bab iii metode penelitian a. lokasi...
TRANSCRIPT
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Laboratorium
Percontohan UPI Bandung. Terletak di jalan Senjayaguru kompleks kampus Bumi
Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Lokasi sekolah bagian
depan berseberangan dengan kampus FPIPS UPI dan di belakang terdapat sekolah
SMP, SD, dan TK Laboratorium Percontohan UPI. Adapun denah lokasi
penelitian dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber: Google Map
Gambar 3.1 Denah Lokasi Penelitian
Keterangan :
= Lokasi Penelitian
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 80). Dalam
penelitian ini, yang dijadikan populasi adalah SMA Laboratorium Percontohan
82
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
UPI Bandung Kelas XI IPS Tahun Pembelajaran 2012/2013. Adapun anggota
populasi penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Anggota Populasi Penelitian
No. Kelas Program Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 XI IPA 1 17 18 35
2 XI IPA 2 5 24 29
3 XI IPA 3 15 19 34
4 XI IPS 1 16 5 21
5 XI IPS 2 7 20 27
6 XI IPS 3 17 7 24
Jumlah 77 93 170
Dok. SMA Laboratorium UPI
Sedangkan sampel menurut Sugiyono (2012: 81) adalah “bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Namun teknik pengambilan
sampel yang digunakan peneliti adalah melalui teknik Nonprobability Sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,
2012: 84). Nonprobability Sampling yang digunakan peneliti jenis Sampling
Purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2012: 84). Hal ini dilakukan karena, peneliti mengetahui kondisi
sampel penelitian sebelumnya ketika melakukan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di tempat tersebut. Kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
kelas XI IPS 2 sebagai kelas eksperimen sebanyak 27 siswa dan XI IPS 3 sebagai
kelas kontrol sebanyak 24 siswa di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung
tahun pembelajaran 2012/2013.
83
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2 Anggota Sampel Penelitian
No. Kelas Program Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1 XI IPS 2 7 20 27
2 XI IPS 3 17 7 24
Dok. SMA Laboratorium UPI
Dikarenakan terdapat siswa nonmuslim dan siswa tidak hadir saat peneliti
melakukan penelitian, maka kelas XI IPS 2 yang berjumlah 27 siswa menjadi 23
siswa, dan kelas XI IPS 3 yang berjumlah 24 siswa menjadi 20 siswa.
C. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2012: 2) metode penelitian pada dasarnya merupakan
“cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai maka peneliti menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode Quasi Eksperimen desain Nonequivalent Control
Group Design.
1. Pendekatan Kuantitatif
Sugiyono (2012: 7) berpendapat “metode kuantitatif sebagai metode
ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis”. Metode ini juga
disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan
dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena
data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Sedangkan Syahidah (2012: 74) menyatakan pengertian pendekatan
kuantitatif adalah sebagai berikut:
Pendekatan kuantitatif adalah metode pemecahan masalah yang
terencana dan cermat, dengan desain yang terstruktur ketat, pengumpulan
data secara sistematis terkontrol, dan tertuju pada penyusunan teori yang
disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara
empiris.
Sugiyono (2012: 23) menyatakan bahwa metode kuantitatif digunakan
apabila:
84
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas
b. Peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi
c. Ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang
lain
d. Peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian
e. Peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena
yang empiris dan dapat diukur
f. Ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validasi
pengetahuan, teori dan produk tertentu.
2. Metode Eksperimen
Metode Penelitian Eksperimen menurut Sugiyono (2012: 72) dapat diartikan
sebagai “metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Sedangkan
penelitian eksperimen menurut Arikunto (2009: 207) adalah sebagai berikut;
Penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat
dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain
penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab
akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok
eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok
pembanding yang tidak menerima perlakuan.
Eksperimen atau percobaan atau pemberian perlakuan (treatment) ini
diterapkan pada kelas terkendali atau kelas eksperimen, dan kelas yang tidak
diberikan perlakuan disebut kelas pembanding atau kelas kontrol.
3. Quasi Experimental
Quasi Experimental atau quasi eksperimen ini merupakan pengembangan
dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Menurut Sugiyono (2012:
77) desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-
experimental design. Quasi experimental digunakan karena pada kenyataannya
sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
85
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Masih menurut Sugiyono (2012: 77) terdapat dua bentuk desain quasi
eksperimen, yaitu Time Series Design dan Nonequivalent Control Group Design.
Sedangkan yang digunakan peneliti adalah Nonequivalent Control Group Design.
Design ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada
design ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random.
Desain yang digunakan peneliti ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dimana kelas eksperimen diberikan treatment
(perlakuan) berupa penggunaan media audio visual selama dua kali pertemuan
sedangkan kelas kontrol tidak diberikan treatment media audio visual selama dua
kali pertemuan pula. Kemudian dalam pelaksanaannya, baik kelas eksperimen dan
kelas kontrol diberikan pretest dan posttest yang dilakukan satu kali. Pretest
dilakukan guna mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami materi tata
cara pengurusan jenazah sebelum dimulai pembelajaran, sedangkan posttest
dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan pengetahuan siswa setelah
dilakukan pembelajaran.
Pengukuran keberhasilan penerapan media audio visual ini dilakukan
dengan menghitung perbedaan nilai antara pretest dan posttest. Skema desain ini
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.2 Nonequivalent Control Group Design
Sumber: Sugiyono (2012: 79)
Keterangan : X adalah treatment atau perlakuan
O1 adalah nilai pretest kelompok eksperimen
O2 adalah nilai posttest kelompok eksperimen
O3 adalah nilai pretest kelompok kontrol
O4 adalah nilai posttest kelompok kontrol
O1 X O2
........................................
O3 O4
86
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika dilihat dari gambar di atas dapat dijabarkan sesuai dengan penelitian
yang dilakukan adalah untuk mendapatkan keefektifan perlakuan media audio
visual terhadap pemahaman tentang tata cara pengurusan jenazah siswa. O1
dan O3 merupakan pemahaman siswa sebelum ada perlakuan media audio visual.
O2 adalah pemahaman siswa setelah menggunakan media audio visual selama dua
kali pertemuan. O4 adalah pemahaman siswa yang tidak diberikan perlakuan
media audio visual selama dua kali pertemuan pula. Keefektifan media audio
visual terhadap pemahaman siswa tentang tata cara pengurusan jenazah adalah
(O2 – O1) – (O4 – O3).
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kekeliruan dalam memahami
konteks permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan
beberapa istilah yang terdapat pada judul penelitian, yaitu:
1. Efektivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008: 352) efektivitas
berasal dari kata efektif yang berarti “ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya,
kesannya); manjur atau mujarab; dapat membawa hasil; berhasil guna; mangkus;
mulai berlaku”. Sedangkan efektivitas artinya keefektifan (Depdiknas, 2008: 352).
