bab iii pembentukan sikap...

Download BAB III PEMBENTUKAN SIKAP SOSIALlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap. ... Setelah beberapa waktu

If you can't read please download the document

Upload: truongngoc

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 35

    BAB III

    PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL

    A. Sikap Sosial

    Sikap merupakan suatu masalah yang penting, karena sikap yang ada

    pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada prilaku atau

    perbuatan orang yang bersangkutan. Seseorang dapat menduga bagaimana

    respon atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan

    terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya, dengan

    mengetahui sikapnya.

    Sikap pada manusia tidak terbentuk begitu saja, melainkan terbentuk

    secara berangsur-angsur, sejalan dengan perkembangan kehidupannya. Sikap

    (attitude) di dalam kehidupan manusia mempunyai peran besar sebab apabila

    sikap sudah terbantuk pada diri manusia, maka ia akan turut menentukan

    tingkah lakunya dalam menghadapi suatu objek. Adanya attitude-attitude

    menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap objek-

    objeknya.1

    1. Pengertian Sikap Sosial

    Sikap atau attitude dapat dibedakan dalam attitude sosial dan

    attitude individual. Ada beberapa pengertian tentang sikap yang telah

    dirumuskan oleh para ahli antara lain, yaitu :

    a. Menurut Dr. W. A. Gerungan bahwa attitude itu lebih tepat

    diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.2

    b. Sarlito Wirawan berpendapat bahwa sikap adalah kesiapan pada

    seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.3

    c. Mayor Palok berpendapat bahwa sikap adalah suatu tendensi atau

    kecenderungan yang agak stabil untuk berlaku atau bertindak secara

    tertentu di dalam situasi yang tertentu.4

    1 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresto, 1988), Cet. II, hlm. 150. 2 Ibid. 3 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,

    1996), hlm. 94.

  • 36

    d. Menurut Kamus Psikologi sikap diartikan sebagai kecenderungan

    untuk memberi respon, baik positif maupun negatif terhadap orang-

    orang, banda-banda atau siatuasi-siatuasi tertentu.5

    Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap

    adalah suatu kesadaran individu untuk bertindak dalam menanggapi objek

    dan terbentuk berdasarkan pengalaman-pengalaman.

    Sementara sosial merupakan suatu yang berkenaan dengan hubungan

    antara orang-orang atau kelompok ataupun berkenaan dengan pengaruh

    orang-orang atau kelompok antara satu sama lain.6

    Jadi yang dimaksud sikap sosial adalah kesadaran individu untuk

    bertindak secara nyata dan berulang-ulang terhadap objek sosial

    berdasarkan pengalaman-pengalaman.

    2. Ciri-ciri dan Fungsi Sikap

    Sikap merupakan faktor yang ada pada diri manusia yang dapat

    mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Walaupun demikian sikap

    mempunyai segi-segi perbedaan dengan pendorong-pendorong lain yang

    ada dalam diri manusia itu. Oleh karena itu untuk membedakan sikap

    dengan pendorong-pendorong yang lain, ada beberapa ciri atau sifat dan

    sikap tersebut. Adapun ciri-ciri sikap itu adalah :

    a. Sikap selalu menggambarkan antara subyek dan objek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga masyarakat dan lain sebagainya.

    b. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan.

    c. Karena sikap dapat dipelajari maka sikap dapat berubah-ubah (meskipun untuk merubahnya relatif sulit).

    d. Sikap tidak akan hilang meskipun kebutuhan sudah terpenuhi. e. Sikap tidak akan hanya satu macam, melainkan sangat beragam sesuai

    dengan objek yang menjadi perhatian subjek. f. Di dalam sikap terkait juga faktor motivasi dan perasaan. Kedua hal

    inilah yang membedakannya dengan pengetahuan.7

    4 Mayor Palok, Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru, 1979), Cet. IX, hlm. 97.

    5 Kartini Kartono dan Dali Gula, Kamus Psikologi, (Bandung:: Pioner Jaya, 1982), hlm. 35. 6 Ibid, hlm. 462. 7 Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hlm.

    144.

