bab iii perancangan 5 p k j 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak...

46
67 BAB III PERANCANGAN 3.1 Data Perencananan Kapasitas angkat = 5 Tinggi angkat = 3 Kecepatan angkat = 6 = 0,1 Panjang perpindahan roda hoist = 5 Gerak putar crane = 360 3.2 Perencanaan Mekanisme Pengangkat ( Hoisting ) Perencanaan mekanisme untuk gerakan pengangkat meliputi perencanaan sebagai berikut : Gambar 3.1 hoist pengangkat

Upload: others

Post on 04-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

67

BAB III

PERANCANGAN

3.1 Data Perencananan

Kapasitas angkat = 5 π‘‘π‘œπ‘›

Tinggi angkat = 3 π‘š

Kecepatan angkat = 6 π‘š

π‘šπ‘–π‘›= 0,1

π‘š

𝑠

Panjang perpindahan roda hoist = 5 π‘š

Gerak putar crane = 360π‘œ

3.2 Perencanaan Mekanisme Pengangkat ( Hoisting )

Perencanaan mekanisme untuk gerakan pengangkat meliputi perencanaan

sebagai berikut :

Gambar 3.1 hoist pengangkat

Page 2: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

68

1. Hook / Kait

2. Tali / rope

3. Puli

4. Drum

5. Motor penggerak

6. Rem

7. Jib / boom

8. Mekanisme slewing / gerak putar .

3.2.1 Perencanaan hook / kait

Pada perencanaan ini bahan yang dipakai untuk bahan kait adalah baja

karbon SC 42 dari JIS 5101 dengan data teknik sebagai berikut :

Gambar 3.2 hook/kait

Page 3: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

69

Kekuatan tarik (πœŽπ‘) = 4200 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Batas mulur (πœŽπ‘¦ ) = 2100 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Tegangan tarik ijin (𝜎∝) = πœŽπ‘

𝑠𝑓 ( Sf diambil dari 7, ( sularso, 1997 )

= 4200

7 = 600 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Tegangan geser ijin (πœπ›Ό) = 0.5 . πœŽπ›Ό ( sularso ,1997)

= 0.5 .600

= 300 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Diameter terkecil kait (π’…πŸ)

Keterangan :

πœŽπ‘– = tegangan tarik ijin SC 42 = 600 π‘˜π‘”/π‘π‘š2

Q = 5000 kg = 5 ton

π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ = beban sudah ditambah untuk mengantisipasi adanya tegangan

berlebih saat terjadi gerak dinamik pada saat pengangkatan

muatan yaitu = 1,2 . 𝑄 = 1,2 . 5000 = 6000 π‘˜π‘”

πœŽπ‘‘ = 𝑄

𝐴=

π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πœ‹

4 . 𝑑𝐼

2 = 4 .𝑄

πœ‹ .𝑑𝐼2

𝑑𝐼 = √ 4 .𝑄

πœ‹ .πœŽπ‘‘

𝑑𝐼 = √4 .6000

πœ‹ . 600= 3,57π‘π‘š = 35,7 π‘šπ‘š

Page 4: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

70

Mengacu pada 𝑑𝐼 yang sudah didapatkan untuk tegangan tarik ijin sebesar

600π‘˜π‘”/π‘π‘š2 didapat diameter 35,7π‘šπ‘š . agar tegangan tarik yang terjadi dibawah

600π‘˜π‘”/π‘π‘š2 maka 𝑑𝐼 harus lebih besar. maka dari itu 𝑑𝐼 diambil berdasarkan ulir

metris standarisasi belanda N 81 dengan spesifikasi M 48. berikut data tekniknya :

Diameter mayor (π‘‘π‘œ) = 48 π‘šπ‘š

Diamater minor (𝑑𝑑) = 41,004 π‘šπ‘š

Kisar ulir ( t ) = 5 π‘šπ‘š

Pengecekan kekuatan pada ulir kait

Tegangan tarik pada ulir kait

Dari data teknik diatas maka dapat dihitung tegangan tarik pada ulir :

πœŽπ‘‘ =π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

πœ‹ 𝑑12

4

=4.π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

πœ‹.𝑑12

πœŽπ‘‘ =4Γ—6000

πœ‹Γ—4,10042 = 454.60 π‘˜π‘”/π‘π‘š2

Keterangan: π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ =Kapasitas muatan 6000 kg

𝑑1 = Diameter ulir dalam = 41,004 π‘šπ‘š = 4,1004 π‘π‘š

πœŽπ‘‘ = Tegangan tarik pada ulir kait

Tinggi mur ( H ) = 4.π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™.𝑑

πœ‹.(𝑑02βˆ’ π‘‘πœ2).πœπ‘– (N.Rudenko hal 86)

= 4.6000.0.5

3.14 . (4.82βˆ’4,10042).300

= 12000

5868,55

= 2,04 cm

Page 5: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

71

Jumlah ulir ( Z )

Dimana :

Z = 𝐻

𝑑

= 2.04

0.5

= 4,08 β‰ˆ 5 π‘™π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘Žπ‘›

Dimensi kait ( hook ) :

Secara geometris dimensi kait dapat dihitung berdasarkan gambar 3.3 :

Gambar 3.3

Diameter batang untuk bantalan kait (𝑑2)

𝑑2 = 1.2 . 𝑑1

= 1.2 . 41,004 mm

= 49,2 mm

Diameter leher kait (𝑑3)

𝑑3 = 1.3 . 𝑑1

= 1.3 . 41,004

Page 6: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

72

= 53,3 mm

Dimeter lubang kait ( a )

a = 2.5 . 𝑑1

= 2.5 . 41,004

= 102,5 mm

Tinggi penampang batang tirus I - II ( H )

H = 2.4 . 𝑑1

= 2.4 . 41,004

= 98. 4 mm

Jarak lengkung kait (π‘Ž2)

π‘Ž2 = 2 . 𝑑1

= 2. 41.004

= 82 mm

Lebar batang tirus kait bagian dalam penampang I - II (𝑏1)

𝑏2 = 2.2 . 𝑑1

= 2.2 . 41,004

= 90.2 mm

Lebar tirus bagian luar penampang I-II (𝑏2)

𝑏2 = 0.9 . 𝑑1

= 0.9 . 41,004

= 36,9mm

Lebar batang tirus kait bagian dalam penampang III-IV (𝑏1)

𝐡1 = 2.1 . 𝑑1

Page 7: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

73

= 2.1 . 41,004

= 86,1 mm

Lebar batang tirus kait bagian dalam penampang III-IV (𝑏2)

𝑏2 = 0.9 . 𝑑1

= 0.9 .41,004

= 36,9 mm

Lebar ujung kait ( h )

h = 1.2 . 𝑑1

= 1.2 . 41,004

= 49,2 mm

Panjang ulir maksimal (𝐿1)

𝐿1 = 1.4 . 𝐿1

= 1.4 . 41,004

= 57,4 mm

Tinggi penampang batang tirus III-IV( h )

h’ = 2 . 𝑑1

= 2. 41,004

= 82 mm

Panjang dari leher kait ke titik pusat (𝐿3)

𝐿3 = 5 . 𝑑1

= 5 . 41,004

= 205 mm

Tinggi ulir maksimal(𝐿4)

𝐿4 = 0.5 . 𝑑1

Page 8: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

74

= 0.5 . 41,004

= 20 mm

Panjang ujung kait dari titik pusat (𝐿5)

𝐿5 = 1.5 . 𝑑1

= 1.5 . 41,004

= 61,5 mm

Pengecekan tegangan yang bekerja pada dudukan penampang kait I-II

Menentukan nilai F , 𝑒1, 𝑒2, pada penampang I – II

Luas penampang πΉπΌβˆ’πΌπΌ

πΉπΌβˆ’πΌπΌ = β„Ž2

. (𝑏1 + 𝑏2 )

= 98,4

2 . ( 90,2 + 36,9)

= 6253,32 π‘šπ‘š2

Nilai (𝑒1)

𝑒1 = β„Ž

3 . 2 .𝑏1+ 𝑏2

𝑏1+ 𝑏2

= 98,4

3 . 2 .90,2+36,9

90,2+36,9

= 56,8 mm

Nilai (𝑒2 )

𝑒2 =

β„Ž

3 .

