bab iii me

Upload: lina-kurnia

Post on 11-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TUGAS PEMBANGUNAN MASYARAKAT

TRANSCRIPT

BAB III

METODE

3.1Metode-metode dalam Perencanaan Pembangunan Berbasis Masyarakat

3.1.1.Metode ZOPP ZOPP (Zielobjektiev Orientierte Projekt Planning) merupakan alat yang digunakan oleh GTZ untuk secara aktif melibatkan para pemangku kepentingan. ZOPP secara resmi diperkenalkan secara resmi oleh GTZ (Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit) pada tahun 1983. Selanjutnya ZOPP selalu diaplikasikan dalam merencanakan proyek dalam fase persiapan maupun implementasinya . bahkan sejak tahun 1986 ZOPP wajib digunakan pada setiap pelaksanaan proyek. Itu sebabnya, proyek ini sangat popular di Indonesia, terutama pada program dan proyek yang dibiayai oleh pemerintah jerman.Kelebihan ZOPP terletak pada kemampuannya menjamin adanya konsistensi berpikir dan prosedur serta adanya pemahaman yang sama akan istilah-istilah yang digunakan. ZOPP selain meningkatkan kualitas perencanaan, sekaligus dapat menfasilitasi komunikasi dan kerjasama antara berbagai pihak yang terlibat dalam suatu proyek. ZOPP banyak digunakan untuk menjamin agar diperoleh peran serta yang intensif sejak tahap awal perencanaan proyek dari seluruh pihak yang berperan di dalam proyek atau terkait oleh proyek. Hasil dari kegiatan perencanaan yang menggunakan metode ZOPP adalah suatu kerangka kerja yang logis (logical framework), yaitu suatu matriks perencanaan yang menggambarkan suatu struktur dasar proyek secara menyeluruh.Metode ZOPP sangat mengandalkan pengetahuan, gagasan dan pengalaman yang dikontribusikan oleh peserta. Beberapa prinsip dasar yang penting dari metode ini adalah:

Kerjasama para pihak akan lebih lancar dan produktif jika semua yang terlibat telah menyetujui tujuan bersama dan mengemukakannya secara jelas.

Dalam kerjasama pembangunan, pemecahan, atau penghapusan masalah harus diatasi dari akar penyebabnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis masalah serta sebab akibatnya. Dari situ dapat dilakukan rumusan tujuan yang lebih realistis.

Masalah dan penyebabnya tidak berada dalam isolasi, tetapi terkait dengan orang, kelompok, dan organisasi. Oleh karena itu, kita hanya bisa bicara tentang masalah jika kita memiliki pemahaman dan gambaran yang komprehensif tentang kepentingan dari kelompok, individu dan institusi yang terlibat.

Hasil analisis akan dicatat dalam bentuk dokumen sebagai berikut:

Review partisipasi

Pohon masalah

Pohon tujuan, indikasi alternative potensial

Solusi

Metode ZOPP memiliki langkah-langkah yang dapat dilihat pada tabel 3.1Tabel 3.1

Tahapan dalam Pelaksanaan Metode ZOPP

Analisis PartisipasiAnalisis dari kelompok sasaran proyek, serta orang-orang atau institusi lain yang berpartisipasi dan terlibat dalam proyek

Analisis Masalah 1Mengidentifikasi semua masalah inti yang diekspresikan dalam kalimat negative

Analisis Masalah 2Menganalisis penyebab dan akibat dari masalah inti menjadi pohon masalah

Analisis TujuanPohon masalah yang ditransformasi menjadi pohon tujuan dengan cara mengubah

Diskusi AlternatifMengidentifikasi solusi alternative yang potensial dengan menggunakan pohon tujuan yang ada

Menyusun matriks perencanaan proyek 1Menetukan asumsi-asumsi penting, menetapkan indikator, alat verifikasi.

Menyusun matriks perencanaan proyek 2Menganalisis beberapa relevan asumsi, resiko, dan memasukannya dalamkonsep proyek dan mengecek seberapa jauh pelaksanaan proyek maupun menjamin hasil/output.

Menyusun matriks perencanaan proyek 3Menentukan spesifikasi dari jumlah dan biaya dari setiap aktivitas.

Waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini sampai pada perencanaan detail yang dapat menjadi basis implementasi adalah 2-5 hari.3.1.2Metode CNA (Community Need Assesment)

CNA merupakan kepanjangan dari community need assessment. Community memiliki arti sebagai masyarakat. Assesment sendiri berarti tindakan yang lebih dulu dilakukan untuk menentukan situasi sekarang, serta mengidentifikasi isu-isu yang ada untuk melakukan tindakan yang diperlukan. Metode CNA adalah suatu metode mengenai cara untuk mendapatkan informasi akurat yang merepresentasikan kebutuhan komunitas. CNA juga merupakan suatu cara untuk memperoleh informasi tentang opini masyarakat, kebutuhan, tantangan, dan aset mana yang akan digunakan sehingga sesuai kebutuhan riil masyarakat.CNA pada mulanya merupakan perluasan dari rencana strategis (strategic planning process).Strategic Planning Process meliputi:

Menentukan visi dan misi

Karakter alami dari bisnis

Menentukan arah dari organisasi

Menentukan tujuan yang akan dicapai dalam misi

Menentukan perencanaan spesifik untuk mencapai tiap tujuan/goal

Melakukan identifikasi sumberdaya yang penting dalam pencapaian tujuan seperti people, property, time, money, & technology.Konsep awal metode CAN adalah dari militer yang kemudian diadopsi ke bisnis. Tahapan dari metode CNA itu sendiri adalah:

1. The planning and organitation phasa

Dimulai dari pengenalan masyarakat, baru kemudian menilai kebutuhan masyarakat yang kemudian dirumuskan dalam tujuan dan sasaran yang jelas. Tahapan-tahapannya: memperoleh info, mempelajari organisasi yang ada, merumuskan sasaran dan tujuan.

2. The needs assessment methodology

Dalam tahap ini meliputi: persiapan, membentuk need assessment survey dengan fokus pada diskusi kelompok, pembuatan the needs assessment survey seperti menyiapkan daftar pertanyaan di dalam kuisioner.3. Needs assesment survey data collection

4. Public forum

5. Writing the final report

6. Report outline

3.1.3Community developmentKonsep Community Development telah banyak dirumuskan di dalam berbagai definisi. Perserikatan Bangsa-Bangsa mendefinisikannya: as the process by which the efforts of the people themselves are united with those of governmental authorities to improve the economic, social and cultural conditions of communities, to integrade these communities into the life of the nations, and to enable them to contribute fully to national progress. (Luz. A. Einsiedel 1968:7).Definisi ini menekankan bahwa pembangunan masyarakat, merupakan suatu proses dimana usaha-usaha atau potensi-potensi yang dimiliki masyarakat diintegrasikan dengan sumber daya yang dimiliki pemerintah, untuk memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan, dan mengintegrasikan masyarakat di dalam konteks kehidupan berbangsa, serta memberdayakan mereka agar mampu memberikan kontribusi secara penuh untuk mencapai kemajuan pada level nasional.

US International Cooperation Administration mendeskripsikan Community Development itu sebagai :

a process of social action in which the people of a community organized themselves for planning action; define their common and individual needs and problems; make group and individual plans with a maximum of reliance upon community resources; and supplement the resources when necessary with service and material from government and non-government agencies outside the community . (The Community Development Guidlines of the International Cooperation Administration, Community Development Review, December,1996,p.3).

Definisi di atas lebih menekankan bahwa konsep pembangunan masyarakat, merupakan suatu proses aksi sosial dimana masyarakat mengorganiser diri mereka dalam merencanakan yang akan dikerjakan; merumuskan masalah dan kebutuhan-kebutuhan baik yang sifatnya untuk kepentingan individu maupun yang sifatnya untuk kepentingan bersama; membuat rencana-rencana tersebut didasarkan atas kepercayaan yang tinggi terhadap sumber-sumber yang dimiliki masyarakat, dan bilamana perlu dapat melengkapi dengan bantuan teknis dan material dari pemerintah dan badan-badan nonpemerintah di luar masyarakat.

