bab iii metodologi penelitian 3.1. pendekatan dan desain...
TRANSCRIPT
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan pokok bahasan yang berkenaan dengan pendekatan
penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel penelitian,
pengembangan instrumen penelitian, prosedur penelitian, lokasi dan subjek
penelitian, teknik analisis data penelitian, serta pengembangan program intervensi.
3.1. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dalam rangka mendapatkan
data numerikal, mendeskripsikan data berupa tingkat self-efficacy pada pelajaran
matematika yang dimiliki oleh siswa kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu Alam)
SMAN 2 Bandung tahun ajaran 2014/2015, serta untuk mengukur efektivitas
konseling cognitive behavioral dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada
pelajaran matematika.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
subjek tunggal (single subject experiment). Metode tersebut hanya melibatkan
satu peserta saja, tetapi dapat juga mencakup beberapa subjek penelitian, berkisar
3 sampai 8 subjek. Setiap subjek berfungsi sebagai kontrol bagi dirinya sendiri.
Hal ini dapat dilihat dari kinerja subjek sebelum, selama, dan setelah diberi
perlakuan (Horner, 2005, hlm.166). Metode ekperimen subjek tunggal dilakukan
untuk memperoleh gambaran mengenai efektivitas intervensi yang dilaksanakan
secara sengaja dan sistematis melalui konseling cognitive behavioral dalam
meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika. Desain subjek
tunggal yang digunakan adalah desain A-B dengan skema sebagai berikut:
Gambar 3. 1
Desain Penelitian Subjek Tunggal
24
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
A : Baseline (kondisi sebelum intervensi)
B : Intervensi (kondisi saat intervensi diberikan)
Desain AB memungkinkan penelitian mengungkap dinamika perubahan,
yang meliputi peningkatan self-efficacy pada pelajaran matematika, yang dimiliki
subjek penelitian secara individual pada kondisi baseline dan pada kondisi
intervensi.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian adalah seluruh siswa kelas XI MIA (Matematika
dan Ilmu Alam) di SMA Negeri 2 Kota Bandung. Subjek penelitian dipilih
menggunakan purposive sampling. Pemilihan siswa kelas XI didasarkan kepada
pertimbangan Siswa kelas XI MIA adalah siswa yang baru saja naik kelas dan
memiliki pengalaman baru dalam pelajaran matematika tingkat SMA, dan sedang
mengalami transisi dari tingkatan pemula ke tingkatan ahli dalam matematika
SMA (Auliya, 2013). Fase inilah yang menjadi pembentuk self-efficacy pada
pelajaran matematika berdasarkan pengalaman kelas X, siswa akan menilai
kemampuan dan kepercayaannya pada pelajaran matematika di SMA.
3.3. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
definisi, yaitu (1) self-efficacy pada pelajaran matematika, sebagai dasar untuk
pengambilan sampel, pre test, dan post test; (2) konseling cognitive behavioral,
sebagai teknik yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional tersebut,
dipaparkan di bawah ini :
3.3.1. Self-efficacy pada Pelajaran Matematika
A B
O-O-O X-X-X
Baseline Intervensi
25
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Definisi self-efficacy pada pelajaran matematika dalam penelitian ini yaitu
keyakinan diri siswa untuk menyelesaikan berbagai tugas matematika, mampu
memahami konsep-konsep matematika, dan mampu memecahkan permasalahan
dalam matematika. Makna self-efficacy merujuk kepada keyakinan dan
kemampuan pada pelajaran dan tugas yang diberikan pada pelajaran matematika
(Bandura, 1977). Aspek keyakinan merupakan kepercayaan siswa untuk
memperoleh hasil yang memuaskan pada pelajaran matematika, sedangkan aspek
kemampuan merupakan perkiraan siswa akan kemampuan yang dimilikinya dan
upaya yang dilakukannya berdasarkan pengalaman keberhasilan di masa lampau.