𝑏1+2.𝑏2𝑏1+𝑏2

= 98,4

3 .

90,2+2 .36,9

90,2+36,9

= 42,32π‘šπ‘š

Page 9: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

75

Nilai ( r )

r = π‘Ž

2+ 𝑒1

= 102,5

2+ 56,8

= 108,05 π‘šπ‘š

Nilai ( x )

x = βˆ’ 1 + 2π‘Ÿ

(𝑏1+ 𝑏2).β„Ž [{𝑏2 +

𝑏1βˆ’ 𝑏2

β„Ž ( 𝑒2 + π‘Ÿ )} 𝑙𝑛.

π‘Ÿ+ 𝑒2

π‘Ÿβˆ’ 𝑒1βˆ’ ( 𝑏1 βˆ’ 𝑏2)]

βˆ’1 + 2 .108,05

(90,2+36,9 ). 98,4[{36,9 +

90,2βˆ’36,9

98,4 ( 42,32 + 108,05)} 𝑙𝑛.

108,05+42,32

108,05βˆ’56,8βˆ’

( 90,2 βˆ’ 36,9)]

= βˆ’ 1 + 0,017 [ 126,71 βˆ’ 53,3 ]

= βˆ’1 + 1,24797 = 0,24797 = 0,25

Tegangan tarik pada dudukan kait bagian dalam (𝝈𝟏) penampang

𝜎1=

π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™π‘“

.1

π‘₯ .

2 .𝑒1π‘Ž

( N. Rudenko, hal 88 )

𝜎𝐼𝐼=

π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

𝑓 .

1

π‘₯ .

𝑒1𝛼2

+β„Ž

( N. Rudenko, hal 88)

Dimana :

F = luas penampang kritis

𝑒1 = jarak dari titik pusat penampang kesisi dalam

𝑒2 = jarak dari titik pusat penampang kesisi luar

x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang dan lengkungan dari

batang

Page 10: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

76

Tegangan tarik pada bagian dalam penampang I

𝜎1=

π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

𝐹 .

1

π‘₯ .

2 .𝑒1π‘Ž

= 6000

6253,32 .

1

0,25 .

2 .56,8

102,5

= 4, 25 π‘˜π‘”/π‘π‘š2

= 425 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Tegangan tekan pada bagian terluar penampang II

𝜎II = π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

𝐹 .

1

𝑋 .

𝑒1π‘Ž

2+ β„Ž

= 6000

6253,32 .

1

0,25 .

56,8102,5

2+ 98,4

= 1,46 π‘˜π‘”/π‘π‘š2

= 146 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Dari hasil perhitungan diatas bahwa tegangan tarik pada bagian terdalam dan

tegangan tekan bagian terluar penampang I – II masih berada dibawah tegangan

bahan yang diijinkan yaitu 600 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2. 𝜎𝐼 , 𝜎𝐼𝐼 ≀ πœŽπ›Ό ( π‘ π‘Žπ‘“π‘’ ).

Tegangan geser yang terjadi pada penampang I – II

πœπΌβˆ’πΌπΌ = π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

πΉπΌβˆ’πΌπΌ

= 6000

6253,32

= 0,95 𝐾𝑔/π‘π‘š2

= 95 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Page 11: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

77

Dari hasil perhitungan diatas diketahui bahwa tegangan geser yang terjadi

pada penampang I-II masih dibawah tegangan geser bahan yang diijinkan yaitu

300 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2 . πœπΌβˆ’πΌπΌ ≀ πœπ‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘› (π‘ π‘Žπ‘“π‘’).

Menentukan harga F, π’†πŸ,π’†πŸ, pada penampang III – IV

Luas penampang F = πΉπΌπΌπΌβˆ’πΌπ‘‰

πΉπΌπΌπΌβˆ’πΌπ‘‰ = β„Ž

2 . (𝑏1 + 𝑏2)

= 82

2 . ( 86,1 + 36,9 )

= 41 .123

= 5043 π‘šπ‘š2

Nilai (𝑒1)

𝑒1 = β„Ž

3 .

2.𝑏1+ 𝑏2

𝑏1+ 𝑏2

= 82

3 .

2.86,1+36,9

86,1+36,9

= 27,3 .1,7

= 46,41 π‘šπ‘š

Nilai (𝑒2)

𝑒2 = β„Ž

3 .

2.𝑏1+ 𝑏2

𝑏1+ 𝑏2

= 82

3 .

86,1+2.36,9

86,1+36,9

= 27,3 . 1,3

= 35,49 π‘šπ‘š

Nilai ( r )

Page 12: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

78

r = π‘Ž

2+ 𝑒1

= 102,5

2+ 46,41

= 97,66

Nilai ( x )

x = βˆ’1 + 2π‘Ÿ

(𝑏1+ 𝑏2).β„Ž [{𝑏2 +

𝑏1+𝑏2

β„Ž ( 𝑒2 + π‘Ÿ )} 𝑙𝑛.

π‘Ÿ+𝑒2

π‘Ÿβˆ’π‘’1 (𝑏1 + 𝑏2)]

= βˆ’1 +2.97,66

(86,1+36,9).82 [{36,9 +

86,1βˆ’36,9

82 ( 35,49 + 97,66)} 𝑙𝑛.

97,66+35,49

97,66βˆ’46,41βˆ’

(86,1 βˆ’ 36,9)]

= βˆ’1 + 0,019 [ 161,547 βˆ’ 49,2 ]

= βˆ’1 + 2,13

= 1,13

Tegangan tarik pada bagian terdalam penampang III

𝜎𝐼𝐼𝐼 = π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

𝐹 .

1

π‘₯ .

2.𝑒1

π‘Ž

= 6000

5043 .

1

0,3 . 2 .46,41

102,5

= 3,58 π‘˜π‘”/π‘π‘š2

= 358 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Tegangan tekan pada bagian terdalam penampang IV

𝑒𝐼𝑉 = π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

𝐹 .

1

π‘₯ .

𝑒1π‘Ž

2+ β„Ž

= 6000

5043 .

1

0,3 .

46,41102,5

2+ 82

= 1,38 π‘˜π‘”/π‘π‘š2

= 138 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Page 13: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

79

Dari hasil perhitungan diatas diketahui tegangan tarik pada bagian terdalam

dan tegangan tekan bagian luar penampang III – IV dibawah tegangan bahan yang

di ijinkan yaitu 600 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2 . 𝜎1,𝜎2, ≀ πœŽπ›Ό ( π‘ π‘Žπ‘“π‘’ ).