  • 37

    Adapun fungsi (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan,

    yaitu :

    a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap

    merupakan sesuatu yang bersifat communicabel, artinya sesuatu yang

    mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru

    karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan

    bersama dan pengalaman bersama biasanya ditandai oleh adanya sikap

    anggotanya yang sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan

    demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan

    kelompoknya atau dengan kelompoknya yang lain.

    b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa

    tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-

    aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi

    tak ada pertimbangan, tetapi pada umumnya tidak diberi reaksi secara

    spontan. Akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai

    perangsang-perangsang itu.

    c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

    Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia dalam menerima

    pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi

    diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari

    dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia

    memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidap perlu dilayani.

    Jadi manusia setiap saat mengadakan pilihan-pilihan dan semua

    perangsang tidak semuanya dapat dilayani. Sebab kalau tidak demikian

    akan mengganggu manusia.

    d. Sikap berfungsi pernyataan kepribadian.

    Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena

    sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh

  • 38

    karena itu dengan itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek

    tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut.8

    3. Bentuk-bentuk Sikap Sosial

    Sebagaimana uraian di atas bahwa manusia itu tidak bisa lepas dari

    yang lainnya. Ia akan selalu mengadakan hubungan demi kesempurnaan

    dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu sangat

    dibutuhkan adanya pelaksanaan bentuk-bentuk sikap sosial yang positif,

    agar tercipta kehidupan yang harmonis. Banyak bantuk sikap sosial yang

    positif, diantaranya adalah :

    a. Tanggung Jawab

    Manusia merupakan makhluk sosial yang sekaligus individual.

    Manusia sebagai makhluk sosial akan melahirkan daripadanya

    tanggung jawab keluar yaitu terhadap keluarga dan sosial

    (masyarakat).

    Dan selaku makhluk individu ia bertanggung jawab terhadap

    diri sendiri yang semua itu berkonotasi pada keharmonisan hidup.

    b. Gotong-Royong

    Gotong-royong atau tolong-menolong bisa berarti untuk

    kebaikan dan bisa untuk keburukan. Islam menegakkan gotong-royong

    yang bersifat baik dan ia melarang tolong-menolong dalam hal yang

    buruk.

    Sebagaimana agama Islam mengharuskan manusia semuanya

    untuk tolong-menolong satu sama lainnya dalam hal-hal kebajikan,

    bakti dan takwa. Dalam istilah bertolong-menolong inilah terkandung

    pengertian dan pengakuan adanya perbedaan keadaan dan prestasi

    antara manusia. Mereka yang lebih dalam hal-hal kebajikan, hal-hal

    ketakwaan, dalam hal-hal keimanan dan sebagainya, menolong mereka

    yang kurang.

    8 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hlm. 179-181.

  • 39

    Nilai-nilai keagamaanlah yang harus menjadi pedoman pokok

    dalam hal bertolong-tolongan itu, dengan berpedoman pada nilai-nilai

    ini, pastilah hubungan kemasyarakatan dan kesusilaan ikut terjamin.9

    Anjuran dan tuntutan bagi manusia untuk berinteraksi sosial

    kemasyarakatan dengan berpedoman pada nilai-nilai keagamaan ini

    akan memacu pada kebaikan dan ketakwaan dan menjauhkan diri dari

    berbuat dosa dan melanggar aturan interaksi sosial, seperti berkhianat,

    dusta dan sebagainya. Dalam interaksi ini tidak diperkenankan berbau

    penghinaan kepada orang lain dan menganggap dirinya lebih mulia.

    c. Kasih Sayang

    Agama Islam menjelaskan konsep interaksi sosialnya secara

    sistematis, yang antara lain didalamnya terkandung anjuran untuk

    bersikap kasih dan sayang (mawaddah wa rahmah) oleh karenanya

    hendaknya dalam berhubungan dengan orang lain manusia harus

    membekali dirinya dengan sikap kasih sayang.

    Pada dasarnya sikap kasih sayang ini sangat diperlukan dalam

    berinteraksi sosial, sebagai upaya untuk menumbuhkan keharmonisan

    dan kerukunan bermasyarakat. Sebab kasih sayang akan dapat

    menghapus perasaan asing antara yang satu dengan yang lainnya, yang

    mempunyai tempat yang luhur dalam lubuk hati sanubari manusia.

