bab iii metodologi penelitian a. jenis penelitian · penelitian pengembangan yang dipilih adalah...

23
62 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development. dengan alasan karena sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan model penelitian pengembangan yang dipilih adalah model penelitian dan pengembangan pendidikan yang dikembangkan oleh Borg dan Gall. Menurut Borg dan Gall (1989: 772), “educational research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational production". Sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya penelitian pengembangan model Borg and Gall meliputi sepuluh langkah sebagai berikut : 1). Studi Pendahuluan, 2). Perencanaan penelitian, 3). Pengembangan produk awal, 4). Uji coba lapangan awal (terbatas), 5). Revisi hasil uji lapangan terbatas, 6). Uji lapangan lebih luas, 7). Revisi hasil uji lapangan, 8). Uji kelayakan, 9). Revisi hasil uji kelayakan, 10) Diseminasi dan sosialisasi produk akhir. Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 3.1. Alur Langkah Penggunaan Metode Research and Development (R & D) B. Prosedur Penelitian Pengembangan 1. Tahap I : Studi Pendahuluan Tahap studi pendahuluan, yang merupakan kegiatan awal research and information collecting memiliki dua kegiatan utama, yaitu studi literatur (pengkajian pustaka dan hasil penelitian terdahulu) dan studi lapangan. Hasil dari kegiatan ini Uji Coba Produk Potensi dan Masalah Pengumpul an Data Desain Produk Revisi Produk Revisi Desain Validasi Desain Uji Coba Pemakaian Revisi Produk Produksi Masal

Upload: dohanh

Post on 20-Aug-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

62

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development. dengan

alasan karena sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan model

penelitian pengembangan yang dipilih adalah model penelitian dan pengembangan

pendidikan yang dikembangkan oleh Borg dan Gall. Menurut Borg dan Gall (1989:

772), “educational research and development (R & D) is a process used to develop

and validate educational production". Sebagaimana telah diuraikan pada

pembahasan sebelumnya penelitian pengembangan model Borg and Gall meliputi

sepuluh langkah sebagai berikut : 1). Studi Pendahuluan, 2). Perencanaan penelitian,

3). Pengembangan produk awal, 4). Uji coba lapangan awal (terbatas), 5). Revisi

hasil uji lapangan terbatas, 6). Uji lapangan lebih luas, 7). Revisi hasil uji lapangan,

8). Uji kelayakan, 9). Revisi hasil uji kelayakan, 10) Diseminasi dan sosialisasi

produk akhir. Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Alur Langkah Penggunaan Metode Research and Development (R & D)

B. Prosedur Penelitian Pengembangan

1. Tahap I : Studi Pendahuluan

Tahap studi pendahuluan, yang merupakan kegiatan awal research and

information collecting memiliki dua kegiatan utama, yaitu studi literatur (pengkajian

pustaka dan hasil penelitian terdahulu) dan studi lapangan. Hasil dari kegiatan ini

Uji Coba

Produk

Potensi dan

Masalah

Pengumpul

an Data

Desain

Produk

Revisi

Produk

Revisi

Desain

Validasi Desain

Uji Coba

Pemakaian

Revisi

Produk Produksi Masal

63

adalah diperolehnya profil implementasi sistem pembelajaran, khususnya yang

berkaitan dengan kegiatan atau obyek pembelajaran yang hendak ditingkatkan

mutunya.

Tahap ini mencakup kegiatan mengkaji literatur, khususnya teori-teori dan

konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang diteliti, dan mengkaji temuan-

temuan penelitian terbaru. Hasil pengkajian literatur akan digunakan untuk

mendukung studi pendahuluan di lapangan.

Studi pendahuluan di lapangan dilakukan dengan observasi terhadap proses

pembelajaran olahraga khususnya pencak silat dan survei terhadap beberapa tenaga

pengajar untuk mengetahui kebutuhan media pembelajaran dibidang olah raga.

Survei dilakukan melalui media online memanfaatkan fasilitas googledoc. Survei

diperlukan untuk menggali informasi melalui jajak pendapat mengenai prospek

berbagai cabang olahraga yang diajarkan di sekolah sebagai sebuah karir profesional.

Selain itu juga dilakukan studi dokumentasi, berupa kajian terhadap

kurikulum mata pelajaran Penjaskes, buku teks yang digunakan, serta perangkat

pembelajarannya, untuk menentukan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

Dasar (KD) yang akan dipilih untuk mengintegrasikan model pembelajaran yang

dikembangkan. Hal-hal yang ingin diketahui dari perangkat pembelajaran yang

sudah dibuat guru adalah mengenai: (1) Penjabaran indikator menjadi tujuan

pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor dan mendorong

keterampilan berpikir tingkat tinggi. (2) Kontekstualisasi pemilihan bahan ajar yang

dikaitkan dengan kebutuhan pengembangan diri. (3) Inovasi pendekatan, strategi,

dan metode pembelajaran yang menggambarkan upaya meningkatkan keterlibatan

aktif siswa dalam pembelajaran. (4) Inovasi pemilihan sumber dan media

pembelajaran yang bervariasi. (5) Inovasi evaluasi proses dan hasil belajar siswa.

