pada obyek yang memungkinkan untuk disatukan dalam suatu massa

dimana aktivitas utamanya yaitu sesuatu yang berhubungan dengan pertunjukkan

atau pementasan musik.

86

Kesan bangunan yang akan ditampilkan lebih dinamis dan mudah dalam

pengawasan keamanan.

c. Gubahan Bentuk Bangunan

Sisitem gubahan bentuk bangunan terdiri dari beberapa macam system, yaitu:

Bentuk Terpusat

Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengintari bentuk dominan

yang berada ditengah-tengah. Bentuk ini biasanya menuntut adanya keteraturan

geometris yang mempunyai dominasi visual, bentuk-bentuk yang harus terletak

dipusat yang menjadi dominan.

Bentuk Linier

Terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur dalam suatu deret dan berulang.

Bentuk Radial

Merupakan komposisi dari bentuk-bentuk linier yang berkembang keluar

bentuk-bentuk berpusat dan searah dengan jari-jarinya.

Bentuk Cluster

Terdiri dari bentuk-bentuk yang saling berdekatan atau bersama-sama

menerima kesamaan visual. Pola cluster ini dibentuk berdasarkan persyaratan

fungsional seperti ukuran ataupun jarak letak dan pola ini cukup luas untuk

memadukan bermacam-macam bentuk, ukuran dan orientasi kedalam struktur

organisasinya.

Bentuk Grid

Adalah bentuk-bentuk modular dimana hubungannya satu sama lain diatur

oleh grid-grid tiga dimensi.

87

Gubahan massa bangunan yang sesuai adalah bentuk radial yang

merupakan komposisi dari bentuk-bentuk linier yang berkembang keluar bentuk-

bentuk berpusat dan searah dengan jari-jarinya.

3. Tampilan Bangunan

Tampilan bangunan memegang peranan penting guna menampilkan citra

bangunan. yang berperan didalam citra bangunan yaitu:

a. Fungsi, pemenuhan terhadap aktivitas manusia merupakan batasan fungsi secara

umum dalam Arsitektur. Namun fungsi tidak selalu menentukan bentuk, dalam

hal ini bentuk hanya dapat mencerminkan simbol kegiatan yang ada tapi tidak

selalu form follow function.

b. Skala, berperan dalam memberi kesan pada bangunan dan berlaku pada interior

dan eksterior bangunan.

c. Penampilan berdasarkan gubahan massa, seperti:

Simetris, berkesan statis.

Asimetris, berkesan dinamis.

Hirarki, berdasarkan kepentingan fungsi bangunan.

Pada rancangan Gedung Pementasan Musik ini, menggunakan prinsip

Asimetris agar berkesan dinamis sesuai citra yang diinginkan.

d. Pengolahan fasade bangunan juga mengambil konteks sejarah dari musik itu

sendiri. Dari sejarahnya perkembangan musik mengalami 2 periode yaitu periode

klasik dan modern.

Maka pengolahan fasade yang digunakan adalah modern minimalis dengan

melihat perkembangan musik saat sekarang ini jauh berkembang pesat dengan

88

jenis-jenis/aliran musik baru yang modern dengan fasilitas-fasilitas yang

memadai dan canggih sehingga membantu perkembangan musik itu sendiri.

F. Utilitas Bangunan

a. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan yang digunakan pada bangunan ini terdiri atas:

1) Pencahayaan alami (day lighting)

Pencahayaan yang berasal dari sinar matahari melalui jendela-jendela dan

skylight. Sinar matahari melalui skylight diteruskan ke ruang-ruang yang berada

pada bangunan.

2) Pencahayaan buatan (artificial lighting)

Pencahayaan dengan menggunakan energi listrik (berasal dari PLN), dengan

tenaga cadangan dari generator. Secara umum, menggunakan lampu downlight.

Downlight tidak hanya menjadi alat penerangan didaerah publik tetapi dengan

penataan letak yang artistik, elemen interior ini dapat memberi nuansa berbeda

yang mempecantik ruangan. Lampu taman (garden lamp) digunakan untuk ruang

luar.

