bab iv ok - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/33965/7/1860_chapter_iv.pdf · 4.1.1 evaluasi...
TRANSCRIPT
42
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 ANALISA HIDROLIKA
Debit banjir rencana untuk aliran Kali Silandak setelah pembangunan tanggul dikanan
dan kiri sungai sesuai dengan data yang diperoleh dari Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah,
adalah sebesar 145 m3/dtk dengan kala ulang 25 tahunan. Dalam analisa hidrolika ini
evaluasi penampang eksisting dilakukan dengan menggunakan metode Passing Capacity
tujuannya untuk menganalisa besarnya debit banjir rencana secara langsung dengan
memperhatikan kondisi keadaan sungai,tinggi muka air dan data penampang sungai yang
ada apakah sesuai dengan debit rencana Q25 di atas.
Analisa hidrolika dalam laporan tugas akhir ini dibantu dengan program HEC-RAS.
Tujuan dari penggunaan program HEC – RAS adalah untuk mengevaluasi kinerja
penampang saluran pada Kali Silandak, sehingga dapat diketahui apakah penampang
eksisting masih cukup mampu menampung debit banjir rencana atau tidak. Adapun lokasi
yang ditinjau adalah dari ujung muara hingga aliran sungai yang berjarak satu kilometer
dari muara sungai.
4.1.1 Evaluasi Penampang Eksisting
Metode yang digunakan dalam menganalisis penampang saluran adalah metode
Passing Capacity. Metode ini digunakan sebagai kontrol terhadap hasil debit banjir
rencana yang ada.
Persamaan metode passing capacity untuk penampang ganda :
Gambar 4.1. Penampang saluran ganda
B1 B2 B3
H2
H1
m
1,5
mH1 mH2 mH1 mH2
n1
n2
n3 H
43
( )21231 221 mHBHAA +×== ( 4.1 )
( )22131 1 mHBPP +×+== ( 4.2 )
1
131 P
ARR == ( 4.3 )
21
32
131
1 IRn
VV ××== ( 4.4 )
1131 VAQQ ×== ( 4.5 )
( ) ( )2221212 mHBHmHBHA +×++×= ( 4.6 )
( )2122 12 mHBP +×+= ( 4.7 )
2
22 P
AR = ( 4.8 )
321total
222
21
32
22
1
QQQQ
VAQ
IRn
V
++=
×=
××=
( 4.10 )
dimana :
V = kecepatan rencana (m/dtk)
i = kemiringan saluran
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah (m)
n = koefisien kekasaran manning, m1/3/dtk
R = jari-jari hidrolis (m)
Hasil perhitungan passing capacity, sebagai berikut :
Diketahui :
Data diperoleh dari penampang melintang ( cross section ) sungai pada
Sta 1 + 000 Km ( Bagian hilir sungai ).
H1 = 3,0 m
H2 = 0,5 m
B1 = B3 = 2 m
B2 = 40,00 m
( 4. 9 )
( 4. 11 )
44
m = 1,5
I = 0,00014
n = 0,03
Penyelesaian :
A1 = A3 = ( 2B1 + m.H2 ) x ½ H2
= ( 2x2 + 1,5. 0,50 ) x ½ 0,50 = 1,188 m2
P1 = P3 = B1 + H221 m+
= 2 + 0,5 25,11+ = 2,90 m
R1 = R3 = A1 / P1
= 1,188 / 2,90 = 0,409 m
Q1 = A1.V1
= A1 x 1/n x R12/3 x I1/2
= 1,188 x 1/ 0,03 x 0,4092/3 x 0,000141/2
= 0,214 m3/dtk
( ) ( )2221212 mHBHmHBHA +×++×=
A2 = 3 x ( 40 + 1,5.3) + 0,5 x ( 2 + 1,5.0,5 )
= 134,875 m3/dtk
( )2122 12 mHBP +×+=
P2 = 40 + 2.3. 25,11+
= 50,816 m
R2 = A2 / P2
= 134,875 / 50,816 = 2,654 m
Q2 = A2.V2
= A2 x 1/n x R22/3 x I1/2
= 134,875 x 1/ 0,03 x 2,6542/3 x 0,000141/2
= 101,971 m3/dtk
Qtotal = Q1 + Q2 + Q3
= 0,214 + 101,971 + 0,214
= 102,399 m3/dtk
45
Besarnya debit rencana hasil perhitungan Passing Capacity 102,399 m3/dtk lebih kecil
daripada debit banjir rencana Q25 = 145 m3/dtk. Adapun program HEC – RASnya sebagai
berikut :
Langkah – langkah operasi HEC – RAS :
1. In put
Geometrik data
Membuat gambar alur sungai ( river reach )
Gambar 4.2 Gambar alur sungai
Memasukan data masing –masing cross section
Nomor stasiun
Stasiun dan elevasi
Jarak antar cross section
Nilai koefisien manning’s
Profil saluran utama
Nilai koefisien kontraksi dan ekspansi.
46
Gambar 4.3 Tabel input data cross section
Memasukan data debit (steady flow data)
Gambar 4.4 Tabel Input data debit
47
2. Running ( eksekusi data )
Gambar 4.5 Gambar dialog box untuk running data
3. Out put data
Profil penampang melintang ( cross section )
Gambar 4.6 Gambar output data tiap cross section
48
Tabel Out put Cross section data.
- Debit (Q) m3/det
- Kecepatan (V) m/det
- Tinggi muka air (h) m
- Lebar muka air (l) m
Gambar 4.7.a Tabel output data HEC-RAS
Gambar 4.7.b Tabel output data HEC-RAS
49
Profil alur sungai 3 dimensi.
Gambar 4.8 Gambar 3D output alur sungai
50
4.2 ANALISIS HYDRO-OCEANOGRAPHY
4.2.1 Gelombang
4.2.1.1 Analisa Data Angin
Data angin digunakan untuk menentukan arah dan tinggi gelombang. Data yang
diperlukan adalah data arah dan kecepatan angin dimana data tersebut didapatkan dari
Stasiun Meteorologi Maritim Semarang tahun 1997 – 2006. Dari data tersebut dibuat
dalam bentuk tabel dan gambar windrose seperti pada gambar berikut ini
Tabel 4.1. Kejadian angin rata – rata tahun 1997 – 2006
Tabel 4.2. Persentase kejadian angin tahun 1997 – 2006
Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Semarang
Kecepatan angin Arah angin Keterangan(knot) U TL T TG S BD B BL Jumlah % 0 -- 5 79,00 17,00 55,00 78,00 4,00 7,00 17,00 83,00 340,00 9,30 6 -- 10 463,00 126,00 419,00 643,00 15,00 55,00 94,00 580,00 2395,00 65,49
11 -- 15 135,00 40,00 96,00 172,00 2,00 21,00 80,00 170,00 716,00 19,58 16 -- 20 26,00 5,00 11,00 18,00 1,00 4,00 39,00 51,00 155,00 4,24 21 -- 25 6,00 1,00 2,00 5,00 1,00 0,00 6,00 13,00 34,00 0,9326 -- 30 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,00 8,00 11,00 0,30
>30 1,00 0,00 0,00 2,00 0,00 0,00 3,00 0,00 6,00 0,16 Jumlah 710,00 190,00 583,00 918,00 23,00 87,00 241,00 905,00 3657,00 100,00
Kecepatan angin Arah angin Keterangan (knot) U TL T TG S BD B BL Jumlah % 0 -- 5 2,16 0,46 1,50 2,13 0,11 0,19 0,46 2,27 9,30 6 -- 10 12,66 3,45 11,46 17,58 0,41 1,50 2,57 15,86 65,49
11 -- 15 3,69 1,09 2,63 4,70 0,05 0,57 2,19 4,65 19,58 16 -- 20 0,71 0,14 0,30 0,49 0,03 0,11 1,07 1,39 4,24 21 -- 25 0,16 0,03 0,05 0,14 0,03 0,00 0,16 0,36 0,93 26 -- 30 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,22 0,30
>30 0,03 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,08 0,00 0,16
Jumlah 19,41 5,20 15,94 25,10 0,63 2,38 6,59 24,75 100,00
51
Gambar 4.9. Windrose tahun 1997 – 2006
Dengan melihat windrose yang diperoleh serta mempertimbangkan orientasi pantai
yang terletak disebelah Utara menuju Laut Jawa, maka dapat disimpulkan arah angin yang
paling dominan adalah berasal dari Barat Laut.