    Keberadaan kasih sayang akan meringankan kaki dan tangan

    untuk berbuat kebajikan, menggembirakan hati, memperbesar minat,

    kemauan, serta mempengaruhi sikap kita untuk peka terhadap orang

    lain. Kasih sayang akan menimbulkan rasa simpati yaitu dapat ikut

    merasakan apa yang dirasakan orang lain.10

    Dari uaraian tersebut di atas nyatalah dapat diambil pengertian

    tentang tata krama dan norma-norma berinteraksi sosial yang

    terkandung dalam ajaran Islam yang tentunya harus dipraktekkan oleh

    umatnya. Dengan prinsip-prinsip bermasyarakat yang tidak hanya

    9 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al Maarif, 1980), hlm. 119.

    10 Ibid, hlm. 121.

  • 40

    tertuju pada satu kelompok saja melainkan meliputi seluruh kehidupan

    manusia. Islam menganjurkan untuk senantiasa berlaku toleransi dan

    menjaga perasaan. Sebab dengan toleransi (yang didalamnya

    terkandung rasa kasih sayang dan gotong royong), dan menjaga

    perasan (yang didalamnya memuat sikap tanggung jawab) akan

    menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam proses interaksi. Hal ini

    tentu akan lebih menjamin terwujudnya kehidupan yang harmonis dan

    sejahtera.

    4. Pembentukan dan Perubahan Sikap

    Sebagaimana diuraian bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir namun

    begitu sikap juga tidak terbentuk begitu saja tanpa adanya proses. Sikap

    terbentuk secara berangsur-angsur sejalan dengan perkembangan

    kehidupannya. Jadi pembentukan sikap merupakan proses yang apabila

    proses perkembangan ini berlangsung dengan baik maka akan

    mengakibatkan suatu kepribadian yang harmonis.

    Sikap seseorang dapat dibentuk atau berubah melalui beberapa cara

    antara lain, yaitu :

    a. Adopsi

    Adopsi merupakan kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa

    yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara

    bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi

    terbentuknya sikap. Misalnya, seorang yang sejak lahir sampai ia

    dewasa tinggal dilingkungan yang fanatik Islam, ia akan mempunyai

    sikap negatif terhadap daging babi.

    b. Diferensiasi

    Diferensiasi terjadi dengan berkembangnya inteligensi,

    berubahnya pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada

    hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri

    lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap

    tersendiri pula. Misalnya, seorang anak kecil mula-mula takut kepada

    setiap orang dewasa yang bukan ibunya, tetapi lama kelamaan ia dapat

  • 41

    membeda-bedakan antara ayah, paman, bibi, kakak, yang disukainya

    dengan orang asing yang tidak disukainya.

    c. Integrasi

    Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap. Dimulai

    dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal

    tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenal hal tersebut.

    Misalnya, seorang desa sering mendengar tentang kehidupan kota. Ia

    pun sering membaca surat kabar yang diterbitkan di kota, kawan-

    kawan yang datang dari kota membawa barang-barang yang bagus dari

    kota dan bercerita tentang keindahan kota. Setelah beberapa waktu

    maka dalam diri orang dewasa tersebut timbul sikap positif terhadap

    kota dan hal-hal yang berhubungan dengan kota, sehingga pada

    akhirnya ia terdorong untuk pergi ke kota.

    d. Trauma

    Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang

    meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.

    Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan

    terbentuknya sikap. Misalnya, orang yang sekali pernah jatuh dari

    sepeda motor, selamanya tidak suka lagi naik motor.11

    Pembentukan sikap yang senantiasa tumbuh dan berkembang

    dalam basis sosial tertentu, misalnya : ekonomi, politik agama dan

    sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh

    lingkungan, norma, group. Faktor lainnya yang mempengaruhi

    kemungkinan perubahan sikap adalah adanya informasi yang berlawanan.