Secara oprasional yang dimaksud self-efficacy pada pelajaran matematika
pada penelitian ini adalah skor total dari aspek aspek dan indikator sebagai
berikut:
a. Keluasan (generality)
Aspek ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap bidang atau
tugas pekerjaan yang didasari oleh pengalaman pengalaman sebelumnya
(Bandura, 1977). Aspek ini dinilai dari cara siswa menyikapi situasi dan
kondisi beragam dengan cara yang baik dan positif, dan kemampuan siswa
untuk berpedoman pada pengalaman hidup sebelumnya untuk mencapai
keberhasilan
b. Kekuatan (strength)
Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau
kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self-efficacy individu
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan
hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu (Bandura, 1977) pada
pelajaran matematika. Indikator pada aspek ini menjadi dasar dirinya
melakukan usaha yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun
dalam pelajaran matematika. Penilaian tingkat self-efficacy dalam pelajaran
matematika merujuk kepada keyakinan akan kemampuan diri untuk
menghadapi tugas matematika, meningkatkan upaya/ usaha sebaik baiknya,
dan ketekunan dalam melaksanakan tugas matematika
c. Tingkat (level)
26
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keyakikan individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam
tingkat kesulitan tugas. Individu memiliki self-efficacy yang tinggi pada tugas
yang mudah dan sederhana, atau juga pada tugas-tugas yang rumit dan
membutuhkan kompetensi yang tinggi (Bandura, 1977). Penilaian aspek ini
dilihat dari beberapa hal yaitu rasa optimis dalam mengikuti pelajaran
matematika, memiliki minat dalam matematika, dan merasa yakin dapat
menyelesaikan tugas tugas matematika.
3.3.2. Konseling Cognitive-Behavioral
Konseling cognitive-behavioral pada penelitian merujuk pada teori Beck
(1964) yaitu pendekatan konseling yang menitik beratkan pada restrukturisasi atau
pembenahan kognitif yang keliru akibat kejadian yang merugikan dirinya baik
secara fisik maupun psikis. Terapi ini akan diarahkan kepada modifikasi fungsi
berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan otak sebagai penganalisa,
pengambil keputusan, bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali. Sedangkan
pendekatan pada aspek behavioral diarahkan untuk membangun hubungan yang
baik antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan.
Kemudian individu belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh
sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu membuat
keputusan yang tepat. Hingga pada akhirnya dengan konseling cognitive
behavioral diharapkan dapat membantu siswa dalam menyelaraskan berpikir,
merasa dan bertindak.
Secara operasional yang dimaksud konseling cognitive behavioral dalam
penelitian adalah upaya memfasilitasi siswa memperbaiki kekeliruan berfikir,
serta merancang pola prilaku yang tepat dalam menghadapi pelajaran matematika,
sehingga dapat meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika, yang
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Pertama, memfasilitasi siswa untuk belajar mengenali dan mengubah
kesalahan dalam aspek kognitif.
Siswa yang memiliki self-efficacy rendah pada pelajaran matematika,
memliki pandangan negatif karena penilaian negatif pada kemampuan diri
dan pelajaran matematika berdasarkan pengalaman-pengalaman
27
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mempelajari, dan menyelesaikan tugas tugas pada pelajaran matematika.
Harapan pada tahap ini adalah siswa mampu mengenal kekeliruan berfikir
dan mengubah cara pandang melalui cara berfikir yang tepat, serta
memberikan ide untuk mengubah cara pandang serta sistem kepercayaan
siswa yang kurang tepat terhadap diri dan pelajaran matematika.
a. Kedua, mengubah hubungan yang salah antara situasi permasalahan
dengan kebiasaan mereaksi permasalahan.
Kekeliruan dalam berfikir pada siswa yang memiliki self-efficacy
rendah pada matematika menyebabkan perilaku yang menghindari
pelajaran matematika. Tahap ini membantu siswa mengidentifikasi
perilaku yang tepat untuk meningkatkan usaha dalam pelajaran
matematika, sehingga dengan cara berfikir yang baru siswa memiliki
usaha yang lebih baik dan self-efficacy-nya menjadi lebih tinggi pada
pelajaran matematika.
b. Ketiga, individu belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan
tubuh sehingga merasa lebih baik, serta berpikir lebih jelas.