Auditorium (Ruang Pertunjukan)

Pencahayaan di ruang-ruang pertunjukan tidak sama dengan pencahayaan

pada ruang-ruang lain seperti pada cafetaria, lobby, dan lain sebagainya. Hal ini

karena aktivitas di ruang ini berbeda dengan aktivitas di ruangan lain. Pada

ruang-ruang seperti ini sebagian pengunjung menginginkan pencahayaan secara

tidak langsung mengenai objek misalnya cahaya yang berasal dari pantulan

karena mengenai suatu bidang, maupun cahaya yang dihasilkan dari lampu yang

tersembunyi di balik dinding yang bertekstur. Akan tetapi pada ruang-ruang

89

tersebut juga tetap menggunakan sistem pencahayaan langsung. Hal ini karena

pengunjung yang datang ke tempat ini terdiri dari anak-anak, remaja, orang

dewasa, sampai orang yang sudah tua.

Cafetaria

Pencahayaan pada cafetaria menggunakan pencahayaan buatan, hal ini

dikarenakan ruangan tersebut yang tertutup struktur atap dari sinar matahari yang

menjadi sumber pencahayaan alami.

Lobby

Pada area lobby sistem pencahayaan yang digunakan adalah sistem

pencahayaan buatan seperti halnya pada cafetaria.

Pada ruang-ruang lain seperti pada kantor pengelola sistem pencahayaan

yang digunakan adalah sistem pencahayaan buatan. Hal ini karena aktivitas

diruang ini tidak sama dengan aktivitas pada ruang auditorium atau ruang

pertunjukan.

b. Sistem Penghawaan

Penghawaan pada bangunan Gorontalo Expo Center, untuk mendukung kegiatan

promosi /pameran merupakan persyaratan mutlak untuk dipenuhi.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penghawaan antara lain :

1) Keadaan ventilasi

2) Bentuk bidang pengarah

3) Keadaan temperatur

4) Keadaan kelembaban

5) Kebutuhan udara tiap objek

6) Arah angin terhadap bangunan dan besaran ventilasi

90

7) Radiasi

8) Kualitas udara dalam lingkungan sekitar.

Penghawaan pada Gedung Konser ini menggunakan 2 sistem, yaitu:

a) Penghawaan alami (natural ventilation)

Dengan memanfaatkan aliran udara dengan cara memasukkan udara dan

mengeluarkan udara kembali keluar bangunan.

b) Penghawaan buatan (artificial ventilation)

Memanfaatkan tenaga listrik dengan menggunakan alat pengukur suhu ruangan

Air Conditioning (AC). Adapun jenis AC yang digunakan pada objek rancangan

adalah:

AC Split

Digunakan pada fasilitas pengelola, fasilitas penunjang dan fasilitas utama.

AC Split mempunyai kelembutan suara mesin yang tidak bising sehingga

menjamin ketenangan. Peredam suara bising tersebut karena adanya motor

kondensor yang terletak diluar ruangan.

AC Central

Digunakan pada fasilitas pertunjukan/auditoriuml, yang terdiri dari mesin

pengelola udara yaitu Air Handling Unit (AHU).

Gambar 3.14 AC Split

Gambar 3.15 AC Central

91

c. Sistem Pencegahan Kebakaran

Sistem pencegahan kebakaran telah diatur pada peraturan-peraturan bangunan yang

prinsipnya meliputi pencegahan kebakaran dengan mengadakan alat pengaman pada

sistem sekring (fuse). Setiap ruangan dilengkapi dengan Alat Pemadam Air Ringan

(APAR) dengan media tabung kimia/busa dengan perletakan yang mudah dijangkau,

dilengkapi dengan ionizer atau head detector yang membunyikan alarm seketika bila

terjadi kebakaran pada suatu ruangan.

Untuk menangkal kebakaran pada bangunan ini digunakan:

1) Ionizer Detector, yang berfungsi mendeteksi ion asap secara dini.

2) Head Detector, yang mendeteksi perubahan panas yang signifikan didalam

ruangan.

3) Penempatan tabung pengaman dalam firebox ditempat-tempat yang mudah

terbakar pada jarak sekitar 30m.

4) Pemasangan water hydrant pada area sudut-sudut luar bangunan.

5) Pemasangan sprinkler.

Bak

Penampungan

Water Hidrant Fire House

Alarm SUMBER API

Tangga Darurat APAR

Gambar 3.16 Sistem Penyelamatan Terhadap Kebakaran

92

d. Sistem Distribusi Air Bersih

Pengadaan air bersih sebagai tuntutan kebutuhan pengunjung direncanakan berasal

dari PDAM. PDAM merupakan sumber air bersih yang berasal dari sungai yang

kemudian dibendung, lalu diolah dan diproses oleh suatu perusahaan untuk

warga/masyarakat yang memerlukan usaha ini, sedangkan sumur pompa merupakan

sumber air bersih yang berasal dari air tanah yang di pompa ke atas dengan

menggunakan pompa air. Syarat-syarat fisik air bersih adalah:

Jernih, bersih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.