Seorang pakar Community Development (Arthur Dunham) merumuskan definisi Community Development itu sebagai berikut.

organized efforts to improve the conditions of community life, and the capacity for community integration and self-direction. Community Development seeks to work primarily through the enlistment and organization of self-help and cooprative efforts on the part of the residents of the community, but usually with technical assistance from government or voluntary organization.(Arthur Dunham 1958: 3).

Rumusan di atas menekankan bahwa pembangunan masyarakat merupakan usaha-usaha yang terorganisasi yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat, dan memberdayakan masyarakat untuk mampu bersatu dan mengarahkan diri sendiri. Pembangunan masyarakat bekerja terutama melalui peningkatan dari organisasi-organisasi swadaya dan usaha-usaha bersama dari individu-individu di dalam masyarakat, akan tetapi biasanya dengan bantuan teknis baik dari pemerintah maupun organisasi-organisasi sukarela.

Arthur Dunham membedakan Community Development dengan Community Organization : community development is concerned with economic life, roads, buildings, and education,as well as health and welfare, in the narrower sense. On the other hand, community welfare organization is concerned with adjustment of social welfare needs and resources in cities, states, and nations as in rural villages. Jadi community development lebih berkonotasi dengan pembangunan masyarakat desa sedangkan community organization identik dengan pembangunan masyarakat kota.

Lebih lanjut Dunham mengemukakan 4 unsur-unsur Community development sebagai berikut:

1. a plan program with a focus on the total needs of the village community;

2. technical assistance;

3. integrating various specialities for the help of the community; and

4. a major emphasis upon selp-help and participation by the residents of the community.

Dari definisi Community Development di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

Community Development merupakan suatu proses pembangunan yang berkesinambungan. Artinya kegiatan itu dilaksanakan secara terorganisir dan dilaksanakan tahap demi tahap dimulai dari tahap permulaan sampai pada tahap kegiatan tindak lanjut dan evaluasi - follow-up activity and evaluation.

Community Development bertujuan memperbaiki - to improve - kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Community Development memfokuskan kegiatannya melalui pemberdayaan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, sehingga prinsip to help the community to help themselve dapat menjadi kenyataan.

Community Development memberikan penekanan pada prinsip kemandirian. Artinya partisipasi aktif dalam bentuk aksi bersama - group action - di dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dilakukan berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat.

Community Development dengan segala kegiatannya dalam pembangunan menghindari metode kerja doing for the community, tetapi mengadopsi metode kerja doing with the community.

Metode kerja doing for, akan menjadikan masyarakat menjadi pasif, kurang kreatif dan tidak berdaya, bahkan mendidik masyarakat untuk bergantung pada bantuan pemerintah atau organisasi-organisasi sukarela pemberi bantuan. Sebaliknya, metode kerja doing with, merangsang masyarakat menjadi aktif dan dinamis serta mampu mengidentifikasi mana kebutuhan yang sifatnya - real needs, felt needs dan expected need .

Metode kerja doing with, sangat sesuai dengan gagasan besar KI Hajar Dewantara tentang kepemimpinan pendidikan di Indonesia - ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani - yang berfokus akan perlunya kemandirian yang partisipatif di dalam proses pembangunan. (sumber: DickyRahardi.Com)

Sejak tahun 1960, lahir sebuah konsep pemberdayaan komunitas yang disebut Community Development (selanjutnya disebut CD). CD adalah sebuah proses pembangunan jejaring interaksi dalam rangka meningkatkan kapasitas dari sebuah komunitas, mendukung pembangunan berkelanjutan, dan pengembangan kualitas hidup masyarakat (United States Departement of Agriculture, 2005). CD tidak bertujuan untuk mencari dan menetapkan solusi, struktur penyelesaian masalahatau menghadirkan pelayanan bagi masyarakat. CD adalah bekerja bersama masyarakat sehingga mereka dapat mendefinisikan dan menangani masalah, serta terbuka untuk menyatakan kepentingan-kepentingannya sendiri dalam proses pengambilan keputusan (Standing Conference for Community Development, 2001).

Pengembangan otonomi daerah yang diarahkan pada partisipasi aktif dari masyarakat sangat sesuai dengan konsep yang ditawarkan oleh CD. Kesesuaian antara kebijakan pemerintah dengan konsep pemberdayaan masyarakat seperti CD ini membutuhkan pendekatan yang tepat dalam mengimplementasikannya.

Pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sudut pandang Deficit based dan Strength Based. Pendekatan Deficit-based terpusat pada berbagai macam permasalahan yang ada serta cara-cara penyelesaiannya. Keberhasilannya tergantung pada adanya identifikasi dan diagnosis yang jelas terhadap masalah, penyelesaian cara pemecahan yang tepat, serta penerapan cara pemecahan tersebut. Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini bisa menghasilkan sesuatu yang baik, tetapi tidak tertutup kemungkinan terjadinya situasi saling menyalahkan atas masalah yang terjadi.

Di sisi lain, pendekatan Strengh Based (Berbasis kekuatan) dengan sebuah produk metode Appreciative Inquiry terpusat pada potensi-potensi atau kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh individu atau organisasi untuk menjadikan hidup lebih baik. Appreciative Inquiry merupakan sebuah metode yang mentransformasikan kapasitas sistem manusia untuk perubahan yang positif dengan memfokuskan pada pengalaman positif dan masa depan yang penuh dengan harapan (Cooperrider dan Srivastva, 1987; Cooperrider dkk., 2000; Fry dkk, 2002; Ludema dkk, 2000, dalam Gergen dkk., 2004).

Dalam sepuluh tahun terakhir, Appreciative Inquiry menjadi sangat populer dan dipraktekkan di berbagai wilayah dunia, seperti untuk mengubah budaya sebuah organisasi, melakukan transformasi komunitas, menciptakan pembaharuan organisasi, mengarahkan proses merger dan akusisi dan menyelesaikan konflik. Dalam bidang sosial, Appreciative Inquiry digunakan untuk memberdayakan komunitas pinggiran, perubahan kota, membangun pemimpin religius, dan menciptakan perdamaian.

3.1.4.Community Action Planning (CAP)

CAP adalah sebuah pendekatan yang sangat cocok dalam medorong dan mendukung pergerkandan mengeksplor semua sumber daya yang tersedia dalam perbaikan lokal. Community action planning adalah sebuah teknik perencanaan desa dengan partisipasi aktifdari seluruh anggota masyarakat. Proses ini diharap mampu berorientasi pada hasil sesuai dengan waktu dan spesifik pada masyarakat suatu daerah yang terlibat saja.

Community action planning terdiri dari tiga langkah dasar: preCAP, CAPworkshop, dan postCAP.

PreCAP adalah tahap persiapan sebelum workshop dengan mengumpulkan data dan informasi untuk mengetahui profil desa. PreCA adalah tahap awal yang sangat penting alam melakuka perencanaan desa, dimana fasilitator mengenal lebih baik desa yang ditargetkan. Informasi didapatkan dengan melakukan survey dan wawancara. Data yang terkumpul kemudian akan diapaki untuk membuat maketdesa dan menentukan modul yang akan digunakan untuk workshop.

CAPworkshop terdiri atas beberapa sesi yang diharapkan mampu mengeluarkan hasil yang spesifik. Sebagian besar sesi ini membagi masyarakat menjadi beberapa grup kecil dan masing-masing membahas topic yang berbeda untuk kemudian dipresentasikan ke seluruh elemen masyarakat. Dengan adanya pendampingan dari moderator dan fasilitator. Diharapkan masyarakat lebih terarah dalam menentuka visi desa mereka, memecahkan masalah dan konflik desa mereka, menentukan prioritas desa mereka, membuat kesepakatan mengenai perencanaan desa yang baru serta langkah-langkah yang dapat diambil.

PostCAP adalah tahap evaluais dan monitoring dari implementasi hal-hal yang sudah disetujui di workshop.

Hasil yang diharapkan antara lain:

profil masyarakat (mencakup informasi umum desa yang dapat digunakan untuk proses workshop)

identifikasi masalah menyangkut isu-isu keruangan dan sosil-ekonomi

desain bangunan, komponen, material, dan kebijakan terkait.

Site plan dengan komponen bahaya alam

3.1.5.Metode PRA (Participatory Rural Appraisal)PRA (Participatory Rural Appraisal) diterjemahkan sebagai penilaian/pengkajian/penelitian keadaan pedesaan secara partisipatif. PRA bisa juga didefinisikan sebagai sekumpulan teknik dan alat yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan kemampuan dalam menganalisa keadaan mereka terhadap kehidupan dan kondisinya agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan sendiri (Chambers). PRA mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pengembangan.