Angin dari arah Utara meskipun prosentasenya cukup besar namun kecepatan
anginnya relatif rendah apalagi pada arah ini pantai terlindung oleh beberapa pulau di
Kepulauan Karimun Jawa. Sedangkan angin dari arah Barat Laut kecepatannya relatif lebih
tinggi. Oleh karena itu angin yang berpengaruh pada pantai adalah angin dari arah Barat
Laut, Utara, Timur Laut yang dominan dan mempengaruhi pada muara Kali Silandak.
52
4.2.2 Fetch
Fetch efektif digunakan dalam grafik peramalan gelombang untuk mengetahui
tinggi, durasi dan periode gelombang. Fetch rerata efektif dihitung dengan persamaan
berikut :
Feff = ∑∑
αα
coscosXi
( 4.12 )
( dalam Triatmodjo, 1999 )
Dengan :
Feff = fetch rerata efektif
Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir
fetch
α = deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan pertambahan 6o
sampai sudut sebesar 42o pada kedua sisi dari arah angin
Tabel 4.3 Perhitungan fetch rerata efektif
α (...º) Cos α Xi (km) X Cos α 42 0,743 241,92 179,78 36 0,809 214,38 173,44 30 0,866 205,74 178,18 24 0,914 512,46 468,16 18 0,951 255,42 242,92 12 0,978 256,50 250,89 6 0,995 51,84 51,56 0 1,000 52,38 52,386 0,995 51,30 51,02
12 0,978 190,08 185,93 18 0,951 196,02 186,43 24 0,914 174,42 159,34 30 0,866 191,70 166,02 36 0,809 220,86 178,68 42 0,743 221,40 164,53
Total 13,511 2689,241
Feff = ∑∑
αα
coscosXi
= 511,13
241,2689
= 199 km
Jadi fetch efektif sebesar: 199 km
53
Gambar 4.10 Panjang fetch
4.2.3 Mawar Gelombang ( waverose )
Data yang diperlukan adalah data tinggi gelombang dimana data tersebut didapatkan
dari Stasiun Meteorologi Klas II Maritim Semarang tahun 1997 – 2006. Dari data tersebut
dibuat dalam bentuk tabel dan gambar waverose seperti pada gambar berikut ini :
Tabel 4.4 Persentase kejadian arah angin yang menimbulkan gelombang tahun 1997 – 2006
Tinggi gelombang Arah Gelombang (%) Keterangan (m) U TL BL Jumlah <0,1 10,414 1,500 7,553 19,467
0,1-0,25 8,775 1,277 9,275 19,328 0,25-0,5 0,639 0,361 2,610 3,610 0,5-0,75 0,666 0,278 1,611 2,555 0,75-1,0 0,305 0,083 0,555 0,944
>1,0 0,944 0,111 0,500 1,555Jumlah 21,744 3,610 22,105 47,459
Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Semarang
54
Gambar 4.11. Waverose tahun 1997 – 2006
Dengan melihat waverose yang diperoleh serta mempertimbangkan lokasi perairan
yang terletak disebelah Utara menuju Laut Jawa, maka dapat disimpulkan arah angin yang
paling dominan adalah berasal dari arah Barat Laut, Utara, dan Timur Laut.
4.2.4 Pasang Surut
Definisi pasang surut adalah suatu gerakan naik – turunnya permukaan air laut, dimana
amplitudo dan fasenya berhubungan langsung terhadap gaya geofisika yang periodik,
yakni gaya yang ditimbulkan oleh gerak reguler benda-benda angkasa, terutama bulan –
bumi – matahari.
Dari hasil perkiraan elevasi pasang surut inilah datum-datum ini dapat dicari. Beberapa
datum yang biasa digunakan adalah :
55
HHWL : Highest high water level, yaitu elevasi tertinggi muka air selama periode
tertentu.
MHWL : Mean high water level, yaitu rata-rata elevasi pasang (tinggi) muka air
selama periode tertentu.
MSL : Mean sea level, yaitu elevasi tinggi muka air rata-rata.
MLWL : Mean low water level, yaitu rata-rata elevasi surut (rendah) muka air pada
periode tertentu.
LLWL : Lowest low water level, yaitu elevasi muka air terendah selama periode
tertentu.
Data pasang surut yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Klas II Maritim Semarang dari
tahun 2004 – 2006 diolah sehingga didapat data pasang surut maksimum dan minimum per
hari. Elevasi pasang surut Kali Silandak tahun 2004 – 2006 adalah sebagai berikut :
MSL = 2
minimum nilainilaimaksimum nilainilainx
∑ ∑ −+−
= 210954385,1204
x+ = 0,75 m
MHWL = n
∑ − maksimum nilainilai
= 1095
5,1204 = 1,10 m
MLWL = n
∑ − minimum nilai nilai
= 1095438 = 0,40 m
HHWL = nilai tertinggi dalam suatu periode waktu tertentu = 1,52 m
LLWL = nilai terendah dalam suatu periode waktu tertentu = 0,12 m
Perbedaan ketinggian Bench Mark antara daerah Pelabuhan dengan daerah Kali Silandak
adalah 15 cm atau 0,15 m maka kondisi elevasi pasang surutnya sebagai berikut :
HHWL = 1,52 – 0,15 = 1,37 m 1,37 – 0,60 = 0,77 m
MHWL = 1,10 – 0,15 = 0,95 m 0,95 – 0,60 = 0,35 m
MSL = 0,75 – 0,15 = 0,60 m 0,60 – 0,60 = 0,00 m
MLWL = 0,40 – 0,15 = 0,25 m 0,25 – 0,60 = -0,35 m
LLWL = 0,12 – 0,15 = -0,03 m -0,03 – 0,60 = -0,63 m
56
Gambar 4.12. Tingkatan elevasi muka air laut tahun 2004 - 2006
4.2.5 Peramalan Gelombang Di Laut Dalam
Pembentukan gelombang di laut dalam dianalisa dengan formula-formula empiris yang
diturunkan dari model parametrik berdasarkan spektrum gelombang JONSWAP (ShoProtection
Manual, 1984). Prosedur peramalan tersebut berlaku baik untuk kondisi fetch terbatas (fetch limited
condition) maupun kondisi durasi terbatas (duration Limited) sebagai berikut :
21
220 ..0016,0
.⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡=
AA
m
UFg
UHg ( 4.15 )
31
22
..2857,0.
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡=
AA
p
UFg
U
Tg ( 4.16 )
32
22
..8,68.