Efektivitas bisa diartikan sebagai keberhasilan suatu kegiatan atau aktivitas
yang telah direncanakan sebelumnya. Jadi, maksud efektivitas dalam penelitian
ini adalah seberapa berpengaruh dan berhasilnya penerapan media audio visual
terhadap peningkatan pemahaman siswa pada materi pengurusan jenazah dalam
pembelajaran PAI.
2. Media Pembelajaran
Menurut Susilana dan Riyana (2009: 6) “kata media berasal dari kata latin,
merupakan bentuk jamak dari kata „medium‟. Secara harfiah kata tersebut
mempunyai arti perantara atau pengantar”. Masih menurutnya (2009: 1) media
pembelajarn merupakan “suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar”.
87
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jadi media pembelajaran menurut peneliti yaitu seperangkat perlengkapan
sumber belajar untuk memudahkan proses pembelajaran sehingga pembelajaran
menyenangkan dan bervariatif. Namun perangkat yang difokuskan dan digunakan
peneliti dalam eksperimen dalam bentuk perangkat lunak (software).
3. Media Audio Visual
Media Audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat
diterima oleh indera pendengaran. Sesuai pernyataan Sadiman (2008: 49)
mengenai media audio bahwa “media audio adalah pesan yang akan disampaikan
dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-
kata/bahasa lisan) maupun non verbal”. Sedangkan media visual adalah media
yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera penglihatan. Jadi, Media
Audio Visual ialah media yang tidak hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu,
melainkan sekaligus dapat mendengar sesuatu yang divisualisasikan.
Media audio visual yang digunakan peneliti adalah berupa video, dimana
ketika proses pembelajaran berlangsung, dengan penggunaan video ini siswa
dapat melihat dan mendengar tata cara pengurusan jenazah yang ditampilkan.
4. Pendidikan Agama Islām
Pendidikan Agama Islām di sekolah menurut Syahidin (2009: 1) adalah
“suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islām melalui proses
pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas yang dikemas dalam bentuk
mata pelajaran dan diberi nama Pendidikan Agama Islām disingkat PAI”.
Sedangkan dalam GBPP PAI di sekolah umum dijelaskan bahwa pendidikan
agama Islām adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islām melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2004: 75). PAI
yang dimaksud peneliti disini yaitu mata pelajaran pendidikan agama Islām di
jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).
88
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham, menurut KBBI (2008: 998) yang
artinya “(1) pengertian: pengetahuan banyak; (2) pendapat, pikiran; (3) aliran,
haluan, pandangan; (4) mengerti benar (akan), tahu benar (akan); (5) pandai dan
mengerti benar”. Sedangkan pemahaman diartikan sebagai proses, perbuatan
memahami atau memahamkan (Depdikbud, 2008: 998).
Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses dan cara
memahami, cara mempelajari sesuatu dengan baik-baik supaya mengerti benar
atas perolehan pengetahuan.
6. Pengurusan Jenazah
Tata cara pengurusan jenazah ini merupakan materi pelajaran PAI semester
genap untuk kelas XI SMA. Materi ini merupakan objek yang diajarkan peneliti
dalam peneltian eksperimen. Dimana hukum mengurusi jenazah adalah Farḍu
Kifāyaħ. Artinya kewajiban yang apabila telah ada sekelompok orang yang
mengerjakan pengurusan jenazah mulai dari memandikan, mengkafani,
menṣalatkan sampai menguburkan, maka gugurlah kewajiban muslim yang
lainnya. Namun bila tidak ada yang mengerjakan, maka semua berdosa.
Adapun urutan tata cara pengurusan jenazah menurut Margiono, dkk. (2007:
126) mulai dari memandikan jenazah, mengafani jenazah, menyalatkan jenazah,
dan menguburkan jenazah. Namun dalam pembahasan pengurusan jenazah ini
terdapat pula pembahasan mengenai perlakuan terhadap orang yang baru
meninggal dunia (Syukur dan Susanti, 2010: 190). Maka, urutan tata cara
pengurusan jenazah adalah sebagai berikut.
a. Perlakuan terhadap Orang yang Baru Meninggal Dunia, meliputi:
1) Menutup mata dan mendoakan mayat
2) Menutup mayat dengan kain hingga menyelimuti seluruh tubuh
3) Menyegerakan penyelenggaraan jenazah
4) Menyembunyikan rahasia mayat
5) Meyegerakan pelunasan hutang-hutang mayat
6) Mengqaḍa nażar mayat oleh walinya
89
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Memandikan Jenazah, maksudnya seluruh badan dan anggota tubuh
mayat disiram oleh tiga macam air dari ujung rambut hingga ujung
kaki. Sebelum memandikan jenazah harus mempersiapkan
perlengkapan dan peralatan untuk prosesnya. Dalam memandikan
jenazah juga terdapat tata cara proses memandikannya. Pembahasan
selengkapnya telah dimuat pada kajian pustaka/bab dua.
c. Mengkafani jenazah, maksudnya adalah membungkus atau memberi
baju kepada mayat sehingga tertutup seluruh tubuhnya. Pembahasan
lengkap telah dimuat pada kajian pustaka.
d. Menyalatkan jenazah, maksdunya menyalatkan mayat dengan cara
empat kali takbir diakhiri dengan salam. Tata cara menyalatkan jenazah
telah dimuat pada kajian pustaka.
e. Menguburkan jenazah, maksudnya menimbun mayat di liang lahat pada
lubangan tanah yang telah diukur sesuai dengan ukuran jenazah. Tata
cara menguburkan mayat telah dibahas pada kajian pustaka.
E. Instrumen Penelitian
Purwanto (2010: 183) menjelaskan pengertian instrumen sebagai berikut:
Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran. Cara ini dilakukan
untuk memperoleh data yang objektif yang diperlukan untuk menghasilkan
kesimpulan penelitian yang objektif pula.
Sedangkan Arikunto (2009: 101) menyatakan instrumen pengumpulan data
adalah “alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya”. Adapun instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes,
pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner (Sugiyono, 2012: 222).
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif
pilihan ganda dan lembar observasi/lembar pengamatan. Tes objektif pilihan
ganda bertujuan untuk mengukur kemampuan teori siswa tentang pengurusan
jenazah pada aspek kognitif. Selain tes, instrumen yang digunakan peneliti adalah
lembar pengamatan. Meskipun dalam penelitian ini mengukur pemahaman siswa,
90
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dimana menurut paham Bloom (Arikunto, 2009: 121) aspek tersebut berada pada
ranah kognitif bagian C2, namun peneliti perlu untuk mendapatkan data pada
ranah psikomotornya dengan cara pengamatan dari praktek jenazah. Karena
menurut peneliti sendiri, pemahaman terjadi jika siswa telah mempraktikkan dan
atau mengaplikasikan suatu objek dalam kehidupannya. Hal ini diperkuat dengan
pendapat Arikunto (2009: 182) bahwa pengukuran ranah psikomotor biasanya
disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus.