Tegangan geser yang terjadi pada penampang III – IV

πœπΌπΌπΌβˆ’πΌπ‘‰ = π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

πΉπΌπΌπΌβˆ’πΌπ‘‰

= 6000

5043

= 1,18 𝐾𝑔/π‘π‘š2

= 118 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Dari hasil perhitungan diatas diketahui bahwa tegangan geser yang terjadi

pada penampang III-IV masih dibawah tegangan geser bahan yang diijinkan yaitu

300 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2 . πœπΌπΌπΌβˆ’πΌπ‘‰ ≀ πœπ‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘› (π‘ π‘Žπ‘“π‘’).

Jadi perancang kait (hook) dengan material baja karbon cor SC 42 standart

JIS 5101 aman ( safe ) untuk digunakan.

3.2.2 Bantalan kait

Bantalan kait terletak pada kait (hook) dengan batang lintang ( croospiece ).

Dengan diameter 50 mm maka dimensi bantalan yang dipakai untuk pengait ini

adalah :

Table 3.1. bantalan peluru dorong untuk kait (Rudenko,1964)

Page 14: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

80

Dimensi bantalan :

𝑑1 = 50 π‘šπ‘š 𝐷1 = 100 π‘šπ‘š

𝑑4 = 52 π‘šπ‘š 𝐾 = 36 π‘šπ‘š

𝑑5 = 75 π‘šπ‘š 𝑅 = 75 π‘šπ‘š

D = 92 π‘šπ‘š π‘Ÿ = 1,5 π‘šπ‘š

3.2.3 Perancangan Crosspiece (Gantungan Kait )

Batang lintang ( crosspiece ) berfungsi sebagai rumah kait yang dilengkapi

dengan sakel yang terbuat dari plat baja.

Gambar 3.4 penampang batang lintang untuk kait.

Momen maksimum

Momen maksimum dapat dihitung dengan rumus :

π‘€π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘’π‘š = 𝑄 π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

4 . ( 𝐿 βˆ’ 0,5 . 𝐷1 ) ( N. Rudenko, hal 98 )

Dimana :

L = panjang batang lintang ( crosspiece ) = 200 mm ( dirancang )

𝐷1 = diameter luar dudukan cincin kait = 110 mm ( dirancang )

Dengan adanya beban tambahan kait yaitu 30 kg maka 6000+30 = 6030

Page 15: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

81

π‘€π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘’π‘š = 6030

4 . ( 200 βˆ’ 0,5 . 110 )

= 1507,5 . 145

= 218,587 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Momen perlawanan ( W )

π‘Š = 1

6 . ( 𝑏 βˆ’ 𝑑1). β„Ž2

Dimana :

b = lebar batang tirus = 150 mm ( dirancang )

h = tinggi batang lintang = 75 mm ( dirancang )

𝑑1 = diameter lubang dalam untuk batang kait = 50 mm

Maka

π‘Š = 1

6 . ( 150 βˆ’ 50 ). 752

= 0,16 .100 . 5625

= 90000 π‘šπ‘š3

Unit stress pada batang lintang ( crosspiece ) , (πˆπ’ƒπ’†π’π’…)

πœŽπ‘π‘’π‘›π‘‘ = π‘€π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ 

π‘Š ( N.Rudenko, hal 104 )

= 218,587

90000

= 2,42 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Dari data perhitungan tegangan batang lintang diatas, bahan batang

lintang adalah baja karbon untuk kontruksi mesin S55C standard JIS G 4051

dengan data teknik sebagai berikut

Page 16: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

82

Kekuatan (πœŽπ‘) = 80 Kg/mm2

Batas mulur (πœŽπ‘¦) = 60 Kg/mm2

Tegangan ijin (πœŽπ›Ό) = πœŽπ‘

𝑠𝑓 ( 𝑆𝑓 diambil 6, Sularso hal 30)

= 80

6 = 13,33 Kg/mm2

Momen Lentur Pada Poros Batang Lintang (Trunion)

Gambar 3.4 poros batang lintang

Besarnya momen lentur

M2 = π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

2 𝑆1+ 𝑆2

2

S1 = Tebal sakel = 20 mm (dirancang)

S2 = Tebal pelat = 5 mm (dirancang)

d = diameter poros batang lintang = 60 mm (dirancang)

M2 = 6030

2 20 + 5

2

= 3015 . 12,5

= 37687 Kg/π‘šπ‘š2

Page 17: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

83

Unit stress pada poros batang lintang (Trunion)

𝜎bend = 𝑀2

π‘Šπ‘‘π‘Ÿ (N.Rudenko, hal 104)

Dimana :

π‘€π‘‘π‘Ÿ = momen tahanan pada trunion = 0,1 βˆ™ 𝑑3

= 0,1 βˆ™ 603 = 21600 mm2

𝜎bend = 𝑀2

π‘Šπ‘‘π‘Ÿ

= 37687

21600

= 1,74 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Pemilihan bahan untuk batang lintang ( crosspiece )

Berdasarkan data perhitungan, maka dapat diambil material batang lintang

adalah baja karbon untuk kontruksi mesin S 55 C standard JIS G 4051. Dengan

data teknik sebagai berikut :

Kekuatan (πœŽπ‘) = 80 Kg/mm2

Batas luhur (πœŽπ‘¦) = 60 Kg/mm2

Tegangan ijin (πœŽπ›Ό) = πœŽπ‘

𝑠𝑓 ( 𝑆𝑓 diambil 6, Sularso, hal 30 )

= 80

6 = 13,33 Kg/mm2

Page 18: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

84

Tegangan yang terjadi pada bidang lintang masih berada dibawah

tegangan ijin bahan, sehingga perancangan batang lintang ini aman (safe) untuk

digunakan.

Pelat penyangga batang lintang ( sakel )

Gambar 3.6 pelat sakel

b = lebar sakel = 170 mm ( dirancang )

s = tebal sakel = 20 mm

d = diameter lubang untuk poros batang lintang pada sakel

= 60 mm ( dirancang )

R = jari – jari sisi luar = 50 mm

Pemeriksaan tegangan yang terjadi pada plat penyangga batang

lintang.

a .Tegangan tarik penampang AI - BI

πœŽπœπ‘™ = π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

2 βˆ™ 𝑏 βˆ™ 𝑠

= 6030

2βˆ™170βˆ™20

= 0.88 Kg/mm2

Page 19: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

85

b. Tegangan tarik penampang AII - BII

𝜎𝜏𝐼𝐼 = π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

2 βˆ™ π‘βˆ’π‘‘ βˆ™ 𝑠

= 6030

2 βˆ™170βˆ’60 βˆ™20

= 1,36 Kg/mm2

c. tekanan satuan pada penampang ( P )

P = π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

2 . 𝑑 .(𝑠1+ 𝑠2)

= 6030

2 βˆ™60 βˆ™ 25

= 2,0 Kg/π‘šπ‘š2

d. Tegangan satuan pada permukaan dalam (𝜎𝐴3 )

𝜎𝐴3 = 𝑝 βˆ™ [(2 βˆ™π‘…)2+ 𝑑2]

(2 βˆ™π‘…)2βˆ’π‘‘2 ( N. Rudenko, hal 101 )

= 2,0 βˆ™ [(2 βˆ™50)2+ 602]

(2 βˆ™50)2βˆ’602

= 34000

5100

= 4,31 Kg/mm2

e. Tegangan satuan pada permukaan luar (𝜎𝐡3 )

𝜎𝐡3 = 𝑝 βˆ™2. 𝑑2

(2 βˆ™π‘…)2βˆ’ 𝑑2 ( N. Rudenko, hal 101 )

= 2,0 βˆ™2 . 602

(2 βˆ™50)2βˆ’602

= 27200

6400

= 4,25 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Page 20: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

86

Berdasarkan perhitungan tegangan yang terjadi pada sakel, maka dipilih

material sakel yaitu baja karbon untuk konstruksi mesin S 55 C standard JIS G

4051, dengan data teknik :

Kekuatan tarik (πœŽπ‘) = 80 Kg/mm2

Batas mulur (πœŽπ‘¦) = 60 Kg/mm2

Tegangan ijin (πœŽπ›Ό) = πœŽπ‘

𝑠𝑓 ( 𝑆𝑓 diambil 6, Sularso, hal 30)

= 80

6 = 13,33 Kg/mm2

Dalam hal ini tegangan satuan permukaan luar dan dalam pada sakel masih

berada dibawah tegangan ijin bahan , sehingga perancangan sakel ini aman ( safe )

untuk digunakan.

