bab iii pembentukan sikap...
TRANSCRIPT
-
35
BAB III
PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL
A. Sikap Sosial
Sikap merupakan suatu masalah yang penting, karena sikap yang ada
pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada prilaku atau
perbuatan orang yang bersangkutan. Seseorang dapat menduga bagaimana
respon atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan
terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya, dengan
mengetahui sikapnya.
Sikap pada manusia tidak terbentuk begitu saja, melainkan terbentuk
secara berangsur-angsur, sejalan dengan perkembangan kehidupannya. Sikap
(attitude) di dalam kehidupan manusia mempunyai peran besar sebab apabila
sikap sudah terbantuk pada diri manusia, maka ia akan turut menentukan
tingkah lakunya dalam menghadapi suatu objek. Adanya attitude-attitude
menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap objek-
objeknya.1
1. Pengertian Sikap Sosial
Sikap atau attitude dapat dibedakan dalam attitude sosial dan
attitude individual. Ada beberapa pengertian tentang sikap yang telah
dirumuskan oleh para ahli antara lain, yaitu :
a. Menurut Dr. W. A. Gerungan bahwa attitude itu lebih tepat
diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.2
b. Sarlito Wirawan berpendapat bahwa sikap adalah kesiapan pada
seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.3
c. Mayor Palok berpendapat bahwa sikap adalah suatu tendensi atau
kecenderungan yang agak stabil untuk berlaku atau bertindak secara
tertentu di dalam situasi yang tertentu.4
1 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresto, 1988), Cet. II, hlm. 150. 2 Ibid. 3 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1996), hlm. 94.
-
36
d. Menurut Kamus Psikologi sikap diartikan sebagai kecenderungan
untuk memberi respon, baik positif maupun negatif terhadap orang-
orang, banda-banda atau siatuasi-siatuasi tertentu.5
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu kesadaran individu untuk bertindak dalam menanggapi objek
dan terbentuk berdasarkan pengalaman-pengalaman.
Sementara sosial merupakan suatu yang berkenaan dengan hubungan
antara orang-orang atau kelompok ataupun berkenaan dengan pengaruh
orang-orang atau kelompok antara satu sama lain.6
Jadi yang dimaksud sikap sosial adalah kesadaran individu untuk
bertindak secara nyata dan berulang-ulang terhadap objek sosial
berdasarkan pengalaman-pengalaman.
2. Ciri-ciri dan Fungsi Sikap
Sikap merupakan faktor yang ada pada diri manusia yang dapat
mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Walaupun demikian sikap
mempunyai segi-segi perbedaan dengan pendorong-pendorong lain yang
ada dalam diri manusia itu. Oleh karena itu untuk membedakan sikap
dengan pendorong-pendorong yang lain, ada beberapa ciri atau sifat dan
sikap tersebut. Adapun ciri-ciri sikap itu adalah :
a. Sikap selalu menggambarkan antara subyek dan objek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga masyarakat dan lain sebagainya.
b. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan.
c. Karena sikap dapat dipelajari maka sikap dapat berubah-ubah (meskipun untuk merubahnya relatif sulit).
d. Sikap tidak akan hilang meskipun kebutuhan sudah terpenuhi. e. Sikap tidak akan hanya satu macam, melainkan sangat beragam sesuai
dengan objek yang menjadi perhatian subjek. f. Di dalam sikap terkait juga faktor motivasi dan perasaan. Kedua hal
inilah yang membedakannya dengan pengetahuan.7
4 Mayor Palok, Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru, 1979), Cet. IX, hlm. 97.
5 Kartini Kartono dan Dali Gula, Kamus Psikologi, (Bandung:: Pioner Jaya, 1982), hlm. 35. 6 Ibid, hlm. 462. 7 Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hlm.
144.
