pengembangan lkpd dengan model laps ...digilib.unila.ac.id/29467/16/tesis tanpa bab...

107
PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS - HEURISTIC UNTUK MEMFASILITASI DISPOSISI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA (Tesis) Oleh : Heri Kuswanto FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS - HEURISTICUNTUK MEMFASILITASI DISPOSISI DAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

(Tesis)

Oleh :

Heri Kuswanto

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 2: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEET WITH LAPS –HEURISTIC TO FACILITATE STUDENS’ DISPOSITION AND

PROBLEM SOLVING IN MATHEMATICS

By

Heri Kuswanto

This research and development was aim to know how was the result of thedeveloping LKPD by using LAPS-Heuristic model in facilitating disposition andthe ability of students problem solving in Mathematic subject. This researchdesign used the Borl and Gall development model which was applied on theseven sequences of research activity. They were preliminary research, planning,developing of preliminary product design, validation of product design, revisionof product, testing the product and rivising the product. The subject of theresearch was eighth grade students of SMP 11 Maret Sumber – Pringsewu on2016-2017. The result of preliminary research showed that there was a need thedevelopment of LKPD by using LAPS-Heuristic model. The result of validationshowed that LKPD has been fulfilled standard of content and design. The result ofthe research showed that LKPD by using LAPS-Heuristic could facilitatestudent’s problem solving ability in mathematic subject. The disposition ofproblem solving only appeared toward some students. Most of them showed theirinteresting and very active during learning process.

Keywords: LKPD, LAPS-Heuristic model, problem solving disposition, problemsolving ability in mathematic

.

ii

Page 3: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS - HEURISTICUNTUK MEMFASILITASI DISPOSISI DAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

Oleh

Heri Kuswanto

Penelitian berjenis research dan development (R&D) ini bertujuan untukmengetahui bagaimana hasil pengembangan LKPD dengan model LAPS-Heuristicuntuk memfasilitasi disposisi dan kemampuan pemecahan masalah matematikasiswa. Desain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gallyang dilaksankaan dalam tujuh tahap penelitian, yaitu penelitian pendahuluan,perencanaan, pengembangan desain produk awal, validasi desain, revisi produk,uji coba produk, dan revisi produk. Subjek penelitian ini adalah siswa kelasVIII.B SMP 11 Maret Sumberagung – Pringsewu Tahun Pelajaran 2016/2017.Hasil studi pendahuluan menunjukkan adanya kebutuhan dikembangkannyaLKPD dengan model berbasis masalah. Hasil validasi menunjukkan bahwa LKPDtelah memenuhi standar kelayakan isi dan desain. Hasil uji coba lapanganmenunjukkan bahwa LKPD dengan model LAPS-Heuristic dapat memfasilitasikemampuan pemecahan masalah matematika. Disposisi pemecahan masalahmatematika hanya muncul pada beberapa siswa. Sebagian besar siswa lainnyamenunjukkan keaktifannya tapi bukan disposisi pemecahan masalah matematika.

Kata kunci: LKPD, Model LAPS-Heuristic, Disposisi Pemecahan MasalahMatematika, dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.

Page 4: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS - HEURISTICUNTUK MEMFASILITASI DISPOSISI DAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

Oleh :

HERI KUSWANTO

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Magister Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 5: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan
Page 6: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan
Page 7: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan
Page 8: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukodadi Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu pada

tanggal 19 September 1983, sebagai anak keempat dari enam bersaudara dari

pasangan Bapak Samingan dan Ibu Mujiyem.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Sukodadi Kecamatan

Pardasuka Kabupaten Tanggamus, selesai pada tahun 1996. Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Wira Bhakti Ambarawa Kabupaten Pringsewu

hingga tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Pringsewu

dan selesai pada tahun 2002. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa

program studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA di STKIP

Muhammadiyah Pringsewu Lampung dan lulus pada tahun 2013. Selanjutnya,

pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan di program studi Magister

Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan di Universitas Lampung.

Page 9: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

MOTO:

“Sukses tidak diukur dari posisi yang dicapai seseorang dalam hidup,

tapi dari kesulitan-kesulitan yang berhasil diatasi ketika berusaha

meraih sukses”

(Booker T Washington)

“Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang dapat

menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi

ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan”

(Thomas A. Edison)

“Kesuksesan seseorang terletak pada sejauh mana kerja kerasnya

untuk menggali potensi dan mempersiapkan diri menyambut

kemungkinn kesempatan yang akan datang”

(Penulis)

Page 10: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

PERSEMBAHAN

Dengan iringan untaian doa dan syukur kehadirat Allah SWT, penulis

mempersembahkan karya besar ini sebagai tanda bukti dan kasih sayangku yang

tulus dan mendalam kepada :

1. My lovely wife Eka Sari Herdiyati, SE., S.Pd., yang selalu pengertian,

mendukung, dan mendampingi penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

2. Kedua anakku Keiko Keisha Quratu’ain dan M. Michio Athaffarez, yang

selalu menantikan kesuksesan ayahnya.

3. Ibu tercinta, yang selalu menantikan keberhasilanku dan selalu menyebut

namaku dalam setiap untaian doanya.

4. Saudara-saudaraku Mbak Tuti, Mbak Tini, Mas Udin, Fitri, dan Wiwin serta

keponakan-keponakanku tersayang, yang sudah hadir dalam kehidupan

penulis dan memberikan warna cinta dalam persaudaraan bagi penulis.

5. Ibu mertua dan adik iparku Ambar, Robby, dan Pulung yang selalu

mendukungku.

6. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani dan memberikan semangat untuk

keberhasilan penulis.

7. Para pendidik yang saya hormati.

8. Almamater tercinta.

Page 11: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

SANWACANA

Syukur Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, atas berkat rahmat dan

ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudu “Pengembangan

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan Model LAPS-Heuristic untuk

Memfasilitasi Disposisi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika” .

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister

Pendidikan Matematika.

4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing I yang telah memberikan motivasi, masukan, dan saran yang

bersifat membangun selama penulisan tesis.

5. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah memotivasi,

membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan tesis.

6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembahas yang telah memotivasi,

memberikan masukan dan saran yang bersifat membangun dalam tesis ini.

Page 12: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

7. Ibu Dr. Herpratiwi, M.Pd selaku Validator Ahli Media yang telah

memberikan masukan dan saran dalam perbaikan tesis.

8. Bapak Suharsono S., M.S., M.Sc., Ph.D, selaku Validator Ahli Materi yang

telah memberikan masukan dan saran dalam perbaikan tesis.

9. Bapak Ngatijo, M.Pd., selaku Validator Ahli Bahasa yang telah memberikan

masukan dan saran dalam perbaikan tesis.

10. Bapak dan Ibu Dosen Magister Pendidikan Matematika Universitas Lampung

yang telah membimbing penulis di Universitas Lampung.

11. Ibu Dra. Hj. Suryati selaku Kepala SMP 11 Maret Sumberagung dan Bapak

Rasiman, S.Pd selaku guru matematika yang telah memberikan izin dan

arahan kepada penulis selama penelitian.

12. Teman-teman seperjuanganku Magister Pendidikan Matematika 2015

khususnya sahabat-sahabatku Pak sai (babe), Kiki, Ahmad, Yudha, dek

Mella, dek Rizka, dek Ratna, dek winda, dek Anita, dek Laili yang telah

membantu dan menemani penulis dalam masa pendidikan S2 kita.

13. Sahabat-sahabatku yang telah memberi semangat dan dukungan pada penulis.

14. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tesis ini.

Semoga semua amal ibadah berupa bantuan yang telah diberikan mendapat pahala

dari Allah SWT dan semoga tesis ini dapat bermanfaat. Amiin.

Bandar Lampung, Nopember 2017

Penulis,

Heri KuswantoNPM. 1523021048

Page 13: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

DAFTAR ISI

Halaman

COVER .................................................................................................... iABSTRAK ................................................................................................ iiDAFTAR ISI ............................................................................................. iiiDAFTAR TABEL .................................................................................... vDAFTAR GAMBAR................................................................................. viDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1B. Rumusan Masalah ......................................................................... 19C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 19D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 20E. Definisi Operasional ..................................................................... 20

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika ............................................................. 231. Belajar dan Pembelajaran ........................................................ 232. Pembelajaran Matematika ....................................................... 253. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika .......... 26

B. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ........................................... 281. Pengertian LKPD .................................................................... 282. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat LKPD ....................................... 293. Format dan Syarat-syarat LKPD sebagai Bahan Ajar ............ 31

C. Model Logan Avenue Problem Solving (LAPS) – Heuristic ......... 351. Pengertian Model Pembelajaran LAPS – Heuristic ................ 352. Langkah-langkah Model Pembelajaran LAPS – Heuristic ..... 363. Kelebihan dan Kelemahan Model LAPS – Heuristic .............. 40

D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ............................ 411. Masalah Matematika ............................................................... 412. Pemecahan Masalah Matematika ............................................ 433. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ...................... 47

iii

Page 14: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

4. Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika ..................... 50

E. Disposisi Pemecahan Masalah Matematika .................................. 52F. Kerangka Pikir .............................................................................. 60

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................... 62B. Subjek Penelitian ............................................................................ 62C. Prosedur Pengembangan LKPD...................................................... 63D. Instrumen Penelitian ....................................................................... 67E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 73F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 74

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik ...... 771. Validasi LKPD ........................................................................ 77

a. Validasi Ahli Media .......................................................... 77b. Validasi Ahli Materi ......................................................... 78c. Validasi Ahli Bahasa ......................................................... 78d. Respon Guru Matematika ................................................. 79

2. Proses Pembuatan Instrumen ................................................... 79a. Validitas Instrumen .......................................................... 79b. Reliabilitas Instrumen ....................................................... 80

3. Hasil Penelitian Disposisi dan Kemampuan PemecahanMasalah Matematika ................................................................ 81a. Deskripsi Proses Pembelajaran ......................................... 84

1) Pertemuan 1 ................................................................. 842) Pertemuan 2 ................................................................ 913) Pertemuan 3 ................................................................ 1014) Pertemuan 4 ................................................................ 1095) Pertemuan 5 ................................................................ 1136) Pertemuan 6 ................................................................ 119

b. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika .. 127B. Pembahasan.................................................................................... 128

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ....................................................................................... 136B. Saran ............................................................................................. 138

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 140

LAMPIRAN

iv

Page 15: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Posisi Indonesia Dibanding Negara Lain Berdasarkan Studi PISA . 51.2 Perbandingan Hasil Ujian Akhir Semester Genap ........................... 102.1 Format LKPD ................................................................................... 312.2 Syarat Didaktik dalam Penyusunan LKPD ...................................... 322.3 Syarat Konstruksi dalam Penyusunan LKPD ................................... 332.4 Syarat Teknik dalam Penyusunan LKPD ......................................... 343.1 Prosedur Pengembangan LKPD ...................................................... 663.2 Kisi-kisi Instrumen Ahli Media ........................................................ 673.3 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi ......................................... 683.4 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Bahasa ........................................ 683.5 Kisi-kisi Validasi Tanggapan Guru Matematika .............................. 693.6 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ................ 703.7 Aspek disposisi Pemecahan Masalah Matematika ............................ 714.1 Skor Perolehan Sepuluh Responden ................................................. 804.2 Jadwal Penelitian .............................................................................. 814.3 Kode Siswa sebagai Subjek Disposisi Pemecahan Masalah ............ 824.4 Daftar Indikator Pemecahan Masalah pada LKPD ........................... 824.5 Siswa Aktif pada Kegiatan Pembelajaran ......................................... 834.6 Keaktifan Siswa pada Pertemuan Pertama ....................................... 844.7 Data Siswa yang Aktif Menyimpulkan Materi ................................. 904.8 Keaktifan pada Pertemuan Kedua .................................................... 924.9 Keaktifan Siswa pada Pertemuan Ketiga .......................................... 1014.10 Keaktifan Siswa pada Pertemuan Keempat ...................................... 1094.11 Keaktifan Siswa pada Pertemuan Kelima ......................................... 1134.12 Keaktifan Siswa pada Pertemuan Keenam ....................................... 1194.13 Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ................................. 127

v

Page 16: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) ................................................... 111.2 Contoh Hasil Kerja Siswa Materi Lingkaran ..................................... 123.1 Alur Pengembangan LKPD ................................................................ 654.1 Suasana Kegiatan Siswa Memahami Masalah 1.1 ............................. 864.2 Percaya Diri dan Keaktifan Siswa Berargumentasi ........................... 904.3 Situasi Diskusi Siswa ......................................................................... 954.4 Contoh Hasil Kerja Masalah 2.2 ........................................................ 974.5 Contoh Hasil Kerja Siswa pada Masalah 2.3 ..................................... 1004.6 Suasana Siswa saat Mengidentifikasi Masalah .................................. 1024.7 Siswa Berusaha untuk Dapat Mempresentasikan Hasil ..................... 1044.8 Presentasi Perwakilan Kelompok ....................................................... 1074.9 Contoh Hasil Kerja Siswa pada Masalah 3.2 ..................................... 1084.10 Solusi Pemecahan Masalah Siswa di Papan Tulis ............................ 1164.11 Masalah 5.2 pada LKPD 5 ................................................................. 117

vi

Page 17: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Silabus ......................................................................................... 150A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................. 161A.3 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) .......................................... 228A.4 Daftar Nama dan Kode Siswa Kelas VIII.B ................................ 265A.5 Lembar Jurnal Harian Guru ........................................................ 266A.6 Lembar Jurnal Harian Siswa ....................................................... 268

B. PERANGKAT

B.1 Kisi-kisi Soal Tes ........................................................................ 270B.2 Soal Uji Kemampuan Pemecahan Masalah ................................. 273B.3 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran .................................... 275B.4 Lembar Pengamatan Disposisi Pemecahan Masalah Matematika 280

C. INSTRUMEN UJI AHLI

C.1 Instrumen Validasi Ahli Media ................................................... 286C.2 Instrumen Validasi Ahli Materi ................................................... 291C.3 Instrumen Validasi Ahli Bahasa .................................................. 296C.4 Instrumen Respon Guru Matematika .......................................... 301

D. DATA DAN ANALISIS DATA

D.1 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ...................................................... 305D.2 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah .............................. 309D.3 Lembar Jawaban Siswa ............................................................... 310D.4 Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah ............. 319D.5 Uji Proporsi Kemampuan Pemecahan Masalah .......................... 324

E. LAIN – LAIN

E.1 Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ................................... 327

vii

Page 18: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan suatu

bangsa. Hampir semua bangsa memprioritaskan pendidikan sebagai modal

dalam program pembangunannya. Hal ini disebabkan karena sumber daya

manusia yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan program pem-

bangunan suatu negara. Majunya suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh

sumber daya manusianya. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa sumber daya

manusia yang berkualitas tersebut merupakan output dari pendidikan.

Melihat pentingnya aspek pendidikan dalam program pembangunan,

Indonesia senantiasa berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pendidikan. Berbagai macam upaya yang telah dilakukan antara lain seperti

melakukan revisi kurikulum agar isi dari kurikulum selalu up to date dengan

perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta kebutuhan masyarakat

yang berkembang. Hal tersebut diupayakan dengan tujuan agar tujuan

pembelajaran dari berbagai bidang ilmu dapat tercapai dengan optimal.

Dalam pembelajaran matematika misalnya, kurikulum disusun agar tujuan

pembelajaran matematika dapat tercapai dengan baik.

Page 19: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

2

Tujuan pembelajaran matematika tercantum dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Repuplik Indonesia (Permendiknas RI) Nomor 20 tahun

2006 tentang standar isi disebutkan bahwa pembelajaran matematika

bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan-kemampuan sebagai

berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep atau algortima, secara luwes, akurat efisien, dan tepat waktu dalam

pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melaku-

kan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,

atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan

masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4)

mengomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam mempelajari masalah, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah

Dari tujuan pembelajaran matematika pada poin ke 3 (tiga) di atas terlihat

bahwa dengan pembelajaran matematika diharapkan siswa dapat memecah-

kan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang

diperoleh. Dan pada point ke 5 (lima) ditegaskan bahwa dengan pembelajar-

an matematika siswa diharapkan dapat memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam mempelajari masalah, serta sikap ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah. Dari dua poin ini saja dapat diambil kesimpulan

Page 20: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

3

bahwa dalam proses pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada aspek

kognitif siswa saja seperti yang sering dijumpai di lapangan. Aspek afektif

siswa juga harus diperhitungkan agar ada perubahan sikap sebagai hasil dari

pembelajaran. Jadi, aspek kognitif maupun afektif harus diperhatikan.

Kemampuan peserta didik yang sesuai dengan tujuan pendidikan matematika

di atas sejalan yang dikemukakan oleh Kilpatrick (2001: 116):

―Mathematical proficiency, as we see it, has five components, or strands:

conceptual understanding—comprehension of mathematical concepts,

operations, and relations; procedural fluency—skill in carrying out

procedures flexibly, accurately, efficiently, and appropriately; strategic

competence—ability to formulate, represent, and solve math- ematical

problems; adaptive reasoning—capacity for logical thought, reflection,

explanation, and justification; productive disposition—habitual

inclination to see mathematics as; sensible, useful, and worthwhile,

coupled with a belief in diligence and one’s own efficacy.‖

Pendapat ini bermakna bahwa kemampuan matematika peserta didik

mencakup 5 (lima) komponen yaitu pemahaman konseptual (conceptual

understanding), kelancaran prosedural (procedural fluency), kompetensi

strategis (strategic competence), penalaran adaptif (adaptive reasoning), dan

disposisi produktif (productive disposition). Dari 4 (empat) komponen awal

merupakan kecakapan yang berkaitan dengan aspek kognitif khususnya

dalam pemecahan masalah matematika. Sedangkan komponen yang ke lima

berkaitan dengan aspek afektif peserta didik yaitu disposisi produktif yang

berkaitan dengan kecenderungan memiliki kebiasaan yang produktif, untuk

melihat matematika sebagai hal yang masuk akal, bermakna, memiliki

kepercayaan diri serta ketekunan dalam belajar/ bekerja dengan matematika.