Pendekatan yang dilakukan adalah behavior (berfokus kepada
tingkah laku), sebagai rangkaian dari konseling cognitive behavioral,
dengan harapan siswa dapat mereduksi perilaku yang keliru melalui
aktivitas baru yang direncanakan sebelumnya. Keberhasilan dalam
melakukan rencana perubahan perilaku dapat memunculkan kepercayaan
baru yang lebih positif akan usaha yang dapat dilakukan dalam pelajaran
matematika, sehingga muncul self-efficacy yang lebih positif pada
pelajaran matematika.
3.4. Pengembangan Instrumen Penelitian
3.4.1. Kisi-kisi Instrumen
Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah untuk
mengungkapkan self-efficacy pada matematika, berdasarkan definisi operasional
variabel penelitian serta dimensi-dimensi self-efficacy di dalamnya terkandung
indikator untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Dalam
28
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengembangannya, instrumen pengungkap self-efficacy pada matematika
berlandaskan pada dimensi-dimensi self-efficacy dari Bandura (2006, hlm. 307-
319), yaitu Guide for Constructing Self-Efficacy Scales berdasarkan tiga dimensi
magnitude /level, strength/ kekuatan dan generalizers/ generalisasi. Adapun kisi-
kisi instrumen penelitian self-efficacy pada matematika, dapat dilihat pada Tabel
3.1. sebagai berikut:
Tabel 3. 1
Kisi-Kisi Instrumen Self- Efficacy pada pelajaran Matematika
Aspek/
Dimensi Indikator
No. Item Jumlah
(+) (-)
Generality
Menyikapi situasi dan kondisi
beragam dgn cara yang baik dan
positif
1, 15, 4, 9,
10, 41 6
Berpedoman pada pengalaman
hidup sebelumnya untuk
mencapai keberhasilan
16,21,22,
27,28 5
Strength
Meyakini kemampuan diri
untuk menghadapi tugas
matematika
33,34,37
38 4
Meningkatkan upaya/ usaha
sebaik baiknya
2, 5, 8,11,
14, 17 6
Ketekunan dalam melaksanakan
tugas matematika
20, 26,
29,
23,32
5
Level
Optimis dalam mengikuti
pelajaran matematika
3, 6, 7, 13,
12 5
Memiliki minat dalam
matematika 18
19, 24,
25, 30 5
Merasa yakin dapat 31, 35, 36, 5
29
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4.2. Skoring
Instrumen yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori Guttman. Pada
skala model Guttman setiap pernyataan diurutkan secara hirarkis untuk melihat
sikap tertentu dari seseorang (Ruseffendi, 1994, hlm. 129), dalam penelitian ini
yaitu self-efficacy pada pelajaran matematika.
Pernyataan-pernyataan pada alat ukur self-efficacy pada pelajaran matematika
dikembangakan berdasarkan model forced-choice dengan alternatif respons
pernyataan subjek skala 2 (dua). Kedua alternatif respons tersebut, yaitu “Ya” dan
“Tidak”.
Perhitungan skor self-efficacy pada pelajaran matematika adalah dengan
menjumlahkan skor dari tiap-tiap pernyataan sehingga didapatkan skor total
tingkat self-efficacy pada pelajaran matematika. Secara sederhana, tiap opsi
alternatif respons mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada Tabel 3.2
berikut:
Tabel 3. 2
Pola Skor Opsi Alternatif Respon Model Forced-Choice
Pernyataan
Alternatif Respon
Ya Tidak
Favorable (+) 1 0
Unfavorable (-) 0 1
3.4.3. Penimbangan (Judgment) Instrumen.
Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh butir-butir
pernyataan dari aspek-aspek self-efficacy pada pelajaran matematika agar
instrumen layak untuk dipakai. Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga pakar
sebagai hasil kajian dari segi isi, bahasa, dan kesesuaian butir pernyataan dengan
menyelesaikan tugas tugas
matematika
39, 40
Jumlah Total Item 41
30
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
aspek-aspek yang diungkap. Ketiga penimbang tersebut adalah: (1) Dr. Anne
Hafina, M.Pd., (2) Dr. Hj. Nani M Sugandhi, M.Pd., (3) Dr. Nurhudaya, M.Pd.
Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi
sesuai dengan saran dan masukan dari penimbang.
3.4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan kepada 103 siswa SMA
Negeri 2 Bandung. Uji validitas bertujuan untuk mengkonfirmasi instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur aspek yang seharusnya diukur. Uji
reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepercayaan, keterandalan, dan
sudah baik untuk digunakan atau sebaliknya.
3.4.4.1. Uji Validitas
Pengolahan validitas instrumen ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan program Microsoft office excel 2007. Tinggi atau rendahnya validitas
instrumen menujukkan tingkat keyakinan mengenai hasil penelitian yang
dihasilkan dengan menggunakan instrumen tersebut. Signifikansi validitas
instrument self-efficacy pada pelajaran matematika ini diperoleh dengan
menggunakan rumus validitas Pearson, sebagai berikut:
Hasil uji validitas menunjukkan 33 item valid dan 8 item tidak valid.
Item-item yang tidak valid tidak dipakai pada pengumpulan data profil self-
efficacy siswa pada pelajaran matematika. Kisi kisi instrumen self –efficacy pada
pelajaran matematika setelah uji validitas disajikan dalam tabel 3.3 di bawah ini :
Tabel 3. 3
Kisi-Kisi Instrumen Self-Efficacy pada Pelajaran Matematika
Setelah Uji Validitas
Aspek/ Indikator No. Item Jumlah
31
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4.4.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen itu
bisa dipercaya. Uji reliabilitas instrumen self-efficacy pada pelajaran
matematika dilakukan dengan menggunakan rumus KR-20 (Kuder
Richardson)
Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
Dimensi (+) (-)
Generality
Menyikapi situasi dan kondisi
beragam dgn cara yang baik dan
positif
1, 4, 9, 10,
15, 41 6
Berpedoman pada pengalaman
hidup sebelumnya untuk
mencapai keberhasilan
21, 22, 27,
28 4
Strength
Meyakini kemampuan diri untuk
menghadapi tugas matematika 33, 37 2
Meningkatkan upaya/ usaha
sebaik baiknya 8, 11, 14 3
Ketekunan dalam melaksanakan
tugas matematika
20,
26,
23, 32
4
Level
Optimis dalam mengikuti
pelajaran matematika
3, 6, 7, 12,
13 5
Memiliki minat dalam
matematika
19,
24,
25, 30
4
Merasa yakin dapat
menyelesaikan tugas tugas
matematika
31,35,36,
39, 40 5
Jumlah Total Item 33
32
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
= Jumlah item yang benar
Jumlah seluruh item
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q= 1-p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara pq
n = banyak item
s = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar variansi)
Tolak ukur pengujian koefisien reliabilitas mengacu pada kriteria dari
Guilford, yang tersaji dalam Tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3. 4
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen
Hasil uji reliabilitas intrumen self-efficacy pada pelajaran matematika
menunjukkan koefisien reliabilitasnya sebesar 0.81, yang berarti instrumen ini
berada pada derajat keterandalan tinggi. Koefisien yang diperoleh menunjukkan
bahwa instrument ini bisa dipercaya dan sudah baik untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data self-efficacy siswa pada pelajaran matematika.
3.5. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini kiranya akan menempuh tiga langkah utama dimulai dari
penyusunan instrumen, hingga proses intervensi. Langkah-langkah yang akan
dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.5.1. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data
33
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penyusunan alat pengumpul data dimulai dengan menyusun instrumen Self-
Efficacy Siswa pada Pelajaran Matematika berdasarkan konstruk teori dan
indikator yang telah dikembangkan. Butir-butir pernyataan dibuat berdasarkan
teori yang mendasari dan indikator yang telah dikembangkan. Kisi-kisi instrumen
disempurnakan berdasarkan hasil judgement dari dosen penimbang dan disusun
menjadi instrumen yang siap digunakan sebagai alat pengumpul data.