-
37
Adapun fungsi (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan,
yaitu :
a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap
merupakan sesuatu yang bersifat communicabel, artinya sesuatu yang
mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru
karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan
bersama dan pengalaman bersama biasanya ditandai oleh adanya sikap
anggotanya yang sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan
demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan
kelompoknya atau dengan kelompoknya yang lain.
b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa
tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-
aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi
tak ada pertimbangan, tetapi pada umumnya tidak diberi reaksi secara
spontan. Akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai
perangsang-perangsang itu.
c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.
Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia dalam menerima
pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi
diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari
dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia
memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidap perlu dilayani.
Jadi manusia setiap saat mengadakan pilihan-pilihan dan semua
perangsang tidak semuanya dapat dilayani. Sebab kalau tidak demikian
akan mengganggu manusia.
d. Sikap berfungsi pernyataan kepribadian.
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena
sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh
-
38
karena itu dengan itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek
tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut.8
3. Bentuk-bentuk Sikap Sosial
Sebagaimana uraian di atas bahwa manusia itu tidak bisa lepas dari
yang lainnya. Ia akan selalu mengadakan hubungan demi kesempurnaan
dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu sangat
dibutuhkan adanya pelaksanaan bentuk-bentuk sikap sosial yang positif,
agar tercipta kehidupan yang harmonis. Banyak bantuk sikap sosial yang
positif, diantaranya adalah :
a. Tanggung Jawab
Manusia merupakan makhluk sosial yang sekaligus individual.
Manusia sebagai makhluk sosial akan melahirkan daripadanya
tanggung jawab keluar yaitu terhadap keluarga dan sosial
(masyarakat).
Dan selaku makhluk individu ia bertanggung jawab terhadap
diri sendiri yang semua itu berkonotasi pada keharmonisan hidup.
b. Gotong-Royong
Gotong-royong atau tolong-menolong bisa berarti untuk
kebaikan dan bisa untuk keburukan. Islam menegakkan gotong-royong
yang bersifat baik dan ia melarang tolong-menolong dalam hal yang
buruk.
Sebagaimana agama Islam mengharuskan manusia semuanya
untuk tolong-menolong satu sama lainnya dalam hal-hal kebajikan,
bakti dan takwa. Dalam istilah bertolong-menolong inilah terkandung
pengertian dan pengakuan adanya perbedaan keadaan dan prestasi
antara manusia. Mereka yang lebih dalam hal-hal kebajikan, hal-hal
ketakwaan, dalam hal-hal keimanan dan sebagainya, menolong mereka
yang kurang.
8 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hlm. 179-181.
-
39
Nilai-nilai keagamaanlah yang harus menjadi pedoman pokok
dalam hal bertolong-tolongan itu, dengan berpedoman pada nilai-nilai
ini, pastilah hubungan kemasyarakatan dan kesusilaan ikut terjamin.9
Anjuran dan tuntutan bagi manusia untuk berinteraksi sosial
kemasyarakatan dengan berpedoman pada nilai-nilai keagamaan ini
akan memacu pada kebaikan dan ketakwaan dan menjauhkan diri dari
berbuat dosa dan melanggar aturan interaksi sosial, seperti berkhianat,
dusta dan sebagainya. Dalam interaksi ini tidak diperkenankan berbau
penghinaan kepada orang lain dan menganggap dirinya lebih mulia.
c. Kasih Sayang
Agama Islam menjelaskan konsep interaksi sosialnya secara
sistematis, yang antara lain didalamnya terkandung anjuran untuk
bersikap kasih dan sayang (mawaddah wa rahmah) oleh karenanya
hendaknya dalam berhubungan dengan orang lain manusia harus
membekali dirinya dengan sikap kasih sayang.
Pada dasarnya sikap kasih sayang ini sangat diperlukan dalam
berinteraksi sosial, sebagai upaya untuk menumbuhkan keharmonisan
dan kerukunan bermasyarakat. Sebab kasih sayang akan dapat
menghapus perasaan asing antara yang satu dengan yang lainnya, yang
mempunyai tempat yang luhur dalam lubuk hati sanubari manusia.