Mempunyai suhu kira-kira 10-20°C

Memenuhi syarat kesehatan.

Berdasarkan cara pengalirannya, untuk mendistribusikan air ke ruang-ruang yang

telah ditentukan dalam bangunan dapat menggunakan sistem horizontal ataupun sistem

vertikal.

Untuk penyimpanan air bersih dari pompa atau PDAM, volume air disesuaikan

dengan keperluan pengguna seluruhnya yang kemudian air bersih tersebut dapat

disimpan dalam ground recervoir dan tangki air.

Gambar 3.17 Sistem Distribusi Air Bersih

Sumur Pompa

Ground

Tank

Meteran

PDAM

Pompa Tandon

Air

Ruangan

93

e. Sistem Pembuangan

Air Kotor dan Air Hujan

Air kotor dapat dibedakan atas air kotor yang berasal dari bangunan, baik itu

dari pantry, westafel, air hujan dan sebagainya. Sedangkan kotoran padat berupa

kotoran manusia yang berasal dari toilet.

Secara rinci proses pembuangan air kotor pada bangunan dapat dilihat dalam

skema berikut ini:

Kotoran atau feaces baik padat maupun cair yang berasal dari kamar mandi/WC

disalurkan melalui saluran pipa-pipa yang ditanam dalam tanah ke bak kontrol lalu

disalurkan ke septic tank dan berakhir pada bak peresapan.

Untuk air hujan yang mengalir dari bagian atap dialirkan ke talang horizontal

menuju talang vertical. Agar tidak terjadi genangan air, maka dibuat saluran air

disekeliling bangunan dan tepi jalur kenderaan ke riol kota agar air hujan dapat

langsung mengalir.

Gambar 3.18 Sistem Pembuangan Air Kotor dan Kotoran Padat

Limbah

Padat

Bak Kontrol Peresapan Septic Tank

Air Kotor

(Lavatory,Westafel)

Air Kotor

(Dapur,Paintry)

Bak

Penangkap

Lemak

Bak

Kontrol

RIOL

KOTA

Air Hujan Saluran

Drainase

Bak

Kontrol

RIOL

KOTA

Gambar 3.19 Sistem Pembuangan Air Hujan

94

Sampah

Sampah yang ada di dalam bangunan dibuang ke tempat sampah yang ada

dalam bangunan, kemudian sampah tersebut dibuang ke tempat sampah yang ada

diluar bangunan. Sampah dari bangunan dan tapak dibuang sementara ke tempat

sampah didalam tapak yang kemudian diangkut keluar dengan truk pengangkut

sampah ke Tempat Pembuangan Akhir atau TPA.

f. Sistem Telekomunikasi

Sistem komunikasi yang digunakan didalam bangunan ini adalah:

Telepon

Digunakan untuk hubungan ekstern, dengan sistem PABX (Privat Automatic

Brance Exchanges) yang dihubungkan dengan PT. Telkom.

Intercom

Digunakan untuk percakapan antar ruangan didalam bangunan.

Walky Talkie

Digunakan oleh security sebagai sarana didalam menjaga keamanan dan

kenyamanan.

Gambar 3.20 Sistem Pengelolaan Sampah

Truk Pengangkut/Dump

Truk

Sampah Basah/Organik Sampah

Basah/Conteiner

Sampah

Kering/Anorganik

Sampah

Basah/Conteiner

TPA

95

g. Sistem Penangkal Petir

Petir adalah suatu gejala listrik diatmosfir yang timbul bila terjadi banyak

kondensasi dari uap air dan ada arus udara naik yang kuat. Instalasi penangkal petir

adalah instalasi suatu sistem dengan komponen-komponen dan peralatan yang secara

keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah, sehingga

semua bangunan beserta isinya atau benda-benda yang dilindunginya terhindar dari

bahaya sambaran petir yang dapat mengakibatkan kebakaran.

Sistem penangkal petir tersebut dapat berupa:

Sistem Franklin (Sistem Konvensional)

Sistem Faraday (Sangkar Faraday)

Sistem Radio AKtif

Dalam sistem penangkal petir pada Gedung Pementasan ini dirancang

menggunakan sistem Franklyn atau Sistem Konvensional. Pada sistem Franklyn ini

sebuah batang yang runcing dipasang pada bagian paling atas bangunan, dan

dihubungkan dengan batang tembaga menuju elektroda tanah (mencapai permukaan air).