Dengan definisi tesebut, PRA harus dilihat sebagai sebuah pendekatan yang dilakukan sebagai satu tahap dari proses panjang untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasinya, yang sangat penting dalam membangun gerakan sosial dan proses transformasi sosial di masyarakat. Oleh karena itu, ada beberapa prinsip dalam mendukungnya:

1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)

Seringkali program-program pengembangan pedesaan tidak melibatkan masyarakat yang terabaikan. Meskipun secara retorika politik, program tersebut disusun di atas derita masyarakat terabaikan (baca=mereka ditulis sebagai sasaran pengembangan dan pemberdayaan masyarakat tetapi tidak pernah disentuh)kajian partisipatif dalam melakukan analisa situasi, potensi maupun masalah yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Harus menjadi catatan bahwa PRA bukanlah menjadi tujuan tetapi merupakan satu tahap yang panjang dari suatu proses Transformasi sosial. Salah satu kelemahan dengan istilah PRA adalah adanya anggapan bahwa PRA hanya sekedar metode pengkajian atau metode penelitian (oleh) masyarakat. Padahal tidak demikian, PRA dibangun di atas sejumlah prinsip-prinsis dasar yang sarat dengan nilai-nilai atau keyakinan.

2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat

Banyak program pemberdayaan masyarakat berorientasi pada bantuan fisik. Program ini umumnya berdampak negative karena justru meningkatkan ketergantungan masyarakat pada bantuan dari pihak luas. PRA bertujuan lain, PRA bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaannya dan meningkatkan taraf hidupnya secara mandiri dengan menggunakan sumber daya setempat serta menurun ketergantungan kepada pihak luar

3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator

Seringkali masyarakat diikutkan dalam suatu program tanpa diberikan pilihan. Pihak luar melaksanakan program tersebut. PRA dilakukan oleh masyarakat. Pihak luar hanya berperan sebagai pendamping atau fasilitator. Jadi bukannya masyarakat yang harus berpartisipasi, tetapi orang luarlah yang harus berpartisipasi dalam program masyarakat

4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan

PRA adalah suatu proses belajar berdasarkan pengalaman. Setiap orang harus didudukkan sebagai manusia yang berpotensi dan setiap orang berpengalaman yang berbeda. Justru perbedaan-perbedaan ini merupakan kesempatan yang baik untuk saling berbagi belajar bersama.

5. Prinsip terbuka, santai dan informal

Untuk menciptakan keterbukaan di antara masyarakat diperlukan suasana yang santai dan informal.

6. Prinsip triangulasi

Terkadang informasi yang digali oleh seseorang tidak sesuai persepsi orang lain. Kadang-kadang persepsi antar fasilitator berbeda dengan apa yang disampaikan oleh masyarakat karena latar belakang antara fasilitator yang berbeda. Kadang informasi yang dianalisa dengan suatu teknik belum pasti benar dan lengkap. Karena itu perlu prinsip triangulasi atau cek dan recek. Ada tiga cara untuk triangulasi: a) triangulasi sumber informasi 2) triangulasi fasilitator 3) triangulasi teknik PRA

7. Prinsip orientasi praktis

Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut persoalan yang menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupan sehari-harinya. Karena itu PRA perlu berorientasi praktis dan berkaitan dengan keadaan nyata masyarakat. Meskipun bbegitu, tidak boleh meninggalkan prinsip-prinsip analisis kritis.