Page 21: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

4

Kemampuan pemecahan masalah siswa merupakan salah satu tujuan

pendidikan khususnya pendidikan matematika. Mcbride and Xiang (2002: 29)

mengatakan educate America Act of 1990’, Congress established national

educational goals; one of which called for increasing the proportion of

college graduates who can think critically and be effective problem-solvers.

Hal ini bermakna bahwa peningkatan lulusan yang memiliki kemampuan

berpikir kritis dan menjadi pemecah masalah (problem solver) yang efektif

sangat ditekankan. Jadi, lulusan yang memiliki kemampuan pemecahan

masalah yang efektif merupakan tujuan pembelajaran matematika.

Kemampuan pemecahan masalah matematika sangat penting untuk

diperhatikan. Mengenai pentingnya pemecahan masalah matematika siswa,

Beigie (2008) mengatakan bahwa:

―That through problem-solving, students can learn about deepening

their understanding of mathematical concepts by working through the

issues carefully selected which use the application of mathematics to real

problems‖.

Hal ini bermakna bahwa melalui pemecahan masalah siswa dapat

memperdalam pemahaman tentang konsep matematika dengan mengerjakan

masalah secara cermat menggunakan penerapan konsep.

Pembelajaran matematika dengan kompleksitas yang tinggi dengan

didominasi angka, symbol, dan rumus serta mengacu pada konsep pemecahan

masalah tidak jarang membuat guru terfokus pada pengembangan aspek

kognitif peserta didik saja. Guru sebagai mediatornya problem solver

(peserta didik) terfokus pada aspek kemampuan pemecahan masalah. Padahal,

Page 22: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

5

adanya kecenderungan rasa ingin tahu, ulet, percaya diri, melakukan refleksi

atas cara berpikir seorang peserta didik dan menyelesaikan masalah juga

penting untuk diperhatikan. Royster (1999) mengatakan efective mathematics

teaching involves more than the teaching of mathematical concepts and

procedures. It also includes helping students develop their disposition toward

mathematics. Hal ini bermakna bahwa keefektifan pembelajaran matematika

bukan sekedar menekankan pada konsep dan prosedur matematika saja,

pengembangan disposisi siswa terhadap matematika juga perlu diperhatikan.

Berdasarkan hasil penelitian Programme for International Students

Assesment (PISA) menunjukan bahwa Indonesia memperoleh nilai di bawah

rata-rata selama beberapa tahun terakhir. Prestasi Indonesia selama beberapa

tahun terakhir ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 1.1 Posisi Indonesia Dibanding Negara Lain pada Study PISA

Tahun

Study

Skor Rata-rata

Indonesia

Skor Rata-rata

Internasional

Peringkat

Indonesia

Jumlah

Negara

Peserta

2000 367 500 39 41

2003 360 500 38 40

2006 391 500 50 57

2009 371 500 61 65

2012 396 496 64 65

2015 386 490 62 70

Sumber: Organitation for Economic Cooperation and Development (OECD,

2012) dan PISA 2015 Results in Focus (OECD, 2016)

Hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study

(TIMSS) yang diikuti siswa SMP pada tahun 2011, Indonesia berada pada

peringkat ke 38 dari 42 negara peserta TIMSS dengan skor 386 di bawah skor

Page 23: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

6

rata-rata 500. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007.

Berdasarkan hasil analisis Kemendikbud (2013) pada hasil TIMSS 2007 dan

2011 untuk bidang matematika, lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu

menyelesaikan soal pada level menengah saja yaitu very low (sangat rendah),

low (rendah), dan intermediate (menengah). Dan kurang mampu menyelesai-

kan soal high (tinggi) dan advance (sangat tinggi).

Siswa Indonesia kurang mampu menyelesaikan soal high (tinggi) dan

advance (sangat tinggi). Stacey (2012) mengatakan the questions on the PISA

mathematics are based on real world problems and hone student thinking in

solving the problem. Pertanyaan pada FISA didasarkan pada masalah dunia

nyata dan mengasah pemikiran siswa untuk memecahkannya. Maka dari itu,

siswa Indonesia perlu dilatih kemampuannya khususnya dalam memecahkan

masalah matematika. Charles et al. dalam Laurens (2010) menyatakan bahwa:

―Purpose trained mathematical problem-solving abilities are to: (1)

develop thinking skills, (2) develop the ability to select and use problem-

solving strategies, (3) develop attitude and confidence in solving

problems, and (4) develop the ability to monitor and evaluate their own

ideas for solving problems‖.

Hal ini bermakna bahwa tujuan melatih kemampuan pemecahan masalah

matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir, meng-

gunakan strategi pemecahan masalah, sikap dan kepercayaan diri, memantau

atau mengevaluasi gagasan yang ia miliki untuk memecahkan masalah.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa Indonesia dalam menyelesaikan

asesmen-assesmen dalam kategori high (tinggi) dan advance (sangat tinggi),

Page 24: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

7

pembelajaran matematika perlu difokuskan pada pembelajaran berbasis

masalah. Mengenai pembelajaran dengan pemecahan masalah The National

Council of Teachers of Mathematics (2000) menyatakan:

―Recommendations to make problem solving the focus of school

mathematics posed fundamental questions about the nature of school

mathematics. The art of problem solving is the heart of mathematics.

Thus, mathematics instruction should be designed so that students

experience mathematics as problem solving.‖

The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) merekomendasi-

kan pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran matematika. Bahkan,

pembelajaran berbasis masalah dijadikan fokus dalam pembelajaran dan

dianggap sebagai jantungnya pembelajaran matematika. Kemampuan

pemecahan masalah merupakan prioritas utama pembelajaran matematika.

Dalam pembelajaran berbasis masalah, siwa dituntun untuk dapat menyelesai-

kan masalah secara terstruktur dan benar. Wardani (2008) yang mengemuka-

kan bahwa dalam memecahkan masalah siswa diharapkan dapat meng-

identifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, serta kecukupan unsur

yang diperluan; merumuskan masalah yang dihadapi ke dalam matematika

atau menyusun model matematika untuk mempermudah penyelesainnya;

memilih pendekatan atau strategi pemecahan yang akan digunakan dalam

memecahkan masalah, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai

masalah baik yang sejenis maupun masalah baru di dalam atau di luar

matematika; dan menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai

permasalahan asal atau memeriksa kebenaran dari jawaban. Prosedur

Page 25: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

8

pemecahan masalah seperti ini yang seharusnya digunakan dalam

pembelajaran di kelas agar siswa dapat meningkatkan keterampilan dan

kemampuan pemecahan masalah. Maka dari itu, pembelajaran sehari-hari di

kelas hendaknya menggunakan pembelajaran berbasis masalah.

Pembelajaran berbasis masalah tidak mudah diterapkan dalam proses

pembelajaran di kelas. Kemampuan guru dalam mengembangkan kreativitas

pembelajarannya serta kesiapan siswa yang menyangkut respon atau sikap

dalam mememecahan masalah pun perlu diperhatikan. Sulitnya siswa

mengkonstruksi pengetahuannya, tingginya kompleksitas masalah yang

dihadirkan membuat siswa menjadi enggan untuk mencoba, tidak percaya diri

untuk dapat meyelesaikan dan tidak jarang sikap menyerah saat berusaha

mencoba pun dapat terjadi. Leong (2013: 1257) mengemukakan when

confronted with an unfamiliar mathematics question, instead of giving up

early, he or she will try ways to tackle the problem productively. Pernyataan

ini sesuai dengan yang ditemukan di kelas pada umumnya. Siswa hanya

terbiasa mengerjakan soal-soal rutin saja. Ketika siswa dihadapkan masalah

non-rutin, sikap menyerah dan mengandalkan guru dalam setiap langkah

pemecahan masalah kerap ditemukan di lapangan. Goldin (2000: 212)

mengungkapkan if independent problem solving continues, a lack of

perceived progress may result in frustration, where the negative affect

becomes more powerful and more intrusive. Hal ini bermakna bahwa

pemecahan masalah secara independen yang berlanjut dan mengalami

kebuntuan akan berakibat pada frustasi dan menyerah. Maka dari itu, aspek

Page 26: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

9

afektif berupa disposisi pemecahan masalah dan dorongan dapat membantu

siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi perlu diperhatikan.

Masalah-masalah tersebut ditemukan di Kabupaten Pringsewu. Hasil diskusi

dengan guru-guru di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika

kabupaten Pringsewu diperoleh informasi – informasi sebagai berikut:

1. Rendahnya prestasi belajar siswa di kabupaten Pringsewu disebabkan

karena rendahnya kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sulit untuk

dikembangkan karena siswa sulit untuk diajak belajar dengan basis

masalah khususnya soal pada level high atau bahkan advance. Siswa lebih

condong pada soal- soal di level very low, low dan intermediate saja.

3. Respon siswa seperti kurangnya percaya diri, kurang ulet, rasa ingin tahu

yang rendah, dan enggan untuk mencoba menyelesaikan masalah yang

lebih kompleks dalam proses pembelajaran sering ditemukan.

4. Bahan ajar yang tersedia di sekolah dalam hal ini adalah buku pegangan

siswa dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tersedia hanya terfokus pada

pemecahan masalah rutin saja. Bahan ajar tersebut kurang mengacu pada

pengembangan pemecahan masalah matematika siswa.

5. Kurang menariknya buku pegangan siswa dan Lembar Kerja Siswa

(LKS) penerbit yang masih kurang sesuai dengan pembelajaran yang

diharapkan membuat kurang termotivasinya siswa dalam pembalajaran.

Informasi-informasi dari forum MGMP Matematika yang melatarbelakangi

masalah pembelajaran matematika di atas dirasakan oleh sekolah-sekolah di

Page 27: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

10

kabupaten Pringsewu. Hasil dari studi lapangan awal yang telah dilakukan

secara khusus di SMP 11 Maret Sumberagung melalui wawancara dengan

guru matematika diperoleh informasi bahwa prestasi pembelajaran matematika

selama 3 tahun terahir ini rendah. Prestasi belajar matematika siswa di SMP

11 Maret Sumberagung khususnya kelas VIII pada semester genap selama 3

(tiga) tahun terakhir ini dapat dilihat pada 1.2.

Tabel 1.2 Perbandingan Hasil Ujian Akhir Semester Genap

Kriteria Tahun Pelajaran (TP)

2013/2014 2014/2015 2015/2016

Rata-rata 56,13 49,27 47,23

Persentase siswa lulus (KKM=70) 53,27% 46,26% 42,02%

Sumber : Dokumen SMP 11 Maret Sumberagung)

Hasil analisis dan wawancara serta pemeriksaan dokumen hasil kerja siswa

secara lebih lanjut diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar siswa

tersebut bukan diakibatkan karena kemampuan intake atau level berpikir siswa

yang rendah. Jika dilihat dari rata-rata kemampuan berpikir yang dimiliki,

guru matematika sekolah tersebut mengatakan bahwa “level berpikir siswa di

sekolah ini (SMP 11 Maret Sumberagung) dapat dikatakan pada level

menengah, akan tetapi sulit untuk mengembangkan kemampuan berpikir

mereka melalui pembelajaran berbasis masalah. Siswa masih terbiasa pada

soal-soal rutin yang ada di LKS saja. Sedangkan soal-soal evaluasi pada Ujian

Akhir Semester selama 2 tahun terakhir sudah dirancang pada soal-soal

aplikatif dan nonrutin”. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

rendahnya hasil belajar disebabkan karena rendahnya kemampuan pemecahan

Page 28: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

11

masalah siswa dalam menyelesaikan soal yang dihadapi. Fokus dan standar

kemampuan pemecahan masalah siswa masih hanya sampai pada level

menengah atau soal rutin saja.

Dalam pembelajaran materi lingkaran, siswa mampu menyelesaikan soal

dengan baik dan benar untuk soal-soal dengan algoritma biasa dan penerapan

rumus langsung. Siswa mampu dan terampil menyelesaikan soal-soal pada

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang ada. Akan tetapi, mampu dan terampilnya

siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada LKS belum cukup bagi guru

matematika di sekolah tersebut. Hal ini disebabkan karena contoh soal

maupun soal-soal latihan yang ada pada LKS yang digunakan selama ini

kurang mampu memacu peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Berikut ini adalah salah satu contoh LKS penerbit yang digunakan.

Sumber : Lembar Kerja Siswa Kelas VIII Prestasi Agung Pratama, 2013

Gambar 1.1 Contoh Lembar Kerja Siswa

Dari gambar 1.1 terlihat jelas bahwa isi dari LKS yang digunakan kurang

memacu pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Page 29: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

12

Contoh dan penyelesaian soal yang ada tidak memberikan gambaran prosedur

pemecahan masalah dengan baik. Salah satu contohnya adalah siswa tidak

diajak untuk berpikir mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan

ditanyakan sebagai syarat kecukupan dalam menyelesaikan masalah. Selain itu,

soal-soal yang ada dalam latihan uji kompetensi masih pada taraf soal rutin

dan tersaji dalam bentuk gambar langsung atau kalimat yang jelas. Tidak

dibutuhkan kemampuan yang lebih untuk memahami serta menyelesaikannya.

Pembelajaran dengan LKS ini akan berimbas pada rendahnya kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sangat

dirasakan oleh guru matematika di sekolah tersebut. Di saat guru mencoba

memberikan masalah yang lebih kompleks, sebagian besar atau lebih dari 70%

siswa kurang mampu menyelesaikannya. Berikut ini adalah salah satu hasil

Ulangan Harian (UH) siswa pada materi lingkaran.

Sumber : Buku Pegangan Siswa Kurikulum 2013 Kemendikbud, 2014

Sumber : Dokumen SMP 11 Maret Sumberagung

Gambar 1.2 Contoh Hasil Kerja Siswa Materi Lingkaran

Dari hasil kerja siswa di atas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa kurang

terbiasa menggunakan prosedur pemecahan masalah dengan benar. Dengan

Page 30: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

13

berdasar pada studi literatur yang telah dilakukan, analisis awal dari peneliti

mengenai hasil kerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Siswa tidak ada usaha mengidentifikasi unsur-unsur yang ada dan hal

yang ditanyakan dalam masalah. Hal ini berimbas pada kesalahan siswa

dalam memahami pokok masalah yang ditanyakan.

2. Siswa kurang mampu membawa masalah tersebut ke dalam dunia

matematika secara dalam. Padahal, sebelum menyelesaikan masalah

tersebut, siswa dapat membuat model matematika atau mem-

visualisasikan dengan sebuah gambar sehingga akan mempermudah

siswa dalam menentukan, memilih, dan menerapkan strategi yang akan

dipakai dalam penyelesaikan masalah.

3. Siswa kurang mampu menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan awal.

Dari analisis masalah di atas timbul pemikiran bahwa pentingnya peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam proses

pembelajaran. Pembelajaran diharapkan dapat difokuskan pada pemecahan

masalah atau dalam kata lain pembelajaran berbasis masalah. Hal ini

bertujuan agar siswa terlatih dan terampil dalam menyelesaikan masalah

menggunakan prosedur pemecahan masalah yang benar.

Hasil wawancara dan diskusi lebih lanjut dengan guru matematika diperoleh

informasi bahwa pembelajaran berbasis masalah pernah dilakukan. Akan

tetapi ada beberapa hambatan dan kesulitan dalam melaksanakannya. Salah

satunya adalah anggapan siswa akan sulitnya masalah – masalah yang ada

Page 31: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

14

berakibat pada kurangnya respon positif siswa terhadap masalah. Tidak

jarang siswa enggan mencoba, kurang tertarik, atau bahkan menyerah saat

menyelesaikannya. Dari informasi ini timbul pemikiran bahwa agar pem-

belajaran berbasis masalah dapat berjalan dengan baik, perlu perhatian

terhadap respon positif siswa pada pemecahan masalah atau disposisi

pemecahan masalah matematika siswa selama proses pembelajaran.

Dari informasi-informasi dan analisis awal di atas dapat disimpulkan bahwa

sumber belajar (LKS), disposisi dan kemampuan pemecahan masalah menjadi

masalah dalam pembelajaran matematika di SMP 11 Maret Sumberagung.

Guru sebagai manager di kelas hendaknya memiliki kompetensi pedagogik

yang memadai. Irwantoro (2016) menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik

merupakan kompetensi instruksional-edukatif yang esensial dan fundamental

bagi guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalannya, terutama tugas dalam

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi siswa.

Dalam mengajar dan mendidik, guru diharapkan dapat mengelola

pembelajaran dengan baik. Dalam Peraturan Pemerintah Repuplik Indonesia

(PP RI) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

penjelasan Pasan 28 ayat (3) butir (a) dikemukakan bahwa kompetensi

pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang

meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, pelaksanaan

Page 32: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

15

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Salah satu bentuk kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah

keterampilan memilih dan menggunakan model pembelajaran. Dengan

melihat permasalahan yang ada, pemilihan model pembelajaran yang dapat

menumbuhkembangkan disposisi dan kemampuan pemecahan masalah sangat

diperlukan. Selain itu, kreativitas guru dalam mengembangkan media

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi siswa pun

sangat dibutuhkan.

Model pembelajaran yang direkomendasikan dalam pembelajaran matematika

adalah pembelajaran berbasis masalah. Dengan melihat dan berdasar pada

masalah yang ditemukan, salah satu model yang dapat digunakan adalah

model Logan Avenue Problem Solving (LAPS) – Heuristic. Adapun tahapan

pembelajaran LAPS – Heuristic yang ditempuh menurut Shoimin (2016)

terdiri dari 4 (empat) langkah yaitu:

a. Memahami masalah.

b. Merencanakan pemecahannya.

c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua (solusi)

d. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back).

Heuristik adalah suatu penuntun berupa pertanyaan-pertanyaan yang

diperlukan dalam menyelesaikan suatu masalah. Heuristik berfungsi

mengarahkan pemecah masalah (dalam hal ini siswa) untuk menemukan

Page 33: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

16

suatu solusi dari masalah yang diberikan. Dari hasil penelitian Sian Hoon

(2013) ditemukan bahwa:

―Even though students experienced some difficulties in applying

heuristics approach, they found that frequent practice of the approach

will make solving different problems easy. The students were able to

solve a given problem which was non-routine using heuristic approach.‖

Hal ini bermakna bahwa meskipun siswa mengalami kesulitan menghadapi

masalah, tapi dengan adanya heuristik dapat membantu dan mempermudah

mereka sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Hasil penelitian

ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Polya dalam Ridha (2014: 5) yang

menyatakan bahwa a heuristic is a plan of attack. A heuristic is designed to

help problem solvers approach, understand, and attempt to solve a problem.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran LAPS-

Heuristic siswa diberikan masalah yang kemudian diberikan berupa

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pertanyaan awal yang

diberikan berupa inti dari masalah yang diberikan yaitu “Apa masalahnya?”.