Daerah yang dilindungi dari sambaran petir berbentuk segitiga kerucut dengan ujung

penyalur petir pada puncaknya. Disistem ini hanya menggunakan sebuah split penangkal

petir yang dipasang pada tempat tertinggi.

h. Sistem Penyediaan Listrik

Listrik merupakan energi yang dapat diubah menjadi energi lain, menghasilkan

panas, cahaya, kimia, atau gerak (mekanik). Dalam bangunan atau gedung, penggunaan

listrik sangatlah penting mengingat penggunaan gedung atau bangunan yang tak pernah

Tiang

Franklin

Tembaga

Penghantar

Ground

/Tanah

Gambar 3.21 Sistem Penangkal Petir

96

lepas dari sistem pencahayaan, penghawaan, elektrikal dan sebagainya yang sebagian

besar cara pengalirannya membutuhkan suatu arus listrik.

Kebutuhan listrik dalam bangunan Gedung Pementasan dapat diperoleh melalui

PLN sebagai sumber listrik yang utama dan generator atau genset sebagai sistem

jaringan listrik cadangan apabila aliran listrik dari PLN terputus. Kedua jaringan

disalurkan ke trafo dan panel kontrol pusat (MDP) kemudian dialirkan ke panel (SDP)

yang akan diteruskan ke tiap-tiap ruang yang membutuhkan aliran listrik.

i. Sistem Akustik

Prinsip-prinsip perencanaan akustik ruang sebagai dasar pertimbangan antara lain:

1) Background noise/latar belakang kebisingan.

2) Bentuk dan ukuran ruang.

3) Jenis kegiatan dan fungsi ruang.

4) Penggunaan elemen-elemen ruang seperti:

Plafon yang berfungsi untuk pemantulan bunyi.

Dinding berfungsi untuk pemantulan, penyerapan dan pembaur bunyi.

Lantai berfungsi sebagai penyerap, pemantul dan pembelok bunyi.

Elemen-elemen ruang ini merupakan fungsi akustik yang sangat menentukan dalam

sistem yang akan diterapkan pada suatu rancangan Gedung Pementasan Musik.

Gambar 3.22 Sistem Penyediaan Listrik

PLN Meter Panel Listrik

ATS Panel

Distribusi

Unit

Bangunan

Genset

97

Pada Gedung Pementasan Musik ini khususnya pada ruang-ruang yang

membutuhkan bahan peredaman maka digunakan kombinasi dari bahan-bahan peredam

yang ada, misalnya penggunaan gypsum sebagai partisi ruang, penggunaan glasswool

sebagai bahan pengisi, serta penggunaan lantai karpet dapat menciptakan sistem akustik

ruang yang baik untuk ruang-ruang yang mengahasilkan bising yang tinggi.

Ruang Auditorium

Teknik penataan akustik pada ruang auditorium sangat perlu untuk diperhatikan

agar tidak mengganggu pengguna ruangan lain. Hal ini karena pada ruang-ruang tersebut

menghasilkan tingkat kebisingan yang sangat tinggi. Mengingat ruang-ruang tersebut

membutuhkan peredaman yang sangat tinggi maka cara untuk mengatasi masalah ini

yaitu dengan menambahkan massa pada partisi ruangan. Penggunaan dinding ganda

dengan memberikan rongga udara yang didalamnya terdapat material pengisi juga dapat

memperoleh hasil redaman yang lebih baik. Gypsum digunakan sebagai material partisi

dinding ruangan dan untuk material pengisi digunakan selimut akustik yang berupa serat

kaca (glasswool). Secara umum sistem akustik yang diterapkan pada ruang ini mengacu

pada lima prinsip dasar membuat ruang kedap suara yaitu penggandaan massa material

yang digunakan, absorpsi atau penyerapan suara, serta penggunaan material akustik pada

ruang tersebut.

. Back Stage, Restaurant, dan Lobby

Penataan akustik pada ruang-ruang publik seperti back stage, restoran, lobby, dan

sebagainya tidak terlalu membutuhkan teknik peredaman yang lebih. Hal ini karena

aktivitas di ruang-ruang tersebut tidak banyak menghasilkan kebisingan yang tinggi.