3.2.4. Pemilihan tali ( roop )

Diketahui bahwa beban kejut yang terjadi adalah 6030 kg adanya

penambahan beban dari crossspiece dan sakel 34 kg maka 6030 + 34 = 6064

kg. maka pully yang dipakai menggunakan sistem puli majemuk sesuai

dengan gambar dibawah ini

Gambar 3.7 sistem skeve ( N.Rudenko, 1964)

Page 21: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

87

Tegangan maksimum pada tali ( S )

π‘†π‘šπ‘Žπ‘₯ = π‘„π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

𝑛 βˆ™πœ‚ βˆ™ πœ‚1 ( N. Rudenko, hal 41 )

dimana :

n = jumlah muatan puli yang menyangga muatan = 3

πœ‚ = efisiensi puli = 0,971 ( N.Rudenko tabel 8,hal 41)

πœ‚1 = efisiensi yang disebabkan kerugian tali akibat kekakuanya

ketika mengangkat / menggulung pada drum diasumsikan 0,98.

π‘†π‘šπ‘Žπ‘₯ = 6064

3βˆ™0,971βˆ™0,98

= 6064

2,85474

= 2124,18 π‘˜π‘”

Luas penampang tali ( A114 )

Tali yang dipilih ini tali baja dengan tipe 6 x 19 = 114 + 1c ( Core)

A114 = π‘†π‘šπ‘Žπ‘₯πœŽπ‘π‘˜

βˆ™ 𝑑

π·π‘šπ‘–π‘› βˆ™50000

( N. Rudenko, hal 39)

Dimana :

πœŽπ‘ = tegangan tali putus tali 130 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2 (N. Rudenko, tabel 12 hal 44)

k = Faktor keamanan crane trolly = 4 ( N. Rudenko, tabel 7 hal 42)

π·π‘šπ‘–π‘›

𝑑 = 23 ( jumlah lengkung tali = 3 ), ( N. Rudenko, tabel 7 hal 38)

A114 = 2124,18180

4βˆ’

1

23 βˆ™50000

= 1,97 cm2

= 19,7 mm2

Page 22: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

88

Diameter satu kawat tali ( wire)

𝛿 = √4 βˆ™π΄ 114

πœ‹ βˆ™π‘– ( Syamsir A.muin hal 63 )

Dimana :

I = jumlah kawat ( wire ) = 114

𝛿 = √4 βˆ™π΄ 114

πœ‹ βˆ™π‘–

= √4.19,7

πœ‹ .114

= 0,14 mm

Diameter tali (d )

d = 𝛿 βˆ™ 𝑖

= 114 βˆ™ 0,14

= 15,96 mm

d = Menurut United Work, Roterdam Holland diameter tali standart adalah

Diameter 15,96 mm = 16,6 mm ( Syamsir A. Muin Tabel. 2,.10, hal. 67 )

Dengan data teknik sebagai berikut :

Berat tali permeter .: 0,90 kg/mm

Beban patah actual : 12500 kg/mm2

Tegangan patah : 140 / 159 kg/mm2

Pengecekan tali

Gaya maksimum yang dijinkan tali :

𝑠𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝑝𝑏

π‘˜ k = 5,5 faktor keamanan operasional crane

trolly. (N. Rudenko.tabel 9 hal. 42 )

Page 23: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

89

𝑠𝑖𝑗𝑖𝑛 = 12500

5,5

= 2272,72 kg

Gaya pada tali yang sebenarnya adalah 2124,18 π‘˜π‘” dan masih dibawah

batas gaya yang dijinkan yaitu 2272,72 π‘˜π‘” sehingga perancangan tali dengan tipe

6 x 19 + 1c berada dalam kondisi sangat aman ( safe ) untuk digunakan.

Pengecekan tegangan yang terjadi pada tali akibat pembebanan

Tegangan ijin (πœŽπ‘–π‘—π‘–π‘›) = πœŽπ‘

π‘˜

= 140

5,5 = 23,63 kg/mm2

Tegangan tarik tali baja

Οƒ = S

A114 ( Syamsir A.muin hal 64 )

= 2124,18

1,97

= 1078,26 kg/cm2 = 10,7826 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Dari pengecekan diatas diketahui bahwa tegangan yang sebenarnya terjadi

akibat pengangkatan beban ternyata masih dibawah tegangan yang dijinkan

sehingga tali aman ( safe ) untuk digunakan.

Umur tali (U)

Menentukan faktor m ( modul ) tergantung pada pembengkokan tali selama

periode pemakaian operasionalnya.

𝜎 = Tegangan tarik sebenarnya pada tali = 10,7826 kg/π‘šπ‘š2

C = Faktor tergantung pada tali = 1,08 kg/π‘šπ‘š2

(Syamsir A.Muin tabel 2.26 hal. 103 )

c1 = Faktor tergantung diameter tali = 0,97 kg/π‘šπ‘š2

Page 24: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

90

( Syamsir A. Muin, Tabel. 2.27 hal. 103 )

c2= Faktor tergantung bahan tali = 1 kg/π‘šπ‘š2

(Syamsir A. Muin, Tabel. 2.28 hal. 103 )

Maka modul (m ) dapat dihitung .

m = π·π‘šπ‘–π‘›

𝑑

πœŽπ‘ π‘’π‘βˆ™π‘ βˆ™π‘ 1 βˆ™ 𝑐2

= 23

10,7826 βˆ™1,08 βˆ™0,97 βˆ™ 1

= 2,04

Jumlah bengkokan tali selama periode pemakaian ( z ) dapat dicari dengan

modul m = 2,04 ( Syamsir A. Muin, tabel 2.25 hal. 102 ),

maka ( m ).dari tabel :

m = 2,04 z = 349000

Umur tali dapat dihitung dengan rumus :

Z1= a - Z2 βˆ™ U βˆ™ 𝛽 ( Syamsir A. Muin, hal. 106 )

Sehingga :

U = 𝑍1

𝛼 βˆ™ 𝑍2 βˆ™ 𝛽 ( Syamsir A. Muin, hal. 106 )

dimana :

a = Jumlah rata - rata persiklus perbulan = 3400

( Syamsir A. Muin, Tabel 2.31 hal. 105 )

Z1 = Jumlah bengkokan tali selama periode pemakaian = 349000

Z2 = Jumlah bengkokan berulang persiklus = 3

( Syamsir A. Muin, Tabel 2.31 hal. 105 )

Page 25: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

91

𝛽 = Faktor perubahan daya tahan tali =.0,3

(Syamsir A. Muin, Tabel 2.31 hal. 105 )

maka,

Nilai (U) :

U = 349000

3400 βˆ™3 βˆ™0,3

= 349000

3060

= 114,05 = 114 bulan

3.2.5 Perancangan pully

Dalam perencanaan ini bahan pully terbuat dari cor ( besi kelabu atau baja).