F. Pengembangan Instrumen
1. Instrumen Tes
Sebagaimana telah disampaikan di atas bahwa tes ini digunakan untuk
mengukur kemampuan teori siswa pada aspek kognitif. Tes yang digunakan
berupa tes tulis objektif pilihan ganda, dimana tersedia satu jawaban yang paling
tepat dan empat pilihan lainnya sebagai pengecoh.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen tes adalah
sebagai berikut:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran PAI
SMA kelas XI Standar Kompetensi tentang memahami ketentuan hukum
Islām tentang pengurusan jenazah. RPP terlampir di lembar lampiran B.
b. Membuat dan menghitung tabel spesifikasi Tujuan Instruksional Khusus
(TIK) dan aspek tingkah laku sesuai indikator dalam RPP. Tabel spesifikasi
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 3.3 TIK dan Aspek Tingkah Laku
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islām (PAI)
Sub Bahasan Hukum Islām tentang Pengurusan Jenazah
Perte
muan
Aspek yang Diukur
Pokok Materi
Ingatan
(I)
Pemahaman
(P)
Aplikasi
(A) Jml.
Fiqh:
Pengurusan Jenazah 3/18(26)x100= 17 %
1 1. Menerangkan perlakuan terhadap
orang yang baru meninggal dunia X X
91
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Menyebutkan hukum pengurusan
jenazah X
3. Menyebutkan syarat-syarat jenazah
yang harus dimandikan X
4. Menerangkan tata cara
memandikan jenazah X X
5. Menunjukkan cara memandikan
jenazah X X
6. Menyebutkan ketentuan jumlah
kain kafan untuk jenazah X
7. Menerangkan tata cara mengkafani
jenazah X X
8. Menunjukkan cara mengkafani
jenazah X X
2 1. Menjelaskan pengertian salat
janazah X
2. Menyebutkan syarat sah salat
jenazah X
3. Menerangkan tata cara pelaksanaan
salat jenazah X X
4. Menunjukkan cara melaksanakan
salat jenazah X X
5. Menjabarkan tata cara
menguburkan jenazah X X
6. Menunjukkan cara menguburkan
jenazah X X
10 9 4 23
Jumlah 10/23x
100= 44
9/23x100=
39
4/23x100
= 17
92
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan KTSP mata pelajaran PAI materi SMA
kelas XI tentang materi tata cara pengurusan jenazah.
d. Menyusun 60 draft soal tes pilihan ganda dan kunci jawaban berdasarkan
kisi-kisi dan tabel spesifikasi untuk diujicobakan. Draft soal tes terlampir di
bagian lampiran C.
e. Mengkonsultasikan draft soal yang telah dibuat kepada dosen pembimbing 1
dan dosen pembimbing 2, kemudian melakukan revisi soal berdasarkan
saran yang diberikan dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2.
f. Meminta penilaian kepada pakar yang berkompeten dalam bidang instrumen
untuk menguji validitas isi dan validitas konstruk, yakni kepada:
1) Dr. Munawar Rahmat, M. Pd.
2) Dr. Abas Asyafah, M. Pd.
3) Dr. Aam Abdussalam, M. Pd.
g. Melakukan perbaikan instrumen soal atas saran-saran dosen pakar.
h. Melakukan uji coba soal kepada 17 siswa di luar sampel penelitian, yaitu
siswa kelas XI Multimedia SMK Daarut Tauhid yang telah mempelajari
materi tata cara pengurusan jenazah di awal semester. Uji coba soal
dilakukan pada hari Sabtu, 09 Maret 2013, berlokasi di Jalan Gegerkalong
Bandung.
i. Menganalisis hasil uji coba soal yang meliputi:
1. Uji Validitas
Sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur (Arikunto, 2009: 65), dengan kata lain sesuai dan tepat. Untuk
menguji kevaliditasan instrumen soal harus menempuh dua tahap, yaitu
validitas tes dan validitas item.
a) Validitas Tes. Ada dua macam validitas tes, yaitu validitas logis
dan validitas empiris.
1) Validitas Logis, sesuai dengan penalaran (Arikunto, 2009: 67).
Maksudnya instrumen tes disebut valid secara logis, jika
instrumen tersebut disusun dan dibuat sesuai dengan teori dan
ketentuan TIK dan Aspek Tingkah Laku. Ada dua macam yang
93
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat dicapai suatu instrumen dikatakan logis, yaitu dilihat dari
validitas isi (instrumen disusun berdasarkan isi materi
pelajaran yang di evaluasi) dan validitas konstruk (instrumen
disusun berdasarkan TIK dan aspek tingkah laku). Dalam hal
validitas isi, peneliti mengacu pada buku PAI SMA kelas XI
karya Syukur dan Susanti, PAI SMK kelas XI karya Margiono,
dkk., dan beberapa referensi lain mengenai tata cara
pengurusan jenazah untuk memperkuat materi tersebut
(terlampir dalam RPP), sedangkan mengenai validitas konstruk
dapat dilihat pada tabel 3.8. Kedua validitas tersebut telah
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, guru PAI SMA
Labschool dan dosen pakar. Sehingga instrumen yang telah
dibuat peneliti memenuhi kriteria valid secara logis.
2) Validitas Empiris, maksudnya sebuah instrumen dapat
dikatakan valid secara empiris jika sudah diuji dari
pengalaman, tidak hanya valid logis saja. Validitas empiris pun
terbagi menjadi dua, yaitu validitas „ada sekarang/bandingan‟
(concurrent validity) ialah apabila tes tersebut dalam kurun
waktu yang sama (= jangka pendek) dengan secara tepat telah
mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes
pertama dengan tes berikutnya (Sudijono, 2009: 177).
Selanjutnya validitas prediksi (predictive validity) maksudnya
suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauh sebuah tes
telah dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya
untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa
mendatang (Sudijono, 2009: 168). Namun peneliti tidak
melakukan validitas secara empiris untuk mengefisiensikan
waktu.
b) Validitas Item/Butir Soal, yaitu sebuah item/butir soal mempunyai
validitas tinggi jika skor tiap butir sejajar dengan skor total. Untuk
94
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rpbi =
√
mengetahui validitas item dapat digunakan rumus berikut
(Arikunto, 2009: 79).