Dilanjutkan dengan pertanyaan “Adakah alternatif?”. Siswa dapat

menentukan sendiri alternatif jawaban yang dapat berupa diagram, gambar,

atau perhitungan matematis lainnya. Setelah itu, siswa dibimbing untuk

menganalisis adanya manfaat atau tidaknya dari alternatif jawaban dengan

pertanyaan “Apakah bermanfaat?”. Siswa dibimbing untuk menemukan

alternatif jawaban yang sudah dianalisis kebermanfaatannya dengan

pertanyaan “Apakah solusinya?”. Siswa mempresentasikan hasil jawabannya

dan memeriksa kembali jawaban alternatif yang lain. Langkah terakhir, siswa

Page 34: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

17

dibimbing untuk menentukan alternatif jawaban yang lebih efektif dan efisien

dengan pertanyaan “Bagaimana sebaiknya mengerjakannya?”.

Model pembelajaran berbasis masalah LAPS-Heuristic memiliki ciri khusus

yaitu dimulai dengan adanya suatu masalah dan disertai dengan tuntunan

berupa pertanyaan-pertanyaan atau heuristik dalam proses pembelajarannya.

Masalah-masalah yang dihadirkan merupakan masalah non-rutin dan tidak

mudah bagi siswa untuk dapat langsung menyelesaikannya. Maka dari itu,

adanya heuristik dapat memacu respon dan perilaku positif siswa agar

bertindak secara efektif dalam pemecahan masalah. Respon dan perilaku

positif tersebut disebut sebagai disposisi pemecahan masalah matematika.

Disposisi akan mempengaruhi segala kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

siswa selama proses pembelejaran. Hasil penelitian Beyers (2011)

menyebutkan bahwa a substantial body of research exists suggesting that

students dispositions are an integral factor influencing the way students

engage in mathematical activities. Disposisi matematika merupakan faktor

yang penting dan tidak dapat dipisahkan dengan aktifitas kegiatan siswa

selama mengikuti kegiatan pembelajaran.

Selain pemilihan model pembelajaran dan perhatian terhadap disposisi

pemecahan masalah siswa, upaya lain yang dapat dilakukan adalah

pengembangan media pembelajaran berupa LKPD yang mampu memfasilitasi

peningkatan kemampuan dan disposisi pemecahan masalah siswa. Widjajanti

(2008:1) mengatakan bahwa lembar LKPD merupakan salah satu sumber

Page 35: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

18

belajar yang dapat dikembangkan oleh pendidik sebagai fasilitator dalam

kegiatan pembelajaran. LKPD merupakan salah satu sarana untuk membantu

dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk

interaksi yang efektif antara peserta didik dengan pendidik. LKPD dapat

dijadikan sentralisasi pemecahan masalah matematika di kelas khususnya

dalam pembelajaran matematika. Leong (2013: 1258) menyatakan bahwa

mathematic Problem Solving is to realize the centrality of mathematics

problem solving in Singapore schools, and one of its key features is the use of

practical worksheet. Dengan adanya keefektifan dari LKPD, akan berimbas

pada peningkatan aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Transformasi dari keterpakuan pada buku pegangan siswa dan Lembar Kerja

Siswa (LKS) penerbit ke media kreativitas guru berupa LKPD diharapkan

dapat meningkatkan keefektifan proses pem-belajaran. Pembelajaran dengan

LKPD yang mengintegrasikan model Logan Avenue Problem Ssolving

(LAPS)-Heuristic tersebut akan terjadi perpindahan informasi yang

melibatkan perasaan dan emosional. Secara verbal siswa mendapat bimbingan

dan arahan langsung berupa pertanyaan tuntunan yang menuju ke proses

pemecahan masalah. Bimbingan tersebut bukan secara verbal saja, tetapi

divisualisasikan pada LKPD sehingga siswa akan merasa terbantu dan

terbimbing selama kegiatan pemecahan masalah. LKPD yang sesuai dengan

alur pembelajaran berupa bimbingan untuk menuju ke proses pemecahan

masalah yang terintegrasi dalam LKPD, diharapkan dapat memfasilitasi

disposisi dan kemampuan pemecahan masalah matematika.

Page 36: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

19

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hasil pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

dengan menggunakan model pembelajaran Logan Avenue Problem

Solving (LAPS) – Heurustic dalam memfasilitasi kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa?

2. Bagaimanakah hasil pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

dengan menggunakan model pembelajaran Logan Avenue Problem

Solving (LAPS) – Heurustic dalam memfasilitasi disposisi pemecahan

masalah matematika siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui:

1. Hasil pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan

menggunakan model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving

(LAPS) – Heurustic yang dapat memfasilitasi kemampuan pemecahan

masalah.

2. Hasil pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan

menggunakan model pembelajaran Logan Avenue Problem Solving

(LAPS) – Heurustic yang dapat memfasilitasi disposisi pemecahan

masalah.

Page 37: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

20

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dalam penelitian ini diharapkan dapat

memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai tahapan maupun proses

pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) matematika dengan

menggunakan model LAPS – Heuristic yang dapat dimanfaatkan oleh guru

dan siswa dalam pembelajaran di sekolah untuk memfasilitasi kemampuan

dan disposisi pemecahan masalah matematika siswa.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran dan istilah-istilah yang perlu dijelaskan

dalam penelitian ini adalah:

1. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu.

2. Langkah pengembangan oleh Borg & Gall adalah model pengembangan

yang terdiri dari 10 langkah yaitu : potensi dan masalah, pengumpulan

data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi

produk, uji coba pemakaian, revisi dan penyempurnaan, serta produksi

masal. Dari 10 langkah ini peneliti melakukan hanya sampai langkah ke 7.

3. Pembelajaran matematika merupakan upaya dalam proses kegiatan dalam

mempelajari konsep-konsep matematika dalam lingkup sekolah, sehigga

terjadi sosialisasi antara guru dan siswa maupun siswa dengan sisiwa.

Page 38: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

21

4. Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) adalah

serangkaian proses untuk menghasilkan bahan ajar yang bermanfaat

berupa Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD .

5. LKPD merupakan lembaran yang berisi rangkuman materi yang disajikan

dengan keunikan masing-masing disertai latihan soal sesuai dengan

kompetensi dan indikator yang telah ditentukan.

6. Model Logan Avenue Problem Solving (LAPS) – Heuristic adalah adalah

model pemecahan masalah matematika yang menekankan pada pencarian

alternatif-alternatif yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat

digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, kemudian

menentukan alternatif yang akan diambil sebagai solusi, kemudian

menarik kesimpulan dari masalah tersebut

7. Lembar Kerja Peserta Didik dengan model Logan Avenue Problem Solving

(LAPS)- Heuristic adalah LKPD yang mengintegrasikan langkah-langkah

model pembelajaran LAPS Heuristic dalam menampilkan masalah yang

dijadikan objek pembelajaran, materi, konsep, atau langkah – langkah

dalam penyelesaian masalah.

8. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan untuk menyelesai-

kan masalah dengan prosedur seperti yang dikemukakan Wardani (2009)

yaitu mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, serta

kecukuan unsur yang diperluan; merumuskan masalah yang dihadapi ke

dalam matematika atau menyusun model matematika; memilih pendekata

atau strategi pemecahan yang akan digunakan; menerapkan strategi untuk

Page 39: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

22

menyelesaikan masalah; dan menjelaskan atau menginterpretasikan hasil

sesuai permasalah asal dan memeriksa kebenaran dari jawaban.

9. Disposisi pemecahan masalah matematika adalah ketertarikan dan

apresiasi terhadap pemecahan masalah matematika yaitu kecendrungan

untuk berpikir dan bertindak dengan positif, termasuk kepercayaan diri,

keingintahuan, ketekunan, antusias dalam belajar, gigih menghadapu

permasalahan, fleksibel, mau berbagi dengan orang lain, reflektif dalam

kegiatan pemecahan masalah (prolem solving).

10. Lingkaran adalah materi matematika bagian dari geometri yang dipelajari

siswa kelas VIII pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017.

Page 40: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

23

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika

1. Belajar dan Pembelajaran

Di dalam proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang

paling pokok. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat

tergantung pada kegiatan belajar. Belajar dapat diartikan sebagai

serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

pengalaman baru dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Sesuai

dengan pendapat Slameto (2010), belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

ligkungannya.

Anthony Robbins dalam Trianto (2011: 15) menyatakan bahwa belajar

sebagai proses menciptakan hubungan sesuatu (pengetahuan) yang sudah

dipahami dan dengan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Selanjutnya Uno

(2011) mengemukakan pendapatnya bahwa belajar adalah perolehan

pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang

relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi

belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui suatu penguatan

Page 41: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

24

(renforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada

dalam lingkungan belajar. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian usaha yang dilakukan oleh

pembelajar dalam menerima stimulus yang diperoleh dari interaksi

terhadap lingkungan belajarnya dan kemudian mengolahnya dengan cara

mengkaitkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya sehingga

menghasilkan pengalaman baru.

Dalam proses pendidikan, selain belajar juga ditemukan istilah

pembelajaran. Secara sederhana belajar merupakan usaha yang dilakukan

oleh pembelajar untuk menerima sesuatu yang baru dari berinteraksi

dengan lingkungannya. Lingkungan belajar dapat berupa pendidik maupun

sumber belajarnya. Sedangkan proses interaksi antara ketiga komponen ini

dengan suatu tujuan tertentu kita kenal sebagai pembelajaran.

Rusman (2010) menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sedangkan Trianto (2007) mengungkapkan pembelajaran merupakan

interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara

keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju

pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Lebih lanjut lagi

Mukhtar (2010) menegaskan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan

fundamental yang dilakukan secara sadar dan terorganisir dengan baik

untuk mencapai tujuan institusional yang diemban oleh lembaga yang

menjalankan misi pendidikan.

Page 42: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

25

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan proses kegiatan fundamental berupa interaksi secara sadar

antara guru, peserta didik, maupun sumber belajar yang terjadi secara

intens dan terarah menuju tujuan.

2. Pembelajaran Matematika

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2003: 723), matematika didefinisi-

kan sebagai ilmu bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur

operasional yang digunakan dalam menyelesaikkan masalah bilangan.

Sedangkan James and James dalam siswoyo (2013) mengatakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran

dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan

jumlah yang banyak dan terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis

dan geometri. Lebih lanjut lagi Kline dalam siswoyo (2013) mengemuka-

kan bahwa matematika itu bukan ilmu pengetahuan menyendiri yang dapat

sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama

untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan

ekonomi, sosial dan alam.

Dari beberapa pendapat ini dapat disimpulkan bahwa matematika

merupakan ilmu yang mencakup bilangan, hubungan antar bilangan, dan

prosedur operasional seperti aljabar, analisis dan geometri yang nantinya

dapat membantu manusia dalam penyelesaian masalah yang ditemui dalam

kehidupan sehari – hari mereka baik masalah ekonomi, sosial, maupun

masalah alam.

Page 43: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

26

Sejalan dengan pendapat dan kesimpulan di atas, De Corte (2004: 280) in

Machaba and Mokhele claims that mathematics is no longer mainly

conceived as a collection of abstract concepts and procedural skills to be

mastered, but primarily as a set of human sense making and problem-

solving activities based on numerical modelling of reality. Hal ini berarti

bahwa matematika bukan sebatas kumpulan konsep-konsep abstrak dan

keterampilan prosedural yang harus dikuasai oleh siswa saja, melainkan

pembuatan akal manusia (siswa) kegiatan pemecahan masalah berdasarkan

pemodelan numerik realita yang ada.

3. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika

Pemecahan masalah merupakan aktivitas yang penting dalam pembelajaran

matematika. Hal ini disebabkan karena kemampuan pemecahan masalah

merupakan tujuan dari pembelajaran matematika. Seperti yang tercantun

dalam Pemendiknas RI Nomor 20 tahun 2006 tentang standar isi point ke 3,

bahwa tujuan matematika adalah memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami suatu masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

Di dalam proses pembelajaran, pemecahan masalah menuntut siswa untuk

melatih kemampuan analitis dan menganalisis masalah yang dihadapi di

kelas. Pemecahan masalah juga dapat membantu siswa mempelajari fakta-

fakta, konsep, prinsip matematika dengan memahami objek permasalahan

matematika dan realisasinya. Dengan pembelajaran berbasis masalah siswa

akan dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalahnya dalam

Page 44: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

27

dunia matematika maupun di luar matematika. Matematika dianggap sebagi

sumber informasi dan pengetahuan bagi siswa untuk modal dalam

menyelesaikan masalah. Polya dalam Mann (2006) menyatakan:

“Mathematical knowledge as information and know-how. Of the two,he

regarded know-how as the more important, defining it as the ability to

solve problems requiring independence ,judgment, originality, and

creativity. A gifted student of mathematics possesses all of these

characteristics and needs the opportunity to use them when solving

challenging problems”.

Hal ini bermakna bahwa seorang siswa dapat menggunakan keaslian dan

kreativitasnya dalam memecahkan masalah dengan benar berbantukan

informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari matematika itu sendiri.

Pemecahan masalah dalam pembelajaran memiliki tantangan tersendiri

bagi siswa, tidak jarang banyak siswa yang enggan mencobanya. Maka

dari itu, dibutuhkan bimbingan dan arahan guru dalam menindak

lanjutinya. Sumarmo (2012) mengatakan bahwa pemecahan masalah akan

menjadi sesuatu hal yang sulit bagi siswa jika guru tidak menuntun siswa

secara bertahap dalam arti mengajar hanya secara sekilas kepada siswa.

Apabila guru mengajarkan pemecahan masalah dan prosedurnya secara

lengkap dengan memanfaatkan pengertian yang dimiliki siswa maka dalam

diri siswa akan tercapai kreativitas dan diperoleh keterampilan

berargumentasi dalam memecahkan masalah-masalah matematika.

Dari pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dalam

pembelajaran matematika dibutuhkan arahan dan tuntunan dari seorang

guru untuk siswanya. Tuntunan tersebut berupa prosedur pemecahan

masalah dengan melibatkan pemanfaatan kemampuan siswa sebelumnya.

Page 45: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

28

B. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

1. Pengertian LKPD

Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu media

pembelajaran dalam bentuk cetak yang membantu dan mempermudah

dalam kegiatan pembelajaran sehingga terbentuk interaksi yang efektif

antara guru dan peserta didik. Menurut Diknas pedoman Umum

Pengembangan Bahan Ajar dalam Prastowo (2011: 201), Lembar

Kegiatan Siswa (LKS) atau bisa disebut LKPD adalah lembaran-lembaran

berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dengan kegiatan di

dalam pembelajaran disertai petunjuk atau langkah-langkah untuk

menyelesaikan suatu tugas yang memiliki kompetensi dasar yang akan

dicapai. Depdiknas (2008) mengemukakan bahwa lembar kerja peserta

didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk,

langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Keuntungan

penggunaan LKPD adalah memudahkan pendidik dalam melaksanakan

pembelajaran, bagi peserta didik akan belajar mandiri dan belajar

memahami serta menjalankan suatu tugas tertulis.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa LKPD berisi kumpulan

soal-soal atau tugas – tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Disamping

soal-soal, dalam LKPD juga terdapat langkah-langkah sebagai panduan

siswa dalam mengerjakan soal-soal yang ada. Untuk meningkatkan

keefektifan pembelajaran, contoh langkah-langkah serta tuntunan

pengerjaan soal yang terdapat di LKPD disesuaikan dengan kemampuan

Page 46: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

29

dan strategi guru dalam pembelajaran. Maka dari itu, LKPD dapat dibuat

atau dikembangkan oleh gurumenyesuaikan dengan karakteristik materi

dan cocok dengan kondisi peserta didik.

Widjajanti dalam Fajrida (2015: 2) mengatakan bahwa lembar kerja

peserta didik (LKPD) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat

dikembangkan oleh pendidik sebagai fasilitator dalam kegiatan

pembelajaran. LKPD yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan

sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan

dihadapi. Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa LKPD yang baik

untuk digunakan adalah LKPD yang dibuat atau dikembangkan oleh guru

karena akan menyesuaikan kondisi dan situasi pembelajaran yang akan

dilakukan.

2. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat LKPD

Jika dilihat dari sudut pandang yang paling sederhana bahwa LKPD

merupakan suatu media, maka LKPD dapat berfungsi sebagai informasi

dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sebagai media pembelajaran,

LKPD pun memberikan kontribusi yang besar pada proses pembelajaran.

Kemp and Dayton dalam Daryanto (2010: 24) menyebutkan bahwa

kontribusi media pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.

b. Pembelajaran dapat lebih menarik.

c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.

d. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.

Page 47: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

30

e. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

f. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun.

g. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pem-

belajaran dapat ditingkatkan.

h. Peran guru mengalami perubahan ke arah positif.

Adapun fungsi dan tujuan keguanaan LPKD secara khusus dijelaskan oleh

Prastowo ( 2011: 205), yaitu:

b. Fungsi

1) sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik,

namun lebih mengaktifkan peserta didik;

2) sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk

memahami materi yang disampaikan;

3) sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih;

dan

4) memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

c. Tujuan

1) menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk

memberi interaksi dengan materi yang diberikan;

2) menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta

didik terhadap materi yang diberikan;

3) melatih kemandirian belajar peserta didik; dan memudahkan

pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik; dan

4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta

didik.

Page 48: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

31

d. Manfaat

1) Memancing peserta didik terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran.