Puli yang direncanakan terdiri dari beberapa puli tetap dan puli bergerak termasuk

pada sistem puli yang menguntungkan pada daya.

Gambar 3.7 pully

Diameter yang akan dirancang sebagai berikut :

π·π‘šπ‘–π‘› β‰₯ 𝑒1. 𝑒2. 𝑑 ( N.Rudenko, tabel 7 hal 38 )

Dimana :

d = diameter tali = 15,96 mm

𝑒1 = faktor tergantung alat angkat dan kondisi operasi = 20

𝑒2 = faktor tegantung kontruksi tali = 0,99 = 1

Maka :

Page 26: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

92

π·π‘šπ‘–π‘› β‰₯ = 20 . 1 .15,96

= 319,2 mm

Diameter

Tali

a b C E h T r r1 r2 r3 r4

4.8 22 15 5 0.5 12.5 8 4.0 2.5 2.0 8 8 6.2 22 15 5 0.5 12.5 8 4.0 2.5 2.0 8 8 8.7 2B 20 6 1.0 15.0 8 5.0 3.0 2.5 9 8 11.0 40 30 7 1.0 25.0 10 8.5 4.0 3.0 12 8 13.0 40 30 7 1.0 25.0 10 8.5 4.0 3.0 12 8 15.0 40 30 7 1.0 25.0 10 8.5 4.0 3.0 12 8 19.5 55 40 10 1.5 30.0 15 12.0 5.0 5.0 17 10 24.0 65 50 10 1 5 37.0 18 14.5 5.0 5.0 20 15 28.0 80 60 12 2.0 45.0 20 17.0 6.0' 7.0 25 15 34.5 90 70 15 2.0 55.0 22 20.0 7.0 8.6 28 20 39.0 110 85 18 2.9 65.0 22 25.0 9.0 10.0 40 30

Tabel 3.2 roda pully untuk kawat baja ( N.Rudenko, hal 71 )

Dengan menggunakan interpolasi untuk d = 15,96 mm di dapat :

a = [15,96βˆ’15,0

19,5βˆ’15,0] (55 βˆ’ 40) + 40 = 43,19 mm ( Syamsir.A.Muin ,hal 132 )

maka dengan cara yang sama diperoleh ukuran ukuran utama pully lainya :

b = 33.53 r = 10,719

c = 8,9 r1= 4,366

e = 1,183 r2= 3,732

h = 28,17 r3= 15,17

I = 11,83 r4= 8,732

Pengecekan pully terhadap tekanan bidangnya dengan persamaan berikut :

P = 𝑄

𝑙 .𝑑 ( π‘˜π‘”/π‘π‘š2) ( Syamsir.A.Muin, hal 80 )

Tergantung pada kecepatan keliling yaitu 0,1 m/s dengan tekanan bidang yang

diijinkan PΜ… = 75 kg/cm2.

Page 27: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

93

Maka :

P = 𝑄

𝑙 .𝑑=

2124,18

1Γ—319,2= 66,58 kg/cm2.

Maka dengan demikian tekanan bidang pada pully 66,58 kg/cm2 karena tekanan

bidang yang terjadi P = 66,58 π‘˜π‘”/π‘π‘š2 ≀ PΜ… = 75π‘˜π‘”/π‘π‘š2 maka pully ( safe )

untuk digunakan .

3.2.6 Drum

Drum pada operasi pengangkatan untuk menggulung tali. Untuk drum yang

digerakan mesin maka drum dilengkapi dengan air spiral ( helical grove )

sehingga tali akan tergulung secara merata dan mengurangi gesekan sehingga

keausan berkurang.

Berdasarkan diamater rope maka dapat diperoleh ukuran dan dimensinya sesuai

dengan tabel dibawah ini :

Tabel 3.3 alur drum ( Rudenko 1964 hal 74 )

Page 28: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

94

Berdasarkan tabel diatas diketahui :

d = 15,96 mm

S2 = 23,05 mm

C𝟐 = 4,34 mm

R2 = 1,67 mm

Diameter drum :

D = 𝑑

π·π‘šπ‘–π‘› . 𝑑

= 23 . 15,96

= 367 mm

Jumlah lilitan tali pada drum ( z )

z = 𝐻 .𝑖

πœ‹ .π·π‘‘π‘Ÿπ‘’π‘š + 2 ( N.Rudenko, hal 74 )

dimana :

H = tinggi angkat muatan = 3 m

untuk pully majemuk dengan empat bagian menurut. ( N.Rudenko,hal 65 )

diketahui :

i = 2 l = 2 h

e = 2v πœ‚ = 0,94

z = 3000 .2

3,14 .367+ 2

= 7,20 = 8 lilitan

Panjang alur spiral ( l ) :

l = z . s

= 8 . 23,05

= 184,4 mm

Page 29: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

95

Panjang keseluruhan ( L ) :

𝑙1 = 300 ( π‘‘π‘–π‘Ÿπ‘’π‘›π‘π‘Žπ‘›π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘› )

L = [ 2𝐻𝑖

πœ‹ .𝐷 + 12] . 𝑠. 𝑙1 ( N.Rudenko, hal 75 )

= [2 .3000.2

3,14 .367+ 12] .23,05 + 300

= 816,624 mm

Tebal dinding drum ( w ) ini menggunakan rumus empiris :

W = 0,02 . D + ( 0,6 sampai dengan1,0)

= 0,02 .367 + 10

= 17,34 mm

Tegangan tekan yang terjadi pada drum ( πˆπ’„π’π’Žπ’‘ )

πœŽπ‘π‘œπ‘šπ‘ = π‘†π‘šπ‘Žπ‘₯

𝑀 .𝑆2 ( N.Rudenko, hal 82 )

= 2124,18

17,34 .23,05

= 5,314 kg/mm2 = 531,4 kg/cm2

Material yang digunakan adalah (C4) 15 ( besi cor ) dengan nilai πœŽπ‘π‘œπ‘šπ‘ yang

diizinkan untuk kelas (C4) 15-23 (besi cor) sampai 1000 π‘˜π‘”/π‘π‘š2. Jadi drum yang

dirancang terhitung aman karena πœŽπ‘π‘œπ‘š < πœŽπ‘π‘œπ‘šπ‘ 𝑖𝑧𝑖𝑛.

3.2.7 Motor penggerak

Daya motor yang dibutuhkan untuk mengangkat adalah sebagai berikut :

N = 𝑆𝑀 .𝑉

75 .πœ‚π‘‘π‘œπ‘‘ ( N.Rudenko, hal.234 )

Dimana :

Sw = gaya tarik maksimum tali yang bekerja pada drum = 2124,18 kg

V = kecepatan angkat direncanakan v = 6 m/menit = 0,1 m/detik

πœ‚π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ = efisiensi mekanis 0,8 ( N.Rudenko hal 299)

Page 30: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

96

Maka :

N = 2124,18 .0,1

75 .0,8

= 3,54 HP

Dengan adanya beban saat awalan start motor sebesar 1,25% maka π‘π‘šπ‘œπ‘‘π‘œπ‘Ÿ pada

saat awalan start membutuhkan daya sebesar :

π‘π‘šπ‘œπ‘‘π‘œπ‘Ÿ = 1,25 Γ— 𝑁 = 1,25 Γ— 3,54 = 4,42 𝐻𝑃

Dari hasil daya motor yang didapatkan dan pada katalog yang ada , maka dipilih

motor dengan N = 6 HP untuk elektro motor dengan putaran (n) = 980 rpm.