Keterangan :
= koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item
yang dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
( p = banyaknya siswa yang benar )
Jumlah seluruh siswa
q = proporsi siswa yang menjawab salah ( q = 1 – p )
Dalam menghitung validitas item, peneliti menggunakan bantuan
microsoft excel, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.4 Validitas Item Soal Bahasan Tata Cara Pengurusan Jenazah
No. Item Nilai Korelasi
Interpretasi Keterangan
1 0,202 Invalid Tidak digunakan
2 0,117 Invalid Tidak digunakan
3 0,172 Invalid Tidak digunakan
4 0,173 Invalid Tidak digunakan
5 -0,014 Invalid Tidak digunakan
6 0,204 Invalid Tidak digunakan
7 -0,204 Invalid Tidak digunakan
8 0,202 Invalid Tidak digunakan
9 0,774 Valid Digunakan
10 0,041 Invalid Tidak digunakan
11 -0,108 Invalid Tidak digunakan
12 0,378 Invalid Tidak digunakan
13 0,314 Invalid Tidak digunakan
14 -0,010 Invalid Tidak digunakan
95
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15 0,774 Valid Digunakan
16 0,486 Valid Digunakan
17 0,581 Valid Digunakan
18 0,264 Invalid Tidak digunakan
19 -4,759 Invalid Tidak digunakan
20 -9,100 Invalid Tidak digunakan
21 0,283 Invalid Tidak digunakan
22 0,774 Valid Digunakan
23 0,774 Valid Digunakan
24 0,597 Valid Digunakan
25 0,484 Valid Digunakan
26 0,338 Invalid Tidak digunakan
27 -0,197 Invalid Tidak digunakan
28 0,599 Valid Digunakan
29 0,555 Valid Digunakan
30 -0,397 Invalid Tidak digunakan
31 0,652 Valid Digunakan
32 0,508 Valid Digunakan
33 0,774 Valid Digunakan
34 0,774 Valid Digunakan
35 0,774 Valid Digunakan
36 0,011 Invalid Tidak digunakan
37 0,552 Valid Digunakan
38 0,332 Invalid Tidak digunakan
39 0,512 Valid Digunakan
40 0,426 Invalid Tidak digunakan
41 0,842 Valid Digunakan
42 0,774 Valid Diguanakan
43 0,188 Invalid Tidak digunakan
44 0,719 Valid Digunakan
45 -0,038 Invalid Tidak digunakan
46 0,521 Valid Digunakan
47 0,552 Valid Digunakan
48 0,552 Valid Digunakan
49 0,842 Valid Digunakan
50 0,013 Invalid Tidak digunakan
51 0,493 Valid Digunakan
52 0,484 Valid Digunakan
53 0,575 Valid Digunakan
96
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54 0,547 Valid Digunakan
55 0,575 Valid Digunakan
56 -0,174 Invalid Tidak digunakan
57 -0,157 Invalid Tidak digunakan
58 -0,082 Invalid Tidak digunakan
59 0,127 Invalid Tidak digunakan
60 0,842 Valid Digunakan
Keterangan: Jika rpbi rt , maka Valid; dan jika rpbi rt , maka Invalid.
Maka diketahui (rt = N – 2 = 17 – 2 = 15) dengan taraf signifikansi 5%
= 0,482; 1% = 0,606 (Sudijono, 2009:479).
Dari 60 butir soal pilihan ganda yang telah diujikan kepada 17 siswa,
hasilnya adalah 30 butir soal Valid, yaitu soal nomor 9, 15, 16, 17, 22, 23,
24, 25, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 41, 42, 44, 46, 47, 48, 49, 51, 52,
53, 54, 55, dan 60. Dan soal Invalid berjumlah 30, yaitu soal nomor 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 18, 19, 20, 21, 26, 27, 30, 36, 38, 40, 43, 45,
50, 56, 57, 58, dan 59. Butir soal yang hasilnya valid akan digunakan untuk
soal pretest dan posttest.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan kemampuan memberikan hasil pengukuran
yang relatif tetap (Purwanto, 2010: 196). Suatu tes dikatakan reliabel jika tes
tersebut diujikan berkali-kali hasilnya tetap atau mengikuti perubahan
secara ajeg, maka tes tersebut dapat dipercaya. Instrumen yang baik adalah
instrumen yang dapat dengan tepat/ajeg memberikan data yang sesuai
dengan kenyataan/valid (Arikunto, 2009: 86). Dalam menghitung koefisien
reliabilitas tes, peneliti mengunakan rumus Rulon Model Item Gasal Genap,
yaitu sebagai berikut (Sudijono, 2009: 244).
Keterangan :
= koefisien reliabilitas tes
1 = bilangan konstan
97
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
= varians perbedaan antarskor yang dicapai oleh testee pada
belahan I dengan skor yang dicapai oleh testee pada belahan II
= varian total
Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mencari koefisien
reliabilitas tes menurut Sudijono (2009: 244 – 249) adalah sebagai berikut:
a) Mencari (menghitung) d, di mana d = (X – Y)
b) Menjumlahkan d sehingga diperoleh ∑d.
c) Menguadratkan d dan menjumlahkannya, sehingga diperoleh ∑d2.
d) Mencari (menghitung) skor total (=Xt), yaitu skor X ditambah skor Y,
atau Xt = (X + Y), kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh ∑Xt.
e) Menguadratkan skor total (=Xt), kemudian dijumlahkan sehingga
diperoleh ∑Xt2, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.5 Perhitungan Mencari r11 dengan Formula Rulon Model Item
Gasal Genap
No Nama Siswa Skor Item Bernomor: d =
(X – Y ) d
2 Xt =
(X + Y)
Xt2
Gasal (X) Genap (Y)
1 A. Karim 6 7 -1 1 13 169
2 A. Latif 6 7 -1 1 13 169
3 Adib 5 4 1 1 9 81
4 Fahmi I. 5 7 -2 4 12 144
5 Hendri 6 7 -1 1 13 169
6 Mario 6 6 0 0 12 144
7 M. Afif 7 8 -1 1 15 225
8 M. Aji 5 6 -1 1 11 121
9 M. Arief 4 6 -2 4 10 100
10 M. Zia 4 5 -1 1 9 81
11 Ryan 3 4 -1 1 7 49
12 Shally 6 6 0 0 12 144
13 Sukma 5 8 -3 9 13 169
14 Willy 6 6 0 0 12 144
15 Yayan 7 6 1 1 13 169
16 Yudhistira 3 5 -2 4 8 64
17 Z 5 8 -3 9 13 169
N = 17 ∑X ∑Y ∑d ∑d
2 ∑Xt ∑Xt
2
89 106 -17 39 195 2311
98
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f) Mencari (menghitung) jumlah kuadrat perbedaan antarskor item gasal
dengan skor genap (∑Xd2) dengan rumus:
∑ ∑
∑
Jadi:
∑
∑
∑
∑
g) Mencari (menghitung) varian perbedaan antarskor item gasal dengan
skor item genap (Sd2) dengan menggunakan rumus berikut:
∑
Jadi:
h) Mencari (menghitung) jumlah kuadrat total skor item gasal dengan skor
item genap (∑xt2), dengan menggunakan rumus:
∑ ∑
∑
Jadi:
∑
∑
∑
i) Mencari (menghitung) varian total (St2) dengan rumus:
∑
Jadi:
99
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
j) Menghitung koefisien reliabilitas tes dengan rumus:
Jadi:
0,296
0,704
Kemudian memberikan interpretasi terhadap angka koefisien reliabilitas
tes dengan ketentuan:
- Jika r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0.70 berarti tes hasil
belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki
reliabilitas yang tinggi (reliable).