2) Membantu siswa menemukan suatu konsep dalam belajar

3. Format dan Syarat-syarat LKPD sebagai Bahan Ajar

a. Format LKPD

Dalam mengembangkan lembar kerja peserta didik (LKPD) terdapat

acuan format sebaga pedoman penyusunannya. Menurut Prastowo

(2011) format penyusunan LKPD disajikan dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.1 Format LKPD

No Format LKPD

1 Judul

2 Kompetensi dasar yang akan dicapai

3 Waktu penyelesaian

4 Peralatan / bahan untuk menyelesaikan tugas

5 Informasi singkat

6 Langkah kerja

7 Tugas yang harus dilakukan

8 Laporan yang harus dikerjakan

Sumber: Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif (Prastowo, 2011)

Dari tabel di atas data dijabarkan bahwa dalam menyusun LKPD harus

mencantumkan hal-hal sebaga berikut: judul LKPD yang

dikembangkan; kompetensi dasar dari materi yang akan dibahas; waktu

penyelesaian LKPD; peralatan atau bahan yag akan digunakan dalam

menyelesaikan tugas; informasi singkat tentang penyelesaian LKPD;

langkah kerja maupaun tugas yang akan dilakukan; dan laporan yang

harus dikerjakan oleh peserta didik.

Page 49: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

32

b. Syarat-syarat LKPD

Darmodjo dan Kaligis (1993) menjelaskan bahwa dalam penyusunan

LKPD harus memenuhi syarat didaktik, konstruksi dan teknis. Syarat

didaktik dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Syarat Didaktik dalam Penyusunan LKPD

No. Syarat didaktik dalam penyusunan LKPD

1 Memperhatikan adanya perbedaan individu sehingga dapat

digunakan oleh seluruh siswa yang memiliki keterampilan

yang berbeda.

2 Menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep

sehingga berfungsi sebagai penunjuk bagi siswa untuk

mencari informasi bukan alat pemberitahu informasi.

3 Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan

kegiatan siswa sehingga dapat memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menulis, bereksperimen, praktikum, dan

lain sebagainya.

4 Mengembangkan keterampilan komunikasi sosial, emosional,

moral, dan estetika pada diri anak, sehingga tidak hanya

ditunjukkan untuk mengenal fakta-fakta dan konsep-konsep

akademis maupun juga keterampilan sosial dan psikologis.

5 Menentukan pengalaman belajar dengan tujuan

pengembangan pribadi siswa bukan materi pelajaran.

Dari tabel di atas dapat dijabarkan bahwa dalam penyusunan LKPD

harus memenuhi syarat didaktik seperti: pemahaman adanya perbedaan

kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa; menekankan proses

untuk menemukan konsep materi yang diajarkan bukan terfokus pada

hasil saja; menggunakan variasi stimulus dalam kegiatan sehingga

memberikan ruang kepada siswa untuk menulis,bereksperimen, praktik

dan sebagainya; mengembangkan sikap afektif siswa sebagai individu

sosial; dan memberikan pengalaman belajar berupa pengembangan

pribadi siswa bukan terfokus pada materi pelajaran saja.

Page 50: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

33

Untuk syarat konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Syarat Konstruksi dalam Penyusunan LKPD

No. Syarat Konstruksi (berkenaan dengan penggunaan

bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran,

dan kejelasan dalam LKPD)

1 Menggunakan bahasa yang sesuai tingkat kedewasaan anak

2 Menggunakan struktur kalimat yang jelas

3 Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat

keterampilan siswa, artinya dalam hal-hal yang sederhana

menuju hal yang lebih kompleks.

4 Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka

5 Mengacu pada buku standar dalam keterampilan keterbatasan

siswa.

6 Menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keluasan

pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal

yang ingin disampaika siswa

7 Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek

8 Menggunakan lebih banyak ilustrasi dari pada kata-kata

9 Digunakan untuk anak-anak baik lamban maupun yang cepat

10 Memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari itu

sebagai sumber motivasi

11 Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya

Dari tabel di atas dapat dijabarkan bahwa syarat kontruksi penyusunan

LKPD meliputi: penggunaan bahasa sesuai dengan tingkat kedewasaan

siswa; kejelasan struktur kalimat yang digunakan; sistematika

penyusunan materi sesuai dengan tingkat keterampilan yang dimiliki

oleh siswa; mengacu pada buku standar dalam keterampilan siswa;

penyediaan ruang yang cukup untuk siswa agar dapat menulis,

bereksperimen, mengemukakan pendapat, dan berkreasi; penggunaan

ilustrasi yang dan lebih dibandingkan dengan kata-kata; dapat

digunakan oleh siswa yang lamban maupun yang cepat; memiliki

tujuan dan manfaat yang jelas; serta memiliki identitas yang jelas untuk

memudahkan administrasi.

Page 51: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

34

Untuk syarat teknik dalam penyusunan LKPD dapat dilihat pada Tabel

2.4.

Tabel 2.4 Syarat Teknik dalam Penyusunan LKPD

No. Syarat Teknik dalam Penyusunan LKPD

Tulisan Gambar Penampilan

1 Menggunakan huruf cetak

dan tidak menggunakan

huruf latin/romawi

Menyampaikan

pesan secara

efektif pada

pengguna

LKPD.

Penampilan

dibuat

menarik

2 Menggunakan huruf tebal

yang agak besar untuk

topic

3 Menggunakan minimal 10

kata dalam 10 baris

4 Menggunakan bingkai

untuk membedakan

kalimat perintah dengan

jawaban siswa

5 Menggunakan huruf dan

gambar dengan serasi

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa syarat teknik dalam

penyusunan LKPD menyangkut aspek penulisan, gambar, dan

penampilan. Aspek tulisan meliputi penggunaan huruf, jenis huruf yang

digunakan, ukuran panjang kalimat, serta keserasian huruf dengan

gambar. Aspek gambar mengarah pada pemilihan dan penggunaan

gambar yang dapat menyampaikan pesan secara efektif. Dan untuk

aspek penampilan menekankan pada kemenarikannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

LKPD yang baik harus memenuhi syarat didaktik, konstruksi, dan

teknik agar dapat digunakan dengan baik dan tercapai tujuan

pembelajaran..

Page 52: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

35

C. Model Pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS – Heuristik)

1. Pengertian Model Pembelajaran LAPS – Heuristic

Menurut Shoimin (2016) model Logan Avenue Problem Solving adalah

model pembelajaran yang memuat rangkaian pertanyaan yang bersifat

tuntunan dalam solusi masalah. Menurut Gunawan (2013), LAPS-

Heuristic adalah model pemecahan masalah matematika yang menekankan

pada pencarian alternatif-alternatif yang berupa pertanyaan-pertanyaan

yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi,

menentukan alternatif yang akan diambil sebagai solusi, dilanjutkan

dengan menarik kesimpulan dari solusi masalah tersebut. Sedangkan

Ngalimun, dkk (2016) mengemukakan bahwa LAPS (Logan Avenue

Problem Solving) biasanya menggunakan kata tanya apa masalahnya,

adakah alternatifnya, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan

bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Dari beberapa pendapat ini dapat

disimpulkan bahwa model LAPS-Heuristic adalah model pembelajaran

berbasis masalah yang menggunakan rangkaian pertanyaan yang bersifat

tuntunan untuk mencari alternatif-alternatif solusi penyelesaian masalah.

Rangkaian pertanyaan-pertanyaan tersebut disebut juga dengan heuristik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), Heuristik adalah

bersangkutan dengan prosedur analitis yang dimulai dengan perkiraan

yang tepat dan mengeceknya kembali sebelum memberi kepastian. Nurdin

dalam Shoimin (2016: 96), menjelaskan bahwa heuristic adalah suatu

penuntun berupa pertanyaan yang diperlukan untuk menyelesaikan dan

menemukan solusi dari masalah yang diberikan. Heuristik yaitu suatu

Page 53: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

36

aturan yang melibatkan penyelidikan pada masalah yang lebih selektif.

Polya menyatakan bahwa heuristik adalah kata sifat yang berarti "serving

to discover". Penalaran heuristik merupakan penalaran yang tidak final

dan tegas tetapi hanya masuk akal dan bersifat sementara yang tujuannya

untuk menemukan jawaban suatu masalah yang diberikan (Priansa, 2015)

Polya dalam Ridha (2014: 5) menyatakan a heuristic is a plan of attack. A

heuristic is designed to help problem solvers approach, understand, and

attempt to solve a problem. Logan Avenue Elementary School dalam

Amalia (2015: 2) menyatakan bahwa heuristik untuk menyelesaikan

masalah, meliputi: (1) what is the problem?; (2) what are the

alternatives?; (3) what are the advantages or disadvantages?; (4) what is

a sollution?; (5) how well is it working?. Dan untuk selanjutnya model

pembelajaran dengan heuristik berupa: apa masalahnya?, apa alternative

solusinya?, apakah bermanfaat?, apa Solusinya, dan bagaimana

mengerjakannya? tersebut dinamakan model LAPS – Heuristic.

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran LAPS – Heuristic

Langkah-langkah atau tahapan-tahapan pembelajaran pada model

pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (LAPS) – Heuristic

menurut Shoimin (2016) terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu:

a. Memahami masalah.

b. Merencanakan pemecahannya.

c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua (solusi)

d. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back)

Page 54: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

37

Pendapat di atas sejalan dengan yang dikemukakan Polya dalam Priansa

(2015: 35) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika

prosedur penyelesaian masalah yang baik adalah sebagai berikut:

a. Memahami Masalah

Memahami masalah merupakan kegiatan mengidentifikasikan

kecukupan data untuk menyelesaikan masalah sehingga memperoleh

gambaran lengkap apa yang diketahui dan tanyakan dalam masalah.

b. Merencanakan Penyelesaian

Merencanakan penyelesaian merupakan kegiatan dalam menetapkan

langkah-langkah penyelesaian, pemilihan konsep, persamaan, dan teori

yang sesuai untuk setiap langkah.

c. Menjalankan Rencana

Menjalankan rencana merupakan kegiatan menjalankan penyelesaian

berdasarkan langkah-langkah yang telah dirancang dengan

menggunakan konsep, persamaan serta teori yang dipilih.

d. Pemeriksaan

Pemeriksaan merupakan melihat kembali yang telah dikerjakan,

apakah langkah-langkah penyelesaian telah terealisasi sesuai rencana

sehingga dapat memeriksa kembali kebenaran jawaban yang pada

akhirnya membuat kesimpulan akhirnya.

Hubungan antara heuristik dengan proses pemecahan masalah, Krulik dan

Rudnik dalam Priansa (2015: 40) menyatakan bahwa terdapat 5 (lima)

tahap heuristik yang mendasari proses problem solving adalah sebagai

berikut:

Page 55: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

38

a. Membaca dan Berfikir

Dalam heuristik ini masalah dianalisis melalui berpikir kritis, fakta-

fakta diuji dan dievaluasi, pertanyaan ditentukan, seting fisik

divisualisasikan, dijabarkan dan dipahami.

b. Pengungkapan dan Perencanaan

Pada tahap ini pemecah masalah menganalisis data dan menentukan

apakah ada informasi yang memadai, pengecoh dieliminasi, data

diorganisasi dalam satu tabel, gambar, model dan sebagainya.

c. Memilih Suatu Strategi

Heuristik ketiga ini dalam daftar diperhatikan oleh banyak orang

sebagai heuristik yang paling sulit dari semua heuristik. Suatu strategi

adalah bagian dari pemecahan masalah yang memberi arah kepada

pemecahan masalah yang mengantarkannya kepada ditemukannya

jawaban.

d. Menentukan suatu Jawaban

Di sini yang cocok dilakukan untuk menemukan suatu jawaban.

Perkiraan, jika cocok, harus dimunculkan.

e. Refleksi dan Perluasan

Pertama-tama jawaban harus dicek untuk ketelitian peninjauan jika

kondisi awal masalah diberikan, dan jika pertanyaan telah dijawab

dengan benar, tetapi masih banyak yang harus dilakukan pada tahap ini.

Ini adalah tempat berfikir kreatif dapat dimaksimalkan. Penyelesaian

alternatif harus ditemukan dan didiskusikan. Masalah dapat dirubah

dan mengubah kondisi awal atau interpretasinya.

Page 56: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

39

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

pada pembelajaran LAPS-Heuristic, siswa diberikan masalah yang akan

dipecahkan. Kemudian guru menuntun dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan yang membantu siswa dalam penyelesaian masalah tersebut.

Pertanyaan yang diberikan hanya membimbing untuk menyelesaikan

masalah. Pertanyaan awal yang diajukan berupa inti dari masalah yang

diberikan yaitu “Apa masalahnya?”.Pertanyaan ini dimaksudkan agar

siswa dapat membaca dan berpikir terhadap masalah yang ada. Kemudian

langkah selanjutnya guru bertanya alternatif dari masalah tersebut dengan

pertanyaan “Adakah alternatif?”. Pertanyaan ini bertujuan agar siswa dapat

mengungkapkan dan merencanakan mengenai solusi masalah yang

dihadapi. Kemudian siswa dibimbing untuk menganalisis dan memilih

solusi jawaban yang telah mereka selesaikan dengan pertanyaan “Apakah

bermanfaat?”. Setelah itu guru membimbing siswa untuk menemukan

solusi dari alternatif jawaban yang telah dianalisis kebermanfaatannya

dengan pertanyaan “Apakah solusinya?”. Pada langkah terakhir, guru

mengajak siswa untuk mengadakan refleksi dan perluasan.

Langkah-langkah model pembelajaran LAPS-Heuristic yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah model pembelajaran

berbaiss masalah secara umum yaitu model polya yang terdiri dari

memahami masalah (understanding the problem), merencanakan masalah

(devising of plan), menyelesaikan masalah sesuai rencana (carriying out

the plan), dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back).

Langkah-lang tersebut akan diimbangi dengan strategi heuristic berupa

Page 57: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

40

pertanyaan pancingan berupa: (1) what is the problem?; (2) what are the

alternatives?; (3) what are the advantages or disadvantages?; (4) what is

a sollution?; (5) how well is it working?

3. Kelebihan dan Kekurangan Model LAPS - Heuristic

Amalia (2015) mengemukakan bahwa LAPS–Heuristic memiliki kelebihan

dan kekurangan. Adapun kelebihan dari model pembelajaran LAPS-

Heuristic adalah sebeagi berikut:

1. Dapat menimbulkan keingintahuan dan motivasi serta sikap kreatif.

2. Selain memiliki pengetahuan dan keterampilan disyaratkan adanya

kemampuan untuk terampil membaca dan bertanya yang benar.

3. Menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam serta

dapat menambah pengetahuan baru bagi siswa.

4. Dapat meningkatkan kemampuan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang

sudah diperolehnya.

5. Mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu

membuat analisis dan sintesis, dan dituntut membuat evaluasinya.

6. Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan dirinya,

bukan hanya satu bidang studi tapi (bila diperlukan) banyak bidang

studi. Dalam artian bahwa prosedur maupun langkah-langkahnya bisa

diterapkan pada banyak bidang studi.

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran LAPS-Heuristik memiliki

beberapa kekurangan. Adapun kekurangan dari model LAPS-Heuristik

yaitu:

Page 58: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

41

1. Di saat siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka

akan merasa enggan untuk mencoba.

2. Keberhasilan strategi pembelajaran membutuhkan cukup waktu untuk

persiapan.

3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan

masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa

yang mereka ingin pelajari.

D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

1. Masalah Matematika

Secara sederhana masalah dapat diartikan sebagai kesenjangan antara

harapan dan realita. Akan tetapi, dalam pembelajaran matematika pada

umumnya yang dianggap masalah bukanlah soal yang biasa dijumpai

siswa. Huyono dalam Bondan (2009: 403) menyatakan bahwa soal/

pertanyaan disebut masalah tergantung kepada pengetahuan yang

dimiliki penjawab. Dapat terjadi bagi seseorang, pertanyaan itu dapat

dijawab dengan menggunakan prosedur rutin baginya, namun bagi orang

lain untuk menjawab pertanyaan tersebut memerlukan pengorganisasian

pengetahuan yang telah dimiliki secara tidak rutin. Pendapat yang senada

diutarakan oleh Suherman, dkk. (2003) yang menyatakan bahwa suatu

masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk

menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus

dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada

seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara

Page 59: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

42

menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut merupakan soal

rutin dan tidak dapat dikatakan sebagai masalah bagi anak tersebut.

Dari dua pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa masalah

matematika dalam pembelajaran matematika di kelas bukanlah sekedar

soal/ pertanyaan yang dengan mudah dijawab dan diselesaikan oleh siswa.

Masalah matematika adalah soal/pertanyaan yang menantang untuk

diselesaikan dan prosedur penyelesaiannya pun tidak dapat dilakukan

dengan mudah seperti soal-soal rutin biasanya. Soal/masalah

membutuhkan prosedur penyelesaian yang kompleks dan menuntuk

siswa untuk berpikir dalam menyelesaikannya.

Bell dalam Bondan (2009: 404) yang menyatakan bahwa a situation is a

problem for a person if he or she is aware of its existence, recognizes

that it requires action, wants or needs to act and does so, and is not

immediately able to resolve the situation. Jadi, masalah merupakan

situasi yang jika seseorang merasakan akan menyadari keberadaan

masalah tersebut. Setelah menyadari keberadaan masalah, seseorang

akan berpikir bahwa perlu adanya solusi untuk mengatasinya situasi

tersebut. Solusi tidak dengan mudah dapat ditemukan, melainkan perlu

pemikiran yang dalam. Secara sederhana dapat diasumsikan bahwa

masalah adalah suatu kondisi yang dapat menantang seseorang untuk

memecahkan karena belum diselesaikan sebelumnya.

Masalah matematika banyak macamnya. Pengklasifikasian masalah

matematika didasarkan pada struktur matematika yang dimulai dari

Page 60: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

43

aksioma, definisi, dan proporsi. Sukirman, dkk (2014) mengklasifikasi-

kan masalah dalam 2 (dua) jenis yaitu masalah penemuan dan maslaah

pembuktian. Maslaah penemuan menuntuk seseorang untuk menunjuk-

kan gambar, menentukan hasil perhitungan, mengidentifikasi, dan

sebagainya suatu objek tertentu yang tidak diketahui. Sedangkan masalah

pembuktian menuntut seseorang untuk memutuskan pernyataan apakah

pernyataan tertentu benar atau salah dengan membuktikan langsung atau

membuktikan kebalikannya. Sedangkan Kirkley dalam Fadillah (2009:

554) menyebutkan ada 3 jenis masalah, yaitu (1) Masalah-masalah yang

terstruktur dengan baik (well structured problems), (2) Masalah-masalah

yang terstruktur secara cukup (moderately structured problems), dan (3)

Masalah-masalah yang strukturnya jelek (ill structured problems).