Kondisi faktual dilapangan menunjukkan bahwa jumlah jam untuk mata

pelajaran olah raga hanya 2 x 45 menit dalam satu minggu dengan jumlah tatap muka

rata-rata 16 sampai 18 kali dalam satu semester. Hal ini tentunya sangat tidak

mendukung untuk pemenuhan pendalaman kompetensi olahraga dengan jumlah

cakupan materi yang sangat banyak, seperti : permainan bola besar, permainan bola

64

kecil, olah raga air, atletik, pencak silat dan sebagainya. Untuk materi pencak silat

bisa diajarkan rata-rata 2 kali tatap muka pada setiap semester.

2. Tahap II : Tahap Pengembangan Model

Setelah melakukan studi pendahuluan dengan pengumpulan informasi yang

berkaitan dengan pembuatan media dan isi media dilanjutkan langkah kedua, yaitu

studi pengembangan. Langkah-langkah studi pengembangan terdiri dari : desain

produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, evaluasi dan

penyempurnaan dan model hipotetik. Adapun penjelasan langkah demi langkah pada

tahap pengembangan model ini adalah sebagai berikut :

a. Desain Produk

Desain produk media terdiri dari dua bagian yaitu perancangan substansi

materi produk media dan perancangan program audio-visual. media Pada

perancangan substansi materi, seleksi materi disusun berdasarkan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) pada mata pelajaran penjaskes

tentang pencak silat. Sedangkan perancangan program audio-visual media

mengikuti prosedur yang dikembangkan oleh Hackbarth, (1996: 178) yaitu:

Pemilihan materi, penulisan materi, pengorganisasian isi materi, pembuatan

storyboard, penulisan skrip secara rinci berbasis pada storyboard. Rancangan

produk berupa storyboard dan skrip dapat dilihat di tabel A.1. pada bagian

lampiran tesis ini.

Produk media yang bagus adalah media yang dapat menayangkan materi

dengan lengkap, materi yang sulit diperoleh, dan terdapat sentuhan teknik, musik

dan seni. Masing-masing kelompok teknik dasar tersebut terdiri dari beberapa

gerakan dasar yang dapat diikuti teknik gerakan prosedur latihan untuk mencapai

tataran yang optimal yang disajikan secara visual melalui tayangan gambar.

b. Validasi Desain

Validasi desain diperlukan untuk menguji apakah rancangan produk sudah

memenuhi kriteria yang diharapkan dapat menghasilkan produk pembelajaran

interaktif yang efektif dan efisien. Kriteria yang dimaksud adalah terpenuhinya

ketentuan-ketentuan dilihat dari sudut pandang media pembelajaran interaktif dan

sudut pandang isi materi beladiri pencak silat. Untuk pengujian rancangan produk

65

diperlukan paling tidak dua orang pakar yang ahli dibidangnya masing-masing

atau memiliki kemampuan di kedua-duanya, yakni ahli dibidang media

pembelajaran interaktif dan ahli dibidang olah raga beladiri pencak silat. Indikator

kemampuan sumber ahli bisa dilihat dari track record pendidikan dan atau

prestasi dibidangnya masing-masing.

Sumber ahli multimedia berperan memvalidasi desain media pembelajaran

interaktif. Thorn dalam Raymond H. Symamora (2009:70) mengemukakan

beberapa kriteria untuk menilai multimedia interaktif sebagai berikut :

1) Kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin

sehingga peserta didik yang sedang mempelajari bahasa tidak perlu belajar

komputer lebih dahulu.

2) Kognisi, pengetahuan, dan penyajian (presentasi) informasi. Kriteria ini untuk

menilai isi program, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran

peserta didik atau belum.

3) Integrasi media. Media harus mengintegrasikan aspek dan keterampilan bahasa

yang harus dipelajari.

4) Estetika. Untuk menarik minat peserta didik, program harus mempunyai

tampilan yang artistik.

5) Fungsi keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan

pembelajaran yang diinginkan oleh peserta didik sehingga saat peserta didik

selesai menjalankan sebuah program mereka akan merasa telah belajar sesuatu.

Sedangkan ahli dibidang beladiri pencak silat berperan memvalidasi isi

materi yang diambil dari materi pokok pencak silat sesuai dengan kurikulum

pembelajaran SMK. Ahli bela diri pencak silat dipilih dari praktisi pencak silat

yang memiliki kompetensi dibidangnya agar benar-benar dapat merelevansikan

terhadap kebutuhan fisik dan teknik dalam praktik beladiri kategori tanding sesuai

dengan pengalaman bertanding dan membentuk atlit.

c. Revisi Desain

Setelah storyboard diuji oleh para pakar yang telah dipilih, kemudian

dilakukan revisi sesuai masukan para pakar atau ahli tersebut sampai ahli tersebut

menyatakan bahwa rancagan produk terukur valid. Langkah berikutnya adalah

66

pengambilan video dan sound recording di studio multimedia. Alat dan bahan

yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi: (1) satu unit komputer untuk

saving dan editing, (2) Scanner, untuk pengambilan gambar mati, (3) Kamera

video, dan camera digital untuk pengambilan gambar hidup yang diperlukan bagi

program, (4) Printer, untuk mencetak dokumen, (5) Perangkat lunak media, yaitu:

microsoft power point, (8) Perangkat pendukung sepert flash disk dan CD.