- Jika r11 lebih kecil daripada 0.70 berarti tes hasil belajar yang sedang
diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi
(un-reliable)
Jadi, tes yang telah diujikan memiliki reliabilitas yang tinggi karena r11
lebih besar dari 0,70 yaitu 0, 704.
3. Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran
Daya beda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai/berkemampuan tinggi dengan siswa yang
bodoh/berkemampuan rendah (Arikunto, 2009: 211).
Adapun cara menentukan daya pembeda itu ada 2 cara menurut
Arikunto (2009: 212), yakni:
- untuk kelompok kecil (kurang dari 100 orang). Caranya ialah seluruh
kelompok testee dibagi 2 sama besar, 50% kelompok atas dan 50%
kelompok bawah. Seluruh pengikut tes dideretkan mulai dari nilai
teratas sampai terbawah, lalu dibagi dua.
100
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
- untuk kelompok besar (100 orang ke atas). Untuk kelompok besar
biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas
dan 27% skor terbawah
Karena peneliti mendapatkan testee kurang dari 50, maka menggunakan
kelompok kecil, yaitu 17 testee di bagi dua maka, 8 kelompok atas dan 8
kelompok bawah, 1 diabaikan. Rumus untuk menentukan indeks daya beda
adalah sebagai berikut (Arikunto, 2009: 213).
Keterangan:
D = Daya Pembeda
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
PA =
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB =
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Versi I
Indeks Daya Beda Klasifikasi
0,40 ke atas
0,21 – 0,39
0,20 ke bawah
Baik
Kurang Baik
Jelek
(Sumber: Arikunto, 2009: 218)
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal
tersebut tergolong mudah atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2009: 207). Bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran.
D =
-
= PA - PB
101
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran adalah sebagai berikut
(Arikunto, 2009:208).
Keterangan:
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Klasifikasi
0,29 ke bawah
0,30 – 0,69
0,70 ke atas
Sukar
Sedang
Mudah
(Sumber: Arikunto, 2009: 210)
Untuk menghitung daya beda dan tingkat kesukaran, peneliti menggunakan
bantuan microsoft excel, hasilnya dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 3.8 Analisis Daya Beda dan Tingkat Kesukaran
No.
Soal BA BB
BA
+
BB
BA
-
BB
N
Daya Pembeda (DP) Tingkat Kesukaran (TK)
Indeks
DP
Kualifikasi Angka
TK
Kualifikasi
Baik Kurang
Baik Jelek Sukar Sedang Mudah
1 3 7 10,00 -4,00 17 -0,47 - - 0,59 - -
2 6 7 13,00 -1,00 17 -0,12 - - 0,76 - -
3 5 6 11,00 -1,00 17 -0,12 - - 0,65 - -
4 5 5 10,00 0,00 17 0,00 - - 0,59 - -
5 7 6 13,00 1,00 17 0,12 - - 0,76 - -
6 2 3 5,00 -1,00 17 -0,12 - - 0,29 - -
7 7 7 14,00 0,00 17 0,00 - - 0,82 - -
8 5 5 10,00 0,00 17 0,00 - - 0,59 - -
9 8 8 16,00 0,00 17 0,00 - - 0,94 - -
10 7 7 14,00 0,00 17 0,00 - - 0,82 - -
11 6 7 13,00 -1,00 17 -0,12 - - 0,76 - -
12 8 7 15,00 1,00 17 0,12 - - 0,88 - -
13 4 1 5,00 3,00 17 0,35 - - 0,29 - -
14 5 3 8,00 2,00 17 0,24 - - 0,47 - -
15 8 8 16,00 0,00 17 0,00 - - 0,94 - -
P =
102
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
16 7 8 15,00 -1,00 17 -0,12 - - 0,88 - -
17 7 3 10,00 4,00 17 0,47 - - 0,59 - -
18 6 7 13,00 -1,00 17 -0,12 - - 0,76 - -
19 4 4 8,00 0,00 17 0,00 - - 0,47 - -
20 7 6 13,00 1,00 17 0,12 - - 0,76 - -
21 4 4 8,00 0,00 17 0,00 - - 0,47 - -
22 8 8 16,00 0,00 17 0,00 - - 0,94 - -
23 8 8 16,00 0,00 17 0,00 - - 0,94 - -
24 8 7 15,00 1,00 17 0,12 - - 0,88 - -
25 8 5 13,00 3,00 17 0,35 - - 0,76 - -
26 5 1 6,00 4,00 17 0,47 - - 0,35 - -
27 2 1 3,00 1,00 17 0,12 - - 0,18 - -
28 7 5 12,00 2,00 17 0,24 - - 0,71 - -
29 6 1 7,00 5,00 17 0,59 - - 0,41 - -
30 1 0 1,00 1,00 17 0,12 - - 0,06 - -
31 8 3 11,00 5,00 17 0,59 - - 0,65 - -
32 7 8 15,00 -1,00 17 -0,12 - - 0,88 - -
33 8 8 16,00 0,00 17 0,00 - - 0,94 - -
34 8 8 16,00 0,00 17 0,00 - - 0,94 - -
35 8 8 16,00 0,00 17 0,00 - - 0,94 - -
36 7 5 12,00 2,00 17 0,24 - - 0,71 - -
37 7 5 12,00 2,00 17 0,24 - - 0,71 - -
38 6 7 13,00 -1,00 17 -0,12 - - 0,76 - -
39 5 2 7,00 3,00 17 0,35 - - 0,41 - -
40 7 5 12,00 2,00 17 0,24 - - 0,71 - -
41 8 7 15,00 1,00 17 0,12 - - 0,88 - -
42 8 8 16,00 0,00 17 0,00 - - 0,94 - -
43 3 2 5,00 1,00 17 0,12 - - 0,29 - -
44 8 6 14,00 2,00 17 0,24 - - 0,82 - -
45 6 4 10,00 2,00 17 0,24 - - 0,59 - -
46 6 3 9,00 3,00 17 0,35 - - 0,53 - -
47 7 5 12,00 2,00 17 0,24 - - 0,71 - -
48 7 3 10,00 4,00 17 0,47 - - 0,59 - -
49 8 7 15,00 1,00 17 0,12 - - 0,88 - -
50 8 7 15,00 1,00 17 0,12 - - 0,88 - -
51 8 6 14,00 2,00 17 0,24 - - 0,82 - -
52 8 5 13,00 3,00 17 0,35 - - 0,76 - -
53 8 7 15,00 1,00 17 0,12 - - 0,88 - -
54 7 4 11,00 3,00 17 0,35 - - 0,65 - -
55 8 7 15,00 1,00 17 0,12 - - 0,88 - -
56 3 1 4,00 2,00 17 0,24 - - 0,24 - -
57 3 2 5,00 1,00 17 0,12 - - 0,29 - -
58 3 2 5,00 1,00 17 0,12 - - 0,29 - -
59 6 5 11,00 1,00 17 0,12 - - 0,65 - -
60 8 7 15,00 1,00 17 0,12 - - 0,88 - -
Berdasarkan tabel 3.13 terlihat bahwa dari 60 butir soal pilihan ganda yang
diujicobakan terdapat daya pembeda dalam kualifikasi baik berjumlah 5 butir,
103
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yaitu nomor 17, 26, 29, 31, dan 48; sedangkan dalam kualifikasi kurang baik
berjumlah 16 butir yaitu nomor 13, 14, 25, 28, 36, 37, 39, 40, 44, 45, 46, 47,51,
