bab iii profil sanitasi kota pontinak
DESCRIPTION
Profil Sanitasi Kota PontinakTRANSCRIPT
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 1
BAB III PROFIL SANITASI KOTA PONTIANAK
3.1. Kondisi Umum Sanitasi
embangunan bidang sanitasi di banyak daerah masih belum mendapatkan perhatian yang besar dan serius. Hal ini dikarenakan para pemangku kepentingan belum begitu memprioritaskan sektor ini. Kalau pun sudah mendapat perhatian seperti yang
dilakukan di beberapa kota, maka penanganannya belum terintegrasi dengan baik. Sehingga masih kita dapati tingginya penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi yang buruk, dan rendahnya kualitas lingkungan hidup di masyarakat permukiman. Pembangunan sanitasi merupakan kerja besar bersama yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah dan dalam waktu singkat. Pembangunan sanitasi memerlukan data yang akurat untuk mengetahui permasalahan yang sesungguhnya guna merumuskan strategi penanganan yang tepat. Penangangan drainase lingkungan, air bersih, sampah lingkungan perumahan, pembuangan limbah cair dan padat dari rumah-rumah tangga, dan promosi perilaku hidup bersih dan sehat merupakan upaya yang harus dilaksanakan dan diusahakan oleh banyak pihak. Hal ini menyangkut perilaku hidup masyarakat, sarana dan prasarana yang harus disiapkan pemerintah, swasta dan juga mayarakat, dana yang harus dianggarkan, peraturan yang harus dibuat dan bahkan kemungkinan kelembagaan yang harus dibentuk dan dijalankan. Secara umum kondisi sanitasi kota Pontianak saat ini belum memberikan kepuasan yang memadai bagi banyak pihak. Sebagai salah satu indikator misalnya badan air, yang berfungsi sebagai penerima drainase permukaan dan limbah cair rumah tangga, pada beberapa kawasan kualitasnya cenderung menurun dari tahun ke tahun, dan sampai saat ini belum terlihat adanya upaya signifikan yang dapat memberikan keyakinan kepada kita semua bahwa kualitas-nya sudah mengarah ke arah yang lebih baik. Kita ketahui bersama pula bahwa telah dilakukan upaya dan kegiatan-kegiatan pembangunan di bidang sanitasi di Kota Pontianak guna meningkatkan kualitas lingkungan, baik berupa kegiatan fisik maupun berupa upaya meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Perlu disadari bahwa derajat kesehatan masyarakat yang optimal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, fisik, sosial, ekonomi dan budaya hidup masyarakat. Dikarenakan empat faktor tersebut selalu dinamis, maka derajat kesehatan masyarakat harus diupayakan secara terus-menerus, salah satunya melalui program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Kondisi pengelolaan sanitasi yang telah dilaksanakan di Kota Pontianak dapat dilihat pada uraian berikut.
3.1.1 Kesehatan Lingkungan
P
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 2
Menurunnya kualitas lingkungan hidup di Kota Pontianak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perilaku hidup masyarakat yang belum sadar sanitasi, beban lingkungan yang makin besar akibat pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya, urbanisasi, serta kurang tersedianya sarana dan prasarana sanitasi. Masih kita dapati juga sebagian kecil masyarakat yang tinggal di tepian badan air menggunakan sungai untuk keperluan MCK. Sehingga kekurangan-kekurangan ini masih harus kita upayakan untuk dilakukan perubahan. Menurunnya kualitas air permukaan dikarenakan masuknya air limbah, sampah padat dan tinja ke badan air. Hal ini disebabkan karena limbah cair domestik masih dikelola secara individual. Sistem komunal mandi, cuci dan kakus (MCK) telah dilaksanakan dibeberapa tempat melalui program SANIMAS, tetapi belum menjangkau seluruh pemukiman padat sehingga perlu juga kita lakukan pengadaannya di lokasi-lokasi lain. Limbah cair yang berasal dari industri, rumah makan, hotel, dan rumah sakit baik yang sudah memiliki fasilitas IPAL apalagi yang belum juga memberi kontribusi bahan pencemar. Hal ini menyebabkan Biologycal Oxygent Demand (BOD) dan Chemical Oxygent Demand (COD) meningkat sedangkan Dissolved Oxygent (DO) menurun; sehingga air permukaan di beberapa tempat sudah berbau busuk dan berwarna kehitam-hitaman, kandungan mikroorganisme pada badan air tersebut meningkat serta terjadinya pendangkalan sungai. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan penyebaran penduduk ke wilayah yang lebih luas, menyebabkan jumlah timbulan sampah meningkat setiap tahunnya. Kesulitan mendapatkan area tempat pengelolaan/penampungan sampah sementara (TPS) mempengaruhi ketersediaan jumlah TPS. Sehingga sering kita lihat beberapa TPS yang overload, disamping karena perilaku masyarakat itu sendiri yang suka membuang sampah seenaknya. Isyu lain adalah ketersediaan lahan yang laik untuk tempat pengelolaan sampah akhir (TPA) dan pengelolaan TPA yang masih open dumping dan controlled landfill merupakan tantangan ke depan yang perlu dicari pemecahannya. Rintisan upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle) perlu dilakukan. Upaya pengelolaan sanitasi udara dilakukan lewat uji emisi kendaraan bermotor, penghijauan di ruas jalan kota dan penataan ruang terbuka hijau di pusat Kota. Secara umum, kualitas kesehatan lingkungan perlu ditingkatkan, dimana hal ini terlihat dari akses masyarakat terhadap kepemilikan sarana dasar sanitasi yaitu jamban dan pengelolaan limbah keluarga/rumah tangga. Dari keluarga sampel (60% dari populasi), keluarga yang memiliki akses terhadap jamban keluarga baru mencapai 81,8% dan 89,92% diantaranya katagori jamban sehat sedangkan +10% sisanya masih belum memenuhi standar kesehatan. Dalam pengelolaan air limbah rumah tangga, baru 51% yang mempunyai saluran air limbah dan hanya 36,44% yang kondisinya dikatagorikan sehat. Berdasarkan data di atas maka masih ada + 20% masyarakat yang tidak punya akses terhadap jamban dan itu artinya kemungkinan besar mereka melakukan aktivitas Buang Air Besar di sembarang tempat. Dalam hal pengelolaan air limbah, lebih dari 50% keluarga sampel tidak mempunyai saluran air limbah rumah tangga.
Tabel 3-1 Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan Tahun 2009
No Kecamatan Jumlah KK Kepemilikan Jamban Pengelolaan Air Limbah
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 3
Total Sampel Ada % Sehat % Ada % Sehat %
1. Pontianak Utara 20.595 12.251 10.010 81,71 9.192 91,83 5.207 42,50 1.714 32,92
2. Pontianak Timur 17.720 9.600 7.233 75,34 6.204 85,77 3.096 32,25 874 28,23
3. Pontianak Selatan 14.254 8.432 6.647 78,83 6.101 91,79 4.568 54,17 1.505 32,95
4. Pontianak Tenggara 10.701 7.215 6.311 87,47 5.811 92,08 3.894 53,97 1.432 36,77
5. Pontianak Barat 29.236 16.462 13.132 79,77 11.835 90,12 10.037 60,97 3.781 37,67
6. Pontianak Kota 21.649 13.930 12.201 87,59 10.793 88,46 8.429 60,51 3.533 41,91
Jumlah/rata-rata 114.155 67.890 55.534 81,80 49.936 89,92 35.231 51,89 12.839 36,44
Sumber: DInas Kesehatan Kota Pontianak, 2010
3.1.2 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat Untuk melihat kondisi kesehatan masyarakat Kota Pontianak dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat dari tabel dibawah, dimana terdapat 10 besar jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat.
Tabel. 3-2 Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2004 – 2008
No Nama Penyakit 2004 2005 2006 2007 2008
1 Infeksi Akut lain Pernapasan Atas 42.581 55.932 83.749 83.765 98.529
2 Penyakit lain pada Saluran Pernapasan Atas 32.703 42.332 57.000 60.392 56.692
3 Penyakit Pulpa dan Jaringan Peripikal 14.930 18.382 25.518 24.269 31.376
4 Penyakit Darah Tinggi 13.275 16.332 20.090 24.229 33.904
5 Penyakit pada sistim Otot dan Jaringan Pengikat 11.616 12.408 7.306 16.013 10.011
6 Penyakit Kulit Infeksi 9.697 12.828 16.008 13.925 18.655
7 Diare ( termasuk tersangka Kolera) 8.041 12.752 15.293 13.053 17.544
8 Penyakit Kulit Alergi 6.633 9.624 13.221 7.891 14.985
9 Asma 4.422 6.154 8.268 7.180
10 Penyakit Lainnya 48.229 25.912 7.605 6.216
11 Gingivitis dan Penyakit Periodental 9.908
12 Penyakit pada saluran pernafasan bawah 94
Jumlah 192.127 212.656 254.058 256.933 301.004
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat (pengunjung puskesmas) adalah penyakit pernafasan dimana hal itu berkaitan dengan adanya kabut asap karena kebakaran hutan dan ladang yang sering terjadi setiap tahunnya. Dibanding tahun 2007, pada tahun 2008 penyakit diare mangalami peningkatan, dimana hal itu sangat berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungannya, yang juga terkait erat dengan kebiasaan PHBS masyarakat. Sesuai dengan warisan budaya masa lalu, orientasi hidup masyarakat Kota Pontianak sebagian masih berada di daerah aliran sungai. Segala aktivitas dilakukan disana. Mereka mendirikan rumah di bantaran sungai sehingga hampir semua aktivitas masyarakat dilakukan di sungai tersebut, mulai dari mandi dan mencuci hingga buang air besar disana. Selain itu, karena badan rumah ada yang berada di atas air maka apabila mereka membuat kakus/ jamban di dalam rumah, tinjanya juga secara langsung maupun tidak langsung dibuang ke badan air tersebut. Sudah banyak program sanitasi yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk masyarakat yang hidup di pinggiran sungai berupa Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) yang dibangun wilayah di daratan tetapi karena kebiasaan dan kepraktisan dalam penggunaannya
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 4
menjadi kendala. Dalam membuang sampah juga demikian. Sungai digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai tempat pembuangan sampah yang terbesar. Kebiasaan masyarakat yang masih belum ber-PHBS dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3-3 Rumah tangga yang ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Tahun 2009
No. Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Yang dipantau Ber-PHBS % KK ber- PHBS
1. Pontianak Utara 1.050 305 29,04
2. Pontianak Timur 1.260 257 20,39
3. Pontianak Selatan 420 223 55,47
4. Pontianak Tenggara 420 195 46,42
5. Pontianak Barat 840 345 41,07
6. Pontianak Kota 840 391 46,54
Jumlah/rata-rata 4.830 1.716 35,53
Sumber: Penyehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Kebiasaan masyarakat yang berkontribusi terhadap pencemaran air (sungai) menjadikan penyakit yang berbasis lingkungan seperti diare masih merupakan penyakit yang angka kesakitannya selalu terjadi berulang setiap tahunnya. Kebiasaan masyarakat yang masih ada sampai saat ini terutama masyarakat yang berdomisili di bantaran sungai Kapuas, masih menggunakan wc terapung atau dengan nama lain wc helikopter, kebiasaan dan perilaku hidup demikianlah perlu adanya perhatian dari berbagai pihak untuk saling mengingatkan dan rasa kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk menjaga kelestarian ekosistem sungai Kapuas, dari limbah domestik. Secara langsung kotoran yang terbuang itu langsung dihanyutkan oleh air dan kadang dihabiskan oleh biota sungai. Kebiasaan ini dilakukan oleh masyarakat akibat rendahnya pengetahuan tentang hidup sehat dan tingkat perekonomian masyarakat yang masih dibawa rata-rata sehingga tidak bisa membangun wc yang cukup layak dan sehat untuk hunian mereka. Ada juga sebagian masyarakat merasa lebih gampang dan mudah buang hajat di sungai, ini dikarenakan pola hidup dan kebiasaan masyarakat yang berdomisili di bantaran sungai. Kondisi wc yang terlihat pada gambar ini biasa terjadi karena pemilik rumah tersebut memang tidak mempunyai biaya untuk membangun wc dan tempat cucian yang layak, kehidupan keseharian mereka juga belum
Lokasi Bantaran Sungai Kapuas
Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 5
mencapai tahap sejahtera. Ada juga sebagian masyarakat yang memang tidak mau dikarenakan kebiasaan tadi, lebih mudah dan murah membangun wc dan tempat cucian di sungai. Sungai Kapuas adalah sumber kehidupan masyarakat kota Pontianak, kebersihan dan kelestariannya perlu diperhatikan oleh masyarakat kota Pontianak itu sendiri. Air sungai Kapuas dimanfaatkan masyarakat, pemerintah dan swasta untuk keperluan-keperluan sehari-hari seperti air baku PDAM, cuci dan mandi masyarakat tepian sungai, air baku pabrik es, tempat pengembangbiakan ikan air tawar, dan lain-lain. Kebersihan dan kualitas air sungai Kapuas secara langsung berpengaruh kepada kesehatan masyarakat. Kesehatan merupakan hal yang sangat mahal harganya, kesadaran dari masyarakat dan pola hidup masyarakat sangat diharapkan oleh pelbagai kalangan untuk menjaga kelestariannya, dengan tidak membuang sampah, limbah domestik ke sungai, harus ditata dan diatur secara baik dan benar, sesuai alur sistem pengolahan limbah yang baik. Kota Pontianak terletak di delta Sungai Kapuas merupakan daerah pasang surut. Sebagai kota tua yang berdiri sejak tahun 1771 masehi banyak sekali masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai, sementara wc dan kamar mandi pada saat surut air sampah dan limbah akan terseret keluar dan ada yang tersangkut di permukaan tanah, pada waktu air pasang tiba, semua sampah yang ada pada permukaan tanah akan mengapung, sehingga limbah dan kotoran akan menggenang, apalagi pada saat kondisi wc atau tempat pembuangan itu tidak teratur dan sudah penuh, sehingga limbah yang harusnya masuk ke bak penampungan akan mengapung. Kondisi seperti ini perlu penanganan khusus, terutama typical daerah pasang surut yang memang masyarakat setempat yang berdomisili di bantaran sungai dan mengandalkan air sungai untuk keperluan sehahi-hari, dan pada saat pasang air sungai atau laut naik kepermukaan dan menggenangi daratan akan mengakibatkan semua yang ada pada permukaan akan merambah naik sampai ke hunian penduduk. Termasuk limbah dan sampah tersebut. Disamping pembangunan sarana dan prasarana yang ada perlu sangat diperhatikan operation and maintenance sehingga kenyamanan dan kebersihan pada saat menggunakan sarana tersebut dapat tercapai. Walaupun sarana wc yang digunakan masyarakat terlihat amat sederhana dan tidak terlalu bagus tetapi dengan memelihara dan merawat sarana yang ada akan terlihat bagus dan tahan lama usia bangunan nya. Ketersediaan air bersih sangat penting , sebagai pelengkap sarana WC. Selain kloset dan ember akan sangat baik jika dilengkapi dengan bak air, sehingga ketersediaan air pada saat membersihkannya lebih mudah. Kamar mandi dan WC harus selalu dibersihkan untuk menghindari bau yang tidak sedap pada saat menggunakan dan sekitar lingkungan, paling tidak dibersihkan 1 – 2 kali sehari. Air bersih juga harus selalu tersedia di WC tersebut sehingga pada saat selesai buang air kecil dan BAB langsung disiram dan dibersihkan.
Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 6
Kloset WC bermacam-macam, ada yang disebut kloset jongkok dan ada juga yang disebut kloset duduk, dari sisi fungsi sama saja, sementara untuk kenyamanan tentunya kloset duduk dirancang lebih nyaman ketika digunakan. Limbah dari Kloset / wc ini tentunya langsung dimasukkan ke tangki septik, ada yang menggunakan bak penampungan seperti Biofill. Proses pembuangannya dari kloset / lobang di salurkan dengan menggukan paralon atau pipa yang dipasang miring hingga mengalir ke bak pembuangan atau biofill tadi, kemudian ditampung di kotak pembuangan dan proses di dalam bak fiofil tadi dioleh sehingga kotoran tadi menjadi air dan diserap ke dalam tanah. Pemasangan pipa terlihat pada gambar disamping, pipa yang tersambung dari kloset ke biofill. Pemasangan pipa biofil harus kuat dan jangan sampai bocor hingga hawa atau baunya sampai keluar menimbulkan bau yang kurang sedap. Jadi pemasangan pipa biofil ini harus benar rapat dan benar sesuai spesifikasi.
Pemasangan Biofill terlihat pada gambar disamping yang terdiri dari beberapa komponen antara lain pipa dari kloset dan pipa pembuangan yang yang mengarah ke tanah dan dipasang tertanam kedalam tanah sehingga hasil dari olahan kloset tadi bisa meresap kedalam tanah, tanpa menimbulkan hawa dan bau yang tidak sedap.
Selain Biofill ada juga yang disebut TRIPICON”S” sebenarnya fungsi dan manfaatnya tidak jauh berbeda dengan biofill, hasil limbah yang berasal dari kloset/wc tadi dihubungkan melalui pipa pembuangan kemudian masuk ke bak penampungan, lalu dibawa oleh pipa ke bak penyaringan untuk mengubah limbah tadi dilakukan penyaringan sehingga pada saat
Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
Lokasi Sungai Kapuas Pontianak
Lokasi Sungai Kapuas Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 7
limbah tersebut keluar sudah menjadi air dan bukan limbah kotor lagi.
Untuk bentuk dari Tripicon S ini bermacam-macam tergantung keperluan dan selera, bisa berbentuk bulat dan bisa juga berbentuk persegi empat. Penggunaan Tripicon S ini ada di lokasi pinggiran sungai Kapuas pada lokasi yang padat penduduk nya, dengan adanya bak penampungan yang efektif dan efisen untuk menampung dan mengolah limbah cair hasil buangan tentunya pola bisa diikuti oleh masyarakat lain yang belum mengggunakan pola pengolahan limbah yang baik di hunian mereka.
Hasil Pengolahan di lokasi pinggiran sungai Kapuas terlihat pipanya mengarah kepembuagan atau sungai, hasil pengolahan dari Tripicon “S” ini sudah cair, melalui proses pengolahan dan penyaringan.
Pemerintah kota Pontianak pada saat ini juga memiliki layanan sedot wc limbah rumah tangga dan hasil buangan dari wc sehingga masyarakat yang memerlukan jasa sedot wc bisa menggunakan jasa layanan Pemerintah Kota Pontianak, hasil limbah kemudian dibawa ke tempat pengolahan dan kemudian dibuang ketempat pembuangan akhir yaitu di Batu Layang. Selain pemerintah, juga ada beberapa pihak swasta yang melakukan kegiatan sedot wc ini, usaha ini belum terkordinir dengan baik,
biasanya pihak swasta tersebut memasang iklan nya di pohon-pohon dipersimpangan
jalan,dan ada juga yang memasang iklan di Pontianak Post.
Lokasi Proses Pengolahan dan Pembuangan Akhir Limbah padat maupun Cair di Lokasi Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara.
3.1.3 Kuantitas dan Kualitas Air
Lokasi Dinas Kebersihan Kota Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 8
Air bersih merupakan kebutuhan hidup yang esensial, karena tidak satu pun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Selain dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik seperti minum, masak, mandi dan mencuci, air juga berpengaruh pada bidang sosial, ekonomi, teknologi dan kesehatan. Jika secara kualitas air tidak memenuhi syarat, maka akan menimbulkan gangguan kesehatan, teknis, estetika, dan ekonomis. Gangguan kesehatan dapat terjadi karena adanya penyakit-penyakit yang penularannya melalui perantaraan air (Water Borne Diseases). Oleh karena itu, air harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitasnya memenuhi syarat.
Di dalam pemenuhan kebutuhan air bersih, masyarakat Kota Pontianak memanfaatkan pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sampai tahun 2009 cakupan pelayanan air bersih PDAM Kota Pontianak baru mencapai 68%. Hal ini terjadi karena instalasi PDAM belum menjangkau seluruh wilayah Kota Pontianak dan atau masyarakat tidak mau, tidak mampu memasang instalasi PDAM dikarenakan faktor ekonomi. Untuk mencukupi kekurangan air bersih, kebiasaan hidup masyarakat Kota Pontianak memanfaatkan air hujan, terutama untuk memasak dan minum. Sedangkan untuk kegiatan mandi dan mencuci, masyarakat memanfaatkan air permukaan seperti air kolam dan air sungai. Pergantian musim hujan ke musim kemarau merupakan masalah bagi masyarakat Kota Pontianak untuk mendapatkan air bersih karena suplai air bersih dari PDAM akan dihentikan disebabkan intrusi air laut, sehingga menyulitkan proses pengolahan air baku dan dapat merusak instalasi perpipaan yang terbuat dari material besi. Selain itu, persediaan air bersih yang bersumber dari air hujan akan habis. Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih juga kurang ekonomis dan membutuhkan pengolahan terlebih dahulu, karena air tanah di wilayah Kota Pontianak mengandung kadar Fe yang tinggi. Jalan yang ditempuh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih adalah dengan memanfaatkan air permukaan berupa air kolam dan air sungai. Padahal permukaan tanpa pengolah tidak memenuhi syarat sebagai sumber air bersih. Hal ini mengakibatkan letusan penyakit Diare selalu terjadi setiap tahun. Secara umum, akses masyarakat terhadap air bersih masih rendah. Dari keluarga yang dijadikan sampel baru 69,24% yang mempunyai akses terhadap air bersih, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 3-4
Keluarga dengan akses air bersih menurut kecamatan tahun 2009
No. Kecamatan Jumlah KK Akses Air Bersih % Akses Air Bersih
Total Sampel PAM PAH Lainnya Jumlah PAM PAH Lainnya Jumlah
1. Pontianak Utara 20.595 12.251 3.872 3.047 116 7.035 31,61 24,87 0,95 57,42
2. Pontianak Timur 17.720 9.600 4.145 2.635 347 7.127 43,18 27,45 3,61 74,24
3. Pontianak Selatan 14.254 8.432 5.415 906 129 6.450 64,22 10,74 1,53 76,49
4. Pontianak Tenggara
10.701 7.215 3.945 801 553 5.299 54,68 11,10 7,66 73,44
5. Pontianak Barat 29.236 16.462 6.450 2.869 798 10.117 39,18 17,43 4,85 61,46
6. Pontianak Kota 21.649 13.930 7.083 3,433 464 10.980 50,85 24,64 3,33 78,82
Jumlah/rata-rata 114.155 67.890 30.910 13.691 2.407 47.008 45,53 20,17 3,55 69,24
Sumber: DInas Kesehatan Kota Pontianak, 2010
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 9
Kesehatan dan pola hidup masyarakat, kuantitas dan kualitas air yang dapat diakses masyarakat, sebagian masyarakat kota Pontianak ada yang menggunakan air ledeng (PDAM),
dan ada juga sebagian masyarakat di kota Pontianak ini yang masih mengandalkan air hujan untuk di konsumsi sehari hari, baik untuk memasak, minum dan mencuci, masyarakat menggunakan talang dan penampungan berupa tong air yang terbuat dari semen untuk mendapatkan dan menampung air hujan tersebut sehingga kuantitas air yang tertampung hanya mengandalkan tadah hujan saja, dari talang dan atap rumah tangga tersebut dapat lah kiranya kita pikirkan sejauh mana standart kualitas kesehatan dari masyarakat itu bias terpenuhi dengan baik. Terkait dengan pola hidup dan kebiasaan tadi sebagian masyarakat menggunakan kulitas air hujan yang lebih murah, ini juga disebabkan karena tingkat kesadaran dan kualitas pendidikan masyarakat yang masih rendah, sehingga pemahaman tentang kesehatan juga teramat sedikit, ini disebabkan biaya kesehatan itu amat mahal harganya, sehingga masyarakat juga belum mampu dalam mengupayakan standart- standar kesehatan itu,
paling tidak mendekati standart maxsimal tentang pentingnya akan kesehatan pribadi dan lingkungan.