Teknik dan langkah pengambilan gambar diserahkan sepenuhnya kepada

kamerawan (tenaga teknis yang bertugas mengambil gambar). Cara kerja ini dapat

menyingkat waktu cukup banyak dan hasilnya tetap maksimal karena tenaga

teknis sudah ahli. Kamerawan tidak perlu penjelasan yang detail karena sudah

dapat bekerja on the track sesuai dengan storyboard yang dipegang. Seleksi

gambar video dan perbaikan setting gambar dilakukan pada proses editing

termasuk penyesuaian dengan dubbing narasi dan penyisipan back sound

effectnya.

d. Uji Coba Terbatas

Uji coba terbatas pada produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data

yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat kefektifan, efisisensi

dan/atau daya tarik dari produk pengembangan program audio-visual media

pembelajaran pencak silat. Uji coba terbatas terdiri dari uji coba perorangan dan

uji coba kelompok kecil.

1) Uji coba perorangan, butir uji coba produk pada perorangan terdiri dari :

a) Desain uji coba

Uji coba perorangan dilakukan untuk memperoleh keterangan ahli terhadap

isi produk model program audio-visual media pembelajaran pencak silat

dilihat dari isi materi dan program latihan serta penyajian produk sesuai

dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

b) Subjek uji coba

Subjek uji coba perorangan terdiri dari tiga orang ahli, yaitu :

(1) Eko Subakir, S. Kom., M.Si., adalah seorang pakar multimedia telah

memiliki pengalaman sebagai tenaga pengajar dibidang multimedia

lebih dari 10 tahun, juga sebagai instruktur pembuatan media

67

pembelajaran interaktif pada kelompok guru berbagai mata pelajaran

serta banyak menorehkan prestasi di berbagai perlombaan media

pembelajaran interaktif baik tingkat provinsi maupun nasional.

(2) Nur Iskhak Al Jufri, S.Pd., adalah Kasi Bidang Olahraga Dinas

Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kota Solo. Prestasi

yang pernah diraih dibidang olah raga pencak silat diantaranya peraih

medali PON, Sea Game bahkan sampai Juara Dunia Pencak Silat.

(3) Hasanudin Dwi Sabdo Putro, S.Pd., M.Pd., adalah seorang Magister

Pendidikan yang memiliki kompetensi dalam media pembelajaran

interaktif dan kemampuan beladiri pencak silat. Selain memiliki

beberapa prestasi dibidang beladiri pencak silat, beliau juga sering

dilibatkan dalam berbagai kegiatan pengembangan media pembelajaran

interaktif pada kelompok guru mata pelajaran di Kabupaten Sragen.

c) Jenis data

Jenis data yang digunakan pada uji coba perorangan ini berupa data

kualitatif dengan skala Likert. Sugiyono (2013:134) mengatakan : “Skala

Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang tentang fenomena sosial.

d) Instrumen pengumpulan data

Berdasarkan keperluan pengukuran produk pada uji perorangan pada ahli

maka diperlukan checklist sebagai rubrik pengukurannya. Bentuk checklist

pengukuran pada uji coba perorangan dimaksudkan untuk untuk meminta

pendapat mengenai efisiensi, efektifitas dan daya tarik produk program

audio-visual media pembelajaran pencak silat. Aspek yang dinilai pada isi

materi latihan dan program latihan mencakup kriteria : (l). Aspek

Kesesuaian, (2). Aspek Kemanfaatan, (3). Aspek Keamanan, dan (4). Aspek

Keterlaksanaan, sedangkan penilaian media pembelajaran interaktif

penyajian produk memenuhi kriteria : (1). Aspek kesesuaian dengan kaidah

pembuatan produk, dan (2). Aspek kemudahan untuk dipahami. Variabel

yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel sebagaimana

pendapat Sugiyono (2013:135) yang mengatakan :

68

“Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat

berupa kata-kata antara lain : a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-ragu, d.

Tidak setuju, e. Sangat tidak setuju..... Untuk keperluan analisis

kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya : Sangat

setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5, setuju/sering/positif diberi skor

4, ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3, tidak setuju/hampir

tidak pernah/negatif diberi skor 2, sangat tidak setuju/tidak pernah/diberi

skor 1”.

e) Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam pengembangan model

media pembelajaran pencak silat adalah teknik analisis deskriptif persentase.

Analisa data sesuai dengan pendekatan ini dimaksudkan bahwa, setiap

analisa disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan, hanya sampai

mengetahui persentase (%) (Sudjana,1990:45)

Rumus untuk mengolah data kuantitatif subyek uji coba.

P =

x 100%

Keterangan :

P : Persentase hasil subyek uji coba

X : Jawaban responden dalam satu item

X1 : Jumlah jawaban ideal dalam satu item

100 % : Konstanta

Tabel 3.1. Kriteria Tingkat Kelayakan (Arikunto, 2009:44)

Katagori Prosentase Kualifikasi Ekuivalen

A 81% - 100% Sangat Valid Sangat Layak

B 61% - 80% Valid Layak

C 41% - 60% Cukup Valid Cukup Layak

D 21% - 40% Tidak Valid Tidak Layak

E < 21% Sangat Tidak Valid Sangat Tidak Layak

Keterangan tabel kriteria tingkat kelayakan :

(1) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 81 –

100% maka media tersebut tergolong kualifikasi sangat valid.

69

(2) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 61 –

80% maka media tersebut tergolong kualifikasi valid.

(3) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 41 –

60% maka media tersebut tergolong kualifikasi kurang valid.

(4) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 21 –

40% maka media tersebut tergolong kualifikasi tidak valid.

(5) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase kurang

dari 21 kualifikasi sangat tidak valid.

(6) Media berhasil dan dapat dimanfaatkan jika skor nilai 61% ke atas.