Keberadaan kasih sayang akan meringankan kaki dan tangan
untuk berbuat kebajikan, menggembirakan hati, memperbesar minat,
kemauan, serta mempengaruhi sikap kita untuk peka terhadap orang
lain. Kasih sayang akan menimbulkan rasa simpati yaitu dapat ikut
merasakan apa yang dirasakan orang lain.10
Dari uaraian tersebut di atas nyatalah dapat diambil pengertian
tentang tata krama dan norma-norma berinteraksi sosial yang
terkandung dalam ajaran Islam yang tentunya harus dipraktekkan oleh
umatnya. Dengan prinsip-prinsip bermasyarakat yang tidak hanya
9 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al Maarif, 1980), hlm. 119.
10 Ibid, hlm. 121.
-
40
tertuju pada satu kelompok saja melainkan meliputi seluruh kehidupan
manusia. Islam menganjurkan untuk senantiasa berlaku toleransi dan
menjaga perasaan. Sebab dengan toleransi (yang didalamnya
terkandung rasa kasih sayang dan gotong royong), dan menjaga
perasan (yang didalamnya memuat sikap tanggung jawab) akan
menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam proses interaksi. Hal ini
tentu akan lebih menjamin terwujudnya kehidupan yang harmonis dan
sejahtera.
4. Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sebagaimana diuraian bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir namun
begitu sikap juga tidak terbentuk begitu saja tanpa adanya proses. Sikap
terbentuk secara berangsur-angsur sejalan dengan perkembangan
kehidupannya. Jadi pembentukan sikap merupakan proses yang apabila
proses perkembangan ini berlangsung dengan baik maka akan
mengakibatkan suatu kepribadian yang harmonis.
Sikap seseorang dapat dibentuk atau berubah melalui beberapa cara
antara lain, yaitu :
a. Adopsi
Adopsi merupakan kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara
bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya sikap. Misalnya, seorang yang sejak lahir sampai ia
dewasa tinggal dilingkungan yang fanatik Islam, ia akan mempunyai
sikap negatif terhadap daging babi.
b. Diferensiasi
Diferensiasi terjadi dengan berkembangnya inteligensi,
berubahnya pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada
hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri
lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap
tersendiri pula. Misalnya, seorang anak kecil mula-mula takut kepada
setiap orang dewasa yang bukan ibunya, tetapi lama kelamaan ia dapat
-
41
membeda-bedakan antara ayah, paman, bibi, kakak, yang disukainya
dengan orang asing yang tidak disukainya.
c. Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap. Dimulai
dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal
tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenal hal tersebut.
Misalnya, seorang desa sering mendengar tentang kehidupan kota. Ia
pun sering membaca surat kabar yang diterbitkan di kota, kawan-
kawan yang datang dari kota membawa barang-barang yang bagus dari
kota dan bercerita tentang keindahan kota. Setelah beberapa waktu
maka dalam diri orang dewasa tersebut timbul sikap positif terhadap
kota dan hal-hal yang berhubungan dengan kota, sehingga pada
akhirnya ia terdorong untuk pergi ke kota.
d. Trauma
Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang
meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan
terbentuknya sikap. Misalnya, orang yang sekali pernah jatuh dari
sepeda motor, selamanya tidak suka lagi naik motor.11
Pembentukan sikap yang senantiasa tumbuh dan berkembang
dalam basis sosial tertentu, misalnya : ekonomi, politik agama dan
sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh
lingkungan, norma, group. Faktor lainnya yang mempengaruhi
kemungkinan perubahan sikap adalah adanya informasi yang berlawanan.