    Faktor ini semuanya tergantung pada sifat-sifat sikap itu sendiri

    sebagaimana adanya sebelum diterima informasi baru.12 Faktor yang

    mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap ini ada yang dari luar

    dirinya dan dari dalam dirinya. Faktor-faktor itu adalah :

    11 Sarlito Wirawan, Op. Cit., hlm. 95-96. 12 Abu Ahmadi, Op. Cit., hlm. 171.

  • 42

    a. Faktor Intern : yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang

    bersangkutan sendiri, seperti selektivitas. Kita tidak dapat menangkap

    seluruh rangsang dari luar melalui persepsi kita. Oleh karena itu kita

    harus memilih rangsang-rangsang mana yang akan kita dekati dan

    mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan

    kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita. Karena harus memilih

    inilah kita menyusun sikap positif terhadap satu hal dan membentuk

    sikap negatif terhadap hal lainnya.

    b. Faktor Ekstern : selain faktor-faktor yang terdapat dalam diri sendiri,

    maka pembentukan sikap ditentukan pula oleh faktor-faktor yang ada

    diluar, yaitu :

    1) Sikap objek yang dijadikan sasaran sikap 2) Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap 3) Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut 4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap 5) Situasi pada saat sikap itu dibentuk.13

    Dalam pembentukan dan perubahan sikap ini lingkungan yang

    paling dekat dalam kehidupan sehari-hari banyak memiliki peranan.

    Keluarga yang terdiri dari orang tua, saudara-saudara di rumah memiliki

    peranan yang penting.

    Ada tiga hal yang penting dalam pembentukan sikap yang

    diperhatikan dalam masa adolesen adalah :

    a. mass media

    b. kelompok sebaya

    c. kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan,

    organisasi kerja dan sebagainya.

    Sementara orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap

    merupakan tanggung jawab orang tua atau lembaga-lembaga keagamaan.

    Tetapi tidak demikian halnya, lembaga-lembaga sekolahpun memiliki

    tugas pula dalam membina sikap ini.14

    13 Ibid, hlm. 96-97. 14 Abu Ahmadi, Op. Cit., hlm. 172.

  • 43

    B. Interaksi Sosial 1. Pengertian

    Salah satu bentuk manifestasi dari kecenderungan naluriah

    manusia sebagai makhluk sosial dengan adanya yang biasa disebut faktor-

    faktor psikologi dengan nama interaksi sosial.

    Oleh para ahli, interaksi sosial diberi batasan sebagai berikut :

    Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

    menyangkut hubungan antara individu dengan individu, antara kelompok

    dengan kelompok lain, ataupun antara individu dengan kelompok. 15

    Adapun menurut Bimo Walgito interaksi sosial adalah hubungan

    antara individu dengan individu yang lain. Individu satu dapat

    mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya. Jadi terdapat adanya

    hubungan yang timbal balik.16

    Dari pembahasan-pembahasan tersebut jelas terlihat bahwa

    interaksi sosial adalah kelangsungan timbal balik hubungan antara dua

    atau lebih manusia yang saling mempengaruhi sehingga individu-individu

    tersebut dapat menyesuaikan dirinya dengan individu-individu yang lain,

    menyesuaikan ada yang bersifat pasif dan ada yang bersifat aktif.

    Interaksi sosial hanya berlangsung apabila terjadi reaksi dari kedua

    belah pihak. Dengan demikian interaksi sosial merupakan kunci dari

    semua kehidupan sosial. Karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin

    terdapat kehidupan bersama.

    Seorang muslim dalam melaksanakan interaksi sosial hendaknya

    senantiasa diwarnai dengan kepribadian yang luhur. Akhlak yang mulia

    yang diajarkan oleh Islam seperti kebenaran kejujuran, ikhlasan, kasih

    sayang, cinta kebaikan, pemurah, tolong-menolong, setia kawan, menjaga

    kemashlahatan umum, semua itu merupakan akhlak yang mempunyai nilai

    sosial yang pantas diterapkan dalam interaksi sosial.17 Oleh karena itu

    15 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakara: Raja Grafindo Persada, 1990),

    hlm. 57. 16 Bimo Walgito, Op. Cit., hlm. 57. 17 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2000), hlm.134-136.