2) Uji coba kelompok kecil, butir uji coba produk terdiri dari :

a) Desain uji coba kelompok kecil

Uji coba perorangan dilakukan untuk memperoleh keterangan para praktisi

pencak silat yang telah terbiasa berlatih dalam kegiatan ekstra kurikuler

pencak silat dari kalangan siswa untuk menguji isi produk model program

audio-visual media pembelajaran pencak silat dilihat dari sisi daya tarik isi

dari media pembelajaran pencak silat berbasis multimedia interaktif.

b) Subjek uji coba

Subjek uji coba perorangan terdiri dari enam orang dari perguruan pencak

silat Tapak Suci yang telah mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.

Subjek dipilih dari para peserta yang telah memiliki waktu latihan selama

kurang lebih satu tahun.

c) Jenis data

Jenis data yang digunakan pada uji coba perorangan ini berupa data

kualitatif dengan skala likert. Sugiyono (2013:134) mengatakan : “Skala

Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang tentang fenomena sosial.

d) Instrumen pengumpulan data

Berdasarkan keperluan pengukuran produk pada uji coba kelompok kecil

diperlukan checklist sebagai rubrik pengukurannya. Bentuk checklist

pengukuran pada uji coba kelompok kecil dimaksudkan untuk untuk

meminta pendapat mengenai efisiensi, efektifitas dan daya tarik produk

70

program audio-visual media pembelajaran pencak silat. Aspek yang dinilai

pada isi materi latihan dan program latihan mencakup kriteria : (l). Aspek

Kesesuaian, (2). Aspek Kemanfaatan, (3). Aspek Keamanan, dan (4). Aspek

Keterlaksanaan, sedangkan penilaian media pembelajaran interaktif

penyajian produk memenuhi kriteria : (1). Aspek kesesuaian dengan kaidah

pembuatan produk, dan (2). Aspek kemudahan untuk dipahami. Variabel

yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel sebagaimana

pendapat Sugiyono (2013:135) yang mengatakan :

“Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang

dapat berupa kata-kata antara lain : a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-

ragu, d. Tidak setuju, e. Sangat tidak setuju..... Untuk keperluan analisis

kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya : Sangat

setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5, setuju/sering/positif diberi skor

4, ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3, tidak setuju/hampir

tidak pernah/negatif diberi skor 2, sangat tidak setuju/tidak

pernah/diberi skor 1”.

e) Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam pengembangan model

media pembelajaran pencak silat adalah teknik analisis deskriptif persentase.

Analisa data sesuai dengan pendekatan ini dimaksudkan bahwa, setiap

analisa disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan, hanya sampai

mengetahui persentase (%) (Sudjana,1990:45)

Rumus untuk mengolah data kuantitatif subyek uji coba.

P =

x 100%

Keterangan :

P : Persentase hasil subyek uji coba

X : Jawaban responden dalam satu item

X1 : Jumlah jawaban ideal dalam satu item

100 % : Konstanta

71

Tabel 3.2. Kriteria Tingkat Kelayakan (Arikunto, 2009:44)

Katagori Prosentase Kualifikasi Ekuivalen

A 81% - 100% Sangat Valid Sangat Layak

B 61% - 80% Valid Layak

C 41% - 60% Cukup Valid Cukup Layak

D 21% - 40% Tidak Valid Tidak Layak

E < 21% Sangat Tidak Valid Sangat Tidak Layak

Keterangan tabel kriteria tingkat kelayakan :

1) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 81 –

100% maka media tersebut tergolong kualifikasi sangat valid.

2) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 61 –

80% maka media tersebut tergolong kualifikasi valid.

3) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 41 –

60% maka media tersebut tergolong kualifikasi kurang valid.

4) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 21 –

40% maka media tersebut tergolong kualifikasi tidak valid.

5) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase kurang

dari 21 kualifikasi sangat tidak valid.

e. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari para

ahli pada uji coba perseorangan dan juga masukan dari para siswa pencak silat

pada uji kelompok kecil. Revisi produk dilakukan dengan memandang urgensi

kebutuhan media.

f. Uji Coba Lapangan

Uji coba diperluas pada produk pengembangan media audio-visual

pembelajaran pencak silat dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang

digunakan sebagai dasar untuk memastikan bahwa tahap produk benar-benar siap

untuk diujicobakan pada tahap eksperimen. Disamping untuk menguji kesiapan

media, uji coba juga dilakukan untuk menguji instrumen-instrumen yang

diperlukan dalam pengujian model melalui kegiatan eksperimen.

72

Butir uji coba produk pada uji coba diperluas terdiri dari :

1) Desain uji coba

Uji coba perorangan dilakukan sebagai gambaran eksperimen kecil untuk

memperoleh data-data tentang kesiapan produk apakah benar-benar telah siap

diujicobakan dalam eksperimen yang sebenarnya.

2) Subjek uji coba

Subjek uji coba perorangan terdiri dari 12 siswa SMK Negeri 1 Miri kelas X

dengan mengabaikan latar belakang kemampuan dibidang beladiri pencak silat

dan sejenisnya.

3) Jenis data

Jenis data yang digunakan pada uji coba diperluas ini berupa data kualitatif

dengan menggunakan skala likert. Sugiyono (2013:134) mengatakan : “Skala

Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang tentang fenomena sosial.