3.2.8 Rem

Pada pesawat pengangkat ini rem tidak hanya dipergunakan untuk menahan

beban juga untuk menahan beban, dalam tipe rem yang dipakai adalah rem

kerucut ( conic brake ). Karena rem dipasang pada poros motor maka mencari

daya statik rotor terlebih dahulu :

Gambar 3.8 rem dalam motor hoist

π‘π‘π‘Ÿ = 𝑄 . 𝑉 .πœ‚

75 ( N.Rudenko, hal 292 )

Dimana :

π‘π‘π‘Ÿ = daya pengereman statik

Page 31: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

97

SW = gaya tarik maksimum tali 2124,18 kg

V = kecepatan angkat 0,1 m/s

πœ‚ = efisiensi total mekanis 0,8

Maka :

π‘π‘π‘Ÿ = 2124,18 . 0,1 . 0,8

75= 2,26 HP

Momen statik yang diakibatkan beban pada poros rem saat

pengereman

π‘€π‘ π‘‘π‘Žπ‘‘π‘–π‘˜ = 71620 .π‘π‘π‘Ÿ

π‘›π‘π‘Ÿ ( N.Rudenko, hal 292 )

π‘›π‘π‘Ÿ = kecepatan poros pengereman

V = πœ‹ . 𝐷 .𝑁

1000.60

0,1 = πœ‹ . 367.𝑁

1000.60

n = 0,1

0,0192161= 5,204 𝑅𝑃𝑀

maka :

π‘€π‘ π‘‘π‘Žπ‘‘π‘–π‘˜ = 71620 .2,26

5,204

= 31103,22 kg.cm

= 311,0322 kg.m

Momen dinamik

π‘€π‘‘π‘–π‘›π‘Žπ‘šπ‘–π‘˜ = 𝜎 . 𝐺𝐷2 . 𝑛

375 . π‘‘π‘π‘Ÿ+

0,975 . 𝑄 . 𝑉2 .πœ‚

𝑛 . π‘‘π‘π‘Ÿ ( N.Rudenko, hal 293 )

𝐺𝐷2 = momen girasi akibat komponen pada poros motor diamaeter

luar = 200 mm ,diameter dalam 40 mm, momen inersia=

0,01π‘˜π‘”. π‘š/𝑠2 ( N.Rudenko, tabel hal 295 )

𝛿 = koefisien yang memperhitungkan pengaruh komponen tranmisi

Page 32: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

98

mekanis 1,1 s/d 1,25 ( N.Rudenko, hal 290 )

π‘‘π‘π‘Ÿ = waktu pengereman untuk mekanisme pengangkat 1 detik karena V

= < 12 m/men ( N.Rudenko ,hal 294 )

G = beban penuh muatan 6064 kg

V = 6 m/min = 0,1 m/s

πœ‚ = efisiensi total 0,8

n = putaran motor 980 rpm

maka :

π‘€π‘‘π‘–π‘›π‘Žπ‘šπ‘–π‘˜ = 1,15 . 0,01 . 980

375 . 1+

0,975 . 6064 . (0,01)2 .0,8

980 . 1

= 0,03053 kg.m

Momen gaya yang diperlukan untuk pengereman

π‘€π‘π‘Ÿ = π‘€π‘ π‘‘π‘Žπ‘‘π‘–π‘˜ + π‘€π‘‘π‘–π‘›π‘Žπ‘šπ‘–π‘˜

π‘€π‘π‘Ÿ = 311,0322 + 0,03053 = 311,06273

Jadi untuk gaya pengereman didapat sebesar 311,06273 kg.m

Menentukan gaya untuk mengerem :

𝐹𝑅 = π‘€π‘π‘Ÿπ‘Žπ‘˜π‘’

π·π‘˜π‘Žπ‘›π‘£π‘Žπ‘  . πœ‚

Dimana πœ‚ = 0,45 – 0,35 ( N.Rudenko, tabel hal 144 )

Diameter kanvas = 200 mm = 20 cm (data)

Lebar kanvas b = 25 mm = 2,5 cm (data)

Tebal t = 5 mm (data)

𝛼 = 230 ( sudut berkisar 150 – 250 ) ( N.Rudenko, hal 205 )

Maka :

𝐹𝑅 = 311,06273

20 .0,45

Page 33: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

99

= 34,56 kg

Mencari gaya normal untuk pengereman pada rem kerucut

𝐹𝑁 = πΉπ‘Ÿ

2 .sin 𝛼 ( jurnal tugas akhir univ.mercu buana )

= 34,56

2 . 0,39

= 44,30 kg

Gaya gesek rem

πΉπ‘”π‘Ÿ = πœ‡ . 𝐹𝑁

= 0,45 . 44,30

= 19,935 kg

Mencari tekanan kontak permukaan ( P ) disc rem

P = πΉπ‘”π‘Ÿ

𝐴

A = luas permukaan kontak kanvas rem

Maka :

A = πœ‹ . π·π‘˜π‘Žπ‘›π‘£π‘Žπ‘  . 𝑏

= 3,14 . 20 . 2.5

= 157 π‘π‘š2

Sehingga

P = πΉπ‘”π‘Ÿ

𝐴

= 19,935

157

= 0,126 π‘˜π‘”/π‘π‘š2

Jadi tekanan yang terjadi pada bahan rem terhitung aman karena tidak

melebihi tekanan satuan aman yaitu 2 π‘˜π‘”/π‘π‘š2 bahan yang dipakai asbes yang

dilapisi jalinan serat kuningan.

Page 34: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

100

3.3 Boom / jib

Pada perencanaan boom / lengan crane ini digunakan adalah tipe girder

tunggal profil yang dipilih menggunakan profil I dengan pengangkat /hoist yang

bergerak pada rel seperti gambar 3.9

Gamabr 3.9 boom / jib

Pada gambar diatas diketahui beban terberat terdapat pada ujung boom/ jib

untuk lengan boom material yang dipakai adalah baja struktural ASTM 441

dengan πœŽπ‘‘ = 729,462 π‘šπ‘π‘Ž ( π‘ π‘œπ‘“π‘‘π‘€π‘Žπ‘Ÿπ‘’ π‘Žπ‘’π‘‘π‘œπ‘‘π‘’π‘ π‘˜ π‘–π‘›π‘£π‘’π‘›π‘‘π‘œπ‘Ÿ 2013 ) . berikut ini

adalah perhitungan pada boom / jib :

Gambar 3.10 pembebanan kantilever

Page 35: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

101

mencari momen bending

L = panjang boom 5500 mm

P = gaya yang bekerja pada boom 6064 kg

Menurut hukum newton III yaitu aksi = reaksi, jadi dapat diketahui gaya

yang bekerja pada boom = besarnya reaksi yang diterima dari tumpuan.