  • 44

    hendaknya pada diri seorang muslim atau kelompok muslim, dalam

    melaksanakan interaksi sosialnya sebaiknya berdasarkan hukum-hukum

    yang telah diatur oleh ajaran Islam, untuk menunjang terbentuknya suatu

    sikap sosial yang berdasar kebenaran. Kelangsungan interaksi sosial

    manusia yang positif sangat penting karena manusia senantiasa

    mengadakan hubungan dengan lingkungannya dalam rangka menuju

    kesempurnaan hidup.

    2. Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

    Sebagaimana diketahui, manusia merupakan makhluk sosial. Yaitu

    makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupannya

    sehari-hari. Oleh karena itu tidak dapat dihindari bahwa manusia harus

    selalu berhubungan dengan manusia lain, baik secara fisik, psikis maupun

    rohani. Karenanya interaksi sosial dapat menggiatkan dan merangsang

    perkembangan kehidupan serta mampu memberikan sesuatu yang

    dibutuhkan dalam hidup. Dalam interaksi sosial ada beberapa faktor yang

    mendasari berlangsungnya interaksi sosial ini, baik secara tunggal maupun

    secara bergabung, yaitu :

    a. Faktor Imitasi

    Seperti yang dikemukakan oleh G. Tarde faktor yang mendasari

    interaksi sosial adalah faktor imitasi. Imitasi merupakan dorongan

    untuk meniru orang lain. Menurut Tarde faktor imitasi merupakan satu-

    satunya faktor yang mendasari atau melandasi interaksi sosial.

    Terhadap pendapat ini sukarlah orang dapat menerima

    seluruhnya. Memang faktor imitasi mempunyai peranan yang penting

    dalam kehidupan masyarakat dalam interaksi sosial, namun demikian

    imitasi bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang mendasari

    terjadinya interaksi sosial. Imitasi tidaklah berlangsung dengan

    sendirinya mengimitasi orang lain, demikian sebaliknya. Untuk

    mengadakan imitasi atau meniru ada faktor psikologis lain yang

    berperan. Imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor

    lain yang ikut berperan sehingga seseorang mengadakan imitasi.

  • 45

    Bagaimana orang dapat mengimitasi sesuatu kalau orang yang

    bersangkutan tidak mempunyai sikap menerima terhadap apa yang

    diimitasi tersebut. Untuk mengimitasi sesuatu perlu adanya sikap

    menerima, sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi itu, karena itu

    imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya.

    Orang meniru orang lain, terutama jika orang lain itu merupakan

    orang-orang yang kuat dan penting. Salah satu sumber yang terpenting

    dari pembentukan sikap sosial dasar pada awal kehidupan adalah

    keluarga.18

    Anak-anak suka meniru sikap sosial dasar pada awal kehidupan

    adalah keluarga.19 Anak merupakan peniru yang hebat sebagaimana

    yang diungkapkan oleh Lester D. Crow, Childern are great imitators of

    attitudes. They learn many of their attitudes indirectly from their

    parent, teacher, and peer association.20 Anak-anak suka meniru sikap

    orang tuanya. Pada masa remaja mereka suka meniru sikap teman

    sebayanya.

    Faktor imitasi memang mempunyai peranan dalam interaksi

    sosial. Misalnya dalam perkembangan bahasa, akan berlaku faktor ini.

    Apa yang diucapkan anak, anak akan mengimitasi dari keadaan

    sekelilingnya. Anak mengimitasi apa yang didengarnya, yang kemudian

    menyampaikan kepada orang lain. Sehingga dengan demikian

    berkembanglah bahasa anak itu sebagai alat komunikasi dalam interaksi

    sosial. Demikian pula dalam perilaku, mode-mode dan sebagainya,

    imitasi banyak memegang peran.

    Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial seperti yang

    digambarkan di atas juga mempunyai segi-segi negatifnya. Yaitu

    apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah ataupun secara

    18 Bimo Walgito, Op. Cit., hlm. 58. 19 Michael Adryanto dan Savitri Soekrisno, Terj. Social Psychology, (PT. Gelors Aksara

    Pratama, 1999), hlm. 143. 20 Lesker D. Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New York :

    American Book Company, 1956), hlm. 81.

  • 46

    yuridis dan moral harus ditolak. Apabila contoh demikian diimitasi

    orang banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya

    kesalahan kolektif yang meliputi jumlah yang serba besar.