Disamping menggunakan atau mengkonsumsi air ledeng (PDAM) sebagian masyarakat juga menggunakan sumur atau air tanah untuk keperluan mandi dan mencuci, dimana jarak dari septiktank dan sumur mata air yang digunakan untuk dikonsumsi rumah tangga juga harus diperhatikan sehingga air buangan dari septiktank tidak rembes ke dalam dan bercampur dengan air sumur resapan yang digunakan untuk meandi dan mencuci. Air sumur yang digunakan untuk mencuci dan mandi juga harus perlu diperhatikan kualitas air nya sehingga kesehatan masyarakat yang tinggagal dan dan menggunakan air dilikingkungan tersebut akan terjaga kesehatan nya. Sumur resapan yang dibangun digali sedalam 2 – 3 meter atau sepanjang 3 sambung gorong-gorong, dan biasanya dinding penahan dari sumur tersebut terbuat dari kayu cerucuk atau kayu belian untuk menahan tanah runtuh kesamping. Yang sangat perlu diperhatikan sekali apabila dinding penahan dari kayu air resapan dari samping akan rembes dan masuk ke dalam sumur tersebut, apabila tanpa kita sengaja jarak wc, dan pembuangan dekat dengan sumur tersebut akan bercampur dengan hasil buangan tadi. Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi, dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam Permen Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes
Lokasi Komyos Sudarso
Pontianak
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 10
No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai. Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan. Itulah salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga: untuk air minum, air mandi, dan keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan sesuai peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional atau setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam Permen Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai Kualitas air tersebut menyangkut : a) Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air
dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran air buangan.
b) Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam air.
c) Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit, terutama penyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil toksin.
Definisi Operasional
Variabel Bebas: Kadar Bakteriologis Sebelum Unit Instalasi
Jumlah bakteri E. Coli pada air sebelum melalui instalasi air depo isi ulang.
Uji Lab.
MPN
Ratio
Variabel Terikat: Kadar Bakteriologis Setelah Unit Instalasi
Jumlah bakteri E. Coli pada air setelah melalui instalsi air depo isi ulang.
Uji Lab.
MPN
Ratio
Variabel Antara: Sumber Air Baku
Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk air minum isi ulang.
Wawancara
Lembar Tilik
Nominal
Alat Instalasi Jenis alat instalsi pengolahan yang dipergunakan (Merk, Biaya, jumlah filter, dll)
Observasi Cheklish Ordinal
Penanganan Air Cara perlakuan air/pada pengisian galon setelah melalui unit instalsi air.
Observasi Chkelish Ordinal
Desinfektansi Sistem pembunuhan bakteri Observasi Chkelish Nomonal
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 11
yang dipergunakan dalam proses instlasi.
Lama Operasi Depot Air Lama operasi depot air sejak mulai dibukanya usaha depot air
Wawancara Lembar Tilik Ratio
Analisis kualitas air akan kehadiran bakteri koliform dari uji penduga dilakukan berdasarkan metode standar dari APHA (American Public Health Association,1989 ) dan Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater, 14th edition. American Public Health Association, American Water Works Association, Water Polution Control Federation, Washington, D.C., 1975 dibandingkan dengan tabel MPN/JPT ( Cappuccino & Sherman., 1987). Tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri colifom dalam 100 ml sampel air. Pembacaan hasil uji dilihat dari berapa tabung uji yang menghasilkan gas dan asam (tiga seri pertama,kedua dan ketiga), hasil yang positif asam dan gas dibandingkan dengan tabel MPN/JPT. Data di analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data dari contoh-contoh air minum isi ulang setelah di analisis di laboratorium Mikrobiologi, akan dibandingkan dengan Permenkes No.416/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Berdasarkan uraian diatas dengan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sumber air baku yang dipergunakan 100% menggunakan air gunung, dari Anjungan
sebanyak77,2%, Paniraman sebanyak 12,3% dan dari Sui Purun sebanyak 10%. 2. Kualitas air baku yang dipergunakan sebagian besar (71,9%) angka MPN Coliform masih
belum memenuhi syarat kesehatan, demikian halnya angka E. Coli yang belum memenuhi syarat kesehatan mencapai 59,6%.
3. Kualitas air olahan yang dihasilkan sesuai Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum masih terdapat 33,3% angka MPN Coliform belum memenuhi syarat kesehatan, sedangkan untuk angka E. Coli yang belum memenuhi syarat kesehatan mencapai 15,4%.
Kuantitas Air Baku PDAM, Pemakaian air rata-rata untuk kebutuhan non domestik.
NO. JENIS KEBUTUHAN PEMAKAIAN AIR RATA-RATA PER HARI (LITER) KETERANGAN
1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10. 11. 12. 13.
Kantor Rumah Sakit Gedung Bioskop Sekolah Dasar & SLTP SLTA & PT Laboratorium Toserba Industri/Pabrik Statsiun dan terminal Restoran Hotel Perkumpulan Sosial Tempat Ibadah
100 - 200 250- 1000 10 40-50 80 100-200 3 Buruh pria = 80 Buruh wanita = 100 3 30 250-300 30 10
Per karyawan Setiap tempat tidur pasien Pasien luar : 8 liter Pegawai : 160 liter Per Pengunjung Permurid, Guru : 100 liter Permurid, Guru : 100 Liter Perkaryawan Pengunjung ,karyawan = 100 Liter Per orang pershift Setiap penumpang Penghuni :160 Liter Untuk setiap tamu Setiap Tamu Jumlah jemaat setaip hari
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 12
Klasifikasi dan struktur kebutuhan air
No. Parameter Kota metro >1.000.0000
(Jiwa)
Kota Besar 500.000-
1.000.000 (Jiwa)
Kota Sedang 100.000-500.000
(Jiwa)
Kota Kecil < 100.000
(Jiwa)
1 Tingkat Pelayanan (target)
100% 100% 100% 100%
2 Tingkat pemakaian air (liter/orang/hari) Sambungan Rumah(SR) Kran Umum (KU)
190 30
170 30
150 30
130 30
3 KebutuhanNon domestik -Industri (l/d/ha) Berat Sedang Ringan -Komersial(l/d/ha) Pasar Hotel - Sosial & Institusi: Universssitas(l/Mhs/hari) Sekolah (l/siswa/hari) Mesjid (m3/hr/unit) Rumah Sakit(l/km/hr) Puskesmas(m3/hr/unit) Kantor(l/dt/hr) Militer (m3/hr/ha)
0,50-1,000 0,25-0,50 0,1 – 1,0 400 1000 20 15 1 –2 400 1 - 2 0,01 10
15% - 30% x Kebutuhan Domestik
4 Kebutuhan hari rata-rata Kebutuhan Domestik dan Non Domestik
5 Kebutuhan hari maksimum Kebutuhan rata-rata x 1,15- 1,20 (faktor hari maksimum)
6 Kehilangan air Sistem baru Sistem lama
20% x Kebutuhan rata-rata 30%-50% x Kebutuhan rata-rata
7 Kebutuhan jam Puncak Kebutuhan rata-rata x faktor jam puncak 1,5 – 2
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya.
3.1.4 Limbah Cair Rumah Tangga Limbah cair di Kota Pontianak secara umum dapat dikategorikan atas limbah rumah tangga dan limbah industri. Kota Pontianak belum memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sehingga pembuangan limbah cair rumah tangga yang berasal dari dapur dan kamar mandi serta air hujan disalurkan dalam satu saluran yang akan bermuara ke badan air berupa anak sungai yang akan mengalir sampai ke sungai Kapuas. Dengan demikian, sungai Kapuas merupakan tempat penampungan seluruh limbah cair di Kota Pontianak. Pembuangan limbah cair rumah tangga
menyangkut kebiasaan dan lahan yang ada di
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 13
sekitar pekarangan masih dianggap layak dan bisa dimanfaatkan untuk membuang limbah cair rumah tangga tanpa memperhatikan dan melihat dampak dari limbah tersebut terhadap kesehatan dan kebersihan orang lain ( tentangga ) dan lingkungan sekitar. Tempat pembuangan limbah yang ada juga tergolong sangat sederhana sekali sehingga langsung di buang ke permukaan tanah, yang nantinya akan menimbulkan bau yang tidak sedap di lingkungan dan pekarangan disekitar hunian. Ada juga sebagian masyarakat yang sadar dan mengerti akan pentingnya arti hidup sehat itu, mengumpulkan sisa limbah rumah tangga tersebut dalam kantong plastic atau ember dan kemudian di buang ke tempat penampungan sampah yang berada jauh dari permukiman mereka. Keemudian diangkut oleh truk pengangkut sampah. Limbah cair rumah tangga hasil pencucian dan mandi terkadang biasanya di gelontorkan juga langsung melalui sungai sehingga berselang waktu saja akan akan menimbulkan pendangkalan pada parit atau sungai itu sendiri. Masalah limbah sampah dan lain-lain yang terkait kesehatan dan lingkungan perlu adanya kesadaran yang tulus dan iklas yang timbul dari masyarakat itu sendiri dan itu adalah tanggung jawab kita bersama untuk mengaplikasikan nya dalam kehidupan bermasyakat sejalan terciptanya kehidupan yang sehat dan ramah lingkungan. Sebagian masyarakat ada juga yang sudah menggunakan dan memanfaatkan saluran/sarana yang ada di rumah nya untuk mengalirkan dan pembuang hasil limbah rumah tangga tersebut bias mengalir dari hasil limbah tadi dibuang ke tempat penampungan, sehingga hal positif tersebut perlu ditanggapi positif. Kesadaran itu timbul dari masyarakat pengguna dan pemanfaat sarana tersbut serta mereka menyadari penatan lingkungan yang nyaman serta arti hidup sehat yang sesungguh nya.
3.1.5 Limbah Padat Timbulan sampah di Kota Pontianak pada tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3-5
Proyeksi Timbulan Sampah Kota Pontianak Juni 2008
No. Asal Sampah Timbulan sampah (m3/hari)
1 Permukiman 1.018,28
2 Komersil 112,05
3 Pasar 274,53
4 Perkantoran 4,55
Lokasi Kom Yos Sudarso
Pontianak
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 14
5 Fasilitas Umum 4,09
6 Sapuan Jalan 3,05
7 kawasan Industri 1,36
8 Saluran(drainase) 2,09
9 Lain-lain 0,78
Jumlah 1.424,75 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak 2008
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2012 yang akan mencapai 703.696 jiwa, maka limbah padat domestik yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan standar timbulan sampah sebesar 2,5 liter/orang/hari, yaitu sebesar 1.759.241 liter/hari atau 1.759 m3/hari. Untuk limbah non domestik, terdapat timbulan sebesar 20% dari limbah padat domestik, yaitu sebesar 351.848 liter/hari atau 352 m3/hari. Total timbulan sampah yang dihasilkan setiap hari menjadi 2.111.089 liter/hari (2.111 m3/hari). Adapun komposisi sampah Kota Pontianak sangat tergantung dari kondisI musim, geografis dan sosial ekonomi, biasanya terdiri dari :
o Kertas = 5,0 % o Kaca = 2,1 % o Plastik = 6.0 % o Logam = 2,0 % o Kayu = 1,5 % o Kain = 0,1 % o Karet = 0,1 %
o Organik(sayur,daun) = 83,0%
o Lain-lain = 0,2%
Jumlah = 100 % Berdasarkan komposisi diatas, dinyatakan bahwa komposisi untuk Kota Pontianak sudah masuk kategori sehat (diatas 80% organik). Ini berarti warga kota sudah mulai memahami penggunaan bahan-bahan organik sebagai sumber konsumsi sehari-hari.
Program pemerintah tentang persampahan atau limbah padat ini sangat gencar sekali baik di tingkat pusat sampai ke tingkat desa bahkan sampai ke level masyarakat bawah, tindakan nyata adalah penyediaaan tong sampah pada tempat-tempat tertentu sehingga masyarakat bisa membuang sampah pada tempatnya.
Untuk di lokasi Perumahan biasanya masyarakat menyediakan atau membuat sendiri tempat pembakaran sampah, atau menggunakan jasa penangkutan sampah untuk membuang sampah ke tempat pembuangan sampah. Pemerintah menyediakan tempat
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 15
Lokasi Jalan Martadinata Pontianak
penampungan sementara sampah, baik sampah kaleng, plastik, dan lain sebagainya diangkut dengan menggunakan truk sampah kemudian dibawa ketempat pengolahan atau pembuangan akhir yang disediakan oleh Pemkot Pontianak bertepat di Batu Layang.
Sampah padat yang dihasil kan oleh Rumah tangga warga atau tempat sampah, kemudian dengan menggunakan gerobak sampah diangkut ke TPS yang telah disediakan oleh Pemkot Pontianak.
Penampungan Sementara Sampah yang telah disiapkan Pemkot terlihat penuh dan siap untuk diangkut ketempat pembuangan akhir, sementara dicelah-celah timbunan sampah padat dan apapun bentuk nya pemulung mengais rezeki dengan mengumpulkan sampah ke penampung sampah atau ke cukong-cukong sampah untuk diolah menjadi bahan yang bermanfaat sehingga sampah itu bisa didaur ulang kembali. Masyarakat juga terlibat dalam pengolahan dan pengumpulan sampah-sampah yang bisa dilakukan daur ulang seperti sampah kertas dan kardus serta plastik. Pengumpul bahan-bahan bekas ini tidak hanya dilakukan oleh kaum pria saja, kaum wanita juga ikut serta dalam mengumpulkan barang barang bekas ini, sehingga peran serta kaum hawa juga sangat berperan penting, dimana pekerjaan mengumpul sampah dan barang bekas ini menurut pandangan mereka mereka bisa mendatangkan rezeki dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sampah secara tanpa kita sadari juga menghasilkan dan meraih untung yang menjanjikan dari sampah ini, kelihatannya secara kasat mata kotor dan menjijikkan serta pekerjaan ini dianggap rendah tetapi tidaklah oleh sebagian orang pencari sampah, secara tidak langsung mereka juga membantu program pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan. Beberapa pemungut barang bekas dan pengelola daur ulang sampah di kota Pontianak antara lain daur ulang kardus atau kertas serta kaleng bekas, Sektor swata juga melirik pekerjaan ini adalah pekerjaan yang menjanjikan serta bisa meraih untung yang berlipat ganda.
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Lokasi Jalan Apel Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 16
Pengumpulan sampah di tempat penampungan sementara merupakan suatu rangkaian kegiatan pengolahan sampah, baik limbah cair maupun padat, dari tempat penampungan dan penumpukan sampah, lalu diangkut ke tempat pengolahan atau pembuangan akhir. Pengangkutan limbah sampah tersebut menggunakan Truk pengangkut sampah kemudian dibawa dan dibongkar ditempat penampungan sampah, dengan menggunakan tenaga manual dan mekanis (truk arm-roll), pada saat penumpukan dan pembuangan akhirnya sampah diratakan dengan peralatan berat dozer dan excavator. Sampah yang diangkut dan ditumpuk dalam suatu kawasan ditempatkan pada Lokasi Penumpukan dan pengolahan sampah di Batu Layang, Pemerintah menyediakan lokasi sampah ini agak jauh dari permukiman penduduk sehingga tidak mengganggu aktifitas masayakat.
3.1.6 Drainase Lingkungan
Drainase di Kota Pontianak masih menggunakan sistem gabungan (mix drain) di mana air hujan dan pembuangan limbah cair rumah tangga disalurkan dalam satu saluran. Peruntukan saluran drainase tersebut hanya untuk memindahkan genangan air ke sungai. Pada saat hujan lebat sedangkan muka air sungai sedang tinggi karena air pasang maka akan terjadi genangan air dimana-mana. Kejadian ini akan mengganggu aktivitas masyarakat karena sebagian besar genangan terjadi di jalan raya termasuk di jalan-jalan protokol seperti jalan Ahmad Yani.
Gambar 3-1 Peta Drainase Kota Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 17
Lokasi Jalan Merdeka
Drainase lingkungan di kawasan permukiman yang mengalirkan air ke badan air pembuangan, beberapa di antaranya masih sangat sempit dan sederhana sekali, sehingga kita dapati
air sisa limbah atau buangan sisa mencuci rumah tangga tidak mengalir dengan lancar, masih tersisa di saluran. Karena terletak di daerah pasang surut yang topografinya dekat dengan permukaan laut, saluran drainase di kota Pontianak rawan sedimentasi. Proses penggelontoran tidak berjalan sebagaimana mestinya. Masih dijumpai saluran drainase yang tidak dibersihkan sehingga terlihat kotor, air buangan tersendat atau mengalami
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 18
penyumbatan untuk dialirkan ke tempat pembuangan, ini tidak saja disebabkan oleh saluran yang mampet karena sampah, namun juga oleh sedimentasi alami.
3.1.7. Pencemaran Udara Dengan banyaknya jumlah kendaraan bermotor tentunya tingkat polusi dan pencemaran udara cukup tinggi sampai saat ini belum ada cara yang signifikan untuk mengatasi pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan dan asap industri. Kota Pontianak tergolong wilayah konsumtif kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Sehingga dengan demikian polusi udara di kota Pontianak ini bisa dikatakan cukup serius tingkat pencemarannya.
Tabel 3-6 Jumlah Kendaraan Bermotor Di Kota Pontianak Menurut Jenisnya
Tahun 2004 – 2007
Jenis Kendaraan 2004 2005 2006 2007
Mobil Penumpang 9,802 10,954 26,182 27,434
Mobil Barang 5,829 7,143 16,007 7,957
B u s 1,448 1,460 1,120 1,141
Sepeda Motor 210,996 239,922 271,603 306,340
Jumlah 228,075 259,479 314,912 342,872
Sumber: Sat Lantas Polda Kalimantan Barat
Upaya saat ini yang dilakukan adalah dengan menanam pohon dan perdu yang dapat mengurangi dampak-dampak pencemaran udara, di sepanjang jalur hijau pinggiran jalan dan taman kota. Setiap trotoar diupayakan diberi tanaman perdu yang dapat menyaring pencemaran udara. Jalur trotoar yang dilengkapi dengan tanaman pohon dan perdu ini dapat kita lihat di Jalan Ahmad Yani, Jalan Gusti Sulung Lelanang, Jalan Teuku Umar, Jalan Johar,
Jalan Jendral Urip dan sebagainya. Sedangkan pada ruas-ruas jalan lain selalu ditanam pohon pelindung, yang tidak saja melindungi dari panasnya matahari, namun juga fungsi penyerapan karbon monoksida dari kendaraan bermotor. Pada kawasan-kawasan perdagangan diupayakan dengan menempatkan pot-pot dan bak tanaman hias, sehingga menjadikan kota Pontianak lebih colourfull dan asri.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 19
3.1.8. Limbah Industri Limbah Pabrik untuk kota Pontianak ini disebabkan gencarnya kegiatan illegal loging sehingga sebagian limbah itu bisa dikatakan agak berkurang, sementara di sektor lain juga terdapat limbah pabrik pengolahan hasil limbah pabrik tersebut diarahkan ke Batulayang, dikarenakan Lokasi Pabrik yang beroperasi saat ini kebanyakan di kecamatan Pontianak Utara Kelurahan Batu Layang, sehingga untuk penanganannya lebih cepat dan mudah.
3.1.9. Limbah Medis Limbah medis ini tentunya terkait dengan limbah rumah sakit, pengelolaannya juga ke TPA Batu Layang. Rumah Sakit menyediakan penampungan kemudian diangkut oleh petugas kebersihan lalu diangkut dengan truck kemudian dibawa ke Tempat Pengelolaan Akhir Batu Layang. Khusus Rumah Sakit Antonius dan Soedarso sudah memiliki incinerator untuk memusnahkan waste yang berbahaya. Fasilitas ini juga digunakan oleh rumah sakit lain yang tidak memiliki incinerator melalui perjanjian bersama.
3.2. Pengelolaan Limbah Cair
3.2.1 Landasan Hukum
Landasan hukum pelaksanaan pengelolaan limbah cair berdasarkan beberapa produk hukum baik berupa :
Undang-Undang : 1. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup 2. Kepmen No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri 3. Kepmen No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel 4. Kepmen No.113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan
Pertambangan Batu Bara Peraturan pemerintah : 1. PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air 2. PP Nomor 18 tahun 1999 jo PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 3. PP Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 4. Perda Kota Pontianak No.10 Tahun 2001 tgl 23 Juli 2001 tentang retribusi penyedotan
kakus 5. Surat Keputusan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak Nomor 001
tanggal 4 Januari 2010 bahwa operasional dan pemeliharaan IPLT di bawah UPTD TPA Sampah dan Limbah
Keputusan Menteri : 1. Kepmen No.3 Tahun 1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 20
Lokasi Dinas Kebersihan Pontianak
2. Kepmen No.202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Besi dan atu Tembaga
Peraturan Daerah : 1. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum 2. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor 3
Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum. 3. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan
Persampahan/Kebersihan. 4. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah.
3.2.2 Aspek Kelembagaan Dalam upaya peningkatan sanitasi lingkungan di Kota Pontianak, instansi-instansi yang terkait langsung adalah Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak, Dinas PU,dan Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak. Untuk Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak pembentukan berdasarkan SK Walikota Pontianak Nomor 46 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, tugas pokok, fungsi dan tata kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak. Untuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak berdasarkan SK Walikota Nomor 40 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. Kinerja aparatur yang bertugas di bidang Limbah dan Persampahan khususnya di kota sudah cukup baik, terbukti dengan adanya petugas-petugas pengolahan dan pengangkutan limbah baik padat dan cair, bekerja secara kontinyu membersihkan kota setiap harinya. Bersama-sama pasukan kuning dan mereka tanpa kenal lelah membersihkan kota kita tercinta ini sehingga kota Pontianak ini bisa jadi kota yang Bersih, Indah dan Nyaman. Ke depan kelembagaan ini perlu diperkuat dengan sumberdaya yang lebih baik, program kegiatan, dan pendanaan yang memadai. Karena sampai saat ini Pemerintah Kota Pontianak belum memiliki kelembagaan khusus yang menangani limbah cair.
3.2.3 Cakupan Pelayanan
Limbah rumah tangga sampai saat ini dibuang langsung ke saluran-saluran drainase yang ada melalui parit-parit kota dan sungai alami, langsung dibuang ke Sungai Kapuas.
Untuk limbah industri, mengingat lokasi sebaran industri yang umumnya berada di tepi sungai, harus diawasi dengan ketat supaya tidak membuang langsung limbahnya tanpa pengolahan. Air Sungai Kapuas yang dimanfaatkan sebagai air baku PDAM lama kelamaan akan tercemar jika pemerintah tidak mengawasi secara ketat buangan industri langsung ke
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 21
sungai. Sedangkan limbah cair rumah tangga yang sangat mengganggu umumnya berupa
detergent sisa-sisa pencucian.
Kota Pontianak melalui Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak melakukan pemantauan terhadap kualitas air sungai yang berada di Kota Pontianak yaitu Sungai Kapuas. Selain melakukan pemantauan kualitas air juga dilakukan pengawasan dan penaatan hukum lingkungan hidup terhadap industri, rumah sakit, rumah makan, limbah domestik, bengkel-bengkel dimana output dari kegiatan pengawasan dan penaatan hukum ini terciptanya lingkungan hidup yang sehat dan berkualitas.
Berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2008 kualitas air Sungai Kapuas dan anak sungainya setiap tahun menunjukkan bahwa parameter Total Suspended Solid (TSS), Chemical Oxygen Deman (COD), Nitrit (NO2) dan Besi (Fe) melebihi Baku Mutu yang ditetapkan melalui PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pada tahun 2009 parameter yang melebihi baku mutu adalah parameter NO2 dan Fe (sumber : BLH tahun 2010).
Cakupan daerah layanan Bidang Kegiatan Kebersihan Limbah ini pemerintah kota melayani seluruh wilayah Kota Pontianak yang meliputi 29 Kelurahan dan 6 Kecamatan, dimana lokasi sarana dan tempat sampah tersebar di wilayah Kota Pontianak, yang cukup jauh jaraknya ke tempat pembuangan akhir ( TPA ) Batu Layang.
Pelayanan limbah yang dilakukan oleh Pemkot Pontianak ini berupa berbagai jenis limbah antara lain, limbah rumah tangga, rumah sakit, perkantoran, jalan, mall,pasar, restoran, hortel serta rumah makan, baik limbah/ sampah cair maupun sampah padat.