Dimana: RB = reaksi pada tumpuan B

MB = momen bending

Maka ,

RB = 6064 kg

MB = L Γ— P

= 5500 Γ— 6064

=33352000 kg.mm ( Thimosenko hal 256 )

Gaya geser yang terjadi

D = - RB

D = - 6064 kg ( arah gaya kebawah )

D = gaya yang mengakibatkan geser pada penampang

Mencari tahanan bending

𝜎 Μ…b = 729,462

𝑠𝑓=

729,462

7= 104,21 π‘šπ‘π‘Ž = 1062,283 π‘˜π‘”/π‘π‘š2 = 10,62283 π‘˜π‘”

π‘šπ‘š2

�̅�𝑠 = 0,5 Γ— πœŽπ‘ = 0,5 Γ— 10,62283 = 5,311415π‘˜π‘”

π‘šπ‘š2

Dimana :

𝜎 b = 𝑀𝐡

π‘Š ( Thimosenko hal 256 )

Dimana :

W = tahanan

Page 36: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

102

MB = momen bending

Maka ,

W = 𝑀𝐡

�̅�𝑏=

33352000

10,62283= 3139652 π‘šπ‘š3 = 3139,652 π‘π‘š3

Gambar 3.11

Karena tahanan lentur yang didapat adalah w = 3139,652 π‘π‘š3maka dipilih

tahanan yang lebih besar untuk pemilihan profil baja yaitu dengan nilai w = 4012

dengan data teknik sebagai berikut :

Gambar 3.13 profil I

Page 37: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

103

h = 623 mm

b = 229 mm

tw = 14 mm

tf = 24,9 mm

r = 12,7 mm

A = 19567,453 π‘šπ‘š2 ( tabel software autodesk )

Menghitung tegangan bending : ( Thimosenko hal 256 )

πœŽπ‘ = 𝑀𝐡

π‘Š=

33352000

4012000= 8,31 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Menghitung tegangan geser :

πœŽπ‘  = 𝐷

𝐴=

6064

19567,453 = 0,309902367 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Menghitumg inersia pada penampang profil

Gambar 3.14 profil I

Keterangan :

b = lebar ( mm )

h = tinggi ( mm )

A = luas penampang ( π‘šπ‘š2)

I = momen inersia ( π‘šπ‘š4)

Page 38: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

104

𝐴1 = 𝑏1 Γ— β„Ž1 = 229 Γ— 24,9 = 5702,1 π‘šπ‘š2

𝐴2 = 𝑏2 Γ— β„Ž2 = 14 Γ— 573,2 = 8024,8 π‘šπ‘š2

𝐴3 = 𝑏3 Γ— β„Ž3 = 229 Γ— 24,9 = 5702,1 π‘šπ‘š2

π‘Œ1 = β„Ž3 + β„Ž2 + ( 1

2. β„Ž1)24,9 + 573,2 + (

1

2. 24,9 ) = 610,55 π‘šπ‘š

π‘Œ2 = β„Ž3 + 1

2 . β„Ž2 = 24,9 + (

1

2 .573,2 ) = 311,5 π‘šπ‘š

π‘Œ3 = 1

2 . β„Ž3 =

1

2 .24,9 = 12,45 π‘šπ‘š

Ix𝑐1 =1

12 Γ— 𝑏1 Γ— β„Ž1

3 =1

12 Γ— 229 Γ— 24,93 = 294613,2517 π‘šπ‘š4

Ix𝑐2 =1

12 Γ— 𝑏2 Γ— β„Ž2

3 =1

12 Γ— 14 Γ— 573,23 = 219717847 π‘šπ‘š4

Ix𝑐3 =1

12 Γ— 𝑏3 Γ— β„Ž3

3 =1

12 Γ— 229 Γ— 24,93 = 294613,2517 π‘šπ‘š4

Ix = (Ix𝑐1 + (𝐴1 Γ— 𝑦12)) + (Ix𝑐2 + (𝐴2 Γ— 𝑦2

2)) + (Ix𝑐3 +

(𝐴3 Γ— 𝑦32))

= (294613,2517 + (5702,1 Γ— 610,552)) + (219717847 +

(8024,8 Γ— 311,52)) + (294613,2517 + (5702,1 Γ— 12,452))

= 2125873857 + 998382246,8 + 1178453,007

= 3125434557 π‘šπ‘š4 = 312543,4557π‘π‘š4

Menghitung defleksi pada boom

𝛿′ = 𝐹.𝐿3

3.𝐸 .𝐼

E = modulus elastisitas baja ASTM 441 = 2088103,481 π‘˜π‘”/π‘π‘š2

F = gaya pada boom, kg

L = panjang boom, meter

I = momen inersia penampang, π‘π‘š4

Page 39: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

105

𝛿′ = 𝐹. 𝐿3

3. 𝐸 . 𝐼

= 6064 .5503

3 .2088103,481 .312543,4557

= 0,52 cm

Menurut (N.Rudenko hal. 313) untuk 𝛿′ ijin pada kerangka crane kantilever

pada jangkuan maksimum harus tidak boleh melebihi 𝛿′ < 1

300 𝑙 ( L jangkauan

crane ) maka :

𝛿′ = 1

300 . 𝑙

= 1

300 .550

= 1,84 cm

Jadi ditinjau dari tegangan bending dan geser yang terjadi pemilihan profil

terhitung aman karena πœŽπ‘ = 8,31 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2 < πœŽπ‘ = 10,62283 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2 ditinjau

dari tegangan geser yang terjadi πœŽπ‘  = 0,309902367 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2 < πœŽπ‘  =

5,311415 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2 dan defleksi pada boom ternilai aman karena defleksi yang

terjadi adalah 𝛿′ = 0,52 π‘π‘š < 𝛿′ = 1,84 π‘π‘š maka boom ( safe ) untuk

digunakan.

3.4 Mekanisme slewing

Mekanisme slewing berfungsi untuk memutar komponen crane maupun

yang diangkat untuk memperluas daerah kerja yang dipakai ini adalah crane

berputar pada poros pemutar pusat yang dipasang mati pada komponen tak

berputar, gear putar berbentuk lingkaran dipasang pada pilar crane.

Page 40: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

106

Gambar 3.15 Mekanisme Slewing

Momen tekan terhadap peputaran akibat gaya gesek

𝑀 = ( 𝑄 + 𝐺1 + 𝐺𝑔 ) . 𝐾 .𝑅𝑠

𝑅 𝛽𝐼 ( N.Rudenko, hal 277 )

Dimana :

Q = bobot muatan = 6064 kg

𝐺1 = bobot struktur putar = 2500 kg

𝐺𝑔 = bobot pengimbang = 0

K = koefisien gesek gelinding bantalan rol pemutar = 0,05

(jurnal,universitas sumatra utara)

𝑅𝑠 = jari jari jalur lintasan = 425 mm = 0,425 m

R = jari jari rol perputaran = 30 mm = 0,03 m

𝛽1 = faktor yang memperhitungkan tambahan akibat gaya gesek pada

nap atau akibat luncuran lateral rol pada jalur ( untuk rol silindris ) = 1,2-

1,3

Page 41: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

107

Maka :

𝑀 = ( 6064 + 2500 + 0 ) .0,05 .0,425

0,03 1,3

= 7786,01 kg.m

Kecepatan putar pada slewing

V = πœ‹ .𝐷.𝑛

1000.60

Dimana :

V = kecepatan linier = m/s

D = diameter lingkar gear = mm

n = kecepatan putar crane = rpm

V = πœ‹ .850 .𝑛

1000.60

0,1 = 0,04451 . n

n = 0,1

0,04451 = 2,2 rpm

Motor penggerak

N = 𝑀 .π‘›π‘π‘Ÿ

71620 .πœ‚ ( N.Rudenko, hal 281 )

Dimana :

N = daya motor

M = momen tekan terhadap gaya gesek

π‘›π‘π‘Ÿ = kecepatan putar crane

πœ‚ = efisiensi penggerak

Maka :

N = 7786,01 . 2,2

71620 .0,85 = 0,28 HP

Maka dipilih motor penggerak dengan daya motor = 1,2 HP = 0,9 kw .