    Selain itu, adanya proses imitasi dalam interaksi sosial dapat

    menimbulkan kebiasaan dimana orang yang mengimitasi sesuatu tanpa

    kritik, dan hal ini dapat menghambat perkembangan kebiasaan berpikir

    kritis. Dengan kata lain adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial

    dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada

    individu manusia bahkan mematikan pengembangan daya kreasi

    seseorang.

    b. Faktor Sugesti

    Yang dimaksud dengan sugesti ialah pengaruh psikis baik yang

    datang dari diri sendiri maupun yang datang dari orang lain, yang pada

    umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan.

    Dalam kehidupan sosial banyak individu menerima sesuatu cara,

    pedoman, pandangan, norma, dan sebagainya dari orang lain tanpa

    adanya kritik yang terlebih dahulu terhadap apa yang diterima itu. Misal

    dalam bidang perdagangan orang mempropagandakan dagangannya

    sedemikian rupa, hingga tanpa berpikir lebih lanjut orang termakan

    propaganda itu, dan menerima saja apa yang diajukan oleh pedagang

    yang bersangkutan.

    Peranan sugesti dan imitasi dalam interaksi sosial hampir sama

    satu dengan yang lain, namun sebenarnya keduanya berbeda. Dalam hal

    imitasi orang yang mengimitasi keadaannya aktif sedangkan yang

    diimitasi adalah pasif dalam arti bahwa yang diimitasi tidak dengan

    aktif memberikan apa yang diperbuatnya. Hal itu tidak demikian dalam

    sugesti. Dalam sugesti orang dengan sengaja, dengan secara aktif

    memberikan pandangan-pandangan, pendapat-pendapat, norma-norma

    dan sebagainya agar orang lain dapat menerima apa yang diberikan itu.

    Jadi disini apa yang dituju atau apa yang dikehendaki itu jelas, yaitu

  • 47

    agar orang lain dapat menerima apa yang diberikannya, hal ini berbeda

    dengan apa yang terjadi dalam imitasi.

    Sugesti akan mudah terjadi bila memenuhi syarat-syarat berikut:

    1) Sugesti mudah diterima orang lain, bila daya berpikir kritisnya

    dihambat.

    Seperti telah dijelaskan dimuka sugesti akan diterima orang

    lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Karena itu bila orang

    masih dapat berpikir secara baik, masih dapat berpikir secara kritis,

    maka ia akan sulit menerima sugesti dari orang lain. Makin kurang

    daya kemampuannya memberikan kritik, maka akan mudahlah

    orang itu menerima sugesti dari orang lain. Daya berpikir kritis itu

    akan terhambat bila orang terkena stimulus yang bersifat

    emosional, dan juga jika orang dalam keadaan lelah baik fisik

    maupun psikologisnya. Misalnya orang yang telah berjam-jam

    rapat ia sudah lelah baik fisik maupun psikologis, adanya

    keengganan untuk berpikir secara berat, sehingga biasanya dalam

    keadaan yang demikian orang akan mudah menerima pendapat,

    pandangan dari pihak lain atau dengan kata lain orang yang

    bersangkutan akan mudah menerima sugesti dari pihak lain.

    2) Sugesti mudah diterima orang lain, bila kemampuan berpikirnya

    terpecah-pecah (dissosiasi).

    Orang akan mudah terkena sugesti dari pihak lain apabila

    kemampuan berpikirnya terpecah belah atau mengalami dissosiasi.

    Orang mengalami dissosiasi apabila orang itu dalam keadaan

    kebingungan, karena menghadapi berbagai macam masalah.

    Orang-orang yang sedang dalam keadaaan kebingungan pada

    umumnya akan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh

    pihak lain tanpa berpikir lebih jauh terlebih dahulu. Secara

    psikologis orang yang sedang dalam kebingungan, orang akan

    mencari pegangan untuk mengakiri rasa kebingungannya tersebut.

    Apa yang dikemukakan oleh orang lain akan mudah diambil

  • 48

    sebagai langkah untuk mengakiri kebingungannya, tanpa

    pemikiran yang lebih jauh. Selama individu dalam kebingungan,

    selama itu pula keadaan jiwanya tidak tenteram. Karena itu kalau

    dalam masyarakat terjadi kebingungan, keadaan ini akan

    memberikan peluang yang menguntungkan bagi pihak-pihak yang

    akan memberikan sugesti mengenai suatu pandangan, pendapat,

    norma ataupun hal-hal yang lainnya.