2. Pemecahan Masalah Matematika

Pemecahan masalah adalah proses yang digunakan sesorang untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dahar dalam Fadillah (2009: 554)

menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan

manusia yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang

telah diperoleh sebelumnya, dan tidak sebagai sesuatu keterampilan

generik. Sedangkan Sumarmo (2000) berpendapat bahwa pemecahan

masalah adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui

untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Dari kedua pendapat ini

dapat diambil kesimpulan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu

proses kegiatan manusia menyelesaikan suatu masalah untuk mencapai

tujuan tertentu dengan cara menggabungkan konsep-konsep atau aturan-

Page 61: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

44

aturan yang telah dimiliki sebelumnya. Tujuan yang dimaksud adalah

suatu pengalaman baru setelah melakukan proses pemecahan masalah.

Dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah matematika

dipandang sebagai kegiatan yang penting dalam proses pembelajaran.

Hal ini disebabkan karena pemecahan masalah bukan sekedar dipandang

sebagai sasaran untuk hasil belajar saja, melainkan merupakan

jantungnya pembelajaran dan dijadikan sebagai alat utama untuk

melakukan pembelajaran. Hal ini sesuaidengan apa yang dikemukakan

oleh NCTM (2000) menyebutkan bahwa memecahkan masalah bukan

saja merupakan sasaran belajar matematika, tetapi sekaligus merupakan

alat utama untuk melakukan belajar itu. Sehubungan dengan hal tersebut,

NCTM juga merekomendasikan pemecahan masalah sebagai fokus dan

inti dari pembelajaran matematika. The National Council of Teachers

of Mathematics (NCTM) (2000) :

―Recommendations to make problem solving the focus of school

mathematics posed fundamental questions about the nature of school

mathematics. The art of problem solving is the heart of mathematics.

Thus, mathematics instruction should be designed so that students

experience mathematics as problem solving.”

Hal ini bermakna bahwa begitu pentingnya pemecahan masalah dalam

pembelajaran matematika. Pembelajaran berbasis pemecahan masalah

akan memberikan pengalaman matematika tersendiri bagi siswa.

Suherman, dkk. dalam Fadillah (2009) mengemukakan bahwa melalui

kegiatan pemecahan masalah, aspek-aspek kemampuan penting seperti

penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola,

Page 62: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

45

penggeneralisasian, komunikasi matematika, dan lain-lain dapat

dikembankan secara lebih baik. Jadi, pembelajaran pemecahan masalah

akan memberikan pengalaman berarti dan bermakna bagi siswa.

Branca dalam Sumardyono (2007) menyatakan bahwa secara garis besar

terdapat tiga macam interpretasi istilah pemecahan masalah (problem

solving)dalam pembelajaran matematika, yaitu:

a. Problem solving as a goal

Bila pemecahan masalah ditetapkan sebagai tujuan pembelajaran,

maka pembelajaran yang berlangsung tidak tergantung pada soal

atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi

matematika. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah

pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah (solve

problems) merupakan alasan utama (primary reason) belajar

matematika.

b. Problem solving as a process

Problem solving adalah sebagai sebuah proses yang dinamis. Dalam

aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses

mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang

baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan

adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan

siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.

c. Problem solving as a basic skill

Ada banyak anggapan tentang apa keterampilan dasar dalam

matematika. Beberapa yang dikemukakan antara lain keterampilan

Page 63: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

46

berhitung, keterampilan aritmetika, keterampilan logika, dan lainnya.

Keterampilan lain yang baik secara implisit maupun eksplisit sering

diungkapkan adalah keterampilan problem solving.

Mengenai keterampilan pemecahan masalah, beberapa ahli mengemuka-

kan pendapatnya. Fadillah (2009) menyatakan bahwa langkah

pemecahan masalah matematika yang paling sering digunakan adalah

model Polya. Empat langkah pemecahan masalah matematika menurut

Polya tersebut adalah mengetahui suatu maslaah (understanding the

problem), menyusun suatu rencana (devising plan), melaksanakan yang

sudah direncanakan (carriying out the plan), dan mengevaluasi kembali

(looking back). Dominowski dalam fadillah (2009: 553) menyatakan ada

3 (tiga) tahapan umum untuk menyelesaikan suatu masalah, yaitu :

interpretasi, produksi, dan evaluasi. Interpretasi berarti bagaimana mental

seseorang untuk mengetahui, memahami dan menyajikan suatu masalah

yang ada. Produksi menyangkut pemilihan alternatif jawaban atau

langkah-langkah yang mungkin untuk membuat penyelesaian dari suatu

masalah yang ada. Dan evaluasi merupakan suatu proses dari penilaian

kecukupan dari jawaban yang mungkin.

Kirkley (2003) menyebutkan bahwa model pemecahan masalah yang

umum pada tahun 60-an, adalah Bransford’s IDEAL model, yaitu:

―(1) Identify the problem, (2) Define the problem through thinking

about it and sorting out the relevant information, (3) Explore

solutions through looking at alternatives, brainstorming, and checking

out different points of view, (4) Act on the strategies, and (5) Look

back and evaluate the effects of your activity.‖

Page 64: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

47

Dari beberapa pendapat ini, dapat disimpulkan bahwa model atau strategi

pemecahan masalah secara umum adalah memahami suatu masalah,

mencari alternatif jawaban, dan diakhiri berupa evaluasi mengenai

kebenaran langkah yang telah dilakukan.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan bagi siswa agar ia

mempuanyai cukup keterampilan yang akan digunakan dalam

penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi. Siswoyo (2008)

mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses atau

upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala

ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas.

Sedangkan Upu (2003) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu

usaha mencari jalan keluar dari suatu tujuan yang tidak begitu mudah

segera dapat dicapai. Dari dua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa

pemecahan masalah adalah upaya untuk menyelesaikan suatu

permasalahan yang jawabannya tidak mudah diperoleh. Untuk mencari

jawaban yang tidak mudah tersebut dibutuhkan kemampuan pemecahan

masalah. Maka dari itu, kemampuan pemecahan masalah perlu dilatih

dan dipelajari oleh seseorang.

Dalam proses pemecahan masalah, kemampuan pemecahan masalah

setiap individu memerlukan waktu yang berbeda. Motivasi, kepercayaan

diri, dan strategi yang digunakan dalam memecahkan masalah tersebut

Page 65: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

48

berpengaruh besar. Siswono (2008) menyebutkan, terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah yaitu :

a. Pengalaman awal

Pengalaman terhadap tugas-tugas menyelesaikan soal cerita atau soal

aplikasi. Pengalaman awal seperti ketakutan (pobia) terhadap

matematika dapat menghambat kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah.

b. Latar belakang matematika.

Kemampuan siswa terhadap konsep-konsep matematika yang

berbeda-beda tingkatnya dapat memicu perbedaan kemampuan siswa

dalam memecahkan masalah.

c. Keinginan dan motivasi.

Dorongan yang kuat dari dalam diri (internal), seperti menumbuhkan

keyakinan saya “BISA” maupun eksternal, seperti diberikan soal-

soal yang menarik, menantang, kontekstual dapat mempengaruhi

hasil pemecahan masalah.

d. Struktur masalah.

Struktur masalah yang diberikan kepada siswa seperti format secara

verbal atau gambar, kompleksitas (tingkat kesulitan soal), konteks

(latar belakang cerita atau tema), bahasa yang digunakan untuk

mengungkapkan masalah, maupun pola masalah satu dengan

masalah yang lain dapat mengganggu kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah.

Page 66: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

49

Untuk mengukur tinggi rendahnya kemampuan pemecahan masalah

matematis diperlukan beberapa indikator yang menurut Sumarmo (2013)

adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi kecukupan data atau unsur-unsur yang ada untuk

pemecahan masalah.

b. Membuat model matematis dari suatu situasi masalah sehari-hari dan

berusaha untuk menyelesaikannya.

c. Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah

matematika.

d. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan

semula, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.

e. Menerapkan matematika secara bermakna.

Pendapat yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Wardani (2009)

yang mengemukakan ada indikator pemecahan masalah matematik yaitu:

a. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, serta

kecukupan unsur yang diperlukan.

b. Merumuskan masalah ke dalam matematika atau menyusun model

matematika.

c. Memilih pendekatan atau strategi pemecahan yang akan digunakan

dalam mememcahkan masalah.

d. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah baik

yang sejenis maupun masalah baru dalam atau di luar matematika.

e. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan

asal atau memeriksa kebenaran dari jawaban.

Page 67: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

50

4. Pembelajaran Pemecahan Masalah

NCTM dalam Bondan (2009: 405) menyarankan memasukkan

pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika di sekolah.

Beberapa pertimbangan untuk melakukan hal tersebut yaitu: pertama,

pemecahan masalah adalah suatu bagian terbesar dari matematika.

Pemecahan masalah merupakan unsur pokok dari disiplin matematika

dan mengurangi disiplin itu hanya dengan satu paket latihan-latihan dan

ketrampilan-ketrampilan tanpa pemecahan masalah adalah salah dalam

menggambarkan matematika sebagai suatu disiplin; Kedua, matematika

mempunyai banyak aplikasi dan seringkali aplikasi tersebut merupakan

masalah penting dalam matematika. Subjek matematika digunakan dalam

pekerjaan, pemahaman, dan komunikasi dalam disiplin-disiplin yang

lain; Ketiga, terdapat suatu motivasi intrinsik yang melekat dalam

pemecahan masalah matematika. Memasukkan pemecahan masalah

matematika di sekolah dapat merangsang minat dan antusias siswa;.

Keempat, pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas yang

menyenangkan, dan yang terakhir, pemecahan masalah harus terdapat di

dalam kurikulum matematika sekolah agar dapat memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan seni tentang

pemecahan masalah. Oleh karena itu, pemecahan masalah harus termuat

dalam tujuan pembelajaran

Suherman, dkk (2003 :89) mengemukakan bahwa melalui kegiatan

pemecahan masalah, aspek-aspek kemampuan penting seperti penerapan

aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian,

Page 68: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

51

komunikasi matematika, dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih

baik. Dari pendapat ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian yang penting dalam

pembelajaran matematika. Melalui kemampuan pemecahan masalah

siswa dapat menyelesaikan masalah dengan memahami penerapan aturan,

menemukan pola, generalisasi, komunikasi dan lain-lain.

Pemecahan masalah memberikan tantangan bagi siswa dan sekaligus

dapat memotivasi siswa. Sukirman, dkk (2014) menyatakan bahwa

pengajaran pemecahan masalah pada prinsipnya adalah bagaimana guru

melatih dan menuntun siswa menyelesaikan suatu masalah secara

sistematis dan logis sehingga selanjutnya siswa dapat menyelesaikan

yang dihadapi tanpa bantuan guru. Siwa dituntut untuk dapat

menyelesaikan masalah secara terstruktur dan benar. Organisation for

Economic Co-operation and Development atau OECD (2010)

mengemukakan bahwa:

“Problem should be solved by the mathematical process namely

formulating mathematically situation; employing mathematical

concept, fact, procedures, and reasoning; and interpreting,

applying and evaluating mathematical outcomes‖.

Hal ini bermakna bahwa masalah matematika harus dipecahkan dengan

proses yang sistematis yaitu merumuskan situasi; menggunakan konsep

matematika, fakta, prosedur, dan penalaran; serta menafsirkan dan

mengevaluasi hasil.

Dalam membantu siswa memecahkan masalah dalam proses

pembelajaran di kelas, guru dapat melakukan beberapa langkah.

Page 69: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

52

Beberapa saran yang dapat dilakukan oleh guru dikemukakan oleh Polya

dalam Sumarmo (2012: 8) sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan siswa bekerja;

b. Menyajikan suatu syarat (clue atau hint) untuk menyelesaikan

masalah tapi bukan memberikan prosedur penyelesaian;

c. Membantu siswa untuk menggali pengetahuannya dan menyusun

pertanyaan sendiri sesuai dengan kebutuhan masalah;

d. Bantu siswa mengatasi kesulitannya sendiri

Dari dua pendapat pendapat ini diperoleh suatu kesimpulan bahwa

pengajaran pemecahan masalah dibutuhkan metode yang sistematis dan

diperlukan heuristik atau tuntunan dari seorang guru kepada siswa agar

dapat mempermudah siswa dalam memecahkan masalah.

E. Disposisi Pemecahan Masalah Matematika

Kata disposisi (disposition) secara terminologi hampir sama dengan kata sikap.

Menurut Costa (2000) adalah habits of mind. Claxton and Carr (2004: : 88)

menyatakan bahwa ―Dispositions can be construed as default responses in the

presence of uncertain learning opportunities and circumstances. Katz dalam

mahmudi (2010) mendefinisikan disposisi sebagai kecenderungan untuk

berperilaku secara sadar (consciously), teratur (frequently), dan suka rela

(voluntary) untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku-perilaku tersebut adalah

percaya diri, gigih, ingin tahu, dan berpikir fleksibel. Sedangkan Ritchhart

dalam Herlina (2013: 174) mendefinisikan disposisi sebagai perkawinan

antara kesadaran, motivasi, inklinasi, dan kemampuan atau pengetahuan yang

diamati. Lebih lanjut lagi, Gavriel Salomon dalam Yunarti (2011: 36)

Page 70: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

53

mendefiniskan disposisi sebagai kumpulan sikap-sikap pilihan dengan

kemampuan yang memungkinkan sikap-sikap pilihan tadi muncul dengan cara

tertentu. Dari beberapa pendapat ini dapat disimpulkan bahwa disposisi adalah

kecenderungan berperilaku secara sadar, teratur dan suka rela yang muncul

berupa sikap-sikap pilihan dengan cara tertentu yang didasari oleh

kemampuan atau pengetahuan dari diri seseorang.

Disposisi matematika merupakan faktor yang penting dan tidak dapat

dipisahkan dengan aktifitas kegiatan siswa selama mengikuti kegiatan

pembelajaran. Fladagan (1993: 192) mengemukakan bahwa a pedagogy that

does cultivate a disposition to think will also include serious consideration of

the affective side of consciousness‖, pembelajaran yang menumbuh-

kembangkan disposisi perlu dipikirkan secara serius untuk sisi afektif berupa

kesadaran siswa. Lebih lanjut lagi Fladagan (1993: 192) mengemukakan

bahwa privileging metacognition and creating the disposition for higher order

thinking is one possible form of interruption. Hal ini bermakna bahwa

mengakomodasi kemampuan (metakognisi) dan menciptakan disposisi untuk

berpikir higher order thinking dapat dilakukan dalam pembelajaran. Mcbride

and Xiang (2002: 29) menyatakan bahwa dispositions also have important

implications when teaching for critical thinking. Hal ini bermakna bahwa

disposisi berimplikasi penting saat mengajar untuk dapat berpikir kritis.

Disposisi yang berkaitan dengan pola pikir seseorang disebut disposisi

berpikir. Tishman et al. dalam Herlina (2013: 174) mendefinisikan disposisi

berpikir sebagai kecenderungan perilaku intelektual dalam upaya

mengidentifikasi sifat dari pola pikir. Ada bermacam-macam tingkatan dan

Page 71: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

54

tujuan seseorang berpikir. Salah satunya adalah berpikir kritis untuk

memecahkan masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Facione dan Giancarlo

dalam Connie (2006: 1) yang mengatakan bahwa critical thinking

dispositions as a person’s internal motivation to think critically when faced

with problems to solve, ideas to evaluate, or decisions to make. Yang berarti

bahwa disposisi berpikir kritis sebagai suatu motivasi internal seseorang untuk

berpikir kritis ketika menghadapi pemecahan suatu masalah, mengevaluasi

suatu ide, atau membuat keputusan. Dalam usaha berpikir untuk memecahkan

masalah dibutuhkan suatu kemampuan khusus yaitu kemampuan pemecahan

masalah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ritchhart (2002:

31) yang mengatakan:

―Dispositions motivate, activate, and direct our abilities. Which

Dispositions? Curiosity, open-mindedness, metacognition, the seeking of

truth and understanding, strategic thinking, and skepticism do a good job

of capturing the depth and breadth of good thinking.

Hal ini bermakna bahwa dalam mengkontekstualisasikan segala sikap atau

perilaku yang lebih dari keinginan dan kemauan, disposisi harus diimbangi

dengan kemampuan. Disposisi sebagai upaya untuk berpikir memecahkan

masalah dengan menggunakan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki

disebut sebagai disposisi pemecahan masalah.

Siswoyo (2008) mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu

proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau

kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas.

Sedangkan polya dalam Upu (2003) mengartikan pemecahan masalah sebagai

suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu tujuan yang tidak begitu mudah

Page 72: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

55

segera dapat dicapai. Dari dua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa

pemecahan masalah merupakan usaha dari individu untuk merespon atau

mengatasi masalah dengan cara mencari jalan keluar dengan menggunakan

jawaban atau metode yang belum tampak jelas.

Tinggi rendah kemampuan pemecahan masalah seseorang dapat diukur.

Sumarmo (2013) mengemukakan bahwa indikator pemecahan masalah

matematika adalah sebagai berikut: mengidentifikasi kecukupan data atau

unsur-unsur’ membuat model matematis, memilih dan menerapkan strategi ,

menjelaskan atau menginterpretasikan hasil, serta memeriksa kebenaran dan

menerapkan secara bermakna. Pendapat yang tidak jauh berbeda dikemukakan

oleh Wardani (2009) yang mengemukakan ada indikator pemecahan masalah

matematik yaitu: mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan,

serta kecukupan unsur yang diperlukan; merumuskan masalah ke dalam

matematika atau menyusun model matematika; memilih pendekatan atau

strategi pemecahan yang akan digunakan dalam mememcahkan masalah.;

menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah baik yang sejenis

maupun masalah baru dalam atau di luar matematika; menjelaskan atau

menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal atau memeriksa kebenaran.