Perbandingan transmisi sementara

Page 42: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

108

i = π‘›π‘šπ‘œπ‘‘π‘œπ‘Ÿ

𝑛

dimana =

i = perbandingan reduksi ( reduksi ijin roda gigi lurus 1:7 )

( sularso hal, 216 )

π‘›π‘šπ‘œπ‘‘π‘œπ‘Ÿ = putaran motor yang sudah direducer 14 rpm

n = kecepatan putar crane dalam 2,2 rpm

i = π‘›π‘šπ‘œπ‘‘π‘œπ‘Ÿ

𝑛

= 14

2,2

= 6,36

Menentukan diameter sementara

Dimana :

𝑛1 = 14 rpm

𝑛2 = 2,2 rpm

𝐷2 = 850 (direncanakan)

𝑛1

𝑛2= 𝐷2

𝐷1 β†’ 14

2,2=

850

𝐷1

14 = 2,2 Γ— 850

= 1870

𝐷1 = 1870

14

= 133,57 = 134 mm

Menentukan jumlah gigi ( Z )

m = modul dipilih 6

𝛼 = jarak sumbu poros diambil 20Β°

𝑍1 = 𝐷1

π‘š ( sularso, hal 248 )

Page 43: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

109

= 134

6

= 22,33

Perbandingan 22,33 : 141,67 ( i : 6,143) merupakan bilangan perbandingan

tidak bulat. Perbandingan untuk pembulatan jumlah gigi dapat dicari dengan

mencari nilai perbandingan yang mendekati perbandingan sebelumnya maka

dipilih nilai (140:28)untuk 𝑍2 : 𝑍1( I : 5) sehingga 𝑍1 = 𝑍2

𝑖=

140

5= 28.

𝑍2 =𝐷2

π‘š

= 850

6 ( sularso, hal 248 )

= 141,67 = 140

Maka faktor bentuk gigi π‘Œ1 π‘‘π‘Žπ‘› π‘Œ2 dapat ditentukan pada (tabel 6.5 sularso

hal.240).ditinjau dari jumlah 𝑍1 dan 𝑍2.

Menentukan diamater lingkar jarak ( roda gigi standart )

𝑑01 = 𝑧1 Γ— π‘š ( sularso, hal 248 )

= 28 Γ— 6

= 168 mm

𝑑02 = 𝑍2 Γ— π‘š

= 140 Γ— 6

= 840 mm

π‘Ž0 = 168+840

2= 504 π‘šπ‘š

Menentukan diameter kepala

π‘‘π‘˜1 = ( 𝑍1 + 2 ). π‘š ( sularso, hal 248 )

= ( 28 + 2 )6

= 180 mm

Page 44: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

110

π‘‘π‘˜2 = ( 𝑍2 + 2 ). π‘š

= ( 140 + 2 )

= 852 mm

Menentukan diameter kaki

Dimana πΆπ‘˜ ( kelonggaran puncak diambil 0,25 ) maka 0,25 Γ— 6 = 1,5

𝑑𝑓1 = ( 𝑍1 βˆ’ 2) Γ— m – 2 Γ— π‘π‘˜ ( sularso, hal 248 )

= ( 28 βˆ’ 2) Γ— 6 – 2 Γ— 1,5

= 153 mm

𝑑𝑓2 = ( 𝑍2 βˆ’ 2) Γ— m – 2 Γ— π‘π‘˜

= ( 140 βˆ’ 2) Γ— 6 – 2 Γ— 1,5

= 825 mm

H= 2Γ— π‘š + π‘π‘˜

= 2 Γ— 6 + 1,5

= 13,5 mm

Menentukan kecepatan keliling π‘«πŸ dan gaya tangensial

V = Ο€ .D1 .n

1000.60

= Ο€. D1 .14

1000.60= 0,12 m/s

Ft = 102 .𝑝𝑑

𝑉

= 102 . 0,9

0,12= 765 𝐾𝐺

Faktor dinamis karena V kurang dari 20 % maka :

𝑓𝑣 = 6

6+13,25= 0,312

Perancangan gear menggunakan material SNC3 dengan berikut data tekniknya :

- Kekuatan tarik πœŽπ‘1 = 95 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2 (sularso tabel 6.7 hal 241)

Page 45: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

111

- Kekuatan permukaan sisi gigi 𝐻𝑏1 = 295

- Tegangan lentur ijin = 40 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

- Faktor tegangan kontak diambil antara besi cor nikel dan besi cor nikel maka

KH = 0,186 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Maka :

𝐹𝑏1 = πœŽπ‘1 Γ— π‘š Γ— 𝑦1 Γ— 𝑓𝑣

= 40 Γ— 6 Γ— 0,352 Γ— 0,312 = 26,36π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

𝐹𝑏2 = πœŽπ‘2 Γ— π‘š Γ— 𝑦2 Γ— 𝑓𝑣

= 40 Γ— 6 Γ— 0,456 Γ— 0,312 = 34,15 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

𝐹𝐻 = 𝐾𝐻 Γ— 𝐷01 Γ—2 Γ— 𝑍2

𝑍1+𝑍2

= 0,186 Γ— 168 Γ—2Γ—140

28 +140= 52,08 π‘˜π‘”/π‘šπ‘š2

Lebar sisi b = Ft / πΉπ‘šπ‘–π‘› = 765

52,08= 14,68 π‘šπ‘š

Menentukan pasak

Diameter poros : 18 mm ( data spesifikasi motor )

Pasak yang dipakai yaitu 6 x 6 dengan 𝑑1 = 3,5 π‘šπ‘š 𝑑2 = 2,8 π‘šπ‘š

( sularso,tabel 1.8 hal.10 )

maka :

π‘†π‘˜1 = (𝑑𝑓1

2) βˆ’ {(

𝑑𝑠1

2) + 𝑑2}

= (153

2) βˆ’ {(

18

2) + 2,8}

= 67,7mm

Jadi dari perhitungan diatas diketahui jumlah gigi 𝑍2 pada gear 2 = 140

jumlah gigi 𝑍1 gear 1 = 28. Diameter lingkar jarak 𝑑01 = 168 mm diameter lingkar

jarak 𝑑02 = 840 mm dengan 𝛼 jarak sumbu = 504 π‘šπ‘š. diameter kepala π‘‘π‘˜1 =

Page 46: BAB III PERANCANGAN 5 P K J 6 =0,1eprints.umm.ac.id/40342/4/jiptummpp-gdl-agusyuliar-51757...= jarak dari titik pusat penampang kesisi luar x = faktor yang tergantung dari bentuk penampang

112

180 π‘šπ‘š diameter kepala π‘‘π‘˜2 = 852 π‘šπ‘š. diameter kaki 𝑑𝑓1 = 153 π‘šπ‘š diameter

kaki 𝑑𝑓2 = 825 π‘šπ‘š. kedalaman pemotongan (H) = 13,5 mm. Lebar sisi (b) =

14,68mm. dan perbandingan gigi 1: 5 perbandingan untuk roda gigi standart 1:7.

dari perhitungan diatas untuk pemilihan bahan SNC3 terhitung aman safe untuk

digunakan.