52, 54, dan 56; serta dalam kualifikasi jelek berjumlah 39 butir, yaitu nomor 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 27, 30, 32, 33, 34,
35, 38, 41, 42, 43, 49, 50, 53, 55, 57, 58, 59, dan 60. Hal ini sesuai kriteria pada
tabel 3.11. Sedangkan pada tingkat kesukaran dari 60 butir soal terdapat 8 butir
pada kualifikasi sukar, yaitu nomor 6, 13, 27, 30, 43, 56, 57, dan 58; sedangkan
pada kualisifikasi sedang terdapat 17 butir, yaitu nomor 1, 3, 4, 8, 14, 17, 19, 21,
26, 29, 31, 39, 45, 46, 48, 54, dan 59; serta pada kualifikasi mudah terdapat 35
butir, yaitu nomor 2, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 15, 16, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 28, 32, 33,
34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 44, 47, 49, 50, 51, 52, 53, 55, dan 60. Hal ini pun
sesuai kriteria pada tabel 3.12.
Idealnya sebuah soal tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar, pun daya
bedanya sesuai kriteria, namun membuat soal merupakan pekerjaan yang tidak
mudah, sehingga butir soal yang sudah valid namun tingkat kesukaran dan daya
beda masih belum memenuhi kriteria, maka butir soal tersebut tidak dibuang,
hanya perlu diperbaiki. Kemungkinan kekurangannya hanya terletak pada
rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan
seperlunya (Arikunto, 2009: 220).
j. Menata dan memperbaiki kembali instrumen soal yang masih perlu
dihaluskan untuk dijadikan instrumen final, sehingga peneliti mendapati 30
soal instrumen tes pilihan ganda.
2. Instrumen Lembar Observasi/Pengamatan
Instrumen lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati kemampuan
siswa dalam mempraktekkan tata cara pengurusan jenazah, tidak lain merupakan
aspek psikomotor, sebelum dan sesudah dilakukan treatment. Langkah-langkah
yang ditempuh dalam penyusunan instrumen lembar observasi adalah sebagai
berikut:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
PAI SMA kelas XI Standar Kompetensi tentang memahami ketentuan
104
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hukum Islām tentang pengurusan jenazah. RPP terlampir di lembar
lampiran B.
b. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan KTSP mata pelajaran PAI materi
SMA kelas XI tentang materi tata cara pengurusan jenazah.
c. Menyusun 52 draft lembar pengamatan berdasarkan kisi-kisi.
d. Mengkonsultasikan draft lembar pengamatan yang telah dibuat kepada
dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2, kemudian melakukan
revisi berdasarkan saran yang diberikan dosen pembimbing 1 dan
pembimbing 2.
e. Meminta penilaian kepada pakar yang berkompeten dalam bidang
instrumen untuk menguji validitas isi dan validitas konstruk, yakni
kepada
1) Dr. Munawar Rahmat, M. Pd.
2) Dr. Abas Asyafah, M. Pd.
3) Dr. Aam Abdussalam, M. Pd.
f. Melakukan perbaikan instrumen lembar pengamatan atas saran-saran
dosen pakar, sehingga peneliti mendapati 57 draft instrumen lembar
pengamatan. Draft lembar pengamatan dapat dilihat pada lampiran C.
Secara keseluruhan instrumen tes dan lembar pengamatan dapat dilihat pada
lampiran C. Instrumen lembar pengamatan ini tidak dilakukan uji coba
dikarenakan waktu yang diberikan oleh pihak sekolah tidak banyak sehingga tidak
memungkinkan peneliti untuk menguji draft tersebut kepada satu per satu siswa.
Maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data dengan memberikan tes
sesuai dengan desain penelitian yang telah dibuat oleh peneliti.
G. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2012: 137) pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara melalui interview
(wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan
ketiganya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk
105
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mencapai tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut.
1. Tes Tulis Pilihan Ganda
Tes tulis yang digunakan peneliti adalah berupa tes objektif pilihan
ganda, hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa
mengenai tata cara pengurusan jenazah pada saat sebelum (pretest) dan
sesudah (posttest) dilakukan treatment.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan peneliti berupa lembar cecklist, hal
ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman teori siswa dengan cara
mengukur kemampuan aplikasi (praktik) siswa mengenai tata cara
pengurusan jenazah pada saat sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)
dilakukan treatment. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data,
peneliti menggunakan non participant observation (observasi tidak berperan
serta). Non participant observation adalah peneliti tidak terlibat dan hanya
sebagai pengamat independen. Sedangkan segi instrumentasi yang
digunakan peneliti adalah observasi terstruktur. Menurut Sugiyono (2012:
146) observasi terstruktur adalah “observasi yang telah dirancang secara
sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya”.
Dengan mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap materi
pembelajaran maka dapat dijadikan acuan oleh peneliti untuk membuat
kesimpulan dan rekomendasi.
3. Studi Pustaka
Hal ini bertujuan untuk melengkapi dan memperkuat materi penelitian
melalui referensi-referensi buku, dokumen, dan ataupun bacaan lainnya
yang relevan mengenai media audio visual, Pendidikan Agama Islām,
hukum dan tata cara pengurusan jenazah, dan analisis data.