    3) Sugesti mudah diterima orang lain, bila materinya mendapatkan

    dukungan dari orang banyak (sugesti mayoritas)

    Dalam hal ini orang akan mempunyai kecenderungan untuk

    menerima sesuatu pandangan, pendapat, norma dan sebagainya,

    apabila pandangan, pendapat ataupun norma tersebut telah

    mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas. Yaitu

    sebagian besar kelompok atau golongan memberikan sokongan

    atas pandangan, pendapat atau norma-norma dan sebagainya yang

    telah mendapat dukungan dari mayoritas.

    Orang beranggapan oleh karena sebagian besar anggota telah

    menerimanya, maka orang akan terasing atau tersingkir jika tidak

    ikut menerimanya.

    4) Sugesti mudah diterima orang lain, apabila yang memberikan

    materi itu orang yang mempunyai otoritas.

    Walaupun materi yang diberikan itu sama, tetapi kalau yang

    memberikan itu berbeda, maka akan terdapat perbedaan dalam

    penerimaan atas materi yang bersangkutan. Dalam hal ini orang

    mempunyai kecenderungan akan mudah menerima sesuatu yang

    dikemukakan oleh orang lain apabila yang memberikan itu adalah

    orang yang memberikan otoritas dalam bidangnya. Hal yang

    demikian akan menimbulkan rasa percaya bahwa apa yang

    diberikan itu memang benar, karena memang menjadi bidangnya,

    sehingga hal itu menimbulkan sikap penerimaan atas pendapat

    tersebut, dan pendapat yang dikemukakan itu pasti mengandung

  • 49

    kebaikan-kebaikan dan kebenaran-kebanaran. Misal materi yang

    dikemukakan sama tetapi bidangnya berbeda (missal, seorang juru

    tulis) sedangkan yang lain diberikan oleh Bupati Kepala Daerah,

    maka penerimaan atas materi tersebut jelas berbeda, karena yang

    memberikan mempunyai otoritas yang berbeda. Karenanya

    langkah yang praktis apabila akan memberikan sesuatu dengan

    maksud agar yang diberikan itu dapat mudah diterima oleh orang

    lain, orang yang memberikan sebaiknya mempunyai otoritas dalam

    bidang yang diberikan itu.

    5) Sugesti mudah diterima orang lain, apabila orang yang

    bersangkutan telah ada pendapat yang mendahului yang searah.

    Bila dalam diri individu telah ada pendapat yang mendahului

    dan pendapat ini masih samar-samar dan pendapat tersebur searah

    dengan apa yang disugestikan maka pada umumnya orang akan

    mudah menerima pendapat yang disugestikan tersebut. Karenanya

    yang disugestikan itu akan lebih meyakinkan tentang pendapat

    pendahulunya. Orang yang dalam keadaan ragu-ragu akan mudah

    menerima sugesti yang diberikan oleh pihak lain yang akan

    menghilangkan rasa keragu-raguannya. Contoh : orang mempunyai

    pendapat bahwa minyak angin cap PPO merupakan minyak angin

    yang cukup baik bila dibandingkan dengan minyak angin lainnya.

    Tetapi pendapat ini masih merupakan pendapat yang samar-samar.

    Tiap hari orang tersebut mendengarkan iklan di radio bahwa

    minyak angin cap PPO merupakan minyak angin yang terbaik. Apa

    yang dikemukakan itu akan mudah diterima oleh orang orang yang

    bersangkutan, karena yang dikemukakan itu seakan-akan

    membenarkan pendapatnya dan lebih meyakinkan akan pendapat

    bahwa minyak angin cap PPO memang minyak angin yang terbaik.