Pada ruang-ruang tersebut tidak perlu menggunakan dinding ganda seperti pada ruang

auditorium. Teknik peredaman di ruang-ruang ini hanya dilakukan dengan cara

98

permainan plafond yang naik turun. Plafond yang tidak rata atau naik turun mampu

meredam suara meskipun hasil peredamannya tidak sebaik menggunakan material kedap

suara.

Pada ruang-ruang lain seperti ruang-ruang pengelola tidak terlalu memperhatikan

sistem penataan akustik. Hal ini karena ruang-ruang tersebut tidak banyak menghasilkan

kebisingan.

j. Pengaturan Tata Landscape

Tujuannya adalah untuk menentukan/menganalisa jenis dan fungsi tanaman yang

akan digunakan pada luar tapak. Dasar pertimbangannya adalah untuk pembentukan

ruang Landscape dan sebagai kontrol visual yang berfungsi sebagai penyejuk dan

pereduksi panas dan bunyi yang menyebabkan kebisingan.

Untuk jenis tanaman yang akan digunakan pada penataan Landscape yaitu :

1) Palem Raja, karena mempunyai banyak fungsi selain unsur estetika juga sebagai

pengarah dan tata hijau.

2) Kirai Payung, karena dapat melindungi dan sebagai penahan angin selain itu juga

sebagai filter kebisingan.

Dari hasil analisa, dapat diketahui jenis pohon yang digunakan dan fungsinya,

yaitu:

a) Dapat menciptakan iklim mikro yang baik.

b) Sebagai pendukung unsur estetika.

c) Sebagai pembatas dan pengarah imajine.

99

G. Sistem Struktur

Adapun 4 hal konsep struktur yang harus diperhatikan dalam perencanaan

bangunan antara lain:

1. Fungsional.

Dapat memberikan kenyamanan dan kenikmatan bagi pemakai dalam pemanfaatan

dan penggunaannya.

2. Estetika.

Sebagai dasar keindahan dan keserasian pada bangunan yang mampu memberikan

rasa kagum bagi pengamat dan rasa bangga bagi pemilik.

3. Struktural.

Mempunyai struktur yang kuat dan mantap sehingga dapat memberikan rasa aman.

4. Ekonomis

Penggunaan material yang baik sehingga bangunan tersebut dapat bertahan lama dan

awet.

Perencanaan suatu bangunan perlu diperhatikan dalam masalah struktur, karena

struktur berfungsi untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahaya-bahaya

yang ditimbulkan oleh alam dan menyalurkan semua macam beban kedalam tanah.

Struktur yang dipakai dalam Gedung Pementasan Musik ini adalah:

a. Struktur Bawah (Lower Structure)

Struktur bawah dibentuk oleh pondasi dan sloof dengan fungsi utama sebagai

pemikul beban bangunan. Struktur bawah yang dipakai dalam rancangan bangunan ini

adalah pondasi tiang pancang, yang dipilih berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

Pertimbangan beban keseluruhan dan daya dukung tanah.

Pertimbangan kedalam tanah dan jenis tanah

100

Perhitungan efesiensi pemilihan pondasi

Elemen-elemen struktur yang akan dijadikan pendekatan pemilihan system struktur

yag akan dipakai pada objek rancangan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Poer Plat

Mendukung untuk bangunan bentang lebar, cocok untuk jenis tanah yang

kerasnya tidak terlalu dalam, tidak perlu menggali tanah terlalu dalam.

2) Pondasi Langsung

Sistem pondasi langsung digunakan apabila lapisan tanah mempunyai

daya dukung baik, dan tidak terletak terlalu jauh dari muka tanah.

3) Pondasi Tiang Pancang

Digunakan apabila keadaan tanah bangunan khususnya untuk pekerjaan

pondasi sangat tidak menguntungkan, yang disebabkan antara lain keadaan muka

air tanah yang sangat tinggi, dan keadaan lapisan tanah memiliki daya dukung

yang berbeda-beda, dan yang memiliki daya dukung tanah yang baik letaknya

cukup dalam, sehingga tidak mungkin lagi dilakukan lagi penggalian maupun

pengeboran.