106
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H. Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah
jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis
yang telah dirumuskan dalam proposal (Sugiyono, 2012: 243). Teknik analisis
data yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Analisis Data Deskriptif
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012: 147). Atau analisis
deskriptif ini adalah menjelaskan data yang telah diolah berupa tabel, grafik,
diagram lingkaran, pictogram, dan angka-angka lainnya. Analisis data yang
digunakan yaitu penilaian kemampuan tes tulis dan praktik tata cara
pengurusan jenazah serta data gain.
a. Penilaian Kemampuan Tes Tulis
Setelah hasil intrumen diketahui valid dan reliabel, intrumen tersebut
digunakan untuk pretest dan posttest untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Penskoran yang dilakukan pada teori pengurusan jenazah melalui
tes tulis pilihan ganda dengan cara hitung; jika benar mendapat skor satu (1)
dan jika salah mendapatkan skor nol (0). Untuk mendapatkan nilai tes tulis
tiap siswa diperoleh dari skor benar dibagi skor ideal dikali 100.
Setelah data terkumpul dan telah diolah dan digambarkan oleh
diagram/tabel maka akan dijelaskan kembali dengan uraian-uraian yang
menjelaskan gambar tesebut sesuai interpretasi menurut Arikunto
(2012:281) dengan menggunakan skala 100, kategorisasinya dapat dilihat
pada tabel berikut.
107
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9 Pedoman Kategorisasi Nilai Pemahaman Teori Pengurusan Jenazah
Angka 100 Keterangan
80 – 100 Baik Sekali
66 – 79 Baik
56 – 65 Cukup
40 – 55 Kurang
30 – 39 Gagal
b. Penilaian Lembar Observasi/Pengamatan
Lembar pengamatan digunakan ketika siswa mempraktikkan tata cara
pengurusan jenazah, kemudian peneliti mengisi lembar tersebut dengan
tanda cecklist, dengan kriteria “sesuai” jika melakukan dengan sesuai dan
“tidak sesuai” jika melakukan tidak sesuai. Kriteria “sesuai” mendapatkan
skor dua (2) dan jika “tidak sesuai” mendapatkan skor satu (1). Kategori
yang digunakan peneliti yaitu rendah, sedang, dan tinggi sesuai rumus
kategorisasi jenjang menurut Azwar (2003: 109). Langkah-langkahnya
sebagai berikut.
1) Menentukan skor minimum berdasarkan bobot terendah = 57 (jumlah
pointer) x 1 (bobot terendah) = 57
2) Menentukan skor maksimum berdasarkan bobot tertinggi = 57 (jumlah
pointer) x 2 (bobot tertinggi) = 114
3) Mencari luas jarak sebaran 114 – 57 = 57
4) Menentukan standar deviasi () = 57/6 = 9,5 = 10 (pembulatan)
5) Mean teoritis () = 57 x 1,5 = 85,5 = 86 (pembulatan)
Setelah data skor siswa diperoleh, maka langkah selanjutnya yaitu
menginterpretasikan data skor tersebut sesuai kategorisasi berikut.
108
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
=
⟨ ⟩
Tabel 3.10 Interpretasi Data Skor Praktik Jenazah
Rumus Rumus Kategorisasi Interpretasi
X < ( - 1) X < (85,5 – 10) X < 75,5 Rendah
( - 1) < X < ( + 1) (85,5 - 10) < X < (85,5 + 10) 75,5 < X < 90,5 Sedang
( + 1) < X (85,5 + 10) < X 95,5 < X Tinggi
Interpretasi di atas dapat diilustrasikan sebagai berikut.
75,5 90,5
Rendah Sedang Tinggi
Untuk mengubah skor menjadi nilai diperoleh dari skor benar dibagi
skor ideal dikali 100, maka didapat hasil nilai pada praktik jenazah setiap
siswa.
c. Data Skor Gain Ternormalisasi
Setelah instrumen yang telah diketahui validitas dan reliabilitasnya,
kemudian diujikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada
saat pretest dan posttest. Hasil pretest dan posttest tersebut kemudian
ditentukan besarnya gain ternormalisasi dengan perhitungan menurut Hake
(1999: 1), yaitu sebagai berikut.
Keterangan:
<g> = gain skor ternormalisasi
Sf = skor rerata posttest
Si = skor rerata pretest
Sm = skor maksimum
109
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peningkatan pemahaman siswa setelah pembelajaran dengan
penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islām dicari dengan menghitung rata-rata gain yang dinormalisasi
berdasarkan kategorisasi dengan interpretasi menurut Hake (1999:1).
Tabel 3.11 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai <g> Klasifikasi
(⟨ ⟩ Tinggi
⟨ ⟩ Sedang
(⟨ ⟩ Rendah
Setelah nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk kedua
kelompok diperoleh, maka selanjutnya dapat dibandingkan untuk
melihat efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islām. Jika hasil rata-rata gain yang dinormalisasi
dari suatu pembelajaran lebih tinggi dari hasil rata-rata gain yang
dinormalisasi dari pembelajaran lainnya, maka dikatakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan media tersebut lebih efektif dalam
meningkatkan suatu kompetensi dibandingkan pembelajaran dengan
menggunakan media lain.
2. Analisis Statistik
Analisis statistik adalah analisis yang bersifat kuantitatif, artinya dalam
menganalisis hasil data penelitian menggunakan rumus-rumus tertentu dan
disajikan dalam bentuk angka-angka dan dijelaskan dengan uraian-uraian.
Setelah semua data terkumpul, maka proses selanjutnya adalah mengolah
data, baik data pretest, data posttest dan perolehan gain yang dinormalisasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas sampel atau menguji normal tidaknya sampel, tidak
lain adalah mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran
data yang akan dianalisis (Arikunto, 2009: 301). Hal ini berkaitan
dengan sampel yang diambil. Melalui uji normalitas peneliti bisa
110
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
∑
mengetahui apakah sampel yang diambil mewakili populasi ataukah
tidak. Jika data tidak cukup menyebar maka tidak dibenarkan
menggunakan statistik parametrik seperti rumus korelasi product
moment, uji-t, uji F, regresi, dan sebagainya. Namun peneliti harus
menggunakan rumus Chi-Kuadrat, Mann-Whitney atau Wilcoxon test,
Kendall’s tau, dan sebagainya (Arikunto, 2009: 299). Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan teknik Chi Square/Chi Kuadrat.
Langkah-langkah yang dilakukan menurut Riduwan (2012: 160)
adalah sebagai berikut.
1) Menentukan skor besar dan kecil.
2) Menentukan Rentangan (R); R = Skor terbesar – Skor terkecil
3) Menentukan Banyaknya Kelas (BK).