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡=
AA
d
UFg
Utg ( 4.17 )
dimana :
- Hm0 = tinggi gelombang signifikan menurut energi spektral (m)
- Tp = periode gelombang (dtk)
- F = nilai panjang fetch efektif. (km)
- UA = faktor tegangan angin (yang dimodifikasi dari kecepatan angin) (m/dtk)
- HS = tinggi gelombang signifikan (m)
- T = lamanya/durasi angin bertiup (jam)
Air tinggi tertinggi pada pasang surut besar (HHWL)
Air rendah terendah pada pasang surut besar (LLWL)
Air tinggi tertinggi rata-rata (MHHWL)
Air rendah terendah rata-rata (MLLWL)
Muka laut rata-rata (duduk tengah) (MSL)
Elevasi datum
Benk Mark
Tung
gang
Air
rata
-rata
HHWL : 0,77 m
MHWL : 0,35 m
MSL : 0,00 m
MLWL : -0,35 m
LLWL : -0,63 m
57
312
1
311
212
).(1093,8
)..(10238,6
..10616,1
A
AP
Aom
UFxt
FUxT
FUxH
−
−
−
=
=
=
A
AP
Aom
Ut
UxT
UxH
.027,2
.1030,8
.10481,21
2
=
=
=−
−
Gambar 4.13. Diagram alir proses peramalan gelombang berdasarkan data angin
Tabel 4.5 Kecepatan angin maksimum dan rata – rata terbesar per tahun
Tahun Vmax Vrata-rata
1997 30 14 1998 25 6 1999 25 10 2000 30 13 2001 40 18 2002 40 11 2003 35 11 2004 30 8 2005 30 8 2006 22 -
Start
Finish Finish
43
2
2 1015,7..8,68 xU
FgUgt
AA
≤⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
43
2
2 1015,7.
.8,68 xU
FgUgt
AA
≤⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
gU
UgtF A
A
223
min ..8,68 ⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
Yes
(non Fully Developed)
No (Duration Limited)
Yes (Fetch Limited)
F = Fmin
No (Fully Developed)
58
Tabel 4.6 Perbandingan Perhitungan Tinggi Gelombang (Hmo), Periode Gelombang (Tmo)
dan Lama Hembusan Angin (t) antara Duration Limited dan Fetch Limited
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
t Fetch Hmo Tm Fetch Hmo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam)
1997 30 15,44 0,93 14,30 18,72 1 5,13 0,68 2,86 199 4,27 9,67 11,461998 25 12,86 0,96 12,34 15,61 1 4,68 0,54 2,61 199 3,56 9,10 12,181999 25 12,86 0,96 12,34 15,61 1 4,68 0,54 2,61 199 3,56 9,10 12,182000 30 15,44 0,93 14,30 18,72 1 5,13 0,68 2,86 199 4,27 9,67 11,462001 40 20,58 0,88 18,05 24,93 1 5,92 0,98 3,30 199 5,68 10,64 10,422002 40 20,58 0,88 18,05 24,93 1 5,92 0,98 3,30 199 5,68 10,64 10,422003 35 18,01 0,90 16,20 21,83 1 5,54 0,83 3,08 199 4,98 10,18 10,892004 30 15,44 0,93 14,30 18,72 1 5,13 0,68 2,86 199 4,27 9,67 11,462005 30 15,44 0,93 14,30 18,72 1 5,13 0,68 2,86 199 4,27 9,67 11,462006 22 11,32 0,98 11,12 13,75 1 4,39 0,46 2,45 199 3,13 8,72 12,71
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
t Fetch Hmo Tm Fetch Hmo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam)
1997 14 7,20 1,07 7,72 8,76 1 3,51 0,26 1,95 199 2,00 7,51 14,761998 6 3,09 1,26 3,89 3,77 1 2,30 0,09 1,28 199 0,86 5,67 19,561999 10 5,15 1,14 5,88 6,27 1 2,97 0,17 1,65 199 1,43 6,72 16,512000 13 6,69 1,09 7,27 8,14 1 3,38 0,24 1,88 199 1,86 7,33 15,132001 18 9,26 1,02 9,46 11,26 1 3,98 0,36 2,21 199 2,57 8,16 13,582002 11 5,66 1,12 6,35 6,89 1 3,11 0,20 1,73 199 1,57 6,93 15,992003 11 5,66 1,12 6,35 6,89 1 3,11 0,20 1,73 199 1,57 6,93 15,992004 8 4,12 1,19 4,91 5,02 1 2,66 0,13 1,48 199 1,14 6,24 17,782005 8 4,12 1,19 4,91 5,02 1 2,66 0,13 1,48 199 1,14 6,24 17,782006 0 0,00 0,00 0,00 0,00 1 0,00 0,00 0,00 0 0,00 0,00 0,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
t Fetch Hmo Tm Fetch Hmo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam)
1997 30 15,44 0,93 14,30 18,72 2 14,50 1,15 4,04 199 4,27 9,67 11,461998 25 12,86 0,96 12,34 15,61 2 13,24 0,91 3,69 199 3,56 9,10 12,181999 25 12,86 0,96 12,34 15,61 2 13,24 0,91 3,69 199 3,56 9,10 12,182000 30 15,44 0,93 14,30 18,72 2 14,50 1,15 4,04 199 4,27 9,67 11,462001 40 20,58 0,88 18,05 24,93 2 16,73 1,64 4,66 199 5,68 10,64 10,422002 40 20,58 0,88 18,05 24,93 2 16,73 1,64 4,66 199 5,68 10,64 10,422003 35 18,01 0,90 16,20 21,83 2 15,66 1,39 4,36 199 4,98 10,18 10,892004 30 15,44 0,93 14,30 18,72 2 14,50 1,15 4,04 199 4,27 9,67 11,462005 30 15,44 0,93 14,30 18,72 2 14,50 1,15 4,04 199 4,27 9,67 11,462006 22 11,32 0,98 11,12 13,75 2 12,43 0,78 3,46 199 3,13 8,72 12,71
UW UA Time Duration Limited Fetch LimitedTahun U UL RL
UW UATime Duration Limited Fetch Limited
TahunU UL
RL
TahunU UL
RLUW UA Time Duration Limited Fetch Limited
59
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
t Fetch Hmo Tm Fetch Hmo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam)
1997 14 7,20 1,07 7,72 8,76 2 9,92 0,44 2,76 199 2,00 7,51 14,761998 6 3,09 1,26 3,89 3,77 2 6,51 0,15 1,81 199 0,86 5,67 19,561999 10 5,15 1,14 5,88 6,27 2 8,39 0,29 2,34 199 1,43 6,72 16,512000 13 6,69 1,09 7,27 8,14 2 9,56 0,41 2,66 199 1,86 7,33 15,132001 18 9,26 1,02 9,46 11,26 2 11,25 0,61 3,13 199 2,57 8,16 13,582002 11 5,66 1,12 6,35 6,89 2 8,80 0,33 2,45 199 1,57 6,93 15,992003 11 5,66 1,12 6,35 6,89 2 8,80 0,33 2,45 199 1,57 6,93 15,992004 8 4,12 1,19 4,91 5,02 2 7,51 0,22 2,09 199 1,14 6,24 17,782005 8 4,12 1,19 4,91 5,02 2 7,51 0,22 2,09 199 1,14 6,24 17,782006 0 0,00 0,00 0,00 0,00 2 0,00 0,00 0,00 0 0,00 0,00 0,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
t Fetch Hmo Tm Fetch Hmo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam)