Indikator disposisi pemecahan masalah matematika yang digunakan dalam

peneletian ini adalah indikator yang diadopsi dari penelitian Yunarti (2011)

yang disesuaikan dengan indikator kemampuan pemecahan masalah menurut

Wardani (2009). Indikator-indikator tersebut antara lain:

1. Pencarian kebenaran (sikap untuk selalu mendapatkan kebenaran).

Page 73: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

56

Ciri-ciri indikator pencarian kebenaran dalam memecahkan masalah

matematika pada penelitian ini adalah:

a. Mencoba merumuskan masalah yang ada ke dalam dunia matematika

atau menyusun model matematika sebagai usaha untuk memecahkan

masalah.

b. Mampu bersikap jujur terhadap pendekatan atau strategi pemecahan

masalah orang lain yang berbeda dan dia anggap kurang tepat.

c. Bersedia merevisi strategi pemecahan masalahnya sendiri yang salah

dan mau menerapkan strategi pemecahan masalah lain setelah

direfleksikan secara jujur oleh orang lain.

d. Bersikap adil dalam menanggapi perbedaan pendekatan atau strategi

pemecahan masalah.

e. Selalu berusaha untuk memberikan serta mendapatkan informasi yang

benar mengenai pemecahan masalah.

2. Berpikiran terbuka (sikap untuk bersedia mendengar atau menerima

pendapat orang lain).

Berpikiran terbuka berarti bersedia mendengar atau menerima pendapat

orang lain. Akan tetapi, berpikiran terbuka bagi problem solver dalam

memecahkan masalah matematika tidak hanya menerima pendapat orang

lain begitu saja kecuali telah didukung oleh bukti dan argumen yang

masuk akal dalam ilmu pengetahuan. Problem solver yang berpikiran

terbuka mampu membedakan beberapa pendekatan maupun strategi

pemecahan masalah berdasarkan data, teori, dan kesimpulan dari

perbedaan tersebut sehingga dari masing-masing perbedaan tersebut dapat

Page 74: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

57

dinyatakan benar atau salah. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka cirri-

ciri berpikiran terbuka dalam memecahakan masalah pada penelitian ini,

sebagai berikut:

a. Berusaha mendengar, memahami, dan menggunakan pendapat lain.

b. Fleksibel dalam mempertimbangkan pendapat orang lain.

c. Bersedia menggunakan atau merevisi strategi pemecahan masalah jika

alas an atau bukti sudah kuat sudah ada.

d. Peka terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan tingkat kesulitan

yang dihadapi orang lain.

3. Sistematis (sikap rajin dan tekun dalam berpikir).

Hendrawati (2012) berpendapat bahwa berpikir secara sistematik

(Sistematic thinking) berarti memikirkan segala sesuatu berdasarkan

kerangka metode tertentu dan terdapat urutan serta proses pengambilan

keputusan. Adapun ciri-ciri indikator sistematis dalam proses memecahkan

masalah pada penelitian ini, sebagai berikut:

a. Tekun dalam mengidentifikasi unsur-unsur dan syarat kecukupan

dalam memecahkan masalah.

b. Rajin dalam mencari informasi atau alasan yang relevan sebagai

penunjang pemecahan masalah.

c. Tertib dalam bekerja yaitu sistematis dalam merumuskan dan

menerapkan strategi pemecahan masalah.

d. Jelas dalam menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan awal dari

suatu masalah.

e. Mampu memeriksa kebenaran pemecahan masalah dengan tertib.

Page 75: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

58

4. Analitis (sikap untuk tetap fokus pada masalah yang dihadapi serta

berupaya mencari alasan-alasan yang bersesuaian).

Spencer dalam Dina (2012: 11) menyatakan bahwa berpikir analitis

merupakan keterampilan berpikir yang menggunakan tahapan dan

langkah-langlah yang logis, melibatkan keterampilan memahami situasi

dengan cara memecah situasi-situasi tersebut menjadi bagian-bagian.

Adapaun ciri-ciri indikator analitis dalam memecahkan masalah

matematika pada penelitian ini, yaitu:

a. Ketekunan dalam berpikir merumuskan serta menerapkan strategi

pemecahan masalah matematika meskipun mengalami kesulitan-

kesulitan dalam memikirkannya.

b. Mencari pernyataan yang jelas dari suatu kesimpulan sehingga dapat

memperkuat pemahamannya.

c. Mencari alasan-alasan yang sesuai sebagai penguat langkah-

langkahnya dalam memecahkan masalah.

d. Memilih dan menggunakan kriteria pemecahan masalah yang diyakini

dengan alasan yang tepat.

5. Kepercayaan diri dalam berpikir memecahkan masalah (sikap percaya diri

terhadap proses inkuiri dan pendapat yang diyakini benar).

Menurut Lauster (2002: 4) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau

keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-

tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal

yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan

dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta

Page 76: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

59

dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Adapun ciri-ciri

indikator percaya diri dalam proses memecahkan masalah dalam penelitian

ini adalah:

a. Menggunakan sumber-sumber yang dapat dipercaya dalam

memecahkan masalah.

b. Percaya diri pada proses pemecahan masalah yang telah dirumuskan

dan diyakini benar.

c. Percaya diri untuk meyakini pada penalaran dan argumen serta

pemecahan masalah yang dilakukan oleh orang lain.

6. Rasa ingin tahu (sikap yang menunjukkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu

atau isu yang berkembang).

Menurut Yesildere dan Turnukku dalam Maulana (2013: 6) mengemuka-

kan bahwa rasa ingin tahu mencerminkan disposisi seseorang untuk

memperoleh informasi dan belajar hal-hal baru dengan harapan untuk

mendapatkan manfaat. Rasa ingin tahu dalam penelitian ini terfokus pada

rasa ingin tahu siswa mengenai solusi pemecahan masalah yang dihadapi.

Adapun ciri-ciri indikator rasa ingin tahu dalam memecahkan masalah

pada penelitian ini, yaitu:

a. Mau mencoba menggunakan hasil pemikiran orang lain dalam

memecahkan masalah.

b. Menunjukkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu atau isu yang

berkembang dalam hal ini adalah proses pemecahan masalah

matematika yang benar.

Page 77: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

60

F. Kerangka Pikir

Pada hakikatnya matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,

susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang

lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi kedalam tiga bidang, yaitu

aljabar, analisis dan geometri. Dengan kompleksitas dan keabstrakan materi

yang disajikan membuat banyak siswa mengalami kesulitan. Kesulitan yang

dialami siswa dalam proses pembelajaran akan berimbas pada keengganan

menyelesaikan masalah-masalah atau tugas-tugas yang dihadapi. Media

pembelajaran berupa buku pegangan siswa dan Lembar Kerja Siswa berupa

soal-soal rutin dan contoh penyelesaian yang ada membuat kebermaknaan

pembelajaran matematika berkurang. Berkurangnya kebermaknaan

pembelajaran matematika disebabkan karena banyak faktor, salah satunya

adalah sumber belajar yang digunakan selama ini kurang mendukung.

Dari pemikiran inilah timbul pentingnya pengembangan bahan ajar berupa

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang berbasis masalah dengan memuat

masalah-masalah nyata. Kehadiran LKPD ini bertujuan untuk menunjukkan

akan kebermaknaan pembelajaarn matematika. Selain itu, LKPD dengan

berbasis masalah akan memfasilitasi peningkatan kemampuan pemecahan

masalah siswa. Untuk menindak lanjuti kesulitan siswa dalam menyelesaikan

soal-soal yang termuat di LKPD pada proses pembelajaran, dibutuhkan

langkah khusus yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah.

Langkah khusus tersebut dapat berupa pemberian tuntunan atau arahan

(heuristic) ke siswa. Adanya tuntunan atau arahan diharapkan dapat

mempermudah siswa dalam berpikir untuk memecahkan masalah.

Page 78: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

61

Model pembelajaran yang dapat membantu mengarahkan dan menuntun siswa

dalam menyelesaikan maslalah matematika adalah model pembelajaran

Logan Avenue Problem Solving (LAPS) - Heuristic. Dengan arahan dan

tuntunan dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang menuju ke konsep

memungkinkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Selain itu, dengan heuristic dari guru tersebut akan meningkatkan respon

positif siswa seperti rasa percaya diri, fleksibiltas dalam mengeksplorasi ide-

ide, mencari kebenaran, sistematis, dan analitis yang semuanya itu disebut

disposisi pemecahan masalah matematika.

LKPD dalam penelitian ini menggunakan tahap-tahap model pembelajaran

LAPS-Heuristic. Dalam penyajiannya, masalah yang akan dibahas diberikan

prosedur pemecahan yang sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran

LAPS – Heuristic. Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah mengajak

siswa untuk memahami masalah, merencanakan solusi pemecahan masalah,

menyelesaikan masalah, dan diakhiri dengan kegiatan looking back. Adanya

langkah-langkah tersebut diharapkan dapat memfasilitasi kemampuan

pemecahan masalah siswa. Selain itu, variasi kompleksitas masalah serta

upaya pemberian kesempatan dan kepercayaan kepada siswa dan hanya

memberikan arahan atau tuntunan saja akan meningkatkan respon positif

berupa disposisi pemecahan masalah matematika siswa. Dengan kata lain,

LKPD yang dikembangkan dapat memfasilitas disposisi pemecahan masalah

matematika baik siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, maupun

rendah.

Page 79: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

62

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Peneltian

Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R & D) atau dapat

dikatakan sebagai penelitian pengembangan. Produk yang dikembangkan

adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan model LAPS -Heuristic

pada materi lingkaran kelas VIII yang bertujuan untuk memfasilitasi

peningkatan disposisi dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian pengembangan LKPD dengan menggunakan model

LAPS-Heuristic pada materi lingkaran ini adalah siswa SMP 11 Maret

Sumberagung Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran

(TP) 2016/2017. Kelas VIII.A dan kelas VIII.B. Kelas VIII.A sebagai kelas

pra-uji coba dan VIII.B sebagai kelas uji coba terbatas. Peneliti melibatkan

seluruh siswa kelas VIII.B yang berjumlah 32 siswa untuk melihat aspek

kemampuan pemecahan masalah matematika. Untuk melihat aspek disposisi

pemecahan masalah matematika, peneliti melibatkan 10 siswa yang dipilih

melalui teknik purposive sampling. 10 siswa tersebut merupakan 2 kelompok

dan terdiri dari 3 ketegori yaitu 4 siswa memiliki kemampuan tinggi, 3 siswa

memiliki kemampuan sedang, dan 3 siswa memiliki kemampuan rendah.

Page 80: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

63

C. Prosedur Pengembangan LKPD

1. Analisis Kebutuhan

Studi literatur digunakan untuk mengkaji teori yang berkaitan dengan

penggunaan perangkat lembar kerja peserta didik yang meliputi : teori

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), model Logan Avenue Problem

Solving (LAPS) – Heuristic, kemampuan pemecahan masalah, disposisi

matematika, disposisi pemecahan masalah matematika, dan konsep materi

lingkaran pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII

semester genap. Teori – teori yang relevan inilah yang akan dijadikan

pedoman dan pendukung peneliti dalam mengembangkan Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD).

Studi lapangan dilakukan dalam 2 tahap yaitu studi lapangan pertama dan

studi lapangan kedua. Studi lapangan pertama dilakukan untuk

mengetahui masalah yang dihadapi oleh sekolah tersebut khususnya pada

pembelajaran matematika di kelas. Studi lapangan dilakukan dengan cara

interview, observasi awal, analisis hasil kerja siswa, dan analisis sumber

belajar yang selama ini digunakan. Studi lapangan ke-dua dilakukan

untuk mengetahui apakah selama ini guru dan siswa telah menggunakan

LKPD dengan model berbasis masalah dalam hal ini adalah model Logan

Avenue Problem Solving (LAPS) – Heuristic dalam pembelajaran

matematika. Selain itu, studi lapangan dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dikembang-

kan dalam memfasilitasi disposisi dan pemecahan masalah matematika

siswa.

Page 81: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

64

2. Pengembangan LKPD

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

menurut Borg dan Gall. Dalam alur pengembangannya, Borg dan Gall

dalam Sukmadinata (2008) mengemukakan bahwa ada 10 langkah

pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan, yaitu:

a. Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan data (Research

and information collecting),

b. Melakukan perencanaan (Planning),

c. Mengembangkan jenis/bentuk produk awal atau draf produk (Develop

preliminary form of product),

d. Melakukan uji coba tahap awal (Preliminary field testing).,

e. Melakukan revisi terhadap produk utama (Main product revision),

f. Melakukan uji coba lapangan (Main field testing),

g. Melakukan revisi produk operasional (Operasional product revision).

h. Melakukan uji lapangan operasional (Operasional field testing),

i. elakukan revisi terhadap produk akhir (Final product revision),

j. Melakukan desiminasi dan implementasi produk (Dissemination and

implementation).

Akan tetapi, penelitian ini hanya akan dilakukan sampai pada langkah ke

7 (tujuh). Hal ini disebabkan karena keterbatan waktu, tenaga dan biaya

yang dimiliki oleh peneliti peneliti. Langkah-langkah yang akan dilakukan

oleh peneliti dalam mengembangkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

terlihat pada gambar alur pengembangan berikut ini.

Page 82: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

65

Tahap Studi Pendahuluan

Tahap Studi Pengembangan

Gambar 3.1 Alur Pengembangan LKPD

Dari bagan 3.1 terlihat bahwa secara garis besar peneliti hanya melakukan

2 (dua) tahap studi saja yaitu tahap studi pendahuluan dan tahap studi

pengembangan. Tahap studi pendahuluan meliputi menemukan potensi

dan masalah serta mengumpulkan data. Sedangkan tahap studi

1. Potensi dan

Masalah Study literatur dan

pengamatan awal mengenai

kemampuan dan disposisi

pemecahan masalah

2.Perencanaan Merencanaan LKPD

yang akan

dikembangkan

3.Desain Produk Draf desain pengembangan

LKPD dengan model

pembelajaran

LAPS - Heuristic

Penyusunan LKPD, perangkat

pembelajaran, dan instrument

lainnya

4.Validasi

Desain Validasi dilanjut

pra uji coba

5.Revisi

Desain Proses perbaikan

LKPD,

perangkat, dan

instrument

lainnya

6.Uji Coba

Produk

Uji coba terbatas

7.Revisi Produk Merevisi kekurangan yang

ditemukan pada uji coba terbatas

Page 83: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

66

pengembangan meliputi desain produk, validasi dan revisi desain, uji coba

dan revisi produk. Untuk prosedur pengembangan LKPD yang akan

dilakukan oleh peneliti terlihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Prosedur Pengembangan LKPD

No Langkah Penelitian Keterangan

1 Penelitian pendahuluan

(prasurvei)

Analisis kebutuhan berdasarkan

a. Studi literatur

b. Studi lapangan

2 Perencanaan Perencanaan tentang produk

yang akan dikembangkan

berdasarkan pada studi lapangan

dan studi literatur yang telah

dilakukan.

3 Desain Produk - Penyusunan LKPD dengan model

Logan Avenue Problem Solving

(LAPS) – Heuristic

- Penyusunan Instrumen penelitian

4 Validasi Desain (Uji ahli

dan tanggapan guru)

- ahli materi

- ahli media

- ahli bahasa

5 Revisi Produk Revisi produk berdasarkan

validasi yang telah dilakukan

oleh validator:

- Ahli media

- Ahli materi

- Ahli bahasa

6 Uji Coba Produk a. Pra Uji coba terbatas di kelas

VIII.A yang belum mengikuti

materi lingkaran dan 2

pertemuan lebih awal sebelum

kelas VIII.B.

b. Uji coba terbatas produk

dilakukan pada kelas VIII.B

7 Revisi produk

operasional

Revisi (hasil penemuan uji coba

terbatas)

Page 84: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

67

D. Instrumen Penelitian

Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

LKPD dijadikan sebagai instrumen pengembangan yang paling pokok

dalam penelitian ini. LKPD yang dikembangkan adalah LKPD dengan

menggunkan model Logan Avenue Problem Solving (LAPS) – Heuristic.

2. Angket Uji Validasi oleh Ahli Media (Konstruksi dan Teknis)

Instrumen ini digunakan untuk menguji konstruksi LKPD yang

dikembangkan oleh ahli media. Lembar validasi dikembangkan dari 2

(dua) aspe yaitu aspek konstruksi dan asek teknis penyajian. Adapun kisi-

kisi instrument untuk validasi media adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi – kisi Instrumen Ahli Media

No Komponen Indikator Butir Pernyataan

1 Aspek

Konstruksi

a. Memiliki identitas,

manfat dan tujuan

yang jelas.

b. Mengacu pada buku

standar dalam

keterampilan

keterbatasan siswa

c. Menggunakan lebih

banyak ilustrasi

daripada kata-kata.

1, 2, dan 3

4 dan 5

6, 7, dan 8

2

Aspek Teknis a. Desain cover LKPD

b. Sistematika

c. Ketepatan penggunaan

tulisan, gambar dan

simbol

d. Ukuran LKPD dengan

kemenarikan tata letak

9

10

11, 12, dan 13

14 dan 15

Jumlah 15

Page 85: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

68

3. Angket Uji Validasi oleh Ahli Materi

Instrumen ini digunakan untuk menguji substansi LKPD yang dikembang-

kan. Kisi-kisi instrumen untuk validasi materi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi

No Komponen Indikator Butir

Pernyataan

1 Isi/Materi a. Kesesuaian materi dalam LKPD

dengan kompetensi Dasar (KD)

b. Kesesuaian materi dalam LKPD

dengan tujuan pembelajaran

c. Kesesuaian fakta dan data

d. Kebenaran konsep

e. Kelengkapan materi

f. Penyajian dan penjabaran materi

g. Kedalaman materi

1 dan 2

3 dan 4

5 dan 6

7 dan 8

9 dan 10

11, 12, da13

14 dan 15

Jumlah 25

4. Angket Uji Validasi oleh Ahli Bahasa

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui kelayakan bahasa yang

digunakan dalam LKPDyang dikembangkan. Adapun kisi-kisi instrument

yang digunaka untuk validas bahasa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kisi-kisi Validasi Ahli Bahasa

No Komponen Indikator Butir

Pernyataan

1 Bahasa a. Kesesuaian dengan kaidah yang

ada dalam bahasa Indonesia

b. Ketepatan bahasa (penulisan)

c. Struktur kalimat

d. Lugas dan komunikatif

e. Kesesuaian dengan tingkat

perkembangan anak

f. Keruntutan alur pikir

g. Penggunaan istilah, simbol dan

ikon.