Pada musim kemarau kadar garam air Sungai Kapuas cenderung meningkat, disamping itu juga pengaruh pasang surut air yang menyebabkan terjadinya fluktuasi perubahan kualitas air Sungai Kapuas/Landak dan anak-anak sungainya serta pengaruh curah hujan yang terjadi penggelontoran dan run of water yang cukup tinggi yang membawa beban pencemaran terhadap badan air Sungai Kapuas dan Landak. Dengan demikian kondisi kualitas air Sungai
Grafik Kualitas Air Sungai Kapuas Kota Pontianak
6.4
21.5
6.5 6.58.17
0.974.6
1.02 0.1
9.2
50
9
27.5
10.318.9
27.6
7.4
24.2 20.2
6.69.9 8.15
1.62.5
1.04 0.05
1010
10
0.060.3
0
Tempe
ratu
rTD
STSS
Turbi
dini
tyDHL
pHCO
DDO
NO
3NO
2 Fe
Sulfa
t
Parameter Uji
Nilai
Nilai (kapuas besar) Nilai (kapuas kecil) Nilai Baku Mutu
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 22
Kapuas/Landak dan anak-anak sungainya dipengaruhi pasang surut air, curah hujan dan pembuangan limbah domestik, industry, sampah dan lain-lain serta dampak kegiatan penambangan emas tanpa ijin dan aktifitas lainnya diluar wilayah Kota Pontianak ke dalam badan air. Kondisi kualitas air Sungai Kapuas dan Landak dan anak-anak sungainya secara umum berada pada kisaran Kelas I dan Kelas II menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Selain memantau kualitas air permukaan, Kota Pontianak juga melakukan Pengelolaan instalasi pengolahan lumpur tinja. Pengelolaan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) Kota Pontianak sampai saat ini berada di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) Kota Pontianak dibangun sejak tahun 1997 melalui program KUDP (Kalimantan Urban Development Project). Dalam perkembangan selanjutnya IPLT disempurnakan sarana dan prasarananya melalui Dana Bantuan Pusat dengan penambahan prasarana pendukung berupa :
1) Pagar keliling 2) Bangunan Laboratorium 3) Penyempurnaan Jalan Lingkungan 4) Jalan Kerja 5) Penanggulangan kebocoran pada Imhoff Tank
IPLT Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak terletak di Jalan Kebangkitan Nasional. Berjarak sekitar 15 km dari pusat kota. Lokasi IPLT ini bersebelahan dengan lokasi TPA dengan struktur lahan gambut.
Pelayanan IPLT sejalan dengan penarikan retribusi. Retribusi yang didapat dari penyedotan tinja selanjutnya disetor pada Kas Daerah. Berikut data penyetoran retribusi penyedotan yang disetor pada Kas Daerah dari tahun 2000 ~ 2010 (sumber data : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak tahun 2010).
Tabel 3-7 Retribusi sedot tinja
Tahun Target PAD Realisasi PAD Prosentase Keterangan
2000 - 1.770.600 - Masa Uji Coba Operasional
2001 - 6.462.000 -
2002 6 juta 1.545.000 25,75
2003 6 juta 2.072.150 34,54
2004 6 juta 6.614.000 110,23
2005 8 juta 9.730.412 121,63
2006 10 juta 10.624.798 106,25
2007 10 juta 6.364.784 63,65
2008 15 juta 10.198.000 67,93
2009 15 juta 10.523.000 70,15
2010 15 juta 4.837.500 32,25 Dari Januari s/d Maret 2010 Sumber: DKP Kota Pontianak, tahun 2010
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 23
Gambar 3-2 Grafik Realisasi Penyetoran Retribusi Kakus pada Kas Daerah tahun 2000 – 2010
Sumber: DKP Kota Pontianak, tahun 2010
3.2.4 Aspek Teknis dan Operasional
Dalam pengelolaan IPLT, pelayanan pada masyarakat berupa pengurasan dan pengangkutan limbah tinja dari pelayanan ke:
- Perumahan
- Perkantoran
- Perhotelan
- Mall
- Rumah Sakit
- Restoran / Rumah makan
Hasil pelayanan oleh Dinas Kebersihan Kota Pontianak dan hasil pemantauan yang dilakukan oleh BLH Kota Pontianak, diperoleh data bahwa di Kota Pontianak terdapat 3 cara pembuangan limbah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu: 1. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya langsung ke badan air tanpa
mengalami pengolahan terlebih dahulu. 2. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya ke alam bebas setelah mengalami
pengolahan awal yang sangat sederhana berupa tangki septik. 3. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya ke badan air setelah diolah secara
tuntas pada sistem pengolahan air imbah yang memadai.
Setiap aktivitas rumah tangga, industri atau kegiatan usaha pasti menghasilkan limbah yang dapat memberikan dampak pada lingkungan. Oleh karena itu dilakukan pengawasan yang bertujuan untuk memantau dan mengawasi setiap kegiatan usaha atau industri tersebut.. Pengawasan dilakukan dengan memeriksa tempat kegiatan usaha / industri, limbah yang dihasilkan serta Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL).
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 24
Berdasarkan hasil pengawasan terhadap kegiatan usaha / industri, ditemukan usaha-usaha yang masih belum menampung limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan hasil pembuangan limbah masih melewati ambang batas yang telah ditentukan. Upaya yang dilakukan pemerintah kota untuk mengoptimalkan pengolahan air limbah yang dihasilkan dengan cara memberikan saran kepada setiap kegiatan usaha/ industri.
| 25
Gambar 3-3. Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak
PRODUK INFUT
A User Interface
B Pengumpulan & Penampungan /
Pengolahan Awal
C Pengangkutan /
Pengaliran
D ( Semi ) Pengolahan
Akhir Terpust
E Daur Ulang Dan /
Pembuangan Akhir
Black Water
Tinja
Urine
Air
Pembersih Air
Penggelontor
Kertas Pembersih
Grey Water
Air Cucian Dari Dapur
Air Bekas Mandi
Air Cucian Pakaian
Pembuangan Air Cucian
| 26
Gambar 3-4 Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ( On Site )
PRODUK INFUT
A User Interface
B Pengumpulan & Penampungan /
Pengolahan Awal
C Pengangkutan /
Pengaliran
D ( Semi ) Pengolahan Akhir
Terpust
E Daur Ulang Dan /
Pembuangan Akhir
Black Water
Tinja
Urine
Air Pembersih
Air Penggelonto
r
Kertas Pembersih
Grey Water
Air Cucian Dari Dapur
Air Bekas Mandi
Air Cucian Pakaian
Pembuangan Air
Cucian
Resapan Air Tanah
| 27
Gambar 3-5 Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ( Off Site )
PRODUK INPUT
A User Interface
B Pengumpulan & Penampungan /
Pengolahan Awal
C Pengangkutan /
Pengaliran
D ( Semi ) Pengolahan Akhir
Terpusat
E Daur Ulang Dan /
Pembuangan Akhir
Black Water
Tinja
Urine
Air Pembersih
Air Penggelonto
r
Kertas Pembersih
Grey Water
Air Cucian Dari Dapur
Air Bekas Mandi
Air Cucian Pakaian
Pembuangan Air Cucian
Lumpur
Effluent
Truk
| 28
Gambar 3-6 Diagram Sistem Sanitasi : Drainase Lingkungan Kota Pontianak
PRODUK INPUT
A User Interface
B Pengumpulan & Penampungan /
Pengolahan Awal
C Pengangkutan /
Pengaliran
D ( Semi ) Pengolahan Akhir
Terpusat
E Daur Ulang dan /
Pembuangan Akhir
Grey Water
Air Cucian Dari Dapur
Air Bekas Mandi
Air Cucian Pakaian
Atap Bangunan
Pembuangan
Air Cucian
Ruang Publik
Talang
Halaman
Jalan
Sumur Resapan
Ke Sistem Air
Limbah Setempat/
Terpusat
Keluar Saluran /
Sungai. diluar
Pemantauan
Pemerintah Kota
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 29
3.2.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair Berdasarkan data penduduk Kota Pontianak pada tahun 2009, penduduk Kota Pontianak berjumlah 595.601 jiwa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat dan agama yang berbeda. Selama pelaksanaan program pembinaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup menunjukkan ada kecendrungan masyarakat untuk peduli terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup antara lain dalam bentuk kegiatan Peduli Wargaku Hijau Kotaku, Pontianak Colourfull, Minggu Bersih dan kegiatan lainnya walaupun masih ada masyarakat yang masih kurang peduli terhadap lingkungan hidup yang dapat dilihat dari adanya indikasi masyarakat membuang sampah di sembarang tempat dan tidak tepat waktu dan melakukan aktivitas MCK di tempat yang sama dengan lokasi pembuangan tinja yaitu di tepian sungai.
Dengan potensi dan karakteristik masyarakat yang heterogen merupakan aset dalam upaya meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup ini dapat dilakukan dalam bentuk Program Cinta Sungai Jawi Bersih (Cijasih), Gerakan Bangga Parit Bersih (Gerbang Pasih), Gerakan penghijauan kota dan lain-lain. Disisi lain budaya masyarakat Kota Pontianak yang menggambarkan kepedulian tentang lingkungan hidup ditunjukkan dengan penanaman pohon bersamaan penanaman ari-ari. Makna dari budaya tersebut menggambarkan perlindungan sumber daya alam, keteduhan dan sumber pendapatan masa depan dari pohon tersebut yang menghasilkan buah. Budaya tersebut perlu ditumbuh kembangkan yang dikaitkan dengan pelaksanaan kegiatan peringatan hari-hari besar nasional ataupun hari besar agama melalui kegiatan penanaman pohon.
Peran serta wanita dalam penanganan limbah ini sangat diperlukan karena mereka keseharian yang berurusan dengan dapur dan sampah/ limbah, wanita menyadari akan pentingnya membuang limbah itu pada tempatnya atau mengumpulkannya ke tempat penampungan kemudian di buang ke tempat penampungan sementara yang telah disiapkan oleh Pemkot dan terdekat dengan pemukiman.
Dengan adanya kesadaran dari ibu-ibu rumah tangga dengan tidak sembarangan membuang limbah itu juga bagian dari peran jender dalam menjaga kebersihan dan pengelolaan limbah rumah tangga.
3.2.6 Permasalahan
Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan limbah cair di Kota Pontianak meliputi beberapa aspek diantaranya: Aspek teknis a. Masih bercampurnya fungsi saluran drainase dengan fungsi pembuangan air limbah
(saluran air limbah rumah tangga menyatu dengan saluran drainase)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 30
b. Tidak ada standarisasi tempat penampungan limbah yang berwawasan lingkungan c. Belum ada data yang akurat terhadap jumlah septic tank yang memenuhi standar teknis
dan yang tidak d. Pelayanan IPLT terbatas e. Belum ada IPAL f. Tidak ada penyaringan saat limbah dibuang ke parit g. Sistem pengolahan air limbah yang belum terbangun h. Belum ada sewerage system skala kota /kecamatan i. Belum ada sistem pengolahan percontohan air limbah komunal (skala perumahan, pasar
tradisional, dll)
Aspek sosial a. Kurang kesadaran (karena tidak familiar) pentingnya bak pengolahan air limbah di setiap
rumah tangga b. Kebiasaan masih menggunakan WC cemplung (khususnya masyarakat tepi sungai)
Aspek kelembagaan a. Tidak ada saluran khusus untuk limbah pabrik (mencemari lingkungan) b. Tidak ada sarana pengolahan air limbah skala kota
Aspek pendanaan/pembiayaan a. Lahan terbatas, tetapi tidak ada sistem air limbah perpipaan b. 90% rumah tidak layak huni tidak memiliki jamban/WC
Aspek lingkungan/kondisi alam a. Topografi wilayah relative rata (berpengaruh terhadap tingkat kesulitan untuk
membangun system pengelolaan limbah system perpipaan)
Terjadinya penurunan kualitas badan air pada Kota Pontianak selain disebabkan oleh kegiatan pembuangan limbah domestik oleh masyarakat juga terdapat kontribusi dari kegiatan-kegiatan usaha yang berkembang di Pontianak. Saat ini untuk beberapa kegiatan usaha tersebut secara umum masih ditemukan beberapa hal yang menyebabkan kegiatan usaha berpotensi menimbulkan pencemaran, antara lain seperti :
a. Tidak semua kegiatan usaha mempunyai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memadai untuk menampung limbah yang dihasilkan yang selanjutnya dilakukan pengolahan secara proporsional sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sesuai kegiatan usaha yang bersangkutan.
b. Belum optimalnya proses pengolahan limbah cair di IPAL sehingga baku mutu yang dihasilkan masih jauh melebihi baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan sesuai bidang usaha masing-masing.
c. Ada sebagian kegiatan usaha yang tidak/belum mempunyai IPAL untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan dengan berbagai alasan seperti: tidak adanya lahan, keterbatasan dana, keterbatasan kemampuan tenaga teknis pengolahan limbah cair dan lain-lain.
d. Ada sebagian kegiatan usaha yang IPALnya yang kurang dilengkapi dengan filter, penangkap lemak dan lain-lain sehingga padatan yang terkandung dalam limbah cair yang dihasilkan yang dibuang ke badan air terdekat masih mengandung padatan yang berpotensi menimbulkan bau. Hal ini pada umumnya terjadi pada kegiatan usaha restoran dan rumah makan.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 31
3.3. Pengelolaan Persampahan
3.3.1. Landasan Hukum Dasar hukum yang digunakan dalam penyelenggaraan dalam bidang persampahan :
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. 3. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 4. Undang Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman 5. PP Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Amdal 6. PP Nomor 18 jo 85/1999 Tentang Limbah B3 7. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum 8. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor 3
Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum. 9. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan
Persampahan/Kebersihan. 10. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah.
3.3.2. Aspek Kelembagaan
Di dalam struktur pemerintahan Kota Pontianak, urusan kewenangan pengelolaan sanitasi yang meliputi sub sektor pengelolaan sampah berada dalam Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan, menangani sektor persampahan dan air limbah dengan didukung keberadaan UPTD TPA sebagai bagian dalam pengelolaan persampahan di Kota Pontianak. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak dibuat untuk meningkatkan mutu pelayanan dan effisiensi pengelolaan dibidang Kebersihan dan pertamanan. Sesuai pucuk pimpinan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang dalam kedudukannya dibawah wali Kota Pontianak dan juga bertanggungjawab kepada Walikota.
WALIKOTA PONTIANAK
DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMAANAN DINAS KESEHATAN KOTA PONTIANAK ( SKPD TERKAIT LAINNYA )
DINAS PU
UPTD ( TPA BATU LAYANG )
OPERASIONAL KEBERSIHAN
PELAKSANA
PEKERJA
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 32
3.3.3. Cakupan Pelayanan Daerah Pelayanan
a. Pemukiman, Kota Pontianak mempunyai 29 Kelurahan dengan luas 107,82 KM2. Daerah yang terlayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak saat ini sebanyak 29 Kelurahan, dengan tingkat layanan 66%.
b. Pasar, Jumlah pasar yang ada di Kota Pontianak sebayak 12 pasar, dimana kebersihan lingkungan Pasar tersebut dilayani oleh Dinas kebersihan dengan tingkat pelayanan 100%.
c. Perkantoran, daerah perkantoran juga dilayani oleh Dinas Kebersihan dengan tingkat pelayanan 100%.
d. Jalan, Diperkirakan 100% jalan utama/protokol telah dilayani penyapuan oleh Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak.
e. Industri, Pelayanan pada kawasan industri sebesar 100% terlayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak.
Jumlah sampah yang terangkut Berdasarkan kemampuan operasional sarana angkutan yang ada, diperkirakan s/d Desember 2008 sampah Kota Pontianak yang terangkut ke TPA sebanyak 896 m3/hari atau 309,33 ton/hari ( 62,89 %) sedangkan sisanya 528,72 m3/hari diupayakan untuk dilakukan angkutan tambahan setelah ritasi rutin sebanyak 272 m3 / hari, maka masih ada sampah tertinggal setiap harinya sebesar 256,75 m3 ( 18,02 % ) yang terdapat di daerah pinggiran kota, dimana oleh masyarakat ada yang dibakar, ditimbun , dibuang ke sungai, selokan/got dan tempat lainnya.
Sesuai dengan standar DPU Karakteristik pola pemindahan yang diterapkan oleh DKP Kota Pontianak adalah menggunakan pola pemidahan berupa kontainer berkapasitas 8-9 m3/hari, sehingga termasuk dalam jenis transfer depo tipe II, yaitu pemindahan berkapasitas 8-16 m3/hari. TPS ini digunakan untuk melayani 5.000 – 10.000 jiwa/unit, dengan radius standar +500 m, sedangkan umur teknisnya adalah 5-10 tahun pemakaian (kondisi normal)
3.3.4. Aspek Teknis dan Operasional
Kondisi Pewadahan Sampah Kota Pola pewadahan sampah di Kota Pontianak (sesuai SK SNI T-13-1990-F, Dep PU), saat ini sepenuhnya didasarkan pada swadaya masyarakat, yang menyebabkan pola pewadahan cukup beragam. Pola pewadahan dan jenis wadah yang digunakan untuk menampung sampah ditentukan oleh kemampuan masayarakat dan dari kemampuan kelurahan. Apabila didaerah tersebut memiliki kemampuan ekonomis tinggi maka pola pewadahan yang digunakan cenderung sendiri-sendiri, begitu pula jenis wadah yang digunakan. Penduduklah yang memilih apakah terbuat dari karet, tong atau kantong plastik. Untuk pola pewadahan di daerah komersil, seperti di rumah-rumah makan dan ditempat perdagangan besar seperti A Yani Hyper Mart, maka pola pewadahannya ada yang sendiri-sendiri dan berkelompok dengan wadah yang terbuat dari plastik kemudian dimasukkan dalam tong-tong yang diletakkan dibelakang atau base floor.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 33
Jenis wadah yang digunakan oleh penduduk di daerah permukiman dengan pola pewadahan secara sendri-sendiri adalah meggunakan wadah yang terbuat dari kantong plastik hingga karet ban bekas. Wadah yag digunakan di daerah komersil dan tempat umum adalah terbuat dari tong, tumpukan bata, dan kontainer kecil, sedangkan didaerah perkantoran terbuat dari tumpukan bata. Keseluruhan wadah digunakan sebagai wadah sampah campuran antara bahan organik dan anorganik.
Kondisi Pengumpulan Sampah Wujud pelayanan penting (sesuai SK SNI T-13-1990-F,Dep PU), berikut terkait pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan daeri masing-masing sumber sampah untuk diangkut dari TPS – ke TPA. Jenis TPS yang ada dikota Pontianak selama 4 tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Tabel 3-8 Jenis TPS
No. Jenis TPS Tahun
2006 2007 2008 2009
1. Container 61 35 35 37
2. Batako, Bak plat semen 97 119 100 79
3. Transfer Depo 4 4 4 4
Jumlah 169 158 138 118
TPS liar di 6 kecamatan 65 60 23 15
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Pelayanan Pengumpulan Sampah di Pasar Tradisional Pengumpulan sampah pada pasar-pasar tradisional dilakukan oleh tenaga dari DKP. Pengumpulan sampahnya dilakukan setiap hari setelah selesai aktivitas pasar. Kegiatan dimulai dari penyapuan los-los, meja-meja jualan, lapak halaman trotoar jalan sampai dengan sampah saluran got/saluran. Kegiatan ini dilakukan setiap hari oleh pekerja yang dikoordinir oleh DKP. Sampah tersebut diangkut dengan gerobak sampah untuk dimasukkan kedalam dump truk/kontainer dan ada pula yang ditampung pada TPS yang di bangun disekitar pasar tersebut. Kemudian sampah-sampah tersebut diangkut dengan dump truk/kontainer untuk dibawa ke TPA Batu Layang.
Tabel 3-9 Data Volume sampah pada Pasar-Pasar
No Nama Pasar Ritasi/hari Vol.sampah
(M3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Plamboyan Dahlia Mawar Kemuning Teratai Siantan Kenanga Puring Nipah Kuning Pasar Tengah
8 4 4 4 4 4 2 1 1 4
48 32 32 32 32 32 12 6 6
24
Jumlah 39 276
Sumber: DInas Kebersihan dan Pertamanan
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 34
Sampah pasar volumenya akan meningkat pada saat tiba hari-hari besar, seperti Tahun Baru Masehi, Imlek, Cap Goh Me, Idhul Adha, Idul Firti, Hari Natal, Momentum Hari Nasional, Kegiatan Besar Propinsi dan Kota. Demikian pula pada musim buah, pada musin ini Kota Pontianak akan dibanjiri berbagai jenis buah sesuai dengan musimnya, terutama buah duarian. Oleh karena itu, jika musin buah ini tiba maka timbulan sampah volumenya akannaik. Pada Umumnya pada pada hari-hari besar volume sampah naik hingga 10-20%, pada musim buah meningkat sampai dengan 20%-30%. Jenis buah-buah yang datang dari daerah adalah durian, rambutan, langsat, rambai, jambu, semagka, jeruk, melon dan mangga.
Pelayanan Pengumpulan Sampah Perdagangan Pengumpulan sampah di kawasan perdagangan dilakukan oleh pekerja DKP. Pengumpulan dilakukan dengan cara penyapuan pemungutan dan pembersihan sampah setiap hari setelah selesai aktifitas perdagangan. Pada umumnya jenis sampah perdagangan ini cenderung lebuh banyak sampah anorganik seperti kardus, plastik, kertas dan barang barang lainnya. Hal ini juga bermakna bahwa sampah organik dikawasan ini tergolong sangat sedikit. Pengumpulan sampahnya juga menggunakan kontainer atua disediakan TPS pada kawasan perdagangan tersebut.
Pola pengelolaan kawasan perdagangan ini dengan pola kontrak pihak ketiga. Pemerintah Kota Pontianak dan DKP mengangkut sejumlah volume sampah, kemudian pihak swasta membayar sejumlah uang sesuai dengan nilai yang tertera didalam kontrak yang disepakati, kemudian dananya akan disetorkan ke Kas Pemerintah Kota Pontianak melalui Bank kalbar (pertambahan PAD Kota). Jumlah timbulan sampah akan disurvey secara periodik guna menentukan asumsi volumenya angkutannya.
Tabel 3-10 Data Volume Sampah Kawasan Perdagangan
No Kawasan Ritasi/Hari Vol.sampah
(M3)
1 2 3 4 5
A Yani Hyper Mart PT Pelindo PT Matahari Mall RS Antonius Ps.Mawar
6 6 2 2 4
36 36 12 12 24
Jumlah 20 120 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Sistem Operasional Pengangkutan Sampah Sesuai standard Dep.PU, SK SNI T-13-1990-F, pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembuangan akhir. Rute operasional pengelolaan angkutan persampahan sudah ditetapkan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak yaitu mencakup : Rute Pengangkutan, Jadwal pengangkutan, Lokasi TPS – Container, Pelaksanaan pengelolaan kebersihan Kota Pontianak ditetapkan dengan sistem operasional sebagai berikut :
1. So1 Sumber sampah – langsung dengan tipper Truck diangkut ke TPA.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 35
2. So2 Sumber sampah – Gerobak sampah – TPS – Tipper Truck 3. So3 Sumber sampah – gerobak sampah – Transfer depo – Tipper truck 4. So4 Sumber sampah – gerobak sampah – Container – Container truck 5. So5 Sumber sampah – TPS – Tiper truck 6. So6 Sumber sampah – Container – Container truck
Adapun daftar armada Kendaraan dan alat berat yang dimiliki, adalah sebagai berikut :
Tabel 3-11
Jenis dan jumlah Armada pengolahan sampah
NO JENIS JUMLAH KONDISI
1 Amr Roll Truck 11 unit 10 Baik, 1 RR
2 Dump Truck Tipper 26 unit 20 Baik, 6 RB
3 Compactor 1 unit Baik
4 Pick Up+taman 4 Unit Baik
5 Double Cabin 1 Unit Baik
6 Ops.Kepala Dinas 1 Unit Baik
7 Tangki (Tinja )+taman 3 Unit Baik
8 Excavator D 6 (TPA) 1 Unit Baik Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Kondisi Bulan Januari 2010
Dari jumlah armada yang ada, dengan keterbatasan masa pakai (tahun pembuatan dan layak jalan/operasi dengan komposisi sampah basah diatas 60%, maka di perkirakan kemampuan pakai setiap unit hanya kurang lebih 5 tahun saja. Dengan demikian setelah dilakukan evaluasi dan pengamatan terhadap pertumbuhan timbulan volume sampah yang makin bertambah, jumlah armada sekarang kurang lebih hanya 60 % dari jumlah total sampah/harinya, sehingga diperlukan penambahan unit angkutan sebanyak 25 unit, menjadi 59 Unit untuk tahun 2009.
Untuk melaksanakan kegiatan sistem tersebut (operasional), maka dipergunakan peralatan dan sarana Pemerintah Kota Pontianak Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan. a. Sarana
- Pewadahan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Pewadahan dilingkungan permukiman (swadaya) bentuk dan jenisnya bervariatif, namun masyarakat wajib menyediakan pewadahan sesuai dengan jumlah sampahnya.
- Pengumpulan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan gerobak sampah 1 – 1,5 M3 sebagai alat pengumpulan sampah yang dilaksanakan oleh masyarakat/RT/RW/LPM dengan kondisi keseluruhan 80%.
- Pemindahan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan container 8 M3 sebanyak 35 unit untuk pemindahan sampah dan kondisnya masih cukup baik.
- Pengangkatan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan container truck (arm roll truck) 8 M3, dump truck 6-8 M3 serta Compactor 8 M3. dimana pengoperasionalnya disesuaikan jadwal siang malam.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 36
- TPA, Digunakan Excavator dan bulldozer untuk mengangkat dan memindahkan serta meratakan dan memadatkan sampah pada sel-sel tertentu.
b. Prasarana Prasarana pengelolaan sampah sampai dengan tahun 2007 , seperti :
- Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. - TPA dengan luas 26,5 HA, sudah milik sertifikat atas nama Pemerintah Kota
pontianak. Hingga saat ini luas terpakai + 13,5 Ha, sisanya sebagai lahan penyangga (Buffer Zone ).