4) Instrumen pengumpulan data

Berdasarkan keperluan pengukuran produk pada uji coba diperluas diperlukan

checklist sebagai rubrik pengukurannya. Bentuk checklist pengukuran pada uji

coba perorangan dimaksudkan untuk untuk meminta pendapat mengenai

efisiensi, efektifitas dan daya tarik produk program audio-visual media

pembelajaran pencak silat. Aspek yang dinilai pada isi materi latihan dan

program latihan mencakup kriteria : (l). Aspek Kesesuaian, (2). Aspek

Kemanfaatan, (3). Aspek Keamanan, dan (4). Aspek Keterlaksanaan,

sedangkan penilaian media pembelajaran interaktif penyajian produk

memenuhi kriteria : (1). Aspek kesesuaian dengan kaidah pembuatan produk,

dan (2). Aspek kemudahan untuk dipahami. Variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel sebagaimana pendapat Sugiyono

(2013:135) yang mengatakan :

“Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat

berupa kata-kata antara lain : a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-ragu, d.

Tidak setuju, e. Sangat tidak setuju..... Untuk keperluan analisis kuantitatif,

maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya : Sangat setuju/selalu/sangat

positif diberi skor 5, setuju/sering/positif diberi skor 4, ragu-ragu/kadang-

73

kadang/netral diberi skor 3, tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi

skor 2, sangat tidak setuju/tidak pernah/diberi skor 1”.

5) Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam pengembangan model

media pembelajaran pencak silat adalah teknik analisis deskriptif persentase.

Analisa data sesuai dengan pendekatan ini dimaksudkan bahwa, setiap analisa

disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan, hanya sampai mengetahui

persentase (%) (Sudjana,1990:45)

Rumus untuk mengolah data kuantitatif subyek uji coba.

P =

x 100%

Keterangan :

P : Persentase hasil subyek uji coba

X : Jawaban responden dalam satu item

X1 : Jumlah jawaban ideal dalam satu item

100 % : Konstanta

Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Kelayakan (Arikunto, 2009:44)

Katagori Prosentase Kualifikasi Ekuivalen

A 81% - 100% Sangat Valid Sangat Layak

B 61% - 80% Valid Layak

C 41% - 60% Cukup Valid Cukup Layak

D 21% - 40% Tidak Valid Tidak Layak

E < 21% Sangat Tidak Valid Sangat Tidak Layak

Keterangan tabel kriteria tingkat kelayakan :

a) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 81 –

100% maka media tersebut tergolong kualifikasi sangat valid.

b) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 61 –

80% maka media tersebut tergolong kualifikasi valid.

c) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 41 –

60% maka media tersebut tergolong kualifikasi kurang valid.

74

d) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 21 –

40% maka media tersebut tergolong kualifikasi tidak valid.

e) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase

kurang dari 21 kualifikasi sangat tidak valid.

f) Media berhasil dan dapat dimanfaatkan jika skor nilai 61% ke atas.

g. Evaluasi dan Penyempurnaan

Hasil uji coba lapangan dianalisa untuk selanjutnya dilakukan evaluasi.

Evaluasi untuk memastikan desain uji coba produk telah sesuai, subyek uji coba

memenuhi kriteria, jenis data yang digunakan telah ditentukan, instrumen

pengumpulan data telah mencukupi dan teknik analisis datanya dapat

dipertanggungjawabkan. Kesempurnaan produk dan kelengkapan-kelengkapannya

menjadi tujuan akhir dari penelitian pengembangan ini. Produk yang telah

dilakukan evaluasi dan penyempurnaan ini selanjutnya disebut sebagai model

hipotetik.

h. Model Hipotetik

Model hipotetik dalam penelitian pengembangan ini adalah model akhir

yang telah disempurnakan sendi melalui berbagai yang diantaranya uji coba

perorangan dari para ahli, uji coba kelompok kecil dari para siswa pencak silat

dan uji coba lapangan. Model hipotetik inilah yang diduga dapat menjawab

kesenjangan antara harapan dan fakta. Model hipotetik berupa produk media

pembelajaran berbasis multimedia interaktif. Produk dibuat dengan software

microsoft power point. Dipilih model ini dengan dengan mempertimbangkan

faktor kemudahan, baik kemudahan dalam pembuatan juga kemudahan dalam

mengakses maupun kemudahan dalam mengoperasikan softwarenya.

Dengan model hipotetik, akan dilakukan ekperimen produk pada dua

kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rancangan

eksperimen menggunakan rancangan tes awal dan tes akhir dengan pemilihan

kelompok yang acak (two group pre test and post test design). Mekanisme

pelaksanaan uji efektivitas hasil produk pengembangan ini dilakukan dengan

membandingkan dengan kelompok kontrol untuk kemudian dilihat hasilnya dari

hasil tes awal dan tes akhir.