Faktor ini semuanya tergantung pada sifat-sifat sikap itu sendiri
sebagaimana adanya sebelum diterima informasi baru.12 Faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap ini ada yang dari luar
dirinya dan dari dalam dirinya. Faktor-faktor itu adalah :
11 Sarlito Wirawan, Op. Cit., hlm. 95-96. 12 Abu Ahmadi, Op. Cit., hlm. 171.
-
42
a. Faktor Intern : yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang
bersangkutan sendiri, seperti selektivitas. Kita tidak dapat menangkap
seluruh rangsang dari luar melalui persepsi kita. Oleh karena itu kita
harus memilih rangsang-rangsang mana yang akan kita dekati dan
mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan
kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita. Karena harus memilih
inilah kita menyusun sikap positif terhadap satu hal dan membentuk
sikap negatif terhadap hal lainnya.
b. Faktor Ekstern : selain faktor-faktor yang terdapat dalam diri sendiri,
maka pembentukan sikap ditentukan pula oleh faktor-faktor yang ada
diluar, yaitu :
1) Sikap objek yang dijadikan sasaran sikap 2) Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap 3) Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut 4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap 5) Situasi pada saat sikap itu dibentuk.13
Dalam pembentukan dan perubahan sikap ini lingkungan yang
paling dekat dalam kehidupan sehari-hari banyak memiliki peranan.
Keluarga yang terdiri dari orang tua, saudara-saudara di rumah memiliki
peranan yang penting.
Ada tiga hal yang penting dalam pembentukan sikap yang
diperhatikan dalam masa adolesen adalah :
a. mass media
b. kelompok sebaya
c. kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan,
organisasi kerja dan sebagainya.
Sementara orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap
merupakan tanggung jawab orang tua atau lembaga-lembaga keagamaan.
Tetapi tidak demikian halnya, lembaga-lembaga sekolahpun memiliki
tugas pula dalam membina sikap ini.14
13 Ibid, hlm. 96-97. 14 Abu Ahmadi, Op. Cit., hlm. 172.
-
43
B. Interaksi Sosial 1. Pengertian
Salah satu bentuk manifestasi dari kecenderungan naluriah
manusia sebagai makhluk sosial dengan adanya yang biasa disebut faktor-
faktor psikologi dengan nama interaksi sosial.
Oleh para ahli, interaksi sosial diberi batasan sebagai berikut :
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara individu dengan individu, antara kelompok
dengan kelompok lain, ataupun antara individu dengan kelompok. 15
Adapun menurut Bimo Walgito interaksi sosial adalah hubungan
antara individu dengan individu yang lain. Individu satu dapat
mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya. Jadi terdapat adanya
hubungan yang timbal balik.16
Dari pembahasan-pembahasan tersebut jelas terlihat bahwa
interaksi sosial adalah kelangsungan timbal balik hubungan antara dua
atau lebih manusia yang saling mempengaruhi sehingga individu-individu
tersebut dapat menyesuaikan dirinya dengan individu-individu yang lain,
menyesuaikan ada yang bersifat pasif dan ada yang bersifat aktif.
Interaksi sosial hanya berlangsung apabila terjadi reaksi dari kedua
belah pihak. Dengan demikian interaksi sosial merupakan kunci dari
semua kehidupan sosial. Karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin
terdapat kehidupan bersama.
Seorang muslim dalam melaksanakan interaksi sosial hendaknya
senantiasa diwarnai dengan kepribadian yang luhur. Akhlak yang mulia
yang diajarkan oleh Islam seperti kebenaran kejujuran, ikhlasan, kasih
sayang, cinta kebaikan, pemurah, tolong-menolong, setia kawan, menjaga
kemashlahatan umum, semua itu merupakan akhlak yang mempunyai nilai
sosial yang pantas diterapkan dalam interaksi sosial.17 Oleh karena itu
15 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakara: Raja Grafindo Persada, 1990),
hlm. 57. 16 Bimo Walgito, Op. Cit., hlm. 57. 17 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2000), hlm.134-136.
-
44
hendaknya pada diri seorang muslim atau kelompok muslim, dalam
melaksanakan interaksi sosialnya sebaiknya berdasarkan hukum-hukum
yang telah diatur oleh ajaran Islam, untuk menunjang terbentuknya suatu
sikap sosial yang berdasar kebenaran. Kelangsungan interaksi sosial
manusia yang positif sangat penting karena manusia senantiasa
mengadakan hubungan dengan lingkungannya dalam rangka menuju
kesempurnaan hidup.
2. Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Sebagaimana diketahui, manusia merupakan makhluk sosial. Yaitu
makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupannya
sehari-hari. Oleh karena itu tidak dapat dihindari bahwa manusia harus
selalu berhubungan dengan manusia lain, baik secara fisik, psikis maupun
rohani. Karenanya interaksi sosial dapat menggiatkan dan merangsang
perkembangan kehidupan serta mampu memberikan sesuatu yang
dibutuhkan dalam hidup. Dalam interaksi sosial ada beberapa faktor yang
mendasari berlangsungnya interaksi sosial ini, baik secara tunggal maupun
secara bergabung, yaitu :
a. Faktor Imitasi
Seperti yang dikemukakan oleh G. Tarde faktor yang mendasari
interaksi sosial adalah faktor imitasi. Imitasi merupakan dorongan
untuk meniru orang lain. Menurut Tarde faktor imitasi merupakan satu-
satunya faktor yang mendasari atau melandasi interaksi sosial.
Terhadap pendapat ini sukarlah orang dapat menerima
seluruhnya. Memang faktor imitasi mempunyai peranan yang penting
dalam kehidupan masyarakat dalam interaksi sosial, namun demikian
imitasi bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang mendasari
terjadinya interaksi sosial. Imitasi tidaklah berlangsung dengan
sendirinya mengimitasi orang lain, demikian sebaliknya. Untuk
mengadakan imitasi atau meniru ada faktor psikologis lain yang
berperan. Imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor
lain yang ikut berperan sehingga seseorang mengadakan imitasi.
-
45
Bagaimana orang dapat mengimitasi sesuatu kalau orang yang
bersangkutan tidak mempunyai sikap menerima terhadap apa yang
diimitasi tersebut. Untuk mengimitasi sesuatu perlu adanya sikap
menerima, sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi itu, karena itu
imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya.
Orang meniru orang lain, terutama jika orang lain itu merupakan
orang-orang yang kuat dan penting. Salah satu sumber yang terpenting
dari pembentukan sikap sosial dasar pada awal kehidupan adalah
keluarga.18
Anak-anak suka meniru sikap sosial dasar pada awal kehidupan
adalah keluarga.19 Anak merupakan peniru yang hebat sebagaimana
yang diungkapkan oleh Lester D. Crow, Childern are great imitators of
attitudes. They learn many of their attitudes indirectly from their
parent, teacher, and peer association.20 Anak-anak suka meniru sikap
orang tuanya. Pada masa remaja mereka suka meniru sikap teman
sebayanya.
Faktor imitasi memang mempunyai peranan dalam interaksi
sosial. Misalnya dalam perkembangan bahasa, akan berlaku faktor ini.
Apa yang diucapkan anak, anak akan mengimitasi dari keadaan
sekelilingnya. Anak mengimitasi apa yang didengarnya, yang kemudian
menyampaikan kepada orang lain. Sehingga dengan demikian
berkembanglah bahasa anak itu sebagai alat komunikasi dalam interaksi
sosial. Demikian pula dalam perilaku, mode-mode dan sebagainya,
imitasi banyak memegang peran.
Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial seperti yang
digambarkan di atas juga mempunyai segi-segi negatifnya. Yaitu
apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah ataupun secara
18 Bimo Walgito, Op. Cit., hlm. 58. 19 Michael Adryanto dan Savitri Soekrisno, Terj. Social Psychology, (PT. Gelors Aksara
Pratama, 1999), hlm. 143. 20 Lesker D. Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New York :
American Book Company, 1956), hlm. 81.
-
46
yuridis dan moral harus ditolak. Apabila contoh demikian diimitasi
orang banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya
kesalahan kolektif yang meliputi jumlah yang serba besar.