Maka alternatif terpilih untuk struktur bawah adalah Tiang Pancang. Pada masa

utama bangunan yang meliputi pondasi jalur dan sloof beton yang digabung dengan

pondasi tiang pancang untuk daerah gaya vertikal yang cukup besar,sedangkan pada

titik-titik tertentu sebagai penopang struktur atas (Upper Structure) dibuat

penggandaan kolom dari ukuran kolom lainnya (Kolom Deletasi) yang nantinya akan

menjadi landasan dari struktur atap.

b. Struktur Tengah (Middle Strukture)

Struktur tengah dibentuk oleh lantai, kolom, balok dan dinding yang berfungsi

sebagai pembentuk ruang, sebagai pembentuk bangunan dan sebagai pelindung. Struktur

101

tengah yang digunakan adalah Struktur Rangka Kaku yang dipadukan dengan Shear

Wall sebagai pendukung eksplorasi bentukan arsitektur yang lebih inovatif pada objek

rancangan.

Elemen-elemen struktur yang akan dijadikan pendekatan pemilihan system struktur

yag akan dipakai dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Struktur Dinding

Struktur dinding dapat berupa dinding masif atau dinding partisi. Dinding masif

(batu bata) memiliki sifat permanen dan cocok untuk ruang yang tidak

memerlukan fleksibilitas. Adapun dinding partisi cocok untuk ruang yang

membutuhkan fleksibilitas dan bahan yang digunakan lebih bervariasi. Dinding

partisi dapat menggunakan alumunium, kayu, gypsum atau bahan lain yang fleksibel.

Pada Gedung Pementasan Musik ini digunakan dinding bata, dan untuk partisi digunakan

gypsum. Hal ini dikarenakan pada Gedung Pementasan Musik ini terdapat Auditorium

yang membutuhkan bahan-bahan yang dapat meredam suara.

2) Struktur Kolom dan Balok

Kolom berfungsi sebagai penopang beban atap yang menerima gaya dari balok.

Pada Gedung Pementasan Musik, penggunaan kolom dapat menggunakan bahan dengan

bentuk yang lebih variatif dan futuristik.

c. Struktur Atas (Upper Strukture)

Fungsi dari struktur atas adalah sebagai penutup bangunan, sebagai pelindung

terhadap hujan dan radiasi matahari serta mendukung penampilan bangunan secara

keseluruhan.

Konstruksi ini sendiri terdiri dari plat beton dan rangka baja ringan dengan penutup

atap berbahan fyber glass. Struktur atap yang digunakan pada perencanaan pembangunan

Gedung Pementasan Musik adalah struktur dengan sistem cremona dan space frame.

102

Sistem cremona digunakan untuk mendapatkan bentuk atap yang yang mempunyai

karakter lengkung dan cocok untuk bentangan lebar, serta menjadi struktur utama yang

menopang space frame untuk mendapatkan bentuk yang menyerupai cangkang. Material

tulangan dari cremona menggunakan baja canal C yang terdiri atas elemen pipa dan

sambungan khusus (Balljoint dengan simpul drat dalam dengan bahan baja murni).

Sedangkan untuk material space frame material tulangannya menggunakan baja profil

ringan yang mempunyai konstruksi sederhana dan jelas. Struktur ini terdiri atas element

pipa dan sambungan khusus seperti halnya yang digunakan pada cremona. Sambungan

yang merupakan titik simpul dari sistem ini semua sama. Keistimewaanya terdapat pada

sambungan tersebut yang memungkinkan penyesuaian panjang batang. Semua batang

dipotong dengan ukuran yang sama panjang sehingga pada saat perakitan batang tersebut

dapat disisipkan atau dipasang pada sambungan (Joint).

Setelah diperiksa pada proses pemeriksaan tata letak yang tepat dari titik simpul

dan kemiringan batang struktur atap ini diangkat dengan bantuan Crane pada dudukan

baja yang terdapat pada dak beton bangunan. Konstruksi ini sangat kaku, ringan dan

ekonomis. Pembagian tekanan rata, bahkan pada pembebanan tidak simetris sekalipun.

Pada penyilangan pipa disusun yang satu diatas yang lain dan ditahan dengan

pertolongan kendali yang dapat disesuaikan (Balljoint). Simpul sederhana dan unggul ini

Gambar 3.23 Detail Balljoint 12 Simpul

103

yang menyatukan beberapa pipa pada penyimpulan memungkinkan sistim ini sangat

ekonomis dan dapat diterapkan pada bentangan yang sangat besar. Bentangan minimal

dari struktur kubah ini adalah 50 meter sedangkan maksimal 93,3 meter (Gedung Pekan

Raya di Brno, pada tahun 1959).