(Rumus Sturgess)
n = jumlah siswa
4) Menentukan panjang kelas (i) dengan rumus:
R = Rentang (skor terbesar – skor terkecil)
BK = Banyak Kelas
5) Menentukan rata-rata ( )
6) Menentukan simpangan baku (S)
√ ∑
∑
= nilai rata-rata gain
= nilai gain yang diperoleh siswa
n = jumlah siswa
S = standar deviasi
7) Menentukan nilai baku z-score dengan menggunakan persamaan :
111
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bk = batas kelas
8) Mencari luas tiap kelas interval dengan jalan mengurangkan angka-
angka 0 – Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua,
angka baris kedua dikurangi baris ketiga, dan begitu seterusnya.
Kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah
ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.
9) Mencari frekuensi harapan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap
interval dengan jumlah responden.
10) Mencari harga Chi-Kuadrat 2( ) dengan menggunakan persamaan:
∑
= chi kuadrat hasil perhitungan
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi yang diharapkan
11) Membandingkan harga dengan
Kaidah keputusan :
Jika
, maka distribusi data normal, sedangkan
Jika
, maka distribusi data tidak normal
Untuk proses uji normalitas, peneliti menggunakan bantuan
program SPSS 21. Menurut Sunyoto (2010: 104) langkah-langkahnya
sebagai berikut.
1) Buka file yang berisi variabel bebas dan variabel terikat
2) Klik analyze, pilih nonparametric tests
3) Klik legacy dialogs
4) Klik chi-square
5) Kemudian masukan data variabel (bebas atau terikat, hanya satu
variabel dulu diolah)
6) Tekan continue, kemudian OK
112
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fhitung = Varians terbesar
Varians terkecil
7) Muncul output SPSS (telah mengalami penyesuaian karena peneliti
menggunakan rumus kai kuadrat/chi square)
Setelah dilakukan uji normalitas, jika diketahui datanya
berdistribusi normal maka digunakan uji statistik parametrik. Untuk
menggunakan uji statistik parametrik, memerlukan satu uji lagi yaitu uji
homogenitas. Namun jika diketahui datanya berdistribusi tidak normal
maka digunakan uji statistik non parametrik, dalam penelitian ini akan
menggunakan uji wilcoxon.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan jika peneliti ingin menjeneralisasikan
hasil penelitiannya pada populasi yang lebih luas, dengan syarat
kelompok-kelompok yang menjadi sampel berasal dari populasi yang
sama. Kesamaan asal sampel dibuktikan dengan adanya kesamaan
variansi kelompok-kelompok yang membentuk sampel tersebut. Jika
ternyata tidak terdapat perbedaan variansi di antara kelompok sampel,
dan ini mengandung aerti bahwa kelompok-kelompok tersebut
homogen, maka dapat dikatakan bahwa kelompok-kelompok sampel
tersebut berasal dari populasi yang sama (Arikunto, 2009: 318).
Setelah dilakukan uji normalitas dan data menunjukan distribusi
normal, maka pengolahan data dilanjutkan pada uji homogenitas.
Tingkat homogenitas dapat ditentukan menggunakan distribusi F. Nilai
F hitung ditentukan dengan menggunakan rumus (Riduwan, 2012:158).
Kemudian nilai Fhitung dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan
derajat kebebasan (db) = n – 1. Dengan kriteria pengujian:
Jika Fhitung FTabel, maka kedua variansi homogen
Jika Fhitung FTabel, maka kedua variansi tidak homogen
113
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
t =
√
(
)
Untuk menghitung uji homogenitas, peneliti menggunakan bantuan
program SPSS versi 21.
c. Uji Hipotesis
1. Uji – t
Setelah diketahui data yang diperoleh normal dan homogen, maka
pengolahan data dilanjutkan dengan pengujian hipotesis, bertujuan
untuk mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan dua variabel. Uji
statistik untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji – t. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2012: 197)
Keterangan :
= nilai rerata kelas eksperimen
= nilai rerata kelas kontrol
= varians kelompok eksperimen
= varians kelas kontrol
= jumlah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Setelah nilai thitung diperoleh, kemudian dibandingkan dengan ttabel.
Taraf signifikansi yang dipakai adalah 0,05. Maka berlaku ketentuan:
Jika thitung > ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Jika thitung < ttabel, maka H1 ditolak dan H0 diterima (Sugiyono, 2012:
199).
Dalam penghitungan uji-t ini, peneliti menggunakan bantuan
program SPSS versi 21.
114
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Uji Wilcoxon
Jika dalam uji normalitas menghasilkan data distribusi yang tidak
normal, maka pengolahan data dilakukan dengan statistik non
parametrik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Uji Wolcoxon.
Uji wilcoxon bertujuan untuk menentukan apakah ada perbedaan nyata
antara data pasangan yang diambil dari sampel. Uji statistiknya adalah
T0 = nilai terkecil dari nilai absolut hasil penjumlahan tanda jenjang.
Prosedur uji statistik menurut Hasan (2004:122-123) adalah sebagai
berikut.
a) Menentukan formulasi hipotesisnya
H0 : media tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan
pemahaman siswa
H1 : media memiliki pengaruh terhadap peningkatan pemahaman
siswa
b) Menetukan taraf nyata () menggunakan 5% = 0,05 dengan T
tabel. Pengujian dapat berbentuk satu sisi atau dua sisi
c) Menentukan kriteria pengujian
H0 diterima jika T0 T
H0 ditolak jika T0 < T
d) Menentukan nilai uji statistik (nilai T0). Dalam hal ini
menggunakan uji Z untuk sampel besar (n 25).
Z =
E (T) =
T =
Tahap-tahapnya sebagai berikut:
1) Menentukan tanda beda dan besarnya tanda beda antara
pasangan data
2) Mengurutkan bedanya tanpa memperhatikan tanda atau jenjang
(a) Angka 1 untuk beda terkecil, dan seterusnya
115
Anis Khoerunnisa,2013
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM (PAI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI AJAR PENGURUSAN JENAZAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(b) Jika terdapat beda yang sama, diambil rata-ratanya
(c) Beda nol tidak diperhatikan
3) Memisahkan tanda beda positif dan negatif atau tanda jenjang
4) Menjumlahkan semua angka positif dan angka negatif
5) Nilai terkecil dari nilai absolut hasil penjumlahan merupakan
nilai T0
e) Membuat kesimpulan bahwa H0 diterima atau ditolak
Untuk menghitung uji wilcoxon ini, peneliti menggunakan bantuan
program SPSS versi 21. Alur pengolahan data untuk membuktikan
hipotesis mengenai peningkatan pemahaman siswa mengenai tata cara
pengurusan jenazah dengan menggunakan media audio visual
ditunjukkan bagan di bawah ini.
DATA
UJI NORMALITAS
PENGUJIAN HIPOTESIS
DENGAN UJI WILCOXON
UJI HOMOGENITAS
PENGUJIAN HIPOTESIS
DENGAN UJI -t
KESIMPULAN
Ya
Tidak
Bagan 3.1 Alur Uji Statistik