1

2

3 dan 4

5 dan 6

7

8

9 dan 10

Jumlah 15

Page 86: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

69

5. Angket Tanggapan Guru Matematika

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan guru matematika

mengenai LKPD yang telah dikembangkan. Adapun kisi-kisi angket

tanggapan guru matematika adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kisi-kisi Validasi Tanggapan Guru Matematika

No Komponen Indikator Butir

Pernyataan

1 Syarat

Didaktik

a. Kebenaran konsep

b. Pendekatan pembelajaran

c. Keluasan konsep

d. Kedalaman materi

e. Kegiatan peserta didik

1 dan 2

3, 4, dan 5

6 dan 7

8, 9, 10, dan 11

12, 13 dan 14

2 Syarat Teknis Penampilan fisik

15, 16, dan 17

3 Syarat

Konstruksi

Kebahasaan 18, 19, dan 20

4 Syarat Lain a. Penilaian

b. Keterlaksanaan

21, 22, dan 23

24 dan 25

Jumlah 25

6. Lembar Jurnal Harian Siswa

Jurnal yang dibuat oleh peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai

disposisi kemampuan pemecahan masalah terhadap materi lingkaran yang

akan dipelajari menggunakan LKPD dengan model LAPS-Heuristic.

7. Lembar Jurnal Harian Guru

Jurnal yang digunakan oleh guru mitra untuk mencatat kejadian-kejadian

yang dianggap penting dan di luar skenario yang telah disusun dan

dijadikan pertimbangan dalam menyusun kesimpulan.

Page 87: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

70

8. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Instrumen dalam tes ini merupakan soal berbentuk uraian berjumlah 5

(lima) soal dengan skor maksimum 54. Dari soal berbentuk uraian tersebut

akan diukur tingkat kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari

indikator pemecahan masalah. Rubrik penskoran tes kemampuan

pemecahan masalah matematika terlihat pada Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Indikator yang

dinilai Repon terhadap Soal/Masalah

Skor

Komulatif

Setiap Aspek

Memahami masalah

melalui identifikasi

unsur-unsur yang

diketahui,

ditanyakan, dan

kecukupan unsur

yang diperlukan

Ada upaya untuk mengidentifikasi

unsur-unsur yang diketahui,

ditanyakan, tetapi masih salah

1

Dapat mengidentifikasi unsur-

unsur yang diketahui, ditanyakan

tetapi masih kurang lengkap.

2

Dapat mengidentifikasi unsur-

unsur yang diketahui, ditanyakan

dan dapat mengidentifikasi

kecukupan unsur yang diperlukan

dan menggunakan semua

informasi yang ada dengan tepat

3

Membuat/menyusun

strategi

penyelesaian dan

merepresentasi-kan

(symbol, gambar,

grafik, table,

diagram, model,

dll)

Strategi/representasi yang dibuat

kurang relevan dan mengarah pada

jawaban yang salah

1

Strategi yang dibuat sudah tepat,

representasi secara jelas, meng-

gambarkan situasi konteks

masalah/soal dan mengarah pada

jawaban yang benar

2

Memilih

pendekatan atau

strategi pemecahan

masalah

Memilih dan menuliskan strategi

pemecahan masalah tapi kurang

tepat dan tidak mengacu pada

pemecahan masalah.

1

Memilih dan menuliskan strategi

pemecahan masalah tapi kurang

tepat dan tidak mengacu pada

pemecahan masalah.

2

Page 88: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

71

Lanjutan

Indikator yang

dinilai Repon terhadap Soal/Masalah

Skor

Komulatif

Setiap Aspek

Menerapkan strategi

pemecahan masalah

untuk mendapatkan

solusi

Ada penyelesaian tetapi prosedur

yang ditempuh kurang tepat atau

kurang relevan.

1

Ada penyelesaian dengan

prosedur yang tepat dan relevan

tetapi masih terdapat sedikit

kekeliruan dalam perhitungan

2

Ada penyelesaian dengan

prosedur yang tepat dan relevan

dengan solusi yang lengkap dan

benar

3

Memeriksa

kebenaran solusi

dan merefleksi

Memeriksa solusi namun tidak

tuntas,

1

Memeriksa solusi dan merefleksi-

kannya

2

9. Lembar Pengamatan Disposisi Pemecahan Masalah

Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati disposisi siswa dalam

memecahkan masalah matematika. Lembar pengamatan diisi oleh guru

matematika (guru mitra) dengan memberikan tanda check list ( ) pada 6

aspek disposisi dengan penjabaran sebagai berikut:

Tabel 3.7 Aspek Disposisi Pemecahan Masalah Matematika

No. Indikator Disposisi Kegiatan yang Nampak

1 Pencarian kebenaran

(sikap untuk selalu

mendapatkan

kebenaran)

f. Mencoba merumuskan masalah yang

ada ke dalam dunia matematika atau

menyusun model matematika sebagai

usaha untuk memecahkan masalah.

g. Mampu bersikap jujur terhadap

pendekatan atau strategi pemecahan

masalah orang lain yang berbeda dan

dia anggap kurang tepat.

Page 89: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

72

Lanjutan

No. Indikator

Disposisi Kegiatan yang Nampak

h. Bersedia merevisi strategi pemecahan

masalah sendiri yang salah dan mau

menerapkan strategi lain setelah

direfleksikan secara jujur oleh orang lain.

i. Bersikap adil dalam menanggapi

perbedaan pendekatan atau strategi

pemecahan masalah.

j. Selalu berusaha untuk memberikan serta

mendapatkan informasi yang benar

mengenai pemecahan masalah.

2 Berpikiran

terbuka (sikap

untuk bersedia

mendengar atau

menerima

pendapat orang

lain)

e. Berusaha memahami pendapat orang lain.

f. Fleksibel dalam mempertimbangkan

pendapat orang lain.

g. Bersedia menggunakan atau merevisi

strategi pemecahan masalah jika alasan

atau bukti sudah kuat.

h. Peka terhadap perasaan, tingkat penge-

tahuan, dan kesulitan orang lain.

3

Sistematis (sikap

rajin dan tekun

dalam berpikir)

f. Tekun dalam mengidentifikasi unsur-unsur

dan syarat kecukupan dalam memecahkan

masalah.

g. Rajin dalam mencari informasi atau alasan

yang relevan sebagai penunjang

pemecahan masalah.

h. Tertib dalam bekerja yaitu sistematis

dalam merumuskan dan menerapkan

strategi pemecahan masalah.

i. Jelas dalam menginterpretasikan hasil

sesuai permasalahan asal.

j. Mampu memeriksa kebenaran pemecahan

masalah dengan tertib.

4 Analitis (sikap

untuk tetap fokus

pada masalah

yang dihadapi

serta berupaya

mencari alasan-

alasan yang

bersesuaian)

e. Ketekunan dalam berpikir merumuskan

serta menerapkan strategi pemecahan

masalah meskipun mengalami kesulitan.

f. Mencari pernyataan yang jelas dari suatu

kesimpulan

g. Mencari alasan-alasan yang sesuai sebagai

penguat langkah-langkahnya.

h. Memilih dan menggunakan kriteria

pemecahan masalah yng diyakini dengan

alasan yang tepat.

Page 90: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

73

Lanjutan

No. Indikator

Disposisi Kegiatan yang Nampak

5 Kepercayaan diri

dalam berpikir

memecahkan

masalah

d. Menggunakan sumber-sumber yang dapat

dipercaya dalam memecahkan masalah.

e. Percaya diri pada proses pemecahan

masalah yang diyakini benar.

f. Percaya diri untuk meyakini pada

penalaran dan argumen serta pemecahan

masalah yang dilakukan oleh orang lain.

6 Rasa ingin tahu

(sikap yang

menunjukkan

rasa ingin tahu

terhadap sesuatu

atau isu yang

berkembang)

c. Mau mencoba menggunakan hasil

pemikiran orang lain dalam memecahkan

masalah.

d. Menunjukkan rasa ingin tahu terhadap

sesuatu atau isu yang berkembang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik-teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti dan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika

untuk mengetahui masalah dan kebutuhan di sekolah tempat penelitian.

2. Observasi (pengamatan)

Peneliti melakukan observasi dengan melalui 2 tahap. Tahap pertama

adalah observasi yang dilakukan pada tahap analisis pendahuluan yang

dilakukan sebelum merancang produk yang akan dikembangkan.

Observasi tahap 2 dilakukan selama proses penelitian di kelas

menggunakan produk yang dikembangkan. Peneliti melakukan observasi

dari pertemuan 1 sampai pertemuan ke 6 dengan dibantu guru mitra.

Page 91: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

74

3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh melalui dokumentasi

adalah foto dan karya-karya monumental dari sumber data yang dapat

memberikan informasi dalam proses penelitian.

4. Tes

Dalam penelitian ini dilakukan uji kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa. Tes dilakukan di akhir pertemuan yaitu pertemuan ke -7

(tujuh) atau setelah semua rencana pembelajaran serta materi telah

tersampaikan. Soal atau masalah yang diujikan terdiri dari 5 masalah yang

dapat mewakili semua kompetensi dan indikator yang disampaikan.

F. Teknik Analisis Data

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan bahwa penelitian

ini melihat sejauh mana LKPD yang telah dikembangkan dapat memfasilitasi

disposisi dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Maka dari

itu, teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dari data berupa

lembar observasi dan dokumentasi (foto). Adapun tahapan analisis deskriptif

dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Reduksi data

Reduksi data adalah analisis data dengan cara merangkum, memilih hal

yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting dan diteliti, mencari

tema dan polanya, mengkode, menyusun data dengan sistematis dengan

maksud untuk membuang data yang tidak relevan. Data yang tidak

relevan tidak digunakan dalam proses pembahasan dalam penelitian ini.

Page 92: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

75

b. Penyajian data

Penyajian data merupakan proses untuk mendeskripsikan sekumpulan

informasi tersusun yang memberikan gambaran keseluruhan sebagai

bahan untuk penarikan kesimpulan. Penyajian data akan memudahkan

untuk menyusun ke dalam urutan sehingga strukturnya dapat dipahami.

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan

hubungan antar kategori, diagram, dan sejenisnya. Dalam penelitian ini

akan digunakan penyajian data dalam bentuk uraian singkat, tabel dan

hubungan antar kategori.

c. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Kegiatan yang dilakukan dengan cara menyimpulkan data yang telah

disajikan sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan

penelitian. Proses penyimpulan dilakukan dengan cara membandingkan

hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi.

Untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, sebelum

instrumen digunakan terlebih dahulu akan diuji apakah butir soal telah

memenuhi kualifikasi soal yang layak untuk digunakan. Adapaun kriteria

instrumen yang harus dipenuhi agar menjadi soal menjadi soal tes yang baik

dan layak diantaranya sebagai berikut:

a. Validitas (validity)

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas isi adalah validitas yang ditinjau dari isi tes itu sendiri sebagai

alat ukur belajar siswa. Validitas isi dimaksudkan agar isi dari instrumen

soal dapat mewakili secara representative terhadap keseluruhan materi.

Page 93: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

76

b. Reliabilitas (reliability)

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegkan atau

ketetapan tes yang digunakan. Tes dikatakan reliable jika soal tersebut

memberikan hasil yang relative sama (konsisten) walaupun soal tersebut

diberikan pada subjek, waktu dan tempat yang berbeda. Dalam penelitian

ini untuk menghitung reliabilitas tes didasarkan pada pendapat Sudijono

(2011: 207) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes

dapat digunakan rumus alpha .

(

) (

)

Keterangan:

= koefisien reliabilitas tes

n = banyaknya butir soal

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item

= varians total

dengan:

(

) (

∑ )

Keterangan :

= varians total

= banyaknya data

∑ = jumlah semua data

∑ = jumlah kuadrat semua data

Berdasarkan pendapat Sudijono, harga 11r tersebut memenuhi kriteria

reliabilitas yang baik jika koefisien reliabilitasnya antara 0,70 s.d 0,90.

Oleh karena itu, instrumen tes kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang akan digunakan harus memenuhi kriteria tersebut.

Page 94: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

136

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:

1. Pembelajaran matematika materi lingkaran menggunakan lembar kerja

peserta didik (LKPD) dengan model LAPS-Heuristic dapat memfasilitasi

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui kegiatan

latihan memecahkan masalah dari masalah-masalah yang ada pada LKPD.

Siswa mampu memahami masalah melalui kegiatan identifikasi unsur-

unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan;

membuat atau menyusun strategi pemecahan dan mempresentasikan

dalam bentuk model dan gambar; memilih dan menerapkan strategi

pemecahan masalah; dan memeriksa kebenaran solusi pemecahan

masalah dan merefleksikannya.

2. Pembelajaran matematika materi lingkaran menggunakan LKPD dengan

model LAPS-Heuristic kurang dapat memfasilitasi disposisi pemecahan

masalah matematika siswa. LKPD dengan model LAPS-Heuristic dapat

mengaktifkan siswa selam proses pembelajaran, akan tetapi keaktifan

tersebut bukan merupakan indikator disposisi pemecahan masalah

matematika. Hal ini terlihat dari munculnya indikator-indikator disposisi

pemecahan masalah matematika hanya dari sebagian siswa saja selama

Page 95: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

137

proses pembelajaran. Dari beberapa siswa yang diamati munculnya

indikator disposisi tersebut berbeda-beda yang dipengaruhi oleh tingkat

indikator yang dimiliki oleh masalah pada LKPD dan tingkat kemampuan

yang dimiliki oleh siswa. Adapun perbedaan munculnya indikator

disposisi pemecahan masalah matematika tersebut dapat dijabarkan

sebagai berikut:

a. Untuk siswa dengan kemampuan kognitif rendah indikator disposisi

pemecahan masalah matematika dapat dikatakan tidak muncul. Dalam

memecahkan masalah pada LKPD siswa yang berkemampuan rendah

hanya dapat menunjukkan keaktifannya pada masalah-masalah

dengan indikator memahami dan menerapkan strategi pemecahan

masalah saja walaupun keaktifan yang terlihat bukan merupakan

disposisi pemecahan masalah matematika. Akan tetapi, pada masalah

yang memiliki indikator pemecahan masalah berupa merumuskan dan

menyusun strategi pemecahan masalah, serta memeriksa kebenaran

solusi dan merefleksikan solusi pemecahan masalah, siswa dengan

kemampuan kognitif rendah tidak menunjukkan keaktifannya.

b. Untuk siswa dengan kemampuan kognitif sedang dapat menunjukkan

indikator disposisi pemecahan masalah matematika berupa pencarian

kebenaran, berpikir terbuka, sistematis, analitis, dan rasa ingin tahu.

Dan tidak menunjukkan indikator analitis pada masalah-masalah yang

memiliki indikator pemecahan masalah berupa menyusun dan

menerapkan strategi pemecahan masalah matematika. Indikator

percaya diri dalam memecahkan masalah pun muncul dari mereka

Page 96: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

138

setelah menerima informasi yang diperoleh dari guru atau dari hasil

diskusi kelompoknya.

c. Untuk siswa dengan kemampuan kognitif tinggi dapat memunculkan

indikator disposisi pemecahan masalah matematika seperti pencarian

kebenaran, berpikir terbuka, sistematis, analitis, kepercayaan diri, dan

rasa ingin tahu pada masalah yang memiliki indikator pemecahan

masalah yang lengkap. Meskipun terdapat kesulitan dalam proses

pemecahan masalah terutama pada proses merumuskan, memilih, dan

menerapkan strategi pemecahan masalah, heuristic berupa pertanyaan

pancingan yang diberikan guru dapat membantu mereka pada proses

pemecahan masalah.

d. Untuk siswa dengan kemampuan kognitif tinggi tetapi memiliki

kemampuan sosial yang rendah kurang dapat menunjukkan disposisi

pemecahan masalah matematika berupa berpikir terbuka. Hal ini

ditemukan pada S22 yang memiliki kemampuan kognitif dan rasa

percaya diri tinggi tidak fleksibel dan sulit untuk memahami pendapat

orang lain dan tidak peka terhadap tingkat perasaan, pengetahuan, dan

kesulitan yang dihadapi orang lain.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, penulis mengemukakan saran-

saran sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa perlu lebih

diperhatikan oleh guru. Maka dari itu, pada pembelajaran matematika di

kelas siswa perlu dilatih memecahkan masalah. Berdasarkan observasi

Page 97: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

139

yang telah dilakukan selama penelitian, siswa menunjukkan indikator

pemecahan masalah matematika dengan baik. Untuk itu, disarankan

kepada guru agar dapat menggunakan model-model pembelajaran

berbasis masalah atau dapat memanfaatkan LKPD dengan model LAPS-

Heuristic khususnya materi lingkaran sebagai penunjang untuk

memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Masalah-masalah yang dihadirkan pada pembelajaran berbasis masalah

hendaknya merupakan masalah yang dapat menggali kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa. Maka dari itu, untuk peneliti

selanjutnya yang akan mengembangkan produk yang serupa hendaknya

memilih masalah-masalah yang tepat agar kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa dapat terfasilitasi dengan baik.

3. Sebaiknya dalam pembelajaran matematika guru lebih memperhatikan

disposisi pemecahan masalah matematika siswa yang muncul dalam

kegiatan pembelajaran agar hasil yang diinginkan dapat tercapai dengan

baik. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama penelitian,

disposisi pemecahan masalah matematika muncul pada tingkat yang

berbeda-beda berdasarkan pada kompleksitas masalah yaitu indikator

pemecahan masalah yang dimiliki oleh masalah, dan tingkat kemampuan

kognitif yang dimiliki masalah. Maka dari itu, dalam memberikan

masalah kepada siswa guru hendaknya mempertimbangkan kehomogenan

kemampuan siswa agar keaktifan siswa dapat terlihat pada seluruh siswa

dan pembelajaran yang dilakukan dapat memfasilitasi disposisi

pemecahan masalah matematika seluruh tingkat kemampuan siswa.