Selain itu, adanya proses imitasi dalam interaksi sosial dapat
menimbulkan kebiasaan dimana orang yang mengimitasi sesuatu tanpa
kritik, dan hal ini dapat menghambat perkembangan kebiasaan berpikir
kritis. Dengan kata lain adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial
dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada
individu manusia bahkan mematikan pengembangan daya kreasi
seseorang.
b. Faktor Sugesti
Yang dimaksud dengan sugesti ialah pengaruh psikis baik yang
datang dari diri sendiri maupun yang datang dari orang lain, yang pada
umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan.
Dalam kehidupan sosial banyak individu menerima sesuatu cara,
pedoman, pandangan, norma, dan sebagainya dari orang lain tanpa
adanya kritik yang terlebih dahulu terhadap apa yang diterima itu. Misal
dalam bidang perdagangan orang mempropagandakan dagangannya
sedemikian rupa, hingga tanpa berpikir lebih lanjut orang termakan
propaganda itu, dan menerima saja apa yang diajukan oleh pedagang
yang bersangkutan.
Peranan sugesti dan imitasi dalam interaksi sosial hampir sama
satu dengan yang lain, namun sebenarnya keduanya berbeda. Dalam hal
imitasi orang yang mengimitasi keadaannya aktif sedangkan yang
diimitasi adalah pasif dalam arti bahwa yang diimitasi tidak dengan
aktif memberikan apa yang diperbuatnya. Hal itu tidak demikian dalam
sugesti. Dalam sugesti orang dengan sengaja, dengan secara aktif
memberikan pandangan-pandangan, pendapat-pendapat, norma-norma
dan sebagainya agar orang lain dapat menerima apa yang diberikan itu.
Jadi disini apa yang dituju atau apa yang dikehendaki itu jelas, yaitu
-
47
agar orang lain dapat menerima apa yang diberikannya, hal ini berbeda
dengan apa yang terjadi dalam imitasi.
Sugesti akan mudah terjadi bila memenuhi syarat-syarat berikut:
1) Sugesti mudah diterima orang lain, bila daya berpikir kritisnya
dihambat.
Seperti telah dijelaskan dimuka sugesti akan diterima orang
lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Karena itu bila orang
masih dapat berpikir secara baik, masih dapat berpikir secara kritis,
maka ia akan sulit menerima sugesti dari orang lain. Makin kurang
daya kemampuannya memberikan kritik, maka akan mudahlah
orang itu menerima sugesti dari orang lain. Daya berpikir kritis itu
akan terhambat bila orang terkena stimulus yang bersifat
emosional, dan juga jika orang dalam keadaan lelah baik fisik
maupun psikologisnya. Misalnya orang yang telah berjam-jam
rapat ia sudah lelah baik fisik maupun psikologis, adanya
keengganan untuk berpikir secara berat, sehingga biasanya dalam
keadaan yang demikian orang akan mudah menerima pendapat,
pandangan dari pihak lain atau dengan kata lain orang yang
bersangkutan akan mudah menerima sugesti dari pihak lain.
2) Sugesti mudah diterima orang lain, bila kemampuan berpikirnya
terpecah-pecah (dissosiasi).
Orang akan mudah terkena sugesti dari pihak lain apabila
kemampuan berpikirnya terpecah belah atau mengalami dissosiasi.
Orang mengalami dissosiasi apabila orang itu dalam keadaan
kebingungan, karena menghadapi berbagai macam masalah.
Orang-orang yang sedang dalam keadaaan kebingungan pada
umumnya akan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh
pihak lain tanpa berpikir lebih jauh terlebih dahulu. Secara
psikologis orang yang sedang dalam kebingungan, orang akan
mencari pegangan untuk mengakiri rasa kebingungannya tersebut.
Apa yang dikemukakan oleh orang lain akan mudah diambil
-
48
sebagai langkah untuk mengakiri kebingungannya, tanpa
pemikiran yang lebih jauh. Selama individu dalam kebingungan,
selama itu pula keadaan jiwanya tidak tenteram. Karena itu kalau
dalam masyarakat terjadi kebingungan, keadaan ini akan
memberikan peluang yang menguntungkan bagi pihak-pihak yang
akan memberikan sugesti mengenai suatu pandangan, pendapat,
norma ataupun hal-hal yang lainnya.