    Apa yang didengar itu lebih meyakinkan akan pendapatnya yang

    mendahuluinya.

    c. Faktor Identifikasi

  • 50

    Faktor lain yang memegang peranan dalam interaksi sosial ialah

    faktor identifikasi. Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi

    identik (sama) dengan orang lain. Istilah identifikasi timbul dalam

    uraian Freud mengenai cara seorang anak belajar norma-norma sosial

    dari orang tuanya. Hal tersebut mulai kira-kira ketika ia berusia lima

    tahun.21 Dalam garis-garis besarnya anak itu belajar menyadari bahwa,

    dalam kehidupan ini ada norma-norma dan peraturan-peraturan yang

    hendaknya dipenuhi, dan ia pun mempelajarinya, yaitu dengan dua cara

    utama.

    1) Anak mempelajari dan menerima norma-norma sosial itu karena

    orang tua dengan sengaja mendidiknya. Orang tua dengan dengan

    sengaja menanamkan norma-norma sosial kepada anaknya, bahwa

    ini baik, dan itu tidak baik, ini perlu dikerjakan dan itu tidak perlu

    dikerjakan, dana mana-mana perbuatan yang perlu ditinggalkan.

    Dengan jalan demikian akan tertanamlah norma-norma sosial pada

    anak.

    2) Kesadaran akan norma-norma sosial juga dapat diperoleh anak

    dengan jalan identifikasi. Yaitu anak mengidentifikasikan diri pada

    orang tua baik pada ibu maupun pada ayah. Karena kedudukan

    orang tua sangat penting sebagai tempat identifikasi dari anak-

    anaknya.22

    Di dalam identifikasi anak akan mengambil oper sikap-sikap

    maupun norma-norma dari orang tuanya yang dijadikan tempat

    identifikasi itu. Dalam proses identifikasi ini seluruh norma-norma,

    cita-cita, sikap dan sebagainya dari orang tua sedapat mungkin

    dijadikan norma-norma, sikap-sikap dan sebagainya itu dari anak

    sendiri, dan anak menggunakan hal tersebut dalam perilaku sehari-hari.

    Karena itu seperti telah dipaparkan didepan kedudukan orang tua dalam

    21 W. A. Gerungan, Op. Cit., hlm. 67. 22 Bimo Walgito, Op. Cit., hlm. 63.

  • 51

    keluarga adalah sangat penting. Karena segala sesuatu yang diperbuat

    oleh orang tua akan dijadikan tauladan bagi anak-anaknya.

    Identifikasi ini dilakukan oleh anak kepada orang lain yang

    dianggap ideal dalam sesuatu segi, baik itu norma-normanya, sikap-

    sikapnya ataupun segi-segi yang lain yang nilainya bersangkutan. Masa

    perkembangan anakatau individu paling banyak melakukan identifikasi

    kepada orang lain ialah pada masa remaja. Dalam masa ini individu

    melepaskan identifikasinya dengan orang tua dan norma-norma sosial

    sendiri. Karena ini dalam masa remaja banyak anak mencari tempat

    identifikasi pada orang-orang dalam masyarakat yang dianggap ideal

    bagi yang bersangkutan.

    d. Faktor Simpati

    Selain faktor-faktor tersebut diatas faktor simpati juga

    memegang peranan dalam interaksi sosial. Simpati merupakan perasaan

    rasa tertarik kepada orang lain. Oleh karena simpati merupakan

    perasaan, maka simpati timbul tidak ada dasar logis rasional, melainkan

    atas dasar perasaan/emosi. Dalam simpati orang merasa tertarik kepada

    orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya, apa

    sebabnya merasa tertarik sering tidak dapat memberikan penjelasan

    lebih lanjut. Di samping individu mempunyai kecenderungan untuk

    menolak orang lain, ini yang sering disebut antipati. Jadi kalau simpati

    itu bersifat positif, maka antipati bersifat negatif.23

    Proses simpati dapat pula berjalan secara perlahan-lahan secara

    sadar dan cukup nyata dalam hubungan dua orang atau lebih orang.

    misalnya hubungan cinta kasih antara manusia. Biasanya didahului

    dengan hubungan simpati. Perbedaannya dengan identifikasi, dorongan

    utamanya adalah ingin mengikuti jejak, mencontoh dan ingin belajar.

    Sedangkan pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti dan

    ingin kerja sama.24

    23 Ibid, hlm. 64.

    24 Abu Ahmadi, Op. Cit., hlm. 64.