- Kebun bibit (bidang Pertamanan), dalam area perkantoran. - Workshop / bengkel kendaraan angkutan Dinas dan sarana area parkir. - Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) Batu Layang seluas 28,6 Ha , dalam sistem
pengelolaan controll landfill. - 1 unit alat pemusnah sampah (incinerator), dengan kapasitas pemusnahan sampah
rata-rata sekitar 3 m3 – 3,5 m3 / jam (efektif jam kerja/kondisi normal). Pengadaan tahun anggaran 2005, dengan tingkat pelayanan persampahan sekitar wilayah Kec. Pontianak Barat, khususnya masyarakat sekitar keluarahanParit Tokaya. Effisiensi alat pemusnah ini, dapat meminimalkan keberadaan TPS-TPS liar yang berada pada lokasi jalan protokol dan sekitar wilayah Kec. Pontianak Barat (desentralisasi pelayanan persampahan). Akhir tahun kegiatan 2007, unit incinerator mengalami penurunan kemampuan bakar sekitar 45 %, hal ini dikarenakan model kontruksi mesin adalah statis, sehingga permasalahan sering terjadi pada pemadatan sampah bagian bawah yang tidak tersentuh proses pembakaran. Akibatnya terjadi penumpukan panas tinggi ke bagaian sistem bahan penyerap panas (castble iron dan bata tahan api). Kemampuan bahan tersebut terbatas, akan rontok sedikit demi sedikit, sehingga terjadi penyerapan panas tidak merata, proses pembakaran akan terjadi lama.
Pengelolaan TPA Batu Layang Akses Jalan Jalan masuk ke TPA Batu Layang dihubungan melalui Jalan kebangkitan Nasional yang merupakan rencana jalan lingkungan luar Kota Pontianak. Jalan kerja adalah merupakan jalan operasional yang berfungsi sebagai lintasan kendaraan angkutan truk sampah, agar dapat mencapai sedekat mungkin dengan sel timbulan. Lebar jalan yang ada 6 M dengan bahu jalan selebar 1,5 m dengan dilengkapi lokasi kerja penurunan sampah (Tipping Area) pada setiap jarak 80 m dimanan bahu jalannya diperlebar menjadi 6 M. Jarak antara jalan kerja dibuat 80 m dengan maksud agar panjang lintasan operasi Buldozer dapat efektif dan effisien dengan hasil maksimal. Lokasi Kerja Penurunan Sampah ( Tipping Area ) Jalan kerja penurunan sampah (tipping area) dibuat dengan maksud agar sampah diturunkan/dibongkar dari truk sampah dengan mudah dapat dipindahkan oleh Buldozer pada sel terdekat. Lokasi Kerja ini digunakan pada musim kemarau/muka air tanah rendah, sedangkan untuk musin hujan/muka air tanah tinggi lokasi penurunan sampah dilakukan disisi jalan kerja ( dibahu jalan ).
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 37
Sistem Drainase Sistem drainase TPA dibuat melingkari TPA, sehingga dapat berfungsi mencegah aliran air permukaan dan aliran air tanah masuk kedalam lahan Controlled Landfill. Dan juga mencegah aliran air permukaan dan aliran tanah keluar dari lahan landfill secara langsung ke badan air parit selang yang ada. Tanah Dasar TPA Kondisi tanah dasar TPA Batu Layang berupa tanah gambut, jumlah air, muka air tanah tinggi, sehingga daya dukung tanah permukaan sangat rendah. Sebelum dioperasikan lapisan humus dan alang-alang yang ada dihapus terlebih dahulu, baru dapat dilakukan penimbunan sampah. Dimensi Sel Ukuran sel yang ada dibuat 80 mx 85 m, sehingga dapat lebih mudah mengontrol kepadatan sampah setiap selnya. Tebal penimbunan dilaksanakan maksimal 1 m, sehingga timbunan sampah dapat dipadatkan sampai mencapai density seluas + 600 Kg/m3. Tanah Penutup Sistem control landfil yang dilakukan pada TPA batu layang saat ini berupa tanah penutup, timbunan sampah dengan ketebalan sebagai berikut :
Tanah penutup untul sel harian dibuat tebal 15 cm Penutup antara dibuat tebal 30 cm. Tanah penutup akhir dengan tebal 50 cm dilakukan jika timbunan sampah sudah
mencapai 5 cm. Sarana Pengolahan Leachate Leachate yang timbul akan dialirkan secara gradiasi melalui saluran pengumpul leachate yang dibuat sekeliling lahan (parit keliling) dilengkapi dengan sumur pengumpul. Selain sumur pengumpul juga dibuatkan Kolam Maturasi dan Bio filter yang diletakkan disebelah selatan lahan TPA. Bangunan Fasilitas Penunjang Bangunan ini dibuat untuk menunjang kegiatan TPA batu layang, berupa :
Jembatan timbang 1 Unit ( kondisi saat ini sudah rusak berat, akibat terkena petir saat hujan)
Tempat pencucian kendaraan angkut dan alat berat Garasi unit alat berat dan kendaraan angkut. Kantor Administrasi dan Gudang umum. Pagar Hijau Pelindung TPA Pagar hijau pelindung TPA ini dibuat sekeliling TPA dengan maksud untuk mengurangi pengaruh bau, kecepatan angin, menangkal gangguan petir serta pembatas pagar antara Lahan Control landfill dengan sekitar. Pepohonan untuk pagar hijau ini ditanami jenis pohon yang tinggi dan berdaun lebar disekeliling TPA.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 38
#############
#########
#####
##
##
# #
## ##
##
##
###
#
###
##
##
#
#
#
#
#
###
#
#
#
##
#
#
#
##
#
##
#
##
#
#
#
#
##
# # #
##
#
#
#
####
#
#
##
###
##
##
##
###
##
##
# #
#
%
Jl A Yan i
Jl. L ingk ar L uar 2
Jl. Khatulistiwa
Jl. Ampera
Jl. Budi Ut omo
Jl. Penunja
ng Atas II
Jl. Kom Yos Sudar so
Jl Pet ani
Jl . Pe rdana
Jl. Tanj ung Raya II
Jl. Akse s Kapuas II
Jl. Karet
Jl Nipah Kunin g
Jl . Pawarsa l
Jl. Hu
sein Hamz
ah
Jl . Sungai Raya Dala m
Jl Padat Karya
Jl. Ya' Sabran
Jl. Apel
Jl. Dr. Wahi din
Jl . Pr of. M Y
ami n
Jl . Pu rnama
Jl 28 Oktober
Jl . Se pak at II
Jl. Parit D emang
Jl . Purn ama II
Jl Flora
Jl. Adi Suc
ipto
Jl . Penunja ng Atas I
Jl Ta ns AD
Jl . Me dia
Jl. T anju ngpura
Jl. Martadinat a
Jl . Pare t H Husei n II
Jl. Rais A. Ra
hman
Jl. Tab
r ani Achmad
Jl . Ali any ang
Jl. Ga jah M ada
Jl . Da nau Sentaru m
Jl. HM Suwignyo
Jl. Gst Hanza h
Jl. Pa
nglima A
, Im
Jl. Selat Sumba
Jl Nirbaya
Jl Perintis Kemerd ekaan
Jl Sukamu
lya
Jl Teluk Betung
Jl Tumang
Jl . Sepakat I
Jl. Selat Panj ang
Jl. Imam Bonjo l
Jl. Sungai Selamat
Jl UKA
Jl. Surya
Jl. Tebu/T amat
Jl . Lingka r L
uar1
Jl Ta
ni
Jl . Se ram I
Jl. Su matera
Jl. Saw o
Jl. Karya Baru
Jl. Pa
ral el Tol
I
Jl. Suto
yo
Jembata
n Kapuas II
Jl. I lham
Jl. Har ap
an Jaya I I
Jl. Mer deka
Jl . Ke sehatan
Jl. Peri
ntis
Jl. Vetra n
Jl. Darma P ura B
Jl. Tr itura
Jl. Puske
smas III
Jl. Dr. Sutomo
Jl . Padat Ka
ryaJl Ujung
Pandang
Jl. P aret Pangeran
Jl Keba ngkitan Nasional
Jl. Wahit Hasyi m
Jl. Uray Bawadi
Jl. Da
rma Pur a
Jl. Si am
Jl. Ta njung Ra ya I
Jl Umar
Thaha
Jl. PGA
Jl . Paret H Hus ein I
Jl . Me ran ti
Jl . Daya Na sional
Jl. Tanjung Hilir
Jl. Hi ja
s
Jl. Dara H itam
Jl . Slt . Sy ahr ir
Jl. Mera k I J
l. Lat if
Jl Su
ltan Hamait II
Jl. Si tut Mahmu
d
Jl Selat Bali
Jl. Ke
dah
Jl H R
ai s
Jl Kar ya
Jl . Tanjung sari
Jl. Pak Be
ceng
Jl. Ks Tubun
Jl. Wonob
aru
Jl. KH A Dahlan
Jl. Sah
ang
Jl. MT Ha
ryono
Jl . Slt . Sy Abdu
rachman
Jl. RS S udarso
Jl Sentos a
Jl . Johar
Jl . Be ring in
Jl. Pu tri Darana nte
Jl H Ali
Jl . Sel amat
Jl. Pat imura
Jl. Haruna
Jl. Putri Can dramidi
Jl. Ka
rya Bhakti
Jl Beli tar
Jl. J ambi
Jl. Panca
sia l II
Jl . Supra
pto
Jl Par et Panger an B
Jl. Ag
us Salim
Jl. Pak Ka
sih
Jl. Hasannudin
Jl . IrianJ
l . P Nata kus uma
Jl . Ab dul Rach man Sa leh
Jl Timor
Jl. Su lawe si
Jl. WR. Sup ratman
Jl Naw
awi
Jl. Pusk
esmas
Jl. M.
Said
Jl. Di pone
goro
Jl Me rak II
Jl. Cenda
na
Jl. Jerand ing
Jl . M Yus uf
Jl. Sutoyo Indah
Jl . S Par
man
Jl . Sri kay a
Jl Ka ran g Anyar
Jl. Se
tia Budi
Jl . Bu ntu
Jl. Paret Pangeran B
Jl. Sidas
Jl. M Is a
Jl. Ke
tapang
Jl Pu yuh
Jl Sahang
Jl Otot Ahmad
Jl. Sy
afi e
Jl. Turno J
oyo
Jl Widodo
Jl Pe
niti
Jl Kencan a
Jl Berdikar i
Jl . Te ngk u Uma
r
Jl Bukit Raya I
Jl. S epak at - Pari H Husie n
Jl. Hos
Cokroaminot o
Jl Nyi Agen g Se ran g
Jl Alo r
Jl Puring
Jl. Camar
Jl .Par it Makmu r
Jl . Sa ri Katon
Jl . Mo rod adi I
Jl . Ar en
Jl. A irlan gga
Jl. Jua
nda
Jl Beli
bi s
Jl. Rahay u
Jl. M So
hor
Jl. Sejara
h
Jl. Gaya Baru
Jl Sepa
kat Damai
Jl Kelantan
Jl . Tr i Ja
ya
Jl. H S
ir ad
Jl. Selay ar
Jl Kom
Duta
Jl Ek
a jaya
Jl. Ur ip
Sumoharjo
Jl Kutilang
Jl. Ant asari
Jl Eng ga no
Jl H Ahmad
Jl. Untung
Suropati I/II
Jl. Cen
rawas ih
Jl . Ka pua s Pelac e
Jl Suk a Padi
Jl Pe
mda
Jl. wonoyoso
Jl . Gs t Su lung L elan ang
Jl. Madu ra
Jl Swak
arya
Jl. DR H
amka
Jl. Ke rta Jaya
Jl . Suhada
Jl. RA Ka
rti ni
Jl Kra kat au
Jl. Nur Ali
Jl Mar gosasi
Jl. Kar vin
Jl . Karim
ata
Jl. Rawa
Sari
Jl Taslim
Jl AriKarya Inda
h II I
Jl. Mujah idin
Jl Apel VI
Jl Natun a
Jl Kom Bali Mas II
Jl . Untung Suro pati II
Jl. Zainuddin
Jl. Pala
pa I
Jl. Su
barkah
Jl Pancasi la III
Jl Langar H Ali
Jl. Sl t Muh ammad
Jl Su
ka Rame
Jl . Karna S osia l
Jl Ta kari
Jl . Ra ja Wali
Jl Sep ak at II I
Jl Pa
ncasila I
Jl Ma
yor itas
Jl BPKP II
Jl Nusa K arya
Jl. Pa
hlawan
Jl. Pula u We
Jl. Tani Ma kmu r
Jl. Pa
ncasi la I
Jl Sep aka t V
Jl Yak M Sabran
Jl Kom Bali Mas
Jl H Nawawi Hasan
Jl. Ad
e Irma Sur y
ani
Jl Pancasi la IV J
l Wak Dal ek
Jl Suk a Muly a
Jl Siak
Jl Jambu Ment e
Jl Ismail
Jl. Sum
bawa
Jl Nias
Jl Pancasi la V
Jl Su
ka Damai
Jl Sep aka t IV
Jl . W
ansagap
Jl Selat S
umba I II
Jl Wij aya Sari
Jl. Samanhudi
Jl Kap Ba
mbang Ismoyo
Jl. Bukit Bar isan
Jl. Maluku
Jl. Har apan J
aya
Jl. Fatimah
Jl. Mor odadi
Jl. M. Am
ran
Jl. Palapa II
Jl . Lembah Mu rai
Jl . Un tung Sur opat i I
Jl. Umar Talib
Jl Kenari
Jl Su pra pto 6
Jl. Rahadi Usm
an
Jl Kom Bap ind o
Jl Sepakat V
III
Jl Ismail MZ
Jl. Mer api
Jl. WM Sidi
Jl Sep aka t I
Jl. Nu
sa Indah I
Jl. Nu
sa Indah II
Jl. Hussien
Jl. Ism
ai Marzuki
Jl. Saa
d Aim
Jl. Nu
sa Indah II I
Jl. Su
lauwesi Dal a
m
Jl Ka
rimun
Jl Ba rdan Ha di
Jl Kom Per
tanian
Jl GOR SlT
Abd Rahman
Jl Supra pto 4
Jl Mer ak I II
Jl. Tamar
Jl Aris M
argono
Jl Paini Bardan
Jl dr Rubin i
Jl Su
prapto 7
Jl Ko
m Nav igasi
Jl. Pa
nglima A R
ani]
Jl Kom Sungai J awi Permai
Jl . Pie r T
andean
Jl BPKP I
Jl dr Agus Jam
Jl. Si n
si ngaman
garaja
Jl. Jen
Sudirman
Jl Ka
limant an
JL . Bakr ie
Jl Ka
tamso
Jl. As
ahan
Jl. Seray
u
Jl Su
prapto 3
Jl Tanj ung Harapan
Jl Andalas
Jl Nus
a Indah Bar
u
Jl DI Pan
jai tan
Jl. A Rahm an Hakim
Jl Ko m B I
Jl Rasuna Said
Jl. Khairil anwar
Jl Sumba
Jl. Ba
rito
Jl Seram II
Jl. Sup
r apt o 2
Jl . Marzu
ki Ahmad
Jl . Halmahe
ra I
Jl H Nawawi Hasan I
Jl F lore s
Jl Kom Bali Ind ah
Jl. Abd Muis
Jl. Sek
ayam
Jl. Pu rnama Ag ung IV
Jl Lingkar Stadion
Jl. Jo han Idrus
Jl Kom Suw
ignyo Permai
Jl Ten
gku Cik Di ti
ro
Jl. Ma
hakam
Jl. De
wi Sartik
a
Jl AB
D Hadi
Jl Ah mad Soo d
JL. M. Y
usuf
Jl Selat Sabang
Jl Pa
lem
Jl Supra pto 5
Jl. Pa
ng Semangai
Jl. Kap Marsan
Jl Ma
kam Mus lim
in
Jl. Ind
ra Giri Tim
ur
Jl Otot Ahmad I
Jl. Ha lmahera I I
Jl. Batan
g Hari Ba
rat
Jl Kom
Mandau Per
mai
Jl H Nawawi Ha san II
Jl Kom KPLP
Jl Marta Tiyahahu
Jl. Pe
labuhan
Jl Purin g
Jl . Se pak at II
Jl. Adi Sucipto
Jl. Ka
rya Baru
Jl Sia
k
Jl Kena ri
Jl. Karya B
ar u
Jl Wij aya Sa ri
N
Admininistrasi
Jalan# Tps Pontianak% Tpa Kota Pontianak
SKALA = 1 : 110.000
0°4'28" 0°4'28"
0°2'29" 0°2'29"
0°00'30" 0°00'30"
0°1'29" 0°1'29"
109°15'52"
109°15'52"
109°17'51"
109°17'51"
109°19'50"
109°19'50"
109°21'49"
109°21'49"
109°23'48"
109°23'48"
PETA LOKASI TPA KOTA PONTIANAK
Gambar Peta Lokasi TPA dan TPS Kota Pontianak
Tabel 3-12 Kondisi Dan Lokasi TPSTahun 2010 Wilayah Kota Pontianak
No. Wilayah / Lokasi TPS Jenis TPS Volume (Ukuran
TPS)
Kondisi TPS
Timbulan Sampah
Landasan Keterangan
I. KECAMATAN PONTIANAK BARAT
A. KELURAHAN SEI. JAWI DALAM
a. Jl. HRA. Rahman
1 Komplek Pasar Dahlia Bak Semen (3,5 x 2,5 x
1,5) Baik 1 M3 Tanah
2 Samping Gg. Bukit Seguntang Liar - - 0,5
M3 sda Dihilangkan
3 Samping Gg. Gunung Palong Bak Semen (3 x 2 x 1) Rusak Berat
0,5 M3 sda
4 Depan Gg. Pandan Liar - - 1 M3 sda Dihilangkan
5 Samping Gg. Bukit Gading Bak Semen (1 x 2,5 x 1) Baik - sda
6 Samping Bukit Barisan Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Rusak Ringan - sda
7 Samping Gg. Tenaga Baru Bak Batu (2 x 2,5 x 1) Baik - sda
8 Samping Gg. Gunung Jati Bak Batu (3 x 1 x 1) Baik sda
9 Dpn Gg. Agung Liar - - 0,5
M3 sda Dihilangkan
10 Dpn Gg. Sentosa Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Baik 0,5
M3 sda
11 Dpn Gg. Sederhana Bak Batu (3 x 1 x 1) Baik - sda
12 Dpn Gg. Gunung Gede Bak Batu (3 x 1 x 1) Baik - Cor Semen
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 39
13 Dpn Gg. Kerinci II Container (3 x 2, x 1) Baik - sda
14 Dpn Gg. Bersama II Liar - - sda Dihilangkan
15 Dpn Komp. Hasia Permai Container (3 x 2, x 1) Baik - sda
16 Samping Kompl Pawan / Dpn Pasar
Janur Liar - - - sda Dihilangkan
17 Samping GG. Janur Liar - - - sda Dihilangkan
18 Dpn Gg. Risa Liar - - - sda Dihilangkan
19 Dpn Gg. Amanah / Simpang Liar - - - sda Dihilangkan
b. Jl. Husein Hamzah
20 Samping Gg. Melda Bak Batu (6 x 2,5 x 1) Baik - Tanah
21 Samping Batara Indah II Blok A-B Bak Semen (3 x 1,5 x 1) Baik - sda
22 Samping Batara Indah II Blok C-D Bak Semen (3 x 1,5 x 1) Rusak Berat 1 M3 sda
B. KELURAHAN Pal 5
a. Jl. Husein Hamzah
23 Samping Dpn Komp. Griya Jawi
Permai Bak Batu (3 x 1 x 1) Baik 0,5
M3 Tanah
24 Samping Komp. Mitra Utama 2 Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Baik 0,5
M3 sda
25 Samping Komp. Karya Indah Lestari Bak Semen (2 x 1,5 x 1) Baik - sda Swadaya
26 Samping Komp. Mandai Lestari
Permai Bak Semen (2 x 1,5 x 1) Baik 0,5
M3 sda Swadaya
27 Samping Komp Didis Permai 1 Bak Semen (2 x 1,5 x 1) Baik 0,5
M3 sda Swadaya
28 Samping Pesona Palma Bak Semen (2 x 1,5 x 1) Baik 0,5
M3 sda Swadaya
C. KELURAHAN Sei. Beliung
a. Jl. Komyos Sudarso
29 Dpn SDN 68 Ptk (Nipah Kuning) Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Baik 2 M3 Tanah
30 Dpn Komp. Jeruju Permai Bak Semen (2,5 x 2,5 x
1) Baik 1,5
M3 sda
31 Dpn Univ. Panca Bakti Bak Semen (3 x 1,5 x 1) Rusak Ringan
1,5 M3 sda
32 Depan Gg. Landak IV Bak Semen (4 x 1,5 x 1) Rusak Berat
1,5 M3 sda
33 Pasar Teratai Bak Semen (2,5 x 2,5 x
1) Baik 1,5
M3 Cor Semen
D. KELURAHAN SEI. JAWI LUAR
a. Jl. Komyos Sudarso
34 Samping SPBU Jeruju Bak Batu (6 x 2,5 x
0,5) Rusak Berat 1 M3 Tanah
35 Dpn Komp. TNI AL " Patimura" Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik 0,5
M3 sda
36 Samping Pertamina UPPDN Bak Semen (3 x 2 x 1) Rusak Berat
0,5 M3 sda
37 Depan SD Negeri 54 Ptk Bak Semen (4 x 2 x 1) Baik - sda Dibesarkan
38 Depan Jl. Gg. Nangka Bak Batu (2 x 1,5 x 1) Baik - sda
39 Samping Jln Srikaya Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik - sda
40 Samping Gg. Jarak Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik - sda
41 Samping Gg. Tamang 1 Bak Semen (3 x 1,5 x 1) Rusak Ringan - sda
42 Depan Jl. Gg. Durian 1 Bak Semen (3 x 1,5 x 1) Baik 0,5
M3 Cor Semen
43 Samping Gg. Saga Bak Semen (3 x 2 x 1) Rusak Ringan -
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 40
No. Wilayah / Lokasi TPS Jenis TPS Volume (Ukuran TPS)
Kondisi TPS
Timbulan Sampah
Landasan Keterangan
II. KECAMATAN PONTIANAK KOTA
A. KELURAHAN SEI. BANGKONG
a. Jl. P. Natakusuma
44 Dpn Kantor Camat Kota Bak Batu (3 x 2 x 1) Rusak Berat - Tanah
45 Samping Gg. Jambi II BakSemen+Con (2,5 x 1 x 1) Baik - sda
46 Samping Gg. Erlangga Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik - sda
47 Dpn Gg. Bambu Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik - sda
b. Jl. Alianyang
48 Dpn Gg. Kencana Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Baik - Tanah
49 Samping Kantor Pertanian Bak Batu (4 x 2 x 1) Baik - sda
50 Dpn Makam Muslim Sei Bangkong Bak Semen (2 x 2 x 1) Baik - sda
51 Dpn Masjid Hidayatush Shalihin Bak Batu (3,5 x 2 x 1) Baik sda
c. Jl. Urai Bawadi
52 Samping Gg. Bawadi 2 Bak Batu (2,5 x 2 x 1) Baik - Tanah
53 Samp. Kntr Perindustrian Propinsi Bak Batu (4 x 2 x 1) Rusak Ringan - sda
d. Jl. Prof M. Yamin
54 Komp. Psr Kemuning Bak Semen (6 x 3 x 1) Baik - Tanah
B. KELURAHAN SEI. JAWI
a. Jl. Gusti Hamzah
55 Samping Gg. Nur 3 Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik 0,5
M3 Tanah
56 Dpn SDN 16 Pontianak Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
b. Jl. KH. Wahid Hsyim
57 Dpn Gg. Gemar /Dpn RS. Amtonius. Bak Semen (4 x 3 x 1,20) Baik - Cor Semen
58 Dpn RS. Antonius Bak Batu (2 x 2 x 1) Baik - Tanah
59 Komp RS Antonius Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
c. Jl. Dr. Wahidin Sudirohusudo
60 Ujung Jl. Dr. Wahidin Samping
Jembatan Bak Batu (6 x 2 x 0,5) Baik 2, M3 Tanah
C. KELURAHAN DARAT SEKIP
a. Jl. Serayu
61 Ujung Jl. Serayu Bak Semen (3 x 3 x 1,5) Baik 0,5
M3 Cor Semen
b. Jl. Sultan Muhammad Liar - - 0,5
M3 Tanah
62 Ujung Jl. Asahan (Jembatan)
c. Jl. KH. Ahmad Dahlan
63 Samping Gg. Cendana Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 41
d. Jl. Merdeka Timur
64 Samping Gg. Beringin Container (3 x 2 x 1) Baik - sda
65 Samping Gg. Meranti Container (3 x 2 x 1) Rusak Berat - sda
66 Dpn SMP Negeri I Container (3 x 2 x 1) Baik - sda
e. Jl. Wolter Monginsidi
67 Komp. Pasar Mawar Bak Semen - Baik - Tanah
D. KELURAHAN TENGAH
a. Jl. AR. Hakim (Kebon Sayok)
68 Samping SMA Santo Paulus Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
b. RA. Kartini
69 Komp. Matahari Mall Container (3 x 2 x 1) Baik - sda
E. KELURAHAN MARIANA
a. Jl. Merdeka Barat
71 Samping Gg. Pergam Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
72 Dpn Wisma Rahayu Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor
R.Ringan
72 Samping Gg. Kaswari I Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
a. Jl. Fatimah
73 Belakang Hotel Mahkota Container (3 x 2 x 1) Rusak Berat -
Cor R.Berat
a. Pak Kasih
74 Samping Gg. Lembah Murai Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
a. Pak Kasih
75 Komp. Pelabuahn Indonesia II Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen 2 Unit
III. KECAMATAN PONTIANAK SELATAN
A KELURAHAN BENUA MELAYU DARAT
a. Jl. Gajahmada
64 Kompleks Pasar Flamboyan Bak Semen (4 x 3 x 0,5) Baik 2, M3 Tanah
65 Blkng Komp Gajah Mada Mall Bak Semen (3 x 2 x 0,5) Baik - sda
B. KELURAHAN BENUA MELAYU LAUT
a. Jl. Mahakam
66 Samping Pasar Barang Bekas Bak Semen (3 x 2 x 1) Baik 0,5
M3 sda
C. KELURAHAN PARIT TOKAYA
a. Jl. Letkol Sugiyono
67 Transfer Depo Komp. Sltn Abdurrahman Bak Semen - Baik - sda Depo
b. JL. A. Yani
56 Jl DI Panjaitan Bak Semen (2 x 2 x 1) Baik -
c. Jl Sutan Syahrir
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 42
67 Belakang PCC Bak Semen (2 x 2 x 1) Baik -
d. Jl M. Hambal
68 Depn Kantor PU Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen 2 Unit
e. Jl. Sultan Abdurrahman
69 Samping Jl. Sulawesi Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik - sda
D. KELURAHAN BANGKA BELITUNG
a. Jl. Imam Bonjol
70 Depan Gg. Garuda Baru Bak Batu+Cont (3 x 2 x 1) Baik Tanah+Cor
IV. KECAMATAN PONTIANAK TENGGARA
A. KELURAHAN BANSIR LAUT
a. Jalan Imam Bonjol
71 Dpn Gg. Tanjung Harapan Bak Batu (3 x 1,5 x 1) Baik - Tanah
72 Dpan Hotel Merpati Bak Batu (5 x 2,5 x 1) Baik sda