75

Tabel 3.4. Desain Uji Efektivitas Produk

Subyek Pre Test Perlakuan Post Test

R X1 Tanpa media interaktif X2

R X1 Dengan media interaktif X2

Pada penelitian ini juga digunakan metode tes. Menurut Johnson dan

Nelson (l969:1), "Tes adalah suatu bentuk dari suatu pertanyaan dan atau

pengukuran, yang digunakan untuk memperkirakan ingatan dari sutau

pengetahuan dan kemampuan, atau untuk mengukur kemampuan gerak di

dalam aktifitas jasmani. Kirkendal dalam Winarno (2011:61), menyatakan

bahwa tes adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi

tentang individu atau objek.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pencapaian dari eksperimen produk pengembangan. Secara khusus tes yang

digunakan adalah tes prestasi. Winamo (2011:61) menyatakan : "Tes prestasi

adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian prestasi seseorang

setelah mempelajari sesuatu." Dalam penelitian ini tes prestasi yang

dimaksudkan tes penguasaan teknik kemampuan pencak silat sehingga

instrument ini masuk kategori achieveruent test. Sugiyanto (1993:66),

menyatakan bahwa “kriteria pengukuran dikatakan baik apabila memenuhi

kriteria: instrumen pengukuran harus valid, reliabel, mudah diadministrasikan

dan ada norma penilaiannya”.

Penelitian ini berkonsentrasi pada penguasaan teknik dasar mata

pelajaran olahraga pencak silat. Dalam mengukur tingkat penguasaan teknik

dalam cabang olahraga, beberapa jenis teknik dasar cabang olahraga tidak

memiliki instrument pengukuran secara pasti. Oleh karena itu pengamatan

terhadap penguasaan teknik dasar tersebut akan didasarkan pada proses

pelaksanaannya dan tidak melihat hasil akhir dari teknik tersebut.

Berdasarkan teori-teori yang diungkapkan di atas kesesuaian instrument

dengan penelitian yang dilakukan maka pemilihan skala penilaian adalah yang

paling mendekati dari segi hasil. Menurut Verducci (1980:188) skala penilaian

76

dapat digunakan sebagai alat ukur yang cukup valid untuk mengukur berbagai

macam jenis bentuk tujuan dalam pendidikan jasmani, khususnya pada saat

sasaran hasil tersebut mengutamakan terminologi dari proses dibandingkan

produk. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu penelitian yang menitik beratka

pada proses pelaksanaannya dapat menggunakan skala penilaian sebagai

instrument pengukurannya. Dalam pendidikan jasmani dan olahr:aga,

penelitian yang dilakukan dapat mengamati proses dari pelaksaanaan aktifitas

gerak. Karena subyek utama penelitian dalam dunia olahraga adalah gerak dari

manusia. Penelitian ini akan menelti tentang penguasaan teknik dasar teknik

dasar pencak silat.

Penguasaan keterampilan teknik dasar pencak silat akan memerlukan

penilaian proses. Hal ini disebabkan karena indikator keberhasilan penguasaan

teknik dasar tersebut kurang relevan apabila menitikberatkan pada hasil akhir.

Banyaknya bias yang muncul ketika didasarkan pada hasil akhir yaitu pada saat

melaksanakan gerakan telah memperhatikan arah sasaran, alat penyasar,

lintasan ataukah hanya mengutamakan kecepatan saja yang mengakibatkan

kurangnya relevansi terhadap keberhasilan penguasaan keterampilan. Oleh

karena itu penilaian penguasaan keterampilan teknik dasar pencak silat ini

menggunakan metode numerical rating scale. Menurut Verducci (1980:188)

"numerical rating scale yaitu merupakan bentuk skala penilaian absolut yang

paling sederhana”. Prinsip pelaksanaannya adalah dengan melaksanakan

pengamatan terhadap keterampilan dan kemudian diberikan nilai pada setiap

indikator keterampilan dengan rentang nilai 1 sampai 5 terhadap proses

pelaksanaan dari gerakan teknik dasar pencak silat tersebut yang akan dirasa

cukup mewakili untuk hasil dari penelitian.

Adapun aspek pengamatan dan tata cara pelaksanaan dalam tes adalah

sebagai berikut :

1) Alat dan fasilitas : Matras beladiri, Punch box, Peluit dan Alat tulis

2) Pengukuran teknik dasar. Komponen yang diukur meliputi kuda-kuda,

lintasan, sasaran dan kecepatan, dengan urutan pelaksanaan sebagai berikut :

a) Testi melakukan pemanasan secukupnya.

77

b) Setelah cukup melakukan pemanasan, Testi berbaris kemudian

melakukan gerakan teknik dasar tanpa bidang sasaran sesuai dengan

petunjuk dan aba-aba yang diberikan oleh instruktur.

c) Peneliti melakukan pengukuran pada aspek kuda-kuda, lintasan dan

sasaran dengan memberikan skor penilaian dengan kriteria sesuai dengan

keterangan yang diberikan ahli pencak silat. (Terlampir)

d) Peneliti melakukan pengukuran kecepatan pada masing-masing jenis

teknik dasar pukulan dan tendangan. Tata cara pengukurannya sebagai

berikut :

(1) Satu per satu Testi berbaris berdiri sejauh 60 cm dari punch box, siap

dengan sikap pasang.

(2) Punch box dipegang oleh orang lain dengan posisi yang disesuaikan

dengan jenis gerakan.

(3) Setelah terdengar bunyi peluit, Testi mulai melakukan gerakan teknik

dasar secepat-cepatnya dalam waktu 10 detik.

(4) Setiap jenis gerakan dilaksanakan secara bergantian dalam satu

kelompok baru kemudian berganti dengan jenis gerakan yang lain

sampai semua gerakan diukur kecepatannya pada tiap-tiap Testi.

(5) Peneliti mencantumkan skor pada masing-masing pengukuran

dengan kriteria penilaian dalam waktu 10 detik sesuai keterangan

yang sampaikan ahli pencak silat. (Terlampir)

Beberapa aspek yang diberikan tes tersebut merupakan tinjauan

terhadap teknik dasar pencak silat baik secara biomekanik maupun anatomis.