3) Sugesti mudah diterima orang lain, bila materinya mendapatkan
dukungan dari orang banyak (sugesti mayoritas)
Dalam hal ini orang akan mempunyai kecenderungan untuk
menerima sesuatu pandangan, pendapat, norma dan sebagainya,
apabila pandangan, pendapat ataupun norma tersebut telah
mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas. Yaitu
sebagian besar kelompok atau golongan memberikan sokongan
atas pandangan, pendapat atau norma-norma dan sebagainya yang
telah mendapat dukungan dari mayoritas.
Orang beranggapan oleh karena sebagian besar anggota telah
menerimanya, maka orang akan terasing atau tersingkir jika tidak
ikut menerimanya.
4) Sugesti mudah diterima orang lain, apabila yang memberikan
materi itu orang yang mempunyai otoritas.
Walaupun materi yang diberikan itu sama, tetapi kalau yang
memberikan itu berbeda, maka akan terdapat perbedaan dalam
penerimaan atas materi yang bersangkutan. Dalam hal ini orang
mempunyai kecenderungan akan mudah menerima sesuatu yang
dikemukakan oleh orang lain apabila yang memberikan itu adalah
orang yang memberikan otoritas dalam bidangnya. Hal yang
demikian akan menimbulkan rasa percaya bahwa apa yang
diberikan itu memang benar, karena memang menjadi bidangnya,
sehingga hal itu menimbulkan sikap penerimaan atas pendapat
tersebut, dan pendapat yang dikemukakan itu pasti mengandung
-
49
kebaikan-kebaikan dan kebenaran-kebanaran. Misal materi yang
dikemukakan sama tetapi bidangnya berbeda (missal, seorang juru
tulis) sedangkan yang lain diberikan oleh Bupati Kepala Daerah,
maka penerimaan atas materi tersebut jelas berbeda, karena yang
memberikan mempunyai otoritas yang berbeda. Karenanya
langkah yang praktis apabila akan memberikan sesuatu dengan
maksud agar yang diberikan itu dapat mudah diterima oleh orang
lain, orang yang memberikan sebaiknya mempunyai otoritas dalam
bidang yang diberikan itu.
5) Sugesti mudah diterima orang lain, apabila orang yang
bersangkutan telah ada pendapat yang mendahului yang searah.
Bila dalam diri individu telah ada pendapat yang mendahului
dan pendapat ini masih samar-samar dan pendapat tersebur searah
dengan apa yang disugestikan maka pada umumnya orang akan
mudah menerima pendapat yang disugestikan tersebut. Karenanya
yang disugestikan itu akan lebih meyakinkan tentang pendapat
pendahulunya. Orang yang dalam keadaan ragu-ragu akan mudah
menerima sugesti yang diberikan oleh pihak lain yang akan
menghilangkan rasa keragu-raguannya. Contoh : orang mempunyai
pendapat bahwa minyak angin cap PPO merupakan minyak angin
yang cukup baik bila dibandingkan dengan minyak angin lainnya.
Tetapi pendapat ini masih merupakan pendapat yang samar-samar.
Tiap hari orang tersebut mendengarkan iklan di radio bahwa
minyak angin cap PPO merupakan minyak angin yang terbaik. Apa
yang dikemukakan itu akan mudah diterima oleh orang orang yang
bersangkutan, karena yang dikemukakan itu seakan-akan
membenarkan pendapatnya dan lebih meyakinkan akan pendapat
bahwa minyak angin cap PPO memang minyak angin yang terbaik.