B. KELURAHAN BANSIR DARAT
a. Jalan Sudarso
73 Komp. RS Sudarso Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
C. KELURAHAN BENUA MELAYU DARAT
a. JL. Parit Haji Husin II
74 Samping Jl. Rimbawan Bak Batu (5 x 2,5 x 1) Rusak Berat
75 a. Jl. Ahmad Yani
Mega Mall A.Yani Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen 3 Unit
V. KECAMATAN PONTIANAK UTARA
A. KELURAHAN SIANTAN HULU
a. Jl. Gusti Situt Mahmud
76 Samping Bengkel P.D. Khatulistiwa Disel Bak Semen
(3 x 1,5 x 1,5) Baik 0,5 M3 Tanah
77 Depan Gg. Blitar II Bak Semen (3 x 1,5 x 1) Rusak Berat - sda Swadaya
78 Samping Gg. Swadaya Murni Liar - - 0,5 M3 sda
79 Depan Gg. Selat Maluku/Spng PT. Sumber Alam Bak Semen (3 x 2 x 1) Baik - sda
b. Jl. Budi Utomo
80 Samping Bengkel Prima Mandiri Bak Semen (2,5 x 2 x 1) Rusak Berat 0,5 M3 sda
c. Jl. 28 Oktober
81 Depan Gg. Swasembada V Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik 1,5 M3 sda
B. KELURAHAN SIANTAN TENGAH
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 43
a. Jl. Khatulistiwa
Dpn Karet (Jembatan) Liar - Baik 1,5 M3 sda
82 Samping Lap.Volly Monginsidi Bak Semen (3 x 2 x 1) Susak Berat 0,5 M3 sda
83 Depan PT.Sumber Djantin Bak Semen (3 x 2 x 1) Rusak Berat 0,5 M3 sda
C. KELURAHAN SIANTAN HILIR
a. Jl. Khatulistiwa
84 Kompl. Psr Puring (Transfer Depo) Bak Semen - Baik - sda Depo
85 Depan Gg. Samudera Bak Semen (3 x 2 x 1) baik 0,5 M3 sda
86 Depan Gg. Usaha Baru Bak Semen (2 x 2 x 1) Baik 0,5 M3 sda
87 Depan Gg. Teluk Betung Maju Bak Semen (3 x 2 x 1) Baik 0,5 M3 sda
88 Depan Toko Air II Bak Semen (3 x 2 x 1) Baik - sda
90 Depan Teluk Air Liar - - 0,5 M3 sda
91 Depan STM I Liar - - 0,5 M3 sda
92 Depan Gg. Mandika Liar - - 0,5 M3 sda
`
D. KELURAHAN BATU LAYANG
a. Jl. Khatulistiwa
93 Depan Gg. Usaha Baru Bak Semen (3 x 2 x 1) Baik 0,5 M3 sda
94 Dpn Gudang Vitamo Bak Besi (2 x 1,5 x 1) Baik - Plat Besi Swadaya
95 Depan Gg. Akrab Bak Semen (4 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
96 Terminal Batu Layang Bak Semen - Rusak Berat 3,5 M3 sda
b. Jl. Kebangkitan Nasional
TPA Batulayang - Baik 26,8 Ha
VI. KECAMATAN PONTIANAK TIMUR
A. KELURAHAN TAMBELAN SAMPIT
a. Jl. Tanjung Raya I
97 Dpn Gg. Al Mutahar Liar - - 1 M3 Tanah
98 Lingk. Ps.Tradisional dp. Keraton Kadariyah Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik 0,5 M3 sda
99 Depan Gg. Bersama Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik 0,5 M3 sda
100 Dpn Gg. Famili Bak Batu (4 x 2 x 1,5) Baik 1 M3 sda
B. KELURAHAN BANJAR SARASAN
a. Jl. Swadiri / Tanjung Raya II
101 Samping Gg. Mutiara Container (3 x 2 x 1) Baik 3,5 M3 Tanah
C. KELURAHAN TANJUNG HULU
a. Komplek Tanjung Hulu
102 Perumnas IV Rumah Kompos - Baik - -
D. KELURAHAN TANJUNG HILIR
a. Jl. Tritura
103 Samping Gudang Besi Container (3 x 2 x 1) Baik - Cor Semen
| 44
Gambar Sket Lokasi Pelayanan Sampah Di Kota Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 45
Kerjasama dengan pihak swasta
Penanganan sampah di TPA kini dalam pengelolaannya, telah dilakukan kerjasama oleh pihak swasta, dalam hal pengelolaan gas methane (CH4), yaitu oleh PT Gikoko Kogyo Indonesia. Sedangkan untuk bentuk operasional lingkungan dan bentuk kegiatan pembuangan dan penataan, tetap ditangai oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. Bentuk kerjasama dalam hal penanganan gas methane di lokasi TPA, dilakukan agar keberadaan TPA tersebut tetap dipertahankan sehingga umur atau lama penggunaan TPA menjadi lebih lama dalam pengoperasiannya dan yang tak kalah pentingnya adalah ada upaya sistimatis dari Pemerintah Kota Pontianak dalam mengurangi salah satu dampak pemanasan global yang sekarang terjadi, terutama upaya pemanfaat pengurangan gas methane di TPA melalui program CDM ( Clean Development Mekanism ) proses LFG (landfill Flaring Gas ).
Tentang Program CDM pengelolaan TPA Batu Layang, pada tanggal 24 Juli 2006, telah dilakukan pendatangan MOU antara Pemerintah Kota Pontianak Bapak Walikota dengan PT Gikoko Kogyo Indonesia. Adapaun masa kerja sama tersebut selama 21 tahun, terhitung mulai tahun 2006 s/d tahun 2027, dengan pola BOO (Built Own Operate) dan Pemerintah Kota Pontianak tidak dibebani dana maupun pinjaman. Pengelolaan sampah di TPA terutama pengumpulan Gas Methane kemudian dilakukan pengurangan dengan penyalaan (flaring) maupun pemanfaatan untuk energi lain.
Seiring dengan perkembangan yang ada ternyata TPA Batu Layang ini tidak dapat menghasil gas metana yang diinginkan. Dari hasil pemantauan di lapangan diperoleh data hasil gas yang dihasilkan ± 30% saja, sehingga tidak memenuhi kuota yang diinginkan. Permasalahan yang terdidentifikasi sehingga prasarana ini tidak berfungsi diantaranya:
- Tingginya muka air di daerah lokasi TPA di Kelurahan Batu layang; - Drainase pada saluran yang tidak baik; - Tingginya curah hujan di Kota Pontianak; - Pengaruh tanah gambut pada proses kimia persampahan; - Kondisi jaringan pipa yang terlalu rendah yang mengakibatkan banyaknya air limpasan
(hujan atau tanah) yang masuk ke pipa peresapan dibandingkan air sampah; - Jenis sampah yang ada tidak dibedakan antara organik dan anorganik; - Sirkulasi air limpasan dari limpasan air tidak berjalan lancar.
3.3.5. Peran serta masyarakat dan Gender dalam Penanganan Sampah
Volume sampah di Pontianak melebihi kemampuan armada dan tenaga kerja dari DKP untuk menanganinya. Untuk itu perlu dimasyarakatkan 3R (Recycle, reduce dan reuse) agar volume sampah yang harus dibawa ke TPA dapat diminimalisasi. Program 3R ini sudah dilaksanakan di Pontianak secara tidak terstruktur. Recycle dilakukan oleh para pemulung. Selain para pemulung, kegiatan organisasi masyarakat Kota pontianak yang turut berpartisipasi dalam kebersihan lingkungan antara lain :
- LPM - PKK - Pramuka - Para siswa - Organisasi kepemudaan
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 46
- LSM Peduli Lingkungan dan Kebersihan. Dalam skala kecil recycle juga dilakukan oleh ibu PKK tepatnya di Kelurahan Siantan Hulu dimana sampah plastik dibuat jadi topi, tas, payung, jas hujan dan lain-lain, sisa sampah basah dibuat jadi kompos.
Di kelurahan Tanjung Hulu telah dibuat rumah kompos yang dikelola oleh LSM Peduli Lingkungan sehingga sampah yang dibawa keTPA betul-betul sampah yang sudah tidak bisa mengalami proses 3R lagi.
| 47
Gambar 3-9 Sistem Pengolahan Persampahan Domestik Kota Pontianak ( Off Site )
PRODUK INPUT
Sampah Organik
Sampah Non Organik
Kompos
Skala
Rumah
Tangga
Resid
u
Resi
du
A User Interface
B Pengumpulan
Setempat
C Penampungan
Sementara
D Pengangkutan
E Pengolahan Akhir
Terpusat
E Daur Ulang Dan /
Pembuangan Akhir
Daur
Ulang
Skala
Rumah
Tangga
Kompos
Skala
Rumah
Tangga
Kompos
Skala
Rumah
Tangga
Resid
u
Resi
du
Resid
u
Resid
u
| 48
Gambar 3-10 Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ( On Site )
PRODUK INFUT
A User Interface
B Pengumpulan & Penampungan /
Pengolahan Awal
C Pengangkutan /
Pengaliran
D ( Semi ) Pengolahan Akhir
Terpust
E Daur Ulang Dan /
Pembuangan Akhir
Black Water
Tinja
Urine
Air Pembersih
Air Penggelonto
r
Kertas Pembersih
Grey Water
Air Cucian Dari Dapur
Air Bekas Mandi
Air Cucian Pakaian
Pembuangan Air
Cucian
Effluent
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 94
3.3.6. Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah Dalam pengelolaan persampahan di Kota Pontianak, terdapat berbagai permasalahan yang dapat dikelompokkan dalam berbagai aspek, seperti berikut ini
No. Aspek Permasalahan
1. Teknis (& operasional)
Sistem pengolahan sampah (di TPA) belum ideal (cenderung open dumping)
Penanganan sampah secara umum masih dilaksanakan secara konvensional melalui: pewadahan,pengumpulan,pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir.
2. Sosial Sampah di TPS tidak diangkut setiap hari karena masyarakat membuang sampah diluar jam yang telah ditentukan.
TPS terbatas (tidak ada warga yang lahannya bersedia dijadikan TPS)
Wilayah yang jauh dari TPS banyak yang mengelola sampah dengan cara dibakar dan ditimbun
Masih rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan, membuang sampah tidak pada tempatnya, kesungai, selokan, jalan, taman, dsb.
Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah pada kendaraan umum, kendaraan pribadi.
Masih rendahnya peran masyarakat dalam mengelola sampahnya, misalnya :
masih tingginya pembakaran sampah sembarangan, melakukan pembakaran didalam TPS tersedia sehingga TPS cepat rusak, masih rendahnya upaya pemilahan sampah, masih rendahnya pengawasan masyarakat dalam upaya pengelolaan sampah, masih rendahnya pastisipasi masyarakat dalam pemanfaatan sampah untuk kepentingan ekonomis, pemanfaatan lahan kosong untuk membuang sampah sembarangan, pemakaian/penggunaan plastik yang tidak terkendali (serba plastik)
Masih ada masyarakat yang tidak mau/belum membayar partisipasi retribusi persampahan/kebersihan
3. Kelembagaan Tidak ada pemilahan sampah yang dimulai dari tingkat rumah tangga sampai TPA
Daerah perbatasan tanpa TPS
Perlunya merubah paradigma dari sampah sebagai masalah menjadi sampah sebagai berkah (kampanye, sosialisasi, kebijakan)
4. Pendanaan Armada angkut terbatas
Peningkatan laju timbulan sampah perkotaan(2-4%/Th) tidak diikuti ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai/standar. Berdampak pada pencemaran lingkungan
5. Sumber Daya Aparatur
Masih kurang dipahaminya tupoksi dan tanggungjawab setiap pegawai baik ditingkat staf dan pejabat dalam melaksanakan setiap pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan, sehingga tidak mendapatkan hasil yang maksimal.
Kurangnya koordinasi, kerjasama dan kepercayaan antara sesama pegawai dalam melaksanakan kegiatan. Hal ini berakibatnya menumpuknya pekerjaan/tugas yang ada/diberikan serta terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan dilapangan.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 95
No. Aspek Permasalahan
Pelaksanaan kerja oleh suatu TIM, kurang solid, siapa mengerjakan apa, dimana dan bagaimana, sehingga target tugas tidak jelas.
Masih ada pegawai yang kurang/tidak disiplin, terutama dalam mentaati jam kerja, baik jam kerja di kantor maupun jam kerja dilapangan.
Dasar Hukum (Kebijakan)
Pengelolaan Persampahan ditingkat nasional baru UU Persampahan No 18 Tahun 2008, SNI sedangkan Perda Pengelolaan sampah belum ada di tk kota.
Penerapan sanksi hukum masih sulit diterapkan karena terbatasnya anggaran untuk pelaksanaannya serta tingkat koordinasi antar instansi terkait lemah.
Peran swasta Masih rendahnya jumlah industri yang menerapkan konsep teknolgi bersih dan konsep pengelolaan/pengolahan limbah.
Masih rendah jumlah industri yang memanfaatkan sistem dan teknologi daur ulang
Masih rendahnya jumlah dunia usaha yang memanfaatkan sampah untuk : menghasilkan produk, menghasilkan energi baru.
3.4. Pengelolaan Drainase
3.4.1. Landasan Hukum Didalam menjaga kondisi kota yang berkaitan dengan drainase maka pemerintah mengeluarkan peraturan baik berupa Perda dan Perwa yang mengatur mengenai kegiatan yang berhubungan dengan drainase, seperti berikut: 1. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008, tentang Pembentukan Organisasi Perangkat
Daerah Kota Pontianak 2. Peraturan Walikota Pontinak Nomor 38 Tahun 2008, tentang Susunan Organisasi,
Tugas Pokok, Fungsi dan Tata kerja Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak. 3. Keputusan Wali Kota Pontianak No. 10 Tahun 2009, tanggal 5 januari 2009, tentang
Penetapan Inventaris Saluran di Kota Pontianak Tahun 2009.
Peraturan Darah : 1. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum 2. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor
3 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum. 3. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan
Persampahan/Kebersihan.
3.4.2. Aspek Kelembagaan Perkembangan suatu kota tidak terlepas dari kegiatan pembangunan, didalam kegiatan pembangunan tersebut harus ada suatu dinas yang bertanggung jawab dalam sub bidang tertentu.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 96
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kota Pontianak, telah dibentuk Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontinak. Untuk memperjelas Tugas Pokok dari Dinas Pekerjaan Umum dikeluarkanlah Peraturan Walikota Pontianak Nomor 38 tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan umum Kota Pontianak, yang didalamnnya ditegaskan untuk penanganan drainase mengenai pembangunan dan pemeliharaan Saluran Drainase ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum.
Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak berdasarkan Peraturan Walikota dibagi menjadi tiga bidang yaitu: Bidang Cipta Karya, Bidang Bina Marga dan Bidang Sumber Daya Air. Penanganan drainase berdasarkan Tupoksi dilaksanakan oleh Bidang Sumber Daya Air dan Bidang Cipta Karya pada Seksi Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman.
Penanganan Saluran Drainase ditinjau dari aspek kelembagaan dibagi menjadi 3 bagian : 1. Penanganan Saluran Drainase Primer Penanganan Saluran Drainase Primer Kota ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Sumber Daya Air. Terhadap Jalan Arteri Primer Kota yang statusnya sebagai jalan Provinsi untuk saluran Drainase ditangani oleh Provinsi.
2. Penanganan Saluran Drainase Sekunder Penanganan Saluran Drainase Sekunder ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Sumber Daya Air. Terhadap Jalan Arteri Sekunder Kota yang statusnya sebagai jalan Provinsi untuk saluran Drainase ditangani oleh Provinsi.
3. Penanganan Saluran Drainase Tersier Penanganan Saluran Drainase Tersier ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Sumber Daya Air dan Bidang Cipta Karya Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman.
3.4.3. Cakupan Pelayanan
A. Wilayah yang dilayani Saluran Drainase
Seluruh wilayah yang termasuk di dalam Wilayah Kota Pontianak telah dilayani oleh Saluran Drainase yang melayani 6 Kecamatan dan 29 Kelurahan yaitu :
Tabel 3-12
Saluran drainase per kecamatan
Kecamatan Kelurahan
1 Pontianak Barat 1 Pal Lima
2 Sungai Jawi Dalam
3 Sungai Jawi Luar
4 Sungai Beliung
2 Pontianak Timur 1 Parit Mayor
2 Banjar Serasan
3 Saigon
4 Tanjung Hulu
5 Tanjung Hilir
6 Dalam Bugis
7 Tambelan Sampit
3 Pontianak Utara 1 Siantan Hulu
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 97
2 Siantan Tengah
3 Siantan Hilir
4 Batu Layang
4 Pontianak Selatan 1 Benua Melayu Darat
2 Benua Melayu Laut
3 Parit Tokaya
4 Akcaya
5 Kota Baru
5 Pontianak Kota 1 Sungai Bangkong
2 Darat Sekip
3 Tengah
4 Mariana
5 Sungai Jawi
6 Pontianak Tenggara 1 Bangka Belitung Darat
2 Bangka Belitung Laut
3 Bansir Darat
4 Bansir Laut
B. Sistem Pengelolaan Saluran Drainase
Pengelolaan drainase Kota Pontianak dilakukan dengan cara membagi wilayah Kotamadya Pontianak dalam 9 zone. Zone yang dibagi tersebut dikualifikasikan menurut jalan, sungai, Parit, dan Kecamatan. Kondisi kawasan yang ditangani meliputi pusat perkotaan, pasar, pusat perbelanjaan, pusat pemerintahan kota, daerah permukiman yang sedang berkembang, Pusat pemerintahan, Perkantoran, Perdagangan lokal dan kawasan pertanian.
Penanganan jaringan drainase untuk setiap zone direncanakan dengan melakukan peningkatan jaringan saluran yang ada, normalisasi, pemeliharaan saluran, pengadaan dan perintisan jaringan utama dan pengadaaan interceptor di daerah batas administrasi.
Untuk kegiatan penanganan terhadap saluran drainase yang dilakukan dengan normalisasi khususnya pada 3 saluran primer yaitu sungai Malaya, sungai Raya dan Parit Tokaya dilakukan dengan penentuan rancangan dimensi sebagai berikut:
Tabel 3-14
Dimensi Saluran Primer
Sungai Daerah Dimensi Normalisasi
Lebar (m) Kemiringan Tebing Panjang (m)
Malaya BM5-BM3 10 1:1.5 2.171
BM3-BM2 13 1:1.5 1.375
BM2-BM0 15 1:1.5 2.715
Tokaya K28-BM TKY 1/3 6 1:1.5 2.012
BM TKY 1/3 – TK 88 10 1:1.5 2.150
Raya R103 – R76 4 1:1.5 1.380
R76 – R58 6 1:1.5 920
R58 – R21 10 1:1.5 1.827
Pengelolaan Drainase yang telah dilakukan sampai dengan Maret 2008 dan masih diperlukan penanganan lebih lanjut terdapat pada saluran :
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 98
Tabel 3-15 Saluran Primer
No. Jenis Saluran Nama Jalan/Parit/Sungai
1. Saluran Primer JL. Diponegora
2. Saluran Primer JL. Gajah Mada
3. Saluran Primer JL. Urip/ Sudirman
4. Saluran Primer JL. JL. Dr. Wahidin
5. Saluran Primer JL. Ampera
6. Saluran Primer JL. Cokroaminoto
7. Saluran Primer JL.Merdeka/S. Bangkong
8. Saluran Primer JL. JL. U. Bawadi
9. Saluran Primer Sungai Raya
10. Saluran Primer Parit Tokaya
11. Saluran Primer Sungai Jawi
12. Saluran Primer Sungai Malaya
C. Kondisi Saluran Drainase
Dari total saluran sepanjang 394.861 meter, kondisi saluran drainase Kota Pontianak pada saat ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian :
1. Saluran Drainase dengan kondisi Baik (panjang 74.079 meter) 2. Saluran Drainase dengan kondisi Sedang (panjang 149.829 meter) 3. Saluran Drainase dengan Kondisi Buruk (panjang 176.702 meter)
3.4.4. Aspek Teknis dan Operasional
A. Saluran Drainase berdasarkan Fungsi
Pengklasifikasian menurut fungsinya, Saluran Drainase dibagi menjadi tiga jenis Saluran Drainase :
1. Saluran Drainase Primer Saluran Drainase Primer di Kota Pontianak memiliki panjang 131.870 m dengan fungsi untuk menampung air dari saluran Primer dan Sekunder.
2. Saluran Drainase Sekunder
Saluran Drainase Sekunder di Kota Pontianak memiliki panjang 127.220 m dengan fungsi untuk menampung air dari saluran Tersier.
3. Saluran Drainase Tersier
Saluran Drainase Tersier di Kota Pontianak memiliki panjang 345.715 m dengan fungsi untuk menampung air hujan dan kegiatan rumah tangga seperti mencuci mobil.
B. Konstruksi Saluran Kota
Untuk penanganan pada saluran primer Kota telah dilakukan dengan pembuatan turap menggunakan beton tetapi kegiatan yang dilakukan belum secara keseluruhan. Begitu pula dengan penanganan yang terdapat pada saluran sekunder dan tersier Kota, penanganan
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 99
dilakukan dengan menggunakan Beton, Pasangan Batu dan Kayu dengan memiliki jumlah penanganan lebih kecil dari Saluran Primer Kota. Sebagian saluran Kota baik Primer, Sekunder dan Tersier masih menggunakan papan dan ada yang masih berdindingkan tanah.
Saluran tertutup difungsikan untuk menghubungkan saluran yang satu dengan yang lainnya terutama untuk saluran yang memotong jalan . Pada daerah – daerah tertentu khususnya di daerah yang aktifitas lalu lintasnya cukup tinggi dan lebar saluran yang tidak begitu besar digunakan juga saluran tertutup.