Pemilihan aspek yang diberikan tes merupakan aspek yang dominan dalam

pelaksanaan teknik dasar pencak silat. Pemilihan butir tes tersebut merupakan

pendukung dari keterampilan teknik dasar pencak silat sehingga relevan

dengan hasil yang diharapkan.

3. Tahap III : Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi atau pengujian model produk diterapkan dalam

kondisi nyata untuk lingkup yang lebih luas dengan metode eksperimen. Pada

tahap eksperimen ini menggunakan dua teknik pengumpulan data melalui :

78

a. Pendekatan Kualitatif

1) Analisis data

Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen (dalam Moleong,

2007:248) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

data, sehingga pada akhirnya akan menemukan apa yang penting dan apa

yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain. Data yang dianalisis secara kualitatif berasal dari data yang diperoleh

dari berbagai sumber yaitu wawancara dan catatan lapangan.

Menurut Moleong (2007:247) proses analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari

wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,

dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.

Tahap analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagaimana

yang dilakukan yaitu: (l) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan

kesimpulan.

a). Tahap reduksi data

Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui

seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi

yang bermakna. Data yang diperoleh dari hasil observasi, lembar penilaian,

dan catatan lapangan dimungkinkan masih belum dapat memberikan

informasi yang jelas. Oleh karena itu, perlu dilakukan reduksi data. Reduksi

data dilakukan dengan cara pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan dan transformasi kasar yang diperoleh dari wawancara,

observasi, lembar penilaian, dan catatan lapangan. Hal ini bertujuan untuk

memperoleh informasi yang jelas dari data tersebut, sehingga peneliti dapat

membuat kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

b). Tahap penyajian data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau paparan

naratif, (Sugiyono, 2013:329). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

kemudahan dalam memahami apa yang terjadi atau penarikan kesimpulan

79

sementara yang berupa temuan penelitian yaitu berupa pencapaian indikator-

indikator yang berkaitan dengan apa yang telah diberikan.

c). Tahap penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan proses pengambilan inti sari dari

sajian data yang. telah terorganisir dari hasil paparan data dalam bentuk

peryataan kalimat yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.

Temuan penelitian dilakukan pengecekan keabsahan temuan, sehingga

diperoleh hasil penelitian. Selanjutnya hasil penelitian direfleksi atau diberi

makna untuk mendapatkan kesimpulan akhir. Hasil refleksi ini digunakan

untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya.

2). Validitas data

Validitas data adalah kegiatan untuk pemeriksaan keabsahan data.

Untuk menjaga keabsahan data yang telah diambil di lapangan maka

dilakukan pemeriksaan keabsahan data yang dikumpulkan, dengan metode :

a). Pengecekan teman sejawat

Menurut Moleong (2007:333), diskusi ini sebaiknya dilakukan dengan

teman sejawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang

yang dipersoalkan, terutama tentang isi dan metodologinya. Teknik ini

dilakukan dengan cara memaparkan hasil sementara atau hasil akhir dengan

rekan-rekan sejawat. Teknik pemeriksaan teman sejawat ini menurut

Moleong (2007:333) mengandung beberapa maksud :

(1) Agar peneliti mempertahankan sikap terbuka dan jujur.

(2) Memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki

dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.

Tenik pemeriksaan keabsahan data ini jika dilakukan maka hasilnya adalah :

(1) Menyediakan pandangan kritis.

(2) Mengetes temuan kerja.

(3) Membantu mengembangkan langkah selanjutnya.

(4) Melayani sebagai pembanding.

80

b) Triangulasi

Sugiyono (2013:331) menyimpulkan, untuk melakukan pemeriksaan

terhadap data dari berbagai sumber akan lebih tepat dengan menggunakan

metode triangulasi.

Gambar 3.2. Validitas Data atau Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam hal ini triangulasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang

sejenis dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda. Pada

penelitian ini sumber data yang dimaksud adalah para ahli yang memberikan

masukan dan evaluasi terhadap produk yang disusun oleh peneliti.

Pemeriksaan keabsahan melalui teknik triangulasi ini dilakukan

dengan melakukan diskusi antara peneliti, guru serta siswa. Hal ini

diharapkan akan mendapatkan adanya keabsahan data dari sumber yang

berbeda. Kebenaran dari data telah diuji dari berbagai sumber data yang

berbeda. Mekanisme pemeriksaan ini merupakan triangulasi metode dan

triangulasi teori karena menggunakan lebih dari satu instrument pengumpul

data.

Pengambilan data dalam penelitian ini tidak hanya menggunakan satu

instrumen sebagai pengumpul data tetapi menggunakan dua instrument yaitu

kuisioner dan wawancara tak terstruktur. Triangulasi metode dilakukan

dengan cara mencocokan hasil pengambilan data dengan menggunakan

Validitas Data

Triangulasi

MetodeTeori

Triangulasi

Metode

Uji Ahli

Teori latihan

teknik dasar dan

kecepatan pencak

silat

1. Wawancara

2. Catatan

lapangan

3. Kuesioner

1. Ahli

multimedia

2. Ahli pencak

silat

Triangulasi

Metode

Triangulasi

Teori

81

kuisioner baik dari siswa maupun ahli dengan hasil wawancara. Triangulasi

teori dilakukan dengan cara mencocokan kesesuaian produk dengan teori

yang telah ada sebelumnya yaitu teori mengenai latihan teknik dasar dan

kecepatan gerak dalam pencak silat.

c) Perpanjangan keikutsertaan

Peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai instrument itu sendiri,

keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.