1997 30 15,44 0,93 14,30 18,72 3 26,64 1,56 4,95 199 4,27 9,67 11,461998 25 12,86 0,96 12,34 15,61 3 24,33 1,24 4,52 199 3,56 9,10 12,181999 25 12,86 0,96 12,34 15,61 3 24,33 1,24 4,52 199 3,56 9,10 12,182000 30 15,44 0,93 14,30 18,72 3 26,64 1,56 4,95 199 4,27 9,67 11,462001 40 20,58 0,88 18,05 24,93 3 30,74 2,23 5,71 199 5,68 10,64 10,422002 40 20,58 0,88 18,05 24,93 3 30,74 2,23 5,71 199 5,68 10,64 10,422003 35 18,01 0,90 16,20 21,83 3 28,77 1,88 5,34 199 4,98 10,18 10,892004 30 15,44 0,93 14,30 18,72 3 26,64 1,56 4,95 199 4,27 9,67 11,462005 30 15,44 0,93 14,30 18,72 3 26,64 1,56 4,95 199 4,27 9,67 11,462006 22 11,32 0,98 11,12 13,75 3 22,83 1,06 4,24 199 3,13 8,72 12,71
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
t Fetch Hmo Tm Fetch Hmo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam)
1997 14 7,20 1,07 7,72 8,76 3 18,23 0,60 3,38 199 2,00 7,51 14,761998 6 3,09 1,26 3,89 3,77 3 11,96 0,21 2,22 199 0,86 5,67 19,561999 10 5,15 1,14 5,88 6,27 3 15,42 0,40 2,86 199 1,43 6,72 16,512000 13 6,69 1,09 7,27 8,14 3 17,57 0,55 3,26 199 1,86 7,33 15,132001 18 9,26 1,02 9,46 11,26 3 20,66 0,82 3,84 199 2,57 8,16 13,582002 11 5,66 1,12 6,35 6,89 3 16,17 0,45 3,00 199 1,57 6,93 15,992003 11 5,66 1,12 6,35 6,89 3 16,17 0,45 3,00 199 1,57 6,93 15,992004 8 4,12 1,19 4,91 5,02 3 13,80 0,30 2,56 199 1,14 6,24 17,782005 8 4,12 1,19 4,91 5,02 3 13,80 0,30 2,56 199 1,14 6,24 17,782006 0 0,00 0,00 0,00 0,00 3 0,00 0,00 0,00 0 0,00 0,00 0,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
t Fetch Hmo Tm Fetch Hmo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam)
1997 30 15,44 0,93 14,30 18,72 4 41,02 1,93 5,71 199 4,27 9,67 11,461998 25 12,86 0,96 12,34 15,61 4 37,46 1,54 5,22 199 3,56 9,10 12,181999 25 12,86 0,96 12,34 15,61 4 37,46 1,54 5,22 199 3,56 9,10 12,182000 30 15,44 0,93 14,30 18,72 4 41,02 1,93 5,71 199 4,27 9,67 11,462001 40 20,58 0,88 18,05 24,93 4 47,33 2,76 6,59 199 5,68 10,64 10,422002 40 20,58 0,88 18,05 24,93 4 47,33 2,76 6,59 199 5,68 10,64 10,422003 35 18,01 0,90 16,20 21,83 4 44,29 2,34 6,17 199 4,98 10,18 10,892004 30 15,44 0,93 14,30 18,72 4 41,02 1,93 5,71 199 4,27 9,67 11,462005 30 15,44 0,93 14,30 18,72 4 41,02 1,93 5,71 199 4,27 9,67 11,462006 22 11,32 0,98 11,12 13,75 4 35,15 1,31 4,89 199 3,13 8,72 12,71
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
t Fetch Hmo Tm Fetch Hmo Tmo t Knot (m/dtk) (m/dtk) (m/dtk) (jam) (km) (m) (dtk) (km) (m) (dtk) (jam)
1997 14 7,20 1,07 7,72 8,76 4 28,07 0,75 3,91 199 2,00 7,51 14,761998 6 3,09 1,26 3,89 3,77 4 18,41 0,26 2,56 199 0,86 5,67 19,561999 10 5,15 1,14 5,88 6,27 4 23,74 0,49 3,31 199 1,43 6,72 16,512000 13 6,69 1,09 7,27 8,14 4 27,05 0,68 3,77 199 1,86 7,33 15,132001 18 9,26 1,02 9,46 11,26 4 31,81 1,02 4,43 199 2,57 8,16 13,582002 11 5,66 1,12 6,35 6,89 4 24,89 0,55 3,47 199 1,57 6,93 15,992003 11 5,66 1,12 6,35 6,89 4 24,89 0,55 3,47 199 1,57 6,93 15,992004 8 4,12 1,19 4,91 5,02 4 21,24 0,37 2,96 199 1,14 6,24 17,782005 8 4,12 1,19 4,91 5,02 4 21,24 0,37 2,96 199 1,14 6,24 17,78
UW UA Time Duration Limited Fetch LimitedTahun U UL RL
UW UA Time Duration Limited Fetch LimitedTahun U UL RL
UW UA Time Duration Limited Fetch LimitedTahun
U ULRL
UW UA Time Duration Limited Fetch LimitedTahun U UL RL
UW UA Time Duration Limited Fetch LimitedTahun U UL RL
Berdasarkan hasil perhitungan diatas kondisi fetch limited memiliki nilai tinggi
gelombang dan periode gelombang dibandingkan dengan kondisi duration limited.
60
4.2.6 Statistik Gelombang
Pengukuran gelombang di suatu tempat memberikan pencatatan muka air sebagai
fungsi waktu. Pengukuran ini dilakukan dalam waktu yang sangat panjang, sehingga data
gelombang akan sangat banyak. Mengingat kekompleksan dan besarnya jumlah data
tersebut, maka gelombang alam dianalisis secara statistik untuk mendapatkan bentuk
gelombang yang bermanfaat dalam bidang perencanaan dan perancangan.
Untuk keperluan perencanaan bangunan-bangunan pantai perlu dipilih tinggi dan
periode gelombang individu (individual wave) yang dapat mewakili suatu spektrum
gelombang. Gelombang tersebut dikenal dengan gelombang representatif. Apabila tinggi
gelombang dari suatu pencatatan diurutkan dari nilai tertinggi ke terendah atau sebaliknya,
maka akan dapat ditentukan tinggi Hn yang merupakan rerata dari n persen gelombang
tertinggi. Dengan bentuk seperti itu akan dapat dinyatakan karakteristik gelombang alam
dalam bentuk gelombang tunggal. Bentuk yang paling banyak digunakan adalah H33 atau
tinggi rerata dari 33% nilai tertinggi dari pencatatan gelombang, yang juga disebut sebagai
tinggi gelombang signifikan Hs. Cara yang sama juga dapat digunakan untuk periode
gelombang. Tetapi biasanya periode signifikan didefinisikan sebagai periode rerata untuk
sepertiga gelombang tertinggi. Untuk memberikan kejelasan mengenai gelombang
representatif, berikut ini adalah perhitungan dari hasil peramalan gelombang yang telah
dilakukan sebelumnya pada tahun 1997 - 2006 di muara Kali Silandak Semarang
4.2.6.1 Gelombang Signifikan
Gelombang signifikan dihitung berdasarkan 33% data yang tertinggi dari
keseluruhan hasil perhitungan gelombang selama 10 tahun. Gelombang signifikan dapat
digunakan sebagai masukan perhitungan untuk menghitung tinggi rayapan gelombang
(wave run up) pada struktur, sehingga dapat ditentukan elevasi puncak bangunan rencana
yang ada. Cara penghitungan gelombang signifikan (Hs) yaitu H33 atau 1/3 nilai tertinggi
dari hasil perhitungan gelombang yang telah diurutkan begitu juga dengan periodenya.