Selain saluran terbuka terdapat pada daerah Permukiman, Saluran terbuka terdapat juga pada daerah Perdagangan dan Perkantoran yang sejajar dengan jalan Arteri Primer dan Arteri sekunder Kota. Bentuk saluran seperti ini difungsikan untuk membantu Dinas yang terkait didalam mendukung kegiatannya.
Didalam hal menjaga agar tidak terjadi limpasan atau genangan di Kota Pontianak Pemerintah membangun beberapa pintu air yang diharapkan dapat mengatur keluar masuknya air ke Kota Pontianak.
3.4.5. Peran Serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Drainase Drainase di kota Pontianak rata-rata bermasalah, yang dalam hal ini disebabkan karena Pontianak berada di daerah delta dan pasang surut. Bila datang hujan pada saat air pasang, maka saluran drainase tak bisa mengalir secara lancar ke sungai dan bahkan meluap dan banjir di mana-mana. Hal itu diperparah dengan budaya buang sampah yang masih rendah membuat drainase penuh dengan sampah. Peran serta masyarakat didalam penanganan Saluran Drainase masih cukup kecil ini dapat kita lihat dari banyaknya jumlah dari Saluran Drainase yang tidak berfungsi sesuai dengan yang kita harapkan. Data yang ada menunjukkan Saluran Drainaase hanya 18.76 % dalam kondisi baik dan sebagiannya 44,75 % dalam kondisi yang buruk. Hampir 50 % Saluran Drainase tidak berfungsi. Kegiatan peran serta masyarakat didalam mendukung penanganan Drainase hanya dilakukan pada saat acara–acara tertentu seperti hari ulang tahun kemerdekaan Bangsa Indonesia yang kegiatannya dilakukan secara gotong royong dengan membersihkan saluran yang ada. Kegiatan seperti ini diadakan 1 – 2 kali dalam setahun. Peran masyarakat yang lain datang dari kelompok - kelompok Pencinta Lingkungan Hidup yang kegiatannya masih didukung oleh pemerintah dan dilakukan pada kegiatan acara – acara hari besar seperti hari kemerdekaan RI. Peran serta masyarakat yang bisa diharapkan dan dekat dengan kegiatan kesehatan adalah kader Posyandu. Kader Posyandu merupakan kader yang mempunyai hubungan yang cukup dekat dengan masyarakat khususnya para ibu rumah tangga yang kesehariannya selalu melakukan aktifitas yang berhubungan dengan Saluran Drainase. Para kader Posyandu bisa diharapkan untuk memberikan bimbingan terhadap para ibu rumah tangga didalam hal memberikan informasi betapa pentingnya kegiatan menjaga Saluran Drainase yang telah ada.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 100
Apabila Kegiatan ini dapat berjalan sesuaia dengan yang diharapkan maka Prosentase Saluran Drainase dalam kondisi buruk dapat menurun. Sehingga dari segi Kesehatan, Kualitas Kesehatan masyarakat dapat meningkat.
3.4.6. Permasalahan Pengelolaan Drainase Pengelolaan Drainase maupun pengelolaan bidang – bidang lainnya, yang berkaitan erat dengan hajat hidup orang banyak harus dikelola secara komprehensif. Pengelolaan ini diharuskan melibatkan komponen masyarakat secara menyeluruh dan SKPD terkait. Perlu dipertanyakan mengapa persoalan pengelolaan Drainase yang ada maupun drainase yang akan di bangun selalu mengalami hambatan atau tantangan yang besar?. Apabila ditinjau lebih jauh faktor ini disebabkan oleh tidak adanya cara pandang yang sama dan pemahaman yang mendalam terhadap arti pentingnya Drainase perkotaan, baik itu dari elemen masyarakat maupun Pemerintah.
Permasalahan pengelolaan Drainase dapat disebabkan oleh beberapa faktor: A. Aspek Sosial
1. Kurang mengertinya masyarakat akan arti pentingnya Drainase 2. Tingkat pendidikan yang masih rendah. 3. Masyarakat tidak memprioritaskan Saluran Drainase didalam pembangunan
rumah mereka. 4. Mengerti tetapi tidak peduli di dalam hal yang terkait dengan Drainase. 5. Kurangnya perhatian masyarakat didalam mendukung kegiatan
pembangunan Drainase oleh Pemerintah Daerah. 6. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan melewati Ruang Milik Jalan (
RMJ ) atau berada diatas tanah masyarakat. 7. Tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin cepat. 8. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan
9. Saluran menyempit karena timbunan sampah
10. Pemeliharaan belum optimal
11. Drainase kurang berfungsi karena banyak bangunan di atasnya
B. Aspek Teknis 1. Belum adanya perencanaan secara keseluruhan terhadap Drainase Kota. 2. Drainase lingkungan perumahan belum tertata (masih alami) 3. Masalah koneksitas dari drainase primer ke sekunder, kemudian ke tersier 4. Drainase perumahan tidak nyambung dengan sistem drainase kota 5. Drainase hanya berupa selokan untuk memindahkan air hujan
C. Aspek Pendanaan 1. Terbatasnya anggaran APBD Kota. 2. Kurangnya Pengalokasian Dana Pembangunan Infrastruktur ke Saluran Drainase
Lingkungan Pemukiman. 3. Belum adanya pendanaan khusus dari Pemerintah Pusat ke Drainase Lingkungan
Pemukiman di daerah – daerah. 4. Banyak saluran tanpa pengerasan (tidak memenuhi standar teknis)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 101
D. Aspek Kelembagaan dan Landasan Hukum 1. Kurangnya Sosialisasi secara periodik yang dilakukan oleh SKPD - SKPD terkait
mengenai manfaat dari Saluran Drainase. 2. Kurangnya Perhatian SKPD yang terkait terhadap pembangunan Infrastruktur
Saluran Drainase di Lingkungan Pemukiman. 3. Belum adanya Landasan Hukum yang mengatur Mengenai dimensi dari
Saluran Drainase di masing-masing wilayah, baik itu Primer, Sekunder maupun Tersier.
E. Aspek lingkungan/kondisi alam
1. Tinggi muka air tanah mempengaruhi mata air S. Kapuas (daerah pasang air sungai
yang cukup tinggi)
2. Kurang lahan untuk aplikasi drainase
3. Topografi relatif landai tidak dinamis 4. Jenis tanah gambut memerlukan perlakuan khusus di dalam pengerjaan
3.5. Penyediaan Air Bersih
3.5.1. Landasan Hukum 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat
dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
2. Keputusan Menteri Kesehatan No.907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, pengawasan mutu air pada air minum menjadi tugas dan tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai Kualitas air tersebut menyangkut :
Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan.
Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam air.
Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit, terutama enyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil toksin.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 102
Jumlah Penduduk Cakupan Jumlah
Penduduk Terlayani Layanan Pelanggan
(Jiwa) (Jiwa) (%) (SL)
Pontianak Barat 117,052 90,550 77% 17051
Pontianak Kota 112,766 73,010 65% 14368
Pontianak Selatan 143,332 123,280 86% 24513
Pontianak Timur 71,712 40,550 57% 7527
Pontianak Utara 112,485 37,420 33% 6423
Jumlah 557,346 364,810 65% 69,882
Catt. Jumlah Pelanggan tidak Termasuk Kab. KKR
KECAMATAN
Pengaturan sistem pengembangan air minum secara umum diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005. PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 03 tahun 1975 sebagaimana diubah melalui Peraturan Daerah Nomor 03 tahun 2009 tanggal 16 Perbruari 2009 sedangkan Pelayanan Air Minum kepada pelanggan diatur melalui Perda Nomor 04 Tahun 2009 tanggal 16 Perbruari 2009. Dalam bidang manajemen diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum dan Peraturan Walikota Nomor 26 Tahun 2008 mengatur tentang Direksi, Dewan Pengawas dan Kepegawaian PDAM Kota Pontianak. Sementara Peraturan Walikota Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak Pada bidang keuangan dilaksanakan dengan mengacu pada Keputusan Menteri OTDA Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum sementara kebijakan tentang tariff air PDAM mengacu pada Permendagri nomor 23 tahun 2006 dan saat ini tarif air minum diberlakukan sejak tahun 2007 melalui Peraturan Walikota No. 30 Tahun 2007, sedangkan Pengawasan Kualitas Air Mengacu pada Permenkes No. 416 tahun 1990
3.5.2. Aspek Kelembagaan
Perusahaan Daerah Air Minum adalah Badan Usaha Milik Daerah yang diberi wewenang dalam penyediaan air bersih untuk masyarakat. Hal itu dituangkan juga dalam Peraturan Walikota Nomor 44 Tahun 2009 mengatur Tentang Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak.
3.5.3. Cakupan Pelayanan
Pada akhir tahun 2009, PDAM Tirta Khatulistiwa telah melayani 68% penduduk kota Pontianak melalui 71.785 pelanggan yang tersebar di 5 (lima) kecamatan dan selain melayani penduduk kota Pontianak, juga melayani sebagian kecil penduduk wilayah Kabupaten Kubu Raya (KKR) yang berbatasan dengan wilayah administrative kota Pontianak Secara garis besar jumlah penduduk yang dilayani terlihat pada table berikut :
Tabel 3-16 Cakupan layanan PDAM
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 103
#
#
#
#
#
#
#
##
#
#
#
Sungai
14
96
87
5
2
3
12
11
10
Pipa
250 Inc i
Pip a 1 0 0 Inc i
Pip
a 2
0 0 I
n ci
Pip
a 5
0 Inc i
Pi pa 50 Inc i
P ipa 100 Inc i
P ipa 50 Inc i
Pip
a 50 In
c i
Pi p
a 50 In
ci
Pip
a 1
00
I nc
i
P ipa 50 Inci
Pip
a 50
Inci
Pip
a 1
00
Inc i
Pip
a 100 Inc i
Pip
a 10
0 Inc
i
Pip
a 1
00
In
ci
Pip a 5 0 Inc i
Pipa 100 In ci
Pip
a 50
Inc
i
P ipa 100 Inc i
Pip
a 1
00
In
c i
Pip
a 1 00 In ci
Pip
a 1
00
Inc
i
Pi p
a 50 In
ci
Pipa 50 Inc i
P ipa 50 Inc i Pipa 200 In ci
Pip
a 100
I nc i
Pip
a 10
0 I nci
Pip
a 1
0 0 I
nci
Pipa 5
0 Inc i
Pipa 2
50 I n ci
Pi p
a 1
00
In
ci
Pip
a 10 0 In
c i
Pipa 50 Inc i
Pip
a 50 I n
c i
Pip a 5
0 In c i
Pipa 100 In ci
Pip
a 5
0 I
nci
Pipa
100 Inc i
Pip
a 2
50
In
ci
Pi pa 1
0 0 Inci
Pipa 50 Inci
Pipa
2 50 In
ci
Pip a 5 0 In ci
Pip
a 1
00 I
nci
Pip
a 1
00
In
ci
Pip
a 1
00
In
ci
Pi p
a 10 0 In
c i
Pip
a 5
0 In
ci
P ipa 1 00 I nc i
Pip
a 1
00
In
ci
P ip a 2 50 Inc i
Pip
a 1
00
In
ci
P ipa 250 In
ci
Pi p
a 1
00
In
c i
N
Admin_geo.
Sungai.
# Booster-pdam.
Pdam.
Keterangan :
SKALA = 1 : 100.000
0°4'28" 0°4'28"
0°2'29" 0°2'29"
0°00'30" 0°00'30"
0°1'29" 0°1'29"
109°15'52"
109°15'52"
109°17'51"
109°17'51"
109°19'50"
109°19'50"
109°21'49"
109°21'49"
109°23'48"
109°23'48"
PETA BOOSTER PDAM DAN JARINGAN PIPA PDAM
DI KOTA PONTIANAK
Sumber data: PDAM TIrta Khatulistiwa, 2010
Gambar3-11 Booster PDAM Dan Jaringan Pipa PDAM Di Kota Pontianak
Tabel 3.16 Jumlah Pelanggan Per Kelurahan Tahun 2009
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 104
KU/HU Sosial R. Tangga Pemerintah Niaga Industri Khusus Jumlah
PONTIANAK BARAT 72 121 16,207 22 606 22 1 17,051
Kelurahan Sei Jawi Luar 16 35 3,739 11 215 10 - 4,026
Kelurahan Sei Jawi Dalam 29 60 7,903 5 316 8 - 8,321
Kelurahan Paal Lima 9 12 1,632 3 21 2 - 1,679
Kelurahan Sei Beliung 18 14 2,933 3 54 2 1 3,025
PONTIANAK KOTA 79 154 12,181 82 1,851 20 1 14,368
Kelurahan Mariana 11 15 1,081 5 92 1 1 1,206
Kelurahan Tengah 9 25 1,178 22 182 2 - 1,418
Kelurahan Darat Sekip 9 19 1,517 9 1,182 11 - 2,747
Kelurahan Sei Bangkong 50 95 8,405 46 395 6 - 8,997
PONTIANAK SELATAN 94 304 21,352 187 2,542 32 2 24,513
Kelurahan Parit Tokaya 34 152 8,486 111 639 13 1 9,436
Kelurahan Benua Melayu Laut 14 10 1,156 4 333 2 1 1,520
Kelurahan Benua Melayu Darat 18 39 3,879 9 1,174 10 - 5,129
Kelurahan Bangka Belitung 28 103 7,831 63 396 7 - 8,428
PONTIANAK TIMUR 38 85 7,192 8 203 1 - 7,527
Kelurahan Saigon 9 20 1,935 2 70 - - 2,036
Kelurahan Banjar Serasan 4 12 490 - 3 - - 509
Kelurahan Tambelan Sampit 5 5 233 1 5 - - 249
Kelurahan Parit Mayor 2 2 131 - 4 - - 139
Kelurahan Tanjung Hulu 8 26 3,085 4 86 1 - 3,210
Kelurahan Tanjung Hilir 4 3 292 - 3 - - 302
Kelurahan Dalam Bugis 6 17 1,026 1 32 - - 1,082
PONTIANAK UTARA 68 85 5,799 26 426 19 - 6,423
Kelurahan Siantan Hulu 31 33 2,793 18 155 11 - 3,041
Kelurahan Siantan Tengah 14 26 1,692 2 221 5 - 1,960
Kelurahan Siantan Hilir 21 19 964 6 44 2 - 1,056
Kelurahan Batu Layang 2 7 350 - 6 1 - 366
WILAYAH KAB. KUBU RAYA 3 6 1,867 1 26 - - 1,903
Kab/Kel Paal Sembilan 3 4 986 - 25 - - 1,018
Kab/Kel Sei Raya Dalam - 1 553 - - - - 554
Kab/Kel Sei Ambawang - 1 328 1 1 - - 331
JUMLAH 354 755 64,598 326 5,654 94 4 71,785
Kecamatan/KelurahanGolongan Pelanggan
Sumber data: PDAM TIrta Khatulistiwa, 2010
3.5.4. Aspek Teknis dan Operasional Sistem penyediaan air bersih PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak menggunakan sistem pengolahan lengkap, terdiri dari dua instalasi utama dan instalasi mini (Mini Treatment Plan) yang berada disekitar wilayah Kota Pontianak. Instalasi utama I (IPA Imam Bonjol) berlokasi di jalan Imam Bonjol Km. 2.5, mulai dikembangkan oleh Pemerintah Prancis tahun 1962 memiliki kapasitas awal sebesar 100 lt/dtk dan saat ini telah mencapai 1.210 lt/dtk yang terdapat di 3 (tiga) lokasi, yang terdiri dari ; 4 (empat) unit pengolahan konvensional, 3 (tiga) unit mini treatment plan (MTP) yang masing-masing dilengkapi dengan reservoir, pompa air baku dan pompa distribusi.
IPA (1) Imam Bonjol – 150 lt/dtk IPA (2) Imam Bonjol – 300 l/dtk
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 105
IPA (3) Imam Bonjol – 110 ltr/dtk IPA (4) Imam Bonjol – 300 ltr/dtk
Pasokan air baku IPA Imam Bonjol dengan kapasitas 860 lt/dtk yang berada di Pontianak Selatan bersumber dari Intake Sungai Kapuas yang berjarak 300 m dari lokasi IPA Imam Bonjol dan IPA Selat Panjang dengan kapasitas 300 lt/dtk yang berlokasi di Pontianak Utara memiliki sumber air baku S. Landak sementara MTP Sei Jawi Luar dengan kapasitas 50 lt/dtk mengambil air baku dari S. Kapuas.
Pelanggan di wilayah Pontianak Barat, Kota, Selatan dan Tenggara dilayani melalui IPA Imam Bonjol dan MTP Sei Jawi Luar dengan jumlah pelanggan 57.504 SL sementara IPA Selat Panjang melayani Pontianak Timur dan Utara dengan jumlah pelanggan 14.281 SL.
IPA Selat Panjang – 300 lt/dtk Gambar 3-12 Sistem Pengolahan Air PDAM
Reservoir Distribusi
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 106
Reservoir distribusi adalah bangunan penampung air minum dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) atau mata air untuk kemudian didistribusikan ke daerah pelayanan melalui jaringan pipa distribusi. Penentuan volume reservoir berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Jumlah volume air maksimum yang harus ditampung pada saat pemakaian air minum ditambah volume air yang harus disediakan pada saat pengaliran jam puncak karena adanya fluktuasi pemakaian air di wilayah pelayanan dan periode pengisian reservoir. Dimensi atau daya tampung reservoir pelayanan pada umumnya berkisar antara 17,5% - 25% dari kebutuhan air rata-rata.
2. Cadangan air untuk pemadam kebakaran kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk daerah setempat.
3. Kebutuhan air khusus yaitu pengurasan reservoir, taman dan daerah pariwisata.
Gambar 3-13 Fluktuasi Pemakaian Air
Fungsi Reservoir :
1. Menyeimbangkan debit produksi air dan pemakaian air bersih.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 107
2. Menambah tekanan air pada jaringan distribusi. 3. Agar tekanan air pada jaringan pipa distribusi relatif stabil 4. Mengatasi keadaan darurat 5. Tempat pembubuhan dan pencampuran desinfektan 6. Tempat pengendapan kotoran yang mungkin masih terbawa 7. Pompa beroperasi lebih merata
A. Jaringan pipa distribusi
Jaringan sistem distribusi merupakan sarana pengaliran air minum dari reservoir distribusi air minum menuju ke konsumen Sistem distribusi terdiri dari :
1. Pipa Induk untuk menyalurkan air di seluruh daerah distribusi 2. Pipa Dinas untuk membagi air ke para pelanggan
Pipa Induk dibagi menjadi : - Pipa Primer : menyalurkan air dari pipa transmisi/reservoir ke daerah-daerah
tertentu - Pipa Sekunder : membagi air dari pipa primer ke daerah-daerah yang lebih kecil. - Pipa Tertier : membagi air dari pipa sekunder ke pipa dinas.
Diameter pipa : Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak dengan sisa tekanan minimum di jalur distribusi. Ukuran diameter pipa pembawa (pipa primer dan pipa sekunder) minimum 100 mm dan ukuran diameter pipa pembagi atau tersier minimum 50 mm.
Faktor jam Puncak untuk perhitungan pipa distribusi :
Faktor Pipa Primer Pipa Sekunder Pipa Tersier
Maksimum 1,15 1,15 1,15
Jam puncak 1,5 – 1,7 2 3
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya,
Panjang pipa tersier yang diijinkan :
Suplai Diameter
pipa tersier (mm)
Panjang maksimum yang diijinkan ketika mensuplai
Dari satu sisi jalan Dari dua sisi jalan
Suplai dari satu sisi akhir saja
50 75 100
65 155 280
40 100 185
Suplai dari dua sisi akhir
50 75 100
130 310 560
80 200 370
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 108
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya, Jumlah dan debit pompa sistem penyediaan air minum :
Debit (m3/hari)
Jumlah pompa (unit)
Total pompa (unit)
Sampai 2800 2500 s/d 10.000 lebih dari 90.000
1 (1) 2 (1) lebih dari 3 (1)
2 3 lebih dari 4
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya,
3.5.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penyediaan Air Bersih Dalam hubungannya dengan PDAM, masyarakat adalah pelanggan dan PDAM adalah penyedia layanan. Namun jika ditinjau secara keseluruhan dimana PDAM hanya mampu melayani +68% masyarakat Kota Pontianak maka 32% masyarakat lainnya melakukan upaya swadaya dalam penyediaan air bersih misalnya dengan mengakses air hujan atau memanfaatkan air sungai. Perempuan sangat berperan dalam penyediaan air bersih dalam skala rumah tangga. Sebagian besar masyarakat menampung air hujan dengan menggunakan PAH berupa tempayan-tempayan. Sistem PAH yang memenuhi standar teknis baik dari volume, konstruksi maupun sistem filtrasi masih sangat jarang digunakan oleh masyarakat.
3.5.6. Permasalahan 1. 32% penduduk kota Pontianak belum memiliki akses pelayanan air bersih 2. 35% pelanggan yang dilayani air bersih dari PDAM mendapat aliran dibawah 10
M3/SL/Bulan dan terindikasi pelanggan tersebut tidak mendapatkan aliran 24 Jam 3. Kualitas air yang disalurkan dari IPA relative memenuhi syarat, namun yang diterima
pelanggan kadang terjadi perubahan kualitas akibat kondisi jaringan yang sudah tua dan kecepatan pengaliran yang tidak memadai.
4. Penurunan kualitas air baku S. Kapuas dan S. Landak sebagai sumber air baku utama bagi PDAM terutama pada saat kemarau dimana terjadi interusi air laut dengan kadar garam diatas batas yang diijinkan sementara IPA yang ada tidak didesain untuk mengolah air asin.
5. Kapasitas IPA terbatas, hingga PDAM sulit mengembangkan pelayanan dan diperburuk dengan tingginya angka kehilangan air sebesar 34% jauh diatas toleransi nasional sebesar 20%
6. Tarif air PDAM masih rendah hingga sulit untuk berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur air bersih
7. Pendanaan melalui APBD Murni Pemkot Pontianak tidak ada, sementara yang ada bersumber dari APBN melalui DAK (Dana Alokasi Khusus) dan DHD (Dana Hibah Daerah) dengan kondisi tidak memadai.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 109
3.6. Komponen Sanitasi Lainnya 3.6.1. Penanganan Limbah Industri Beberapa kegiatan usaha yang saat ini menunjukkan perkembangan cukup signifikan dan membawa pengaruh dalam perkembangan wajah kota Pontianak, antara lain kegiatan :
1. Industri a. Crumb Rubber sebanyak 5 buah. b. Keramik sebanyak 1 buah c. Cold Storage sebanyak 3 buah d. Galangan Kapal sebanyak 1 buah e. Minyak kelapa / sawit sebanyak 2 buah.
2. Perdagangan a. Supermarket / Mall sebanyak 5 buah
3. Parawisata a. Hotel Berbintang sebanyak 4 buah b. Hotel Melati sebanyak 39 buah
4. Kesehatan a. Rumah Sakit sebanyak 4 buah b. Klinik / Balai Pengobatan sebanyak 26 buah
5. Home Industri Usaha Kecil Menengah sebanyak 670 buah (untuk Kecamatan Pontianak Kota dan Pontianak Selatan).
Sektor kegiatan usaha diatas dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari berpotensi menghasilkan limbah baik berupa limbah padat, cair dan gas yang dapat menimbulkan pencemaran yang membawa dampak terhadap penurunan daya dukung lingkungan apabila tidak dilakukan tindakan pencegahan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penyebab pencemaran kualitas air permukaan di Kota Pontianak tahun 2009 rata-rata pencemarannya disebabkan oleh berbagai macam seperti pabrik, bengkel, rumah sakit, limbah hotel serta limbah restoran. Lokasi perbatasan Sungai Landak dan Sungai Ambawang pencemarannya disebabkan oleh pabrik-pabrik yang beroperasi disekitar sungai tersebut. Sedangkan lokasi Parit Malaya yang terletak di Tanjung Hulu pencemarannya disebabkan oleh limbah bengkel-bengkel yang membuang sisa minyak pelumas tanpa pengolahan terlebih dahulu. Lokasi Parit Nanas yang juga terletak di Tanjung Hulu pencemarannya disebabakan oleh limbah-limbah restoran.