8. Prinsip belajar dari kesalahan

Sering kali orang takut untuk mengemukakan kesalah-kesalahannya atau untuk menyalahkan orang lain. Dalam PRA diharapkan muncul keterbukaan. Sehingga masyarakat mampu mengkaji kekurangannya dan belajar dari kelemahannya. PRA mendorong masyarakat untuk memperbaiki keadannya secara terus menerus

9. Prinsip berkelanjutan dan selang waktu

PRA merupakan salah satu tahap dalam proses pemberdayaan masyarakat. Proses pemberdayaan bertujuan kepada masyarakat sendiri (yang secara mandiri) mengambil aksi untuk melakukan proses perubahan. Setelah PRA dilaksanakan, diharapkan masyarakat mampu dan bersedia menyusun rencana kegiatan. Namun PRA harus berulang kembali dalam selang waktu tertentu sebagai metode pengkajian (monitoring evaluasi). Proses pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses pembelajaran yang tidak pernah berakhir

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, PRA adalah sekumpulan teknik dan alat untuk menganalisa keadaan pedesaan. Selain itu, sikap fasilitator dalam penggunaan teknik dan alat tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil. Dan yang tidak boleh ditinggalkan adalah berbagi pengalaman, pengetahuan dan proses belajar dalam pelaksanaan teknik dan alat.

Tiga hal yaitu: teknik dan alat PRA, sikap fasilitator dan berbagi, menjadi tiga pilar dari kajian keadaan pedesaan secara partisipatif yang semua penting dan saling mengisi satu sama lain.

Daur program adalah tahapan-tahapan dalam pengembangan program mulai dari identifikasi masalah dan kebutuhan, pencarian alternative kegiatan, pemilihan alternative kegiatan, pengorganisasian dan pelaksanaan kegiatan serta pemantauan dan evaluasi program. Secara skematis, daur programnya:

Penjelasan langkah-langkah pendekatan PRA dalam daur program adalah sebagai berikut:

1. Penjajagan/Pengenalan Kebutuhan

Langkah: pengenalan masalah, kebutuhan dan potensi masyarakat; pengkajian hubungan sebab akibat masalah-masalah (identifikasi akar masalah); pengkajian potensi lokal dan luar; penetapan prioritas masalah berdasarkan criteria masyarakat (antara lain:sifat mendesaknya, dan ketersediaan potensi masyarakat/sumber daya)

2. Perencanaan Kegiatan

Merupakan kelanjutan dari kegiatan penjajagan kebutuhan. Hasil penguraian masalah-masalah dan potensi-potensi serta penyusunan prioritas masalah dijabarkan menjadi: alternate-alternatif pemecahan masalah; alternative-alternatif kegiatan yang bisa dilakukan sesuai dengan ketersediaan sumberdaya baik lokal maupun luar; penentuan para pelaksana, penanggungjawab dan pendamping kegiatan.

3. Pelaksanaan/Pengorganisasian Kegiatan

Sesuai prinsip-prinsip dalam merode PRA, pelaksanaan kegiatan sebaiknya diorganisir dan dipimpin oleh anggota masyarakat sendiri, sedangkan orang luar hanya mendampingi. Yang harus diselesaikan dalam tahapan ini meliputi:

Pengaturan jadwal kegiatan

Pembagian kelompok-kelompok dan tugas-tugas

4. Pemantauan kegiatan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat apakah program berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Biasanya dilakukan dalam jangka waktu pendek (per 3 bulan atau 6 bulan) dan hasilnya dituliskan dalam laporan kemajuan/perkembangan program.

5. Evaluasi kegiatan

Biasanya terdapat dua evaluasi kegiatan, yaitu:

Evaluasi program secara berkala, dilakukan untuk menilai arah dan kemajuan program, efisiensi dan efektivitas pekerjaan, dan mengarahkan kembali program.

Evaluasi akhir program (final evaluation), dilakukan untuk menilai hasil yang telah dicapai dari hasil pengembangan program jangka waktu tertentu (beberapa tahun) apakah sudah mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan pada awal pengembangan program, bagaimana dampak program terhadap kesejahteraan hidup masyarakat, hasilnya disusun menjadi laporan akhir program.

Visi, tujuan dan unsur-unsur PRA

Visi PRA adalah pandangan terhadap keadaan masyarakat atau kehidupan yang melahirkan keinginan mendalam (cita-cita) untuk melakukan sesuatu.

Misi PRA yaitu terwujudnya perubahan sosial dan pemberdayaan masyarakat agar dikurangi, agar kesejahteraan dinikmati secara adil dan merata. Artinya: Perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat agar terjadi perubahan perilaku serta perubahan sosial yang diharapkan

Perlu dilakukan pendidikan masyarakat sebagai proses pemberdayaan tersebut

Tujuan PRA

Tujuan praktis

Menyelenggarakan kegiatan bersama masyarakat untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan praktis dan peningkatan kesejahteraan.