Perhitungan gelombang signifikan diurutkan mulai dari gelombang tertinggi sampai
gelombang terendah dari seluruh data tahun 1997 - 2006. Data tinggi gelombang yang
dipakai untuk “Perencanaan Bangunan Pengaman Muara Kali Silandak” dalam Tugas
Akhir ini berdasarkan data tinggi gelombang yang sudah ada dari Stasiun Meteorologi Klas
II Maritim Semarang untuk tahun 1997 – 2006 adalah sebagai berikut :
61
Tabel 4.7 Data Tinggi Gelombang Tahun 1997 – 2006
H (m) Tahun 1997
H (m) Tahun 1998
H (m) Tahun 1999
H (m) Tahun 2000
H (m) Tahun 2001
H (m) Tahun 2002
H (m) Tahun 2003
H (m) Tahun 2004
H (m) Tahun 2005
H (m) Tahun 2006
1,20 0,06 0,02 0,11 0,06 0,18 0,06 0,25 0,11 0,11 0,50 0,06 0,06 0,25 0,18 0,18 0,06 0,25 0,06 0,40 0,30 0,06 0,06 0,06 0,11 0,30 0,06 0,25 0,11 2,00 0,30 0,11 0,06 0,02 0,06 0,18 0,02 0,25 0,11 0,40 0,11 0,11 0,11 0,06 0,11 0,18 0,02 0,06 0,25 0,18 0,25 0,18 0,06 0,06 0,06 0,11 0,06 0,02 0,06 0,11 0,30 0,11 0,18 0,11 0,06 0,02 0,11 0,11 0,06 0,25 0,60 0,11 0,11 0,11 0,02 0,11 0,06 0,06 0,06 0,40 0,25 0,11 0,06 0,06 0,25 0,06 0,11 0,06 0,06 0,30 0,30 0,11 0,25 0,06 0,40 0,11 0,18 0,02 0,11 0,40 0,11 0,11 0,06 0,02 0,25 0,11 0,25 0,06 0,06 0,30 0,18 0,06 0,02 0,06 0,06 0,11 0,11 0,06 0,06 0,40 0,25 0,06 0,02 0,06 0,06 0,06 0,11 0,11 0,18 0,30 0,40 0,25 0,25 0,11 0,06 0,11 0,06 0,11 0,11 0,30 0,18 0,11 0,18 0,11 0,18 0,06 0,25 0,06 0,30 0,70 0,11 0,25 0,11 0,06 0,11 0,06 0,11 0,06 0,25 0,70 0,50 0,11 0,25 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,30 0,40 0,25 0,06 0,25 0,06 0,06 0,11 0,06 0,02 0,40 1,60 0,25 0,11 0,25 0,06 0,02 0,06 0,11 0,02 0,25 2,10 0,30 0,11 0,25 0,30 0,11 0,11 0,11 0,06 0,18 0,70 0,40 0,18 0,11 0,40 0,11 0,25 0,11 0,02 0,40 1,00 0,50 0,18 0,06 0,70 0,02 0,25 0,25 0,02 0,30 1,00 0,40 0,18 0,11 0,60 0,11 0,11 0,25 0,06 0,50 2,10 0,40 0,06 0,25 0,40 0,06 0,06 0,18 0,06 0,30 1,40 0,30 0,11 0,06 0,18 0,06 0,11 0,01 0,25 0,25 1,80 0,70 0,18 0,18 0,50 0,11 0,18 0,11 0,11 0,18 1,80 0,50 0,18 0,06 0,50 0,11 0,18 0,11 0,11 0,06 2,10 0,50 0,18 0,11 0,30 0,11 0,30 0,18 0,02 0,06 2,10 0,50 0,30 0,11 0,30 0,18 0,50 0,18 0,02 0,11 0,70 0,40 0,25 0,18 0,18 0,06 0,18 0,06 0,06 0,18 0,40 0,3 0,18 0,06 0,11 0,02 0,30 0,11 0,06 0,06 0,70
0,25 0,11 0,18 0,25 0,11 0,4 0,01 0,02 0,11 0,70 0,25 0,06 0,6 0,4 0,06 0,3 0,01 0,4 0,11 0,70 0,11 0,06 0,7 0,8 0,02 0,6 0,06 0,06 0,06 0,50 0,11 0,18 0,7 0,5 0,06 0,6 0,18 0,06 0,11 1,40 0,25 0,18 0,5 0,11 0,06 0,6 0,6 0,18 0,11 0,70 0,06 0,06 0,5 0,18 0,25 0,6 0,5 0,4 0,25 0,30 0,11 0,11 0,25 0,3 0,25 0,5 0,18 0,4 0,25 0,70
( Sumber: Stasiun Meteorologi Klas II Maritim Semarang )
Lanjutan dari Tabel 4.7 Data Tinggi Gelombang dapat dilihat di halaman Lampiran
62
Banyaknya data = 3604 data, maka diperoleh:
Gelombang 33,3 % (gelombang signifikan, Hs) untuk konstruksi bangunan fleksibel.
n = 33,3 % x 3604 = 1189 data
H33 = 0,593 m
T33 = 5,009 dtk
Gelombang H10 = 1,27 x Hs digunakan untuk konstruksi bangunan semi kaku
H10 = 1,27 x 0,593 = 0,753 m
T10 = 5,424 dtk
Gelombang H5 = 1,37 x Hs digunakan untuk konstruksi bangunan semi kaku
H5 = 1,37 x 0,593 = 0,812 m
T5 = 5,562 dtk
Gelombang H1 = 1,67 x Hs digunakan untuk konstruksi bangunan kaku seperti kaison.
H1 = 1,67 x 0,593 = 0,990 m
T1 = 5,950 dtk
.
4.2.6.2 Perkiraan Gelombang Dengan Periode Ulang
Perkiraan gelombang dengan periode ulang dilakukan dengan menggunakan
distribusi Gumbel (Fisher-Tippett Type I) dan distribusi Weibull (CERC,1992). Dari
perhitungan kedua metode distribusi tersebut dilakukan untuk kemudian dipilih yang
memberikan hasil terbaik.
1. Distribusi Fisher-Tippett Type I
Perhitungan probabilitas gelombang metode Fisher Typpett dinyatakan dalam bentuk
persamaan berikut :
12,044,01)(
+−
−=≤T
sms NmHHP ( 4.18 )
Dimana:
P(Hs ≤ Hsm) : probabilitas dari tinggi gelombang representatif ke m yang tidak
dilampaui
Hsm : tinggi gelombang urutan ke m
m : nomor urut tinggi gelombang signifikan = 1,2,…..N
N : jumlah kejadian gelombang selama pencatatan.
Hitungan data selanjutnya dilakukan dengan analisis regresi linear dari hubungan
berikut :
63
Hm = Âym + B^ ( 4.19 )
dimana nilai ym diberikan oleh bentuk berikut ini :
ym = -ln { - ln P (Hs ≤ Hsm)} ( 4.20 )
Dengan  dan B^ adalah perkiraan dari parameter skala dan lokal yang diperoleh dari
analisis regresi linear.