Tabel 3.18 Lokasi Parit Dan Penyebab Pencemaran
No Lokasi Penyebab Pencemaran
1 Perbatasan Sungai Landak dan Ambawang Limbah Pabrik
2 Parit Malaya / Tanjung Hulu Bengkel
3 Parit Nanas / Tanjung Hulu Restoran
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 110
No Lokasi Penyebab Pencemaran
4 Bawah Tol Landak – PDAM Siantan Rumah Sakit
5 Depan Rimba Ramin – Gudang Sangkar Emas Limbah Pabrik
6 Depan PT.Hok Tong Siantan Limbah Pabrik
7 Pabrik Sagu PT. Sumber Alam Limbah Pabrik
8 Peracikan Kayu Galangan Kapal Kampung Beting Limbah Pabrik
9 Pasar Puring / Pasar Siantan Limbah Pasar
10 Hotel Kartika (Sungai Kapuas) Limbah Hotel
11 Kapuas Indah (Sungai Kapuas) Limbah Pasar
12 Parit Besar (Sungai Kapuas) Limbah Pasar
13 Depan PDAM / Imam Bonjol (Sungai Kapuas) Limbah Rumah Tangga
Sumber data: BLH Kota Pontianak, 2010
Pada tahun 2007 pengawasan limbah kegiatan usaha dilakukan pada 43 kegiatan usaha yang terbagi dalam beberapa bidang usaha, masing-masing bidang usaha diambil hanya beberapa kegiatan usaha. Adapun 43 kegiatan usaha dimaksud adalah sebagai berikut :
a. SPBU 1. SPBU 64.781.01 2. SPBU 64.781.02 3. SPBU 64.781.03 4. SPBU 64.781.05
5. SPBU 64.781.06 6. SPBU 64.781.07 7. SPBU 64.782.01 8. SPBU 64.782.02
b. Laundy 1. laundry King 2. Laundry Martuari Waya
3. Laundry Sabda Express 4. Laundry Rajawali
c. Rumah Makan/ Restoran/Café 1. RM. Aneka Rasa 2. KFC Gajah Mada 3. Restoran Cita Rasa
4. Restoran American Fried Chicken 5. Restoran Gajah Mada 6. RM.Rio II
d Gudang dan Bengkel 1. PT. Trakindo Utama Cabang Pontianak 2. PT. Sarana Tirta Marguna
e. Industri 1. PT. Kota Niaga Raya 2. CV.Jaya Kota 3. PT. Hok Tong 4. PT. Giat Usaha Dieng 5. PLTD Siantan 6. PT. Aloe Vera Indonesia
7. PT.Sumber Batulayang Indah 8. PT. Niramas Utama 9. PT. Sumber Alam 10. PT. sumber Djantin 11. PT. Cahaya Kalbar, Tbk
f. Kesehatan 1. KB. Khanza Khatulistiwa 2. RSUD dr.Soedarso
3. RSIA. Anugrah Bunda 4. RSS. Antonius
g. Mall dan Hotel 1. Matahari Mall Pontianak
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 111
2. Hotel Grand Mahkota 3. Hotel Kini
h. BUMN 1. PT. Pertamina (persero) UPms VI. Cab. Pemasaran Pontianak 2. PT. Pertamina (persero) UPms VI Depot Pontianak 3. Penimbunan Pelumas Jeruju PNT. NBBM 4. PT Telkom Pontianak
Temuan permasalahan yang diperoleh pada saat peninjauan lapangan dan hasil analisis laboratorium dibahas sebagai data primer dalam pembahasan rekomendasi dan saran yang akan disampaikan kembali kepada pemilik usaha kegiatan.
3.6.2. Penanganan Limbah Medis
Berdasarkan keputusan Mentreri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus mengolah air limbah sampai standar yang diijinkan, Untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar umumnya dapat membangun unit alat pengolah air limbahnya sendiri karena mereka mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk rumah sakit tipe kecil sampai dengan tipe sedang umumnya sampai saat ini masih membuang air limbahnya ke saluran umum tanpa pengolahan sama sekali. Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan tersebut, akan menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah padat yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan langsung dari kegiatan medis. Limbah ini tergolong dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B-3) sehingga berpotensi membahayakan komunitas rumah sakit. Jika pembuangan limbah medis tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bahaya terhadap masyarakat di sekitar lokasi pembuangan. Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan di RS tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan bukan merupakan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan sampah kota yang ada. Untuk melaksanakan pengendalian pencemaran air sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendatian Pencemaran Air, maka Pemerintah Kota Pontianak telah melakukan kegiatan pengawasan terhadap beberapa sarana pelayanan kesehatan yang ada di kota Pontianak sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3-19 Hasil Pengawasan Kualitas Limbah cair pada beberapa Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada di kota
Pontianak Periode 2003 s/d. 2009
No. Nama Kegiatan Usaha Proses Penanganan Hasil Pengukuran
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 112
No. Nama Kegiatan Usaha Proses Penanganan Hasil Pengukuran
1. Klinik Bina Sehat
Limbah cair medis dialirkan ke bak penampungan ( septic tank dgn ukuran 2m x 2m ) , Limbah cair non medis dibuang langsung ke saluran drainase yang menuju ke parit sei jawi.
BOD = 75 mg/l. COD = 180 mg/l. TSS = 60 mg/l. Minyak & Lemak = 15 mg/l. Fosfat ( PO4) = 2mg/l. MBAS = 5 mg/l.
2. Puskesmas Alianyang
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke septic tank yang aliran outletnya ke badan air/parit sekitar Puskesmas.
2. Limbah padat medis dibakar secara terbuka.
3. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat.
Suhu = 28,9 ' C pH = 6,93 BOD5 = 6,44 mg/l. COD = 66,02 mg/l. TSS = 23 mg/l. NH3 bebas =0,04 mg/l PO4 = 0,02 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 16.000 MPN Koliform/100ml
3. Puskesmas Siantan Hilir
1. Limbah cair yang dihasilkan seluruhnya dibuang ke parit tanpa pengolahan kecuali limbah cair dari wc dan kamar mandi yang dialirkan ke septic tank
2. Limbah padat medis dibakar secara terbuka.
3. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat.
Suhu = 28,3 ' C pH = 6,25 BOD5 = 3,55 mg/l. COD = 124,71 mg/l. TSS = 20 mg/l. NH3 bebas =0,01 mg/l PO4 = 0,06 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
4. Klinik Bahana Putra
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke septic tank yang aliran outletnya ke badan air/parit di belakang linik.
2. Limbah padat medis dibakar dengan mengunakan alat pembakar las .
3. Limbah non medis dibuang ke TPS terdekat.
Suhu = 26,7 ' C pH = 6,62 BOD5 = 84,74 mg/l. COD = 327,60 mg/l. TSS = 81 mg/l. NH3 bebas =0,18 mg/l PO4 = 0,72mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
5. Rumah Sakit Islam YARSI Pontianak
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke septic tank dan sebagian yang lainna lansung dibuang ke lingkungan.
2. Limbah padat medis dan non medis dibakar secara terbuka.
3. Limbah B3 dari Radiologi ditampung di dalam wadah khusus untuk kemuadian dikirim ke RSUD Sudarso.
Suhu = 27,1 ' C pH = 6,94 BOD5 = 8,13mg/l. COD = 18,34mg/l. TSS = 96 mg/l. NH3 bebas =0,04 mg/l PO4 = 0,01 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
6. Rumah Sakit Bersalin Harapan Anda
1. Limbah cair yang dihasilkan di dapur disalurkan ke IPAL dengan sistem up.flow sehingga minyak lemak yang ada dapat segera diangkat keluar.
2. Menaburkan kapur gamping pada bak pengumpul limbah cair dari loundry dan VK, untuk kemudian limbah padatnya diagkat.
3. Limbah padat medis di bawa ke RS Bhayangkara Tk. IV Pontianak untuk dimusnahkan dg menggunakan incinerator.
Suhu = 29,1 ' C pH = 6,91 BOD5 = 7,79 mg/l. COD = 104,40 mg/l. TSS = 73 mg/l. NH3 bebas =0,20 mg/l PO4 = 0,82mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 113
No. Nama Kegiatan Usaha Proses Penanganan Hasil Pengukuran
4. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat.
7. RSU. St. Antonis
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke IPAL sebelum dialirkan ke badan air.
2. Limbah padat medis dimusnahkan dengan incinerator.
3. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat.
Suhu = 30,0 ' C pH = 6,71 BOD5 = 5,96 mg/l. COD = 94,84 mg/l. TSS = 5,2 mg/l. NH3 bebas =0,2 mg/l PO4 = 1,15 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 170 MPN Koliform/100ml
8. RSU. Dr. Sudarso
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke IPAL sebelum dialirkan ke badan air.
2. Limbah padat medis dimusnahkan dengan incinerator.
3. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat.
Suhu = 28,1 ' C pH = 6,04 BOD5 = 15,59 mg/l. COD = 128,38 mg/l. TSS = 21,5 mg/l. NH3 bebas =0,03 mg/l PO4 = 0,03 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
9. Klinik Rosye Jaya Medika
1. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang digunakan untuk mengolah limbah dari kegitan klinik berupa septic tank yg terdiri dari 2 bak, yaitu bak I merupakan bak kedap yang berfungsi untuk mengendapkan partikel berbahaya yang terdapat di limbah cair yang slanjutnya proses pengendapan menghasilkan sludge yang pembersihannya dengan cara disedot, sedangkan bak II yang merupakan bak penampungan limbah cair dari bak I yang pengolahannya dengan cara filtrasi dengan menggunakan batu kerikil, ijuk, dan pasir dengan sistem resapan pada tanah setelah melewati proses filtrasi.
2. Limbah padat medis dikumpulkan dan dibawa ke RSUD Sudarso untuk dimunahkan dengan mengunakan incinerator.
3. Limbah non medis dibuang ke TPS terdekat.
Suhu = 26,8 ' C pH = 6,57 BOD5 = 13,55g/l. COD = 49,51. TSS = 8 g/l. NH3 bebas =0,02g/l PO4 = 0,01/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
10 RSIA Anugrah Bunda Khatulistiwa
1. Pengolahan limbah berupa septic tank yang dibuat dengan sistem sedot tiap 6 bulan sekali
2. Panambahan bakteri IPAL dilakukan sekali pada waktu pertama kali IPAL difungsikan
-
11 R.S Promedika 1. Limbah medis dikirim ke RS.
Bayangkara dan sebagian dikirim ke -
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 114
No. Nama Kegiatan Usaha Proses Penanganan Hasil Pengukuran
Lab.Kes. 2. Limbah sisa medis sebagian ada
yang dikeringkan terlebih dahulu sebelum dikirim
3. Limbah rontgen film nya dibakar, dan limbah cairnya diarahkan ke IPAL
12 Klinik Bersalin Khanza
1. Sampah medik dibakar didalam Incinerator
2. IPAL berupa bak-bak yang berisi koral, ijuk, arang kemudian dibuang langsung ke lingkungan
13 RS.Tk IV Bhayangkara Polda Kalbar
1. Incinerator telah digunakan sebagaimana mestinya
2. IPAL belum digunakan sehingga limbah cair langsung dialirkan ke septic tank
3. Masih terdapat sisa-sisa botol infus yang dibuang sembarangan
-
14 Laboratorium Klinik Utama Taruna
1. Penanganan limbah medis cair langsung dialirkan ke septic tank yang kemudian diresapkan ke tanah
2. Penanganan limbah non medis langsung dibuang ke TPS dan dibakar
3. Penanganan ceceran menggunakan antiseptik
-
15 Klinik 24 Jam Anggrek
1. Limbah cair di klinik dialirkan melalui bak yang terdiri atas bak penyaringan, bak pengendapan dan bak penyaringan yang berisi pasir dan ijuk .Limbah dari IPAL di buang ke parit sekitar klinik
2. Limbah cair dapur dialirkan melalui septic tank dan selanjutnya meresap kedalam tanah
-
Sumber: BLH Kota Pontianak
Berdasarkan Tabel 2 tersebut di atas maka jenis sarana pelayanan kesehatan yang diamati dapat dikelompokkan menjadi : a. Sarana Pelayanan Kesehatan Lanjutan
Termasuk dalam kategori ini adalah : 1. Rumah Sakit Umum Sudarso, 2. RS Umum Santo Anthonius, 3. RS Islam Yarsi, 4. RS Tingkat IV Bhayangkara, 5. RS Pro Medika, 6. RS Bersalin Harapan Anda, dan 7. RSIA Anugrah Bunda Khatulistiwa. Dari ketujuh Sarana Pelayanan Kesehatan Lanjutan tersebut yang telah memiliki dan melakukan proses pengolahan limbah cair medis dengan menggunakan Instalasi
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 115
Pengolahan Air Limbah (IPAL) standar baru 2 buah Rumah Sakit (28,57 %), yaitu RSU Dr. Sudarso dan RSU Santo Anthonius sedangkan ke-5 RS lainnya (71,43 %) dalam penanganan limbahnya masih menggunakan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) berupa septic Tank. Dari table di atas diketahui bahwa hasil pengukuran terhadap sample air yang diambil dari masing-masing sarana pelayanan kesehatan lanjutan menunjukkan secara umum kondisi effluent limbah cair medis masih berada di bawah Nilai Ambang Batas maksimum yang diperkenankan sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995, kecuali untuk parameter tertentu. Kadar COD buangan limbah cair dari RSU Dr. Sudarso menunjukkan telah melebihi NAB yang diperkenankan yaitu sebesar 128,38 mg/liter (maksimal 100,00 mg/liter). Demikian juga halnya dengan Rumah Sakit Bersalin Harapan Anda, dimana kadar COD buangan limbah cairnya sebesar 104,40 mg/liter.
b. Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar tersebut Termasuk dalam kategori ini adalah : 1. Puskesmas Alianyang 2. Puskesmas Siantan Hilir Untuk sarana pelayanan kesehatan dasar, ada 1 Puskesmas (50 %) yang parameter buangan limbah cairnya melebihi Nilai Ambang Batas yang diperkenankan, yaitu di Puskesmas Siantan Hilir dimana kadar COD=124,71 mg/l.
c. Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya Termasuk dalam kategori ini adalah 1. Klinik Bina Sehat, 2. Klinik Bahana Putra, 3. Klinik Rosye Jaya Medika 4. Klinik Bersalin Khanza 5. Klinik 24 Jam Anggrek 6. Laboratorium Klinik Utama Taruna
Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya, hanya 3 klinik yang diambil sample buangan limbah cairnya, sedangkan 3 klinik lainnya belum dilakukan pengambilan sample. Dari ke-3 klinik yang diambil tersebut, 2 di antaranya (66,67%) memiliki kadar COD yang melebihi Nilai Ambang Batas yang diperkenankan, yaitu : 1. Klinik Bahana Putra : COD = 327,60 mg/liter. 2. Klinik Bina Sehat : COD = 180 mg/liter.
Penanganan limbah non medis pada umumnya dibuang di TPS untuk kemudian dibakar. Hal ini sebenarnya tidak diperkenankan karena kota Pontianak, terutama pada musim kemarau sering terjadi penurunan kualitas udara akibat kabut asap.
3.6.3. Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 116
Sarana sanitasi yang terdapat di sekolah-sekolah dan familiar digunakan oleh siswanya adalah
jamban/toilet dan tong sampah. Namun selama ini baik Dinas Kesehatan maupun Dinas
Pendidikan tidak mempunyai data tentang jumlah dan kondisi sarana sanitasi yang dimaksud.
Di bawah ini adalah data tentang jumlah sekolah mulai dari pra sekolah sampai lanjutan
tingkat atas beserta jumlah muridnya. Untuk menggambarkan ketersediaan sarana sanitasi
sekolah adalah dengan didasarkan pada persyaratan penyediaann jamban yang ideal dengan
rata-rata kenyataan yang ada.
Tabel 3.20
Distribusi Jumlah Sekolah Dan Jumlah Murid Di Kota Pontianak Menurut Kecamatan
Tahun 2009.
Kecamatan
PAUD / TK SD / MI SMP / MTs SMA / SMK / MA TOTAL
Sek
LK PR Sek
LK PR Sek
LK PR Sek
LK PR Sek
LK PR
Pontianak Utara
18 388 386 47 8097 7358 15 2280 2450 13 2430 1631 93 13195 11825
Pontianak Timur
10 271 288 34 4572 4313 8 1339 1438 6 802 1014 58 6984 7053
Pontianak Selatan dan Tenggara
30 1592 1540 51 9218 8694 28 4601 4377 28 5630 6260 137 21041 20871
Pontianak Kota
28 1082 1326 45 7499 7176 18 2853 2675 28 3329 3167 119 14763 14344
Pontianak Barat
24 583 599 34 6899 6453 18 2557 2696 13 2187 1836 89 12226 11584
Total 110 3916 4139 211 36285 33994 87 13630 13636 88 14378 13908 496 68209 65677
a. Pra sekolah (PAUD, TK) Berdasarkan table tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah PAUD / TK yang ada di kota Pontianak sebanyak 110 buah dengan jumlah murid pra sekolah sebanyak 774 orang yang terdiri dari 388 murid laki-laki dan 386 murid perempuan.
Menurut ketentuan persyaratan penyediaan jamban / WC komunal sebagaimana yang telah diatur dalam pedoman penyediaan Jamban Keluarga yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan yang mempersyaratkan 1 jamban untuk 40 orang laki-laki atau 25 orang perempuan, maka estimasi kebutuhan Jamban / WC yang ideal untuk PAUD / TK yang ada di kota Pontianak adalah sebanyak 10 jamban untuk murid laki-laki dan 15 jamban untuk murid perempuan, sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC yang diperlukan untuk PAUD / TK idealnya adalah sebanyak 25 buah. Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid pra sekolah, baik PAUD maupun TK yang ada di kota Pontianak pada umumnya hanya 1 untuk setiap PAUD/TK sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC untuk anak pra sekolah baru mencapai sekitar 18 buah atau sekitar 72 %.
b. SD / MI
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 117
Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SD / MI yang ada di kota Pontianak sebanyak 211 buah dengan jumlah murid sebanyak 70.279 orang yang terdiri dari 36.285 murid laki-laki dan 33.994 murid perempuan. Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah jamban / wc untuk anak SD / MI sebanyak 907 buah untuk murid laki-laki dan 1.360 buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / WC yang diperlukan untuk anak SD / MI sebanyak 2.267 buah. Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid SD / MI, yang ada di kota Pontianak pada umumnya hanya 2 untuk setiap SD / MI sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC untuk SD / MI baru mencapai sekitar 422 buah atau sekitar 19 %.
c. SMP / MTs
Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SMP / MTs yang ada di kota Pontianak sebanyak 87 buah dengan jumlah murid sebanyak 27.266 orang yang terdiri dari 13.630 murid laki-laki dan 13.636 murid perempuan. Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah jamban / wc untuk anak SD / MI sebanyak 341 buah untuk murid laki-laki dan 545 buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / wc yang diperlukan untuk anak SD / MI sebanyak 886 buah. Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid SMP / MTs yang ada di kota Pontianak seperti juga halnya penyediaan jamban / wc untuk murid SD / MI, pada umumnya hanya 2 untuk setiap SMP / MTs sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC untuk SD / MI baru mencapai sekitar 174 buah atau sekitar 20 %.
d. SMU / SMK sederajat
Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SMU /SMK / sederajad yang ada di kota Pontianak sebanyak 88 buah dengan jumlah murid sebanyak 28.286 orang yang terdiri dari 14.378 murid laki-laki dan 13.908 murid perempuan. Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah jamban/wc untuk anak SMU/SMK/sederajad sebanyak 359 buah untuk murid laki-laki dan 556 buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / wc yang diperlukan untuk anak SMU/SMK/sederajad sebanyak 915 buah. Jumlah ketersediaan jamban keluarga/WC untuk murid SMU/SMK/sederajad, yang ada di kota Pontianak pada umumnya hanya 2 untuk setiap SMU/SMK sehingga jumlah keseluruhan jamban/WC untuk SMU/SMK mencapai sekitar 176 buah atau sekitar 19 %.
3.6.4. Kampanye PHBS Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama Pusat Promosi Kesehatan.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 118
Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan program PHBS, mulai dari pelatihan petugas pengelola PHBS tingkat Kota sampai dengan Puskesmas, memproduksi dan menyebarkan buku Panduan Manajemen Penyuluh Kesehatan Masyarakat tingkat Puskesmas; memproduksi dan menyebarkan buku Pedoman Pembinaan Program PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan tempat umum, tatanan sarana kesehatan, serta membuat buku saku PHBS untuk petugas puskesmas. Hasilnya sampai tahun 2009 tenaga kesehatan yang telah terlatih PHBS untuk tingkat kota Pontianak sebesar 80 % sedangkan untuk tingkat puskesmas telah mencapai 100 %, artinya seluruh petugas pengelola program PHBS di Puskesmas telah mengikuti pelatihan PHBS. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program PHBS adalah kemitraan/ dukungan lintas program/lintas sektor rendah, kemampuan teknis petugas rendah, mutasi petugas terlatih, alokasi dana terbatas dan perubahan struktur organisasi. Altematif pemecahan adalah melalui kegiatan advokasi kebijakan, koordinasi dan keterpaduan manajemen dan peningkatan kemampuan teknis pelaksana PHBS.
Kegiatan Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan selama periode 2009 adalah :
1. Kampanye PHBS, melalui : a. Media Cetak : Iklan layanan masyarakat : 10 kali b. Media elektronik :
- Dialog interaktif di TV : 3 kali, Radio : 6 kali. 2. Sosialisasi PHBS : 2 kali 3. Cetak Buku Saku : 50 buah 4. Cetak poster : 100 lembar 5. Cetak leaflet : 1.000 lembar 6. Cetak Buku Pemantauan Jentik Mingguan oleh anak Sekolah : 10.000 buah 7. Penggandaan CD PHBS : 50 buah.
Hasil Kegiatan PHBS Berdasarkan rekapitulasi hasil kegiatan program PHBS tatanan Rumah Tangga di seluruh kecamatan yang ada di Kota Pontianak (tidak semua rumah tangga, tetapi dengan menggunakan metode sampling), gambaran cakupan program PHBS Tingkat Kota Pontianak adalah sebagai berikut :
- Persentase Rumah Tangga Sehat (10 indikator) : 26,67 %.
- Persentase Rumah Tangga Sehat (indicator terpilih) : 0 %.
- Persentase Rumah Tangga Sehat (GHS) : 0 %.
Untuk Indikator Perilaku Sehat, cakupan PHBS untuk Tatanan Rumah Tangga adalah sebagai berikut :
- Persentase Rumah Tangga yang memperoleh pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan : 79,05 %.
- Persentase Rumah Tangga dengan Balita diberi ASI Eksklusif : 100,0 %. - Persentase Rumah Tangga yang tidak merokok : 38,57 %.
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 119
- Persentase Rumah Tangga yang melakukan aktifitas fisik setiap hari : 95,71 %. - Prosentase Rumah Tangga yang melakukan diet sayur dan buah : 76,67 %. - Persentase Rumah Tangga yang mempunyai JPKM : 47,62 %.
Untuk Indikator Lingkungan Sehat, cakupan PHBS untuk Tatanan Rumah Tangga adalah sebagai berikut :
- Persentase Rumah Tangga yang tersedia Jamban : 98,57 %.
- Persentase Rumah Tangga yang tersedia air bersih : 96,19 %.
- Persentase Rumah Tangga yang sesuai antara luas lantai dan jumlah penghuni : 70,48 %
- Persentase Rumah Tangga yang lantai rumah bukan dari tanah : 100,0 %.