Perpanjangan keikutsertaan menurut Moleong (2007:327) akan membatasi :

(1) Gangguan dari dampak peneliti pada konteks.

(2) Membatasi kekeliruan (biases) peneliti.

(3) Mengkonpensasi pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau

pengaruh sesaat.

b. Pendekatan Kuantitatif

Pengolahan data dengan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini melihat

dari jenis data yang dikumpulkan pada saat penelitian, mulai dari questioner ahli

multimedia dan ahli pencak silat, questioner siswa, serta data tes awal - tes akhir

pada saat uji eksperimen produk.

1). Pengujian data

a) Uji normalitas distribusi frekuensi

Uji normalitas distribusi frekuensi dalam penelitian ini menggunakan

metode Lilliefors (Sudjana, 2005:466). Dasar penggunaan metode Lilliefors

adalah jumlah sampelnya kurang dari 40 sampel. Adapun prosedur pengujian

normalitas adalah :

(1) Pengamatan x1, x2, . . . . , xn, dijadikan bilangan baku z1 , z2 , . . . ,zn

dengan menggunakan rumus : zi =

Keterangan :

xi : Nilai tiap kasus

: Rata-rata

S : Simpangan baku

82

(2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F ( zi ) = P ( z ≤ zi )

(3) Selanjutnya dihitung proporsi z1 , z2 , . . . ,zn yang lebih kecil atau sama

dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh

S (zi) =

(4) Hitung selisih F ( zi ) - S ( zi ) kemudian ditentukan harga mutlaknya

(5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut sebagai Lhitung.

b) Uji homogenitas variansi Populasi

Uji homogenitas variansi populasi dilakukan dengan uji F. Pengujian

homogenitas lebih sesuai menggunakan uji F dikarenakan hanya ada dua

kelompok sampel yang diuji homogenitasnya. Langkah-langkah pengujiannya

sebagai berikut:

(1) Menghitung varians gabungan dari tiap kelompok sampel

(2) Sx2 =

(3) Varians dari setiap kelompok sampel dengan dk = n – 1

(4) Menghitung F

(5) F =

(6) Membuat kesimpulan

Dari penghitungan diperoleh F hitung = ....., dengan derajat kebebasan (dk)

pembilang n-1, dan derajat kebebasan (dk) penyebut n-1, dan pada taraf

nyata α = 0,05. Apabila F hitung Lebih kecil dari pada F tabel, maka data

pada kelompok X dan Y Homogen.

2). Analisis data

a) Analisis data questioner ahli pencak silat dan questioner siswa

Data kuantitaif diperoleh pada uji coba ahli, uji coba kelompok kecil, uji

coba kelompok diperluas dan uji coba kelompok besar. Selanjutnya data-data

kuantitatif tersebut dianalisis untuk. Teknik analisis data yang digunakan dalam

pengembangan model media pembelajaran pencak silat adalah teknik analisis

83

deskriptif persentase. Analisa data sesuai dengan pendekatan ini dimaksudkan

bahwa, setiap analisa disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan, hanya

sampai mengetahui persentase (%) (Sudjana,1990:45)

Rumus untuk mengolah data kuantitatif subyek uji coba.

P =

x 100%

Keterangan :

P : Persentase hasil subyek uji coba

X : Jawaban responden dalam satu item

X1 : Jumlah jawaban ideal dalam satu item

100 % : Konstanta

Tabel 3.5. Kriteria tingkat kelayakan (Arikunto, 2009:44)

Katagori Prosentase Kualifikasi Ekuivalen

A 81% - 100% Sangat Valid Sangat Layak

B 61% - 80% Valid Layak

C 41% - 60% Cukup Valid Cukup Layak

D 21% - 40% Tidak Valid Tidak Layak

E < 21% Sangat Tidak Valid Sangat Tidak Layak

Keterangan tabel kriteria tingkat kelayakan :

a) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 81 –

100% maka media tersebut tergolong kualifikasi sangat valid

b) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 61 –

80% maka media tersebut tergolong kualifikasi valid

c) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 41 –

60% maka media tersebut tergolong kualifikasi kurang valid

d) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase 21 –

40% maka media tersebut tergolong kualifikasi tidak valid.

e) Jika media yang divalidasi tersebut mencapai tingkat prosentase

kurang dari 21 kualifikasi sangat tidak valid.

f) Media berhasil dan dapat dimanfaatkan jika skor nilai 61% ke atas.

84

b) Analisis data uji eksperimen produk

Proses penghitungan hasil eksperimen menggunakan uji t (uji

signifikasi) dengan menggunakan rumus;

t =

Keterangan :

D : Nilai beda antara tes awal dan tes akhir

D2 : Nilai beda kuadrat

: Rata-rata nilai beda

(D)2 : Jumlah nilai beda dikuadratkan

N : Jumlah sampel

Dari hasil hitung uji t signifikansi derajat kebebasan menggunakan rumus (n-1)

sehingga diperoleh d.b = n.(n-l) = 5. Dan dari hasil perbandingan t hitung lebih

kecil dari t tabel maka dapat disimpulkan data signifikan untuk taraf

signifikansi terdekat dengan t hitung.