Tinggi gelombang signifikan untuk berbagai periode ulang dihitung dari fungsi
distribusi probabilitas dengan rumus sebagai berikut :
Hsr = Â yr + B^ ( 4.21 )
dimana yr diberikan oleh bentuk berikut ini :
yr = -ln { - ln (rTL.
11− )} ( 4.22 )
dengan :
Hsr : tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang Tr
T r : periode ulang (tahun)
K : panjang data (tahun)
L : rerata jumlah kejadian per tahun =NT/K
Proses perhitungan gelombang dengan periode ulang metode Fisher Typpett Type I
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8. Gelombang terbesar tiap tahun
TAHUN H (m) 2006 2,40 2001 1,80 1997 1,20 2000 1,10 2002 0,80 2003 0,80 2004 0,70 1999 0,70 2005 0,50 1998 0,30
64
Tabel 4.9. Perhitungan gelombang dengan periode ulang
( Metode Fisher Tippett Type I )
No. urut Hsm P Ym HsmYm Y2
m (Hsm-Hr)2
1 2,400 0,945 2,866 6,878 8,214 1,6612 2 1,800 0,846 1,787 3,217 3,194 0,4746 3 1,200 0,747 1,232 1,479 1,518 0,0079 4 1,100 0,648 0,836 0,919 0,699 0,0001 5 0,800 0,549 0,513 0,410 0,263 0,0968 6 0,800 0,451 0,227 0,181 0,051 0,0968 7 0,700 0,352 -0,044 -0,031 0,002 0,1690 8 0,700 0,253 -0,318 -0,223 0,101 0,1690 9 0,500 0,154 -0,626 -0,313 0,392 0,3735 10 0,300 0,055 -1,063 -0,319 1,129 0,6579
Jumlah 10,300 5,000 5,410 12,200 15,564 3,707
Dari tabel 4.9. didapat beberapa parameter yang digunakan dalam perhitungan
gelombang dengan periode ulang, yaitu :
N = 10 K = 10
NT = 10 λ = 1
v = N / NT = 10/10 = 1
Hsm = 10,300 / 10 = 1,030 ym = 5,410 / 10 = 0,541
Dari beberapa nilai di atas selanjutnya dihitung parameter  dan B^ berdasar data Hsm
dan ysm seperti terlihat pada Tabel 4.9. dengan menggunakan persamaan berikut ini :
Hsm = Â ym + B^
Dengan :
 = ( )22 ∑∑∑ ∑∑
−
−
mm
msmsmsm
yyn
yHyHn ( 4.23 )
= 2)410,5()564,15(10410,5300,30)200,12(10
−− x
= 0,524
B^ = Hsm – Â ym ( 4.24 )
= 1,030 - 0,524 x 0,541
= 0,827
Persamaan regresi yang diperoleh adalah :
Hsr = 0,524yr + 0,827
65
Hasil perhitungan tinggi gelombang signifikan dengan beberapa periode ulang dapat
dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Tinggi gelombang dengan periode ulang tertentu
Kala Ulang Yr Hr σnr σr HS-1,28 σt HS+1,28 σt
2 0,367 0,795 0,337 0,155 0,597 0,994 5 1,500 1,251 0,571 0,263 0,915 1,588 10 2,250 1,553 0,780 0,360 1,093 2,013 25 3,199 1,935 1,062 0,489 1,308 2,561 50 3,902 2,210 1,277 0,588 1,465 2,971 100 4,600 2,499 1,492 0,688 1,618 3,379
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
1 2 3 4 5 6
PERIODE (TAHUN)
TIN
GG
I GEL
OM
BA
NG
(M)
Hr HS-1,28 σt HS+1,28 σt
Gambar 4.14. Grafik tinggi gelombang dengan periode ulang tertentu
(Metode Fisher Tippett Type I)
2 10 25 50 100 5
66
2. Metode Weibull
Hitungan perkiraan tinggi gelombang ekstrim dilakukan dengan cara yang sama seperti
Metode Fisher-Tippett Type I, hanya persamaan dan koefisien yang digunakan
disesuaikan untuk Metode Weibull. Rumus-rumus probabilitas yang digunakan untuk
Metode Weibull adalah sebagai berikut :
kN
km
HHPT
sms 23,02,0
27,02,01)(
++
−−−=≤
( 4.25 )
Hitungan didasarkan pada analisis regresi linear dari hubungan Persamaan (4.22)
dengan nilai ym ditentukan dari persamaan sebagai berikut :
ym = [-ln {1 - P (Hs ≤ Hsm)}] 1/k ( 4.26 )
Tinggi gelombang signifikan ditentukan oleh persamaan ( 4.26 ) dengan nilai yr
didapatkan dari persamaan :
( ){ } krr LTy
1ln= ( 4.27 )
Tabel 4.11. Perhitungan gelombang dengan periode ulang
(Metode Weibull)
No. urut Hsm P Ym HsmYm Y2m (Hsm-Hr)2
1 2,400 0,953 4,452 10,686 19,823 1,661 2 1,800 0,858 2,437 4,387 5,939 0,475 3 1,200 0,762 1,621 1,945 2,627 0,008 4 1,100 0,667 1,134 1,247 1,285 0,000 5 0,800 0,571 0,801 0,641 0,641 0,097 6 0,800 0,476 0,558 0,446 0,311 0,097 7 0,700 0,380 0,374 0,262 0,140 0,169 8 0,700 0,284 0,232 0,163 0,054 0,169 9 0,500 0,189 0,124 0,062 0,015 0,373 10 0,300 0,093 0,045 0,014 0,002 0,658
Jumlah 10,300 5,234 11,779 19,852 30,839 3,707 Dari tabel diatas 4.11, didapat beberapa parameter yang digunakan dalam perhitungan
gelombang dengan periode ulang, yaitu :
N = 10 K = 10
NT = 10 λ = 1
v = N / NT = 10/10 = 1
Hsm = 10,300 / 10 = 1,030 ym = 11,779/10 = 1,178
67
Dari beberapa nilai di atas selanjutnya dihitung parameter  dan B^ dengan
berdasarkan pada data Hsm dan ysm seperti pada Tabel 4.11. Perhitungan tinggi
gelombang dengan periode ulang tertentu menggunakan persamaan berikut ini :
Hsm = Â ym + B^ ( 4.28 )
Dengan :
 = ( )22 ∑∑∑ ∑∑
−
−
mm
msmsmsm
yyn
yHyHn
( 4.29 )
 = )2)779,11()839,30(10779,11300,10852,19(10
−− x
= 0,455
B^ = Hsm – Â ym ( 4.30 )
= 1,030 – 0,455 x 1,178
= 0,518
Persamaan regresi yang diperoleh adalah :
Hsr = 0,455 yr + 0,518
Selanjutnya hitungan tinggi gelombang signifikan dengan beberapa periode ulang
dilakukan dengan Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Tinggi gelombang dengan periode ulang tertentu
(Metode Weibull)
Kala Ulang Yr Hr σnr σr HS-1,28 σt HS+1,28 σt
2 0,367 0,706 0,319 0,173 0,484 0,927 5 1,500 1,156 0,768 0,417 0,622 1,689 10 2,250 1,454 1,180 0,640 0,634 2,274 25 3,199 1,830 1,719 0,933 0,636 3,024 50 3,902 2,118 2,124 1,152 0,634 3,585 100 4,600 2,387 2,527 1,371 0,632 4,142
68
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
1 2 3 4 5 6
PERIODE (TAHUN)
TIN
GG
I GEL
OM
BA
NG
(M)
Hr HS-1,28 σt HS+1,28 σt
Gambar 4.15.Grafik tinggi gelombang dengan periode ulang tertentu Metode Weibull
Hasil perhitungan probabilitas tinggi gelombang dengan kedua metode di atas ditampilkan
dalam tabel 4.13.