Page 98: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

140

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, S. 2015. Logan Avenue Problem Solving (LAPS) - Heuristik. [Online]

(http://shaoran1401.blogspot.co.id/2012/03/laps-heuristik.html). Diakses 18

Oktober 2016.

Anas Sudijono. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).

Jakarta : Rineka Cipta.

Beigie, D. 2008. Integrating content to create problem-solving opportunities.

Mathematics Teaching in the Middle School. 13(6): 352-360.

Beyers, J. 2011. Development and evaluation of an instrument to assess

prospective teachers’ dispositions with respect to mathematics.

International Journal of Business and Social Science. 2(16): 19 - 32.

Bondan, D. 2009. Kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa calon

guru matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan

Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Connie. 2006. Approaches to evaluate critical thinking dispositions. APERA

Conference 2006. National Institute of Education Singapore: Nanyang

Technological University. [Online]. (http://up.shamsipour-

ac.ir/uploads/files/1391/mehr/1237266257- Approaches-to-evaluate-critical-

thinking-dispositions.pdf. Diakses 27 Juli 2017.

Costa, A. L. 2000 Describing the habits of mind, in: A. L. Costa & B. Kallick

(Eds) Habits of mind: discovering and exploring (Association for

Supervision and Curriculum Development). 21–40.

Darmojo, H. dan Jeny, R.E. Kaligis. 1993. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Page 99: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

141

De Corte, E. Verschaffel. 2004. The CLIA-model: a framework for designing

powerful leaming environments for thinking and problem solving.

European journal of psychology of education. 20(4): 365-384

Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22/2006: Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.

Dina. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Analitis Siswa SMA. Bandung: UPI.

[Online] (http://repository.upi.edu.) Diakses 27 Juli 2017.

Fadlilah, S. 2009. Kemampuan pemecahan masalah matematis dalam

pembelajaran matematika. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,

Pendidikan dan Penerapan MIPA. Fakultas MIPA UNY

Fajrida,Y. 2015. Media Pembelajaran. [Online] (http://yafajridabiologiuir.

blogspot.co.id/2015/11/normal-0-false-falsefalse-in-x-none-x.html).

Diakses 9 Nopember 2016.

Fladagan, F. 1993. A pedagogy for teacher education: cultivating the disposition

to think. Curriculum Studies. 1(2): 178 – 193.

Goldin, G.A. 2000. Affective pathways and representation in mathematical

problem solving. Mathematical Thinking and Learning. 2 (3): 209 – 119.

Gunawan, R.P. 2013. Berbagi Ilmu Itu Indah. Model Pembelajaran LAPS-

Heuristic. [Online] (http: // proposal matematika 23. blogspot.co.id/2013/

05/model-pembelajaran-laps-heuristic.html. Diakses 4 Desember 2016.

Hendrawati, S. 2012. Berpikir Sistematik Matematika. Bandung: Tarsito.

Herlina, E. 2013. Meningkatkan disposisi berpikir kreatif matematis melalui

pendekatan apos. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Matematika

STKIP Siliwangi Bandung. 2(2): 169 – 182.

Hidayat, T, Kaniawati, I.Suwarma,I.R, Setiabudhi, A, Suhendra. (Editor). 2013.

Teori Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam

Konteks Indonesia. FPMIPA UPI. Hal 249 – 280.

Irwantoro, N., Suryana, Y. 2016. Kompetensi Pedagogik untuk Peningkatan dan

Penilaian Kinerja Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum Nasional.

Surabaya: Genta Group Production.

Kilpatrick, J. Swafford, J. Findell, D. (Eds). 2001. Adding It Up: Helping

Children Learn Mathematics. Washington : National Academy Press.

Page 100: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

142

Kirkley, J. 2003. Principles for Teaching Problem Solving. [Online] (http://

www.plato.com/downloads/papers/paper04.pdf). Retrieved 3 November,

2016

Lauster, Peter. 2002. Tes Kepribadian (Alih Bahasa: D.H Gulo). Edisi Bahasa

Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Leong, Y.H. Yap, S.F. Quek, K.S. Tay, E.G. Tong, C.L. 2013. Encouraging

problem-solving disposition in a Singapore classroom. International

Journal of Mathematical Education in Science and Technology. 44(8):

1257 – 1273.

Mahmudi, Ali. 2010. Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis dan Disposisi Matematis. Tesis. Yogyakarta: UNY.

Mann, E.L. 2005. Mathematical Creativity and School Mathematics: Indicators

of Mathematical Creativity in Middle School Students. Connecticut:

University of Connecticut.

Maulana. 2013. Mengukur dan mengembangkan disposisi berpikir kritis dan

kreatif guru dan calon guru sekolah dasar. Jurnal Mimbar Pendidikan

Dasar. Vol. 4. No. 2. September 2013. Bandung: UPI

Maxwell, K. 2001. Positive Learning Dispositions in Mathematics. [Online]

(https://researchspace.auckland.ac.nz/handle/2292/25106). Retrieved 9

November, 2016

Mcbride, R.E. & Xiang, P. 2002. Dispositions toward critical thinking: the

preservice teacher’s perspective. Teacher and Teaching: Theory and

Practice. 8(1): 28 - 40

Mukhtar. 2010. Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif. Jakarta : GP Press Group

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston: Virginia

Ngalimun, dkk. 2015. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin : Aswaja

OECD .2010. PISA 2012 Mathematical Framework. Paris: OECD.

. 2013. PISA 2012 Results in Focus What 15-Year-Olds Know and What

They Can Do with What They Know. [Online] (http://www.oecd.org/ pisa/

keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf). Retrieved 10 October, 2016

.2016. PISA 2015 Result in Fokus. [Online] (https://www.oecd.org/pisa/

pisa-2015-results-in-focus.pdf). Retrieved 10 October, 2016

Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif . Yogyakarta :

Diva Press.

Page 101: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

143

Prestasi, Tim. 2013. Pendamping Materi Kurikulum 2013. Klaten : Prestasi

Agung Pratama

Priansa, D.J. 2015. Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran.

Bandung: Alfa Beta.

Rasben, Gede, dkk. 2001. Pengaruh model pembelajaran LAPS-Heuristic terhadap

hasil belajar ditinjau dari kreativitas siswa. Jurnal Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 4. Tahun 2014.

Ridha, M.R 2014. Penerapan Model Pembelajaran Logan Avenue Problem

Solving (LAPS)-Heuristic dengan Pendekatan Open-ended dalam Upaya

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penalaran

Matematis Siwa. Tesis. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ritchhart. 2000. Intelegence in the wild: a dispositional view of intellectual traits.

Educational Psychology Review. 12(3): 269 – 293.

Royster, D.C. Harris, M.K. Schoeps, N. 1999. Dispositions of college

mathematies students. International Journal of Mathematical Education in

Science and Technology. 30(3): 317 – 333.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Shoimin, A. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sian, T. Ingh, P. Tau, H. Liew, K. 2013. Heuristic Approach Experience in

Solving Mathematical Problems. [Online] (http://www.interesjournals.

org/ER). Retrieved 2 December, 2016

Siswono, Tatang, Y. E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis

Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press.

Siswoyo, D. dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta;

Rineka Cipta.

Stacey, K. 2010. The view of mathematical literacy in Indonesia. Journal on

Mathematics Education (IndoMS-JME). 2(2): 95 - 126.

Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Page 102: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

144

Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: UPI.

Sukirman. 2014. Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sukmadinata, S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sumarmo, U. 2010. Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran

MIPA dalam Konteks Bahasa Indonesia: Evaluasi dalam Pembelajaran

Matematika. Bandung: FMIPA UPI.

. 2012. Proses Berpikikir Matematik : Apa dan Mengapa Dikembangkan.

Bahan Belajar Mata kuliah Proses Berpikir Matematik Program Studi

Pendidikan Matematika. Pascasarjana. STKIP Siliwangi.

. 2013. Evaluasi dalam pembelajaran matematika. Jurnal Ilmiah Program

Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2. [Online] (file:///

C:/Users/Asus/Downloads/35-67-1-SM.pdf). Retrieved 10 October, 2016.

Syaban. 2009. Menumbuhkembangkan daya dan disposisi matematis siswa

sekolah menengah atas melalui pembelajaran investigasi. Educationist.

3(2): 129 – 136.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta : Prestasi Pustaka.

. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif–Progresif. Jakarta:

Kencana Perdana Mitra Group.

Uno, H. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta; Bumi Aksara.

Upu. H. 2003. Problem Posing dan Problem Solving Dalam Pembelajaran

Matematika. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Wardani, S. 2008. Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Disposisi

Matematika Siswa SMA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Model

Sylver. [Online] (http://www.matedu.cinvestav.mx/ adalira.pdf.). Diakses

4 Oktober 2016.

Yunarti, T. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan Disposisi

Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA. Disertasi. Bandung: UPI

Widjajanti, B.D. 2008. Mengembangkan kecakapan matematis mahasiswa calon

guru matematika melalui strategi perkuliahan kolaboratif berbasis masalah.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan

MIPA. Fakultas MIPA UNY. 14 Mei 2011. Hal. 151 – 158.

Page 103: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, S. 2015. Logan Avenue Problem Solving (LAPS) - Heuristik. [Online](http://shaoran1401.blogspot.co.id/2012/03/laps-heuristik.html). Diakses 18Oktober 2016.

Anas Sudijono. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.

2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).Jakarta : Rineka Cipta.

Beigie, D. 2008. Integrating content to create problem-solving opportunities.Mathematics Teaching in the Middle School. 13(6): 352-360.

Beyers, J. 2011. Development and evaluation of an instrument to assessprospective teachers’ dispositions with respect to mathematics.International Journal of Business and Social Science. 2(16): 19 - 32.

Bondan, D. 2009. Kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa calonguru matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan PendidikanMatematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Connie. 2006. Approaches to evaluate critical thinking dispositions. APERAConference 2006. National Institute of Education Singapore: NanyangTechnological University. [Online]. (http://up.shamsipour-ac.ir/uploads/files/1391/mehr/1237266257- Approaches-to-evaluate-critical-thinking-dispositions.pdf. Diakses 27 Juli 2017.

Costa, A. L. 2000 Describing the habits of mind, in: A. L. Costa & B. Kallick(Eds) Habits of mind: discovering and exploring (Association forSupervision and Curriculum Development). 21–40.

Darmojo, H. dan Jeny, R.E. Kaligis. 1993. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Page 104: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

141

De Corte, E. Verschaffel. 2004. The CLIA-model: a framework for designingpowerful leaming environments for thinking and problem solving.European journal of psychology of education. 20(4): 365-384

Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22/2006: Standar Isi untuk SatuanPendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.

Dina. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untukMeningkatkan Keterampilan Berpikir Analitis Siswa SMA. Bandung: UPI.[Online] (http://repository.upi.edu.) Diakses 27 Juli 2017.

Fadlilah, S. 2009. Kemampuan pemecahan masalah matematis dalampembelajaran matematika. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,Pendidikan dan Penerapan MIPA. Fakultas MIPA UNY

Fajrida,Y. 2015. Media Pembelajaran. [Online] (http://yafajridabiologiuir.blogspot.co.id/2015/11/normal-0-false-falsefalse-in-x-none-x.html).Diakses 9 Nopember 2016.

Fladagan, F. 1993. A pedagogy for teacher education: cultivating the dispositionto think. Curriculum Studies. 1(2): 178 – 193.

Goldin, G.A. 2000. Affective pathways and representation in mathematicalproblem solving. Mathematical Thinking and Learning. 2 (3): 209 – 119.

Gunawan, R.P. 2013. Berbagi Ilmu Itu Indah. Model Pembelajaran LAPS-Heuristic. [Online] (http: // proposal matematika 23. blogspot.co.id/2013/05/model-pembelajaran-laps-heuristic.html. Diakses 4 Desember 2016.

Hendrawati, S. 2012. Berpikir Sistematik Matematika. Bandung: Tarsito.

Herlina, E. 2013. Meningkatkan disposisi berpikir kreatif matematis melaluipendekatan apos. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan MatematikaSTKIP Siliwangi Bandung. 2(2): 169 – 182.

Hidayat, T, Kaniawati, I.Suwarma,I.R, Setiabudhi, A, Suhendra. (Editor). 2013.Teori Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalamKonteks Indonesia. FPMIPA UPI. Hal 249 – 280.

Irwantoro, N., Suryana, Y. 2016. Kompetensi Pedagogik untuk Peningkatan danPenilaian Kinerja Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum Nasional.Surabaya: Genta Group Production.

Kilpatrick, J. Swafford, J. Findell, D. (Eds). 2001. Adding It Up: HelpingChildren Learn Mathematics. Washington : National Academy Press.

Page 105: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

142

Kirkley, J. 2003. Principles for Teaching Problem Solving. [Online] (http://www.plato.com/downloads/papers/paper04.pdf). Retrieved 3 November,2016

Lauster, Peter. 2002. Tes Kepribadian (Alih Bahasa: D.H Gulo). Edisi BahasaIndonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Leong, Y.H. Yap, S.F. Quek, K.S. Tay, E.G. Tong, C.L. 2013. Encouragingproblem-solving disposition in a Singapore classroom. InternationalJournal of Mathematical Education in Science and Technology. 44(8):1257 – 1273.

Mahmudi, Ali. 2010. Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan MasalahMatematis dan Disposisi Matematis. Tesis. Yogyakarta: UNY.

Mann, E.L. 2005. Mathematical Creativity and School Mathematics: Indicatorsof Mathematical Creativity in Middle School Students. Connecticut:University of Connecticut.

Maulana. 2013. Mengukur dan mengembangkan disposisi berpikir kritis dankreatif guru dan calon guru sekolah dasar. Jurnal Mimbar PendidikanDasar. Vol. 4. No. 2. September 2013. Bandung: UPI

Maxwell, K. 2001. Positive Learning Dispositions in Mathematics. [Online](https://researchspace.auckland.ac.nz/handle/2292/25106). Retrieved 9November, 2016

Mcbride, R.E. & Xiang, P. 2002. Dispositions toward critical thinking: thepreservice teacher’s perspective. Teacher and Teaching: Theory andPractice. 8(1): 28 - 40

Mukhtar. 2010. Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif. Jakarta : GP Press Group

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston: Virginia

Ngalimun, dkk. 2015. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin : Aswaja

OECD .2010. PISA 2012 Mathematical Framework. Paris: OECD.

. 2013. PISA 2012 Results in Focus What 15-Year-Olds Know and WhatThey Can Do with What They Know. [Online] (http://www.oecd.org/ pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf). Retrieved 10 October, 2016

.2016. PISA 2015 Result in Fokus. [Online] (https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf). Retrieved 10 October, 2016

Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif . Yogyakarta :Diva Press.

Page 106: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

143

Prestasi, Tim. 2013. Pendamping Materi Kurikulum 2013. Klaten : PrestasiAgung Pratama

Priansa, D.J. 2015. Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran.Bandung: Alfa Beta.

Rasben, Gede, dkk. 2001. Pengaruh model pembelajaran LAPS-Heuristic terhadaphasil belajar ditinjau dari kreativitas siswa. Jurnal Program PascasarjanaUniversitas Pendidikan Ganesha. Vol. 4. Tahun 2014.

Ridha, M.R 2014. Penerapan Model Pembelajaran Logan Avenue ProblemSolving (LAPS)-Heuristic dengan Pendekatan Open-ended dalam UpayaMeningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan PenalaranMatematis Siwa. Tesis. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ritchhart. 2000. Intelegence in the wild: a dispositional view of intellectual traits.Educational Psychology Review. 12(3): 269 – 293.

Royster, D.C. Harris, M.K. Schoeps, N. 1999. Dispositions of collegemathematies students. International Journal of Mathematical Education inScience and Technology. 30(3): 317 – 333.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan ProfesionalismeGuru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Shoimin, A. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sian, T. Ingh, P. Tau, H. Liew, K. 2013. Heuristic Approach Experience inSolving Mathematical Problems. [Online] (http://www.interesjournals.org/ER). Retrieved 2 December, 2016

Siswono, Tatang, Y. E. 2008. Model Pembelajaran Matematika BerbasisPengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan KemampuanBerpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press.

Siswoyo, D. dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta;Rineka Cipta.

Stacey, K. 2010. The view of mathematical literacy in Indonesia. Journal onMathematics Education (IndoMS-JME). 2(2): 95 - 126.

Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.

Page 107: PENGEMBANGAN LKPD DENGAN MODEL LAPS ...digilib.unila.ac.id/29467/16/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfDesain penelitian ini menggunakan model pengembangan Borl and Gall yang dilaksankaan

144

Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: UPI.

Sukirman. 2014. Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sukmadinata, S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.

Sumarmo, U. 2010. Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan PembelajaranMIPA dalam Konteks Bahasa Indonesia: Evaluasi dalam PembelajaranMatematika. Bandung: FMIPA UPI.

. 2012. Proses Berpikikir Matematik : Apa dan Mengapa Dikembangkan.Bahan Belajar Mata kuliah Proses Berpikir Matematik Program StudiPendidikan Matematika. Pascasarjana. STKIP Siliwangi.

. 2013. Evaluasi dalam pembelajaran matematika. Jurnal Ilmiah ProgramStudi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2. [Online] (file:///C:/Users/Asus/Downloads/35-67-1-SM.pdf). Retrieved 10 October, 2016.

Syaban. 2009. Menumbuhkembangkan daya dan disposisi matematis siswasekolah menengah atas melalui pembelajaran investigasi. Educationist.3(2): 129 – 136.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta : Prestasi Pustaka.

. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif–Progresif. Jakarta:Kencana Perdana Mitra Group.

Uno, H. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta; Bumi Aksara.

Upu. H. 2003. Problem Posing dan Problem Solving Dalam PembelajaranMatematika. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Wardani, S. 2008. Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan DisposisiMatematika Siswa SMA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan ModelSylver. [Online] (http://www.matedu.cinvestav.mx/ adalira.pdf.). Diakses4 Oktober 2016.

Yunarti, T. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan DisposisiBerpikir Kritis Matematis Siswa SMA. Disertasi. Bandung: UPI

Widjajanti, B.D. 2008. Mengembangkan kecakapan matematis mahasiswa calonguru matematika melalui strategi perkuliahan kolaboratif berbasis masalah.Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan PenerapanMIPA. Fakultas MIPA UNY. 14 Mei 2011. Hal. 151 – 158.