Apa yang didengar itu lebih meyakinkan akan pendapatnya yang
mendahuluinya.
c. Faktor Identifikasi
-
50
Faktor lain yang memegang peranan dalam interaksi sosial ialah
faktor identifikasi. Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi
identik (sama) dengan orang lain. Istilah identifikasi timbul dalam
uraian Freud mengenai cara seorang anak belajar norma-norma sosial
dari orang tuanya. Hal tersebut mulai kira-kira ketika ia berusia lima
tahun.21 Dalam garis-garis besarnya anak itu belajar menyadari bahwa,
dalam kehidupan ini ada norma-norma dan peraturan-peraturan yang
hendaknya dipenuhi, dan ia pun mempelajarinya, yaitu dengan dua cara
utama.
1) Anak mempelajari dan menerima norma-norma sosial itu karena
orang tua dengan sengaja mendidiknya. Orang tua dengan dengan
sengaja menanamkan norma-norma sosial kepada anaknya, bahwa
ini baik, dan itu tidak baik, ini perlu dikerjakan dan itu tidak perlu
dikerjakan, dana mana-mana perbuatan yang perlu ditinggalkan.
Dengan jalan demikian akan tertanamlah norma-norma sosial pada
anak.
2) Kesadaran akan norma-norma sosial juga dapat diperoleh anak
dengan jalan identifikasi. Yaitu anak mengidentifikasikan diri pada
orang tua baik pada ibu maupun pada ayah. Karena kedudukan
orang tua sangat penting sebagai tempat identifikasi dari anak-
anaknya.22
Di dalam identifikasi anak akan mengambil oper sikap-sikap
maupun norma-norma dari orang tuanya yang dijadikan tempat
identifikasi itu. Dalam proses identifikasi ini seluruh norma-norma,
cita-cita, sikap dan sebagainya dari orang tua sedapat mungkin
dijadikan norma-norma, sikap-sikap dan sebagainya itu dari anak
sendiri, dan anak menggunakan hal tersebut dalam perilaku sehari-hari.
Karena itu seperti telah dipaparkan didepan kedudukan orang tua dalam
21 W. A. Gerungan, Op. Cit., hlm. 67. 22 Bimo Walgito, Op. Cit., hlm. 63.
-
51
keluarga adalah sangat penting. Karena segala sesuatu yang diperbuat
oleh orang tua akan dijadikan tauladan bagi anak-anaknya.
Identifikasi ini dilakukan oleh anak kepada orang lain yang
dianggap ideal dalam sesuatu segi, baik itu norma-normanya, sikap-
sikapnya ataupun segi-segi yang lain yang nilainya bersangkutan. Masa
perkembangan anakatau individu paling banyak melakukan identifikasi
kepada orang lain ialah pada masa remaja. Dalam masa ini individu
melepaskan identifikasinya dengan orang tua dan norma-norma sosial
sendiri. Karena ini dalam masa remaja banyak anak mencari tempat
identifikasi pada orang-orang dalam masyarakat yang dianggap ideal
bagi yang bersangkutan.
d. Faktor Simpati
Selain faktor-faktor tersebut diatas faktor simpati juga
memegang peranan dalam interaksi sosial. Simpati merupakan perasaan
rasa tertarik kepada orang lain. Oleh karena simpati merupakan
perasaan, maka simpati timbul tidak ada dasar logis rasional, melainkan
atas dasar perasaan/emosi. Dalam simpati orang merasa tertarik kepada
orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya, apa
sebabnya merasa tertarik sering tidak dapat memberikan penjelasan
lebih lanjut. Di samping individu mempunyai kecenderungan untuk
menolak orang lain, ini yang sering disebut antipati. Jadi kalau simpati
itu bersifat positif, maka antipati bersifat negatif.23
Proses simpati dapat pula berjalan secara perlahan-lahan secara
sadar dan cukup nyata dalam hubungan dua orang atau lebih orang.
misalnya hubungan cinta kasih antara manusia. Biasanya didahului
dengan hubungan simpati. Perbedaannya dengan identifikasi, dorongan
utamanya adalah ingin mengikuti jejak, mencontoh dan ingin belajar.
Sedangkan pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti dan
ingin kerja sama.24
23 Ibid, hlm. 64.
24 Abu Ahmadi, Op. Cit., hlm. 64.