3.5.2. Pelaksanaan Pre-test
Penyebaran instrumen Self-Efficacy Siswa pada Pelajaran Matematika
dilakukan di kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu Alam) SMAN 2 Bandung.
Kegiatan dilakukan sebagai tes awal (pre test) dalam rangka memperoleh data
mengenai tingkat self-efficacy siswa pada pelajaran matematika. Sampel
penelitian dipilih dari siswa yang memiliki skor rendah dan bersedia mengikuti
keseluruhan sesi konseling sebanyak tiga orang siswa.
3.5.3. Perancangan Intervensi
Rancangan intervensi konseling cognitive behavioral untuk meningkatkan
Self-Efficacy siswa pada pelajaran matematika disusun berdasarkan hasil pre-test
dan karakteristik sampel penelitian. Rancangan intervensi yang dilakukan hasil
dari validasi dengan komponen yang meliputi: rasional, berisi latar belakang
diperlukannya konseling cognitive behavioral untuk meningkatkan self-efficacy
siswa pada pelajaran matematika; tujuan intervensi; prosedur konseling cognitive
behavioral; asumsi intervensi; sasaran intervensi; sesi intervensi, yakni paparan
mengenai kegiatan setiap sesi konseling; indikator keberhasilan konseling
cogntive behavioral dalam menigkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran
matematika; dan langkah-langkah implementasi konseling cognitive behavioral
dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika.
3.6. Teknik Analisis Data
Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutan,
masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut:
1. Pertanyaan penelitian pertama mengenai analisis kebutuhan untuk
merumuskan rancangan treatment maka dibutuhkan gambaran Self-
34
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Efficacy siswa pada pelajaran matematika subjek penelitian di SMAN 2
Bandung yang diungkap menggunakan jawaban siswa dalam angket Self-
Efficacy siswa pada pelajaran matematika. Untuk mengklasifikasi tingkat
pencapaian Self-Efficacy siswa pada pelajaran Matematika digunakan
kriteria penggolan subjek ke dalam tiga kategori yang diadopsi dari Azwar
(Moma, 2014, hlm. 84). Langkah ini dilakukan untuk memberikan
kategori tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus kategorisasi yang tersaji
pada tabel berikut:
Tabel 3. 5
Klasifikasi Tingkat Pencapaian Self-Efficacy
No Skor Kategori
1 X ≥ + 1,0σ Tinggi
2 - 1,0σ ≤ + 1,0σ Sedang
3 - 1,0σ Rendah
Azwar (dalam Moma, 2014, hlm. 84)
Keterangan :
: Nilai Rata-rata
: Standar Deviasi
Setelah mendapatkan siswa yang membutuhkan bantuan konseling,
kemudian disusun rancangan program pelaksanaan intervensi melalui
konseling cognitive behavioral dalam meningkatkan self-efficacy siswa
pada pelajaran matematika.
2. Pertanyaan penelitian kedua mengenai efektivitas teknik konseling
cognitive behavioral dirumuskan ke dalam hipotesis “konseling cognitive
behavioral efektif dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran
matematika”, pengujian hipotesis dilakukan pada setiap individu yang
menjadi subjek penelitian, yakni membandingkan kondisi skor setiap
aspek self-efficacy pada baseline dan treatmen yang telah dilakukan.
3. Pertanyaan penelitian ke tiga mengenai gambaran peningkatan self-
efficacy siswa yang diberi teknik konseling cognitive behavioral dijawab
35
Sopiyah, 2014 Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan melakukan analisis terhadap data hasil penelitian. Data disajikan
melalui grafik dalam rangka melihat visualisasi dari perubahan self-
efficacy siswa pada pelajaran matematika. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Sunanto, dkk., (2006) analisis data pada penelitian eksperimen pada
umumnya menggunakan teknik statistik inferensial, sedangkan pada
penelitian subyek tunggal analisis data cukup dilakukan dengan
menggunakan statistik deskriptif yang sederhana berupa grafik.