Kampanye PHBS tidak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan sebagai SKPD dengan tupoksi yang terkait tetapi juga oleh PKK melalui Pokjanya. PKK dengan 10 program pokoknya telah banyak membantu untuk kemajuan keluarga di bidang kesehatan dan kegiatan PKK terlibat dalam program 7,9 dan 10 yaitu kesehatan, penyehatan lingkungan dan Perencanaan Keluarga. Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku dan lingkungan melalui program PHBS diharapkan masyarakat dapat mewujudkan derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. PKK Kota Pontianak membantu meningkatkannya dalam Program PHBS, hal ini dapat dilihat dari tersedianya anggaran untuk program ini pada tahun 2009 sebanyak Rp.600.000,- dan Tahun 2010 ini sebanyak Rp.10.000.000,-. Pada tahun 2009 anggaran digunakan untuk sosialisasi 10 perilaku ber PHBS di rumah tangga, sedangkan pada tahun ini anggaran diperuntukkan pada lomba kelurahan dengan pelaksanaan 10 perilaku ber PHBS di rumah tangga yang akan diikutkan pada lomba tingkat propinsi dalam kegiatan gerakan PKK – Kabupaten – Kota. Pada saat ini sejak bulan Februari 2010 PKK Kota Pontianak bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, melaksanakan pemantauan mingguan menuju rumah tangga bebas jentik sebagai upaya Penegakan kasus DBD yang endemis di Kota Pontianak. Permasalahan kampanye PHBS Aspek teknis Masih banyak rumah tangga yang belum punya WC Kebiasaan (masih banyak yang melakukan BAB sembarangan) Tingkat kesadaran yang belum merata tentang kesehatan dan kebersihan Tingkat ekonomi yang relative rendah sehingga fasilitas sanitasi terabaikan Lingkungan pemukiman yang belum higienis Aspek kelembagaan Cakupan air bersih masih kurang sehingga masyarakat masih menggunakan air
permukaan Jaringan air bersih belum mencakup seluruh pemukiman Terbatasnya akses air bersih untuk masyarakat miskin (kumuh)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 120
Promosi PHBS di tingkat masyarakat masih kurang
3.7. Pembiayaan Pengelolaan Sanitasi Kota
3.7.1. Kelembagaan dan Regulasi Pengelolaan Sanitasi Berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kota Pontianak, perangkat daerah yang ada di Kota Pontianak meliputi:
Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Inspektorat Bappeda Dinas Daerah : 13 dinas Lembaga Teknis Daerah : 3 Badan dan 4 Kantor Lembaga Lain : BP2T dan Lakhar Narkotika & Penanggulangan HIV-AIDS Satpol PP Kecamatan : 6 kecamatan Kelurahan : 29 kelurahan
Di dalam struktur pemerintahan Kota Pontianak, urusan kewenangan pengelolaan sanitasi yang meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, drainase, pengelolaan air limbah dan PHBS tidak berada dalam satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) akan tetapi tersebar dalam beberapa SKPD dengan cakupan tugas dan fungsi yang berbeda, SKPD tersebut meliputi:
Dinas Pekerjaan Umum, mencakup sector drainase dan dukungan penyediaan air bersih bersama PDAM Tirta Khatulistiwa serta peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman secara umum. Secara struktural, Bidang yang banyak berperan di Dinas Pekerjaan Umum dalam penanganan sanitasi kota adalah Bidang Cipta Karya khususnya pada Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan, menangani sektor persampahan dan air limbah dengan didukung keberadaan UPTD TPA sebagai bagian dalam pengelolaan persampahan di Kota Pontianak
Dinas Kesehatan, meliputi promosi, penyuluhan PHBS dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi kota. Secara struktural, bidang yang menangani sanitasi berada pada Bidang Penyehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan, didukung dengan keberadaan Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman dan Seksi Promosi Kesehatan.
Badan Lingkungan Hidup, mencakup sector air limbah, kualitas air baku dan pengendalian pencemaran lingkungan. Berdasarkan TUPOKSI dalam struktur organisasi, bidang yang banyak berperan dalam penanganan sanitasi kota adalah Bidang Pengawasan dan Penataan Hukum serta Bidang Revitalisasi Lingkungan dan Pengembangan Kapasitas yang masing-masing bidang terebut didukung oleh dua seksi
Selain intansi-instansi tersebut, beberapa instansi lain juga memiliki program dan kegiatan yang mendukung pengelolaan sanitasi di Kota Pontianak seperti Kantor Pemberdayaan Masyarakat melalui kegiatan Stimulan Rumah Tidak Layak Huni yang banyak digunakan untuk pembangunan MCK di rumah tidak layak huni; Kecamatan melalui Program Pembinaan
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 121
Kesehatan Masayarakat (kegiatan gerakan kebersihan lingkungan), Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Fasilitas Umum (melalui kegiatan bantuan stimulan jalan lingkungan/gang dan saluran drainase), Program Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat (kegiatan lomba kebersihan lingkungan), Program Pemberdayaan Masyarakat (kegiatan gotong royong pembersihan lingkungan), Program Pembangunan Kecamatan dan Kelurahan (kegiatan pengembangan sarana dan prasarana lingkungan jalan). Untuk lebih jelasnya terkait program dan kegiatan masing-masing instansi dalam mendukung pelaksanaan sanitasi kota Pontianak dapat dilihat dalam sub bab 3.7.3. yang akan mengulas lebih dalam terkait maslah pendanaan sanitasi. Dalam pelaksanaan urusan sanitasi, Instansi-instansi tersebut mengacu kepada TUPOKSI-nya masing-masing dan melakukan koordinasi bilamana melibatkan instansi terkait lainnya. Dalam hal ini BAPPEDA memiliki peranan cukup penting dalam menyambung rantai koordinasi antar instansi yang berkecimpung di dalam urusan sanitasi di Kota Pontianak. Sebagai dasar operasional pelaksanaan urusan sanitasi di tingkat kota, beberapa regulasi telah disusun, diantaranya:
1. Perda Nomor 6 tahun 1999 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 2. Perda Nomor 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Penyedotan Kakus 3. Perda Nomor 4 tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak
Tahun 2002-2012 4. Perda Nomor 13 Tahun 2005 tentang perubahan pertama Perda Nomor 8 Tahun
2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3.7.2. Perkembangan APBD Dalam kurun 5 tahun terakhir (2005-2009), besaran Realisasi APBD Kota Pontianak meningkat cukup singnifikan. Di tahun 2005 tercatat besaran APBD sebesar Rp. 312.590.392.355,62 yang 74,07% diantaranya dialokasikan untuk belanja tidak langsung dan hanya 25,93% sisanya dialokasikan untuk belanja langsung pembangunan. Trend tersebut mulai bergeser di tahun 2007, dimana dengan besaran APBD senilai Rp. 556.263.221,66 hanya 47,80% diantaranya dialokasikan untuk belanja tidak langsung, sedangkan sisanya 52,20% dialokasikan untuk belanja langsung pembangunan. Dari data terakhir yang didapat (tahun 2009), total nilai realisasi ABPD kota Pontianak adalah senilai Rp. 666.306.493.928,90 yang mana 47,96% dipakai untuk belanja tidak langsung dan 52,04% untuk belanja langsung pembangunan.
Tabel 3-21
Perkembangan Nilai APBD Kota Pontianak Tahun 2005-2009
URAIAN TAHUN ANGGARAN (Rp)
2005 2006 2007 2008 2009*
I Realisasi Pendapatan 312.590.392.355,62 480.081.594.859,98 556.515.008.922,17 618.641.452.979,53 666.306.493.928,90
II Belanja Daerah 304.462.321.318,45 474.804.730.648,34 537.263.364.221,66 633.594.660.392,22 658.842.306.673,92
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 122
1. Belanja Tidak Langsung
225.523.482.982,15 252.503.970.325,44 256.792.310.095,12 308.047.136.111,24 315.971.691.096,43
2. Belanja Langsung 78.938.838.336,30 222.300.760.322,90 280.471.054.126,54 325.547.524.280,98 342.870.615.577,49
Surplus/defisit 8.128.071.037,17 5.276.864.211,64 19.251.644.700,51 (14.953.207.412,69) 7.464.187.254,98
III Pembiayaan 635.243.278,59 5.659.355.676,96 8.791.538.241,80 31.717.485.054,51 16.177.638.953,30
1. Pembiayaan Penerimaan
5.045.451.917,39 8.763.314.315,76 11.395.496.880,60 32.321.443.693,31 16.781.597.592,10
2. Pembiayaan Pengeluaran
4.410.208.638,80 3.103.958.638,80 2.603.958.638,80 603.958.638,80 603.958.638,80
IV Sisa Lebih Pembiayaan Th Berjalan
8.763.314.315,76 10.936.219.888,60 28.043.182.942,31 16.764.277.641,82 23.641.826.208,28
Sumber : Bagian Keuangan, Setda Kota Pontianak
Ket : Data sebelum diaudit
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah dalam komponen APBD kota Pontianak juga terus mengalami peningkatan. Beradasarkan data tahun 2009, kontribusi PAD dalam struktur APBD Kota Pontianak mencapai 9,88% atau senilai Rp. 65.847.726.764,00 yang didapat dari komponen pengelolaan 6 jenis pajak daerah (pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak reklame, pajak penerangan jalan dan pajak parker) serta 25 jenis retribusi daerah. Kontribusi terbesar dari komponen PAD ini disumbangkan oleh pajak penerangan jalan umum senilai Rp. 19.523275.132,- atau senilai 29,64%. Dari total nilai PAD di tahun 2009.
3.7.3. Besaran dan Proporsi Pendanaan Sanitasi Per Tahun Berdasarkan pembagian wewenang TUPOKSI SKPD, alokasi pendanaan sanitasi dalam kurun tiga tahun terakhir (2007-2009) menunjukkan kenaikan yang kurang signifikan. Jika dilihat pada tahun 2007 besaran total pendanaan sanitasi di Kota Pontianak sebesar Rp. 27.212820.195,- atau senilai 4,88% dari total APBD Kota Pontianak tahun 2007 dengan proporsi pendanaan terbesar di Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Sedangkan di 2009 total besaran pendanaan sanitasi adalah Rp. 27,959,340,019,- atau senilai 4,19% dari APBD tahun 2009 dengan proporsi terbesar pendanaan tetap di Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
Tabel 3-22 Proposi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut SKPD Tahun 2007-2009
No
Pembiayaan (Rp)
Institusi 2007 2008 2009
APBD Kota APBD Kota APBD Kota
1 Dinas Kesehatan 1,862,515,475.00 1,283,168,450.00 315,781,000.00 2 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 11,435,276,430.00 8,861,043,471.00 14,132,031,533.00 3 Badan Lingkungan Hidup 2,039,185,880.00 1,981,097,828.00 2,312,342,842.00 4 Dinas Pekerjaan Umum 9,966,107,660.00 12,877,401,810.00 6,968,252,750.00 5 Kecamatan 1,909,734,750.00 2,312,556,900.00 1,662,474,588.00 6 Kantor Pemberdayaan Masyarakat - 272,024,320.00 2,568,457,306.00
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 123
Total 27,212,820,195.00 27,587,292,779.00 27,959,340,019.00
Sumber : LKPJ Walikota Pontianak Tahun 2007, 2008 dan 2009, data diolah
Tabel 3-23
Proposi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut SKPD Tahun 2007-2009 (sumber dana APBD Kota, APBD I dan APBN)
No Sektor Sanitasi Pembiayaan (Rp)
2007 2008 2009
1 Kampanye PHBS 2,021,320,225.00 1,609,733,750.00 428,257,500.00
2 Sampah 11,435,276,430.00 8,910,543,471.00 14,296,534,833.00
3 Air Limbah 3,411,923,880.00 3,104,193,948.00 3,153,872,942.00
4 Drainase & Jalan 10,629,743,160.00 10,032,546,610.00 6,473,286,338.00
5 Air Bersih 3,465,122,500.00 7,276,930,500.00 9,331,962,500.00
Total 30,963,386,195.00 30,933,948,279.00 33,683,914,113.00
Sumber : LKPJ Walikota Pontianak Tahun 2007, 2008 dan 2009, data diolah
Jika dilihat berdasarkan sektor-sektor dalam sanitasi, sektor-sektor sampah dan drainase/jalan lingkungan merupakan sektor yang paling banyak dibiayai oleh APBD kota Pontianak. Tercatat di tahun 2007 sektor drainase/jalan lingkungan sebesar 34% dari total pembiayaan sanitasi yang bersumber baik dari APBD kota maupun dari APBD propinsi dan APBN, sedangkan yang terkecil di sektor kampanye PHBS yang mencakup 7% dari total pembiayaan sanitasi.
Di tahun 2009 pembiayaan terbesar bergeser ke sektor persampahan mencapai 43% dari total pembiayaan sanitasi dan yang terkecil adalah pendanaan kampanye PHBS yang hanya meliputi 1% dari total pembiayaan sanitasi. Kedepan perlu peningkatan pendanaan di ini mengingat
aspek pelibatan masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung keberhasilan pengelolaan sanitasi. Untuk mengetahui lebih dalam program-program dan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan sanitasi di Kota Pontianak dalam kurun waktu 2007-2009 dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini:
Tabel 3-24
Gambar 3-14 Diagram Proporsi Pendanaan
Sanitasi Menurut Sektor Tahun 2007
Gambar 3-15 Diagram Proporsi Pendanaan
Sanitasi Menurut Sektor Tahun 2008
Gambar 3-16 Diagram Proporsi Pendanaan Sanitasi
Menurut Sektor Tahun 2009
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 124
Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2007
Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2007, data diolah
Tabel 3-25 Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2008
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 125
APBD Kota APBD Prop APBD Pusat
Dinas Kesehatan 1 Program Promosi Kesehatan - 3 Kegiatan 745,550,000.00
Pemberdayaan Masyarakat
2 Program Pengembangan - Kegiatan penyehatan 537,618,450.00
Lingkungan Sehat Lingkungan Permukiman
Sub Total 1,283,168,450.00
Dinas Kebersihan dan 1 Program Pengembangan - 9 Kegiatan 8,861,043,471.00
Pertamanan Pengolahan Persampahan
Sub Total 8,861,043,471.00
Badan Lingkungan 1 Program Pengendalian Pencemarn - 4 Kegiatan 1,602,325,550.00
Hidup dan Perusakan Lingkungan
- Pengadaan sarana dan prasrn 667,350,000.00
pemantauan kualitas air
permukaan
2 Program Peningkatan Kualitas - 2 Kegiatan 162,428,000.00
dan Akses Informasi SDA dan LH
3 Program Peningkatan Pengndalian - 2 Kegiatan 216,344,278.00
Polusi
Sub Total 1,981,097,828.00 667,350,000.00
Dinas Pekerjaan Umum 1 Program Pembangunan Drainase - 2 kegiatan 2,257,816,150.00
2 Program Pengembangan Kinerja - Kegiatan Air Bersih 2,714,805,500.00
Pengelolaan Air Minum dan - Kegiatan Air Bersih/BAKU 4,562,125,000.00
Air Limbah
3 Program Penyehatan lingkungan - 3 Kegiatan 45,000,000.00
perumahan dan Permukiman
4 Program Pemberdayaan - Kegiatan Peningkatan Kualitas 5,538,730,720.00
Komunitas Perumahan Lingkungan Pemukiman Kumuh
(NUSSP)
- NUSSP (luncuran) 243,709,840.00
- SANIMAS 230,020,100.00
Sub Total 12,877,401,810.00 - 2,714,805,500.00
Kecamatan 1 Program Pembinaan Kesehatan - Kegiatan gerakan kebersihan
Masyarakat Lingkungan
- Kec Pontianak Kota 22,800,000.00
- Kec Pontianak Tenggara 15,250,000.00
- Kec Pontianak Selatan 20,500,000.00
- Kec Pontianak Utara 15,000,000.00
2 Program Pemeliharaan Sarana - Kegiantan pemeliharaan
dan Prasarana Fasilitas Umum sarana lingkungan
- Kec Pontianak Kota 23,000,000.00
- Kec Pontianak Utara 404,503,200.00
- Bantuan stimulan jalan lingk
gang, jembatan dan drainase
- Kec Pontianak Tenggara 124,872,000.00
3 Program pembinaan partisipasi - Kegiatan lomba kelurahan
sosial masyarakat - Kec Pontianak Kota 10,000,000.00
- Kec Pontianak Barat 10,000,000.00
- Kec Pontianak Selatan 10,595,000.00
- Lomba kebersihan lingk RW
- Kec Pontianak Selatan 28,150,000.00
- Bantuan stimulan jalan lingk
gang, jembatan dan drainase
- Kec Pontianak Kota 643,579,550.00
- Pembinaan bakti masy
- Kec Pontianak Barat 24,732,000.00
- Kec Pontianak Utara 40,000,000.00
4 Program pemberdayaan masy - Kegiatan gotong royong masy
- Kec Pontianak Barat 2,190,000.00
- Kec Pontianak Utara 7,950,000.00
- Kec Pontianak Tenggara 8,100,000.00
- Peningktn jalan lingkungan
- Kec Pontianak Timur 245,000,000.00
5 Program Pembangunan kecamtan - Kegiatan Pengembangan sarna
dan Kelurahan dan Prasarana lingkngan jalan
- Kec Pontianak Barat 380,370,150.00
- Kec Pontianak Tenggara 125,965,000.00
- Kegiatan bedah rumah
- Kec Pontianak Timur 120,000,000.00
- Kegiatan lomba kebersihan
- Kec Pontianak Timur 30,000,000.00
Sub Total 2,312,556,900.00 - -
Kantor Pemberdayaan 1 Program Peningkatan Partisipasi - Kegiatan Stimulan rumah 105,726,020.00
Masyarakat Masyarakay dalam Membangun tidak layak huni
Kelurahan - Pembinaan bulan bhakti 116,798,300.00
gotong royong
- Fasilitasi pengelolaan sampah menjadi 49,500,000.00
pupuk organik
Sub Total 272,024,320.00 - -
TOTAL 27,587,292,779.00 - 3,382,155,500.00
Institusi Program Jumlah Kegiatan Pembiayaan (Rp)
Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2008, data diolah
Tabel 3-26 Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2009
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 126
Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2009, data diolah
3.7.4. Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan Layanan Sanitasi
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 127
Pendapatan Asli Daerah dari pengelolaan sanitasi didapat dari dua jenis retribusi yang telah diatur dalam peraturan daerah yaitu:
1. Perda Nomor 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Penyedotan Kakus 2. Perda Nomor 13 Tahun 2005 tentang perubahan pertama Perda Nomor 8 Tahun
2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Dalam kurun waktu 2005-2009, realisasi pendapatan dari dua jenis retribusi tersebut menunjukkan trend fluktuatif. Hal ini terjadi akibat belum adanya sistem pemungutan retribusi pelayanan sampah ideal yang dapat menjangkau potensi retrubusi secara luas. Di tahun 2010 ini Pemerintah kota Pontianak melakukan kerjasama dengan PDAM Tirta Khatulistiwa di dalam pemunguta retribusi sampah (dijadikan satu tagihan dengan tagihan pemakaian air bersih). Akan tetapi hal ini dirasa belum cukup maksimal menjangkau potensi retribusi yang masih sangat besar mengingat cakupan pelayanan air bersih sendiri masih belum mencakup seluruh Kepala Keluarga di kota Pontianak. Disisi lain masih terjadi hambatan/penolakan dari masyarakat sendiri akibat pemahaman yang keliru dari retribusi yang dikenakan. Masyarakat beranggapan retribusi tersebut tidak wajib dibayar karen merasa tidak mendapat pelayanan pengambilan sampah dari tempat tinggal, padahal retribusi yang dikenakan adalah untuk menutupi operasional penganggukatan sampah dari TPS menuju TPA setiap harinya.
Tabel 3-27
Realisasi Pendapatan Daerah dari Pelayanan Pengelolaan Sampah
No Tahun Jumlah
Penduduk
Realisasi Pendapatan (Rp.)
Jumlah (Rp) Retribusi Sampah
Retribusi Penyedotan Kakus
1 2005 494,441 1,593,144,697.00 9,730,412.00 1,602,875,109.00 2 2006 510,687 1,768,416,550.00 11,664,798.00 1,780,081,348.00 3 2007 514,622 1,477,091,577.00 6,364,784.00 1,483,456,361.00 4 2008 521,569 1,631,135,441.00 10,198,000.00 1,641,333,441.00 5 2009 595,601 1,745,852,951.00 10,523,000.00 1,756,375,951.00
Sumber: DInas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak
Kedepan perlu dipikirkan system pemungutan retribusi sampah yang lebih ideal untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal, mengingat potensi yang ada cukup besar. Selain itu perlu juga dilakukan upaya peningkatan pemahaman masyarakat melalui promosi dan kampanye-kampanye tentang pemungutan retribusi sampah yang dikenakan kepada masyarakat. Berdasarkan data diatas, dengan merata-rata penerimaan pertahunnya dalam periode 2005-2009 dan kemudian membandingkannya dengan jumlah rerata jumlah penduduk pertahun dalam periode yang sama, maka didapatkan angka rasio 3,134.01 yang merupakan angka rata-rata Penerimaan Retribusi Persampahan per kapita per tahun (Rp. 3.134/jiwa).
3.7.5. Besaran Pendanaan Sanitasi Per Kapita
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 128
Besaran pendanaan sanitasi perkapita adalah perbandingan jumlah rata-rata pembiayaan sanitasi yang dikeluarkan dalam periode tertentu dibandingkan dengan jumlah rata-rata penduduk dalam periode yang sama. Berdasarkan data-data yang telah digambarkan pada sub-bab sebelumnya, dimana dalam periode 2007-2009 maka didapat angka besaran pendanaan sanitasi perkapita Kota Pontianak adalah Rp. 50.716,91 bandingkan dengan besaran penerimaan retribusi persampahan per kapita per tahun yang hanya Rp. 3.134,-.
3.7.6. Pinjaman Daerah Dalam neraca keuangan Pemerintah Kota Pontianak, pada posisi per tanggal 1 Januari 2011 kedepan, masih terdapat kewajiban hutang sebesar Rp. 3.527.703.535,53 yang merupakan hutang Pemerintah Kota Pontianak untuk pembiayaan proyek-proyek pembangunan fisik dalam program KUDP (Kalimantan Urban Development Projects) melalui IBRD Bank Dunia yang dilaksanakn mulai tahun 1995. Jangka waktu pinjaman tersebut adalah 20 tahun dengan besaran angsuran pertahun yang harus dibayar oleh Pemerintah Kota Pontianak sebesar Rp. 610.000.000,-.
Tabel 3-28 Daftar Pinjaman Pemerintah Kota Pontianak
Keterangan Sisa Hutang (Rp.)
s/d 1 jan 2009 s/d 1 jan 2010 s/d 1 jan 2011
Pemberi Pinjaman IBRD Bank Dunia
Tujuan Pinjaman Pembiayaan KUDP
Jumlah Pinjaman Rp9,059,379,582.00
5,562,956,070.98
4,509,354,419.75 3,527,703,535.53
No dan Tanggal Loan LA-3854-IND tgl 6-4-1995 Jangka Waktu
Pinjaman 20 Tahun
Sumber: Bagian Keuangan, Setda Kota Pontianak
3.7.7. Permasalahan Pendanaan Sanitasi Kota Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pendanaan pengelolaan sanitasi di Kota Pontianak adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya proporsi dana untuk sanitasi dalam struktur belanja langsung APBD. Hal ini terkait dengan besaran APBD Kota Pontianak sendiri yang masih relative kecil dan sumber pendapatannya masih sangat tergantung dari Dana Alokasi Umum yang dianggarkan oleh Pemerintah Pusat, sedangkan kontribusi PAD masih amat sangat kecil dimana berdasarkan data terakhir tahun 2009 hanya sebesar 9,88% dari total
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak | 129
APBD. Sedangkan disisi lain Pemerintah Kota Pontianak dihadapkan dengan begitu kompleksnya permasalahan pembangunan kota dan begitu banyaknya urusan pemerintahan yang harus diemban oleh Pemerintah Kota Pontianak sehingga pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai prioritas yang telah disusun dalam dokumen perencanaan jangka menengah dan jangka panjang.
2. Peran Pemerintah Kota masih sangat dominan sedangkan sektor swasta belum banyak berperan. Untuk menunjang penanganan sanitasi di kota, selama ini masih sangat tergantung oleh alokasi dana pemerintah yang sangat terbatas, sedangkan sektor swasta belum banyak berperan. Padahal penanganan sanitasi sebenarnya bukan hanya melulu diemban oleh pemerintah akan tetapi swasta memiliki kewajiban turut serta dalam penanganan sanitasi kota. Kedepan perlu di dorong peran serta sektor swasta dalam pembiayaan pengelolaan sanitasi melalui skema-skema kerjasama yang ideal antara pemerintak Kota Pontianak dengan para pelaku usaha.
3. Belum ada perencanaan pembiayaan yang komprehensif dalam penanganan
Sanitasi. Berdasarkan pengalaman pelaksanaan pembangunan setiap tahunnya, masalah pembiayaan sanitasi sebenarnya muncul sejak dari proses perencanaan pengelolaan sanitasi sendiri yang belum ideal, belum tersinkronisasi dan belum termonitoring dengan baik. Sehingga belum ada tahapan dan target yang jelas kedepan sebagai acuan dalam penyusunan pembiayaan sanitasi. Kondisi saat ini cukup sulit mengukur besaran pembiayaan dalam struktur APBD dengan program dan kegiatan yang tidak terstruktur dengan baik. Penanganan sanitasi di Kota Pontianak belum memiliki perencanaan yang menyeluruh sehingga dalam pelaksanaanya terkesan jalan sendiri-sendiri oleh masing-masing SKPD yang berkenaan dengan urusan sanitasi dan belum terkoordinasi dengan baik.
4. Belum maksimalnya penerimaan pendapatan dari sektor sanitasi sebagai salah satu
sumber pembiayaan. Sebagaimana telah dijelaskan di sub bab sebelumnya, sampai saat ini potensi pendapatan dari pengelolaan sanitasi belum tergali dengan baik sehingga besaran pendapatan belum maksimal. Apabila kedepan potensi yang ada telah tergali maksimal diharapkan dana yang terhimpun dapat dikeluarkan kembali sebagai sumber dana yang signifikan dalam pembiayaan pengelolaan sanitasi tentunya dengan tetap disukung dari sumber-sumber pendanaan yang lainnya.