Tabel 4.13. Rekapitulasi perhitungan tinggi gelombang
dengan periode ulang tertentu
Periode Ulang Metode Fisher Metode Webull (tahun) Hr Hs-1,28 σt Hs+1,28 σt Hr Hs-1,28 σt Hs+1,28 σt
2 0,795 0,597 0,994 0,706 0,484 0,927 5 1,251 0,915 1,588 1,156 0,622 1,689 10 1,553 1,093 2,013 1,454 0,634 2,274 25 1,935 1,308 2,561 1,830 0,636 3,024 50 2,210 1,465 2,971 2,118 0,634 3,585 100 2,499 1,618 3,379 2,387 0,632 4,142
`
2 5 10 25 50 100
69
4.2.6.3 Perhitungan gelombang laut dalam ekivalen :
Ho’ = Ks x Kr x Ho ( 4.31 )
dengan :
Ks = Koefisien shoaling
Kr = koefisien refraksi
Ho = tinggi gelombang laut dalam (m)
Ho’ = tinggi gelombang laut dalam ekivalen (m)
Tinggi gelombang (Ho) = 0,990 m
Periode gelombang (T) = 5,950 dtk
Arah datang gelombang (α0) = 45o
Kedalaman (d) = 3 m
a) Perhitungan koefisien shoaling (Ks)
Lo = 1,56 x T2 = 1,56 x 5,9502 = 55,228 m
Co = TLO =
950,5228,55 = 9,282 m/dtk
0Ld = 0,054 n1 = 0,8924
Dari lampiran tabel L-1 didapat : Ld = 0,09829
L = 09829,0
3 = 30,522
Ks = nL
Ln OO = 522,308924,0
228,555,0x
x = 1,007
b) Perhitungan koefisien refraksi (Kr)
C = TL =
950,5522,30 = 5,129 m/dtk
Sin α = αsinoC
C = 282,9129,5 sin 45 = 0,391 α = 22,999
Kr = oα
αcoscos = o
o
999,22cos45cos = 0,876
Dari perhitungan di atas koefisien didapat tinggi gelombang ekivalen (Ho’) adalah
sebagai berikut :
(Ho’) = Ks x Kr x Ho
= 1,007 x 0,876 x 0,990 = 0,873 m
70
c) Perhitungan tinggi gelombang pecah dengan Metode SPM
Ho’ = 0,873 m
2
'gTH o = 2950,581,9
873,0×
= 0,0025 dimasukkan ke grafik 4.15
Gambar 4.16. Grafik penentuan tinggi gelombang pecah (Hb)
'o
b
HH
= 1,25
Hb = Ho’ x 1,25 = 0,873 x 1,25 = 1,091 m
71
d) Perhitungan kedalaman gelombang pecah dengan Metode SPM
2
'gTH b = 2950,581,9
091,1×
= 0,0031 dimasukkan ke grafik 4.16
Gambar 4.17. Grafik penentuan kedalaman gelombang pecah (d)
Dari grafik 4.16 diatas dapat diketahui kondisi kedalaman gelombang pecah minimum
β = 1,17 untuk kondisi kemiringan dasar pantai m = 0,02
(db)min = β x Hb = 1,17 x 1,091 = 1,276 m
Jadi tinggi gelombang pecah Hb = 1,091 m dan kedalaman gelombang pecah dipakai
adalah db = 1,276 m
72
4.2.7 Transpor Sedimen
Angkutan sedimen sepanjang pantai di hitung dengan rumus :
Qs = K Pln ( 4.35 )
Pl = 16
gρ Hb2 Cb sin bα cos bα ( 4.36 )
dimana :
Qs = angkutan sedimen sepanjang pantai (m3/hari)
Pl = komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai pada saat pecah (Nm/dtk/m)
ρ = rapat massa air laut (kg/m3)
Hb = tinggi gelombang pecah (m)
Cb = cepat rambat gelombang pecah (m/dtk) = bgd
bα = sudut gelombang pecah
K,n = konstanta
Berikut perhitungannya :
Dari data besarnya angin untuk arah yang berpengaruh dapat diprediksikan besarnya
transpor sedimen yang terjadi di Muara Kali Silandak. Contoh data untuk bulan Januari
arah Barat Laut dan bulan April arah Timur Laut tahun 1997 sebagai berikut :
• Arah Barat Laut
U = 25 knot
UL = 25 x 0,514 = 12,850 m/dtk
RL = 0,960 dari grafik
UW = 12,850 x 0, 960 = 12,340 m/dtk
UA = 0,71 x 12,3401,23 = 15,610 m/dtk
Dari grafik peramalan gelombang dengan kondisi fetch efektif 199 km di peroleh:
Tinggi gelombang (H) = 1,840 m
Periode gelombang (T) = 7,300 dtk
Rapat massa air laut (ρ) = 1030 kg/m3 = 1,03 ton/m3
Kedalaman gelombang datang (d) = 3,0 m
Sudut datang gelombang (α ) = 450
Kemudian dapat dicari :
73
• Perhitungan koefisien shoaling (Ks)
Lo = 1,56 x T2 = 1,56 x 7,3002 = 83,132 m
Co = TLO =
300,7132,83 = 11,388 m/dtk
0Ld = 0,0720 n1 = 0,08591
Dari lampiran tabel L-1 didapat : Ld = 0,11582
L = 11582,0
3 = 51,805 m
Ks = nL
Ln OO = 805,5108591,0
132,835,0x
x = 0,966
• Perhitungan koefisien refraksi (Kr)
C = TL =
300,7805,51 = 7,051 m/dtk
Sin α = αsinoC
C = 388,11051,7 sin 45 = 0,442 α = 26,234
Kr = oα
αcoscos = o
o
234,26cos45cos = 0,888
Dari perhitungan di atas koefisien didapat tinggi gelombang ekivalen (Ho’) adalah
sebagai berikut :
(Ho’) = Ks x Kr x Ho
= 0,966 x 0,888 x 1,840 = 1,527 m
• Perhitungan tinggi dan kedalaman gelombang pecah
Ho’ = 1,527 m
2
'gTH o = 2300,781,9
527,1×
= 0,00298
'o
b
HH
= 3/1)/'{3,31
LoH o
'o
b
HH
= 3/1)132,83/527,1{3,31
'o
b
HH
= 1,141
74
Hb = 1,141 x 1,527 = 1,742 m
Dari peta bathimetri, diperoleh kemiringan dasar laut sebesar m = 0,02
)1(75,43 19mea −−=
= )1(75,43 02.019xe−− = 13,831
( )meb 5,191
1−+
=
= ( )02.05,1911
xe−+ = 0,596
)(1
2gTaHbHd
bb
b
−=
=b
b
Hd
)300,781,9/742,1831,13(596,0
12xx−
575,1=b
b
Hd
db = 1,575 x 1,742 = 2,744 m
Cb = bgd = 744,281,9 x = 5,188 m/dtk
Sin bα = αsin
CoCb
= 279,11188,5 sin o45 = 0,325 bα = 18,981
Pl = 16
gρ Hb2 Cb sin bα cos bα
P1 = °° 981,18cos981,18sin188,5141,11603,1 2 x
= 0,134 tm/dtk/m
= 0,134 x 24 x 3600 P1 = 11577,60 tm/hari/m
Qs = 0,401 x P1. ( 4.37 )
= 0,401 x 11577,60