Tujuan strategis

Mencapai pemberdayaan masyarakat dan perubahan sosial melalui pengembangan masyarakat sengan menggunakan pendekatan pembelajaran. Yang dimaksud pemberdayaan (empowerment) adalah menguatkan masyarakat, dengan cara memberikan dorongan kepada masyarakat agar menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupya. Caranya melakui pembelajaran yang terus menerus selama kita mengembangkan program.

Sedangkan yang dimaksud denga perubahan sosial adalah perubahan cara-cara hidup dalam masyarakat, baik Karena sebab-sebab dari luar. Perubahan sosial merupakan tujuan mendasar metode PRA. Tanpa tujuan perubahan sosial, berarti bukan metode PRA. Perubahan yang diharapkan adalah: kehidupan masyarakat yang lebih baik yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Melalui masyarakat sendiri. Melalui proses penyadaran dan pembelajaran, diharapkan masarakat mampu merubah hidupnya sendiri.

3.2Metode yang Digunakan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Kabupaten Blitar

Kabupaten Blitar sebagai daerah yang mulai berkembang, memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini juga berpengaruh pada tingkat pendapatan perkapita tiap-tiap penduduknya. Pendapatan per kapita di Kabupaten Blitar belum merata sehingga dapat dipastikan masih banyak masyarakatnya yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan tersebut mencerminkan gagalnya pembangunan di Kabupaten Blitar.

Akar masalah kemiskinan dan kekurangberhasilan dalam pembangunan tersebut adalah akibat kondisi masyarakat yang belum berdaya. Ketidakberdayaan tersebut terwujud dari sikap masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan pihak luar untuk mengatasi masalahnya, tidak mandiri serta memudarnya orientasi moral dan nilai-nilai kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan serta prinsip pembangunan berkelanjutan.

P2KP atau Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan dengan melibatkan masyarakat dalam prosesnya. Program ini telah memberikan perkembangan yang positif bagi perekonomian penduduk Kabutapen Blitar. Keberhasilan program P2KP dapat dilihat dari pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang mencapai angka 48 buah. Dari ke-48 BKM tersebut, telah memunculkan lebih dari 3.706 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta memberi manfaat bagi 17.118 orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 1.949 kelompok swadaya masyarakat. Berdasarkan data tersebut, telah terbukti bahwa program P2KP berhasil dalam meminimalisir angka kemiskinan sesuai dengan visi (terwujudnya masyarakat mandiri dengan lingkungan permukiman yang sehat, berjati diri dan produktif) , misi (bersama membangun kemandirian), nilai (kejujuran, dapat dipercaya, ikhlas atau kerelawanan, adil, kesetaraan dan kesatuan dalam keragaman), prinsip kemasyarakatan (demokratis, partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas, desentralisasi), serta prinsip pembangunan berkelanjutan (perlindungan lingkungan, pengembangan masyarakat dan pengembangan ekonomi) P2KP.Keberhasilan tersebut tidak lepas dari metode yang digunakan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan di Kabupaten Blitar, yaitu Metode PRA (Participatory Rural Appraisal). Dalam metode PRA mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pengembangan. Hal ini sesuai dengan pengaplikasian dari P2KP yakni mengutamakan masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah untuk ikut merencanakan, melaksanakan, dan menikmati program pembangunan yang akan mereka nikmati dari hasil kerja keras mereka sendiri. Perencanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan di Kabupaten Blitar juga sesuai dengan prinsip-prinsip pada metode PRA, yaitu:

1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan di Kabupaten Blitar memiliki prinsip mengutamakan yang terabaikan, yaitu dengan sasaran masyarakat sebagai penerima manfaat langsung sesuai dengan kriteria kemiskinan setempat yang disepakati warga daerah yang bersangkutan.2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakatSesuai dengan tujuan PRA yaitu untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaannya dan meningkatkan taraf hidupnya secara mandiri dengan menggunakan sumber daya setempat serta menurunkan ketergantungan kepada pihak luar, masyarakat terlibat dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Kabupaten Blitar sebagai bentuk kemandirian mereka atas apa yang terjadi pada kehidupannya.3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator

P2KP di Kabupaten Blitar menjadikan masyarakat yang bersangkutan sebagai pelaku utama dalam pengembangan wilayahnya dengan masih didampingi oleh pemerintah daerah Kabupaten Blitar serta beberapa LSM maupun pihak lainnya sebagai fasilitator.4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan merupakan bentuk aplikasi dari kepedulian pemerintah kepada masyarakatnya dengan kerjasama yang solid yaitu masyarakat sebagai subyek dengan bantuan dari pemerintah dan beberapa pihak lain seperti lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, perguruan tinggi/cendekiawan, dan lain-lain.5. Prinsip terbuka, santai dan informal

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Kabupaten Blitar sesuai dengan prinsip di atas dalam beberapa kegiatannya: sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dokumentasi, dan lain-lain.6. Prinsip triangulasi

Untuk menghindari miss communication antara masyarakat dengan fasilitator, diadakanlah beberapa kegiatan seperti sosialisasi, pendampingan, lokakarya, dan lain-lain.7. Prinsip orientasi praktis

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan berorientasi praktis karena masyarakat yang bersangkutan sendirilah yang menjadi perencana dan pelaksana program.

8. Prinsip belajar dari kesalahan

Dalam konsep P2KP memunculkan keterbukaan seperti terlihat dalam program pendampingan dan pelatihan serta evaluasi program sehingga dapat dikaji kesalahan-kesalahan yang dilakukan untuk tidak diulangi pada program selanjutnya.9. Prinsip berkelanjutan dan selang waktu

P2KP merupakan wujud dari program pemberdayaan masyarakat, sedangkan program pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses pembelajaran yang tidak pernah berakhir, Hal ini terbukti dengan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk perbaikan program berikutnya.

Visi, tujuan dan unsur-unsur P2KP

Sesuai dengan visi dari PRA, visi dari P2KP Kabupaten Blitar adalah terwujudnya masyarakat mandiri dengan lingkungan permukiman yang sehat, berjati diri dan produktif.

Adapun untuk misi dari P2KP Kabupaten Blitar adalah bersama membangun kemandirian. Pernyataan tersebut sesuai dengan misi PRA yaitu terwujudnya kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata dengan cara pemberdayaan masyarakat.

Adapun untuk tujuan dari P2KP sendiri sesuai dengan tujuan yang ada dalam PRA yang dijelaskan sebagai berikut: Terbangunnya lembaga keswadayaan masyarakat yang aspiratif, representatif, mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan dan prinsip-prinsip kemasyarakatan dengan mengutamakan masyarakat miskin;

Terwujudnya masyarakat berdaya dan mandiri yang mampu mengatasi berbagai persoalan kemiskinan di wilayahnya dan mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan;

Pemerintah daerah dan instansi sektoral semakin terpacu dan menerapkan model pembangunan partisipatif yang berbasis kelembagaan masyarakat serta memperkuat kemitraan masyarakat dengan pemerintah dan kelompok peduli setempat;

Harmonisasi program antar departemen untuk mewujudkan sinergi program pemberdayaan masyarakat yang masih bersifat sektoral.

Duduk bersama, mendengar, berbaur, mereka mampu melakun, belajar dari kesalahan, memfasilitasi, melakukan trianggulasi SUMBER, bersikap rendah hati, fleksibel, menguji coba, berimprovisasi

SIKAP

Pengetahuan

Pengalaman

Proses belajar

Pemetaan, transek, diagram venn, alur sejarah, alur pemasaran. Analisis kehidupan., ranking. dll

Teknik-teknik

Berbagi

Kajian Potensi dan Alternatif

Perencana kegiatan

Kajian masalah dan kebutuhan

PELAKSANAAN KEGIATAN

DAUR PROGRAM

PENJAJAGAN KEBUTUHAN

PRA sebagai sikap dan perilaku petugas lapanagn

EVALUASI KEGIATAN

PEMANTAU KEGIATAN

Teknik PRA utk mengkaji hasil akhir program

Teknik PRA utk melihat perkembangan program

Gambar 3.1 unsur dalam PRA

Gambar 3.2 Daur Program

Tugas Review Program Penanggulangan kemiskinan | 33