= 462,618 m3/hari
Qs = 1694555,424 m3/tahun
75
• Arah Timur Laut
U = 18 knot
UL = 18 x 0,514 = 9,260 m/dtk
RL = 1,020 dari grafik
UW = 9,260 x 1,020 = 9,460 m/dtk
UA = 0,71 x 9,4601,23 = 11,260 m/dtk
Dari grafik peramalan gelombang dengan kondisi fetch efektif 199 km di peroleh:
Tinggi gelombang (H) = 1,320 m
Periode gelombang (T) = 6,500 dtk
Rapat massa air laut (ρ) = 1030 kg/m3 = 1,03 ton/m3
Sudut datang gelombang (α ) = 450
Kemudian dapat dicari :
• Perhitungan koefisien shoaling (Ks)
Lo = 1,56 x T2 = 1,56 x 6,5002 = 65,505 m
Co = TLo =
500,6505,65 = 10,109 m/dtk
Dari lampiran tabel L-1 didapat : Ld = 0,1340 n1 = 0,8238
L = 44,776 m
Ks = nL
Ln OO = 776,448238,0
505,655,0x
x = 0,942
• Perhitungan koefisien refraksi (Kr)
C = TL =
480,6776,44 = 6,909 m/dtk
Sin α = αsinoC
C = 109,10909,6 sin 45 = 0,483 α = 28,899
Kr = oαα
coscos = o
o
899,28cos45cos = 0,899
Dari perhitungan di atas koefisien didapat tinggi gelombang ekivalen (Ho’) adalah
sebagai berikut :
(Ho’) = Ks x Kr x Ho
= 0,942 x 0,899 x 1,320
(Ho’) = 1,092 m
76
• Perhitungan tinggi dan kedalaman gelombang pecah
Ho’ = 1,092 m
2
'gTH o = 2500,681,9
092,1×
= 0,00265
'o
b
HH
= 3/1)/'{3,31
LoH o
'o
b
HH
= 3/1)505,65/092,1{3,31
'o
b
HH
= 1,186
Hb = 1,092 x 1,186 = 1,295 m
Dari peta bathimetri, diperoleh kemiringan dasar laut sebesar m = 0,02
)1(75,43 19mea −−=
= )1(75,43 02.019xe−− = 13,831
( )meb 5,191
1−+
=
= ( )02.05,1911
xe−+ = 0,596
)(1
2gTaHbHd
bb
b
−=
=b
b
Hd
)500,681,9/295,1831,13(596,0
12xx−
558,1=b
b
Hd
db = 1,558 x 1,295 = 2,018 m
Cb = bgd = 018,281,9 x = 4,449 m/dtk
Sin bα = αsin
CoCb
= 109,10449,4 sin o45 = 0,311 bα = 18,132
77
P1 = °° 132,18cos132,18sin449,4295,11603,1 2 x
= 0,142 tm/dtk/m
= 0,142 x 24 x 3600 P1 = 12268,80 tm/hari/m
Qs = 0,401 x P1.
= 0,401 x 12268,80
= 4919,789 m3/hari
Qs = 1795722,912 m3/tahun
Dari hasil perhitungan diatas kemudian di dapat jumlah angkutan sedimen sepanjang
pantai, yaitu dengan cara :
∆Q = QBL – QTL ( 4.38 )
= 1694555,424 – 1795722,912
∆Q = - 101167,488 m3/tahun
4.3 ANALISA DATA TANAH
Data hasil penyelidikan tanah digunakan untuk menghitung daya dukung tanah ( soil
bearing capacity ). Dikarenakan tidak tersedianya data penyelidikan tanah pada bagian
muara Kali Silandak, maka digunakan data hasil penyelidikan tanah pada Proyek Review
Desain Muara Kali Silandak. Adapun sampel yang digunakan adalah pada titik terdekat
dengan muara Kali Silandak.
78
Tabel 4.14. Hasil uji tanah
No Jenis Uji Hasil Uji Ket
1 Berat jenis 2,20
2 Liquid Limit (LL) 53,10
3 Plastic Limit (PL) 28,57
4 Plasticity Index (PI) 24.63
5 Kadar air 50,0
6 Sudut geser 21,01o
7 Kohesi (C) 0,0901
8 Tegangan maksimum (qu) 0,676
9 Konsolidasi 0,3887
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, dalam perhitungan daya dukung tanah
ketiadaan data sondir, pengeboran, maupun Standard Penetration Test (SPT) dapat diatasi
dengan pendekatan menggunakan metode yang dikemukakan oleh Bowles. Dalam kondisi
ini daya dukung tanah dapat diketahui dengan menghitung daya dukung batas (Qult)
asalkan diketahui jenis material dan gradasi butiran materialnya. Rumus Terzaghi yang
digunakan untuk mengetahui daya dukung tanah sekali lagi disajikan sebagai berikut :
Qult = C . Nc + Df . γ . Nq + 0,5B . γ . Nγ
dengan :
Qult : Kuat dukung batas (t/m2)
Nc,Nγ, Nq : konstanta tanah tergantung φ
Df : kedalaman pondasi (m)
B : lebar pondasi (m)
C : kohesi tanah
γ : berat jenis/unit tanah (t/m3)
79
Tabel 4.15. Nilai-nilai faktor daya dukung tanah menurut Terzaghi
φ (o) Keruntuhan Geser Umum
Nc Nq Nγ 0 5,7 1,0 0,0 5 7,3 1,6 0,5 10 9,6 2,7 1,2 15 12,9 4,4 2,5 20 17,7 7,4 5,0 25 25,1 12,7 9,7 30 37,2 22,5 19,7 34 52,6 36,5 35,0 35 57,8 41,4 42,4 40 95,7 81,3 100,445 172,3 173,3 297,5 48 258,3 287,9 780,1 50 347,6 415,1 1153,2
Berdasarkan persamaan diatas, maka sebagai simulasi digunakan hitungan berikut
ini. Misal kedalaman pondasi 5 m dan 6 m :
Untuk kedalaman pondasi 5 m, γ = 2,463 t/m3, φ = 21,01o, dan lebar = 1m, dari hasil
interpolasi faktor-faktor Terzaghi didapatkan nilai-nilai untuk φ = 21,01 adalah Nc =
19,20, Nq =8,47, dan Nγ = 5,95. Dengan demikian, maka diperoleh :
Qult = C . Nc + Df . γ . Nq + 0,5B . γ . Nγ
= 0,0901*19,2 + 5*2,2*8,47 + 0,5*1*2,20*5,95
= 101,44 t/m2
Dari gambaran tersebut dengan mengambil angka keamanan 2, maka Qs = 50,72 t/m2,
artinya tanah pasir tersebut masih aman sampai beban diatasnya sebesar 50,72 ton tiap m2.
Sedangkan untuk kedalaman pondasi 8 m,diperoleh :
Qult = C . Nc + Df . γ . Nq + 0,5B . γ . Nγ
= 0,0901*19,2 + 2*4.8*8,47 + 0,5*1*2,2*5,95
= 211,55 t/m2.
Untuk angka aman 2, sehingga Qs = 105,70 t/m2, sehingga beban yang dapat didukung
adalah 105,70 ton tiap m2.